• Tidak ada hasil yang ditemukan

KESULITAN-KESULITAN YANG DIHADAPI GURU EKONOMI AKUNTANSI DI SMA KOTA YOGYAKARTA DALAM IMPLEMENTASI KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN DI KELAS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "KESULITAN-KESULITAN YANG DIHADAPI GURU EKONOMI AKUNTANSI DI SMA KOTA YOGYAKARTA DALAM IMPLEMENTASI KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN DI KELAS"

Copied!
195
0
0

Teks penuh

(1)

KESULITAN-KESULITAN YANG DIHADAPI GURU EKONOMI

AKUNTANSI DI SMA KOTA YOGYAKARTA DALAM

IMPLEMENTASI KURIKULUM TINGKAT SATUAN

PENDIDIKAN DI KELAS

Studi Eksploratif: 4 SMA Negeri dan 16 SMA Swasta di Kota Yogyakarta

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Akuntansi

Oleh:

Eunike Dia Kristiani NIM: 041334043

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

” KEBERHASI LAN ADALAH BUAH DARI DOA, KETEKUN AN DAN

PERJ UAN GAN TAN PA HEN TI ”

” SEBAB AKU I N I MEN GETAHUI RAN CAN GAN - RANCANGAN APA

YAN G ADA PADA- KU MENGENAI KAMU, DEMI KI ANLAH FI RMAN

TUHAN , YAI TU RAN CAN GAN DAMAI SEJ AHTERA DAN BUKAN

RAN CAN GAN KECELAKAAN , UN TUK MEMBERI KAN KEPADAMU

HARI DEPAN YAN G PEN UH HARAPAN ”

(YEREMI A 29: 11)

I KNOW THE LORD W I LL MAKE A W AY FOR ME

Skripsi ini dipersembahkan untuk :

Ø

Tuhan Yesus Kristus Juruselamatku,

Ø

Bapak dan I bu,

Ø

kakak dan 2 adikku tercinta,

Ø

B. Yogi D wi H artanto, tenaga baru

dikala aku jenuh mengerjakan skripsi,

(5)

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 25 Agustus 2008 Penulis,

(6)

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tanda di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma: Nama : Eunike Dia Kristiani

Nomor Mahasiswa : 041334043

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :

“ Kesulitan-Kesulitan Yang Dihadapi Guru Ekonomi Akuntansi Di SMA Kota Yogyakarta Dalam Implementasi KTSP “

beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengn demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam betuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalty kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal : 23 September 2008 Yang menyatakan,

(7)

ABSTRAK

KESULITAN-KESULITAN YANG DIHADAPI GURU EKONOMI AKUNTANSI DI SMA KOTA YOGYAKARTA DALAM IMPLEMENTASI

KTSP DI KELAS Eunike Dia Kristiani Pendidikan Akuntansi Universitas Sanata Dharma

2008

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kesulitan-kesulitan yang dihadapi guru dalam mengimplementasikan KTSP di kelas, termasuk didalamnya rencana tindakan yang dirumuskan untuk mengatasi kesulitan-kesulitan tersebut.

Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif kualitatif dengan jenis penelitian eksploratif, yang dilaksanakan di 4 SMA Negeri dan 16 SMA Swasta di Kota Yogyakarta dengan waktu penelitian bulan Maret-Mei 2008. Adapun yang menjadi populasi penelitian adalah seluruh guru Ekonomi dan Akuntansi di SMA Kota Yogyakarta, baik SMA Negeri maupun Swasta. Sedangkan penentuan sampel dengan teknik Propotional Random Sampling. Sehingga sampel yang diambil adalah 40% dari keseluruhan SMA Negeri dan Swasta di Kota Yogyakarta, yaitu 20 SMA diambil secara acak. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, kuesioner dan dokumentasi. Untuk teknik pemeriksaan keabsahan data dengan teknik trianggulasi. Sedangkan teknik analisis data menggunakan reduksi data, penyajian data yang meliputi analisis persentase dan analisis deskriptif, dan kesimpulan (verifikasi).

(8)

ABSTRACT

THE DIFFICULTIES FACED BY ACCOUNTING

TEACHERS OF SENIOR HIGH SCHOOLS IN YOGYAKARTA IN IMPLEMENTING THE CURRICULUM OF EDUCATION UNIT LEVEL

IN LEARNING TEACHING ACTIVITIES Eunike Dia Kristiani

Sanata Dharma University Yogyakarta

2008

This research aims to know the difficulties faced by Accounting teachers in implementing the curriculum of education unit level, including the planning action that is formulated to overcome those difficulties.

This research is a qualitative descriptive research by explorative research style that was held in 4 states Senior High Schools and 16 private Senior High Schools in Yogyakarta. This research was conducted in March until May 2008. The participants of this research were all Accounting teachers of Senior High Schools in Yogyakarta, either state or private Senior High Schools. The samples determined by using Propotional Random Sampling technique. The sample taken ware 40 % of state and private Senior High Schools in Yogyakarta, they were 20 Senior High Schools taken randomly. Data collecting method were interview, questionnaire and documentation. For the authenticity audit technique of date used triangulation technique. The analytical technique of data applied reduction of data, presentation of data convering analysis and descriptive analysis, and conclusion (verification).

(9)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus yang telah mengaruniakan kasih dan berkat-Nya sehingga pada akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi persyaratan guna memperoleh gelar sarjana pendidikan.

Penulis menyadari, bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna, dan masih banyak sekali perbaikan. Oleh karena itu kiranya ada pihak yang menyempurnakan melalui penelitian atau tulisan lain. Sebagai sebuah harapan sederhana, penulis berharap kiranya laporan ini bermanfaat bagi ilmu pengetahuan, terutama dalam bidang pendidikan dan tulisan ini dapat menjadi referensi bagi penulisan selanjutnya.

Pada kesempatan ini pula, tak lupa penulis sampaikan ucapan terima kasih kepada banyak pihak yang telah membantu penulis mulai dari saat penelitian hingga pembuatan skripsi ini. Pihak-pihak tersebut antara lain adalah :

1. Bapak Drs. T. Sarkim, M. Ed., Ph D. , selaku Dekan FKIP Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang memberikan izin kepada penulis untuk mengadakan penelitian.

2. Bapak Y. Harsoyo, S. Pd., M. Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Sosial Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah memberikan saran dan arahan serta izin sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

3. Bapak L. Saptono, S. Pd., M. Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Akuntansi Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan kesempatan penulis mengadakan penelitian.

4. Ibu E. Catur Rismiati, S. Pd., M.A., selaku dosen pembimbing yang sabar, yang mengarahkan penulis tanpa lelah, mulai dari penyusunan proposal hingga saat penulis menghadapi ujian Skripsi.

(10)

6. Kepala Sekolah dan Guru- guru di 20 SMA Negeri dan Swasta di Kota Yogyakarta atas waktu yang diberikan serta memberikan izin untuk melaksanakan penelitian.

7. Bapak dan ibu Dosen FKIP Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah memberikan bekal pengetahuan sehingga mendukung terwujudnya skripsi ini. Serta karyawan Universitas Sanata Dharma yang sudah banyak membantu.

8. Pak Bambang Irmanto dan Ibu Sri Murgiyanti, yang telah mendidik, membesarkan dan memberi penulis segala fasilitas. Juga kakakku Krisna dan adik-adikku Samuel dan Otniel, serta mbah Kakung dan mbah Uti. Keluarga besar dirumah yang kecil.

9. Mas Yogi, thank’s a lot for your love and kindness…semangat dan harapan muncul dari mu.

10.Ibu Catur yang bisa menjadi orang tua, sahabat, teman bagi penulis dan Romo Hiro. Terima kasih atas segala bantuannya dan keceriaan serta dukungan doa yang telah diberikan kepada penulis.

11.Mas Anank, mas Rino, dan Epi… terima kasih atas kerjasamanya dan bantuannya selama ini. Kapan nongkrong lagi...=P

12.Sahabat-sahabat aku yang baik…As3, Dika, Nana makasih sudah bantu aku saat penelitian…Ivan, Wisnu, Robbin makasih atas motivasi dan dukungan doanya…I love you all

13.Yogi PE’04…makasih banyak sudah memberikan inspirasi dan waktunya, sehingga aku dapat menyelesaikan skripsi.

14.Teman-teman seperjuangan angkatan 2004, yang jumlahnya sak brayat...terima kasih atas semuanya...banyak kenangan bersama kalian yang tidak akan aku lupakan.

(11)

Masih banyak lagi pihak yang membantu penulis, namun tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu, penulis mohon maaf dan mengucapkan terima kasih atas segala bentuk bantuan yang telah diberikan. Tuhan Yang Maha Kasih akan membalas dengan kelimpahan berkat-Nya, amin.

(12)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vi

ABSTRAK ... ... vii

ABSTRACK... viii

KATA PENGANTAR ... xi

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ……… 1

B. Batasan Masalah ……… 5

C. Rumusan Masalah ………. 6

D. Definisi Operasional ………. 6

E. Tujuan Penelitian ……….. 7

(13)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teoritik ………... 10

B. Hasil yang Relevan ... 27

C. Kerangka Berfikir ... 29

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ………. 30

B. Tempat dan Waktu Penelitian ……….. 30

C. Subyek dan Obyek Penelitian ………... 31

D. Populasi dan Sampel Penelitian ……… 31

E. Prosedur Pengumpulan Data ………. 34

F. Teknik Pengujian Instrumen ………... 35

G. Prosedur Analisis Data ………... 36

BAB VI DESKRIPSI, ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi dan Analisis Data 1. Deskripsi Responden ... 39

2. Analisis Presentase... 40

3. Analisis Deskriptif Kualitatif ... 48

B. Pembahasan 1. Kesulitan yang dihadapi guru ... 76

2. Upaya-upaya yang dilakukan guru ... 105

(14)

BAB V KESIMPULAN

A. Kesimpulan ... 141

B. Saran... 143

C. Keterbatasan ... 144

(15)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Jumlah Sampel Penelitian (Teknik Proposional) ... 33

Tabel 2. Random Sampling (Nama Sekolah yang dijadikan Sampel) ... 33

Tabel 3. Kisi-Kisi Komponen KTSP ... 34

Tabel 4. Rekapitulasi Keseluruhan Subyek Penelitian ... 39

Tabel 5. Kategori Penyusunan Kuesioner ... 41

Tabel 6. Presentase Komponen Tujuan Pendidikan ... 42

Tabel 7. Presentase Komponen Struktur dan Muatan KTSP ... 43

Tabel 8. Presentase Komponen Kalender Pendidikan ... 45

Tabel 9. Presentase Silabus dan RPP ... 46

Tabel 10. Cara Mengatasi Kesulitan (Komponen Tujuan Pendidikan) ... 64

Tabel 11. Cara Mengatasi Kesulitan (Komponen Struktur dan Muatan KTSP) ... 65

Tabel 12. Cara Mengatasi Kesulitan (Komponen Kalender Pendidikan) ... 68

(16)

DAFTAR GAMBAR

1. Mind Map 1 ... 136

2. Mind Map 2 ... 137

3. Mind Map 3 ... 138

4. Mind Map 4 ... 139

(17)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Angket Guru ... 149

2. Hasil Olah Data ………. 161

3. Diagram 1 ... 163

4. Diagram 2 ……….. 164

(18)

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pendidikan merupakan proses pengubahan sikap tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan latihan, proses perbuatan, dan cara mendidik. Pendidikan ini merupakan unsur yang penting dalam menghadapi era globalisasi. Peranan dunia pendidikan dituntut harus mampu mengimbangi perkembangan jaman yang selalu berkembang dan berubah maju dengan pesatnya. Karena kemajuan ilmu pendidikan dan teknologi turut mewarnai dunia pendidikan dewasa ini, maka penataan kembali sistem pendidikan perlu dilakukan agar mampu melahirkan calon-calon penerus bangsa yang kompeten, cerdas, kreatif, dan siap pakai, dalam artian mampu melahirkan sumber daya yang berkualitas.

(19)

Pokok Pendidikan 1950, rencana pelajaran yang digunakan adalah Rencana Pelajaran 1950, kemudian muncul Rencana Pelajaran Terurai 1952, setelah itu istilah rencana pelajaran tidak dipakai lagi dan diganti dengan kurikulum 1968 yang lebih bersifat politis. Baru berjalan tujuh tahun disempurnakan menjadi kurikulum 1975 yang menekankan pada tujuan. Kurikulum 1975 kemudian diubah menjadi kurikulum 1984 yang mengusung process skill approach. Dan disempurnakan menjadi kurikulum 1994 dan pada tahun 1999 kurikulum mengala mi penyempurnaan dengan diterbitkannya suplemen GBHN yang digunakan mulai tahun pelajaran 1999/2000. Kurikulum 1994 mengalami penyempurnaan lagi dengan istilah Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) belum berjalan secara maksimal lantaran baru diterapkan sekitar dua tahun, kini diganti lagi dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang merupakan penyempurnaan dari kurikulum 2004 (Bianglala, Fl Asih Wulan Senjayani : 27).

(20)

dan para guru. Perbedaan mendasar tersebut sesuai dengan definisi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).

Menurut pakar pendidikan dari Universitas Atmajaya Jakarta M Marcelino PhD (Suara Pembaharuan, 24 Febuari 2007: 76), Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) merupakan paradigma baru dalam pendidikan dan memberi tempat pada demokratisasi untuk penentuan kurikulum pendidikan yang sesuai dengan konteks komunitas di mana sekolah berada, konteks financial, SDM dan sebagainya dari sekolah yang bersangkutan. Sehingga memungkinkan guru untuk lebih banyak kreatif dalam melaksanakan proses belajar.

Dengan diberlakukannya Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) sebagai kurikulum baru yang mulai dilaksanakan pada tahun 2006 ini, terlihat sebuah peluang besar bagi para penyelenggara sekolah yaitu sekolah dapat mengembangkan kurikulum yang sesuai dengan visi misi yang diyakini. Selain itu, dengan diberinya sekolah kewenangan dan tanggungjawab mengembangkan kurikulum maka dapat diperkirakan bahwa kurikulum yang diterapkan di suatu sekolah bisa jadi berbeda dengan kurikulum yang diterapkan pada sekolah lain meskipun keduanya berada pada jenjang pendidikan yang sama.

(21)

kompetensi guru sudah memadai? Pasalnya selama ini guru tidak ubahnya hanya seperti robot yang berdiri di depan kelas. Padahal guru dalam hal ini sebagai penyusun (administrator) dan pelaksana dalam proses penerapan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang sudah disusun. Selain itu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang dikembangkan oleh satuan pendidikan harus memuat komponen-komponen tujuan pendidikan sekolah, struktur dan muatan kurikulum, kalender pendidikan, silabus dan RPP.

(22)

Berdasarkan uraian diatas, penulis menduga bahwa kesulitan yang dihadapi guru dalam Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) akan sangat bervariasi. Hal ini dapat dilihat dari komponen-komponen yang ada di dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), seperti yang dijelaskan diatas.

Dalam penelitian ini yang akan diteliti oleh penulis adalah guru di sekolah yang digunakan sebagai pilot project atau uji coba pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Memang semua guru bidang studi melaksanakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), namun peneliti hanya mengambil guru di bidang ekonomi dan akuntansi. Oleh karena itu peneliti ingin mengadakan penelitian dengan judul “Kesulitan-kesulitan yang Dihadapi Guru Ekonomi Akuntansi di SMA Kota Yogyakarta dalam Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) di Kelas. “

B. BATASAN MASALAH

(23)

C. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas, penulis merumuskan masalah sebagai berikut:

1. Apa yang menjadi kesulitan guru dalam mengimplementasikan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) di kelas?

2. Bagaimana guru mengatasi kesulitan-kesulitan yang dihadapi dalam mengimplementasikan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) di kelas?

3. Apa rencana tindakan selanjutnya yang bisa diusulkan dalam mengimplementasikan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) di kelas?

D. DEFINISI OPERASIONAL

Definisi operasional untuk istilah- istilah dalam masalah penelitian di atas sebagai berikut:

1. Kesulitan: keadaan yang sulit, sesuatu yang sulit (Kamus Bahasa Indonesia, 1989).

(24)

3. Kurikulum: sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh oleh murid untuk memperoleh ijazah. (Wiryokusumo, 1988 : 3).

4. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan: kurikulum operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan di masing- masing satuan pendidikan (BSNP, 2006:5). 5. Komponen Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan: komponen yang

mencakup tujuan, struktur dan muatan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), kalender pendidikan, silabus dan RPP.

6. Implementasi: diartikan sebagai penerapan atau pelaksanaan, mengimplementasikan berarti melaksanakan (Kamus Bahasa Indonesia 1989:372).

E. TUJUAN PENELITIAN

(25)

F. MANFAAT PENELITIAN

Hasil penelitian ini bermanfaat untuk: 1. Bagi Sekolah

a. Bagi Kepala Sekolah:

Sebagai instansi untuk menaikkan kinerja apabila sekolah atau kepala sekolah mengalami kesulitan dalam hal mengimplementasikan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) untuk follow up (tindak lanjut).

b. Bagi Guru:

Untuk memberikan gambaran konkrit mengenai kesulitan-kesulitan yang dihadapi guru dalam Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan memberikan pengalaman nyata bagi guru untuk merefleksikan kemungkinan adanya sebagian/keseluruhan dari kesulitan yang dihadapi guru yang mirip yang kemungkinan terjadi apabila guru mengimplementasikan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).

2. Bagi Universitas Sanata Dharma

(26)

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan memberikan solusi-solusi yang tepat apabila nantinya mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) ini mengalami kesulitan yang sama dalam mengimlementasikan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).

3. Bagi Penulis

(27)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. TINJAUAN TEORITIK a. Kurikulum

1. Pengertian Kurikulum

Menurut pandangan lama kurikulum adalah sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh oleh murid untuk memperoleh ijazah (Wiryokusumo, 1988 : 3).

Menurut Romine (dalam Wiryokusumo 1988 : 4) menyatakan pandangan baru kurikulum sebagai berikut:

“Curriculum is interpreted to mean all of the organized courses, activities, and experiences which pupils have under direction of school whether in the classroom or not.”

Webster’s New Collegiate Dictionary (dalam Allan & Linda 1995 : 3) menyatakan bahwa: curriculum as a course of study, as in a college, the whole body of course offered in an educational institution or by department thereof.

(28)

Dari pengertian tersebut ada hal yang tersirat dalam pengertian kurikulum. Pertama, adalah program atau rencana atau niat atau harapan atau keinginan. Pada hakekatnya kurikulum potensial, wujud nyatanya adalah buku kurikulum yang dituangkan dalam garis-garis besar program pengajaran beserta petunjuk pelaksanaannya. Kedua, adalah pengalaman belajar atau kegiatan nyata hakekatnya adalah kurikulum aktual, wujudnya adalah kegiatan nyata pada proses belajar mengajar berlangsung atau lebih popular disebut pengajaran (instruction). Oleh sebab itu, kurikulum dan pengajaran tidak bisa dipisahkan tetapi hanya bisa dibedakan. Kurikulum adalah rencana atau program belajar dan pengajaran adalah pelaksana atau operasionalisasi dari rencana dan program.

2. Peranan Kurikulum

Pada dasarnya kurikulum merupakan refleksi dari kebudayaan dimana kurikulum itu berada. Dengan memperhatikan struktur suatu kebudayaan, lebih memperjelas lagi untuk membedakan suatu kurikulum yang satu dengan yang lainnya yaitu kurikulum yang menggambarkan hal-hal yang bersifat pendidikan umum dan yang bersifat pendidikan khusus.

(29)

a. Peranan konservatif

Kebudayaan diperlukan oleh manusia dan diwujudkan dalam tingkah laku, bahkan kebudayaan terwujud dan didirikan dari perilaku manusia. Semua kebudayaan yang sudah ada harus ditransmisikan kepada peserta didik selaku generasi penerus, sehingga semua ini menjadi tanggung jawab kurikulum dalam menafsirkan dan mewariskan nilai- nilai budaya yang mengandung makna dalam membina perilaku peserta didik.

b. Peranan Kreatif

Kurikulum harus mampu melakukan kegiatan-kegiatan kreatif dan konstruktif dalam arti harus menyusun dan mendesain pengalaman belajar yang bersumber dari masyarakat dan dibuat dalam bentuk mata pelajaran yang akan disajikan pada peserta didik.

c. Peranan kritis dan evaluatif

(30)

3. Fungsi Kurikulum

Menurut Alexander Inglis (dalam Wiryokusumo, 1988:8), kurikulum memiliki fungsi sebagai berikut:

1. Fungsi penyesuaian

Lingkungan masyarakat yang bersifat dinamis harus diikuti dengan kedinamisan hidup setiap anggota masyarakat. Oleh karena itu, kurikulum harus mampu menata keadaan masyarakat agar dapat dibawa ke lingkungan sekolah untuk dijadikan objek pelajaran.

2. Fungs i pengintegrasi

Kurikulum harus mampu menyiapkan pengalaman belajar yang dapat mendidik pribadi yang terintegrasi, karena individu- individu yang berada di sekolah merupakan bagian dari masyarakat yang harus mampu melakukan pengintegrasian sesuai dengan norma masyarakat. 3. Fungsi pembedaan

Kurikulum harus mampu melayani pengembangan-pengembangan potensi individu yang akan hidup di lingkungan masyarakat.

4. Fungsi penyiapan

(31)

5. Fungsi pemilih

Sekolah melakukan penyeleksian secara selektif terhadap pengalaman belajar yang dapat diorganisir lebih lanjut dalam suatu bentuk organisasi kurikulum.

6. Fungsi diagnosa

Fungsi ini merupakan fungsi kurikulum yangpada gilirannya akan mengetahui keberhasilan. Penerapan program-program pengalaman belajar yang diikuti peserta didik sejalan dengan upaya memahami bakat dan minat peserta didik.

b. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

1. Pengertian Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) ini diterapkan untuk meningkatkan mutu pendidikan serta meningkatkan kreatifitas para guru. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah kurikulum operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan di masing- masing satuan pendidikan (BSNP, 2006:5).

2. Acuan Operasional Penyusunan KTSP

(32)

kurikulum yang disusun oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (Masnur Muslich, 2007:18). Acuan operasional tersebut adalah sebagai berikut: a. Peningkatan iman dan takwa serta akhlak mulia

Keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia menjadi dasar pembentukan kepribadian peserta didik secara utuh. Kurikulum disusun yang memungkinkan semua mata pelajaran dapat menunjang peningkatan iman dan takwa serta akhlak mulia.

b. Peningkatan potensi, kecerdasan, dan minat sesuai dengan tingkat perkembangan dan kemampuan peserta didik

Kurikulum disusun agar memungkinkan pengembangan keragaman potensi, minat, kecerdasan intelektual, emosional, spiritual, dan kinestetik peserta didik secara optimal sesuai dengan tingkat perkembangannya.

c. Keragaman potensi dan karakteristik daerah dan lingkungan

Daerah memiliki keragaman potensi, kebutuhan, tantangan, dan keragaman karakteristik lingkungan, oleh karena itu kurikulum harus memuat keragaman tersebut untuk menghasilkan lulusan yang dapat memberikan kontribusi bagi pengembangan daerah.

d. Tuntutan pembangunan daerah dan nasional

(33)

e. Tuntutan dunia kerja

Kurikulum perlu memuat kecakapan hidup untuk membekali peserta didik memasuki dunia kerja sesuai dengan tingkat perkembangan peserta didik dan kebutuhan dunia kerja, khususnya bagi mereka yang tidak melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi.

f. Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni

Kurikulum harus dikembangkan secara berkala dan berkesinambungan sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni. g. Agama

Kurikulum harus dikembangkan untuk meningkatkan toleransi dan kerukunan umat beragama, dan memperhatikan norma agama yang berlaku dilingkungan sekolah.

h. Dinamika perkembangan global

Kurikulum harus dikembangkan agar peserta didik mampu bersaing secara global dan dapat hidup berdampingan dengan bangsa lain. i. Persatuan nasional dan nilai-nilai kebangsaan

(34)

j. Kondisi sosial budaya masyarakat setempat

Kurikulum harus dikembangkan dengan memperhatikan karakteristik social budaya masyarakat setempat dan menunjang pelestarian keragaman budaya.

k. Kesetaraan Jender

Kurikulum harus diarahkan kepada terciptanya pendidikan yang berkeadilan dan mendukung upaya kesetaraan jender.

l. Karakteristik Satuan Pendidikan

Kurikulum harus dikembangkan sesuai dengan visi, misi, tujuan, kondisi, dan ciri khas satuan pendidikan.

3. Prinsip-Prinsip Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dikembangkan sesuai dengan relevansinya oleh setiap kelompok atau satuan pendidikan di bawah koordinasi dan supervisi dinas pendidikan atau kantor Departemen Agama Kabupaten / Kota untuk pendidikan dasar dan provinsi untuk pendidikan menengah.

(35)

pertimbangan komite sekolah / madrasah. Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) untuk pendidikan khusus dikooordinasi dan disupervisi oleh dinas pendidikan provinsi, dan berpedoman pada Standar Isi (SI) dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) serta panduan penyusunan kurikulum yang disusun oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (Permendiknas no 22 dan 23, 2006:1).

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dikembangkan berdasarkan prinsip-prinsip sebagai berikut:

1) Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik dan lingkungannya.

(36)

2) Beragam dan terpadu

Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan keragaman karakteristik peserta didik, kondisi daerah, jenjang dan jenis pendidikan, serta menghargai dan tidak deskriminatif terhadap perbedaan agama, suku, budaya, adat istiadat, status social, ekonomi dan jender.

3) Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni

Kurikulum dikembangkan atas dasar kesadaran bahwa ilmu pengetahuan, teknologi dan seni yang berkembang secara dinamis. Oleh karena itu, semangat dan isi kurikulum memberikan pengalaman belajar peserta didik untuk mengikuti dan memanfaatkan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni.

4) Relevan dengan kebutuhan kehidupan

(37)

5) Menyeluruh dan berkesinamb ungan

Substansi kurikulum mencakup keseluruhan dimensi kompetensi, bidang kajian keilmuan dan mata pelajaran yang direncanakan dan disajikan secara berkesinambungan antar semua jenjang pendidikan. 6) Belajar sepanjang hayat

Kurikulum diarahkan kepada proses pengembangan, pembudayaan, dan pemberdayaan peserta didik agar mampu dan mau belajar yang berlangsung sepanjang hayat. Kurikulum mencerminkan keterkaitan antara unsur-unsur pendidikan formal, nonformal, dan informal dengan memperhatikan kondisi dan tuntutan lingkungan yang selalu berkembang serta arah pengembangan manusia seutuhnya.

4. Komponen Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang dikembangkan oleh satuan pendidikan harus memuat komponen-komponen berikut (Masnur Muslich, 2007: 29):

1. Tujuan Pendidikan Sekolah

(38)

a. Tujuan pendidikan dasar adalah meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.

b. Tujuan pendidikan menengah adalah meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.

c. Tujuan pendidikan menengah kejuruan adalah meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut sesuai dengan kejuruannya.

2. Struktur dan Muatan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Struktur dan muatan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), meliputi sub komponen:

a. Mata Pelajaran

Berisi “Struktur Kurikulum Tingkat Sekolah” yang disusun berdasarkan kebutuhan siswa dan sekolah terkait dengan pencapaian Standar Kompetensi Lulusan (SKL).

b. Muatan Lokal

(39)

c. Pengembangan Diri

Bertujuan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan dan mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan, kemampuan, bakat, minat, peserta didik, dan kondisi sekolah. Pengembangan diri dapat dilaksanakan dalam bentuk bimbinga n konseling dan ekstrakurikuler.

d. Pengaturan Beban Belajar

Berisikan tentang jumlah beban belajar per mata pelajaran, per minggu per semester dan per tahun pelajaran yang dilaksanakan di sekolah, sesuai dengan alokasi waktu yang tercantum dalam Struktur Kurikulum.

e. Ketuntasan Belajar

Berisi tentang kriteria ketuntasan minimal (KKM) per mata pelajaran yang ditetapkan oleh sekolah.

f. Kenaikan Kelas dan Kelulusan

Berisi tentang kriteria dan mekanisme kenaikan kelas dan kelulusan, serta penanganan siswa ya ng tidak naik atau tidak lulus yang diberlakukan oleh sekolah

g. Penjurusan di SMA/MA

(40)

oleh sekolah, yang disusun dengan mengacu pada panduan penjurusan yang akan disusun oleh Direktorat terkait.

h. Pendidikan Kecakapan Hidup

Bukan mata pelajaran tetapi substansinya merupakan bagian integral dari semua mata pelajaran.

i. Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal dan Global

Program yang dikembangkan dengan memanfaatkan keunggulan lokal dan kebutuhan daya saing global.

3. Kalender Pendidikan

Berisi tentang kalender pendidikan yang digunakan oleh sekolah, disusun berdasarkan kalender pendidikan yang ditetapkan oleh Dinas Pendidikan setempat, disesuaikan dengan kebutuhan dan karakteristik sekolah, kebutuhan peserta didik dan masyarakat, dengan memperhatikan aturan kalender pendidikan sebagaimana tercantum dalam Standar Isi.

4. Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaraan (RPP)

(41)

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah rencana yang menggambarkan prosedur dan pengorganisasian pembelajaran untuk mencapai satu kompetensi dasar yang ditetapkan dalam Standar Isi dan dijabarkan dalam silabus. Rencana Pelaksanaan Pembelajaraan memuat sekurang-kurangnya tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, metode pengajaran sumber belajar, dan penilaian hasil belajar

c. Guru

Menurut kamus besar Bahasa Indonesia (1990:228) guru adalah orang yang pekerjaannya atau mata pencahariannya, profesinya mengajar. Menurut UU sistem pendidikan nasional no 20 tahun 2003 Bab XI pasal 39 ayat 2 mengatakan:

“Pendidik (guru) merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi.”

Menurut DR. M.I. soeleman (1985:7), “Guru” pada hakekatnya merupakan komponen strategis yang memiliki peran yang penting dalam menentukan gerak maju kehidupan bangsa, bahkan keberadaan guru merupakan factor condisio sine guanom yang tidak mungkin.

(42)

pekerjaanya mengajar orang lain. Jadi pengertian guru adalah tenaga pendidik yang pekerjaan utamanya menga jar (UUSPN tahun 1989 Bab VII pasal 27 ayat 3).

Sehingga dari beberapa pengertian guru tersebut dapat diketahui bahwa peranan guru di sekolah dan di masyarakat itu sangatlah penting. Peranan guru dalam kegiatan belajar mengajar adalah sebagai berikut (Sanjaya, 2005:148):

1. Informator

Guru dalam hal ini berperan sebagai pemberi informasi yang nantinya berguna bagi siswa-siswanya.

2. Organisator

Guru sebagai organisator, pengelola kegiatan akademik, silabus, jadwal pelajaran, dll. Komponen-komponen yang berkaitan dengan kegiatan belajar mengajar tersebut semua diorganisasikan sedemikian rupa sehingga dapat mencapai efektivitas dan efisiensi dalam belajar pada diri siswa.

3. Motivator

(43)

mengajar. Perana n guru sebagai motivator sangat penting dalam interaksi belajar-mengajar, karena menyangkut esensi pekerjaan mendidik yang membutuhkan kemahiran sosial.

4. Pengarah (dedikator)

Guru dalam hal ini dapat membimbing dan mengarahkan kegiatan belajar siswa sesuai dengan tujuan yang dicita-citakan.

5. Inisiator

Guru dalam hal ini sebagai pencetus ide- ide dalam proses belajar. Yang mana ide- ide tersebut merupakan ide- ide kreatif yang dapat dicontoh oleh anak didiknya.

6. Transmitter

Dalam kegiatan belajar guru bertindak sebagai penyebar kebijaksanaan dan pengetahuan.

7. Fasilitator

Guru sebagai fasilitator berperan memberikan fasilitas atau kemudahan dalam proses belajar- mengajar, misalnya dengan menciptakan suasana kegiatan belajar yang sedemikian rupa sehingga, serasi dengan perkembangan siswa sehingga interaksi belajar-mengajar akan berlangsung secara efektif.

8. Mediator

(44)

mengetahui dan memahami karakteristik masing- masing siswa baik itu gaya belajar maupun kemampuan dasar yang telah dimiliki. Melalui pemahaman itu, guru bisa membantu mereka untuk belajar secara optimal. Misalnya menengahi atau memberikan jalan keluar kemacetan dalam kegiatan diskusi siswa.

9. Evaluator

Kecenderungan guru berperan sebagai evalutor adalah mempunyai otoritas untuk menilai prestasi anak didiknya dalam bidang akademis maupun tingkah laku sosialnya sehingga dapat menentukan bagaimana anak didiknya berhasil atau tidak. Tetapi untuk mendapatkan hasil yang baik, maka evaluasi-evaluasi yang dilakukan guru itu mencakup evaluasi ekstrinsik dan evaluasi intrinsik. Sehingga guru harus berhati- hati dalam menjatuhkan nilai atau kriteria kebarhasilan. Hal ini tidaklah cukup bila hanya dilihat dari bisa atau tidaknya mengerjakan mata pelajaran yang diujikan tetapi masih perlu ada pertimbangan-pertimbangan yang unik dan kompleks, terutama yang menyangkut perilaku dan values yang ada pada masing- masing mata pelajaran.

B. HASIL PENELITIAN YANG RELEVAN

(45)

Cooperative learning, as an innovative instruktional strategy, and portofolio assessment, as an alternative assessment, are increasingly being use in Hongkong classrooms. The change from listening to teachers teach and answering examination questions to taking the initiative to learn and demonstrating competence with self-selected evidence is a great challenge to the students.

Cooperative learning is an instructional practice whereby students in small groups help each work together to wards a common goal (Johnson & Johnson, 1999). Various cooperative learning methods have been developed over the years by different scholars and put into actual practice in the classroom. Most of the research conducted on these cooperative learning menthod suggests that cooperative learning develops students’ higher-order thinking skills (Mathews, Cooper, Davidson & Hawkes, 1995), enhances motivation for learning and improve interpersonal relations as well as peer relations (Slavin, 1995).

The definition of portofolio assessment can refers to:1) individual collection of daily drawings, writings and other materials thet provide documentation of child’s strengths and 2) a purposeful collection of student work that exhibits the learners’ efforts, progress, and achievement in one or more areas.

Dari definisi diatas, bagaimanapun juga portofolio assessment bisa memiliki arti yang berbeda pada setiap orang, bergantung pada apa yang ingin mereka perjuangkan atau usahakan. Didalam penelitian ini dijelaskan mengenai hambatan dan kesulitan menggunakan cooperative learning dan portofolio assessment. Untuk hambatan dan kesulitan cooperative learning pada intinya adalah 1) kelas yang besar dan 2) penggunaan kemampuan sosial dalam keterlibatan pada aktivitas kelompok kecil. Hambatan dan kesulitan dalam menggunakan portofolio assessment adalah 1) writing reflective statements, 2) choosing evidence for demonstrating competence, marking portofolio ang

(46)

Kemudian dari hasil penelitian ini dikemukakan kesimpulan akhir, bagaimana guru mengatasi hambatan dan kesulitan dalam menerapkan cooperative learning and portofolio assessment dan dampak terhadap kesuksesan penerapan portofolio assessment.

C. KERANGKA BERFIKIR

(47)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. JENIS PENELITIAN

1. Dilihat dari sudut cara dan taraf pembahasannya, penelitian ini tergolong penelitian deskriptif-kualitatif yaitu hanya terbatas pada usaha mengungkapkan suatu masalah dan keadaan sebagimana adanya, sehingga hanya sekedar mengungkapkan fakta.

2. Jenis penelitian yang digunakan penulis adala h penelitian eksploratif, yaitu suatu penjajakan yang secara khas dimulai dengan mencari data yang diterbitkan secara resmi dan peneliti mulai mencari dan membaca bahan yang dihadapi. Suatu penelitian eksploratif memungkinkan peneliti untuk merevisi masala h penelitian dan menentukan apa yang dibutuhkan untuk mendapatkan jawaban-jawaban atas pertanyaan yang diajukan. Melalui eksplorasi peneliti dapat mengembangkan konsep-konsep secara lebih jelas, menentukan prioritas dan memperbaiki desain penelitian final (J. Spillane, 2006:35)

B. TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN 1. Tempat Penelitian

(48)

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Febuari 2008 sampai selesai.

C. SUBYEK DAN OBYEK PENELITIAN 1. Subyek Penelitian

Subyek penelitian adalah guru-guru Ekonomi dan Akuntansi di SMA yang sudah menerapkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang merupakan kurikulum baru sehingga guru harus mempersiapkan diri dengan baik dan mengubah pola pembelajaran yang lama dengan pola pembelajaran yang baru yang mengarah pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).

2. Obyek Penelitian

Dalam penelitian ini yang menjadi obyek penelitian adalah kesulitan yang dihadapi guru Ekonomi dan Akuntansi dalam mengimplementasikan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) di kelas.

D. POPULASI DAN SAMPEL 1. Populasi Penelitian

(49)

Berdasarkan pengertian populasi diatas, maka populasi dalam penelitian ini adalah seluruh guru Ekonomi dan Akuntansi di SMA Kota Yogyakarta, baik itu negeri maupun swasta. Berdasarkan data dari BPS Yogyakarta, ada 11 SMA negeri dan 38 SMA swasta di Kota Yogyakarta. 2. Sampel Penelitian

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto, 1993: 104). Pengambilan sampel dari penelitian ini menggunakan teknik Proportional Random Sampling yaitu pengambilan sampel secara proposional dari tiap kelompok dan sampel diambil secara acak, sehingga tiap-tiap subyek memiliki kesempatan yang sama untuk diambil sebagai anggota sampel.

(50)

Tabel 1

Jumlah Sampel Penelitian Teknik Proposional

Sekolah Jumlah Sampel

Sekolah Negeri 11

Sekolah Nama Sekolah

Sekolah Negeri 1. SMA Negeri 11 2. SMA Negeri 10 3. SMA Negeri 7 4. SMA Negeri 8 Sekolah Swasta 5. SMA Bopkri 2

6. SMA Stela Duce 1 7. SMA Sang Timur

8. SMA Bhineka Tunggal Ika 9. SMA Institut Indonesia 10.SMA Bopkri 1

11.SMA Stela Duce 2 12.SMA Budya Wacana 13.SMA Pangudi Luhur 14.SMA Santa Maria 15.SMA Marsudi Luhur 16.SMA Santho Thomas 17.SMA 17’ 1

(51)

E. PROSEDUR PENGUMPULAN DATA

1. Wawancara: pengumpulan data melalui tanya jawab langsung dengan guru Ekonomi dan Akuntansi yang telah dipilih untuk mendapatkan / mengkaji data mengenai kesulitan yang dihadapi guru ekonomi akuntansi dalam mengimplementasikan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) di kelas.

2. Kuesioner: pengumpulan data berupa daftar pertanyaan-pertanyaan yang akan di berikan kepada guru Ekonomi dan Akuntansi secara tidak langsung.

Kisi-kisi Komponen Dalam Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).

Tabel 3

Kisi-kisi Komponen KTSP

KOMPONEN SUB KOMPONEN NO ITEM

1. Tujuan Pendidikan Sekolah 1. Tujuan Pendidikan Sekolah Menengah Atas 2. Visi Pendidikan Sekolah

Menengah Atas.

3. Misi Sekolah Menengah Atas

1

2 3 2. Struktur dan Muatan KTSP 1. Mata Pelajaran (Materi

Pokok Pembelajaran)

5. Kenaikan Kelas dan Kelulusan

(52)

KOMPONEN SUB KOMPONEN NO ITEM 3. Kalender Pendidikan Kalender pendidikan yang

digunakan oleh sekolah

12 4. Silabus dan Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

1. Standar Kompetensi 2. Kompetensi Dasar 3. Kegiatan Pembelajaran 4. Indikator

5. Penilaian Hasil Belajar 6. Alokasi Waktu

3. Dokumentasi: pengumpulan data penelitian mengenai teori-teori pembelajaran untuk merumuskan rencana tindakan dan rasionalisasinya serta kualitas Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).

F. TEKNIK PENGUJIAN INSTRUMEN

Data atau informasi yang telah dikumpulkan dalam suatu penelitian kualitatif perlu diuji keabsahannya (kebenarannya) melalui teknik pemeriksaan keabsahan data (teknik trianggulasi). Teknik Trianggulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data tersebut untuk keperluan pengecekkan atau sebagai pembanding terhadap data tersebut.

(53)

menganalisis hubungan antar berbagai data yang lebih mendalam dan rinci. Sehingga jika melalui pemeriksaan-pemeriksaan tersebut ternyata ada perbedaan data atau informasi yang ditemukan maka keabsahan data diragukan kebenarannya. Dan peneliti akan melakukan pemeriksaan lebih lanjut dengan tujuan mengurangi / bahkan mencegah kesalahan dalam hal menganalisis data.

G. PROSEDUR ANALISIS DATA

Prosedur analisis data dalam penelitian ini melalui alur kegiatan yang terjadi secara bersamaan yaitu reduksi data, penyajian data, penarikan kesimpulan atau verifikasi data (Miles & Huberman, 1992:16).

1. Reduksi data

Reduksi data merupakan proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstaran, dan transformasi data kasar dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Reduksi data berlangsung terus- menerus selama penelitian berlangsung sampai laporan akhir lengkap tersusun. Proses reduksi data dilakukan setelah data melalui kuesioner terkumpul atau setelah wawancara.

2. Penyajian data

(54)

mengimplementasikan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan peneliti dapat menganalisnya (analisis presentase dan analisis deskriptif kualitatif).

a. Analisis Persentase

Menganalisis untuk mengetahui berapa persen (%) guru ekonomi dan akuntansi yang mengalami kesulitan dalam mengimplementasikan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) di kelas dan mengetahui berapa persen (%) guru Ekonomi dan Akuntansi yang tidak mengalami kesulitan dalam mengimplementasikan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) di kelas dengan indikator komponen-komponen Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) sebagai berikut: tujuan pendidikan sekolah, struktur dan muatan sekolah, kalender pendidikan, silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).

b. Analisis Deskriptif Kualitatif

(55)

Penyajian data dalam penelitian ini berbentuk teks naratif dan bagan. Hal tersebut ditunjukkan agar peneliti tidak kesulitan dalam penguasaan informasi baik secara keseluruhan maupun terpisah dari data yang telah terkumpul.

3. Penarikan Kesimpulan atau Verifikasi Data

(56)

BAB IV

DESKRIPSI, ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

A. DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA

Pada bagian ini akan dikemukakan diskripsi responden, analisis presentase, dan analisis data kualitatif.

1. Deskripsi Responden

Jumlah keseluruhan Sekolah Menengah Atas (SMA) di Kota Madya Yogyakarta adalah 49 sekolah yang terdiri 11 SMA Negeri dan 38 SMA Swasta. Dari 49 sekolah tersebut, peneliti hanya mengambil 40 % saja untuk dijadikan sampel, yaitu 20 sekolah yang terdiri atas 4 SMA Negeri dan 16 SMA Swasta. Berikut disajikan tabel mengenai subyek penelitian:

Tabel 4

Rekapitulasi Keseluruhan Subyek Penelitian

No Nama Sekolah Jumlah

Guru

1 SMA Negeri 11 Yogyakarta 3

2 SMA Negeri 10 Yogyakarta 3

3 SMA Negeri 7 Yogyakarta 3

4 SMA Negeri 8 Yogyakarta 2

5 SMA Bopkri 2 Yogyakarta 4

6 SMA Stella Duce 1 Yogyakarta 2 7 SMA Katolik Sang Timur Yogyakarta 2 8 SMA Bhinneka Tunggal Ika Yogyakarta 2

9 SMA Institute Indonesia 1

10 SMA Bopkri 1 Yogyakarta -

11 SMA Stella Duce 2 Yogyakarta 2

(57)

13 SMA Pangudi Luhur Yogyakarta -

14 SMA Santa Maria Yogyakarta 2

15 SMA Marsudi Luhur Yogyakarta 4 16 SMA Santho Thomas Yogyakarta 2

17 SMA 17,1 Yogyakarta 1

18 SMA Taman Madya Jetis Yogyakarta 3 19 SMA Taman Madya IP Yogyakarta 4

20 SMA Piri 1 Yogyakarta 3

Total 44 Sumber: Hasil observasi, 2008

Dari 20 sekolah yang menjadi sampel penelitian, 2 sekolah tidak jadi diambil sebagai sampel penelitian karena guru-guru Ekonomi Akuntansi- nya sedang mengikuti Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) dan Sertifikasi. Dari 18 sekolah tersebut, semua guru mata pelajaran ekonomi maupun akuntansi di setiap sekolah diambil sebagai subyek penelitian. Adapun keseluruha n subyek penelitian yang diperoleh dari 18 sekolah tersebut adalah 44 responden.

2. Analisis Presentase

(58)

Tabel 5

Kategori Penyusunan Kuesioner

Komponen Sub Komponen No Item

1. Tujuan Pendidikan Sekolah 1. Tujuan Pendidikan Sekolah Menengah Atas 2. Visi Pendidikan

Sekolah Menengah Atas. 3. Misi Sekolah Menengah Atas

1 2 3 2. Struktur dan Muatan KTSP 1. Mata Pelajaran (Materi

Pokok Pembelajaran) 2. Pengembangan Diri 3. Pengaturan Beban Belajar

4. Kriteria Ketuntasan Belajar

5. Kenaikan Kelas dan Kelulusan

6. Penjurusan di SMA 7. Pendidikan Kecakapan

Hidup 3. Kalender Pendidikan Kalender pendidikan yang

digunakan oleh sekolah

12 4. Silabus dan Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

1. Standar Kompetensi 2. Kompetensi Dasar 3. Kegiatan Pembelajaran 4. Indikator

5. Penilaian Hasil Belajar 6. Alokasi Waktu

(59)

beberapa item pertanyaan atau pernyataan yang berhubungan dengan komponen Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang digunakan dalam pembelajaran dikelas. Berdasarkan tanggapan dari responden melalui kuesioner, hasil analisis presentase untuk mengetahui berapa besar guru yang mengalami kesulitan maupun tidak mengalami kesulitan, disajikan dalam tabel-tabel berikut ini:

1) Tujuan Pendidikan Sekolah

Hasil perhitungan persentase variabel kesulitan-kesulitan yang di hadapi guru Ekonomi Akuntansi di SMA Kota Yogyakarta dalam implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dikelas menurut komponen Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yaitu Tujuan Pendidikan Sekolah dapat dilihat dalam tabel 6.

Tabel 6

Komponen Tujuan Pendidikan Sekolah

No Sub Komponen No

Sumber: Hasil olah data kuesioner, 2008

(60)

melaksanakan tujuan, visi, misi sekolah dalam pembelajaran di kelas, sedangkan sebanyak 40 guru (91%) tidak mengalami kesulitan.

2) Struktur dan Muatan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Hasil perhitungan persentase variabel kesulitan-kesulitan yang di hadapi guru Ekonomi Akuntansi di SMA Kota Yogyakarta dalam implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) di kelas menurut komponen Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yaitu Struktur dan Muatan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dapat dilihat dalam tabel 7.

Tabel 7

Struktur dan Muatan KTSP

No Sub Komponen No Item Kesulitan

4 Kriteria Ketuntasan Belajar (Penilaian)

Sumber: Hasil olah data kuesioner, 2008

(61)

dalam menerapkan / menyampaikan materi mata pelajaran dan materi pokok pembelajaran di kelas, sedangkan sebanyak 38 guru (86%) tidak mengalami kesulitan, Sebanyak 27 guru (61%) mengalami kesulitan dalam membimbing pelaksanaan kegiatan pengembangan diri siswa yang sesuai dengan kebutuhan, kemampuan, bakat, minat peserta didik dan kondisi sekolah, sedangkan sebanyak 17 guru (39%) tidak mengalami kesulitan. Sebanyak 24 guru (55%) mengalami kesulitan dalam melaksanakan beban belajar (tatap muka, mengatur alokasi waktu, struktur dan mandiri) yang telah diatur sekolah, sedangkan yang tidak mengalami kesulitan sebanyak 20 guru (45%). Sebanyak 23 guru (52%) mengalami kesulitan dalam melaksanakan indikator ketuntasan minimal (KKM) mata pelajaran, sedangkan yang tidak mengalami kesulitan sebanyak 21 guru (48%). Sebanyak 6 guru (14%) mengalami kesulitan dalam melaksanakan indikator dan mekanisme kenaikan kelas yang telah disusun oleh sekolah berdasarkan panduan kenaikan kelas, sedangkan 38 guru (86%) tidak mengalami kesulitan.

(62)

mengalami kesulitan sebanyak 33 guru (75%). Sebanyak 27 guru (61%) mengalami kesulitan dalam menyajikan pendidikan kecakapan hidup (kecakapan personal, sosial, vokasional) secara terintegrasi dengan pelajaran Bapak / Ibu di kelas, sedangkan yang tidak mengalami kesulitan sebanyak 17 guru (39%).

3) Kalender Pendidikan

Hasil perhitungan persentase variabel kesulitan-kesulitan yang di hadapi guru Ekonomi Akuntansi di SMA Kota Yogyakarta dalam implementasi KTSP di kelas menurut komponen KTSP yaitu Kalender Pendidikan dapat dilihat dalam tabel 8.

Tabel 8

Kalender Pendidikan

No Sub Komponen No Item Kesulitan

(%)

Tidak (%)

1 Kalender Pendidikan 12 18 82

Rata-rata 18 82

Sumber: Hasil olah data kuesioner, 2008

(63)

4) Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Hasil perhitungan persentase variabel kesulitan-kesulitan ya ng di hadapi guru Ekonomi Akuntansi di SMA Kota Yogyakarta dalam implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dikelas menurut komponen Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yaitu Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dapat dilihat dalam tabel 9.

Sumber: Hasil olah data kuesioner, 2008

(64)

kesulitan menerapkan kompetensi dasar dalam melaksanakan pembelajaran di kelas, sedangkan yang tidak mengalami kesulitan sebanyak 39 guru (89%). Sebanyak 28 guru (64%) mengalami kesulitan dalam melaksanakan kegiatan belajar (model pembelajaran, media pembelajaran, pengembangan dalam potensi siswa) di dalam kelas, sedangkan yang tidak mengalami kesulitan sebanyak 16 guru (36%). Sebanyak 6 guru (14%) mengalami kesulitan dalam pelaksanaan indikator pencapaian kompetensi di dalam kelas, sedangkan yang tidak mengalami kesulitan 38 guru (86%).

(65)

3. Analisis Deskriptif Kualitatif

Berdasarkan analisis data yang diuraikan diatas yaitu dengan analisis presentase untuk mengetahui berapa persen guru yang mengalami kesulitan dan yang tidak mengalami kesulitan dalam mengimplementasikan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), maka dibawah ini diuraikan analisis deskriptif kualitatif untuk setiap rumusan masalah.

a. Kesulitan yang dialami guru

1) Komponen Tujuan Pendidikan Sekolah

Pada sub komponen tujuan, visi, dan misi pendidikan menegah

atas yaitu pada item yang pertama, kedua maupun ketiga

(66)

menyampaikan materinya saja tanpa mengarahkan bahwa materi yang disampaikan itu mengarah pada tujuan, visi, dan misi sekolah.

Sejumlah 91 % guru yang tidak mengalami kesulitan menjawab bahwa kemampuan siswanya termasuk anak-anak yang cerdas sehingga memudahkan guru dalam menyampaikan materi dan mengarahkannya untuk mencapai tujuan serta visi dan misi sekolah, guru sebelumnya juga mempersiapkan rencana materi bahan ajar yang sudah disesuaikan dengan tujuan serta visi dan misi sekolah. Selain itu menunjuk bahwa guru cukup confident / percaya diri dengan implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) pada bagian ini. Terlepas dengan beberapa anggapan bahwa belum tentu anggapan / pemikiran guru terhadap diri sendiri bisa saja terlalu over estimate.

2) Komponen Struktur dan Muatan KTSP.

a) Pada sub komponen mata pelajaran

(67)

siswa yang heterogen dan ada kesenjangan yang cukup mencolok diantara peserta didik.

Sejumlah 86 % guru yang tidak mengalami kesulitan menjawab bahwa guru sudah memanfaatkan 4 jam tambahan seperti yang tertera dalam pengembangan struktur kurikulum, untuk menambah jam pembelajaran pada mata pelajaran tertentu yang sudah mereka susun dalam silabus. Selain itu beberapa guru sudah menguasai materi pokok pembelajaran, dan guru tidak mengalami kesulitan dalam menyampaikan materi pembelajaran di kelas karena guru dapat mengajarkan siswa menemukan materi tersebut dalam kehidupan di masyarakat.

b) Pada sub komponen pengembangan diri

(68)

mengalami kesulitan karena melihat bahwa kebanyakan siswa kurang menyadari dirinya sebagai pelajar yang harus belajar.

Sejumlah 39 % guru yang tidak mengalami kesulitan mengutarakan alasannya bahwa guru menguasai kemampuan siswa didik, jadi tahu harus bagaimana menyingkapinya dan interaksi antara guru dengan siswa terjalin dengan baik sehingga guru dapat dengan mudah menganalisa potensi siswa dan memberikan bimbingan yang sesuai.

c) Pada sub komponen pengaturan beban belajar

Untuk item keenam, 55 % guru mengalami kesulitan dala m melaksanakan beban belajar dalam pembelajaran di kelas yang telah diatur sekolah, dikarenakan materi yang diajarkan terlalu banyak sehingga guru kesulitan dalam mengalokasikan waktu, dan ada juga materi yang alokasi waktunya masih kurang yang disebabkan ada hari atau pertemuan libur sehingga menuntut siswa untuk memahami materi / bahan yang diajarkan. Selain itu, guru mengalami kesulitan karena terkadang tidak sesuai dengan rencana, sifat sangat kondisional, dan input siswa kurang secara akademik.

(69)

beban belajar yang akan diterapkannya dalam Kegiatan Belajar Mengajar (KBM), dan guru berpedoman pada perangkat pembelajaran / silabus sehingga semua lebih mudah diatasi. Beberapa guru juga menjawab bahwa sekolah mereka memperhitungkan sesuai dengan porsi atau prioritas program dan dengan penambahan jam pembelajaran.

d) Pada sub komponen kriteria ketuntasan belajar

(70)

mengalami kesulitan dalam melaksanakan indikator ketuntasan minimal.

Sejumlah 48 % guru yang tidak mengalami kesulitan mengutarakan alasannya bahwa Kriteria Katuntasan Minimal (KKM) ditentukan sendiri dengan melihat potensi yang ada (kemampuan dan menyesuaikan kondisi siswa) serta indikator yang dibuat diawal mata pelajaran sudah diinformasikan ke siswa, dan hal lain untuk mengatasinya yaitu dengan kiat-kiat tersendiri seperti memberikan remidi.

e) Pada sub komponen kenaikan kelas dan kelulusan

Untuk item yang kedelapan, 14 % guru mengalami kesulitan dalam melaksanakan indikator dan mekanisme kenaikan kelas yang telah disusun oleh sekolah berdasarkan panduan kenaikan kelas, yaitu dalam hal siswa dipaksakan untuk naik kelas dengan pemberian nilai tambahan padahal kognitif siswa sebenarnya rendah.

(71)

Untuk item yang kesembilan, 20 % guru mengalami kesulitan dalam menerapkan strategi penanganan siswa yang tidak naik atau tidak lulus yang diberlakukan oleh sekolah, dikarenakan guru melihat motivasi siswa yang tidak naik kelas maupun yang tidak lulus biasanya rendah, apalagi siswa yang tidak lulus diterima di PTS sehingga double sekolah dan kuliah, dan siswa yang tidak naik kelas biasanya sering tidak masuk atau tidak ikut pelajaran di sekolah, siswa juga tidak mampu menangkap kognitif-psikologis-afektif yang diharapkan sehingga gurupun sulit untuk menangani siswa tersebut karena siswa tidak memiliki beban atas kegagalannya.

(72)

f) Pada sub komponen penjurusan di SMA

Untuk item yang kesepuluh, 25 % guru mengalami kesulitan dalam melaksanakan penelusuran bakat, minat dan prestasi siswanya dikarenakan guru melihat kemampuan siswa rata-rata sama di setiap mata pelajaran, siswa sendiri juga kadang tidak menonjol dalam bidang apapun (nilai semua kurang), dan siswa kurang bisa memunculkan bakat minat yang mereka miliki sehingga guru sulit untuk membedakan bakat dan minat mereka. Selain itu guru juga mengungkapkan siswa yang masuk jurusan IPS maupun IPA belum tentu menguasai dan menyukai pelajaran-pelajaran pada jurusan tersebut, kadang ada juga orang tua siswa yang bersih keras anaknya masuk ke IPA padahal anaknya berminat masuk ke IPS sehingga guru mengalami kesulitan dalam menelusuri bakat, minat dan prestasi siswa.

(73)

yang mengungkapkan alasannya bahwa guru tidak mengalami kesulitan dalam penelusuran bakat, minat, dan prestasi siswa dalam penjurusan di SMA dikarenakan adanya ketentuan yang berlaku dan juga kerjasama dengan lembaga lain, misalnya lembaga pendidikan (lembaga untuk tes bakat minat) seperti Primagama, SSC, dan Neutron dalam penyelenggaraan Try Out.

g) Pada sub komponen pendidikan kecakapan hidup

Untuk item yang kesebelas, 61 % guru mengalami kesulitan dalam menyajikan pendidikan kecakapan hidup (kecakapan personal, sosial, vokasional) secara terintegrasi dengan pelajaran di kelas, dikarenakan guru merasa lebih terbebani pada target lolos Ujian Nasional. Selain itu guru juga mengalami kesulitan karena melihat latar belakang siswa yang berbeda, dan keterampilan anak yang kurang, kemudian keterbatasan alokasi waktu dan sarana prasarana.

(74)

3) Komponen Kalender Pendidikan.

Untuk item yang kedua belas, 18 % guru mengalami kesulitan dalam menyesuaikan pelaksanaan pembelajaran dikelas yang telah disusun dalam kalender pendidikan yang ditetapkan oleh Dinas Pendidikan setempat, dikarenakan sekolah harus menyusun kalender pendidikan sendiri dan kalender pendidikan sekolah yang sudah di susun sejak awal tahun pelajaran harus menyesuaikan dengan kalender dari dinas yang disusun baru. Alasan lain yang diutarakan guru yaitu guru mengalami kesulitan karena daya tangkap siswa kurang, perlu waktu yang banyak dibandingkan yang tertera dalam kalender pendidikan, selain itu ada waktu yang mendadak digunakan untuk acara lain, padahal materi yang akan diajarkan banyak.

(75)

4) Pada komponen silabus dan RPP.

a) Pada sub komponen standar kompetensi

Untuk item ketiga belas, 16 % guru mengalami kesulitan menerapkan Standar Kompetensi dalam melaksanakan pembelajaran di kelas, dikarenakan untuk input siswa sekolah swasta rendah, maka untuk mengejar standardisasi kompetensi menjadi timpang dengan sekolah negeri, selain itu ada patokan secara nasional. Alasan lain yang diutarakan guru adalah siswa kurang serius untuk diajak belajar dan kurangnya waktu karena banyak kegiatan lain.

Sejumlah 84 % guru yang tidak mengalami kesulitan mengutarakan alasannya antara lain karena silabus dan RPP disusun dan dilaksanakan sesuai dengan kondisi sekolah dan dalam standar kompetensi sudah memuat semua materi dan indikator pencapaiannya. Misalnya ada hambatan dalam menerapkan Standar Kompetensi dalam melaksanakan pembelajaran di kelas dilakukan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) sekolah.

b) Pada sub komponen kompetensi dasar

(76)

(sosial, budaya). Selain itu guru juga dihadapkan pada permasalahan siswa yang kur ang serius dalam proses pembelajaran dan keterbatasan media pembelajaran di sekolah.

Sejumlah 89 % guru yang tidak mengalami kesulitan mengutarakan alasannya bahwa Kompetensi Dasar sudah sesuai dengan materi (kompetensi dasar jelas dan materipun jelas), selain itu karena Kompetensi Dasar sebagai acuan dan disusun untuk mempengaruhi life skill peserta didik. Ada juga guru yang memberikan alasan bahwa mereka sebelumnya telah melakukan diskusi terlebih dahulu dengan guru mata pelajaran yang sama untuk memantapkan pelaksanaannya.

c) Pada sub komponen kegiatan pembelajaran

(77)

Sejumlah 36 % guru yang tidak mengalami kesulitan mengutarakan alasannya yaitu banyak hal yang bisa dipakai sebagai media pembelajaran, khususnya di Yogyakarta, (contohnya: pasar, bank, kantor pajak) dan apapun model pembelajarannya akan membawa hasil yang maksimal kalau guru yang bersangkutan menguasai materi dan kreatif dalam menyampaikannya.

d) Pada sub komponen indikator

Untuk item keenambelas, 14 % guru mengalami kesulitan dalam pelaksanaan indikator pencapaian kompetensi di dalam kelas, dikarenakan guru dihadapkan pada permasalahan kemampuan siswa dan dan motivasi siswa yang rendah, dan guru susah mengarahkan siswa untuk serius belajar.

(78)

e) Pada sub komponen penilaian

Untuk item ketujuh belas, 16 % guru mengalami kesulitan dalam melakukan penilaian otentik (unjuk kerja, proyek, hasil kerja, paper & pen, portofolio, sikap diri), dikarenakan keterbatasan kemampuan dan kemauan siswa, dan guru tidak dapat memberikan penilaian karena ada sebagian siswa yang tidak pernah mengumpulkan hasil kerja.

Sejumlah 86 % guru yang tidak mengalami kesulitan mengutarakan alasannya yaitu sudah ada standar penilaian yang jelas dalam penyusunan suatu jenis tagihan, penilaian disesuaikan dengan hasil kerja siswa dan diadakan ujian semester, mid semester, ulangan harian, tugas. Alasan lain yang diutarakan guru yaitu karena penilaian merupakan sua tu langkah untuk mengukur kinerja guru dalam melaksanakan pembelajaran di kelas.

f) Pada sub komponen alokasi waktu

(79)

Sejumlah 86 % guru yang tidak mengalami kesulitan mengutarakan alasannya yaitu antara lain dalam penyusunan alokasi waktu guru melihat keluasan materi serta kalender pendidikan, dan apabila alokasi waktu pembelajaran kurang dapat diambilkan waktu cadangan. Selain itu guru tidak mengalami kesulitan karena guru terampil didalam melaksanakan metode pembelajaran dikelas.

g) Pada sub komponen sumber belajar

Untuk item yang kesembilan belas, 5 % guru mengalami kesulitan dalam menyampaikan pembelajaran di dalam kelas dengan sumber belajar yang beragam, dikarenakan banyak siswa yang tidak memiliki buku pegangan dan sekolah menyediakan buku diperpustakaan yang jumlahnya kurang / tidak memenuhi dengan jumlah siswa. Sedangkan guru sendiri tidak memberikan modul kepada siswa untuk belajar.

(80)

h) Pada sub komponen metode belajar

Untuk item yang kedua puluh, 32 % guru mengalami kesulitan dalam menerapkan metode pembelajaran yang akan digunakan di dalam kelas, dikarenakan sulit menemukan metode yang paling cocok untuk setiap kompetensi dasar dan dalam menerapkan metode pembelajaran perlu disesuaikan dengan materi yang diajarkan. Guru juga mengalami kesulitan dalam menerapkan metode pembelajaran yang akan digunakan di dalam kelas, untuk materi yang abstrak.

(81)

mengalami kesulitan dalam menerapkan metode pembelajaran di dalam kelas.

b. Masalah Kedua: Cara mengatasi kesulitan-kesulitan yang dihadapi dalam mengimplementasikan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) di kelas. Peneliti mengelompokkan komponen-komponen Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang menjadi kesulitan guru dalam mengimplementasikan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dikelas ke dalam tabel-tabel berikut ini:

Tabel 10

Komponen Tujuan Pendidikan Sekolah

No Sub Komponen Cara guru mengatasi kesulitan-kesulitan 1 Tujuan Pendidikan SMA • Belajar terus- menerus dan mengikuti

perkembangan

• Meningkatkan profesionalisme guru agar memiliki kompetensi guna mencapai tujuan pendidikan • Kolaborasi dengan sekolah

• Siswa diarahkan dalam bentuk praktek • Menyesuaikan yang telah

direncanakan/ditetapkan

2 Visi SMA • Siswa diarahkan dalam bentuk praktek dan pengamalan sehari- hari

• Menggunakan model pembelajaran yang bervariasi dengan menyesuaikan visi sekolah

• Disesuaikan dengan kondisi sekolah dan tujuan sekolah

• Menyesuaikan yang telah direncanakan/ ditetapkan

(82)

No Sub Komponen Cara guru mengatasi kesulitan-kesulitan pengamatan atau penerapan

permasalahan sekolah

• Disesuaikan dengan kondisi sekolah dan tujuan sekolah

• Menyesuaikan yang telah direncanakan / ditetapkan Sumber: Hasil olah data kuesioner, 2008

Jika dirangkum, pada bagian komponen tujuan pendidikan sekolah ini, guru mengatasi kesulitannya dengan mengarahkan siswanya untuk praktek, terus menerus belajar, dan guru sendiri harus profesional dan mampu menggunakan model pembelajaran yang bervariasi yang sesuai dengan tujuan dan visi misi sekolah yang akan dicapai.

Tabel 11

Struktur dan Muatan KTSP

No Sub Komponen Cara guru mengatasi kesulitan-kesulitan 1 Mata Pelajaran • Dengan musyawarah guru (MGMP)

dan sekolah

• Dalam hal waktu, lebih diperbanyak untuk siswa yang kurang mampu menangkap materi dengan cepat • Dengan memberikan tugas tertulis • Guru harus kompeten dalam

bidangnya

• Dikenalkan pada kegiatan sehari- hari yang mendasar yang berkaitan dengan mata pelajaran tersebut

2 Pengembangan Diri • Siswa memilih pelajaran

pengembangan diri sesuai minat dan bakat

• Memberi pengarahan kepada siswa dalam rangka pengembangan diri siswa

(83)

No Sub Komponen Cara guru mengatasi kesulitan-kesulitan • Siswa diajak berinteraksi dengan

pemahaman materi

• Lebih mengamati setiap anak didik sesuai dengan potensi dan bakat • Menyediakan sarana dan prasarana

yang dapat mengembangkan potensi diri siswa

3 Pengaturan beban belajar • Penyesuaian materi ajar dengan waktu yang tersedia

• Siswa diberi tugas / PR untuk dikerjakan

• Menentukan peta-peta konsep dari guru sehingga siswa dapat diajak berkembang dalam proses

pembelajaran 4 Kriteria Ketuntasan

Belajar

• Siswa yang belum tuntas diberi tugas tambahan (remidi)

• Penyesuaian KKM dengan memperhatikan potensi siswa

• Menyesuaikan standar KKM melihat kategori sulit / tidaknya mapel (mapel ringan, berat, sedang)

5 Kenaikan Kelas dan Kelulusan

• Kolaborasi pihak sekolah bersama para orang tua siswa

• Disesuaikan dengan prestasi, potensi dan kondisi peserta didik

• Pelaksanaan remidi harus sesuai dengan kriteria, jangan asal diberi soal lagi

• Secara khusus siswa dibimbing untuk bisa dan mau belajar, dan masuk / ikut pelajaran di kelas

• Menjalin komunikasi antara guru dan siswa secara berkelanjutan

6 Penjurusan di SMA • Disesuaikan kondisi siswa / sesuai dengan minat jurusan siswa

• Memotivasi siswa pada awal tahun pelajaran

Gambar

Tabel 1 Jumlah Sampel Penelitian
Tabel 3 Kisi-kisi Komponen KTSP
Tabel 4 Rekapitulasi Keseluruhan Subyek Penelitian
Tabel 5 Kategori Penyusunan Kuesioner
+7

Referensi

Dokumen terkait

PENGEMBANGAN PETA BENCANA LONGSORAN PADA RENCANA WADUK MANIKIN DI NTT.. PETA

Daftar semua asumsi selalu ada pertanyaan dimana user tidak dapat menjawab dengan tepat, dan hanya dapat menjawab yang bersifat sementara jika asumsi tersebut mempunyai pengaruh

Untuk keperluan itu jaringan harus bebas air dahulu (dehidrasi) dan karena parafin tidak dapat bercampur dengan alkohol harus diganti dengan bahan lain yang dapat tercampur

Komunikasi antarpribadi dalam pembentukan perilaku yang dilakukan oleh petugas rutan (Sipir) terhadap tahanan pencurian yaitu dilakukan secara dua arah atau

Setelah dilakukan pengecekan terhadap calon penyedia yang mendaftar dan memasukan dokumen penawaran Paket Makan Jaga Kawal Polres Pagar Alam yang mana

Sistem akuntansi penjualan kredit yang diterapkan pada koperasi Duta Banua Banjarmasin yaitu kegiatan penjualan kredit hanya dapat dilakukan apabila pembeli adalah

City development can not be separated its from population growth, like Bekasi city with till the end reached about 1.708.337 people. The high population growth caused appear of

[r]