• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB VII Rencana Pembangunan Infrastruktur Bidang Cipta Karya - DOCRPIJM 1500275484BAB VII RENCANA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR CIPTA KARYA 1112016 1

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB VII Rencana Pembangunan Infrastruktur Bidang Cipta Karya - DOCRPIJM 1500275484BAB VII RENCANA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR CIPTA KARYA 1112016 1"

Copied!
136
0
0

Teks penuh

(1)

BAB VII

Rencana Pembangunan Infrastruktur

Bidang Cipta Karya

7.1 Sektor Pengembangan Kawasan Permukiman

7.1.1 Kondisi Eksisting

Kawasan permukiman di Kabupaten Bogor tersebar di bagian utara dan tengah terutama di kawasan–kawasan yang berbatasan langsung dengan wilayah Jabodetabek. Berdasarkan RTRW Kabupaten Bogor tahun 2005 – 2025 luas lahan yang di peruntukan untuk kegiatan permukiman adalah 105,554 Ha. atau sekitar 35,32 % dari luas Kabupaten Bogor. Dari luas 105,554 Ha. tersebut 28,366 Ha atau 26,8 % adalah luas permukiman perdesaan, sedangkan 77,188 Ha. atau 73,1 % adalah luas permukiman perkotaan. Pengembangan kawasan permukiman di Kabupaten Bogor di prioritaskan pada pengembangan permukiman perkotaan karena kedudukan dan fungsi Kabupaten Bogor sebagai penyangga DKI Jakarta dan wilayah sekitarnya.

Perumahan formal (perumahan yang dibangun oleh pengembang) berkembang sangat pesat di Kabupaten Bogor karena tingginya permintaan kebutuhan rumah akibat perkembangan metropolitan Jabodetabek. Pada tahun 2011, jumlah perumahan formal yang sudah terdata mencapai 316.603 unit dengan luas 8.695 Ha. Perumahan formal dengan jumlah yang cukup besar berada di Kecamatan Cileungsi, Bojonggede dan Gunung Putri.

Tabel 7. 1 Jumlah dan Luas Perumahan Formal di Kabupaten Bogor

No Kecamatan Perumahan Formal No Kecamatan Perumahan Formal

Jumlah Luas Jumlah Luas

1 Nanggung 330 21 Tanjungsari - -

2 Leuwiliang 768 10 22 Jonggol 29.865 603

3 Leuwisadeng - - 23 Cileungsi 46.435 881

4 Pamijahan - - 24 Klapanunggal 7.643 288

5 Cibungbulang 1.666 37 25 Gunung Putri 47.940 1.549

6 Ciampea 6.494 183 26 Citeureup 7.322 447

7 Tenjolaya - - 27 Cibinong 29.979 698

8 Dramaga 959 16 28 Bojonggede 35.315 649

9 Ciomas 12.041 189 29 Tajurhalang 9.722 207

10 Tamansari 274 28 30 Kemang 4.976 127

11 Cijeruk 2.194 34 31 Rancabungur 59 1

12 Cigombong 369 62 32 Parung 5.075 213

13 Caringin 51 1 33 Ciseeng 428 7

14 Ciawi 829 13 34 Gunung Sindur 15.829 183

15 Cisarua - - 35 Rumpin 710 9

(2)

20 Cariu 452 30 40 Parung Panjang 15.716 131

316.063 8.659

Sumber: Dinas Tata Bangunan dan Permukiman dan RTRW Kabupaten Bogor

Perumahan swadaya (perumahan yang dibangun oleh perorangan) yang ada di Kabupaten Bogor mendominasi jenis perumahan di Kabupaten Bogor dan pada umumnya tersebar di kantong-kantong aktivitas masyarakat seperti di belakang perkantoran, sekitar koridor Tegar Beriman dan lain-lain. Pada tahun 2011, luas lahan yang dipergunakan untuk perumahan swadaya mencapai ± 17.178,4 Ha atau sebesar 66,5 % dari total luas permukiman di Kabupaten Bogor.

Rumah tidak layak huni di Kabupaten Bogor merupakan perumahan swadaya yang memiliki pelayanan infrastruktur yang rendah sehingga membutuhkan pelayanan khusus. Berdasarkan data dari Dinas Tata Bangunana dan Permukiman tahun 2009, Rumah Tidak Layak Huni (RTLH) Kabupaten Bogor berjumlah 49.093 unit. Penanganan RTLH ini sendiri sudah dilakukan tahun 2010 yaitu dengan program penanganan 14.000 rumah layak huni hingga tahun 2012. Target penanganan pada tahun 2010 sebanyak 2.000 unit, tahun 2011 sebanyak 3.000 unit dan pada tahun 2012 sebanyak 5.215 unit. Jumlah Rumah Tidak Layak Huni (RTLH) pada tahun 2009 dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 7. 2 Jumlah Rumah Tidak Layak Huni di Kabupaten Bogor

No Kecamatan Jumlah RTLH

(unit) No Kecamatan

Jumlah RTLH (unit)

1 Nanggung 1.890 21 Tanjungsari 534

2 Leuwiliang 1.688 22 Jonggol 2.701

3 Leuwisadeng 1.408 23 Cileungsi 716

4 Pamijahan 1.260 24 Klapanunggal 1.518

5 Cibungbulang 2.004 25 Gunung Putri 50

6 Ciampea 680 26 Citeureup 481

7 Tenjolaya 1.139 27 Cibinong 384

8 Dramaga 1.471 28 Bojonggede 450

9 Ciomas 429 29 Tajurhalang 566

10 Tamansari 1.493 30 Kemang 982

11 Cijeruk 671 31 Rancabungur 627

12 Cigombong 1.015 32 Parung 386

13 Caringin 865 33 Ciseeng 1.823

14 Ciawi 1.040 34 Gunung Sindur 3.664

15 Cisarua 481 35 Rumpin 3.495

16 Megamendung 581 36 Cigudeg 1.730

(3)

No Kecamatan Jumlah RTLH

(unit) No Kecamatan

Jumlah RTLH (unit)

18 Babakan Madang 1.503 38 Jasinga 2.499

19 Sukamakmur 1.654 39 Tenjo 450

20 Cariu 938 40 Parung Panjang 274

Sumber: Dinas Tata Bangunan dan Permukiman, 2009

Selain Rumah Tidak Layak Huni (RTLH), kondisi infrastruktur permukiman di Kabupaten Bogor saat ini dapat dikatakan masih belum layak, kondisi tersebut timbul akibat masih belum terpenuhinya sarana dan prasarana di permukiman, kondisi sarana dan prasarana tersebut adalah sarana jalan lingkungan, jalan setapak, sarana air bersih, sarana air limbah, sarana persampahan dan sarana drainase. Jumlah permukiman kumuh yang berada di Kabupaten Bogor tersebar di 279 lokasi dengan jumlah bangunan rumah mencapai 8.517 Unit yang didiami oleh 10.510 KK.

Tabel 7. 3Data Permukiman Kumuh di Kabupaten Bogor

No. Kecamatan Desa

Jumlah Bangunan/Unit

Rumah

Jumlah Lokasi pemukima

n kumuh

Jumlah keluarga di pemukiman

kumuh

1 Pamijahan Cibunian 72 1 72

2 Pamijahan Purwabakti 69 11 69

3 Pamijahan Gunung Bunder 1 40 1 60

4 Pamijahan Gunung Picung 30 1 30

5 Cibungbulang Galuga 25 1 25

6 Cibungbulang Cimanggu 1 5 1 5

7 Cibungbulang Girimulya 50 2 50

8 Ciampea Bojong Jengkol 50 3 50

9 Ciampea Cihideung Udik 70 13 70

10 Ciampea Cibadak 6 2 10

11 Ciampea Benteng 20 2 20

12 Ciampea Ciampea 25 2 30

13 Tenjolaya Cinangneng 7 3 7

14 Cijeruk Cibalung 30 1 30

15 Cijeruk Cipicung 35 5 35

16 Cijeruk Tanjung Sari 78 3 87

17 Cijeruk Tajur Halang 42 4 42

18 Cijeruk Palasari 186 7 218

19 Cigombong Wates Jaya 50 5 50

20 Cigombong Ciburuy 100 7 100

21 Cigombong Cisalada 3 1 3

22 Cigombong Pasir Jaya 807 10 880

23 Sukaraja Cibanon 55 5 55

(4)

26 Sukaraja Cadas Ngampar 10 1 10

27 Sukamakmur Sukamulya 300 3 350

28 Jonggol Sukajaya 60 2 60

29 Jonggol Jonggol 24 8 51

30 Cileungsi Setu Sari 40 4 40

31 Cileungsi Gandoang 68 3 68

32 Cileungsi Pasir Angin 36 12 36

33 Kelapa Nunggal Leuwikaret 20 1 23

34 Kelapa Nunggal Lulut 50 3 54

35 Kelapa Nunggal Nambo 767 8 767

36 Kelapa Nunggal Kembang Kuning 10 1 15

37 Kelapa Nunggal Ligarmukti 57 2 57

38 Kelapa Nunggal Bojong 76 2 85

39 Kelapa Nunggal Cikahuripan 30 1 33

40 Citeureup Karang Asem Barat 1230 6 1720

41 Citeureup Tarikolot 120 1 175

42 Citeureup Citeureup 323 4 422

43 Cibinong Pabuaran 21 1 21

44 Bojong Gede Waringin Jaya 25 3 25

45 Bojong Gede Kedung Waringin 40 1 40

46 Bojong Gede Pabuaran 107 5 107

47 Bojong Gede Ragajaya 50 5 50

48 Gunung Sindur Pabuaran 10 1 10

49 Rumpin Cipinang 163 3 189

50 Rumpin Sukasari 7 1 12

51 Sukajaya Cisarua 20 1 20

52 Sukajaya Kiarapandak 320 18 320

53 Jasinga Pangradin 150 3 160

54 Jasinga Kalongsawah 130 7 260

55 Jasinga Sipak 200 10 260

56 Jasinga Pamagersari 275 8 500

57 Jasinga Jugala Jaya 140 2 230

58 Jasinga Curug 120 5 132

59 Jasinga Tegal Wangi 184 1 300

60 Jasinga Jasinga 60 3 120

61 Jasinga Cikopomayak 106 2 131

62 Jasinga Neglasari 105 3 150

(5)

No. Kecamatan Desa

Jumlah Bangunan/Unit

Rumah

Jumlah Lokasi pemukima

n kumuh

Jumlah keluarga di pemukiman

kumuh

64 Jasinga Pangaur 150 2 200

65 Jasinga Wirajaya 300 4 375

66 Tenjo Ciomas 120 2 198

67 Tenjo Tapos 85 4 110

68 Tenjo Bojong 200 5 230

69 Tenjo Tenjo 12 1 12

70 Parung Panjang Jagabaya 60 2 72

71 Parung Panjang Dago 15 1 17

72 Parung Panjang Cikuda 20 1 27

73 Parung Panjang Pingku 20 2 25

74 Parung Panjang Lumpang 17 2 15

75 Parung Panjang Gintung Cilejet 40 2 32

76 Parung Panjang Jagabita 25 2 23

77 Parung Panjang Parung Panjang 50 1 60

78 Parung Panjang Kabasiran 30 3 27

JUMLAH 8517 279 10.51

Sumber : Dinas Tata Bangunan dan Permukiman, 2010

Dalam rangka gerakan 100-0-100 maka perlu dipetakan permasalahan pembangunan infrastruktur permukiman di Kabupaten Bogor di mana dapat dilihat dari permasalahan pembangunan Kabupaten Bogor secara umum. Secara umum permasalahan pembangunan Kabupaten Bogor yaitu:

 Masih terbatasnya rencana tata ruang skala detail dan teknis di Kabupaten Bogor

 Belum tersedianya database perijinan pemanfaatan ruang yang akurat dan lengkap, sehingga berpengaruh pada kemungkinan terjadinya tumpang tindih dalam pemberian perijinan pemanfaatan ruang

 Untuk permasalahan dalam sektor pengembangan permukiman di Kabupaten Bogor adalah:

 Peningkatan luasan lahan permukiman dapat berdampak pada kualitas lahan di Kabupaten Bogor;

 Pengembangan kawasan permukiman di lahan konservasi/lahan yang tidak sesuai dengan peruntukannya;

 Rendahnya kualitas kesehatan di lingkungan permukiman;

 Munculnya permukiman kumuh akibat tingginya tingkat kepadatan penduduk;

 Maraknya pembangunan perumahan baru yang tidak di dukung prasarana dasar;

(6)

 Perwujudan kawasan permukiman yang layak dan berkelanjutan dalam mendukung metropolitan Jakarta

 Percepatan peningkatan pelayanan infrastruktur permukiman yang berkualitas bagi seluruh lapisan masyarakat

 Perwujudan kawasan perkotaan yang bebas kumuh

 Perkembangan permukiman yang pesat pada kawasan rawan bencana

 Pengembangan sumber-sumber pendanaan dan kembagaan pengembangan permukiman

Kebutuhan pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman di Kabupaten Bogor diidentifikasi berdasarkan permasalahan dan tantangan, arahan pengembangan permukiman dan infrastruktur, karakteristik kawasan permukiman serta isu strategis pembangunan permukiman di Kabupaten Bogor, berdasarkan keempat hal tersebut maka kebutuhan pembangunan permukiman di Kabupaten Bogor adalah:

Pengembangan dan pengendalian kawasan permukiman yang layak dan mendukung perwujudan Struktur dan Pola Ruang Kabupaten secara hirarkis, produktif, dan berkelanjutan, dengan kebutuhan penanganan:

1. Penanganan rumah tidak layak huni sebesar 100% yaitu 66.513 unit hingga tahun 2032

2. Penyediaan perumahan secara vertical di perkotaan untuk mengantisipasi keterbatasan lahan

3. Penyediaan RSH yang tersebar di wilayah Kabupaten Bogor

4. Mendorong pengembangan perumahan swadaya yang diperuntukan bagi masyarakat kurang mampu

Penyediaan dan peningkatan cakupan pelayanan infrastruktur permukiman yang layak dan memadai bagi seluruh lapisan masyarakat, dengan kebutuhan penanganan:

1. Penyediaan dan peningkatan infrastruktur di perkotaan 2. Penyediaan dan peningkatan infrastruktur di perdesaan 3. Penyediaan dan peningkatan infrastruktur kawasan RSH Penataan kawasan kumuh perkotan, dengan kebutuhan penanganan:

1. Melakukan peremajaan kawasan permukiman kumuh yang tersebar di Cibinong Raya. Penataan kawasan permukiman kumuh di sekitar kawasan industri meliputi kawasan industry Citeureup, Gunung Putrid dan Cileungsi 2. Pengendalian perkembangan permukiman pada kawasan yang beresiko

tinggi terhadap keselamatan, keamanan dan kenyamanan bermukim, dengan kebutuhan penanganan:

 Mengembalikan fungsi sempandan sungai Ciliwung dan Cisadane

(7)

 Mengendalikan perkembangan permukiman di sekitar kawasan konservasi dan kawasan lindung di Kawasan Bogor Selatan

 Melakukan rehabilitasi/rekonstruksi permukiman di kawasan rawan bencana

Pengembangan potensi pendanaan dari berbagai sumber, dengan kebutuhan penanganan:

 Mendorong kerjasama pemerintah, swasta maupun masyarakat dalam sistem pembiayaan pengembangan permukiman dan infrastruktur

 Meningkatkan kapasitas kelembagaan dalam bidang permukiman

Dalam program pengembangan permukiman di Kabupaten Bogor kesiapan daerah yang sudah dan akan di laksanakan meliputi:

 Dokumen Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan (SPPIP) Kabupaten Bogor Tahun 2012.

 Program Pembangunan Infrastruktur Perdesaan (PPIP) Kabupaten Bogor tahun 2009 sampai dengan 2012.

 Dokumen Rencana Pengembangan Kawasan Permukiman Prioritas (RPKPP) pada tahun 2013

 Dokumen DED Infrastruktur Perdesaan

 Dokumen Penyusunan Database Kawasan Kumuh Kabupaten Bogor tahun 2010

7.1.2 Sasaran Program

Sebelum menetapkan strategi dan kebijakan pembangunan infrastruktur permukiman sektor pengembangan kawasan permukiman maka perlu ditetapkan sasaran pembangunan yang mengacu pada target nasional 100-0-100, target daerah yang tertuang dalam dokumen RPJMD Kabupaten Bogor, serta Renstra Dinas terkait. Berikut ini uraian sasaran program yang dimaksud.

Tabel 7. 4 Matriks Sasaran Program Sektor Pengembangan Kawasan Permukiman Kabupaten Bogor 2015-2019

NO URAIAN SASARAN PROGRAM

TOTAL LUAS KAWASAN

SASARAN PROGRAM

2015 2016 2017 2018 2019 KET

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)

I Kawasan Kumuh Perkotaan 242,98 Ha 242,98 182,26 121,52 60,78 0,04 -

II Kawasan Permukiman Perdesaan

28.366 Ha - - - -

(8)

untuk 5 tahun kedepan.

(9)

KODE

OUTPUT

LOKASI TAHUN VOL SATUAN

SUMBER DANA (X 1.000)

INDIKATOR OUTPUT

APBN APBD

Provinsi APBD Kab Bogor KPS CSR

RINCIAN

2412 Pembinaan dan Pengembangan Kawasan Permukiman kawasan kumuh Pusat Kota

Cibinong Raya 2016 1 Kawasan kawasan kumuh Pusat Kota

Cibinong Raya 2017 1 Kawasan

(10)

APBN huni pada kawasan perkotaan

Cibinong Raya 2015 50 Unit

250.000

2 5

Rehabilitasi rumah tidak layak huni pada kawasan strategis

Kab. Bogor 2015

250.000

2 6

Rehabilitasi rumah tidak layak huni pada kawasan strategis

Kab. Bogor 2016

250.000

2 7 Rehabilitasi rumah tidak layak huni pada kawasan strategis Kab. Bogor 2018 300.000

2 8

Penyiapan lahan dalam rangka pembangunan rumah susun

(11)

KODE

OUTPUT

LOKASI TAHUN VOL SATUAN

SUMBER DANA (X 1.000)

(12)
(13)

KODE

OUTPUT

LOKASI TAHUN VOL SATUAN

SUMBER DANA (X 1.000)

(14)

APBN konstruksinya > 50% terkena areal sempadan sungai

Pembangunan jalan inpeksi (l : 3 m) pada Penataan sempadan Kali Kumpa

(15)

KODE

OUTPUT

LOKASI TAHUN VOL SATUAN

SUMBER DANA (X 1.000)

INDIKATOR OUTPUT

APBN APBD

Provinsi APBD Kab Bogor KPS CSR

RINCIAN

2 54

Peningkatan akses jalan lokal menjadi jalan kolektor

(16)

APBN

(17)

KODE

OUTPUT

LOKASI TAHUN VOL SATUAN

SUMBER DANA (X 1.000)

(18)

APBN

Provinsi APBD Kab Bogor KPS CSR

RINCIAN

2 122 Pengadaan TPS Tambahan /

Transfer Depo Tipe-3

Kaw. Pabuaran 2015 1 unit

33.660

2 123 Perbaikan jalan lingkungan (l : 3 m)

Kaw. Pabuaran 2015 4.500 M'

137.700

2 124 Perbaikan jalan lingkungan (l : 3 m)

Kaw. Pabuaran 2016 4.500 M'

137.700

2 125 Pengembangan akses jalan lingkungan

Kaw. Pabuaran 2015 4.200 M'

128.520

2 126 Pengembangan akses jalan lingkungan

Kaw. Pabuaran 2016 4.200 M'

128.520

2 127 Pengembangan akses jalan lingkungan

Kaw. Pabuaran 2017 4.200 M'

128.520

2 128 Pengamanan sumber dan

jaringan air bersih

Kaw. Pabuaran 2015 1 Paket

76.500

2 129 Pengamanan sumber dan

jaringan air bersih

Kaw. Pabuaran 2016 1 Paket

76.500

2 130 Pembangunan Hidran Umum Kaw. Pabuaran 2015 1 unit

510

2 131 Pembangunan Hidran Umum Kaw. Pabuaran 2016 1 unit

510

2 132

Pengembangan jaringan pipa distribusi dan sambungan rumah

Kaw. Pabuaran 2015 872 unit

296.429

2 133

Pengembangan jaringan pipa distribusi dan sambungan rumah

Kaw. Pabuaran 2016 872 unit

(19)

KODE

OUTPUT

LOKASI TAHUN VOL SATUAN

SUMBER DANA (X 1.000)

INDIKATOR OUTPUT drainase sekunder dan tersier

Kaw. Bojong Gede

2016 7.000 M'

571.200

2 206 Peningkatan kualitas saluran drainase sekunder dan tersier

(20)

APBN

kejelasan status lahan

Kaw. Bojong

Perencanaan teknis (DED jalan inspeksi dan buffer hijau di sepanjang sempadan rel kereta api areal sempadan Rel KA

Kaw. Bojong (buffer) di sepanjang sempadan rel kereta api

Kaw. Bojong Gede

2017 1 paket

(21)

KODE

OUTPUT

LOKASI TAHUN VOL SATUAN

SUMBER DANA (X 1.000)

INDIKATOR OUTPUT

APBN APBD

Provinsi APBD Kab Bogor KPS CSR

RINCIAN

2 222

Pembangunan jalan inspeksi di sepanjang sempadan rel kereta api (l : 2 m) huni pada kawasan perdesaan

Kab Bogor 50 Unit

250.000

3 4 Rehabilitasi rumah tidak layak huni pada kawasan perdesaan

Kab Bogor 50 Unit

permukiman Kec. Gn. Sindur

Kec. Gn. Sindur 2016 1 Paket

(22)

yaitu adanya pembangunan perkotaan sebagai pusat-pusat pertumbuhan diarahkan untuk mewujudkan kota-kota berkelanjutan dan berdaya saing, melalui pemerataan pembangunan di luar Pulau Jawa, sekaligus mengembangkan kota layak huni, kota hijau yang berketahanan iklim dan bencana, serta kota cerdas, berdasarkan karakter fisik, potensi ekonomi, dan budaya lokal. Tujuan pembangunan sektor PBL untuk periode 2015-2019 tersebut dapat diuraikan dalam dua poin utama, yaitu :

Adapun sasaran strategis PBL adalah meningkatnya keamanan dan keselamatan bangunan gedung termasuk keserasiannya terhadap lingkungan melalui :

1. Pembinaan dan pengawasan khususnya bangunan milik Pemerintah di seluruh kabupaten/kota

2. Penyusunan Norma, Standar, Pedoman dan Kriteria (NSPK) untuk seluruh bangunan gedung dan penerapan penyelenggaraan bangunan hijau di seluruh kab/kota

3. Menciptakan building codes yg dapat menjadi rujukan bagi penyelenggaraan & penataan bangunan di seluruh kab/kota.

Melihat framework pembangunan sektor PBL yang telah ditetapkan dalam Renstra Ditjen Cipta Karya tahun 2015-2019 khususnya sektor PBL, maka Kabupaten Bogor harus lebih menyusun sasaran program PBL yang berdasar isu strategis PBL di Kabupaten Bogor serta kondisi eksisting Penataan Bangunan dan Lingkungan di Kabupaten Bogor hingga tahun 2015.

Dalam rangka mewujudkan Kabupaten Bogor menjadi Kota yang berkelanjutan maka perlu diketahui sumber daya yang telah ada serta kebutuhan peningkatannya tiap tahun mulai tahun 2015 hingga 2019.

(23)

kegiatan pembangunan gedung yang perlu ditindaklanjuti dengan Peraturan Daerah (Perda). Kabupaten Bogor telah memiliki Peraturan Daerah (Perda) Bangunan Gedung untuk menjamin kepastian dan ketertiban hukum dalam penyelenggaraan bangunan gedung. Perda yang dimaksud adalah Perda Nomor 12 tahun 2009 tentang Bangunan Gedung.

Adapun Peraturan terkait Penataan Bangunan dan Lingkungan di Kabupaten Bogor adalah:

Tabel 7.6 Peraturan Daerah terkait Penataan Bangunan dan Lingkungan di Kabupaten Bogor

No Peraturan Daerah Kabupaten Bogor Ket

No Tahun Tentang

1 19 2008 Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bogor tahun 2005-2025.

2 41 2011 Tata Cara Permohonan dan Persyaratan Izin Operasional Menara (IOM) di Kabupaten Bogor 3 2 2013 Retribusi Pengendalian Menara Telekomunikasi.

Berdasarkan pengamatan bangunan-bangunan di Kabupaten Bogor khususnya kawasan perkotaan sudah mengadaptasi arsitektur bangunan modern dimana sebagian besar merupakan bangunan perkantoran bertingkat pada jalan utama. Sementara untuk bangunan hunian yang sebagian besar telah dikelola oleh developer merupakan bangunan dengan langgam arsitektur tropis minimalis.

Tata bangunan di Kabupaten Bogor secara keseluruhan memiliki pola cluster per blok yang berorientasi kearah dalam kawasan. Pola ini dimaksudkan agar lebih ramah terhadap manusia. Pembentukan ruang luar yang dihasilkan oleh bangunan akan memberikan kenyamanan visual bagi pengguna. Pola ini juga menghasilkan urban fabric yang menarik untuk para pejalan kaki, karena artikulasi bangunan dapat berinteraksi langsung dengan pengguna. Hal lain yang juga berperan penting adalah pengaturan ketinggian bangunan untuk membentuk skyline bangunan yang pada akhirnya untuk membentuk street picture yang baik.

(24)

beberapa titik serta dalam kavling. Sistem sirkulasi kawasan akan terbentuk dari rangkaian keterhubungan besar yang tidak terlepas dari konsep kawasan secara makro.

Ruang Terbuka merupakan elemen yang sangat berpengaruh. Pembentukan ruang terbuka ini direncanakan dengan membagi ruang terbuka menjadi ruang terbuka aktif dan pasif. Ruang terbuka aktif merupakan ruang terbuka yang dapat mewadahi kegiatan manusia, sementara ruang terbuka pasif merupakan ruang terbuka yang berfungsi sebagai penjaga keseimbangan ekologi dan hidrologi.

Arahan penataan ruang terbuka di Kabupaten Bogor antara lain:

 Mendorong sebanyak mungkin ruang terbuka di setiap lahan produktif.

 Menempatkan fungsi-fungsi pendukung di ruang terbuka tersebut.

 Ruang-ruang terbuka yang telah terbentuk dapat dikembangkan sebagai ruang terbuka aktif dan pasif.

Ruang terbuka aktif yang direncanakan terutama pada area ruang terbuka yaitu situ, sungai serta sempadannya dan terdapat disetiap blok kawasan. Ruang-ruang ini merupakan inner court dari kumpulan bangunan yang terdapat dalam satu blok. Fungsi utamanya adalah untuk dapat mewadahi interaksi sosial pengguna baik itu secara langsung atau tidak langsung, berolah raga, atau berekreasi alam.

RTH Aktif RTH Pasif

(25)

Ruang terbuka pasif pada kawasan memiliki tujuan untuk memberikan kenyamanan lingkungan dalam keadaan apapun. Ruang terbuka ini merupakan pengisi ruang-ruang buffer antar fungsi dan antar kawasan. Pembentukan ruang-ruang terbuka ini harus memenuhi kualitas ekologis dan hidrologis eksisting, sehingga kualitas lingkungan dapat berkelanjutan.

Setiap perencanaan bangunan di Kabupaten Bogor diarahkan kepada pembangunan

infill hunian vertikal, agar dapat memberikan efektifitas bagi ruang terbuka. Peningkatan intensitas ini akan memberikan vitalitas baru sehingga akan dapat menarik bagi para pengunjung. Langgam bangunan yang digunakan untuk dapat memberikan karakter khusus dan urban fabric yang menarik digunakan langgam arsitektur yang ramah lingkungan. Langgam ini akan menjadikan daya tarik tersendiri bagi daerah Kabupaten Bogor.

Street furniture merupakan elemen kota yang memberikan kenyaman untuk para pengguna. Keberadaannya sangat membantu dalam peningkatan mutu secara estetika ataupun mobilitas pedestrian. Street furniture melengkapi sistem tanda dan simbol daerah perkotaan dan objek-objek penting kota agar dapat menjadi kota yang informatif. Penataan street furniture dan sistem tanda dan simbol (signage) dibedakan dengan pemisahan jenis dan tingkatan informasi dalam skala kawasan dan skala kota.

(26)

Gambar 7. 3 Contoh Street Furniture Elemen Daerah

Signage yang dikembangkan adalah merupakan signage yang memberikan dampak visual yang baik bagi citra daerah. Signage ini dimaksudkan untuk dapat memberikan orientasi dan kejelasan serta diharapkan dapat memberikan ciri khas tersendiri bagi daerah.

Suatu kawasan yang berorientasi terhadap manusia menjadikan aktifitas pendukung merupakan pemenuhan kebutuhan pengguna. Aktifitas yang akan diletakkan merupakan aktifitas berupa pusat pedagang kaki lima, pertunjukan-pertunjukan pada waktu-waktu tertentu yang terdapat di simpul-simpul kawasan.

Di dalam penataan bangunan dan lingkungan, masyarakat juga ikut berperan aktif, yakni dengan :

 Tenaga kerja, yaitu kontribusi masyarakat sebagai pekerja didalam proses penataan lingkungan/kawasan.

 Sebagai inisiator program, yaitu masyarakat mengajukan usulan awal mengenai kemungkinan penataan bangunan dan lingkungan setempat.

 Berbagi biaya, yaitu masyarakat berbagi tanggung jawab terhadap pembiayaan kegiatan penataan.

 Berdasarkan kontrak, yaitu masyarakat terikat kontrak untuk melaksanakan suatu/seluruh program kegiatan penataan.

(27)

Dalam penataan bangunan dan lingkungan terdapat beberapa permasalahan dan tantangan yang dihadapi, diantaranya :

 Permasalahan dan tantangan di bidang Bangunan Gedung

 Kurang ditegakkannya aturan keselamatan, keamanan dan kenyamanan banguna gedung termasuk pada daerah-daerah rawan bencana;

 Prasarana dan sarana hidran kebakaran banyak yang tidak berfungsi dan kurang mendapat perhatian;

 Lemahnya pengaturan penyelenggaraan bangunan gedung di daerah serta rendahnya kualitas pelayanan publik dan perijinan.

 Permasalahan dan tantangan di bidang gedung dan rumah negara

 Banyaknya bangunan gedung negara yang belum memenuhi persyaratan keselamatan, keamanan dan kenyamanan;

 Penyelenggaraan bangunan gedung dan rumah negara kurang tertib dan efisien;

Permasalahan dan tantangan di bidang penataan lingkungan

 Kurang diperhatikannya permukiman-permukiman tradisional dan bangunan gedung bersejarah;

 Belum optimalnya penanganan kawasan pengembangan destinasi wisata miniature dunia yaitu di Kecamatan Sukajaya;

 Belum berkembangnya 33 desa wisata di Kabupaten Bogor;

 Terjadinya degradasi kawasan strategi;

 Sarana lingkungan hijau/open space, sarana o;ahraga, dan lainnya kurang diperhatikan hampir disetiap kecamatan;

 Masih kurangnya penetapan persentase jenis peruntukan lahan yang dikelola Pemerintah Daerah untuk Ruang Terbuka Hijau (RTH), Daerah Milik Jalan (Damija), dan fasilitas umum;

 Masih belum optimalnya penerapan peruntukan lahan mikro, misalnya peruntukan (lantai dasar, lantai atas, maupun lantai besmen), dan peruntukan lahan tertentu, misalnya berkaitan dengan konteks bentang alam/lingkungan konservasi;

 Minimnya pengaturan kepadatan pengembangan kawasan;

 Minimnya penetapan alokasi lahan untuk fasilitas umum dan fasilitas sosial yang ditempatkan sebagai pusat lingkungan yang dapat dijangkau pejalan kaki;

 Masih kurangnya penciptaan keseimbangan lingkungan yang berorientasi pada pemakai bangunan berskala ramah pejalan kaki;

 Rendahnya penetapan pengaturan pada komponen penataan misalnya, Koefisien Dasar Bangunan (KDB), Koefisien Lantai Bangunan (KLB), Koefisien Daerah Hijau (KDH), Koefisien Tapak Besmen (KTB), serta Sistem Insentif-Disinsentif Pengembangan;

(28)

Agar dapat menetapkan sasaran program yang jelas dan tepat sasaran, berdasar dari kondisi eksisting, permasalahan dan tantangan Program Pembangunan Penataan Bangunan dan Lingkungan di Kota Bogor maka dapat ditetapkan isu strategis sektor PBL di Kabupaten Bogor sebagai berikut :

1) Penataan Lingkungan Permukiman

a. Belum menjadi anggota Kota Pusaka (Heritage Cities) / Kota Hijau yang tertuang dalam P3KP & P2KH dalam rangka pencapaian kota berkelanjutan.

b. Pengendalian pemanfaatan ruang melalui RTBL;

c. Pemenuhan kebutuhan ruang terbuka publik dan ruang terbuka hijau (RTH) di perkotaan;

d. Revitalisasi dan pelestarian lingkungan permukiman tradisional dan bangunan bersejarah berpotensi wisata untuk menunjang tumbuh kembangnya ekonomi lokal;

e. Peningkatan kualitas lingkungan dalam rangka pemenuhan standar pelayanan minimal;

f. Ruang terbuka publik sebagai pusat informasi, dan edukasi masih kurang; g. Pelibatan Pemerintah daerah dan swasta serta masyarakat dalam penataan

bangunan dan lingkungan.

2) Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara

a. Tertib pembangunan dan keandalan bangunan gedung (keselamatan, kesehatan, kenyamanan, dan kemudahan);

b. Pengendalian penyelenggaraan bangunan gedung dengan perda bangunan gedung di kab/kota;

c. Tantangan untuk mewujudkan bangunan gedung yang fungsional, tertib, andal dan mengacu pada isu lingkungan berkelanjutan;

d. Tertib dalam penyelenggaraan dan pengelolaan aset gedung dan rumah negara;

e. Peningkatan kualitas pelayanan publik dalam pengelolaan gedung dan rumah Negara.

7.2.2 Sasaran Program

(29)

Tabel 7.7 Matriks Sasaran Program Sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan Kabupaten Bogor Periode Tahun 2015-2019

No Uraian Sasaran

Sumber : Renstra Dinas Tata Bangunan dan Permukiman. 2013-2018

7.2.3

Usulan Kebutuhan Program

Berdasarkan kondisi eksiting, permasalahan dan analisis kebutuhan untuk mengisi kesenjangan antara kondisi eksisting dengan kebutuhan maka perlu disusun usulan program dan kegiatan pembangunan penataan bangunan dan lingkungan di Kabupaten Bogor berdasarkan sekala prioritas untuk 5 tahun kedepan. Untuk itu, usulan program dan kegiatan Penataan Bangunan dan Lingkungan di Kabupaten Bogor selengkapnya terangkum dalam Tabel 7.8.

Tabel 7.8 Usulan Kebutuhan Program Sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan

NO KEGIATAN PENATAAN BANGUNAN DAN

LINGKUNGAN SATUAN

RENCANA PROGRAM

KET 2015 2016 2017 2018 2019

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)

I Penyelenggaraan Bangunan Gedung

1. Bangunan Hijau Tegar Beriman m2 √

II Penataan Bangunan dan Lingkungan Strategis

(30)

6. Kawasan desa wisata Ciasihan 1 kawasan √ 7. Kawasan desa wisata Ciasmara 1 kawasan √ 8. Kawasan desa wisata Gunung sari 1 kawasan √ 9. Kawasan desa wisata Cimande 1 kawasan √ 10.Kawasan desa wisata Cinagara 1 kawasan √ 11.Kawasan desa wisata Pancawati 1 kawasan √ 12.Kawasan desa wisata Tugu selatan 1 kawasan √ 13.Kawasan desa wisata Tugu Utara 1 kawasan √ 14.Kawasan desa wisata Batu layang 1 kawasan √ 15.Kawasan desa wisata Citeko 1 kawasan √ 16.Kawasan desa wisata Cilember 1 kawasan √ 17.Kawasan desa wisata Kopo 1 kawasan √ 18.Kawasan desa wisata Leuwimalang 1 kawasan √ 19.Kawasan desa wisata Cibatu tiga 1 kawasan √

20.Kawasan desa wisata Ligarmukti 1 kawasan √ 21.Kawasan desa wisata Jampang 1 kawasan √ 22.Kawasan desa wisata Gobang 1 kawasan √ 23.Kawasan desa wisata Megamendung 1 kawasan √ 24.Kawasan desa wisata Sukaresmi 1 kawasan √ 25.Kawasan desa wisata Sukakarya 1 kawasan √ 26.Kawasan desa wisata Ciseeng 1 kawasan √ 27.Kawasan desa wisata Kiara sari 1 kawasan √ 28.Kawasan desa wisata Tajur 1 kawasan √ 29.Kawasan desa wisata Tarikolot 1 kawasan √

30.Kawasan desa wisata Pasirmukti 1 kawasan √ 31.Kawasan desa wisata Malasari 1 kawasan √ 32.Kawasan desa wisata Citapen 1 kawasan √

III Revitalisasi Kawasan Tematik Perkotaan

1. Kawasan Sukajaya (Destinasi Wisata) 1 Kawasan √ 2. Kawasan Bojong gede 1 Kawasan √

1. Kawasan kampong cina puspa negara 1 Kawasan √ 2. Kawasan Paburuan 1 Kawasan √

3. Kawasan Tegar Beriman 1 Kawasan √ 4. Kawasan Cibinong 1 Kawasan √

5. Kawasan Pusat Kota Cileungsi 1 kawasan √

IV Pengembangan RTH

1. RTH Bojong Gede 1 Kawasan √ 2. RTH Citeureup Gunung Putri 1 kawasan √ 3. RTH Paburuan 1 kawasan √

V Fasilitasi Ruang terbuka Publik/ Edukasi dan Partisipasi Masy.

(31)

Adapun dalam program penataan bangunan dan lingkungan di Kabupaten Bogor kesiapan daerah yang sudah dan akan dilaksanakan meliputi:

1. Kesepakatan minat menjadi anggota Kota Hijau atau P2KH;

2. Dokumen Rencana Tindak Penataan Ruang Terbuka Hijau (RTH) Kabupaten Bogor Tahun 2012;

3. Dokumen Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) Kawasan Tegar Beriman Kabupaten Bogor Tahun 2011;

4. Rencana Tindak Perencanaan Ruang Terbuka Hijau di Kabupaten Bogor tahun 2012;

5. Dokumen Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) Kawasan Cibinong Tahun 2012;

6. Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Kepariwisataan Daerah Tahun 2014;

7. NSPK Peraturan Penataan Bangunan dan Lingkungan Tahun 2014 dengan RTBL Kawasan Ciawi Tahun 2014;

8. Penyusunan Masterplan pengembangan wisata goa godawang

9. Dokumen Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) pusat kota cileungsi;

10. Kesiapan lahan di kecamatan sukajaya miniature dunia; 11. Kesiapan lahan di 33 desa wisata

(32)

Bogor UKL/UPL RINCIAN

1 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17

1 Infrastruktur Berbasis Masyarakat

(33)

NO

OUTPUT

LOKASI TAHUN VOL SATUAN

SUMBER DANA (Rp x 1000) READINESS CRITERIA

INDIKATOR OUTPUT

APBN APBD Prov APBD Kab

Bogor KPS CSR DED/ FS

AMDAL/

(34)

3.3 Penataan RTH dan Taman Kota di Bojong gede

2018 1 ha

1.500.000

4 Revitalisasi dan

Pengembangan Kawasan Tematik Perkotaan

4.1 Penataan

Kawasan Strategis Cibinong/Tegar Beriman

Kec Cibinong

√ √ DTBP

a DED Penataan

Cibinong

2016

500.000

b Pembangunan

Kawasan Strategis Cibinong

2017

5.000.000

c Pemeliharaan

Kawasan Cibinong

4.2 Penataan Kawasan Destinasi Wisata Sukajaya

Kec Sukajaya

√ √ DTBP

a DED Penataan

Sukajaya

2017 500.000

b Pembangunan

Kawasan Destinasi Wisata Sukajaya

2018

10.000.000

(35)

NO

OUTPUT

LOKASI TAHUN VOL SATUAN

SUMBER DANA (Rp x 1000) READINESS CRITERIA

INDIKATOR OUTPUT

APBN APBD Prov APBD Kab

Bogor KPS CSR DED/ FS

AMDAL/

UKL/UPL LAHAN PENGELOLA RINCIAN

1 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17

c Pemeliharaan

Kawasan Sukajaya

2019 500.000

4.3 Penataan Kawasan Destinasi Wisata Tajur

Desa Tajur √ DTBP

a DED 2017 500.000

b Pembangunan 2018

5.000.000

c Pemeliharaan 2019 500.000

4.4 Penataan Kawasan Ciawi

5.000.000

√ DTBP

a DED 2018

b Pembangunan 2019

c Pemeliharaan 2020 500.000

4.5 DED Penataan Kawasan Puspanegara

2019

750.000

DTBP

4.6 Penyusunan

Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan Citeureup Gunung Putri

2015

800.000

DTBP

4.7 Penyusunan

Rencana Tata Bangunan dan

2017

800.000

(36)

Lingkungan Bojong Gede

4.8 Penyusunan

Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan Paburuan

2016

800.000

DTBP

4.9 Penyusunan

Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan Puspanagara

2018

800.000

DTBP

5 Fasilitasi Edukasi dan Pengembangan Partisipasi Masyarakat Bidang Penataan Bangunan

5.1 Fasilitasi Pemanfaatan Ruang Terbuka Publik Kawasan Tegar Beriman

Kec Cibinong

2018

Penataan Ruang

berkumpul/plasa

2.000.000

500.000 √ DTBP

5.2 Fasilitasi Pemanfaatan Ruang Terbuka Publik Kawasan Sukajaya

Kec Sukajaya

2019

600.000

(37)

NO

OUTPUT

LOKASI TAHUN VOL SATUAN

SUMBER DANA (Rp x 1000) READINESS CRITERIA

INDIKATOR OUTPUT

APBN APBD Prov APBD Kab

Bogor KPS CSR DED/ FS

AMDAL/

UKL/UPL LAHAN PENGELOLA RINCIAN

1 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17

6 Program Lingkungan Sehat Perumahan

DTBP

6.1 Pengendalian dan Pengawasan Bangunan Dalam Kawasan Perumahan

Kab Bogor

2015-2019

600.000

7 Program Pengembangan Wilayah Strategis dan Cepat Tumbuh

DTBP

7.1 Pendataan, Pengolahan dan Pelaporan Bangunan Non Perumahan

Kab Bogor

2015-2019

1 Dokumen 300.000

7.2 Pengendalian Bangunan Non Perumahan

Kab Bogor

2015-2019

40 Kecamatan 350.000

Fasilitasi Tim Ahli Bangunan Gedung

Kab Bogor 2015 1 paket 500.000

7.4 Penyusunan

Rancangan Peraturan Bupati

Kab Bogor 2016 1 paket

1.000.000

(38)

tentang Sertifikasi Laik Fungsi (SLF)

7.5 Penyusunan

Rancangan Peraturan Bupati tentang

Pendataan Bangunan

Kab Bogor 2017 1 paket

1.000.000

TOTAL

40.050.000

6.000.000

7.750.000 -

(39)

7.3 Sektor Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum

7.3.1 Kondisi Eksisting

 Luas Wilayah : 2.997,13 km2

 Jumlah Kecamatan : 40 Kecamatan

 Jumlah Pelanggan : 154.599 SR

 Tingkat Kehilangan Air : 32.11 %

Gambar 7.4 Peta Eksisting Wilayah Pelayanan PDAM Tirta Kahuripan Kabupaten Bogor Sumber: Analisa Konsultan 2015

A. Kebijakan Pengembangan SPAM

Peningkatan pelayanan air minum pada hakekatnya dimaksudkan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan konsumsi air minum yang memenuhi persyaratan-persayaratan khusus sehingga memiliki derajat kesehatan yang tinggi. Untuk dapat mewujudkan maksud di atas, perlu dilakukan serangkaian pengaturan terpadu sesuai tujuan pengembangan SPAM. Dalam konteks pengembangan wilayah baik pada tingkat Provinsi maupun Kabupaten Bogor, misi pembangunan daerah Kabupaten Bogor poin ke-1 yang menyebutkan sebagai berikut: “Terwujudnya masyarakat Kabupaten Bogor yang bertaqwa, berdaya dan berbudaya menuju sejahtera”. (RISPAM Kabupaten Bogor tahun 2014).

Ketersediaan suplai PDAM dengan harga terjangkau diharapkan dapat berkontribusi dalam menunjang pertumbuhan ekonomi lokalyang pada gilirannya akanikut pula mendorong peningkatan kesejahteraan masyarakat. Harapan tersebut diperjelas pada misi ke-2 Daerah yang secara khusus diarahkan untuk: “Meningkatkan infrastruktur dan aksesbilitas daerah yang berkualitas, terintegrasi dan berkelanjutan”.

(40)

strategis yang mengemuka. Lebih lanjut hal ini akanmendasari konsep kebijakan dan strategi daerah dalam pengembangan SPAM.

Jakstrada pengembangan SPAM Kabupaten Bogor disusun berdasarkan Kebijakan dan Stratregi Pengembangan SPAM Nasional dan Rancangan Induk Penyediaan Air Minum yang berlaku. Langkah strategis pengembangan SPAM jaringan perpipaan jangka menengah pada dasarnya melanjutkan strategi bisnis plan PDAM-TK yang sebagian telah diselenggara dalam periode 2013-2017 (Tahap I fase-1). Dalam perjalannya dianggap perlu untuk melengkapinya dengan beberapa poin/isu strategis tambahan sesuai urgensinya, serta perkembangan kebutuhan saat kini adalah sebagai diurai dibawah ini:

- Mempertahankan konsistensi dan intensifikasi upaya peningkatan cakupan pelayanan air minum. Baik Sistem Penyediaan Air Minum Bukan Jaringan Perpipaan (SPAM-BJP) terlindungi maupun pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum Jaringan Perpipaan (SPAM-JP) bagi seluruh penduduk kabupaten. Sehingga akses 100% dapat dicapai, sebagai solusi antara. Baru dalam program pengembangan SPAM jangka menengah Tahap-2 upaya peningkatan SPAM-BJP menjadi SPAM-JP lebih diintensifkan.

- Meningkatkan upaya penerimaan finansial antara lain melalui pemberlakuan tarif progresif, efisiensi operasi, penerapan subsidi silang hasil kalkulasi per cabang pelayanan (tidak digeneralisasi), peningkatan produktivitas pegawai, penurunan Non Reveneu Water (NRW) dan peningkatan dedikasi karyawan, mengoptimalisasi kapasitas tepasang terutama sumber mata air potensial yang relatif paling rendah biaya operasinya, keseluruhannya dalam rangka menjaga kesehatan keuangan perusahaan.

- Meningkatkan kapasitas produksi dan distribusi terutama di kawasan tertinggal, rawan air dan kawasan kumuh perkotaan.

- Rencana peningkatan kualitas pelayanan melalui upaya profesionalisasi SDM penunjang diselenggara antara lain dalam rangka menegakkan aspek 3K (Kuantitas, Kualitas dan Kontinuitas) dalam penyelenggaraan SPAM, yang pada dasarnya mengarah pada rencana peningkatan kualitas hasil produksi sehingga berkualitas air minum.

- Berupaya menurunkan kapasitas menganggur serta angka kehilangan air melalui kegiatan rutin yang khusus diselenggarakan untuk itu, mengarah pada rencana peningkatan efisiensi operasi secara keseluruhan.

- Tindak lanjut optimalisasi kapasitas produksi dan pipa distribusi eksisting dimaksud baru dapat dianggap layak untuk diselenggara secara totalitas, apabila berdasar hasil analisis ekonomi dan dapat pertimbangan komprehensif disimpulkan bahwa biaya perbaikan memang jauh lebih rendah dibanding manfaat keuntungan yang diharapkan (quick yielding) dalam periode jangka menengah.

(41)

tepat kepada setiap pemangku kepentingan terkait mengenai kondisi penyelenggaraan SPAM-JP (termasuk SPAM- BJP) yang tengah berlangsung. Sehingga masing-masing sektor dapat saling mengisi berdasar tolok ukur cakupan akses yang disepakatisecara nasional.

- Mengoptimalisasi pengelolaan sumber dana pengembangan SPAM seperti program bantuan/penyertaan modal pemerintah (APBN, APBD-Prov, APBD) termasuk dana pengembangan desa maupun dana Corporate Social Responsibility (CSR) serta dana internal PDAM sendiri sehingga dapat terhimpun dana investasi yang minimal dapat dimanfaatkan guna mencapai cakupan pelayanan SPAM terlindungi yang dikehendaki. Kegiatan rutin yang sementara ini dianggap cukup strategis dalam menunjang kepentingan Pemerintah Kabupaten adalah rencana pengembangan SPAM-JP Perdesaan Provinsi serta bantuan proyek Pusat. Usulan daerah berkaitan program pembangunan infrastruktur desa ini (dana APBD-Prov dan APBN) perlu ditangani secara intens diantara lain dengan menyediakan seluruh data yang diperlukan.

- Merancang pemenuhan kebutuhan air baku jangka panjang dalam rangka meminimasi proses degradasi lingkungan yang kini berlangsung semakin intens. Kondisi ini meningkatkan kebutuhan akan adanya suatu badan otorita pemanfaatan air baku di daerah terutama di kawasan-kawasan strategis dan kawasan andalan Nasional sehingga dapat menata dan lebih mengefisienkan pemanfaatan sumber daya air yang ada sebagaimana mestinya.

Rangkaian strategi implementasi diatas, dalam konteks perencanaan pengembangan SPAM jangka panjang daerah, tergolong sebagai langkah perintisan yang paling mendasar, sehingga diharapkan kedepan mampu menjadi landasan yang kuat dalam penanganan percepatan pencapaian cakupan pelayanan SPAM-JP > 85% pada awal tahap-2 (2019/2021).

B. Kondisi Eksisting Pelayanan SPAM Perpipaan PDAM Tirta Kahuripan

Berdasarkan data SIMSPAM yang terkumpul sampai akhir tahun 2014, PDAM Tirta Kahuripan mempunyai 12 cabang, dengan kategori pelayanan kota sebanyak 6 cabang dan pelayanan desa sebanyak 6 cabang. Semua cabang dalam kondisi SEHAT. Dari segi peraturan, PDAM Tirta Kahuripan telah memiliki Perda terkait air tanah, yaitu Perda Kabupaten Bogor No. 5 Tahun 2011, tanggal 29 April 2011 tentang Tata Cara Perhitungan Harga Dasar Air Sebagai Dasar Penetapan Nilai Perolehan Air Tanah.

(42)

Sumber: SIM SPAM PDAM Tirta Kahuripan 2011-2014

Dari tabel 7.10 di atas, beberapa hal yang perlu diperhatikan antara lain adalah:

- Kapasitas terpasang dan produksi pada tahun 2012 mengalami peningkatan dibanding tahun 2011. Hal ini terjadi karena pada tahun tersebut telah dibangun IPA yang baru. Akan tetapi tahun berikutnya terjadi penurunan kembali. Hal ini terjadi karena IPA baru tersebut belum dapat digunakan karena jaringan distribusi yang ada saat ini belum mendukung pemanfaatan air olahan IPA tersebut.

- Jumlah SR dari tahun ke tahun mengalami penurunan, meskipun jumlah air yang didistribusikan dan yang terjual meningkat. Hal ini terjadi karena pelayanan PDAM yang masih harus ditingkatkan maupun kesadaran masyarakat yang masih kurang akan pentingnya air bersih sehingga banyak pelanggan yang menutup sambungan rumahnya. Hal ini juga ditunjukkan dengan penurunan jumlah penduduk yang terlayani dan persentase pelayanan PDAM.

Jumlah penduduk pada tahun 2014 adalah sebanyak 5.226.098 jiwa dengan kebutuhan air minum sebesar 11.022.817 l/hari.

Tabel 7.11 Data Eksisting Jumlah Penduduk dan Kebutuhan Air Minum

Tahun Penduduk (Jiwa) Kebutuhan Air (L/hari)

2013 4.626.937 9.762.837

2014 5.226.098 11.022.817

Sumber: Potensi Desa, 2014

3 Kapasitas Distribusi (Distributed Capacity) m3/tahun 54.740.232 57.910.659 61.327.495 60.873.588 4 Kapasitas Air Terjual (Revenue Water) m3/tahun 39.317.333 39.317.333 43.013.315 43.013.434 5 Kapasitas Belum Terpakai (Idle Capacity) m3/tahun 9.804.037 23.195.088 11.340.521 11.340.521 6 Jumlah Sambungan Rumah/ Langganan (SR) Unit 154.599 154.599 140.041 138.386 7 Jumlah Hidran Umum/ Sambungan Komunal Unit 812 812 - -8 Jumlah Penduduk Terlayani Jiwa 706.017 1.008.794 871.284 861.054

9 Persentase Pelayanan % 14,83% 15,48% 13,90% 13,30%

10 Kehilangan Air % 28,12% 32,13% 27,47% 28,75%

DATA KEUANGAN DAN SDM

(43)

Gambar 7.5 Grafik Penduduk dan Kebutuhan Air Kabupaten Bogor

Sumber: Potensi Desa, 2014

Prosentase kondisi eksisting akses air minum Kabupaten Bogor dalam bentuk tabel dan grafik sebagai berikut:

Tabel 7.12 Prosentase Kondisi Eksisting Akses Air Minum

No Tahun JP (%) BJP-T

(%)

BJP-TT (%)

1 Tahun 2010 3,17 61,28 35,55

2 Tahun 2011 3,17 68,28 28,55

3 Tahun 2012 3,29 70,18 26,53

4 Tahun 2013 6,65 68,20 25,15

5 Tahun 2014 17,65 60,17 22,18

Sumber: (Potensi Desa, 2014); (Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor, 2014); (PDAM Tirta Kahuripan, 2014)

Keterangan: JP (Jaringan Perpipaan); BJP-T (Bukan Jaringan Perpipaan Terlindungi); BJP-TT (Bukan Jaringan Perpipaan Tidak Terlindungi)

Gambar 7.6 Grafik Prosentase Kondisi Eksisting Akses Air Minum Sumber: (Potensi Desa, 2014); (Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor, 2014);

(PDAM Tirta Kahuripan, 2014)

2000000,0 4000000,0 6000000,0 8000000,0 10000000,0 12000000,0

2013 2014

Data Eksisting Penduduk dan Kebutuhan Air Kabupaten Bogor

Penduduk (Jiwa)

Kebutuhan Air (L/hari)

0,00 20,00 40,00 60,00 80,00 100,00

Tahun 2010 Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun 2014 Prosentase Akses Air Minum Kabupaten Bogor

Tahun 2010-2014

BJP-TT

BJP-T

(44)

it) Broncaptering Gn. Salak Permai Broncaptering Brujul

Ciawi, Mega Mendung, Cisarua, Caringin, Cijeruk

Sub Total 1.119 1070.1 61.4 7,280 12

C Sub Sistem/zona Timur

(45)

Cabang 9

Air Tanah Dalam Cileungsi Air Tanah Dalam Limus nunggal Air Tanah Dalam Legenda Wisata Air Tanah Dalam Kota Wisata H Air Tanah Dalam Kota Wisata P Air Tanah Dalam Kota Wisata O Air Tanah Dalam Kota Wisata STO Cabang 12

Mata Air Sodong

Sumur Bor Cileungsi Sumur Bor Limus Nunggal Sumur Bor Legenda Wisata Sumur Bor Kota Wisata H Sumur Bor Kota Wisata P Sumur Bor Kota Wisata O Sumur Bor Kota Wisata STO

IPA Sodong

D Sub Sistem/zona Depok

Cabang 1 Pancoran Mas, Cilodong dan Tapos

Cabang 4

Air Tanah Dalam Permata Puri Air Tanah Dalam Laguna

(46)

Pipa Transmisi dan Distribusi

Sistem produksi dan distribusi perpipaan PDAM Kabupaten Bogor tersebar membentuk sub sistem yang berdiri sendiri sesuai sumbernya. Berdasarkan sistem tersebut, maka pengelolaannya dibagi dalam 2 sub sistem yaitu 1 di pusat dan 11 cabang.

Secara garis besar kondisi sistem jaringan transmisi dan distribusi tersebut adalah sebagai berikut:

Masih adanya sistem transmisi yang ditapping langsung untuk pelayanan sehingga mengakibatkan suplai air berkurang terutama pada saat jam puncak. Sistem distribusi yang telah direncanakan sering kali tidak dijadikan sebagai pedoman. Pengembangan jaringan lebih banyak mengikuti kebutuhan/permintaan konsumen, sehingga pembebanan untuk jaringan distribusi tidak merata.

Sebagian besar jaringan distribusi sudah menggunakan sistem zoning (terutama untuk Cabang I, II, III, IV) tetapi belum semuanya, sehingga sulit mengatur aliran air secara merata ke konsumen.

Sistem distribusi ke pelanggan dengan cara pemompaan, karena PDAM Kabupaten Bogor tidak menggunakan reservoir menara. Hasil pengolahan dari instalasi pengolahan di tampung dalam reservoir distribusi, kemudian dipompa sampai ke pelanggan.

(47)

Sarana yang dipergunakan untuk mengalirkan atau mendistribusikan air ke pelanggan melalui pipa bertekanan. Ukuran jenis dan umur pipa distribusi terpasang bervariasi bergantung kapasitas air yang dibawanya dan lokasi perletakan pipa.

 Sistem Non Perpipaan

Masyarakat yang belum terlayani oleh sistem perpipaan PDAM didalam memenuhi kebutuhan air bersih menggunakan sumber lain, yaitu sumur gali, Sumur pompa dan Sungai. Pada tabel berikut disampaikan daftar kecamatan yang belum memiliki sistem perpipaan.

Tabel 7.14 Daftar Kecamatan Yang Belum Memiliki Sistem Perpipaan

No Kecamatan Sumber Air Bersih (Unit)

SPT SGL PMA

1 Jasinga 2,265 36,570 700

2 Cigudeg 1,870 39,990 3,150

3 Sukajaya 110 9,845 3,150

4 Tenjo 3,550 29,535 -

5 Tenjolaya 2,890 7,825 3,150

6 Ranca Bungur 1,855 28,055 -

7 Parung 585 54,345 350

8 Bojong Gede 51,285 52,750 350

9 Tajur Halang 14,595 42,000 -

10 Citeureup 8,590 76,550 5,600

11 Gunung Putri 6,095 82,640 -

12 Klapanunggal 2,580 39,430 4,200

13 Sukamakmur 5 14,705 3,150

14 Cariu - 22,425 7,000

15 Tanjung Sari - 22,535 8,050

Jumlah 96,275 559,200 38,850

 Daerah Rawan Air

Penyebab rawan air di Kabupaten Bogor ini adalah kondisi topografi sebagian wilayah yang relatif datar serta buruknya kualitas sumber air yang dimanfaatkan selama ini dimana kebanyakan masyarakat memanfaatkan sumber air bersihnya dari air sungai maupun mata air dengan kualitas kurang baik dan kuantitas yang kurang mencukupi terutama pada saat kemarau.

(48)

Tanjungsari, dan Kecamatan Jonggol. Selain itu di Kecamatan Kelapa Nunggal, yang termasuk daerah rawan air adalah Desa Linggarmukti dan Leuwi Karet. Di kedua desa ini pernah dilakukan pengeboran oleh industri semen yang terdapat di Kecamatan Klapanunggal sebagai kompensasi bagi masyarakat sekitar. Beberapa wilayah di Kabupaten Bogor yang termasuk daerah rawan air disampaikan pada Tabel 7.15

berikut:

Tabel 7.15 Lokasi Wilayah Yang Diidentifikasi Rawan Air

No Kecamatan Desa Dusun Sumber Data

1 Tenjo 1 Ciomas 1 Kompa Data Primer & P2SP Jawa Barat di

Lokasi ini juga dirintis upaya pengeboran yang dilakukan oleh KOIKA (perusahaan perkebunan Korea) dengan kedalaman 100 m, 2 Cigudeg 1 Rengasjajar 1 Babakan Lapangan Data Primer, P2SP Jawa Barat &

Studi rawan Air Bapeda Kab. Bogor 2 Lebakwangi Hilir

3 Pasir Sereh

4 Lebakwangi Girang 5 Kedaung Tengah 6 Kedaung Hilir

3 Cariu 1 Antajaya 1 Cipereng Studi P2SP Jawa Barat & Studi

rawan Air Bapeda Kab. Bogor 2 Selawangi 1 Dusun II Studi P2SP Jawa Barat & Studi

rawan Air Bapeda Kab. Bogor 2 Dusun III

3 Dusun IV

3 Cariu 1 Caringin Koordinasi dengan dinas Kesehatan,

Studi P2SP Jawa Barat & Studi rawan Air Bapeda Kab. Bogor 2 Tegal Batu

3 Pahae 4 Pasar 5 Kaum 6 Tegal

4 Kutamahi Tonjong Studi P2SP Jawa Barat & Studi

rawan Air Bapeda Kab. Bogor 4 Parung

Panjang

Data Primer hasil koordinasi dengan Dinas Kesehatan

5 Sukajaya 1 Harkat Jaya Koordinasi dengan dinas Kesehatan,

Studi P2SP Jawa Barat & Studi rawan Air Bapeda Kab. Bogor 2 Kiarapandak

3 Cileuksa

6 Jasinga Data Primer , sudah pernah ada

upaya pengeboran di desa Curug dengan kedalaman 60 m tetapi kualitas air asin.

(49)

2 Cibodas 3 Jonggol

Sumber: Master Plan Air Bersih Kabupaten Bogor, 2007.

Secara garis besar kondisi pendanaan pengembangan SPAM Kabupaten Bogor adalah sebagai berikut:

Pembiayaan Pengelolaan Air Minum

Pembiayaan pengelolaan air minum di Kabupaten Bogor terdiri dari pendapatan, biaya langsung usaha, dan biaya tidak langsung. Pendapatan usaha meliputi pendapatan penjualan air dan pendapatan penjualan non air. Untuk biaya langsung usaha terdiri dari biaya sumber air, biaya pengelolaan air, dan biaya transmisi dan distribusi. Sedangkan untuk biaya tidak langsung meliputi biaya umum dan administrasi serta biaya diluar usaha. Selengkapnya pembiayaan pengelolaan air minum di Kabupaten Bogor adalah sebagai berikut:

Tabel 7.16 Kondisi Pembiayaan Air Minum di Kabupaten Bogor

No Uraian Biaya Tahun (Rp)

2011 2012

A PENDAPATAN

1. Pendapatan Penjualan Air 172.812.085.677 183.040.542.997

2. Pendapatan Non Air 16.823.300.490 17.498.971.726

Jumlah Pendapatan Usaha 189.635.386.167 200.530.514.723

B BIAYA LANGSUNG USAHA

1. Biaya Sumber Air 13.712.198 14.191.287.313

2. Biaya Pengolahan Air 21.983.137.205 23.867.646.290

3. Biaya Transmisi dan Distribusi 41.694.907.683 44.379.050.079

Jumlah Biaya Langsung Usaha 77.390.243.810 82.437.983.682

Laba/Rugi Kotor Usaha 112.245.142.357 118.092.531.041

C BIAYA TIDAK LANGSUNG

1. Biaya Umum dan Administrasi 77.136.561.246 77.254.983.276

2. Biaya di Luar Usaha 2.500.265.061 2.669.593.792

Jumlah Biaya Tidak Langsung 79.636.826.307 79.924.577.068

Laba/Rugi Usaha 32.608.316.050 38.167.953.973

Sumber: Laporan Manajemen PDAM Tirta Kahuripan Kab. Bogor, 2012

Pendapatan Penjualan Air

(50)

I. Pelanggan Domestik

1 II B RSS 1.053 507.829 2.810,59 1.427.299.950 2 III A Rumah

Sederhana

48.703 10.803.401 3.726,81 40.262.208.647

3 III B Rumah Menengah

60.013 13.141.496 4.785,19 62.884.612.167

4 IV A Rumah Mewah/Kantor

22.382 5.421.206 5.639,36 30.572.154.900

Sub Jumlah Domestik

132.151 29.837.935 135.146.275.664

II. Pelanggan Non Domestik 5 I Sosial

Khusus

397 361.914 3.019,25 1.092.710.650

6 II A Sosial Umum 825 547.723 1.270,01 695.614.900 7 III C Instalasi

Pemerintah

367 1.151.990 4.585,06 5.281.943.100

8 IV B Niaga Kecil 4.390 1.082.033 6.085,50 6.584.716.600 9 IV C Industri

Kecil

24 75.519 6.062,58 457.839.750

10 IV D Niaga Besar 96 371.001 8.116,96 3.011.401.350 11 IV E Industri

Besar

72 1.575.944 9.307,94 14.668.792.000

12 V Lain-Lain/Khusus

25 5.836.908 2.758,52 16.101.248.983

Sub Jumlah Non Domestik

6.196 11.003.032 47.894.267.333

Jumlah 138.347 40.876.967 183.040.542.997

(51)

Struktur Tarif

Struktur tarif PDAM Kabupaten Bogor ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan Bupati Bogor No. 690/266/Kpts/Huk/2010 tanggal 19 Mei 2010 tentang Tarif Air Minum dan Beban Tetap Pelanggan pada Perusahaan Daerah Air Minum Kabupaten Bogor. Selengkapnya struktur tarif air minum pada Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kabupaten Bogor adalah sebagai berikut:

Tabel 7.18 Struktur Tarif Air Minum Kabupaten Bogor

No Jenis Pelanggan

Tarif (Rp)

0 – 10 m3 11 – 20 m3

> 20 m3

1. Kelompok I

WC/Kamar Mandi Umum, Hidran Umum, Terminal Air, Tempat Ibadah

1.100 1.100 1.100

2. Kelompok II

II A: Puskesmas, RS pemerintah, Sekolah Negeri, Yayasan Lembaga Pendidikan

1.500 1.750 3.150

II B: Rumah Sangat Sederhana 1.500 1.750 3.150 3. Kelompok III

III A: Rumah Sederhana 2.200 3.500 3.900

III B: Rumah Menengah 2.750 4.400 5.100

III C: Instansi Pemerintah 2.300 4.150 4.500

4. Kelompok IV

IV A: Rumah Mewah 3.700 4.650 5.500

IV B: Niaga Kecil 3.900 5.100 5.650

IV C: Industri Kecil 4.750 5.500 6.000

IV D: Niaga Besar 7.950 7.950 7.950

IV E: Industri Besar 9.250 9.250 9.250

5. Kelompok Khusus

Universitas Indonesia 3.500 3.500 3.500

Yayasan Anggraini Bhakti 2.200 2.200 2.200

(52)

Berikut ini gambaran sasaran pembangunan SPAM di Kabupaten Bogor yang tertuang dalam Dokumen RPJMD Kabupaten 2013-2018:

Tabel 7.19 Sasaran Program Penyediaan Air Minum Kabupaten Bogor 2015-2019 No. Uraian Sasaran

Program

Kondisi Eksisting

Sasaran Program

2015 2016 2017 2018 2019

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)

1. Sistem Perpipaan

Kebocoran (%) 27,88 % 26,94 25,94 24,94 23,93 22,94

*Rumah tangga

pengguna air bersih 43.85% 43.87% 45.11% 46% 47.60% -

**Cakupan Pelayanan Penduduk (%)

17,26% 24,74 28,00 30,08 - -

Kapasitas Terpasang

2,484 Lt/Detik 2.76 3.217 3.77 4.37 5.03

Idle Capacity 522 Lt/detik 2. Sistem Bukan

Perpipaan

**Cakupan Pelayanan Penduduk (%)

20,92 % 40

Ket : * target RPJMD Kab Bogor 2013-2018 ** target Jakstrada SPAM Kab Bogor

7.3.3

Usulan Kebutuhan Program

Usulan dan prioritas program komponen Pengembangan SPAM disusun berdasarkan paket-paket fungsional dan sesuai kebijakan prioritas program seperti pada RPJM. Penyusunan tersebut memperhatikan kebutuhan air minum berkaitan dengan pengembangan atau pembangunan sektor dan kawasan unggulan. Selengkapnya usulan program dan kegiatan pengembangan SPAM di Kabupaten Bogor tersaji pada

Tabel 7.21.

Isu strategis yang diangkat pada bab sebelumnya merupakan suatu permasalahan dan sekaligus menjadi tantangan Pemerintah Kabupaten Bogor ke depan. Diantara isu strategis yang terkait dengan SPAM yaitu potensi berkurangnya kawasan resapan air, sebagai dampak dari alih fungsi lahan yang tidak sesuai dengan peruntukanya. Kondisi kemudian berpotensi menyebabkan kondisi rawan air bersih.

(53)

Kecamatan No. Desa Kecamatan No. Desa/Kelurahan

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

Tenjo 1 Ciomas Klapanunggal 1 Kembang Kuning

Cigudeg 2 Rengasjajar 2 Klapanunggal

Cariu 3 Antajaya 3 Leuwikaret

4 Selawangi 4 Nambo

5 Cariu Jonggol 5 Jonggol

6 Kutamahi 6 Sukajaya

Parung Panjang

7 7 Sukamaju

Sukajaya 8 Harkat Jaya 8 Weninggalih

9 Kiarapandak Sukamakmur 9 Pabuaran

10 Cileuksa 10 Sirnajaya

Jasinga 11 11 Sukadamai

Jonggol 12 Weninggalih 12 Sukaharja

13 Cibodas 13 Sukamulya

14 Jonggol 14 Sukawangi

15 Wargajaya

Cariu 16 Cariu

17 Cikutamahi

18 Kuta Mekar

19 Sukajadi

Tanjungsari 20 Antajaya

21 Buanajaya

22 Cibadak

23 Pasir Tanjung

24 Sirnarasa

25 Sirnasari

26 Sukarasa

27 Tanjungrasa

28 Tanjungsari

Berdasarkan table di atas, dikatehui bahwa telah terjadi peningkatan kawasan rawan air, semula terjadi pada 14 desa, sekarang menjadi 28 desa.

(54)

2. Pengembangan pendanaan untuk penyelenggaraan SPAM dari berbagai sumber secara optimal sehingga mampu mengejar sasaran peningkatan akses air minum Nasional dan Internasional yang disepakati.

3. Pengembangan kelembagaan, peraturan dan perundang-undangan serta peningkatan profesionalisme PDAM melalui peningkatan kapabilitas/keterampilan pegawai, termasuk menyusun SOP yang diperlukan 4. Pelestarian ketersediaan air baku sehingga dapat memenuhi secara

berkelanjutan

5. Peningkatan peran dan kemitraan dunia usaha, swasta, masyarakat dan peran jender.

Selanjutnya kebijakan dan strategi pengembangan SPAM dirumuskan sebagai berikut:

Kebijakan 1: Peningkatan cakupan dan kualitas air minum bagi seluruh masyarakat Kabupaten Bogor.

Kebijakan ini diarahkan untuk menjamin ketersediaan air minum bagi masyarakat denganmeningkatkan aksebilitas masyarakat terhadap layanan air minum dan meningkatkan cakupan pelayanan air minum melalui upaya optimalisasi pengembangan sistem yang ada.

Strategi 1.Optimalisasi prasarana dan sarana SPAM yang ada dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan minimal yang dilakukan secara bertahap.

Untuk daerah yang sudah dilayani SPAM

1. Peningkatan kinerja IPA eksisting dengan melakukan perbaikan konstruksi dan peralatan pada unit-unit pengolahan atau melakukan upaya uprating IPA terpasang bila diperlukan.

2. Optimalisasi IPA terpasang dengan memanfaatkan kapasitas yang belum terpakai (idle capacity) serta penanganan sumber air baku secara efisien dan efektif.

3. Perluasan kapasitas dan jangkauan distribusi air:

a. Penggantian pipa-pipa distribusi dan meter air yang rusak akibat masalah operasional maupun faktor usia. Pemasangan pipa induk baru sehingga dapat memperkuat kapasitas dan kontinuitas pelayanan hingga menjangkau titik distribusi terjauh.

b. Penambahan jaringan perpipaan distribusi dengan memasang perpipaan baru diwilayah-wilayah yang layak dilayani baik secara teknis maupun finansial hingga mencapai skala ekonomis.

(55)

Untuk daerah yang belum dilayani SPAM

1. Pembangunan SPAM baru (IKK) diutamakan: a.Ibukota Kecamatan yang belum memiliki. b.Area berisiko air minum (wilayah rawan air) c.Area dengan pertumbuhan penduduk tinggi

2. Pengembangan SPAM melalui perluasan pelayanan dari wilayah yang sudah memiliki SPAM sebelumnya.

3. Pembangunan unit IPA sederhana (SIPAS) terlindungi

4. Meningkatkan intensitas pemasaran hasil produksi ditunjang kampanye PHBS serta melakukan survei kebutuhan nyata (RWDS), menyusun studi kelayakan pengembangan SPAM yang dibutuhkan.

5. Membangun kepercayaan masyarakat pelanggan dan citra kualitas pelayanan PDAM

Strategi 2; Meningkatkan dan memperluas akses air bersih yang aman melalui pengembangan SPAM Bukan Jaringan Perpipaan (BJP)terlindungi, terutama di daerah yang belum/tidak terjangkau jaringan perpipaan PDAM.

1. Pembangunan baru prasarana air minum bukan jaringan perpipaan (SIPAS) terlindungi.

2. Program peningkatan prasarana air minum yang awalnya bukan perpipaan tidak terlindungi menjadi terlindungi.

Strategi 3. Mengembangkan sistem penyediaan air minum terpadu dengan sistem sanitasi.

Menyusun dokumen sinergi perencanaan pembangunan AMPL terintegrasi melalui sinergi rencana induk antara sektor, yaitu RISPAM/Masterplan Air Minum dengan sektor sanitasi (RI SPAB Domestik, RI pengelolaan Sampah, RI Drainase Permukiman) agar daerah mempunyai satu rencana induk yang terpadu.

Strategi 4.Mengembangkan sistem pelayanan air minum dengan kualitas yang sesuai dengan standar pelayanan minimal nasional.

1. Peningkatan kualitas air olahan dari penyelenggara SPAM (PDAM, SPAM IKK, SPAMMasyarakat) dengan meningkatkan kinerja baik secara teknis pada semua unit pengolahan maupun secara kelembagaan melalui penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan Sumber Daya Manusia (SDM).

2. Peningkatan pengawasan kualitas air minum dengan membangun maupun melengkapi bahan dan peralatan untuk mengukur kualitas air pada laboratorium satuan kerja terkait dengan pengawasan kualitas air minum.

Strategi 5. Mengembangkan sistem informasi dan pendataan AMPL Kabupaten Bogor 1. Melakukan penyusunan dan validasi basis data tentang AMPL Kabupaten

Bogor,khususnya cakupan layanan air minum.

Gambar

Gambar 7. 1 Contoh Ruang Terbuka Aktif dan Pasif
Gambar 7. 2 Bangunan Perkantoran di Kabupaten Bogor
Gambar 7. 3 Contoh Street Furniture Elemen Daerah
Tabel 7.7 Matriks Sasaran Program Sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan Kabupaten Bogor Periode Tahun 2015-2019
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Lampung sebagai instansi pemerintah memiliki posisi strategis dalam pengembangan dakwah Islam. Salah satu hal yang menjadi

• EIS adalah sistem berbasis komputer untuk mendukung manajer puncak dalam mengakses informasi (dalam dan luar) secara mudah dan relevan dengan CSF (Critical Success Factor)

Bupati/Walikota sudah membentuk lembaga yang menangani rehabilitasi hutan dan lahan (misalnya Dinas yang mengurusi kehutanan atau Kelompok Kerja RHL), maka lembaga ini

Setelah melakukan analisis terhadap data pelaporan DIKTI/EPSBED, minimal ada 19 modul yang yang harus ada di dalam sebuah Sistem Informasi Akademis, yaitu: Modul Pendataan Badan

Tulislah sebuah pidato yang berisi paling sedikit lima macam nasehat yang akan dapat membantu para siswa untuk menyesuaikan diri dengan kehidupan di Indonesia.. OR

besaran pembayaran kontribusi tetap dan pembagian keuntungan hasil Kerjasama Pemanfaatan atas barang milik daerah ditetapkan dari hasil perhitungan Tim yang dibentuk

Oleh karena itu, menarik untuk mengamati secara empiris bagaimana tanggung jawab sosial (yang sering disebut kinerja sosial) yang telah dilakukan di dalam

Dari permasalahan-permasalahan tersebut di atas, maka rumusan masalahnya adalah mendesain suatu suatu sistem yang berbasis komputer untuk membagi beban kerja dosen