• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFEKTIFITAS BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DALAM PENYELENGGARAAN PENGAWASAN PEMERINTAHAN DI DESA SEREH (SUATU STUDI DI DESA SEREH KECAMATAN LIRUNG KABUPATEN KEPULAUAN TALAUD) | Paraso | JURNAL EKSEKUTIF 2693 4971 1 SM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "EFEKTIFITAS BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DALAM PENYELENGGARAAN PENGAWASAN PEMERINTAHAN DI DESA SEREH (SUATU STUDI DI DESA SEREH KECAMATAN LIRUNG KABUPATEN KEPULAUAN TALAUD) | Paraso | JURNAL EKSEKUTIF 2693 4971 1 SM"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

EFEKTIFITAS BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DALAM PENYELENGGARAAN

PENGAWASAN PEMERINTAHAN DI DESA SEREH (SUATU STUDI DI DESA SEREH

KECAMATAN LIRUNG KABUPATEN KEPULAUAN TALAUD)

Oleh :

Andri Paraso

Abstrak

Tujuan penelitian adalah Mendeskripsikan efektifitas BPD dalam penyelenggaraan pengawasan pemerintahan di Desa Sereh Kecamatan Lirung Kabupaten Talaud. Metode Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif Penelitian deskriptif menurut Masri Singarimbun (1982:5), bertujuan untuk mendeskripsikan secara terperinci tentang fenomena sosial tertentu. Pendekatan inilah yang akan dipergunakan dalam menjelaskan fenomena dan menganalisis peranan, kendala, solusi, dan strategi pengembangan Efektifitas BPD atau Badan Permusyaratan Desa dalam penyelenggaraan pengawasan pemerintahan desa.

Hasil Dari hasil penelitian tentang Pengawasan Badan Permusyawaratan Desa dalam Pelaksanaan Pemerintahan Desa yaitu pada pelaksanaan Peraturan Desa, Badan Permusyawaratan Desa melakukan pengawasan lapangan serta pengawasan dari masyarakat, dan intensitas pengawasannya dilakukan setiap enam bulan. Pada pelaksanaan APBDes melakukan pengawasan administrasi dengan melakukan pengecekan dan penilaian terhadap penggunaan dan pengeluaran serta penerimaan APBDes, intensitas pengawasannya setiap sat u bulan dengan melihat pada belanja rutin, setiap tiga bulan memantau pada laporan keuangan yang dilakukan oleh Kepala Desa, dan melakukan pengawasan pada laporan pelaksanaan APBDes setiap tahun. Badan Permusyawaratan Desa Sereh sudah melaksanakan tugas, fungsi dan wewenangnya dengan baik walaupun belum maksimal.

Kesimpulan Kondisi BPD di desa dalam penelitian masih memerlukan penguatan kelembagaan, terutama dalam melakukan legislasi mulai dari penyusunan sampai ke pengawasan peraturan desa. Badan Permusyawaratan Desa Sereh sudah melaksanakan tugas, fungsi dan wewenangnya dengan baik walaupun belum maksimal. Dalam melaksanakan pengawasan Badan Permusyawaratan Desa masih menemukan hambatan, hambatan.

(2)

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sebagaimana dipaparkan dalam UU No. 32 tahun 2004 bahwa di dalam

desa terdapat tiga kategori kelembagaan desa yang memiliki peranan dalam tata

kelola desa, yaitu: pemerintah desa, Badan Permusyawaratan Desa dan Lembaga

Kemasyarakatan. Dalam undang-undang tersebut disebutkan bahwa

penyelenggaraan urusan pemerintahan di tingkat desa (pemerintahan desa)

dilaksanakan oleh Pemerintah Desa dan Badan Permusyawaratan Desa.

Badan Permusyawaratan Desa adalah lembaga yang merupakan

perwujudan demokrasi dalam penyelenggaraan pemerintahan desa sebagai unsur

penyelenggara pemerintahan desa. Badan Permusyawaratan Desa berfungsi

menetapkan peraturan desa bersama kepala desa, menampung dan menyalurkan

aspirasi masyarakat. BPD berkedudukan sebagai unsur penyelenggara

pemerintahan desa. Anggota BPD adalah wakil dari penduduk desa bersangkutan

berdasarkan keterwakilan wilayah yang ditetapkan dengan cara musyawarah dan

mufakat. Anggota BPD terdiri dari Ketua Rukun Warga, pemangku adat,

golongan profesi, pemuka agama dan tokoh atau pemuka masyarakat lainnya.

B. Perumusan Masalah

Penyelenggaraan pemerintahan di desa tidak terlepas dari keterlibatan

kelembagaan desa selain pemerintah desa seperti Badan Permusyawaratan Desa

(BPD). Oleh karena itu penulis mengambil penelitian tentang efektifitas BPD

dalam penyelenggaraan pengawasan pemerintahan di Desa Sereh Kecamatan

Lirung Kabupaten Talaud.

C. Tujuan Penelitian

1. Mendeskripsikan efektifitas BPD dalam penyelenggaraan pengawasan

pemerintahan di Desa Sereh Kecamatan Lirung Kabupaten Talaud

2. Mendeskripsikan dan menganalisis partisipasi BPD penyelenggaraan

(3)

Talaud.

D. Manfaat Penelitian

1. Memberikan masukan kepada lembaga terkait agar lebih mengoptimalkan

partisipasi masyarakat dalam pembangunan desa.

2. Sebagai bahan untuk menambah khasanah pengetahuan dalam kebijakan

pembangunan desa.

KERANGKA KONSEPTUAL

A. Konsep Efektifitas

Efektivitas menurut Hidayat (1986:25) yang menjelaskan bahwa :

efektivitas adalah suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh target (kuantitas,

kualitas dan waktu) telah mencapai. Dimana makin besar presentase target yang

dicapai, makin tinggi efektivitasnya

Adapun martoyo (2000:4) memberikan definisi sebagai berikut:

efektivitas dapat pula diartikan sebagai kondisi atau keadaan, dimana

dalam memilih tujuan yang hendak dicapai dan sarana yang digunakan, serta

kemampuan yang dimiliki adalah tepat, sehingga tujuan yang diinginkan dapat

dicapai dengan hasil yang memuaskan .

B. Badan Permusyawaratan Desa

Badan Permusyawaratan Desa adalah lembaga yang merupakan

perwujudan demokrasi dalam penyelenggaraan pemerintahan desa sebagai unsur

penyelenggara pemerintahan desa. Badan Permusyawaratan Desa berfungsi

menetapkan peraturan desa bersama kepala desa, menampung dan menyalurkan

aspirasi masyarakat. BPD berkedudukan sebagai unsur penyelenggara

pemerintahan desa. Anggota BPD adalah wakil dari penduduk desa bersangkutan

berdasarkan keterwakilan wilayah yang ditetapkan dengan cara musyawarah dan

mufakat. Anggota BPD terdiri dari Ketua Rukun Warga, pemangku adat,

(4)

C. Pemerintahan Desa

Pemerintahan desa ini dijalankan untuk mengatur dan mengurus

kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat

yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan di negeri ini. Pemerintah

desa atau yang disebut dengan nama lain adalah kepala desa dan perangkat desa

sebagai unsur penyelenggara pemerintahan desa.

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif Penelitian deskriptif

menurut Masri Singarimbun (1982:5), bertujuan untuk mendeskripsikan secara

terperinci tentang fenomena sosial tertentu. Dalam penelitian ini, menurut Bungin

(2004), penulis tidak melakukan kuantifikasi terhadap data yang diperoleh. Data

yang diperoleh akan dianalisis serta dideskripsikan berdasarkan penemuan

fakta-fakta penelitian di lapangan.

B. Fokus Penelitian

Fokus penelitiannya adalah studi Efektifitas Badan Permusyawaratan Desa

(BPD) dalam penyelenggaraan pengawasan pemerintahan di Desa Sereh

Kecamatan Lirung Kabupaten Talaud.

C. Sasaran Penelitian/ Pemilihan Informan

Agar dapat mengumpulkan informasi dari obyek penelitian sesuai dengan

fenomena yang diamati, dilakukan pemilihan kepada masyarakat secara purposive

sebagai informan. Pemilihan didasarkan atas pertimbangan bahwa informan

memiliki pemahaman terhadap fenomena penelitian. Berikut ini

informan-informan yang menjadi sumber data dalam penelitian ini adalah Pemerintah Desa

2 orang, BPD 3 orang, Tokoh Agama 1 orang, dan Masyarakat umum 3 orang.

(5)

Salah satu ciri utama penelitian kualitatif adalah manusia sangat berperan dalam keseluruhan proses penelitian, termasuk dalam pengumpulan data, bahkan

peneliti itu sendirilah instrumennya (Moleong 2006:241).

E. Pengumpulan Data a. Jenis Data

Data yang dikumpulkan terdiri atas data primer dan data skunder.

b. Pengumpulan Data

Pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini sebagaimana

dikemukakan Moleong(2006:198)adalah sebagai berikut:

1. Wawancara semi struktur

2. Observasi

F. Analisa Data

Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis

deskriptif kualittaif.

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Pemerintahan Desa

Pemerintahan Desa atau dalam bentuk nama lain seperti halnya

Pemerintahan Wanua, keberadaannya adalah berhadapan langsung dengan

masyarakat, sebagai ujung tombak pemerintahan yang terdepan. Pelaksanaan

otonomisasi desa yang bercirikan pelayanan yang baik adalah dapat

memberikan kepuasan bagi masyarakat yang memerlukan karena cepat,

mudah, tepat dan dengan biaya yang terjangkau, oleh karena itu pelaksanaan

di lapangan harus didukung oleh faktor-faktor yang terlibat dalam

implementasi kebijakan tentang Desa tersebut.

(6)

Dalam penyelenggaraan Pemerintah Desa, Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa tenyata dinilai lebih longgar dalam

melakukan desentralisasi kekuasaan terhadap desa. Peraturan Pemerintah

Nomor 72 Tahun 2005 tersebut kembali menghidupkan peran BPD sebagai

Parlemen Desa untuk melakukan pengawasan terhadap kebijakan desa.

Meskipun demikian, tentu saja sebagai suatu peraturan pelaksanaan dari

Undang-Undang, Nomor 32 Tahun 2004, Peraturan Pemerintah Nomor 72

Tahun 2005 tidak banyak mampu menawarkan paradigma baru dalam

menghidupkan kembali demokrasi di Desa.

BPD dalam pemerintahan desa berkedudukan sebagai lembaga

legislatif, yaitu sebagai badan untuk tempat berdiskusi bagi para wakil

masyarakat desa. Dalam proses berdiskusinya itu, para anggota BPD

berkedudukan sebagai wakil dari kelompok masyarakat yang memilihnya.

C. Peran BPD dalam Perencanaan dan Pengelolahan Anggaran Pembangunan Desa

Kepala Desa bersama Badan Permusyawaratan Desa (BPD) menyusun

RKPDesa yang merupakan penjabaran dari RPJMDesa berdasarkan hasil

Musyawarah Rencana Pembangunan Desa; Badan Permusyawaratan Desa

melakukan pengawasan lapangan serta pengawasan dari masyarakat, dan

intensitas pengawasannya dilakukan setiap enam bulan.

Wawancara dengan sekertaris BPD bapak Pilson Joroh .

Kami sebagai BPD selalu diundang rapat kalau pemerintah desa akan

mempertanggung jawabkan masalah keuangan yang sudah dipakai dalam

rangka pembangunan desa.

Wawancara dengan anggota BPD Drs. Herianto Joroh ...

Kami sebagai BPD selalu mencerminkan apa yang diinginkan

masyarakat tentang bagaimana kinerja pemerintah desa mengelolah

ADD.

Wawancara dengan Sekertaris Desa Yusuf Bawedo .

(7)

memberikan kontribusi pemikiran tentang bagaimana keuangan desa

diarahkan dengan baik dalam pembangunan desa

D. Badan Permusyawaratan Desa dalam Perencanaan Pembangunan Kepala Desa bersama BPD menetapkan APBDes setiap tahun dengan

Peraturan Desa. Rancangan APBDes dibahas dalam musyawarah perencanaan

pembangunan desa. Kepala Desa bersama BPD menetapkan APBDes setiap

tahun dengan Peraturan Desa.

Forum BPD ini selain dihadiri oleh pimpinan dan anggota, dapat juga

mengundang kehadiran lembaga kemasyarakatan desa yang terdiri dari

minimal Rukun Tetangga, Rukun Warga, Pemberdayaan Kesejahteraan

Keluarga (PKK), Karang Taruna, lembaga pemberdayaan masyarakat (LPM).

Masyarakat secara personal, baik berasal dari tokoh bisnis, tokoh masyarakat,

tokoh agama, dan tokoh politik desa dapat memberikan saran serta masukan

pada tahap ini baik kepada pemerintah desa dan atau forum BPD berkaitan

dengan rancangan APBDes

Wawancara dengan anggota masyarakat Bapak Tisna Aube

mengatakan

BPD begitu memberikan inspirasi dan semangat kepada masyarakat

beserta dalam memberikan kontribusi pemikiran terhadap rencana

pembangunan desa ini.

E. Pengawasan Badan Permusyawaratan Desa

pengawasan yang dilakukan oleh BPD meliputi pengawasan

terhadap pelaksanaan Peraturan Desa, Anggaran Pendapatan dan Belanja

Desa dan Keputusan Kepala Desa. Untuk Desa Sereh khususnya,

keanggotaan dari Badan Permusyawaratan Desa dipilih dari wakil

masyarakat tiap-tiap dusun berdasarkan jumlah penduduk yang

mencerminkan kalangan adat, tokoh agama, golongan, profesi, tokoh

pemuda dan unsur pemuka masyarakat lainnya. BPD di Sereh dalam

(8)

pemerintah diatasnya, menurut pengurus dan anggota BPD, terkadang lancer mendapatkannya, terkadang mengalami kesulitan.

Salah satu anggota BPD Maksi Lombo, mengatakan "menyangkut

penyampaian pendapat dan pengaduan masalah-masalah pembangunan di

desa, kami selalu menyampaikan itu dalam forum BPD serta pada saat

musyawarah bersama-sama dengan kepala desa.

Menurut ketua BPD Joseph Bolangitan, A.Ma "Ketika ada masalah

atau perkara hasil pengawasan mereka, dilakukan dengan prosedur yang

sudah ada, dimana diselesaikan secara musyawarah dulu dan ketika terjadi

pelanggaran berat maka langsung diserahkan penanganannya kepada pihak

berwajib dalam hal ini kepolisian".

F. Presepsi Masyarakat terhadap Badan Permusyawaratan Desa

Kelembagaan di Desa Sereh dalam rangka pengawasan pembangunan

seperti mengawasi APBDes relatif berperan.

Seorang anggota masyarakat, Bpk Tisna Aube mengatakan "BPD tidak

melakukan kegiatan yang sama, karena BPD kurang mempercayai kepala

desa dan dampak dari pembangunan desa yang dinilai kurang akuntabel d an

buntut konflik dalam pemilihan kepala desa lalu.

Kendala pelaksanaan peran kelembagaan desa di desa Sereh dalam

rangka melaksanakan APBDes Sereh yakni dana desa terbatas sehingga tidak

bisa memberikan bantuan bagi kegiatan kelembagaan desa. Sedangkan

koordinasi, manajemen, administrasi, dokumentasi, dan pengawasan

pembangunan sudah berjalan dengan baik.

KESIMPULAN

A. Kesimpulan

1. Kondisi BPD di desa dalam penelitian masih memerlukan penguatan

kelembagaan, terutama dalam melakukan legislasi mulai dari penyusunan

(9)

2. Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Sereh dalam kegiatan perencanaan pembangunan selama ini sudah dapat terlaksana dengan baik, hanya saja

masih perlu untuk ditingkatkan lagi mengingat makin luas dan

kompleknya permasalahan serta tuntutan yang dihadapi oleh masyarakat

khususnya masyarakat tingkat bawah.

4. kelembagaan desa di desa Sereh dalam rangka menyusun dan

melaksanakan APBDes sudah cukup baik. Meskipun memiliki kelemahan

pada bagian lain seperti dalam hubungan antar kelembagaan desa seperti

BPD dan Kepala Desa yang terkadang hubungannya tidak harmonis

DAFTAR PUSTAKA

Abe, Alexander,, 2001, Perencanaan daerah memperkuat prakarsa rakyat dalam otonomi daerah, Lapera Pustaka Utama, Yogyakarta.

Abe, Alexander, 2002, Perencanaan Daerah Partisipatif, Penerbit Pondok Edukasi, Solo.

Adi, Isbandi Rukminto, 2001,Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat dan Intervensi Komunitas,Lembaga Penelitian FE-Ul, Jakarta. Budi Puspo, Bahan Ajar Metodologi Penelitian Kualitatif,Universitas Diponegoro, Semarang. Conyers, Diana, 1994, Perencanaan Sosial di Dunia Ketiga: Suatu Pengantar,

Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Kunarjo, 2002, Perencanaan dan Pengendalian Program Pembangunan, Universitas Indonesia Ul Press, Jakarta.

Kartasasmita, Ginanjar, 1997, Administrasi Pembangunan, LP3ES, Jakarta. Moleong, Lexy, 2001,Metodologi Penelitian Kualitatif, PT. Remaja Rosada Karya, Bandung.

Mubiyarto, 1984, Pembangunan Pedesaan,P3PK UGM, Yogyakarta. Mikkelsen, Britha, 2006, Metode Penelitian Partisipatoris dan Upaya-upaya Pemberdayaan,Yayasan Obor Indonesia, Jakarta.

Muhadjir, H. Noeng, 2000, Metodologi Penelitian Kualitatif,Rakesarasin, Yogyakarta.

Miller, MB & Hubberman, AM, (1992) Analisis Data Kualitatif ,Terjemahan leh Tjetjep Rohidi dan mulyarto, Ul Percetakan, Jakarta.

Riyadi dan Bratakusumah, D.S, 2004, Perencanaan Pembangunan Daerah, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

ReksoPutranto, Soemadi, 1992, Manajemen Proyek Pemberdayaan, Lembaga Penerbitan FE-Ul, Jakarta.

Siagian, Sondang P, 1994, Administrasi Pembangunan, Gunung Agung, Jakarta. Singarimbun, Masri dan sofyan Effendi, 1986, Metode Penelitian Survey, Suntingan LP3ES, Jakarta.

(10)

Tjokroamidjojo, Bintoro, 1995, manajemen Pembangunan, Gunung Agung, Jakarta.

Sumber Lain

Undang-undang No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem perencanaan pembangunan Nasional.

Undang-undang No. 32 Tahun 2004 Tentang Otonomi Daerah. Peraturan Pemerintah No. 72 Tahun 2005 Tentang Desa

Referensi

Dokumen terkait

Republik Indonesia Tahun 1983 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Nomor 32621, sebagatmana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009

Peternak Sapi Bali di Kabupaten Pringsewu belum pernah mengikuti kursus mengenai pemeliharaan Sapi Bali, selama ini pengetahuan beternak yang dimiliki berasal dari

Dipilihnya Yayasan Hasyim Asy’ari Jombang Jawa Timur karena salah satu pondok pesantren yang mampu mempertahankan keberadaannya dari zaman ke zaman; pesantren

Usaha tani tanaman tahunan merupakan suatu model pendayagunaan lahan secara permanen dengan meman- faatkan lahan secara optimal melalui kombinasi tanaman tahunan dengan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan tentang uji coba modul teknik pembubutan berbasis pendekatan saintifik pada mata pelajaran teknologi mekanik untuk

Gambar 2.1 pemantulan teratur dan pemantulan baur Pada pemantulan baur dan pemantulan teratur, sudut pemantulan cahaya besarnya selalu sama dengan sudut datang cahaya

Dengan demikian dari data yang diperoleh diatas antara teori dengan implementasi pendekatan saintifik dalam mengembangkan kognitif anak kelompok A TK Nurul Ummah

SNP adalah kriteria minimal tentang sistem pendidikan diseluruh wilayah NKRI, yang meliputi 8 (delapan) muatan standar, yaitu: 1) Standar Isi (SI), mencakup lingkup