Indonesia dan Uni Eropa
Laporan Tahunan
Mei 2015 – Desember 2016
Penerapan Kesepakatan Kemitraan Sukarela FLEGT Indonesia-Uni Eropa
Upaya bersama untuk menjamin dan mempromosikan perdagangan kayu legal dan tata kelola yang baik di
China
Filipina
Vietnam
Laos
Thailand
Kamboja
Malaysia
Singapura
Indonesia
Daftar Isi
1. Latar Belakang . . . 5
2. SVLK: Sistem jaminan legalitas kayu Indonesia . . . 6
Standar legalitas dan keberlanjutan 7
Pengawasan rantai pasokan 7
Veriikasi 7
Penerbitan Lisensi FLEGT 8
Evaluasi Berkala 8
Pemantauan Independen 8
Perbaikan yang terus menerus 8
3. Perdagangan kayu berlisensi FLEGT . . . 10
Peraturan tentang lisensi FLEGT 10
Tren perdagangan kayu berlisensi FLEGT 11
Kesiapan Uni Eropa menerima kayu berlisensi FLEGT 12
Pemantauan Pasar Independen 13
4. Capaian dalam pelaksanaan dan pengguliran SVLK . . . 14
Auditor 14
5. Langkah-langkah pasar dalam negeri . . . 15
Peraturan tentang insentif ekonomi 15
Pengadaan publik 15
Pasar kayu legal online 15
6. Penguatan kelembagaan dan peningkatan kapasitas . . . 16
Sekretariat Joint Implementation Committee (JIC) 16
Hubungan dengan pejabat Uni Eropa yang berwenang 16
7. Keterlibatan dan komunikasi pemangku kepentingan . . . . 17
Koordinasi antar kementerian 17
Kegiatan peningkatan kesadaran masyarakat 17
Sumber daya online 20
Masyarakat sipil 20
Importir dan otoritas yang berwenang 20
Materi kampanye 21
8. Transparansi . . . 22
Data yang tersedia melalui SILK 22
Rancangan peraturan tentang akses masyarakat terhadap informasi 22
Informasi yang dipublikasikan oleh pemantau independen 22
Ringkasan dan catatan pertemuan-pertemuan terkait VPA 22
Publikasi dokumen tentang SVLK dan lisensi FLEGT 22
9. Pemantauan VPA . . . 23
Pemantauan Indepeden 23
Pemantauan Dampak 26
Evaluasi Berkala 27
Annex 1: Kerangka acuan untuk evaluasi berkala
sistem jaminan legalitas kayu . . . 28
Kesepakatan Kemitraan Sukarela atau Voluntary Partnership Agreement (VPA) Penegakan Hukum dan Tata Kelola Hutan dan Perdagangan (FLEGT) antara Uni Eropa dan negara-negara pengekspor kayu merupakan komponen kunci dalam Rencana Aksi Forest Law Enforcement, Governance and Trade (FLEGT) Uni Eropa tahun 2003 untuk menga-tasi pembalakan liar
Pada bulan November 2016, Indonesia membuat sejarah dengan menjadi negara mitra VPA pertama di dunia yang memperoleh hak untuk menerbitkan lisensi FLEGT untuk melengkapi ekspor kayu dan produk kayu legal yang telah diveriikasi ke Uni Eropa
Tonggak penting dalam pelaksanaan VPA Indo-nesia – Uni Eropa ini mencerminkan pengakuan global yang terus tumbuh terhadap sistem jaminan legalitas kayu Indonesia yaitu Sistem Veriikasi Legalitas Kayu atau disingkat SVLK
Pencapaian tersebut merupakan hasil kerja keras dan panjang dalam negosiasi antara Indonesia dengan Uni Eropa dan reformasi kebijakan dalam negeri Indonesia tentang pengelolaan hutan lestari dan perdagangan kayu legal
Keberhasilan Indonesia tersebut dimungkinkan berkat koordinasi yang kuat antar kementerian, terutama Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Kementerian Perdagangan,
1
Latar Belakang
Foto: MFP3
Kementerian Perindustrian dan Kementerian Luar Negeri, di bawah kepemimpinan Presiden Joko Widodo yang memberikan dukungan politik yang kuat bagi SVLK dan VPA
Sejak diterbitkannya Laporan Tahunan tentang pelaksanaan VPA untuk periode Mei 2014 – April 2015 dan laporan kemajuan untuk periode April 2015 – Mei 2016, Indonesia telah membuat kemajuan yang signiikan dalam pelaksanaan VPA, yaitu dengan tersertiikasinya lebih banyak pelaku industri dan meningkatnya ekspor kayu dan produk kayu legal yang telah diveriikasi
Pada Desember 2016, sebanyak 13 6 juta hektar hutan alam dan 3 498 perusahaan dan industri yang berbasis hutan telah bersertiikasi SVLK Penerbitan lisensi FLEGT oleh Indonesia dimulai pada 15 November 2016 Sampai 31 Desember 2016, Indonesia telah menerbitkan 4 804 lisensi FLEGT untuk ekspor produk kayu ke Uni Eropa, atau lebih dari 800 lisensi per minggu
Foto: MFP3
2
SVLK: Sistem jaminan legalitas
kayu Indonesia
VPA Indonesia – Uni Eropa menggambarkan sebuah sistem jaminan legalitas kayu yang mampu memveriikasi bahwa kayu dan produk kayu yang diproduksi dan diolah di Indonesia berasal dari sumber-sumber yang legal dan sepenuhnya mematuhi undang-undang dan peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia sebagaimana telah diveriikasi oleh audit independen dan dipantau oleh masyarakat sipil
Sistem jaminan legalitas kayu yang digambarkan dalam VPA didasarkan pada Sistem Veriikasi Legalitas Kayu (SVLK) Indonesia yang diadopsi melalui Peraturan Menteri Kehutanan pada tahun 2009 Sistem ini telah diperkuat dan terus mengalami perkembangan dari waktu ke waktu 1
Indonesia mengembangkan SVLK melalui konsultasi multipihak yang dimulai pada tahun 2001 dan melibatkan masyarakat sipil, sektor swasta dan pemerintah Tujuannya adalah untuk memberantas pembalakan liar
SVLK memberikan insentif untuk legalitas dan keberlanjutan dengan meningkatkan akses pasar bagi produk legal yang telah diveriikasi dan mencegah akses pasar bagi produk ilegal Berdasarkan VPA, kayu Indonesia dianggap legal bilamana asal, produksi, pengolahan, pengangkutan dan perdagangannya telah diveriikasi dan memenuhi semua peraturan perundang-undangan Indonesia yang berlaku yang termasuk dalam deinisi legalitas VPA
Standar legalitas dan
keberlanjutan
SVLK mencakup skema legalitas dan keberlanjutan (kelestarian) untuk berbagai jenis pengelolaan, pemanfaatan dan industri pengolahan kayu
• Sertiikasi legalitas adalah wajib bagi semua unit usaha pengelolaan, pemanfaatan dan pengolahan kayu dari hutan negara Selain itu, bagi pemegang ijin hak pengelolaan dan pemanfaatan kayu di hutan negara (hutan tanaman atau hutan alam), wajib memperoleh sertiikat pengelolaan hutan lestari sebelum sertiikasi legalitasnya berakhir
• Unit-unit usaha yang hanya memanfaatkan kayu rendah risiko dari lahan atau hutan hak (hutan rakyat) dapat menggunakan mekanisme Deklarasi Kesesuaian Pemasok untuk memasukkan rantai pasokan ke dalam SVLK
• Industri hilir, dipersyaratkan memiliki izin untuk usaha atau koperasi berdasarkan peraturan perundang-undangan di Indonesia, termasuk peraturan lingkungan dan perpajakan
• Semua unit usaha pengelolaan, pemanfaatan, pengolahan dan perdagangan diwajibkan mematuhi peraturan perundang-undangan ketenagakerjaan termasuk upah minimum, kesehatan dan keselamatan kerja, dan pengembangan kapasitas
Pengawasan rantai pasokan
Pemegang izin (dalam hal ini hak pengelolaan hutan dan ijin pemanfaatan kayu), pemilik lahan/ hutan (hutan rakyat), dan perusahaan (dalam hal ini pedagang, pengolah dan eksportir) harus
menunjukkan bahwa setiap simpul rantai pasokan diawasi dan didokumentasikan, sebagaimana diatur dalam Annex V VPA dan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No 30/2016
Semua pengiriman dalam rantai pasokan harus disertai dengan dokumen angkutan yang sesuai Berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No 30/2016 dan Peraturan Direktur Jenderal Pengelolaan Hutan Produksi Lestari No 14/2016, dokumen-dokumen tersebut harus menunjukkan apakah bahan baku tersebut disertai dengan sertiikat SVLK yang masih berlaku, dinyatakan sah berdasarkan Deklarasi Kesesuaian Pemasok, atau disita
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan telah mengembangkan sebuah database yang disebut SI-PHPL untuk menelusuri keseluruhan lacak balak, termasuk ekspor (lihat Perbaikan yang terus menerus di bawah)
Verifikasi
Komite Akreditasi Nasional (KAN) mengakreditasi lembaga independen, yang disebut lembaga penilaian kesesuaian (LPK), untuk mengaudit usaha kehutanan dan industri berbasis kayu LPK memveriikasi kepatuhan dan pemenuhan persyaratan legalitas dan/atau melakukan penilaian kinerja sesuai standar SVLK terhadap pemegang izin yang beroperasi di dalam hutan produksi LPK juga memeriksa konsistensi data yang disampaikan oleh auditee selama audit awal dan audit penilikan dan dapat melakukan pemeriksaan lapangan sesuai kebutuhan
Pada Desember 2016, Indonesia telah menggunakan SVLK untuk mengaudit lebih dari 23 3 juta hektar hutan produksi, dan 3 197 industri kayu
Penerbitan Lisensi FLEGT
Lembaga penerbit sertiikat menerbitkan dokumen V-Legal untuk melengkapi ekspor kayu dan produk kayu legal yang telah diveriikasi Sejak 15 November 2016, lembaga tersebut telah menerbitkan lisensi FLEGT menggantikan dokumen V-Legal khusus untuk ekspor ke Uni Eropa Pada 31 Desember 2016, Indonesia telah menerbitkan 4 804 lisensi FLEGT untuk ekspor produk kayu ke Uni Eropa
Evaluasi Berkala
Evaluasi berkala (Periodic Evaluation) adalah istilah dalam VPA Indonesia untuk melakukan evaluasi secara sistematik terhadap sistem jaminan legalitas kayu yang dilakukan secara berkala oleh pihak ketiga independen Tujuan Evaluasi Berkala adalah untuk memberikan kepastian bahwa sistem berfungsi seperti yang dijelaskan dalam VPA, sehingga meningkatkan kredibilitas lisensi FLEGT
Hasil evaluasi berkala dilaporkan kepada Joint Implementation Committee (JIC) Indonesia – Uni Eropa yang dapat memutuskan mendukung atau tindakan korektif yang harus diambil JIC mendukung rancangan evaluasi berkala pada tahun 2016 Pasal 5 VPA menyatakan bahwa Indonesia, melalui konsultasi dengan Uni Eropa, harus melibatkan pihak ke tiga untuk melaksanakan evaluasi berkala sesuai dengan yang tercantum dalam Annex VI VPA (Lihat Bab 9, tentang Pemantauan) Indonesia menunjuk PT Sucoindo Layanan Umum Sumberdaya Alam dan Investasi (LSI) untuk melakukan evaluasi berkala yang dimulai pada bulan Maret 2017 dan akan berakhir pada bulan September 2017
Kerangka Acuan untuk Evaluasi Berkala dan ruang lingkup tercantum pada Annex 1 Lihat juga Bagian 9 tentang Pemantauan VPA dalam laporan ini
Pemantauan Independen
Annex V VPA menjabarkan tentang hak kelompok masyarakat sipil, individu dan masyarakat Indonesia untuk memantau pelaksanaan sistem jaminan legalitas kayu Hak-hak tersebut meliputi:
• Memantau kepatuhan operasi terhadap persyaratan deinisi legalitas VPA
• Memantau kesesuaian akreditasi, veriikasi, evaluasi berkala dan proses perizinan dengan persyaratan sistem jaminan legalitas kayu
• Mengajukan keluhan kepada lembaga penilaian kesesuaian, otoritas perizinan, Komite Akreditasi Nasional dan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
Pada tahun 2016, peraturan SVLK direvisi dengan memperkuat pengakuan atas hak dan tanggung jawab pemantau independen Untuk informasi tentang hasil pemantauan, lihat Bagian 9, tentang Pemantauan VPA
Perbaikan yang terus menerus
Regulasi
Sejak 2009, Indonesia telah beberapa kali memperkuat peraturan untuk meningkatkan eisiensi, inklusiitas dan aksesibilitas SVLK terhadap usaha kecil dan menengah Revisi terakhir dilakukan pada tahun 2016 dengan mengadopsi Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No 30/2016 dan pedoman yang menyertainya berdasarkan Peraturan Direktur Jenderal Pengelolaan Hutan Produksi Lestari No 14/2016
Ikhtisar revisi berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No 30/2016 antara lain:
1 Pasal-pasal tentang pemantauan independen yang:
• Mendeinisikan pemantau independen untuk memasukkan masyarakat yang tinggal di sekitar auditee
• Mengakui hak-hak pemantau independen untuk mengakses data dan situs yang relevan dengan pemantauan
• Menjamin perlindungan pemantau terhadap ancaman sebelum, selama dan sesudah melakukan pekerjaan pemantauan
• Mengakui hak-hak pemantau independen untuk memperoleh pendanaan yang berkelanjutan melalui sumber-sumber pendanaan negara maupun non-negara
• Mengharuskan pemantau independen untuk berailiasi atau diakreditasi oleh organisasi pemantauan independen yang dibentuk secara legal, dan untuk menjaga kerahasiaan temuan
Sistem Informasi Pengelolaan Hutan Produksi Lestari (SIPHPL)
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan sedang mengembangkan Sistem Informasi Pengelolaan Hutan Produksi Lestari (SIPHPL) yang mendokumentasikan informasi tentang keseluruhan lacak balak kayu (Gambar 1) Sistem ini mengintegrasikan beberapa database yang sebelumnya telah mendokumentasikan berbagai aspek produksi dan perdagangan kayu atau produk kayu Sistem ini juga mencakup data tentang impor dan produk kayu dari hutan rakyat yang sebelumnya telah didokumentasikan Masyarakat dapat mengakses sistem tersebut untuk memperoleh informasi mengenai rantai pasokan kayu
Tujuan dari sistem tersebut adalah untuk:
1 Memperketat pengawasan terhadap rantai pasokan kayu
2 Merekonsiliasikan data tentang hasil hutan kayu, impor, pemasaran, dan pengolahan pada unit-unit pengelolaan di tingkat kabupaten, provinsi dan nasional
3 Menyediakan data industri kehutanan nasional yang komprehensif
4 Memungkinkan perhitungan penerimaan bukan pajak yang lebih akurat dari industri perkayuan
Dimasukkan dalam sistem informasi yang sudah ada Sistem informasi yang sudah ada di kementerian keuangan Sebagian dimasukkan dalam sistem informasi yang sudah ada
Lingkup SIPUHH
Sistem informasi yang sudah ada di KLHK Sedang dikembangkan
SIRPBBI
Sistem Informasi Rencana Pemenuhan Bahan Baku
Industri
Peraturan tentang lisensi
FLEGT
Pada awal 2016, Indonesia mencapai kemajuan yang signiikan dalam memenuhi persyaratan akhir VPA yang dibutuhkan sebelum perizinan FLEGT dapat dimulai Pemberlakuan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No 30/2016 dan Peraturan Menteri Perdagangan No 25/2016, yang mengamanatkan penggunaan dokumen V-Legal untuk ekspor produk kayu yang tercakup dalam VPA, menegaskan kesiapan Indonesia untuk memulai penerbitan lisensi FLEGT
Pada April 2016, Presiden Indonesia Joko Widodo dan Presiden Komisi Eropa, Jean-Claude Juncker, ketika bertemu di Brussels menegaskan komitmen kedua belah pihak terhadap perizinan FLEGT yang dimulai pada akhir tahun 2016
Menyusul adopsi Peraturan Pendelegasian Uni Eropa untuk mengakui penerbitan lisensi FLEGT oleh Indonesia, Joint Implementation Committee (JIC) VPA melakukan pertemuan pada 15 September 2016 di Yogyakarta dan memastikan bahwa Indonesia dapat memulai menerbitkan lisensi FLEGT pada 15 November 2016 Keputusan JIC tersebut tercantum dalam Annex 2
3
Perdagangan kayu berlisensi FLEGT
Tren perdagangan kayu
berlisensi FLEGT
Pada Desember 2016, Indonesia telah menerbitkan 4 804 lisensi FLEGT untuk produk kayu yang diekspor ke Uni Eropa, dengan berat total 1 7 juta ton dan senilai 125 8 juta dolar AS Secara umum, ekspor produk kayu semakin meningkat sejak Indonesia mulai menerbitkan lisensi FLEGT
Gambar 2. Cakupan SVLK dan perizinan FLEGT. Sejak 15 November 2016, Indonesia telah menerbitkan 4 804 lisensi FLEGT untuk produk kayu yang diekspor ke Uni Eropa
Gambar 3. Bobot jenis produk kayu berlisensi FLEGT (HS code) yang diimpor oleh negara anggota Uni Eropa per 31 Desember 2016
Di antara 27 negara anggota Uni Eropa, Inggris, Belanda, Jerman dan Belgia merupakan negara tujuan utama ekspor kayu berlisensi FLEGT (lihat Gambar 3)
3 498
perusahaan danindustri berbasis hutan tersertifikasi SVLK
23.3
juta hektar hutanproduksi tersertifikasi
SVLK
100%
kayu yangdipanen dari hak pengelolaan hutan alam dan
100%
kayu yang berasaldari hak pengelolaan hutan
tanaman bersertifikasi
SVLK
Hingga Desember 2016, produk kayu yang berlisensi FLEGT telah mencapai
1.7 juta
ton senilaiUSD 125.8 juta
Produk kayu berlisensi dikirim dari
33 pelabuhan
di Indonesia ke176 pelabuhan
di Uni EropaSejak 15 November 2016 Indonesia telah menerbitkan
4 804
lisensi FLEGTuntuk produk kayu yang diekspor ke Uni Eropa
Indonesia mengekspor produk kayu berlisensi SVLK
ke
166 negara
termasuk
27 negara
di Uni EropaInggris Jerman Belanda Italia Belgia
Perancis Irlandia Bulgaria lainnya
Kesiapan Uni Eropa menerima
kayu berlisensi FLEGT
Pada 15 September 2016, Joint Implementation Committee Indonesia – Uni Eropa menetapkan tanggal 15 November 2016 sebagai hari dimulainya penerbitan lisensi FLEGT oleh Indonesia Pada hari yang sama, perusahaan-perusahaan swasta yang berbasis di Uni Eropa, Komisi Eropa dan negara-negara anggota Uni Eropa, yang didukung oleh Fasilitas FLEGT Uni Eropa, meluncurkan inisiatif komunikasi untuk mempersiapkan pasar Uni Eropa bagi kayu berlisensi FLEGT
Inisiatif tersebut mencakup buletin edisi khusus European Timber Trade Federation (ETTF) tentang kayu berlisensi FLEGT, toolkit (alat bantu) tentang bagaimana mengkomunikasikan kayu berlisensi FLEGT, dan peluncuran platform informasi online mengenai kayu berlisensi FLEGT: www legtlicence org Organisasi swasta termasuk asosiasi perdagangan kayu, penggergajian kayu, industri woodworking, penelitian kayu dan asosiasi mebel berbagi informasi mengenai kayu berlisensi FLEGT dengan jaringannya masing-masing Selain komunikasi langsung antar pelaku bisnis, media industri Eropa juga mempublikasikan berita dan artikel mengenai kayu berlisensi FLEGT pertama ini Inisiatif tersebut telah menjangkau lebih dari 49 000 organisasi dalam bidang perkayuan dan industri terkait
Mulai 15 November dan seterusnya, perwakilan sektor swasta, bersama-sama dengan Uni Eropa, Indonesia dan negara-negara anggota Uni Eropa menyelenggarakan kegiatan baik yang dilakukan sendiri-sendiri maupun bersama-sama untuk menyambut kedatangan perdana kayu berlisensi FLEGT Hal itu termasuk pertemuan tingkat tinggi yang dipimpin oleh Komisi Eropa di Brussels yang dihadiri oleh Menteri Luar Negeri Indonesia Retno Marsudi, Perwakilan Tinggi Uni Eropa untuk Urusan Luar Negeri dan Kebijakan Keamanan Federica Mogherini, dan Komisaris Eropa bidang Lingkungan, Kelautan dan Perikanan Karmenu Vella Beberapa acara diselenggarakan di berbagai negara anggota Uni Eropa dengan fokus pada importir utama kayu dari Indonesia
Selain menjangkau langsung ke pasar, Indonesia, Uni Eropa dan mitra lainnya juga melakukan kegiatan yang bertujuan menghasilkan liputan media yang bernilai positif seputar dimulainya penerbitan lisensi FLEGT Mereka menyampaikan kisah ke wartawan dalam negeri dan manca negara dan menulis beberapa opini editorial Cara
ini menghasilkan 587 pemberitaan media di 50
negara dalam 11 bahasa Pemberitaan tersebut termasuk laporan oleh BBC, New York Times, Wall Street Journal, The Guardian, Daily Mail, Bangkok Post, China’s Global Times, Mongabay com, Ecosystem Marketplace, Thomson Reuters, Germany’s IHB and EUWID-Holz, Belgium’s Fordaq dan UK’s Timber Trades Journal
Sejalan dengan itu, Uni Eropa telah secara aktif mempromosikan pengakuan lisensi FLEGT oleh pasar konsumen utama lainnya sebagai bagian dari dialog bilateralnya, seperti Mekanisme Koordinasi Bilateral Uni Eropa-China tentang Penegakan Hukum dan Tata Kelola Hutan atau Forest Law Enforcement and Governance
Menjelang dimulainya perizinan FLEGT, Komisi Eropa dan negara-negara anggota Uni Eropa berinvestasi dalam pengembangan sistem elektronik untuk menangani lisensi FLEGT, dalam kegiatan pelatihan dan peningkatan kesadaran bagi otoritas yang berwenang terhadap FLEGT dan petugas bea cukai, dan dalam pengembangan dokumen panduan pelaksanaan skema penerbitan lisensi FLEGT
Uni Eropa dan Indonesia melihat adanya kebutuhan untuk terus menginformasikan pasar tentang kayu berlisensi FLEGT dan memberikan lebih banyak wawasan mengenai Sistem Jaminan Legalitas Kayu Indonesia
Rencana Aksi FLEGT Uni Eropa mendorong negara-negara anggota Uni Eropa mengadopsi kebijakan pengadaan publik untuk mempromosikan kayu legal Sebagai bagian dari upaya untuk mempromosikan penerapan kebijakan tersebut, Komisi Eropa telah mengembangkan kriteria kebijakan pengadaan hijau Uni Eropa yang bersifat umum dan sukarela, termasuk untuk produk berbasis kayu seperti kertas, kayu bangunan, panel dinding dan furnitur Asal kayu legal merupakan kriteria utama dan pedoman tersebut secara eksplisit menyebutkan lisensi FLEGT sebagai salah satu cara untuk mematuhi kriteria tersebut
Pada tahun 2016, sebuah evaluasi independen terhadap Rencana Aksi FLEGT Uni Eropa melaporkan bahwa 22 negara anggota Uni Eropa telah mengembangkan kebijakan pengadaan publik yang berkaitan dengan kayu Kebijakan
Pemantauan Pasar
Independen
Pemantauan Pasar Independen atau Independent Market Monitoring (IMM) adalah proyek tahunan jangka panjang yang dibiayai oleh Uni Eropa dan dilaksanakan oleh International Tropical Timber Organisation (ITTO) untuk mendukung pelaksanaan Voluntary Partnership Agreements antara Uni Eropa dengan negara-negara pemasok kayu Hal ini bertujuan untuk memantau perkembangan pasar kayu berlisensi FLEGT dan membangun peluang yang dihadirkan oleh pengembangan sistem jaminan legalitas untuk meningkatkan kualitas statistik perdagangan kayu dan efektivitas program pengembangan pasar bagi kayu berlisensi FLEGT
Pada November 2015, ITTO mempublikasikan laporan IMM yang mencakup kecenderungan arus perdagangan mitra VPA pada dekade 2004 sampai 2013 Hal ini menentukan dasar untuk pemantauan jangka panjang dampak perizinan FLEGT terhadap pasar 2
IMM juga melakukan survei percontohan mengenai kondisi pasar dan kesiapan untuk menerima kayu berlisensi FLEGT di Jerman, Spanyol dan Inggris yang berlangsung dari 1 September 2015 sampai 31 Desember 2015 Pada saat yang sama, koresponden IMM untuk Ghana melakukan studi
pelingkupan untuk menilai situasi pasar produk kayu Ghana saat ini dan memberikan dasar untuk menilai dampak perizinan FLEGT ke depan
IMM mempresentasikan hasil survei percontohan dan studi pelingkupan di sela-sela pertemuan Dewan Kayu Tropis Internasional atau International Tropical Timber Council pada tahun 2015 di Kuala Lumpur Hasil proyek IMM tersebut akan diterbitkan sebagai lampiran pada laporan tahunan 2015-2016, yang juga terdapat lampiran yang didedikasikan untuk posisi dan prospek pasar Indonesia
Publikasi laporan tersebut ditunda sampai paruh kedua tahun 2017 karena kegiatan IMM antara April 2016 dan April 2017 dihentikan, berkaitan dengan masalah pendanaan yang dihadapi oleh ITTO Pada April 2017, ITTO melanjutkan pelaksanaan IMM dan mengontrak konsultan utama dan analis pasar Kunjungan konsultan utama IMM ke Indonesia dan penempatan perwakilan negara direncanakan
Contoh data IMM di Indonesia
Laporan tahunan IMM yang akan datang untuk 2015-2016 memberikan wawasan tentang impor hasil hutan Indonesia oleh negara anggota Uni Eropa Gambar 4 di bawah ini menunjukkan variasi impor produk hutan Indonesia oleh negara-negara anggota Uni Eropa selama tujuh tahun terakhir
14
2010-10 2011-01 2011-04 2011-07 2011-10 2012-01 2012-04 2012-07 2012-10 2013-01 2013-04 2013-07 2013-10 2014-01 2014-04 2014-07 2014-10 2015-01 2015-04 2015-07 2015-10 2016-01 2016-04 2016-07 2016-10 2017-01
Jumlah tonase impor kayu dan produk kayu oleh UE dari Indonesia di negara-negara tujuan utama untuk rata-rata perputaran 12 bulanan – Januari 2010 hingga Februari 2017
1000 t
onnes
Inggris Perancis Belanda Spanyol Jerman Italia Belgia Lainnya
Sumber: ITTO IMM analysis of Eurostat COMEXT
2 Oliver, R 2015 Europe’s changing tropical timber trade: Baseline report of the Independent Market Monitoring initiative ITTO Technical Series No 45 International Tropical Timber Organisation, Yokohama, Japan http://www ittoint/iles/user/imm/ TS%2045%20(web) pdf
4
Capaian dalam pelaksanaan dan
pengguliran SVLK
Perbaikan yang terus menerus terhadap peraturan SVLK, dan juga penjangkauan yang efektif dengan bimbingan dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan dan difasilitasi oleh fase ketiga Multistakeholder Forestry Programme (MFP3), telah memberikan kontribusi terhadap peningkatan pengguliran SVLK dalam periode pelaporan ini
Pada Desember 2016, Indonesia telah mensertiikasi 3 498 perusahaan dan industri berbasis kehutanan (lihat Gambar 5) Total hutan produksi yang telah disertiikasi adalah seluas 23 3 juta hektar, terdiri dari 13 6 juta hektar hutan alam dan 9 7 juta hektar hutan tanaman
1 000 1 500 2 000 2 500 3 000 3 500 4 000
Des 2013 Des 2014 Ags 2015 Des 2015 Des 2016
500
Terdapat 396 auditor SVLK yang bekerja pada 24 Lembaga Penilaian Kesesuaian Untuk memperluas pelatihan bagi para auditor baru, MFP3 telah memfasilitasi pengembangan kursus-kursus terkait SVLK di Universitas Nusa Bangsa, Universitas Sumatera Utara, Politeknik Pertanian Samarinda, dan Universitas Mulawarman
Auditor
5
Langkah-langkah pasar dalam negeri
Foto: MFP3
3 Di Indonesia, peraturan pemerintah adalah peraturan pelaksanaan undang-undang
Peraturan tentang insentif
ekonomi
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan telah menyusun peraturan pemerintah tentang Instrumen Ekonomi bagi Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup 3 Tujuannya adalah untuk mendorong pemerintah pusat dan daerah serta seluruh warga negara agar menerapkan berbagai praktik ramah lingkungan Peraturan tersebut menetapkan kebijakan ekonomi yang memberikan insentif dan disinsentif kepada para pelaku pasar, termasuk lembaga pemerintah, untuk mendorong terjadinya proses pengadaan barang yang ramah lingkungan dan menghindari barang yang membahayakan SVLK menjadi bagian dalam peraturan tersebut sebagai salah satu contoh instrumen ekonomi yang menerapkan insentif dan disinsentif ke pelaku usaha di bidang perdagangan dan pengadaan produk kayu Draf peraturan ini sedang dalam proses pengesahan oleh Kementerian Sekretariat Negara
Pengadaan publik
Pada tahun 2014, beberapa pemerintah daerah telah mengadopsi peraturan-peraturan yang mengamanatkan penggunaan kayu dan produk kayu yang bersertiikat SVLK dalam pengadaan barang publik, seperti di Kabupaten Klaten dan Kabupaten Jombang
Pasar kayu legal online
Foto: MFP3
6
Penguatan kelembagaan
dan peningkatan kapasitas
Sekretariat Joint
Implementation Committee
(JIC)
Sekretariat Joint Implementation Committee (JIC) telah beroperasi sejak 2014 dan berperan penting dalam memfasilitasi kegiatan-kegiatan untuk mendukung pelaksanaan VPA MFP3 mendukung Sekretariat JIC dan akan menyerahkannya ke Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan ketika masa tugas MFP3 berakhir pada tahun 2018 MFP3 juga memberikan pelatihan kepada generasi baru pejabat kementerian dalam bernegosiasi di tingkat internasional, termasuk melalui pengamatan terhadap sesi negosiasi pada pertemuan JIC dan pertemuan tambahan
Hubungan dengan pejabat Uni
Eropa yang berwenang
Sistem Informasi Legalitas Kayu (SILK) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan adalah database online yang berfungsi sebagai registrasi sertiikasi SVLK, dokumen V-Legal dan lisensi FLEGT SILK secara otomatis terhubung dengan sistem informasi yang ada di Kementerian Perdagangan dan Kantor Bea Cukai Kementerian Keuangan Otoritas yang berwenang di pasar tujuan ekspor dapat mengakses SILK untuk membandingkan dokumen V-Legal atau lisensi FLEGT berbasis kertas dengan informasi yang ada dalam database dan mencari klariikasi jika diperlukan
Foto: MFP3
7
Keterlibatan dan komunikasi
pemangku kepentingan
Koordinasi antar kementerian
Penerapan SVLK yang efektif memerlukan koordinasi antar kementerian yang kuat, terutama di antara empat kementerian yang memiliki mandat yang saling terkait, yaitu Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Kementerian Perdagangan, Kementerian Perindustrian, dan Kementerian Keuangan (Kantor Bea Cukai) Sejak 2015, pertemuan informal dan formal secara berkala diadakan untuk menghindari miskomunikasi terhadap hal-hal yang menyebabkan kemunduran dalam pelaksanaan SVLK pada tahun tersebut
Berbagai pertemuan untuk membahas isu-isu tingkat tinggi atau strategis secara rutin dilakukan oleh Direktorat Jenderal dari empat kementerian tersebut yang juga sering diikuti oleh Kementerian Luar Negeri dan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional Pertemuan-pertemuan tersebut lebih sering dilakukan di tingkat Direktorat untuk menyempurnakan keterkaitan antar peraturan
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan juga mengundang perwakilan dari kementerian lain untuk berpartisipasi dalam acara-acara publik dan dalam konferensi pers bersama tentang SVLK dan VPA
Kegiatan peningkatan
penyadaran masyarakat
Foto: MFP3
Pertemuan Illegal Logging Update di Chatham House
Direktur Jenderal Pengelolaan Hutan Produksi Lestari, Dr Putera Parthama, menjadi penelis pada dua panel dalam pertemuan di Chatham House yang bertajuk Illegal Logging Update yang berlangsung pada 16-17 Juni 2016 Panel pertama tentang hasil evaluasi independen terhadap Rencana Aksi FLEGT Uni Eropa Sedangkan panel kedua adalah update tentang kemajuan VPA Indonesia yang fokus membahas hal-hal yang telah dilakukan Indonesia dalam memenuhi persyaratan VPA yang diperlukan untuk memulai penerbitan lisensi FLEGT Dr Parthama menanggapi pertanyaan tentang standar SVLK yang terkait dengan pemenuhan prinsip persetujuan atas dasar informasi awal tanpa paksaan atau free, prior and informed consent (FPIC), peran masyarakat sipil sebagai pemantau independen, dan pembelajaran dari perizinan
Kegiatan penyadaran masyarakat di Jawa, Bali, Sumatera dan Kalimantan
Pada Agustus 2016, dengan tidak berkeberatannya Parlemen Eropa terhadap usulan Komisi Eropa bahwa Indonesia dapat memulai penerbitan lisensi FLEGT, pejabat-pejabat dari Kementerian
Lingkungan Hidup dan Kehutanan dan Kementerian Perdagangan mengunjungi sentra-sentra industri kayu di Semarang (Jawa Tengah), Yogyakarta, Surabaya (Jawa Timur), Denpasar (Bali), Medan (Sumatera) dan Samarinda (Kalimantan) untuk menyampaikan berita terbaru kepada para pemangku kepentingan Secara umum kegiatan tersebut mendapat sambutan yang antusias dari para pemangku kepentingan yang merasa cemas terhadap keputusan Uni Eropa Beberapa pemantau independen juga ikut menghadiri acara tersebut untuk mendorong pelaku industri mematuhi peraturan tersebut dan melaporkan penyimpangan apapun kepada para pemantau
Pengapalan perdana produk kayu berlisensi FLEGT Indonesia
COP22 – konferensi perubahan iklim PBB Konferensi para pihak ke-22 untuk UN Framework Convention on Climate Change (UNFCCC COP22) berlangsung di Marrakech, Maroko, pada bulan November 2016 Pada hari yang sama Indonesia menerbitkan lisensi FLEGT yang pertama Direktur Jenderal Pengelolaan Hutan Produksi Lestari, Dr Putera Parthama, memberikan presentasi di Paviliun Indonesia pada gelaran COP22 dengan topik lisensi FLEGT Indonesia dan kontribusi SVLK terhadap pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan Panelis pendamping antara lain yaitu Giuliana Torta, Pejabat Kebijakan Senior Direktorat Jenderal Aksi Iklim Komisi Eropa, dan Budi Hermawan, General Manager PT Kayu Lapis Indonesia (produsen kayu lapis, kayu lantai dan furnitur kebun asal Indonesia)
Dr Parthama menyatakan bahwa karena deforestasi adalah penyumbang terbesar emisi gas rumah kaca di Indonesia, maka tata kelola hutan yang baik adalah kunci untuk memerangi perubahan iklim, dan oleh karena itu SVLK memberikan kontribusi terhadap upaya ini Ia juga berpendapat bahwa SVLK berkontribusi terhadap pencapaian setidaknya tiga dari Tujuan Pembangunan Berkelanjutan yaitu Tujuan ke-12 tentang konsumsi dan produksi yang berkelanjutan; Tujuan ke-13 tentang memerangi perubahan iklim; dan Tujuan ke-15 tentang pengelolaan hutan lestari
Foto: MFP3
Peluncuran resmi lisensi FLEGT Indonesia Lisensi FLEGT Indonesia secara resmi diluncurkan pada tanggal 24 November 2016 di Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Dr Darmin Nasution memimpin acara tersebut, yang juga dihadiri oleh pejabat dari Kementerian Perdagangan, Kementerian Perindustrian, Kementerian Luar Negeri dan Kementerian Keuangan serta para diplomat dari negara-negara Uni Eropa dan Asean Dr Darmin mengatakan bahwa capaian Indonesia dalam memulai penerbitan lisensi FLEGT merupakan pendorong penting bagi upaya Indonesia dalam meraih pasar global bagi produk kayu Ia juga mengatakan SVLK akan menjadi model untuk sertiikasi pengelolaan minyak sawit yang berkelanjutan
Foto: MFP3
Sumber daya online
Uni Eropa meluncurkan pusat informasi lisensi FLEGT yang menjelaskan seluk-beluk lisensi FLEGT dan keuntungan apa yang akan didapat oleh bisnis di Uni Eropa dan produsen kayu di negera-negara di luar Uni Eropa 4 Pusat informasi tersebut berisi jawaban atas lusinan pertanyaan yang sering diajukan mengenai segala hal, mulai dari hal-hal mendasar hingga skenario perdagangan yang kompleks dan bagaimana melaporkan permasalahan-permasalahan yang muncul Pusat informasi ini juga mencakup daftar pejabat-pejabat yang berwenang dalam urusan FLEGT (Competent Authority/CA) di tiap-tiap negara anggota Uni Eropa, serta memberikan informasi kepada para importir dan pedagang produk kayu berlisensi FLEGT lainnya di Uni Eropa Pusat informasi ini juga memuat bagian khusus tentang Indonesia yang menjelaskan tentang sistem jaminan legalitas kayu di Indonesia Website tersebut juga menjelaskan tentang deinisi, persyaratan penggunaan, dan saran bagi branding dan cara menyampaikan informasi mengenai lisensi FLEGT secara akurat dan menyeluruh
Fasilitas FLEGT Uni Eropa juga mengelola sebuah ruang media dengan latar belakang tentang proses yang dimiliki Indonesia, pertanyaan-pertanyaan umum dan dokumen resmi 5
Masyarakat sipil
Tujuh organisasi pemantau hutan independen mengadakan seminar pada tanggal 30-31 Agustus 2016 untuk memberikan informasi kepada masyarakat tentang peran pemantauan hutan independen dalam menjamin kredibilitas SVLK 6 Pembicara dalam seminar tersebut menjelaskan bagaimana pemantau hutan independen, termasuk masyarakat, dapat berkontribusi dalam
4 Lihat: www legtlicence org
5 See: http://www eulegt ei int/mediaroom-indonesia
6 Tujuh organisasi tersebut adalah: APIKS, Auriga, Eyes on the Forest, JPIK, LSPP, PPLH Mangkubumi, YCHI (lihat Tabel 2) memperbaiki tata kelola hutan Jaringan Pemantau Independen Kehutanan (JPIK) mempresentasikan pendekatan terstruktur bagi pemantau
independen, sedangkan Auriga mempresentasikan sebuah studi tentang kebijakan keamanan bagi pemantau
Peserta seminar meliputi pejabat dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, organisasi masyarakat sipil, perwakilan sektor swasta termasuk auditor SVLK, mahasiswa dan akademisi Isu penting yang dibahas dalam seminar
tersebut adalah keberlanjutan sumber daya pemantauan Greenpeace dan WWF Indonesia mempresentasikan pengalaman mereka dalam menggalang dana untuk membiayai kegiatan mereka Saat ini, lembaga pembangunan internasional masih menjadi sumber pendanaan utama bagi pemantauan independen Namun Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No 30/2016 telah memastikan bahwa pemantau hutan independen dapat menerima dana publik dari APBN
Importir dan otoritas yang
berwenang
PRODUK PERKAYUAN
DENGAN LISENSI FLEGT
KE UNI EROPA TIMBER LEGALITY ASSURANCE SYSTEM (SVLK)
PROMOTES FOREST GOVERNANCE, CONTRIBUTES TO CLIMATE CHANGE MITIGATION
INDONESIA’s TIMBER PRODUCT EXPORTS
NORTH AMERICA
2017
USD 617,6 M ASIA OCEANIA
source: SILK online, 27 July 2017
ACHIEVEMENT
USD 37,79 billion USD 705,76 million 65265 59,11 million
Licensed timber products
The Value of Export Using FLEGT License Since 15 November 2016
had a net weight of
HS Code (10 digit)
3117
15,05 million forest-based enterprises & Industries
hectares of natural forest
Timber harvested in natural forest concessions as well as
are SVLK certified
are SVLK certified 115 ports
3331 ports
Licensed timber products travelled from
Selama periode pelaporan ini, Indonesia telah menghasilkan berbagai materi kampanye untuk mempromosikan SVLK dan lisensi FLEGT Indonesia (lihat Gambar 6)
Data yang tersedia melalui
SILK
Pada periode pelaporan ini, database SILK menyajikan dan secara terus-menerus meng-update data tentang lisensi FLEGT yang telah diterbitkan, dimana SILK hadir terintegrasi berdasarkan dokumen V-Legal SILK juga menampilkan daftar pejabat Uni Eropa yang berwenang
Rancangan peraturan tentang
akses masyarakat terhadap
informasi
Untuk meningkatkan akses masyarakat terhadap data, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Forest Watch Indonesia dan Indonesia Center for Environmental Law (ICEL) sedang menyusun rancangan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan tentang Akses Masyarakat terhadap Informasi di Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Berdasarkan peraturan baru tersebut, Kementerian menugaskan Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi (PPID) untuk mendokumentasikan, menyimpan, memasok dan melayani masyarakat dalam memberikan informasi PPID mengelompokkan informasi publik ke dalam tiga kategori: (a) informasi yang diperbarui secara teratur; (b) informasi yang memerlukan publikasi segera; (c) informasi yang harus selalu tersedia setiap saat
Informasi yang dipublikasikan
oleh pemantau independen
Organisasi pemantau independen mempublikasikan temuan melalui website milik mereka 7
Ringkasan dan catatan
pertemuan-pertemuan terkait
VPA
Joint Implementation Committee (JIC) Indonesia – Uni Eropa membagikan keputusannya melalui friendly email ke daftar penerima yang disetujui oleh kedua belah pihak, dan melalui siaran pers dan konferensi pers Catatan diskusi pertemuan JIC dan Joint Expert Meetings juga tersedia di SILK dan dikirim melalui email kepada pemangku kepentingan terkait
Publikasi dokumen tentang
SVLK dan lisensi FLEGT
Indonesia menggunggah peraturan baru dan dokumen terkait dengan SVLK dan lisensi FLEGT ke dalam SILK
Foto: MFP3
8
Transparansi
Pemantauan Independen
Foto: MFP39
Pemantauan VPA
Peraturan tahun 2014 (P93/2014) Peraturan tahun 2016 (P30/2016)) Deinisi
pemantau independen
Pemantau independen adalah individu atau organisasi masyarakat sipil yang berstatus warga negara Indonesia yang bertindak sebagai pemantau sektor kehutanan, meliputi proses penerbitan pengelolaan hutan lestari, Deklarasi Kesesuaian Pemasok dan Sertiikat SVLK
Pemantau independen adalah masyarakat yang tinggal di dalam atau di sekitar hutan konsesi, hutan rakyat atau industri; atau warga negara yang berkepentingan dalam sektor kehutanan; atau lembaga swadaya masyarakat yang aktif di sektor kehutanan dengan status hukum di Indonesia
Hak-hak pemantau independen
Pelaksanaan SVLK dipantau oleh pemantau independen
a Memperoleh data dan informasi tentang keseluruhan proses sertiikasi SVLK dari pemangku kepentingan terkait yang terlibat langsung dalam proses tersebut
b Memperoleh jaminan keamanan selama menjalankan tugas pemantauan
c Memperoleh akses ke situs-situs pemantauan
Tanggung jawab pemantau independen
a Menunjukkan bukti identitas atau ailiasi dengan organisasi pemantau independen saat memasuki lokasi pemantauan tertentu
b Menjaga dan melindungi kerahasiaan dokumen dan informasi yang diperoleh selama pemantauan
c Mematuhi aturan APBN dan peraturan-peraturan lainnya jika menerima dana dari APBN
Keamanan Dalam melakukan pekerjaan pemantauan, pemantau independen menerima jaminan bahwa keamanan mereka akan dilindungi
a Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan akan menetapkan mekanisme perlindungan pemantau independen dari ancaman isik atau verbal sebelum, selama dan setelah melakukan tugas pemantauan
b Pemantau independen yang melakukan pekerjaan pemantauan sesuai dengan peraturan tidak akan dikenakan tuntutan hukum pidana atau perdata
c Mekanisme perlindungan bagi pemantau independen akan dijabarkan dalam Peraturan Direktur Jenderal Pengelolaan Hutan Produksi Lestari No 15/2016
Pendanaan a Pemantauan SVLK akan didanai secara independen oleh pemantau independen
b Pemerintah dapat memfasilitasi penggalangan dana atau upaya pembiayaan mandiri untuk tugas pemantauan sesuai dengan peraturan
a Pendanaan tugas pemantauan independen dapat bersumber dari APBN atau APBD atau sumber pendanaan legal lainnya
b Pemerintah dapat memfasilitasi upaya untuk memperoleh pendanaan bagi pemantauan pelaksanaan SVLK
Organisasi Profil Jaringan Pemantau
Independen Kehutanan (JPIK)
JPIK adalah salah satu jaringan pemantauan independen pertama Lembaga ini dibentuk pada tahun 2010 untuk mempromosikan tata kelola hutan yang baik dengan memastikan kredibilitas dan akuntabilitas Penilaian Kinerja Pengelolaan Hutan Produksi Lestari (PK-PHPL) dan Veriikasi Legalitas Kayu (VLK) JPIK memiliki 64 anggota organisasi dan 314 anggota individu
Eyes on the Forest (EoF)
EoF adalah gabungan program Tesso Nilo WWF Indonesia, Jikalahari (Jaringan Kerja Penyelamatan Hutan Riau) dan Walhi Riau Mereka melakukan pemantauan terhadap hak pengelolaan hutan di Riau dan Kalimantan Barat
Aliansi Pemantau Independen Kehutanan Sumatera
APIKS terdiri dari 22 LSM dan satu organisasi masyarakat Jaringan ini melakukan pemantauan terhadap hak pengelolaan hutan dan industri kehutanan di Lampung, Bengkulu, Jambi, Riau, Sumatera Utara dan Sumatera Barat
Pusat Pendidikan Lingkungan Hidup (PPLH) Mangkubumi
PPLH Mangkubumi adalah sebuah forum LSM, organisasi alam dan kelompok swadaya masyarakat (KSM) Forum ini dibentuk pada tahun 2006 sebagai respon atas kerusakan lingkungan di Jawa Timur Forum ini memfokuskan pekerjaan pemantauannya pada industri perkayuan di daerah tersebut
Yayasan Cakrawala Hijau Indonesia (YCHI)
YCHI didirikan pada tahun 2007 di Banjarbaru sebagai kelompok studi lingkungan dan berkembang menjadi organisasi advokasi lingkungan YHCI memantau industri kehutanan untuk mendorong penegakan SVLK di Kalimantan, dan melakukan advokasi untuk mempromosikan SVLK di daerah tersebut
Lingkar Studi Pembangunan Pedesaan (LSPP)
LSPP adalah anggota JPIK yang berbasis di Jawa Tengah, didirikan pada tahun 2015 untuk meningkatkan kesejahteraan dan kualitas hidup masyarakat pedesaan Fokus pemantauannya adalah perkebunan kayu milik pemerintah di Jawa Tengah
Auriga Nusantara Auriga Nusantara adalah sebuah LSM yang didirikan pada tahun 2014 dengan tujuan melakukan investigasi terhadap pembalakan liar dan kebakaran hutan Aspek penting dari peraturan baru ini adalah
pengakuan terhadap tantangan yang sudah berlangsung lama yang dihadapi lembaga pemantau independen dalam menjamin pendanaan berkelanjutan untuk membiayai tugas mereka Lembaga-lembaga tersebut bergantung pada lembaga donor internasional untuk
pendanaan mereka Dengan adanya ketidakpastian pendanaan dari lembaga donor internasional ada kebutuhan mendesak untuk membentuk mekanisme pendanaan berkelanjutan bagi tugas-tugas pemantauan independen terhadap pelaksanaan SVLK
Peraturan baru tersebut mengakui bahwa sebagai bagian tak terpisahkan dari sistem ini, tugas pemantauan independen dapat memperoleh pendanaan dari APBN Peraturan sebelumnya tidak mengatur hal ini, dan pemangku kepentingan juga berasumsi bahwa pendanaan melalui APBN akan mengurangi independensi pemantau
Dukungan dari Uni Eropa dan Indonesia terhadap inisiatif untuk membentuk dana perwalian bagi pemantauan independen diperoleh pada saat Joint Implementation Committee melakukan pertemuan pada tanggal 15 September 2016 di Yogyakarta Dana perwalian tersebut akan dibentuk pada awal 2017 dan diperkirakan akan beroperasi pada pertengahan 2017 Tugas utamanya adalah menghimpun dana dan mengelola hibah untuk kepentingan tugas-tugas pemantauan independen Perwakilan masyarakat sipil, sektor swasta dan pemerintah akan melakukan pengawasan terhadap pengelolaan dana tersebut
Lembaga Pemantauan Independen Saat ini terdapat tujuh organisasi jaringan pemantauan independen dengan jumlah total anggota 111 organisasi dan 1 941 individu yang tersebar di seluruh Indonesia (Tabel 2)
Gambar 7. Gambaran umum kerangka kerja pemantauan dampak
8 Monitoring reports can be accessed from the following websites: www foresttrack org/db/dashboard1 php2; www jpik or id; www ychi or id; www jpik-jatim or id
Unit Pengelolaan yang dipantau
Dari Januari 2015 sampai Desember 2016, lembaga pemantauan independen melakukan pemantauan terhadap total 61 unit pengelolaan (29 hutan konsesi dan 32 industri) yang berada di 13 provinsi (Sumatra empat provinsi, Jawa dan Kalimantan masing-masing tiga provinsi, Sulawesi satu provinsi, dan provinsi Papua dan Papua Barat) 8
Pengaduan yang disampaikan
Antara 4 November 2015 dan 23 Desember 2016, JPIK telah mengajukan 56 pengaduan ke Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan dan Komite Akreditasi Nasional atau KAN Keluhan tersebut tidak terbatas pada isu-isu yang berkaitan dengan kepatuhan unit pengelolaan terhadap peraturan SVLK, namun juga faktor-faktor lain yang berkontribusi terhadap efektivitas pelaksanaan SVLK, seperti kualitas publikasi tentang SILK Sejauh ini 40 keluhan telah berhasil diselesaikan
Pemantauan Dampak
Indonesia telah merancang kerangka kerja pemantauan dampak SVLK (Gambar 7) dan menginisiasi langkah pertama pelaksanaan SVLK, yaitu dengan membuat data baseline mengenai dampak sosial, ekonomi dan lingkungan yang dapat dinilai
Data baseline tersebut terdiri dari data sekunder dari berbagai instansi pemerintah dan swasta seperti kementerian terkait, Biro Pusat Statistik, universitas dan pemerintah daerah
Gambar 8. Desain Evaluasi Berkala
Evaluasi Berkala
Lingkup 1 Operasi tindakan pengawasan dari titik produksi di hutan ke titik ekspor dari Indonesia
Lingkup 3 Umpan balik dan rekomendasi
b. Efektivitas rantai pasokan dari titik pertama ekspor dari Indonesia
f Memberitahukan temuan ke Joint Implementation Committee
a Auditee mematuhi semua
lembaga yang menjalank-an fungsinya dalam ketentuan Sistem Jaminan Legalitas Kayu (TLAS)
c Penilaian kecukupan pengelolaan data dan sistem pelacakan kayu yang mendukung TLAS dan penerbitan lisensi FLEGT
d Identifikasi dan registrasi kasus ketidakpatuhan dan kegagalan sistem, disertai dengan rekomendasi tindakan korektif yang diperlukan
e Penilaian pelaksanaan identifikasi dan
Sistem pengelolaan data dan pelacakan kayu yang mendukung TLAS, produksi dan penerbitan lisensi FLEGT, termasuk statistik perdagangan
Evaluasi Berkala
Annex 1: Kerangka acuan untuk Evaluasi
Berkala sistem jaminan
legalitas kayu
Latar belakang
1 Berdasarkan Poin (a) Pasal 5 FLEGT VPA Indonesia – Uni Eropa, Indonesia, berkonsultasi dengan Uni Eropa harus melibatkan jasa Evaluator Berkala untuk melaksanakan tugas sebagaimana disebutkan dalam Annex VI VPA
2 Pada tanggal 24 September 2014 telah dilakukan pertemuan pertama JIC di Jakarta yang diketuai bersama-sama Indonesia dan Uni Eropa yang masing-masing diwakili oleh Direktur Jenderal Bina Usaha Kehutanan dan Duta Besar Uni Eropa untuk Indonesia Dalam pertemuan tersebut kedua belah pihak sepakat untuk mengamanatkan MFP3 untuk menyelenggarakan perekrutan evaluator untuk melaksanakan Evaluasi Berkala
3 Pada tanggal 13 November 2014, peran dan tanggung jawab Evaluator Berkala dibahas dengan Kementerian Kehutanan termasuk lingkup kerja, kualiikasi, metodologi evaluasi, dan pelaporan
Foto: MFP3
Tujuan
Evaluasi Berkala adalah evaluasi independen yang dilakukan oleh pihak ketiga yang independen, disebut sebagai Evaluator Tujuan Evaluasi Berkala adalah untuk memberikan kepastian bahwa TLAS berfungsi seperti yang dijelaskan, sehingga meningkatkan kredibilitas lisensi FLEGT yang dikeluarkan berdasarkan VPA
Lingkup tugas
Tugas evaluator berkala meliputi:
1 Fungsi pengawasan dari titik produksi di hutan sampai ke titik ekspor produk kayu
Kegiatan Utama
Tugas Evaluator diuraikan dalam Annex VI VPA dan mencakup kegiatan utama sebagai berikut:
1 Audit kepatuhan oleh semua badan yang melakukan fungsi pengawasan di dalam ketentuan TLAS;
2 Evaluasi efektivitas pengawasan rantai pasokan dari titik produksi di hutan sampai pada titik ekspor dari Indonesia;
3 Penilaian kecukupan pengelolaan data dan sistem penelusuran kayu yang mendukung TLAS serta penerbitan lisensi FLEGT;
4 Identiikasi dan pencatatan kasus ketidakpatuhan dan kegagalan sistem dan menentukan tindakan perbaikan yang diperlukan;
5 Penilaian pelaksanaan tindakan perbaikan yang efektif yang telah diidentiikasi dan direkomendasikan sebelumnya; dan
6 Pelaporan temuan ke Joint Implementation Committee
Output
Output dari Evaluasi Berkala terdiri dari laporan berkala yang menyajikan temuan dan rekomendasi evaluasi mengenai langkah-langkah yang harus dilakukan untuk mengatasi kesenjangan dan kelemahan sistem yang diidentiikasi dalam evaluasi
Kualifikasi
Evaluator adalah pihak ketiga yang kompeten, independen dan tidak memihak yang memenuhi persyaratan sebagai berikut:
1 Evaluator harus menunjukkan kualiikasi dan kemampuan untuk memenuhi persyaratan ISO/ IEC Guide 65 dan ISO/IEC 17021, atau yang setara, termasuk kualiikasi untuk menawarkan jasa penilaian yang mencakup sektor kehutanan dan rantai pasokan hasil hutan;
2 Evaluator tidak boleh terlibat langsung dalam pengelolaan hutan, pengolahan kayu, perdagangan kayu atau pengendalian sektor kehutanan di Indonesia atau di Uni Eropa;
3 Evaluator harus independen dari semua unsur-unsur lain dari TLAS dan otoritas pengaturan hutan Indonesia dan harus memiliki sistem untuk menghindari konlik
kepentingan Evaluator harus menyatakan setiap potensi konlik kepentingan yang mungkin timbul dan mengambil tindakan efektif untuk mengurangi hal tersebut;
4 Evaluator dan karyawannya yang melaksanakan tugas evaluasi harus membuktikan pengalaman mengaudit pengelolaan hutan tropis, industri pengolahan kayu dan pengawasan rantai pasokan terkait;
5 Evaluator harus memiliki mekanisme untuk menerima dan menangani keluhan yang timbul dari aktivitas dan temuannya
Evaluator lebih disukai merupakan lembaga yang berbasis di Indonesia
Metodologi evaluasi
1 Evaluator harus menggunakan metodologi yang terdokumentasi dan berdasarkan bukti, dan memenuhi persyaratan ISO/IEC 19011, atau yang setara Metode ini mencakup pemeriksaan yang memadai terhadap dokumentasi, prosedur operasi dan catatan operasi lembaga yang bertanggung jawab untuk melaksanakan TLAS, identiikasi kasus-kasus kegagalan sistem dan ketidakpatuhan, dan penerbitan permintaan untuk tindakan korektif yang sesuai
2 Evaluator harus, antara lain:
(a) Meninjau ulang proses akreditasi Lembaga Penilaian dan Veriikasi Independen (LP dan LV);
(b) Meninjau ulang prosedur yang terdokumentasi dari setiap lembaga yang terlibat dalam
pengawasan pelaksanaan TLAS untuk kelengkapan dan koherensi;
(c) Memeriksa pelaksanaan prosedur dan catatan yang terdokumentasi, termasuk praktik kerja, selama kunjungan ke perkantoran, area pemanenan hutan, tempat penimbunan kayu (log yard/log pond), stasiun pengecekan hutan, lokasi pabrik dan titik ekspor dan impor;
(d) Memeriksa informasi yang dikumpulkan oleh otoritas pengatur dan penegakan hukum, LP dan LV dan lembaga lain yang diidentiikasi dalam TLAS untuk memveriikasi kepatuhan;
(f) Menilai ketersediaan informasi publik yang tercantum dalam Annex IX termasuk keefektifan mekanisme pengungkapan informasi;
(g) Memanfaatkan temuan dan rekomendasi Pemantauan Independen dan laporan Evaluasi Komprehensif serta laporan Pemantau Pasar Independen;
(h) Mencari tahu pandangan pemangku kepentingan dan menggunakan informasi yang diterima dari para pemangku kepentingan yang terlibat secara langsung maupun tidak langsung dalam pelaksanaan TLAS; dan
(i) Menggunakan metode pengambilan sampel dan pemeriksaan di tempat (spot check) yang tepat untuk mengevaluasi pekerjaan lembaga pengatur hutan, LP dan LV, industri, dan pelaku terkait lainnya di semua tingkat kegiatan kehutanan, pengawasan rantai pasokan, pengolahan kayu dan perizinan ekspor, termasuk pemeriksaan silang dengan informasi tentang impor kayu dari Indonesia yang diberikan oleh Uni Eropa
Pelaporan
Secara umum, laporan tersebut mencakup temuan evaluasi dan rekomendasi mengenai langkah-langkah yang harus dilakukan untuk mengatasi kesenjangan dan kelemahan sistem yang diidentiikasi dalam evaluasi
1 Laporan tersebut terdiri dari: (i) laporan lengkap berisi semua informasi yang relevan mengenai evaluasi, temuan-temuannya (termasuk kasus ketidakpatuhan dan kegagalan sistem) dan rekomendasi; dan (ii) laporan ringkasan publik berdasarkan laporan lengkap, yang mencakup temuan dan rekomendasi utama;
2 Laporan lengkap dan laporan ringkasan publik harus diserahkan ke JIC untuk diperiksa dan disetujui sebelum menyampaikan laporan tersebut ke masyarakat;
3 Atas permintaan JIC, Evaluator harus
memberikan informasi tambahan untuk mendukung atau mengklariikasi temuannya;
4 Evaluator harus memberitahukan JIC tentang semua keluhan yang diterima dan tindakan yang telah diambil untuk mengatasinya
Kerahasiaan
Evaluator harus menjaga kerahasiaan data yang diterimanya saat menjalankan aktivitasnya
Pengadaan barang dan jasa
Pengadaan barang dan jasa harus dilakukan dengan menggunakan prosedur tender terbuka dimana persyaratannya ditetapkan secara jelas Pemenangnya adalah pemohon dengan skor gabungan proposal teknis dan inansial yang tertinggi
Pemerintah Indonesia akan menerbitkan Surat Pemberitahuan Pengadaan Barang dan Jasa ke publik pada bulan April 2015 dan membuka periode penerimaan proposal dari bulan April sampai awal Mei 2015 Para pemohon diminta untuk menguraikan prosedur dan metodologi dalam melakukan pekerjaan tersebut, termasuk deskripsi pribadi yang terlibat selama keseluruhan periode kontrak Kontrak tersebut akan
berlaku untuk satu putaran evaluasi dan dapat diperpanjang untuk putaran kedua
Proses penilaian proposal hingga pemberitahuan pemenang dilakukan pada bulan Mei 2015 Sebagaimana diuraikan dalam VPA, evaluator akan ditunjuk oleh Indonesia setelah berkonsultasi dengan Uni Eropa
Pemenang harus mengembangkan prosedur dan metodologi evaluasi berkala, sebagaimana diuraikan dalam Annex VI VPA, sampai akhir Juni 2015 Hal ini akan dinilai oleh Joint Working Group terhadap Rencana Aksi Indonesia – Uni Eropa mengenai Kemajuan pelaksanaan VPA pada awal Juli 2015 Pelaksanaan Evaluasi Berkala pertama akan diputuskan oleh JIC
JIC dapat menilai kinerja Evaluator Berkala saat hasil evaluasi pertama sudah tersedia Pada saat itu JIC dapat menginisiasi penghentian kontrak jika dianggap perlu dan sesuai oleh kedua Pihak pada VPA
Anggaran
Annex 2: Keputusan Joint Implementation
Committee tentang dimulainya
Laporan ini disiapkan oleh Indonesia dan Uni Eropa dan divalidasi oleh Komite Implementasi Gabungan VPA
Foto: MFP3