Rencana Tata Ruang Wilayah memuat arahan struktur ruang dan pola ruang. Struktur ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman dan sistem jaringan prasarana dan sarana yang berfungsi sebagai pendukung kegiatan sosial ekonomi masyarakat yang secara hirarkis memiliki hubungan fungsional, sedangkan pola ruang adalah distribusi peruntukan ruang dalam suatu wilayah yang meliputi peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan peruntukan ruang
untuk fungsi budidaya. Pembangunan bidang Cipta Karya harus
memperhatikan arahan struktur dan pola ruang yang tertuang dalam RTRW, selain untuk mewujudkan permukiman yang layak huni dan berkelanjutan juga dapat mewujudkan tujuan dari penyelenggaraan penataan ruang yaitu keharmonisan antara lingkungan alam dan lingkungan buatan, keterpaduan dalam penggunaan sumber daya alam dan sumber daya buatan dengan memperhatikan sumber daya manusia, serta pelindungan fungsi ruang dan
pencegahan dampak negatif terhadap lingkungan akibat pemanfaatan ruang.
3.1
Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN)
Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) disusun melalui
Peraturan Pemerintah No. 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) yang dijadikan sebagai pedoman untuk :
Penyusunan rencana pembangunan jangka panjang nasional,
Penyusunan rencana pembangunan jangka menengah nasional,
Pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang di wilayah nasional,
Perwujudan keterpaduan, keterkaitan, dan keseimbangan perkembangan antarwilayah provinsi, serta keserasian antarsektor,
Penetapan lokasi dan fungsi ruang untuk investasi, f. Penataan ruang kawasan strategis nasional, dan
3.1.1
Tujuan, Kebijakan dan Strategi Penataan Ruang Wilayah
Nasional
A. Tujuan Penataan Ruang Wilayah Nasional
Penataan ruang wilayah nasional bertujuan untuk mewujudkan :
1. Ruang wilayah nasional yang aman, nyaman, produktif dan
berkelanjutan
2. Keharmonisa antara lingkungan alam dan lingkungan buatan
3. Keterpaduan perencanaan tata ruang wilayah nasional, provinsi, dan
kabupaten/kota
4. Keterpaduan pemanfaatan ruang darat, ruang laut, dan, ruang udara
termasuk ruang di dalam bumi dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia
5. Keterpaduan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah nasional, provinsi, dan kbupaten/kota dalam rangka perlindungan fungsi ruang dan penceghan dampak negatif terhadap lingkungan akibat pemanfaatan ruang
6. Pemanfaatan sumber daya alam secara berkelanjutan bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat
7. Keseimbangan dan keserasian perkembangan antar wilayah 8. Keseimbangan dan keserasian kegiatan antar sektor
9. Pertahanan dan keamanan negara yang dinamis serta integrasi
nasional
RTRWN menjadi pedoman untuk :
1. Penyusunan rencana pembangunan jangka panjang nasional 2. Penyusunan rencana pembangunan jangka menengah nasional
3. Pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang di wilayah
nasional
4. Perwujudan keterpaduan, keterkaitan dan keseimbangan
perkembangan antar wilayah provinsi, serta keserasian antar sektor 5. Penetapan lokasi dan fungsi ruang untuk investasi
6. Penataan ruang kawasan strategis nasional
7. Penataan ruang wilayah provinsi dan kabupaten/kota
1. Kebijakan pengembangan struktur ruang meliputi :
Peningkatan akses pelayanan perkotaan dan pusat pertumbuhan
ekonomi wilayah yang merata dan berhirarki
Peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan jaringan prasarana
transportasi, telekomunikasi, energi, dan sumber daya air yang
terpadu dan merata di seluruh wilayah nasional
2. Strategi untuk peningkatan akses pelayanan perkotaan dan pusat
pertumbuhan ekonomi wilayah meliputi :
Menjaga keterkaitan antar kawasan perkotaan, antara kawasan
perkotaan dan perdesaan, serta antara kawasan perkotaan dan wilayah disekitarnya
Mengembangkan pusat pertumbuhan baru di kawasan yang belum
terlayani oleh pusat pertumbuhan
Mengendalikan perkembangan kota-kota pantai
Mendorong kawasan perkotaan dan pusat pertumbuhan agar lebih
kompetitif dan lebih efektif dalam pengembangan wilayah disekitarnya C. Kebijakan dan strategi pengembangan pola ruang meliputi :
Kebijakan dan strategi pengembangan kawasan lindung
- Pemeliharaan dan perwujudan kelestarian fungsi lingkungan hidup
- Pencegahan dampak negatif kegiatan manusia yang dapat menimbulkan kerusakan lingkungan hidup
Kebijakan dan strategi pengembangan kawasan budi daya
- Perwujudan dan peningkatan keterpaduan dan keterkaitan antar
kegiatan budi daya
- Pengendalian perkembangan kegiatan budi daya agar tidak
melampaui daya dukung dan daya tampung lingkungan Kebijakan dan strategi pengembangan kawasan strategis nasional
- Pelestarian dan peningkatan fungsi dan daya dukung lingkungan
hidup. Strategi :
o Menetapkan kawasan strategis nasional berfungsi lindung
o Membatasi pemanfaatan ruang disekitar kawasan strategis nasional yang berpotansi mengurangi fungsi lindung kawasan o Membatasi pengembangan sarana dan prasarana di dalam dan
disekitar kawasan strategis nasional yang dapat memicu perkembangan kegiatan budi daya
o Mengembangkan kegiatan budi daya tidak terbangun disekitar
kawasan strategis nasional yang berfungsi sebagai zona penyangga yang memisahkan kawasan lindung dengan kawasan budi daya terbangun
o Merehabilitasi fungsi lindung kawasan yang menurun akibat
dampak pemanfaatan ruang yang berkembang di dalam dan di sekitar kawasan strategis nasional.
- Pengembangan kawasan tertinggal untuk mengurangi
kesenjangan tingkat perkembangan antar kawasan Strategi :
o Memanfaatkan sumber daya alam secara optimal dan
berkelanjutan
o Membuka akses dan meningkatkan aksesbilitas antar kawasan tertinggal dan pusat pertumbuhan wilayah
o Mengembangkan sarana dan prasarana penunjang kegiatan ekonomi masyarakat
o Meningkatkan akses masyarakat ke sumber pembiayaan
o Meningkatkan kualitas dan kapasitas sumber daya manusia
dalam pengelolaan kegiatan ekonomi.
3.1.2
Rencana Struktur Ruang Wilayah Nasional
Rencana struktur ruang wilayah nasional meliputi : a. Sistem perkotaan nasional
b. Sistem jaringan transportasi nasional c. Sistem jaringan energi nasional
d. Sistem jaringan telekomunikasi nasional
e. Sistem jaringan sumber daya air.
Arahan yang harus diperhatikan dari RTRWN untuk ditindaklanjuti ke dalam RPI2-JM kabupaten/kota adalah sebagai berikut:
kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul utama kegiatan ekspor-impor atau pintu gerbang menuju kawasan internasional,
Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusat kegiatan industri dan jasa skala nasional atau yang melayani beberapa provinsi, dan/atau
Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul utama transportasi skala nasional atau melayani beberapa provinsi.
Penetapan Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) Kriteria:
Kawasan Perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul kedua kegiatan ekspor-impor yang mendukung PKN,
Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusat kegiatan industri dan jasa yang melayani skala provinsi atau beberapa kabupaten, dan/atau
Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul transportasi yang melayani skala provinsi atau beberapa kabupaten.
Penetapan Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN) Kriteria:
Pusat perkotaan yang berpotensi sebagai pos pemeriksaan lintas batas dengan negara tetangga,
Pusat perkotaan yang berfungsi sebagai pintu gerbang internasional yang menghubungkan dengan negara tetangga,
Pusat perkotaan yang merupakan simpul utama transportasi yang
menghubungkan wilayah sekitarnya, dan/atau
Pusat perkotaan yang merupakan pusat pertumbuhan ekonomi yang dapat mendorong perkembangan kawasan di sekitarnya.
Penetapan Kawasan Strategis Nasional (KSN)
Penetapan kawasan strategis nasional dilakukan berdasarkan kepentingan:
Pertahanan dan keamanan,
diperuntukkan bagi kepentingan pemeliharaan keamanan dan pertahanan negara berdasarkan geostrategi nasional,
amunisi, daerah uji coba sistem persenjataan, dan/atau kawasan industri sistem pertahanan, atau
merupakan wilayah kedaulatan Negara termasuk pulau-pulau kecil terluar yang berbatasan langsung dengan negara tetangga dan/atau laut lepas.
Pertumbuhan ekonomi,
memiliki potensi ekonomi cepat tumbuh,
memiliki sektor unggulan yang dapat menggerakkan pertumbuhan ekonomi nasional,
memiliki potensi ekspor,
didukung jaringan prasarana dan fasilitas penunjang kegiatan ekonomi,
memiliki kegiatan ekonomi yang memanfaatkan teknologi tinggi, berfungsi untuk mempertahankan tingkat produksi pangan nasional dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan nasional,
berfungsi untuk mempertahankan tingkat produksi sumber energi dalam rangka mewujudkan ketahanan energi nasional, atau
ditetapkan untuk mempercepat pertumbuhan kawasan tertinggal. Sosial dan budaya
merupakan tempat pelestarian dan pengembangan adat istiadat atau budaya nasional,
merupakan prioritas peningkatan kualitas social dan budaya serta
jati diri bangsa,
merupakan aset nasional atau internasional yang harus dilindungi dan dilestarikan,
merupakan tempat perlindungan peninggalan budaya nasional, memberikan perlindungan terhadap keanekaragaman budaya, atau memiliki potensi kerawanan terhadap konflik sosial skala nasional. Pendayagunaan sumber daya alam dan/atau teknologi tinggi
diperuntukkan bagi kepentingan pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi berdasarkan lokasi sumber daya alam strategis nasional, pengembangan antariksa, serta tenaga atom dan
nuklir
berfungsi sebagai pusat pengendalian dan pengembangan antariksa berfungsi sebagai pusat pengendalian tenaga atom dan nuklir, atau berfungsi sebagai lokasi penggunaan teknologi tinggi strategis. Fungsi dan daya dukung lingkungan hidup.
merupakan tempat perlindungan keanekaragaman hayati, merupakan aset nasional berupa kawasan lindung yang
ditetapkan bagi perlindungan ekosistem, flora dan/atau fauna yang hampir punah atau diperkirakan akan punah yang harus dilindungi dan/atau dilestarikan,
memberikan perlindungan keseimbangan tata guna air yang setiap tahun berpeluang menimbulkan kerugian negara,
memberikan perlindungan terhadap keseimbangan iklim makro menuntut prioritas tinggi peningkatan kualitas lingkungan hidup rawan bencana alam nasional
sangat menentukan dalam perubahan rona alam dan mempunyai
dampak luas terhadap kelangsungan kehidupan.
Tabel 3.1 Penetapan Lokasi Pusat Kegiatan Nasional (PKN dan Pusat Kegiatan
Wilayah (PKW) Berdasarkan PP Nomor 26 Tahun 2008 Tentang RTRWN
NO PROVINSI PKN PKW
(1) (2) (3) (4)
1 Nanggroe Aceh Darussalam
Lhokseumawe Sabang, Banda Aceh, Takengon, Meulaboh
2 Sumatera Utara Kawasan Perkotaan Medan-Binjai-Deli-Serdang-Karo (Mebidangro)
Tebingtinggi, Sidikalang, Pematang Siantar, Balige, Rantau Prapat, Kisaran, Gunung Balige, Padang Sidempuan, Sibolga
3 Sumatera Barat Padang Pariaman, Sawahlunto, Muarasiberut, Bukittinggi, Solok 4 Riau Pekanbaru, Dumai Bangkinang, Teluk Kuantan,
Bengkalis, Bagan Siapiapi, Tembilahan, Rengat, Pangkalan Kerinci, Pasir Pangarayan, Siak Sri Indrapura
5 Kepulauan Riau Batam Tanjung Pinang, Terempa, Daik Lingga, Dabo-Pulau Singkep, Tanjung Balai Karimun
6 Jambi Jambi Kuala Tungkal, Sarolangun, Muarabungo, Muara Bulian 7 Sumatera Selatan Palembang Muara Enim, Kayuagung,
NO PROVINSI PKN PKW
8 Bengkulu Bengkulu, Manna, Muko-Muko, Curup
9 Bangka Belitung Pangkal Pinang, Muntok, Tanjung Pandan, Manggar 10 Lampung Bandar Lampung Metro, Kalianda, Liwa,
Menggala, Kotabumi, Kota Agung
11 DKI Jakarta-Jawa Barat-Banten
Kawasan Perkotaan Jabodetabek
12 Banten Serang, Cilegon Pandeglang, Rangkas Bitung
13 Jawa Barat Kawasan Perkotaan Bandung Raya, Cirebon
Sukabumi, Cikampek-Cikopo, Pelabuhanratu, Indramayu, Kadipaten, Tasikmalaya, Pangandaran
14 Jawa Tengah Surakarta, Kawasan Perkotaan Semarang- Kendal-Demak-Ungaran-Purwodadi (Kedungsepur), Cilacap
Boyolali, Klaten, Salatiga, Tegal, Pekalongan, Kudus, Cepu, Magelang, Wonosobo, Kebumen, Purwokerto
15 Daerah Istimewa Yogyakarta
Yogyakarta Bantul, Sleman
16 Jawa Timur Kawasan Perkotaan (Gerbangkertosusila)Malang
Probolinggo, Tuban, Kediri, Madiun, Banyuwangi, Jember, Blitar, Pamekasan, Bojonegoro, Pacitan
17 Bali Kawasan Perkotaan Denpasar-Bangli-Gianyar-Tabanan (Sarbagita)
Singaraja, Semarapura, Negara
18 Nusa Tenggara Barat
Mataram Praya, raya, Sumbawa Besar
19 Nusa Tenggara Timur
Kupang Soe, Kefamenanu, Ende, Maumere, Waingapu, Ruteng, Labuan Bajo
20 Kalimantan Barat Pontianak Mempawah, Singkawang, Sambas, Ketapang, Putussibau, Entikong, Sanggau, Sintang 21 Kalimantan Tengah Palangkaraya Kuala Kapuas, Pangkalan Bun,
Buntok, Muarateweh, Sampit 22 Kalimantan Selatan Banjarmasin Amuntai, Martapura,
Marabahan, Kotabaru 23 Kalimantan Timur Kawasan Perkotaan
Balikpapan-Tenggarong-Samarinda-Bontang, Tarakan
Tanjung Redeb, Sangata, Nunukan, Tanjung Selor, Malinau, Tanlumbis, Tanah Grogot, Sendawar
24 Gorontalo Gorontalo Isimu, Kuandang, Tilamuta
25 Sulawesi Utara Kawasan Perkotaan Manado-Bitung
Tomohon, Tondano, Kotamobagu
26 Sulawesi Tenggah Palu Poso, Luwuk, Buol, Kolonedale, Tolitoli, Donggala
27 Sulawesi Selatan Kawasan Perkotaan
Makassar- Sungguminahasa-Takalar-Maros (Maminasata)
NO PROVINSI PKN PKW
28 Sulawesi Barat Mamuju, Majene, Pasangkayu
29 Sulawesi Tenggara Kendari Unaaha, Lasolo, Bau-Bau, Raha, Kolaka
30 Maluku Ambon Masohi, Werinama, Kairatu, Tual, Namlea, Wahai, Bula 31 Maluku Utara Ternate Tidore, Tobelo, Labuha, Sanana
32 Papua Barat Sorong Fak-Fak, Manokwari, Ayamaru
33 Papua Jayapura, Timika Biak, Nabire, Muting, Bade, Merauke, Sarmi, Arso, Wamena
Tabel 3.2 Penetapan Lokasi Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN) Berdasarkan
PP Nomor 26 Tahun 2008 Tentang RTRWN
NO
PUSAT KEGIATAN STRATEGIS
NASIONAL
STATUS PROVINSI
(1) (2) (3) (4)
1 Kota Sabang I/A/2 : Pengembangan Baru (Tahap I)
Namggroe Aceh Darussalam
2 Kota Dumai I/A/1 : Pengembangan/Peningkatan Fungsi (Tahap I)
Riau
3 Kota Batam I/A/1 : Pengembangan/Peningkatan Fungsi (Tahap I)
Kep. Riau
4 Ranai (Ibukota Kab. Natuna)
I/A/2 : Pengembangan Baru (Tahap I) Fungsi (Tahap I)
Nusa Tenggara Timur
6 Kalabahi (Ibukota Kab. Alor)
II/A/2 : Pengembangan Baru (Tahap II)
Nusa Tenggara Timur
7 Kefamenanu
(Ibukota Kab. Timor Tenggah Utara)
I/A/2 : Pengembangan Baru (Tahap I)
Nusa Tenggara Timur
8 Paloh-Aruk (Kab. Sambas)
I/A/2 : Pengembangan Baru (Tahap I)
Kalimantan Barat
9 Jagoi Babang )Kab. Bengkayang)
I/A/2 : Pengembangan Baru (Tahap I)
Kalimantan Barat
10 Nangabadau (Kab. Kapuas Hulu)
I/A/2 : Pengembangan Baru (Tahap I) Fungsi (Tahap I)
Kalimantan Barat
14 Simanggaris (Kabupaten
I/A/2 :
Pengembangan/Peningkatan
NO
PUSAT KEGIATAN STRATEGIS
NASIONAL
STATUS PROVINSI
Nunukan Fungsi (Tahap I)
15 Long Midang (Kabupaten
Nunukan)
I/A/2 :
Pengembangan/Peningkatan Fungsi (Tahap I)
Kalimantan Timur
16 Long Pahangai (Kabupaten Kutai Barat)
18 Melonguane
(Ibukota Kabupaten Talaud)
I/A/2 : Pengembangan Baru (Tahap I)
Sulawesi Utara
19 Tahuna (Ibukota Kabupaten Kep. Sangihe)
I/A/2 : Pengembangan Baru (Tahap I)
Sulawesi Utara
20 Saumlaki
(Kabupaten Maluku Tenggara Barat)
I/A/2 : Pengembangan Baru (Tahap I)
I/A/2 : Pengembangan Baru (Tahap I)
Maluku Utara
24 Kota Jayapura I/A/1 : Pengembangan/Peningkatan Fungsi (Tahap I)
Papua Fungsi (Tahap I)
Papua Fungsi (Tahap I)
Papua
Tabel 3.3 Penetapan Kawasan Strategis Nasional (KSN) Berdasarkan PP Nomor 26
Tahun 2008 Tentang RTRWN
NO
KAWASAN STRATEGIS
NASIONAL
SUDUT
KEPENTINGAN KOTA/KABUPATEN PROVINSI
STATUS HUKUM
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1 Kawasan industry Lhokseumawe
Ekonomi Kota Lhokseumawe Nanggroe Aceh Pelabuhan Bebas Sabang
NO
KAWASAN STRATEGIS
NASIONAL
SUDUT
KEPENTINGAN KOTA/KABUPATEN PROVINSI
STATUS HUKUM
3 Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu Banda Aceh Darussalam
Ekonomi Kota Banda Aceh Naggroe Aceh Darussala m
4 Kawasan
Ekosistem Leuser
Lingkungan Hidup 13 Kabupaten (Aceh Barat, Nagan Raya, Aceh Barat
Daya, Aceh
Selatan, Ace Singkil, Subulussalam,Aceh Tenggara,
Gayo Lues,
Aceh Tengah Bener Meriah Aceh Utara, Aceh Timur,
Perbatasan LauRI termasuk 2 pulau
Kota Sabang Nanggroe Aceh
Perkotaan Meda– Binjai – Deli Serdang – Karo (Mebidangro)
NO
KAWASAN STRATEGIS
NASIONAL
SUDUT
KEPENTINGAN KOTA/KABUPATEN PROVINSI
STATUS HUKUM
Barat 8 Kawasan Stasiun
Pengamat
Kab. Agam Sumatera Barat
Kab. Indragiri Hulu
Riau RI termasuk 20 pulau kecil negara Malaysia /Vietnam /
NO
KAWASAN STRATEGIS
NASIONAL
SUDUT
KEPENTINGAN KOTA/KABUPATEN PROVINSI
STATUS
Kab. Indragiri Hulu, Kab. Indragiri Hilir, Kab. Tanjung
Jabung Barat,Kab. Tebo
Jambi dan
Ekonomi Kota Serang, Kota Bandar 18 Kawasan Instalasi
Lingkungan dan
19 Kawasan Fasilitas Pengolahan Data
NO
KAWASAN STRATEGIS
NASIONAL
SUDUT
KEPENTINGAN KOTA/KABUPATEN PROVINSI
STATUS
Ekonomi Kota Bandung, Kab. Bandung
Jawa Barat
22 Kawasan Fasilitas Uji Terbang Roket Pamengpeuk
23 Kawasan Stasiun Pengamat
24 Kawasan Stasiun Pengamat
25 Kawasan Stasiun Telecomand
26 Kawasan Stasiun Bumi Penerima Segara Anakan – Nusakambangan
Ekonomi Kab. Kendal, Kab. Demak, Kab.
Semarang,
NO
KAWASAN STRATEGIS
NASIONAL
SUDUT
KEPENTINGAN KOTA/KABUPATEN PROVINSI
STATUS
Ekonomi Kab. Gresik, Kab.
33 Kawasan Stasiun Pengamat
NO
KAWASAN STRATEGIS
NASIONAL
SUDUT
KEPENTINGAN KOTA/KABUPATEN PROVINSI
STATUS HUKUM
RI dengan negara Timor Leste
Keamanan Tengah Utara, Kab. Belu
Ekonomi Kab. Sanggau Kalimantan Barat
43 Kawasan Stasiun Pengamat RI dan Jantung Kalimantan Barat, Kabupaten Seruyan Muara Jawa, dan
Ekonomi Kota
Samarinda, Kab. Kutai
NO
KAWASAN STRATEGIS
NASIONAL
SUDUT
KEPENTINGAN KOTA/KABUPATEN PROVINSI
STATUS HUKUM
Balikpapan 50 Kawasan
Perbatasan Laut RI termasuk 18 pulau kecil dengan Negara Malaysia dan
Ekonomi Kota Manado, Kota Bitung
Ekonomi Kab. Banggai Sulawesi Tengah
54 Kawasan Poso dan Sekitarnya
Sosial Budaya Kab. Poso Sulawesi Tengah 55 Kawasan Kritis
Lingkungan Balingara
LingkunganHidup Kab. Tojo Una-Una
Sulawesi Tengah
NO
KAWASAN STRATEGIS
NASIONAL
SUDUT
KEPENTINGAN KOTA/KABUPATEN PROVINSI
STATUS
Kab. Gowa, Kab. Takalar
Tahun
Ekonomi Kota ParePare, Kab.
Barru
Sulawesi Selatan
59 Kawasan Toraja dan Sekitarnya
Sosial Budaya Kab. Tana Toraja, Kab. Toraja Utara
Sulawesi Selatan
60 Kawasan Stasiun Bumi Sumber
Kota ParePare Sulawesi Selatan
61 Kawasan Soroakodan Sekitarnya
Sosial Budaya Kab. Luwu Sulawesi Selatan
Ekonomi Kab. Buton, Kab. Kolaka,
Ekonomi Pulau Seram Kab. Maluku Tengah
Maluku
65 Kawasan Laut Banda
Sosial Budaya Kab. Maluku Tengah Maluku
66 Kawasan
NO
KAWASAN STRATEGIS
NASIONAL
SUDUT
KEPENTINGAN KOTA/KABUPATEN PROVINSI
STATUS dan Laag) dengan negara Timor dan Liki) dengan negara Palau
Ekonomi Kab. Biak Numfor
Papua
70 Kawasan Stasiun Bumi Satelit
71 Kawasan Stasiun Telemetry
72 Kawasan Timika Sosial Budaya Kab. Mimika Papua 73 Kawasan Taman Kab. Lanny Jaya, Kab.
NO
KAWASAN STRATEGIS
NASIONAL
SUDUT
KEPENTINGAN KOTA/KABUPATEN PROVINSI
STATUS
Kab. Tel. Bintuni Papua
75 Kawasan
Perbatasan Darat RI dengan negara Papua Nugini 19 pulau kecil terluar (Pulau Batu Kecil, Deli, Manuk, Nusa
Prov. NAD: Kab. Simelue, Kab. Aceh
Barat, Kab.Aceh Besar, Prov Sumut:Kab. Nias, Prov Sumbar:Kab. Kep. Mentawai,Prov.Bengkulu: Kab. Bengkulu Utara, Prov.Lampung: Kab. Tanggamus, Prov. Banten: Kab. Pandeglang,
Prov. Jabar: Kab. Tasikmalaya, Prov. Jateng: Kab. Cilacap, Prov. Jatim: Kab. Jember, Kab. Trenggalek, Prov. NTB:
Ket : *)Penentuan Kabupaten/kota yang menjadi wilayah deliniasi KSN masih dapat berubah sebelum Perpres RTRW KSN ditetapkan
3.2
RTRW Kawasan Strategis Nasional (KSN)
Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang, Kawasan Strategis Nasional (KSN) adalah wilayah yang penataan ruangnya diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting secara nasional terhadap kedaulatan negara, pertahanan dan keamanan negara, ekonomi, sosial, budaya, dan/atau lingkungan, termasuk wilayah yang telah ditetapkan sebagai warisan dunia. Dalam hal pelaksanaan penataan ruang
KSN, kewenangan Pemerintah mencakup :
perencanaan tata ruang kawasan strategis nasional,
pemanfaatan ruang kawasan strategis nasional, dan
pengendalian pemanfaatan ruang kawasan strategis nasional.
Gambar 3.1 Kedudukan RTR KSN dalam Sistem Perencanaan Tata Ruang dan Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional
Pelaksanaan kegiatan ini diharapkan dapat membantu mewujudkan penyelesaian RTR KSN dalam bentuk perpres sehingga memiliki landasan hukum yang jelas dalam pemanfaatan dan pengendalian pemanfaatan ruang, dalam kaitannya dengan kebijakan penataan ruang KSN dalam RTRWN yang diantaranya adalah :
Peningkatan fungsi kawasan untuk pertahanan dan keamanan negara;
Pemanfaatan sumber daya alam dan/atau teknologi tinggi secara optimal untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat;
Pelestarian dan peningkatan sosial dan budaya bangsa; dan
Pelestarian dan peningkatan nilai kawasan lindung yang ditetapkan sebagai warisan dunia, cagar biosfer, dan ramsar.
Fungsi RTRKSN yaitu sebagai :
Alat koordinasi dalam penyelenggaraan penataan ruang pada KSN yang diselenggarakan oleh seluruh pemangku kepentingan;
Acuan dalam sinkronisasi program Pemerintah dengan pemerintah provinsi dan kabupaten/kota, serta swasta dan masyarakat dalam rangka pelaksanaan pembangunan untuk mewujudkanKSN;
Dasar pengendalian pemanfaatan ruang KSN, termasuk acuan penentuan ketentuan perizinan pemanfaatan ruang dalam RTRW provinsi dan RTRW kabupaten/kota dan dapat dijadikan dasar penerbitan perizinan sepanjang
skala informasi RTR KSN setara dengan kedalaman RTRW yang seharusnya menjadi dasar perizinandalam hal peraturan daerah(perda)tentang RTRW provinsi dan RTRW kabupaten/kota belum berlaku.
Manfaat Manfaat RTRKSN yaitu untuk :
Mewujudkan keterpaduan pembangunan dalam lingkup KSN;
Mewujudkan keserasian pembangunan KSN dengan wilayah sekitarnya dan wilayah provinsi dan kabupaten/kota dimana KSN berada; dan
Menjamin Terwujudnya tata ruang KSN yang berkualitas.
Isu strategis nasional dapat berasal dari cara pandang Pemerintah terhadap potensi maupunpermasalahan di daerah yang dianggap memiliki nilai strategis nasional (pendekatan top down), dan/atau berdasarkan permasalahan yang diusulkan oleh daerah yang menjadi kewenangan Pemerintah untuk diangkat menjadi isu strategis nasional (pendekatan bottom up).
Beberapa arahan yang harus diperhatikan dari RTRW KSN dalam penyusunan RPI2-JM Cipta Karya Kabupaten/Kota adalah sebagai berikut:
Cakupan delineasi wilayah yang ditetapkan dalam KSN.
Arahan kepentingan penetapan KSN, yang dapat berupa:
Ekonomi
Lingkungan Hidup
Sosial Budaya
Pendayagunaan Sumberdaya alam dan Teknologi Tinggi
Pertahanan dan Keamanan
Arahan pengembangan pola ruang dan struktur ruang yang mencakup:
Arahan pengembangan pola ruang:
Arahan pengembangan kawasan lindung dan budidaya
Arahan pengembangan pola ruang terkait bidang Cipta Karya seperti pengembangan RTH.
Arahan pengembangan struktur ruang terkait keciptakaryaan seperti pengembangan prasarana sarana air minum, air limbah, persampahan, dan drainase
Indikasi program sebagai operasionalisasi rencana pola ruang dan struktur ruang khususnya untuk bidang Cipta Karya.
Adapun RTRW KSN yang telah ditetapkan sampai saat ini adalah sebagai berikut:
Perpres No. 54 Tahun 2008 tentang Penataan Ruang Kawasan Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, Puncak, Cianjur;
Perpres No. 45 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Kawasan Perkotaan Denpasar, Badung, Gianyar, dan Tabanan;
Perpres No. 62 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Kawasan Perkotaan Medan, Binjai, Deli Serdang, dan Karo;
Perpres No. 86 Tahun 2011 tentang Pengembangan Kawasan Strategis dan Infrastruktur Selat Sunda;
Perpres No. 87 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Kawasan Batam,
Bintan, dan Karimun.
Sumber : Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional
3.3
Arahan RTRW Pulau
Rencana Tata Ruang (RTR) Pulau merupakan rencana rinci dan operasionalisasi dari RTRWN. Adapun arahan yang harus diperhatikan dari RTR Pulau untuk penyusunan RPI2-JM Kabupaten/Kota adalah:
Arahan pengembangan pola ruang dan struktur ruang antara lain mencakup arahan pengembangan kawasan lindung dan budidaya, serta arahan pengembangan pola ruang terkait bidang Cipta Karya seperti pengembangan
RTH.
Arahan pengendalian pemanfaatan ruang yang memberikan arahan batasan wilayah mana yang dapat dikembangkan dan yang harus dikendalikan.
Strategi operasionalisasi rencana pola ruang dan struktur ruang khususnya untuk bidang Cipta Karya seperti pengembangan prasarana sarana air minum, air limbah, persampahan, drainase, RTH, rusunawa, agropolitan, dll.
Hingga saat ini RTRW Pulau yang telah ditetapkan adalah:
Perpres No. 88 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Pulau Sulawesi;
Perpres No. 3 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Pulau Kalimantan;
Perpres No. 13 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Pulau Sumatera;
3.3.1
Definisi
Rencana Tata Ruang (RTR) Pulau/Kepulauan merupakan rencana rinci dari Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) berisi tujuan, kebijakan dan strategi penataan ruang, rencana struktur dan pola ruang, pemanfaatan dan pengendalian pemanfaatan ruang, strategi operasionalisasi perwujudan
struktur dan pola ruang, serta indikasi program jangka menengah lima tahun.
3.3.2
Fungsi Rencana Tata Ruang Kepulauan Terhadap RPI2JM
Arahan pemanfaatan ruang Pulau/Kepulauan dan KSN merupakan acuan dalam mewujudkan struktur ruang dan pola ruang (yang memuat rincian indikasi program utama, indikasi sumber pendanaan, indikasi instansi pelaksana, dan indikasi waktu pelaksanaan), sehinga untuk operasionalisasinya perlu disusun Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPI2JM).
3.3.3
Kedudukan
Rencana Tata Ruang (RTR) Pulau/Kepulauan disusun untuk
melaksanakan ketentuan Pasal 21 ayat (1) Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang dan ketentuan Pasal 123 ayat (4) Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Nasional. Dalam aturan persebut RTR Pulau/Kepulauan dan KSN disusun sebagai perangkat operasional dan merupakan rencana rinci untuk RTRWN. Untuk lebih jelasnya lihat tabel berikut;
Tabel 3.5 Amanat UU 26/2007 dan PP 26/2008 terkait RTR Pulau / Kepulauan dan
KSN
A. UU 26/2007 tentang Penataan Ruang
1. Pasal 14 ayat (4)
RTR Pulau/Kepulauan dan KSN disusun sebagai perangkat operasional RTRWN
2. Pasal 14 Ayat (5 )
RTR Pulau/Kepulauan dan KSN disusun apabila:
RTRWN belum dapat dijadikan dasar pelaksanaan pemanfaatan ruang & pengendalian pemanfaatan ruang
RTRWN mencakup wilayah perencanaan yg luas & skala peta memerlukan perincian sebelum dioperasionakan
3. Pasal 21 ayat (1)
RTR Pulau/Kepulauan dan KSN diatur dengan peraturan presiden.
A. UU 26/2007 tentang Penataan Ruang
RTR Pulau/Kepulauan dan KSN merupakan rencana rinci untuk RTRWN
B. PP 26/2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional
Pasal 123 ayat (4)
RTR Pulau/Kepulauan dan KSN ditetapkan dengan peraturan presiden.
Sesuai tabel diatas kedudukan dari RTR Pulau/Kepulauan dapat dilihat pada bagan berikut;
Gambar 3.2 Kedudukan RTR Pulau/Kepulauan
3.3.4
Tujuan
Penataan ruang Pulau Jawa-Bali bertujuan untuk mewujudkan:
Lumbung pangan utama nasional;
Kawasan perkotaan nasional yang kompak berbasis mitigasi dan adaptasi
bencana;
Pusat industri yang berdaya saing dan ramah lingkungan;
Pemanfaatan potensi perikanan, perkebunan, dan kehutanan secaraberkelanjutan;
Pusat perdagangan dan jasa yang berskala internasional;
Pusat pariwisata berdaya saing internasional berbasis cagar budaya dan ilmu pengetahuan, bahari, ekowisata, serta penyelenggaraan pertemuan,
perjalanan insentif, konferensi, dan pameran (Meeting,Incentive, Convention and Exhibition/MICE);
Kapasitas daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup yang memadai untuk pembangunan;
Pulau Jawa bagian selatan dan Pulau Bali bagian utara yang berkembang dengan memperhatikan keberadaan kawasan lindung dan kawasan rawan bencana; dan
Jaringan transportasi antarmoda yang dapat meningkatkan daya saing.
3.3.5
Kebijakan dan Strategi
Tabel 3.6 Kebijakan dan strategi dalam PP 28 TAHUN 2012 tentang Rencana Tata
Ruang Pulau Jawa-Bali
Pasal Tujuan Kebijakan Strategi
Pasal 6 Lumbung
mempertahankan luas lahan pertanian pangan berkelanjutan dengan dengendalikan kegiatan budi daya lainnya
mengendalikan alih fungsi peruntukan lahan pertanian untuk tanaman pangan; dan
mengendalikan perkembangan fisik kawasan perkotaan nasional untuk menjaga keutuhan lahan pertanian tanaman pangan
pengembangan dan pemertahanan jaringan prasarana sumber daya air untuk meningkatkan luasan lahan
pertanian untuk tanaman pangan
mengembangkan dan memelihara bendungan beserta waduknya untuk mempertahankan daya tampung air yang menjamin penyediaan air baku bagi kegiatan pertanian tanaman pangan
memelihara dan meningkatkan jaringan irigasi teknis pada daerah irigasi (DI) untuk meningkatkan luasan lahan pertanian tanaman pangan
pengembangan sentra pertanian tanaman pangan
Pasal Tujuan Kebijakan Strategi
melaluipeningkatan fungsi industri pengolahan dan industri jasa hasil pertanian tanaman pangan untuk mewujudkan ketahanan pangan nasional.
mengembangkan kawasan perkotaan nasional melalui peningkatan fungsi industri pengolahan dan industri jasa hasil pertanian tanaman pangan
mengembangkan kawasan perkotaan nasional sebagai pusat penelitian dan pengembangan pertanian tanaman pangan.
mengendalikan perkembangan kawasan permukiman, perdagangan, jasa, dan/atau industri di kawasan perkotaan nasional sesuai dengan daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup
mengendalikan perkembangan kawasan perkotaan nasional yang berdekatan dengan kawasan lindung. pengendalian
perkembangan kawasan perkotaan nasional di kawasan rawan bencana.
menetapkan zona-zona rawan bencana beserta ketentuan mengenai standar bangunan gedung yang sesuai dengan karakteristik, jenis, dan ancaman bencana di kawasan perkotaan nasional
mengendalikan perkembangan kawasan budi daya terbangun di kawasan perkotaan nasional yang berpotensi terjadinya bencana
mengembangkan prasarana dan sarana perkotaan yang berfungsi sebagai lokasi dan jalur evakuasi bencana
membangun sarana pemantauan bencana
Pasal 8 pusat industri yang berdaya daya saing kawasan dengan
memperhatikan daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup
mengembangkan dan/atau meningkatkan kualitas prasarana dan sarana penunjang kegiatan industri
meningkatkan penataan lokasi kegiatan industri di dalam kawasan industri; dan
mengembangkan dan/atau meningkatkan kegiatan industri yang benilai tambah tinggi dengan penggunaan teknologi tinggi dan ramah lingkungan
pengembangan kawasan untuk kegiatan industri kreatif yang berdaya saing dan ramah lingkungan di kawasan perkotaan nasional
mengembangkan kawasan perkotaan nasional sebagai pusat kegiatan industri kreatif; dan
Pasal Tujuan Kebijakan Strategi
peningkatan
keterkaitan ekonomi antarpusat industri
memantapkan jaringan jalan nasional, jaringan jalur kereta api
nasional, pelabuhan, dan/atau bandar udara
Pasal 9 pemanfaatan potensi sumber daya mineral, minyak dan gas bumi, serta panas bumi secara
berkelanjutan
pengembangan sentra pertambangan
mineral, minyak dan gas bumi, serta panas bumi secara
mengembangkan kawasan peruntukan pertambangan mineral, minyak dan gas bumi, serta panas bumi yang ramah lingkungan dan berbasis mitigasi dan adaptasi bencana;
mengendalikan perkembangan kawasan peruntukan pertambangan mineral, minyak dan gas bumi, serta panas bumi yang berpotensi merusak fungsi kawasan lindung dan mengubah bentang alam; dan
mengendalikan perkembangan kawasan peruntukan pertambangan mineral, minyak dan gas bumi pada kawasan peruntukan permukiman pengembangan
kawasan perkotaan nasional sebagai pusat industri pengolahan dan industri jasa hasil pertambangan minyak dan gas bumi yang ramah lingkungan
mengembangkan kawasan perkotaan nasional sebagai pusat industri pengolahan pertambangan minyak dan gas bumi melalui
peningkatan fungsi industri pengolahan hasil pertambangan minyak dan gas bumi yang didukung oleh pengelolaan limbah industri terpadu
memantapkan aksesibilitas antara kawasan perkotaan nasional dan sentra pertambangan potensi lestari yang didukung
peningkatan fungsi industri pengolahan dan industri jasa hasil perikanan
mengembangkan sentra perikanan tangkap dan perikanan budi daya yang ramah lingkungan
merehabilitasi kawasan peruntukan perikanan budi daya untuk menjaga ekosistem sekitarnya;
mengembangkan kawasan minapolitan berbasis masyarakat
mengembangkan kawasan perkotaan nasional melalui peningkatan fungsi industri pengolahan dan industri jasa hasil perikanan yang ramah dan industri jasa hasil
mengembangkan sentra perkebunan berbasis bisnis yang didukung prasarana dan sarana dengan memperhatikan daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup;
Pasal Tujuan Kebijakan Strategi
perkebunan mengembangkan kawasan perkotaan nasional melalui peningkatan fungsi industri pengolahan dan industri jasa hasil perkebunan yang bernilai tambah tinggi dan ramah lingkungan pengembangan dan industri jasa hasil hutan
merehabilitasi kawasan peruntukan hutan yang terdegradasi;
mengembangkan sentra kehutanan pada kawasan andalan dengan memperhatikan daya dukung dan daya tamping lingkungan hidup; dan
mengembangkan kawasan perkotaan nasional melalui peningkatan fungsi industri pengolahan dan industri jasa hasil hutan yang bernilai tambah tinggi dan ramah lingkungan
Pasal sesuai dengan daya dukung dan daya tamping lingkungan hidup
mengembangkan kawasan perkotaan nasional sebagai pusat perdagangan dan jasa yang berskala internasional
mengembangkan dan memantapkan prasarana dan sarana untuk meningkatkan keterkaitan antarpusat perdagangan dan jasa yang berskala internasional sesuai dengan daya dukung dan daya tampung budaya dan ilmu pengetahuan, bahari,
merehabilitasi kawasan peruntukan pariwisata cagar budaya dan ilmu pengetahuan, bahari, ekowisata, serta mengembangkan penyelenggaraan pertemuan, perjalanan insentif, konferensi, dan pameran
mengembangkan dan memantapkan prasarana dan sarana pendukung kegiatan pariwisata cagar budaya dan ilmu pengetahuan, bahari, ekowisata, serta penyelenggaraan pertemuan, perjalanan insentif, konferensi, dan pameran
pengembangan kawasan perkotaan nasional sebagai pusat pariwisata cagar budaya dan ilmu pengetahuan, promosi pariwisata di kawasan perkotaan nasional; dan
b. memantapkan akses prasarana dan sarana untuk meningkatkan keterkaitan antara kawasan perkotaan nasional dan kawasan-kawasan pariwisata cagar budaya dan ilmu pengetahuan, bahari, serta penyelenggaraan pertemuan, perjalanan insentif, konferensi, dan pameran
pengembangan keterpaduan
Pasal Tujuan Kebijakan Strategi
antarpusat pariwisata yang berbasis cagar budaya dan ilmu pengetahuan, bahari,
pariwisata dalam kesatuan tujuan pariwisata lindung paling sedikit 30% (tiga puluh persen) dari luas Pulau Jawa-Bali sesuai dengan kondisi ekosistemnya
mempertahankan luasan kawasan berfungsi lindung dan merehabilitasi kawasan berfungsi lindung yang terdegradasi;
mengendalikan kegiatan budi daya yang berpotensi mengganggu kawasan berfungsi lindung
mengendalikan dan merehabilitasi daerah aliran sungai (DAS) kritis;
mengendalikan dan merehabilitasi kawasan lindung di bagian hulu Wilayah Sungai (WS), kawasan hutan lindung, kawasan resapan air, dan kawasan konservasi; dan
mengendalikan perubahan peruntukan dan/atau fungsi kawasan hutan
pengembangan kawasan lindung dan kawasan budi daya untuk meningkatkan daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup
mengembangkan kawasan lindung dan kawasan budi daya dengan menggunakan teknologi lingkungan;
mengembangkan pengelolaan kawasan lindung dan kawasan budi daya melalui kerja sama antardaerah untuk kelestarian pemanfaatan sumber daya alam; dan
mengembangkan kawasan perkotaan nasional dengan konsep kota hijau dan Pulau Bali bagian utara kawasan andalan di Pulau Jawa bagian selatan serta keterkaitan Pulau Jawa bagian selatan dengan Pulau Jawa bagian tengah dan Pulau Jawa bagian utara
mengembangkan sentra produksi untuk kegiatan sektor unggulan berbasis mitigasi dan adaptasi bencana serta memperhatikan keberadaan kawasan lindung;
mengembangkan prasarana dan sarana pendukung kegiatan sektor unggulan; dan
Pasal Tujuan Kebijakan Strategi
bagian utara percepatan
pengembangan kawasan andalan di Pulau Bali bagian utara serta
keterkaitan Pulau Bali bagian utara dengan Pulau Bali bagian selatan
mengembangkan sentra produksi untuk kegiatan sektor unggulan berbasis mitigasi dan adaptasi bencana serta memperhatikan keberadaan kawasan lindung;
mengembangkan prasarana dan sarana pendukung kegiatan sektor unggulan; dan
meningkatkan aksesibilitas yang menghubungkan kawasan andalan di Pulau Bali bagian utara dengan kawasan perkotaan di Pulau Bali bagian selatan
pengembangan sentra produksi di luar kawasan andalan yang berada di Pulau Jawa bagian selatan dan Pulau Bali bagian utara
mengembangkan prasarana dan sarana pendukung kegiatan sentra produksi
meningkatkan aksesibilitas yang menghubungkan sentra produksi di luar kawasan andalan dengan kawasan perkotaan nasional sebagai pusat pengembangan kawasan andalan yang berada di Pulau Jawa bagian selatan dan Pulau Bali bagian utara
pemertahanan eksistensi 6 (enam) pulau kecil terluar di Pulau Jawa bagian selatan sebagai titik-titik garis pangkal kepulauan Indonesia untuk penegasan wilayah kedaulatan negara
mengembangkan prasarana pengamanan pantai di Pulau Deli, Pulau Manuk, Pulau Nusa Kambangan, Pulau Nusa Barung, Pulau Sekel, dan Pulau Panehan
membangun dan memelihara mercusuar sebagai penanda dan navigasi pelayaran di Pulau Deli, Pulau Manuk, Pulau Nusa Kambangan, Pulau Nusa Barung, Pulau Sekel, dan Pulau Panehan
menyediakan dan meningkatkan prasarana dan sarana untuk pemenuhan kebutuhan air baku di Pulau Nusa Kambangan
Pasal
mengembangkan dan/atau memantapkan akses prasarana dan sarana transportasi darat, laut, dan/atau udara yang menghubungkan antarkawasan perkotaan nasional dan memantapkan koridor ekonomi Pulau Jawa-Bali;
Pasal Tujuan Kebijakan Strategi
bandar udara; dan
mengembangkan jaringan transportasi dengan memperhatikan fungsi kawasan pertanian pangan berkelanjutan, kawasan lindung, dan kawasan rawan bencana, dan/atau penerapan prasarana dan sarana yang ramah lingkungan
pengembangan jaringan transportasi untuk meningkatkan aksesibilitas kawasan tertinggal dan
terisolasi, termasuk pulau-pulau kecil
mengembangkan jaringan transportasi yang menghubungkan perkotaan nasional dengan kawasan tertinggal dan terisolasi, termasuk pulau-pulau kecil
Sumber :PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA TATA RUANG PULAU JAWA-BALI
3.4
Arahan RTRW Provinsi
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi ditetapkan melalui Peraturan Daerah Provinsi, dan beberapa arahan yang harus diperhatikan dari RTRW Provinsi untuk penyusunan RPI2-JM Kabupaten/Kota adalah:
Arahan pengembangan pola ruang dan struktur ruang yang mencakup:
Arahan pengembangan pola ruang:
Arahan pengembangan kawasan lindung dan budidaya
Arahan pengembangan pola ruang terkait bidang Cipta Karya seperti pengembangan RTH.
Arahan pengembangan struktur ruang terkait keciptakaryaan seperti pengembangan prasarana sarana air minum, air limbah, persampahan, dan drainase
Strategi operasionalisasi rencana pola ruang dan struktur ruang khususnya untuk bidang Cipta Karya.
Hingga saat ini, RTRW Provinsi yang telah memiliki Perda adalah sebagai berikut:
Perda No. 16 Tahun 2009 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Bali;
Perda No. 2 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Bengkulu;
Perda No. 2 Tahun 2010 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta;
Perda No. 1 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi
Daerah Khusus Ibukota Jakarta;
Perda No. 4 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Gorontalo;
Perda 22 Tahun 2010 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Barat;
Perda No. 6 Tahun 2010 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Tengah;
Perda No. 5 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Timur;
Perda No. 1 Tahun 2010 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi
Lampung;
Perda No. 3 Tahun 2010 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat;
Perda No. 1 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Timur;
Perda No. 9 Tahun 2009 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Sulawesi Selatan;
Perda No. 13 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Sumatera Barat.
3.4.1
Visi dan Misi Penataan Ruang Provinsi
Visi Penataan Ruang Provinsi adalah
“terwujudnya ruang wilayah Provinsi berbasis agribisnis dan jasa komersial yang berdaya saing global dalam pembangunan berkelanjutan”. Misi penataan ruang adalah mewujudkan:
pengembangan pusat pertumbuhan wilayah dalam meningkatkan daya saing daerah dalam kancah Asia;
penyediaan sarana dan prasarana wilayah secara berkeadilan dan berhierarki serta bernilai tambah tinggi;
pemantapan fungsi lindung dan kelestarian sumber daya alam dan buatan;
optimasi fungsi budidaya kawasan dalam meningkatkan kemandirian masyarakat dalam persaingan global;
keterpaduan program pembangunan berbasis agribisnis dan jasa komersial yang didukung seluruh pemangku kepentingan; dan
kemudahan bagi pengembangan investasi daerah serta peningkatan kerja sama regional.
3.4.2
Kebijakan dan Strategi Penataan Ruang Wilayah Provinsi
Pengembangan Wilayah
Kebijakan dan strategi pengembangan wilayah meliputi:
Pemantapan sistem perkotaan PKN sebagai kawasan metropolitan di Jawa Timur.
Strategi :
pengembangan ekonomi wilayah berbasis strategi pemasaran kota; pemantapan fungsi-fungsi perdagangan jasa berskala nasional dan internasional;
pengembangan infrastruktur transportasi dan telekomunikasi skala internasional;
peningkatan kemudahan investasi untuk pembangunan
infrastruktur metropolitan;
peningkatan aksesibilitas barang, jasa, dan informasi antara kawasan metropolitan dan perkotaan lainnya; dan
pengembangan kawasan metropolitan berbasis ekologi.
Peningkatan keterkaitan kantong-kantong produksi utama di Jawa Timur dengan pusat pengolahan dan pemasaran sebagai inti pengembangan sistem agropolitan.
pemantapan sentra-sentra produksi pertanian unggulan sebagai penunjang agrobisnis dan agroindustri;
pengembangan sarana dan prasarana produksi pertanian ke pusat-pusat pemasaran hingga ke pasar internasional;
pemantapan suprastruktur pengembangan pertanian yang terdiri
atas lembaga tani dan lembaga keuangan; dan
pengembangan pertanian dan kawasan perdesaan berbasis eco-region.
Pengembangan Struktur Wilayah
Kebijakan dan strategi pengembangan struktur ruang wilayah provinsi, meliputi:
Kebijakan dan strategi pengembangan sistem pusat pelayanan, yaitu :
Pembentukan sistem perkotaan Strategi :
penetapan sistem perkotaan secara berhierarki dengan membentuk PKN, PKW, dan PKL;
revitalisasi dan percepatan pembangunan kawasan metropolitan sebagai pusat pertumbuhan utama di Jawa Timur yang didukung oleh pusat pertumbuhan wilayah dan pusat-pusat pertumbuhan lokal; dan
pengembangan kawasan perkotaan sesuai dengan fungsi dan perannya.
Pengembangan sistem perdesaan Strategi :
penguatan dan memantapkan hubungan desa-kota melalui pemantapan sistem agropolitan;
pengembangan pusat-pusat pertumbuhan pada kawasan
perdesaan sebagai inti kawasan agropolitan;
pengembangan kawasan perdesaan berbasis agropolitan untuk dua atau lebih wilayah kabupaten dilaksanakan oleh Provinsi sebagai kawasan strategis dari sudut kepentingan ekonomi; dan peningkatan kualitas dan kuantitas infrastruktur, terutama
Pembentukan sistem dan fungsi perwilayahan Strategi :
pembentukan WP berdasarkan potensi dan permasalahan;
pembentukan struktur pelayanan dan sistem kegiatan pada setiapWP; dan
pengembangan WP sesuai dengan fungsi dan perannya.
Kebijakan dan strategi pengembangan sistem jaringan prasarana wilayah.
Kebijakan pengembangan sistem jaringan prasarana wilayah meliputi pemantapan penyediaan prasarana wilayahdengan meningkatkan
kelengkapan, skala pelayanan,pemerataan, serta sistem
interkonektivitas dan keterpaduan antar jenis prasarana dengan wilayah-wilayah yang dilayani secara efisien pada:
Sistem jaringan transportasi; Strategi :
pemantapan dan pengembangan jaringan transportasi darat, laut, dan udara yang terintegrasi dengan kebijakan pengembangan wilayah;
peningkatan integrasi intermoda dan antarmoda yang didukung dengan sarana dan prasarana; dan
pengembangan sistem jaringan transportasi turut
mempertimbangkan kepentingan evakuasi bencana.
Sistem jaringan energi; Strategi :
pengembangan diversifikasi sumber energi baru dan terbarukan, antara lain: energi mikrohidro, energi angin, energi surya, energi air, energi panas bumi, energi gelombang laut, energi biogas,dan energi biomassa;
pengembangan jaringan transmisi tenaga listrik di kawasan perkotaan dan perdesaan;
pembukaan peluang investasi sumber energi potensial berupa panas bumi sebagai sumber energi baru yang ramah lingkungan. Sistem jaringan telekomunikasi dan informatika;
Strategi :
pengembangan jaringan primer dengan sistem kabel dan nirkabel; dan
pengembangan sistem prasarana telekomunikasi dan
informatika yang efektif dan efisien. Sistem jaringan sumber daya air
Strategi :
pengembangan pemanfaatan air permukaan yang meliputi sungai, danau, rawa, dan sumber air permukaan lainnya;
perlindungan dan pelestarian sumber air melalui konservasi kawasan lindung;
peningkatan kualitas air dan pengendalian pencemaran air; pengembangan dan pengelolaan sistem irigasi;
pengembangan sarana pengendali banjir yang didukung kerja sama antara pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota;
pengendalian daya rusak air yang dilakukan pada sungai, danau, waduk, dan/atau bendungan, rawa, cekungan air tanah, sistem irigasi yang mencakup pencegahan, penanggulangan, dan
pemulihan; dan
penyediaan informasi sumber daya air yang meliputi informasi kondisi hidrologis, hidrometeorologis, hidrogeologis, kebijakan sumber daya air, prasarana sumber daya air, teknologi sumber daya air, danlingkungan pada sumber daya air dan sekitarnya. Sistem jaringan prasarana pengelolaan lingkungan.
Strategi :
pembangunan dan pemfasilitasankerja samaantardaerah dalam pengelolaan sampah;
pembangunan tempat pengolahan sampah terpadu antarwilayah
pembangunan dan pengembangan sistem pengelolaan limbahB3 yang melayani wilayah provinsi;
pengendalian pencemaran di sekitar tempat pengolahan sampah dan limbahB3; dan
mengkoordinasi pengembangan sistem drainase di kawasan
perkotaan. Pengembangan Pola Ruang
Kebijakan dan strategi pengembangan pola ruang wilayah provinsi meliputi:
Kebijakan dan strategi pengembangan kawasan lindung.
Kebijakan pengembangan kawasan lindung meliputi pemantapan, pelestarian, dan perlindungan kawasan lindung untuk mencapai perlindungan lingkungan sumber daya alam/buatan dan ekosistemnya, meminimalkan risiko dan mengurangi kerentanan bencana, mengurangi efekpemanasan global yang berprinsip partispasi, menghargai kearifan lokal, serta menunjang pariwisata, penelitian, dan edukasi pada:
Kawasan hutan lindung Strategi :
pengembangan sistem tata batas (deliniasi) persebaran hutan lindung di seluruh wilayah Jawa Timur sehingga jelas batasan antara kawasan hutan lindung dan sekitarnya untuk meminimalkan potensi perusakan oleh masyarakat;
penetapan luas kawasan hutan minimal 30% dari luas daratan dalam setiap DAS dan/atau pulau;
pengembangan upaya untuk mempertahankan dan menambah luasan hutan, terutama hutan dengan fungsi lindung;
pemantapan fungsi lindung dengan prinsip pengelolaan berkelanjutan; dan
pengendalian perubahan fungsi kawasan hutan lindung. Kawasan perlindungan setempat
Strategi :
pengamanan kawasan perlindungan setempat dengan prinsip konservasi;
pengendalian kegiatan yang tidak berkaitan dengan
perlindungan; dan
peningkatan nilai ekonomis kawasan dengan tetap
mempertahankan fungsi lindungnya.
Kawasan suaka alam, pelestarian alam, dan cagar budaya Strategi :
penetapan dan/atau penegasan batas lapangan kawasan suaka alam, pelestarian alam, dan cagar budaya;
pemantapan perlindungan kawasan suaka alam, pelestarian alam, dan cagar budaya;
mempertahankan dan peningkatan kelestarian keanekaragaman hayati yang masih berkembang beserta ekosistemnya;
peningkatan nilai ekonomis kawasan dengan tetap
mempertahankan fungsi lindung kawasan; dan
peningkatan keterpaduan pembangunan kawasan konservasi
dengan pembangunan wilayah, terutama peningkatan
kesejahteraan dan kepedulian masyarakat disekitar kawasan konservasi.
Kawasan rawan bencana alam Strategi :
penetapan kawasan rawan bencana alam;
pengidentifikasian tingkat risiko wilayah pada kawasan rawan bencana alam; dan
pengembangan manajemen pengelolaan pada kawasan rawan bencana alam.
Kawasan lindung geologi Strategi :
menetapkan kawasan lindung geologi;
mengembangkan pengelolaan kawasan cagar alam geologi;
mengidentifikasi tingkat risiko wilayah pada kawasan rawan
mengembangkan manajemen pengelolaan pada kawasan rawan bencana alam geologi.
Kawasan lindung lainnya. Strategi :
memantapkan perlindungan terumbu karang;
melarang pemakaian alat atau bahan berbahaya untuk mencari ikan;
merehabilitasi terumbu karang yang telah rusak; dan
mengembangkan terumbu karang pada kawasan-kawasan yang potensial.
Kebijakan dan strategi pengembangan kawasan budi daya.
Kebijakan pengembangan kawasan budi daya dilakukan melalui upayapengembangan kawasan budidaya sesuai dengan karakter dan daya dukung yang dimiliki, terutama untuk mendukung pemantapan sistem metropolitan dan sistem agropolitan dalam rangka peningkatan pertumbuhan dan pemerataan kesejahteraan masyarakat, meliputi:
Kawasan peruntukan hutan produksi Strategi :
mengembangkan kawasan hutan produksi dengan pemanfaatan secara lestari dan partisipatif;
membatasi alih fungsi hutan produksi untuk kegiatan di luar kehutanan; dan
mengawasi pemanfaatan hutan produksi.
Kawasan hutan rakyat. Strategi pengembangan kawasan hutan rakyat dilakukan dengan membangun dan mengembangkan kegiatan hutan rakyat secara partisipatif.
Kawasan peruntukan pertanian Strategi :
pemertahanan luasan sawah beririgasi termasuk lahan pertanian pangan berkelanjutan dengan mengendalikan secara ketat alih fungsi sawah dan lahan produktif;
peningkatan upaya pengelolaan untuk mengoptimalkan hasil
pengoptimalan pengolahan dan peningkatan nilai tambah hasil produksi pertanian melalui pengembangan agropolitan;
peningkatan pemasaran yang terintegrasi dengan kawasan agropolitan;
peningkatan pembinaan, penyuluhan, dan pelatihan untuk
pengembangan pertanian;
pengembangan kemitraan antarpemangku kepentingan; dan pengembangan sarana dan prasarana pendukung kawasan agropolitan.
Kawasan peruntukan perkebunan Strategi :
mengembangkan komoditas unggulan perkebunan di wilayah potensial dan prospektif; dan
mengoptimalkan pengolahan dan peningkatan nilai tambah hasil perkebunan melalui pengembangan agropolitan.
Kawasan peruntukan peternakan Strategi :
mengembangkan komoditas unggulan peternakan besar, kecil, serta unggas di wilayah potensial dan prospektif; dan
mengoptimalkan pengolahan dan peningkatan nilai tambah hasil peternakan melalui pengembangan agropolitan.
Kawasan peruntukan perikanan
Strategi :
meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi perikanan;
membentuk sentra pengolahan hasil perikanan untuk
mendukung pengoptimalan pengolahan dan peningkatan nilai tambah hasil perikanan melalui pengembangan minapolitan; menata wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil sesuai dengan daya dukung yang dimiliki untuk menjamin keberlangsungan ekosistem pada wilayah tersebut;
pemantapan kawasan tambak garam;
pemertahanan luasan dan sebaran kawasan tambak garam; dan
Kawasan peruntukan pertambangan Strategi :
pengidentifikasian potensi kandungan bahan tambang;
peningkatan eksplorasi dan eksploitasi potensi minyak dan gas bumi dengan berwawasan lingkungan; dan
pengembangan kawasan pertambanganberdasarkan potensi bahan galian, kondisi geologi, dan geohidrologidengan prinsip kelestarian lingkungan.
Kawasan peruntukan industri Strategi :
pengembangan kawasan peruntukan industri yang
memperhatikan keseimbangan antara pertumbuhan wilayah, pemerataan, dan keberlanjutan;
pengidentifikasian potensi pengembangan industri;
pengembangan industri melalui penyediaan ruang dan didukung pengembangan infrastruktur wilayah;
pengembangan industri berteknologi tinggi dan ramah lingkungan di kawasan perkotaan;
pengembangan industri kecil, menengah, dan rumah tangga; pengembangan perindustrian berdasarkan prinsip keterkaitan antara kegiatan hulu-hilir, klaster, dan sentra;dan
pengembangan sarana dan prasarana pendukung industri.
Kawasan peruntukan pariwisata Strategi :
pengidentifikasian potensi daya tarik wisata alam, budaya, dan hasil buatan manusia;
penetapan potensi daya tarik wisata unggulan;
pembentukan jalur pengembangan wisata yang
terintegrasidengan pengembangan infrastruktur wilayah; pengembangan kegiatan penunjang wisata;
pelestarian tradisi atau kearifan masyarakat lokal; dan
peningkatan pembinaan, penyuluhan, dan pelatihan kepada
Kawasan peruntukan permukiman Strategi :
pengembangan kawasan permukiman perkotaan, terutama pengembangan permukiman yang efisiendan terintegrasi dengan sistem transportasi;
pengembangan kawasan permukiman yang mendukung
pengembangan agropolitan di kawasan perdesaan;
pengembangan penyediaan perumahan dengan pola hunian berimbang;
pengembangan penyediaan perumahan untuk semua lapisan masyarakat; dan
pengembangan kawasan perumahan yang berwawasan
lingkungan dan berkelanjutan dengan dukungan sarana dan prasarana permukiman yang memadai.
Kawasan andalan
Strategi :
mengakomodasi penetapan kawasan andalan di wilayah ProvinsiJawa Timur sebagai bagian dari pengembangan kawasan andalan nasional; dan
mendukung pengembangan kawasan andalan agar terintegrasi dan operasional.
Peruntukan kawasan budi daya lainnya.
Strategi :
penetapan dan/atau penegasan batas lapangan kawasan pertahanan dan keamanan;
penetapan jarak bebas aman kawasan pertahanan dan keamanan dengan guna lahan lainnya, terutama permukiman; pengendalian pemanfaatan lahan di sekitar kawasan pertahanan dan keamanan secara ketat;
mendukung penetapan kawasan strategis nasional dengan fungsi khusus pertahanan dan keamanan;
mengembangkan kegiatan budi daya secara selektif di dalam dan
mengembangkan kawasan lindung dan/atau kawasan budidaya tidak terbangun di sekitar kawasan strategis nasional sebagai zona penyangga yang memisahkan kawasan strategis nasional dengan kawasan budidaya tidak terbangun; dan
turut serta menjaga dan memelihara aset-aset pertahanan dan
keamanan negara.
Kebijakan dan strategi pengembangan kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil.
Kebijakan pengembangan kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil meliputi:
Peningkatan konservasi ekosistem kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil yang menjadi fungsi perlindungan, baik perlindungan bagi kawasan bawahannya, kawasan perlindungan setempat, maupun cagar alam.
Strategi :
penetapan zonasi pemanfaatan ruang kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil melalui penetapan batas-batas fungsional sesuai dengan potensi sumber daya dan daya dukung serta proses ekologis yang berlangsung sebagai satu kesatuan dalam ekosistem pesisir;
pempertahanan dan penjagaan kelestarian ekosistem kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil; dan
pembatasan kegiatan yang mengakibatkan terganggunya ekosistem di kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil.
Pengoptimalan pengembangan kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil.
Strategi :
peningkatan operasionalisasi perwujudan pengembangan kawasan andalan laut melalui pengembangan produk unggulan sektor kelautan dan perikanan.
Pengembangan Kawasan Strategis
Kebijakan pengembangan kawasan strategis provinsi meliputi:
Pengembangan kawasan ekonomi potensial yang dapat mempercepat perkembangan wilayah
Strategi :
mengoptimalkan pengembangan kawasan melalui peningkatan nilai ekonomis kawasan;
meningkatkan komoditas unggulan, sarana, dan prasarana pendukung proses produksi;
meningkatkan kualitas dan kuantitas sumber daya manusia,baik sebagai tenaga ahli maupun tenaga pendukung;
mempercepatalih teknologi yang lebih efisien dan efektif;
memberikan dukungan kebijakan melalui pemberianinstrumen insentif antara lain berupa keringanan pajak dan pembebasan pajak sementara;
menjalin kerja sama dengan pihak investor, terkait pemberian kredit/modal usaha;
menelusuri potensi kawasan atau subsektor strategis yang dapat dikembangkan dengan penetapan kawasan ekonomi unggulan baru;
dan
meningkatkan kerja sama antardaerah untuk mengoptimalkan pertumbuhan daerah perbatasan, baik antarkabupaten/antarkota di Jawa Timur maupun antarkawasan perbatasan provinsi.
Percepatan perkembangan dan kemajuan kawasan tertinggal untuk mengurangi kesenjangan tingkat perkembangan antarkawasan
Strategi :
penelusuran potensi kawasan atau subsektor strategis yang dapat dikembangkan di kawasan tertinggal;
penyediaan infrastruktur strategis sebagai pemacu pertumbuhan wilayah;
peningkatan kualitas sumber daya manusia,baik sebagai tenaga ahli maupun tenaga pendukung; dan
pemberian dukungan kebijakan melalui pemberian instrumen
insentif.
Pemantapan fungsi kawasan untuk pertahanan dan keamanan wilayah nasional di provinsi. Strategi dilakukan dengan mengakomodasi dan mendukung pengembangan kawasan pertahanan dan keamanan dalam lingkup nasional.
Pemantapan dan peningkatan fungsi dan peran kawasan sosial dan budaya
Strategi :
pelestarian kawasan sosial dan budaya;
pengendalian perkembangan lahan terbangun di sekitar kawasan;
peningkatan nilai ekonomis kawasan, antara lain pemanfaatan sebagai aset wisata, penelitian, dan pendidikan; dan
pembinaan masyarakat sekitar untuk ikut berperan dalam menjaga peninggalan sejarah.
Pemanfaatan sumber daya alam dan/atau teknologi tinggi secara optimal untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat
Strategi :
pengoptimalan pengembangan kawasan melalui peningkatan nilai ekonomis kawasan, antara lain dengan pengembangan kegiatan penunjang dan/atau kegiatan turunan dari pemanfaatan sumber daya alam dan/atau teknologi tinggi;
peningkatan keterkaitan kegiatan pemanfaatan sumber daya alam dan/atau teknologi tinggi dengan kegiatan penunjang dan/atau turunannya; dan
Pelestarian dan peningkatan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup untuk mempertahankan dan meningkatkan keseimbangan ekosistem,
melestarikan keanekaragaman hayati, mempertahankan dan
meningkatkan fungsi perlindungan kawasan, serta melestarikan keunikan bentang alam.
Strategi :
pembatasan dan pencegahan pemanfaatan ruang yang berpotensi mengurangi fungsi perlindungan kawasan;
pelarangan alih fungsi pada kawasan yang telah ditetapkan sebagai kawasan lindung;
pembatasan pengembangan sarana dan prasarana di dalam dan di sekitar kawasan yang ditetapkan untuk fungsi lindung yang dapat memicu perkembangan kegiatan budi daya;
perehabilitasian fungsi lindung yang menurun akibat dampak pemanfaatan ruang yang berkembang di dalam dan di sekitar kawasan lindung;
pengoptimalan pengembangan kawasan denganpeningkatan nilai ekonomis kawasan lindung melalui pemanfaatan untuk daya tarik wisata, pendidikan, dan penelitian berbasis lingkungan hidup, dan/atau pemanfaatan bakau dan terumbu karang sebagai sumber ekonomi perikanan yang berkelanjutan;
peningkatan kerja sama antara Pemerintah Daerah Provinsidan
masyarakat setempat;
pengembalian kegiatan yang mendorong pengembangan fungsi lindung;
peningkatan keanekaragaman hayati kawasan lindung; dan
pengendalian kawasan sekitar perlindungan ekosistem dan lingkungan hidup secara ketat.
3.5
Arahan RTRW Kabupaten Pacitan
diperhatikan dalam penyusunan RPI2-JM Kabupaten/Kota adalah sebagai berikut:
Penetapan Kawasan Strategis Kabupaten/Kota (KSK) yang didasari sudut kepentingan:
Pertahanan keamanan
Ekonomi
Lingkungan hidup
Sosial budaya
Pendayagunaan sumberdaya alam atau teknologi tinggi
Arahan pengembangan pola ruang dan struktur ruang yang mencakup:
Arahan pengembangan pola ruang:
Arahan pengembangan kawasan lindung dan budidaya
Arahan pengembangan pola ruang terkait bidang Cipta Karya seperti pengembangan RTH.
Arahan pengembangan struktur ruang terkait keciptakaryaan seperti
pengembangan prasarana sarana air minum, air limbah, persampahan, drainase, RTH, Rusunawa, maupun Agropolitan.
Ketentuan zonasi bagi pembangunan prasarana sarana bidang Cipta Karya yang harus diperhatikan mencakup ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan lindung, kawasan budidaya, sistem perkotaan, dan jaringan prasarana.
Indikasi program sebagai operasionalisasi rencana pola ruang dan struktur ruang khususnya untuk bidang Cipta Karya.
3.5.1
Tujuan, Kebijakan Dan Strategi Penataan Ruang Wilayah
3.5.1.1 Tujuan Penataan Ruang
Tujuan penyelenggaraan penataan ruang Kabupaten Pacitan adalah:
Mewujudkan optimalisasi pemanfaatan seluruh potensi terutama pariwisata, pertanian, dan kelautan sesuai dengan visi dan misi Kabupaten Pacitan
Mewujudkan perlindungan terhadap wilayah yang termasuk kedalam