STUDI PEMAHAMAN DAN ALASAN PEMILIHAN OBAT HERBAL PADA PASIEN POLIKLINIK PENYAKIT DALAM RSUP Dr. SARDJITO
YOGYAKARTA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.)
Program Studi Farmasi
Oleh :
Dewi Sri Mulyani
NIM : 078114086
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
ii
STUDI PEMAHAMAN DAN ALASAN PEMILIHAN OBAT HERBAL PADA PASIEN POLIKLINIK PENYAKIT DALAM RSUP Dr. SARDJITO
YOGYAKARTA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.)
Program Studi Farmasi
Oleh :
Dewi Sri Mulyani
NIM : 078114086
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
v
‘’
BERUSAHALAH MAKA
ENGKAU AKAN BERHASIL
’’
KARYA INI KUPERSEMBAHKAN UNTUK :
Tuhan Yesus Kristus yang Senantiasa Memberiku kemudahan
Alm Mamak & Bapakku
Keluarga Kecilku
Sahabat-Sahabat Setiaku
vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya, bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Apabila di kemudian hari ditemukan indikasi plagiarisme dalam naskah ini, maka saya bersedia menanggung segala sanksi sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Yogyakarta, 2 Oktober 2013
Penulis
vii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma :
Nama : F. Dewi Sri Mulyani
Nomor Mahasiswa : 078114086
Demi perkembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan
Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :
STUDI PEMAHAMAN DAN ALASAN PEMILIHAN OBAT HERBAL PADA PASIEN POLIKLINIK PENYAKIT DALAM RSUP Dr. SARDJITO YOGYAKARTA beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada perpustakaan Universitas sanata Dharma hak
untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam
bentuk pangkalan data, mendistribusikan secra terbatas, dan mempublikasikannya
di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin
dari saya ataupun memberi royalti kepada saya selama tetap mencantumkan
nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal : 10 November 2013
Yang menyatakan
viii
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas kasih
karunia dan anugerah-Nya yang senantiasa menjadi kekuatan penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini. Skripsi yang berjudul “ Studi Pemahaman Dan Alasan Pemilihan Obat Herbal Pada Pasien Poliklinik Penyakit Dalam RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta” ini dipersiapkan dan disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan program pendidikan strata satu Fakultas Farmasi
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Skripsi ini dapat selesai dengan baik atas doa dan dukungan dari berbagai
pihak yang telah banyak membantu penulis. Untuk itu penulis mengucapkan
terima kasih atas segala dukungannya kepada :
1. Bapak Ipang Djunarko, M.Sc., Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
2. Bapak Prof Dr dr I Nyoman Kertia SpPD-KR selaku Dosen Pembimbing I
yang telah banyak mengarahkan, mendampingi serta memberikan
bimbingan, bantuan dan saran kepada penulis.
3. Ibu Yunita Linawati, M.Sc., Apt. selaku Dosen Pembimbing II yang telah
banyak meluangkan waktu, pikiran, perhatian dan kesabaran untuk
mengarahkan, mendampingi serta memberikan bimbingan, bantuan dan
ix
4. Bapak Prof. Dr. C. J. Soegihardjo, Apt. selaku Dosen Penguji, atas kritik
dan saran yang telah diberikan sehingga skripsi ini menjadi lebih baik.
5. Ibu Aris Widayati, M, Si., PhD., Apt selaku Dosen Penguji, atas kritik dan
saran yang telah diberikan sehingga skripsi ini menjadi lebih baik.
6. Bapak Dr. Osman Sianipar, DMM, M.Sc., Sp PK (K) selaku Kepala
Bagian Pendidikan dan Penelitian RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta yang
telah memberikan ijin untuk melakukan penelitian.
7. Bapak MT. Sutena, SKM., MM., M.Sc. selaku Ka. Sub. Bag. Diklit
Keperawatan dan Non Medis RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta yang telah
membantu penulis dalam proses perijinan untuk melakukan penelitian.
8. Bapak dr. Bambang Sigit Riyanto, Sp PD. KP selaku Ka. Instalasi Rawat
Jalan RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta yang telah memberikan ijin bagi
penulis untuk melakukan penelitian.
9. Ibu Dra. Rosita Mulyaningsih, Apt. Sp.FRS selaku Ka. IP2S yang telah
memberi izin dan mendukung penulis.
10.Keluargaku tercinta Yanu Ariyoko, Amk., Gerardo Briyan Pradana, Firdan
Baruta Arnandika yang banyak mendukung dan menyemangati penulis.
11.Teman-teman baikku Fenny Noviana, Fransisca Kurnianingsih, Aryanti,
Dina Wulandari, Maria Lisa Nova, Ratna Mustika, Paulina, Maria Yesia,
Kadek Risna, Elisa Eka, dan Aloysia Yossy atas kebersamaan kita
selama ini dan atas dukungan, bantuan dan doa yang selalu diberikan
kepada penulis.
x
13.Semua pihak yang telah memberikan bantuan dan dukungan kepada
penulis yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan yang
harus diperbaiki. Untuk itu penulis mengharapkan adanya kritik dan saran yang
membangun terhadap skripsi ini. Akhir kata, penulis berharap skripsi ini dapat
memberikan manfaat bagi pembaca. Tuhan memberkati.
Yogyakarta, 09 Oktober 2013
xi
DAFTAR ISI
Hal
HALAMAN SAMPUL...
HALAMAN JUDUL ... i
ii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii
HALAMAN PENGESAHAN ... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA... vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS... PRAKATA... vii viii DAFTAR ISI ... xi
DAFTAR TABEL ... xix
DAFTAR GAMBAR... xx
DAFTAR LAMPIRAN...
INTISARI...
xxiii
xii
2. Tingkat pengetahuan di dalam domain kognitif ...
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan... 8
8
9
xiii
D. Sikap... 13
E. Keterangan Empiris... 15
BAB III. METODE PENELITIAN ... 16
A. Jenis dan Rancangan Penelitian ... 16
3.Pengujian instrumen penelitian (kuesioner)...
xiv
5.Hasil uji instrumen penelitian...
a. Uji pemahaman bahasa...
b. Uji validitas...
c. Uji reliabilitas...
6.Analisis hasil...
a. Perhitungan persentase profil responden...
b. Uji chi-square (crosstab)...
7.Pembahasan data dan kesimpulan...
J. Keterbatasan Penelitian...
B. Pengetahuan Responden tentang Obat Herbal...
xv
bagian dari obat tradisional...
2. Pengetahuan responden mengenai definisi obat herbal...
3. Pengetahuan responden mengenai keamanan obat herbal...
4. Pengetahuan responden mengenai khasiat obat herbal...
5. Pengetahuan responden mengenai obat herbal teruji keamanan
dan khasiatnya...
6. Pengetahuan responden mengenai kandungan obat herbal yang
memiliki khasiat masing-masing...
7. Pengetahuan responden mengenai efek samping obat herbal...
8. Pengetahuan responden mengenai cara pemakaian obat herbal..
9. Pengetahuan responden mengenai obat herbal memiliki
kadaluwarsa...
10. Pengetahuan responden mengenai obat herbal yang sudah
kadaluwarsa boleh dikonsumsi...
11. Pengetahuan responden mengenai obat herbal boleh
dikonsumsi semua usia...
12. Pengetahuan responden mengenai obat herbal boleh
dikonsumsi oleh ibu hamil dan menyusui maupun yang
memiliki gangguan fungsi organ...
13. Pengetahuan responden mengenai obat herbal perlu
dikonsultasikan...
xvi
mengandung bahan kimia obat...
15. Pengetahuan responden mengenai obat herbal boleh diminum
bersama-sama obat modern (obat konvensional)...
16. Pengetahuan responden tentang obat herbal merupakan jamu
dalam bentuk sirup, kapsul, tablet atau pil...
17. Pengetahuan responden mengenai obat herbal diminum
bersama dengan obat konvensional selalu aman...
18. Pengetahuan responden mengenai obat herbal dapat dijadikan
pengobatan alternatif...
19. Pengetahuan responden mengenai obat herbal mempunyai
efek samping lebih ringan dibanding dengan obat
konvensional...
20. Pengetahuan responden mengenai obat herbal yang aman dan
efektif perlu memperhatikan produsen pembuatnya... 48
C. Alasan Responden Mau Menggunakan Obat Herbal...
1. Sumber pengenalan dan pemberi informasi mengenai obat
herbal...
2. Peran tenaga kesehatan (dokter/apoteker/bidan) dalam
memberikan saran pada responden untuk menggunakan obat
herbal ...
3. Bentuk sediaan obat herbal yang sering dipilih/digunakan
oleh responden... 56
56
57
xvii
4. Tujuan mengkonsumsi obat herbal...
5. Hasil umum yang dirasakan setelah mengkonsumsi obat
herbal...
6. Antara obat herbal dan obat konvensional (dengan bahan
kimia obat), mana yang dipilih (lebih sering menggunakan)
untuk mengatasi keluhan yang dirasakan...
7. Alasan pemilihan obat herbal daripada obat konvensional
(dengan bahan kimia obat)...
8. Alasan pemilihan obat konvensional (dengan bahan kimia
obat) daripada obat herbal...
D. Hubungan Karakteristik Responden dengan Pemahaman...
1. Jenis kelamin………...
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ...
xviii
A. Kesimpulan ...
B. Saran ………..
71
72
DAFTAR PUSTAKA ... 73
LAMPIRAN... 76
xix
DAFTAR TABEL
Hal
Tabel I. Hasil Uji Validitas Kuesioner Pemahaman Responden tentang
Obat Herbal secara Umum... 26
Tabel II. Hubungan Jenis Kelamin Responden dengan Pemahaman...
64
Tabel III. Hubungan Usia Responden dengan Pemahaman... 65
Tabel IV. Hubungan Pendidikan Responden dengan Pemahaman... 67
Tabel V. Hubungan Pekerjaan Responden dengan Pemahaman... 68
Tabel VI. Hubungan Karakteristik Responden dengan Pemahaman Obat
xx
Gambar 3. Karakteristik Usia Responden... 32
Gambar 4.
Pengetahuan Responden tentang Obat Herbal...
Pengetahuan Responden Mengenai Obat Herbal yang Merupakan
Bagian dari Obat Tradisional...
Pengetahuan Responden Mengenai Definisi Obat Herbal...
Pengetahuan Responden bahwa Obat Herbal Aman untuk
Digunakan/Dikonsumsi...
Pengetahuan Responden bahwa Obat Herbal Manjur untuk
Digunakan/Dikonsumsi...
Pengetahuan Responden bahwa Obat Herbal Sudah Teruji
Keamanan dan Khasiatnya...
Pengetahuan Responden bahwa Setiap Kandungan yang Ada
pada Obat Herbal Memiliki Khasiat Masing-Masing...
Pengetahuan Responden Mengenai Tidak Adanya Efek Samping
xxi
Pengetahuan Responden Mengenai Cara Pemakaian untuk
Semua Obat Herbal Sama...
Pengetahuan Responden Mengenai Obat Herbal Memiliki
Tanggal Kadaluwarsa...
Pengetahuan Responden Mengenai Obat Herbal yang Sudah
Kadaluwarsa Masih Boleh Dikonsumsi...
Pengetahuan Responden Mengenai Obat Herbal Boleh
Dikonsumsi Semua Usia...
Pengetahuan Responden Mengenai Obat Herbal Boleh
Dikonsumsi oleh Ibu Hamil dan Menyusui maupun yang
Mengalami Gangguan Fungsi Organ...
Pengetahuan Responden Mengenai Obat Herbal Perlu
Dikonsultasikan Terlebih Dahulu pada Dokter/Apoteker/Ahli
Herbal...
Pengetahuan Responden Mengenai Obat Herbal Tidak Boleh
Mengandung Bahan Kimia Obat...
Pengetahuan Responden Mengenai Obat Herbal Boleh Diminum
Bersama-Sama Obat Modern (Obat Konvensional)...
Pengetahuan Responden tentang Obat Herbal Merupakan Jamu
Dalam Bentuk Sirup, Kapsul, Tablet atau Pil...
Pengetahuan Responden Mengenai Obat Herbal Diminum
xxii
Pengetahuan Responden Mengenai Obat Herbal dapat Dijadikan
Pengobatan Alternatif...
Pengetahuan Responden Mengenai Obat Herbal Mempunyai
Efek Samping Lebih Ringan Dibanding dengan Obat
Konvensional...
Pengetahuan Responden Mengenai Obat Herbal yang Aman dan
Efektif Perlu Memperhatikan Produsen Pembuatnya...
Sumber Pengenalan dan Pemberi Informasi Mengenai Obat
Herbal...
Peran Tenaga Kesehatan (Dokter/Apoteker/Bidan) Dalam
Menyarankan Responden Untuk Menggunakan Obat Herbal...
Bentuk Sediaan Obat Herbal yang Sering Dipilih/Digunakan oleh
Responden...
Tujuan Mengkonsumsi Obat Herbal...
Hasil Umum yang Dirasakan Setelah Mengkonsumsi Obat
Herbal...
Antara Obat Herbal dan Obat Konvensional (dengan BKO),
Mana yang Dipilih (Lebih Sering Menggunakan) Untuk
Mengatasi Keluhan yang Dirasakan...
Alasan Pemilihan Obat Herbal daripada Obat Konvensional...
Alasan Pemilihan Obat Konvensional (dengan Bahan Kimia
xxiii
Hasil Perhitungan Kuesioner Pengetahuan Responden
tentang Obat Herbal Secara Umum...
Hasil Perhitungan Kecenderungan Jawaban Kuesioner pada
Pengetahuan Responden tentang Obat Herbal Secara Umum...
xxiv
INTISARI
Penggunaan obat herbal dalam pengobatan komplementer dan alternatif di Indonesia semakin populer dengan bukti-bukti empiris dan dukungan ilmiah yang semakin banyak terhadap khasiat herbal. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang pengetahuan dan alasan pasien poliklinik penyakit dalam di RSUP Dr. Sardjito mengenai obat herbal secara umum.
Penelitian ini termasuk jenis penelitian non eksperimental dengan rancangan deskriptif menggunakan teknik sampling kuota secara nonprobability sampling. Kuesioner yang merupakan instrumen penelitian, diberikan pada 98 pasien poliklinik penyakit dalam RSUP Dr. Sardjito yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Uji validitas kuesioner menggunakan metode Produk Momen Pearson dan Test Total Item-Corrected Correlation, sedangkan uji reliabilitas menggunakan metode Alpha Cronbach. Data yang diperoleh, diolah secara statistik deskriptif dalam bentuk persentase dan ditampilkan dengan tabel dan gambar.
Dari data yang diperoleh, dapat disimpulkan bahwa karakteristik responden di Poliklinik Penyakit Dalam RSUP Dr. Sardjito : sebagian besar responden perempuan (56,12%), berusia 26-50 tahun (46,94%), PNS (48,98%) dan bertingkat pendidikan SMA atau sederajat (40,82%), pengetahuan/ pemahaman responden terhadap obat herbal secara umum tergolong tinggi ( baik), dengan rata-rata skor jawaban responden yang didapat, yaitu sebesar 78,37% ; pasien mau mengkonsumsi /memilih obat herbal 72,45% dengan hasil chi square tests 0,002 dari nilai tersebut dapat dikatakan ada hubungan pengaruh pemahaman pasien tentang obat herbal dengan pasien mau mengkonsumsi obat herbal. Karakteristik pasien mempunyai pengaruh terhadap pemahaman tentang obat herbal, dibuktikan dengan nilai chi-square < 0,05 untuk jenis kelamin, usia, pendidikan dan pekerjaan.
xxv
ABSTRACT
The use of herbal medicine as a complementary and alternative medicine in Indonesia has become popular with the empirical evidence and the scientific support for the efficacy of many herbals. This study aimed to gain insight into the patient‟s knowledge and reason of using herbs medicine in the Internal medicine out patient of Dr. Sardjito Hospital.
This research was a non-experimental researchwith descriptive design using a quota sampling technique in non-probality sampling. The questionnaire as a research instrument, given to 98 patients in Internal medicine out patient of Dr. Sardjito Hospital who met the inclusion with dan exclusion criteria. The validity test of questionnaire used the pearson product moment test and corrected item total correlation while the reliability test used alpha cronbach method. Data obtained were processed in the form of descriptive statistics and percentages and were displayed with tables and figure.
The data obtained, as described below: the majority of female respondents (56.12%), respondents aged 26-50 years old (46.82%), civil servant (48.98%) and High school education or equivalent (40.82%). Respondents knowledge/ understanding of herbal medicine in general is high (good), with an average score of respondents obtained, amounting to 78.37%. Patients wanted to eat/ pick herbs 72.45% with the results of the chi square test 0.002 of value can be said to exist a relationship influences patient understanding about herbal medicines to patient willing herbs. Patient characteristics have an influence on the understanding of herbal medicine, evidenced by the chi-square value < 0.05 for gender, age, education, and occupation
Key words : knowledge, reason of selection, herbal medicine
1
BAB I PENGANTAR
A. Latar Belakang
Saat ini penggunaan obat herbal dalam pengobatan komplementer dan
alternatif di Indonesia semakin popular dengan bukti-bukti empiris dan dukungan
ilmiah yang semakin banyak terhadap khasiat herbal sehingga banyak digunakan
oleh masyarakat untuk pencegahan dan pengobatan berbagai penyakit, termasuk
penyakit-penyakit berat seperti kanker, diabetes mellitus, jantung, hipertensi,
stroke, hepatitis dan AIDS (Harmanto,2007).
Obat herbal dapat didefinisikan sebagai produk obat jadi dalam kemasan
akhir yang diberi penandaan, mengandung zat aktif yang berasal dari bagian
tanaman diatas atau dibawah tanah, atau bagian tanaman lainnya, atau kombinasi
dari bagian-bagian tersebut, baik dalam bentuk yang belum diolah maupun bentuk
preparat (Hartadi, 2012).
Persepsi masyarakat beragam tentang obat tradisional ada yang fanatik
percaya dan ada yang tidak, bagi yang fanatik percaya dengan obat tradisional
mengganggap bahwa yang berasal dari alam pasti baik dan aman sehingga
menggunakan obat tradisional bertahun-tahun, sebaliknya bagi yang tidak percaya
menganggap obat tradisional tidak semanjur obat modern dan bentuk serta
kemasaan obat tradisional yang tidak meyakinkan (Hakim, 2002).
Obat herbal dapat memberikan manfaat jika tepat penggunaannya baik
pemaparan diatas maka tidak sedikit rumah sakit yang berminat untuk
pengembangkan layanannya pada pengobatan herbal, salah satunya adalah Rumah
Sakit Umum Pusat Dr. Sardjito Yogyakarta.
Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Sardjito,
responden yang dipilih adalah pasien poliklinik penyakit dalam karena persentase
jumlah pasien poliklinik penyakit dalam paling banyak dari jumlah keseluruhan
pasien rawat jalan, dengan batasan usia diatas 17 tahun.
1. Permasalahan
a. Seperti apakah deskripsi karakteristik, tingkat pemahaman, dan alasan
membeli dari para pasien poliklinik penyakit dalam di Rumah Sakit Dr.
Sardjito terhadap obat herbal?
b. Apakah ada hubungan pengaruh karakteristik pasien dengan tingkat
pemahaman pasien tentang obat herbal?
2. Keaslian penelitian
Penelitian sejenis pernah dilakukan, yaitu “Kajian Pengetahuan dan Alasan
Pemilihan Obat Herbal pada Pasien Geriatri di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta”
(Noviana, 2011). Penelitian Noviana (2011) ini lebih menitikberatkan pada
persentase hasil dari kajian pengetahuan dan alasan pemilihan obat herbal saja,
sedangkan penelitian yang peneliti lakukan lebih menitikberatkan pada hubungan
antara karakteristik pasien poliklinik penyakit dalam di RSUP Dr. Sarjito dengan
3
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian non eksperimental dengan
rancangan deskriptif teknik sampling kuota secara nonprobability sampling
menggunakan kuesioner. Subjek penelitian yang digunakan adalah pasien
penyakit dalam di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta dengan judul “Studi
Pemahaman Pasien Penyakit Dalam RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta terhadap Obat
Herbal”. Penelitian ini belum pernah diteliti sebelumnya.
3. Manfaat penelitian
a. Manfaat teoritis
1) Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah ilmu
pengetahuan di bidang kefarmasian tentang obat herbal.
2) Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran tingkat
pemahaman dan alasan penggunaan obat herbal.
b. Manfaat praktis
1) Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan untuk mengetahui
pemahaman pasien penyakit dalam terhadap produk tradisional.
2) Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan Rumah
Sakit Dr. Sardjito dalam pengembangan layanan poliklinik herbal di
B. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Untuk mengetahui deskripsi karakteristik, tingkat pemahaman, dan alasan
pasien mau menggunakan obat herbal, dari para pasien poli penyakit
dalam di Rumah Sakit Dr. Sardjito, terhadap produk tradisional atau
produk herbal.
2. Tujuan khusus
Untuk mengetahui apakah ada hubungan pengaruh karakteristik pasien
5 BAB II
PENELAAHAN PUSTAKA
A. Obat Herbal
Obat herbal Indonesia selama ini lebih dikenal dengan nama jamu dan izin
dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (Badan POM) RI juga mengolongkan
dalam jamu. Jamu sendiri identik dengan serbuk yang harus diseduh dan terasa
pahit sehingga sebagian masyarakat modern merasa tidak nyaman dan bahkan
terkesan kuno. Menyadari hal ini, maka produsen jamu mulai membuat inovasi
dengan memproduksi jamu dalam bentuk kapsul atau tablet dan sekarang dikenal
dengan obat herbal.
Sesuai dengan Keputusan Badan POM RI No. 00.05.4.2411 tahun 2004,
berdasarkan cara pembuatan serta jenis klaim penggunaan dan tingkat pembuktian
khasiat, Obat Bahan Alam Indonesia dikelompokkan menjadi tiga jenis yaitu:
1. Jamu, yang merupakan obat tradisional warisan nenek moyang.
2. Obat herbal terstandart, yang dikembangkan berdasarkan bukti-bukti ilmiah dan uji pra klinik serta standarisasi bahan baku.
3. Fitofamaka, yang dikembangkan berdasarkan uji klinik, standarisasi bahan baku dan sudah bisa diresepkan dokter. Khusus fitofarmaka, konsepnya
tidak berbeda dengan obat modern karena merupakan obat yang berasal
dari tanaman dan telah melalui prosedur uji pra klinik persyaratan formal
Beberapa kendala yang menghambat perkembangan jamu dan obat herbal
di Indonesia adalah:
(1) Pengolahan bahan jamu/herbal yang belum terstandar, terutama mutu.
(2) Industri jamu/obat herbal kadang tidak jujur dengan menambahkan
bahan-bahan kimia ke dalam produknya sehingga sering menimbulkan efek
samping yang tidak dikehendaki.
(3) Kurangnya penelitian ilmiah dan dukungan pemerintah terus-menerus.
(4) Sebagian masyarakat tidak tahan dengan rasa pahit dan aroma tidak enak.
(5) Masyarakat terbiasa mengkonsumsi sesuatu yang bisa dirasakan secara
instan (seketika).
(6) Tidak semua bahan baku obat herbal dibudidayakan secara serius.
(7) Sulitnya meraih kepercayaan masyarakat karena belum dilakukan
penelitian ilmiah secara menyeluruh.
(8) Biaya penelitian untuk uji pra klinik dan uji klinik sangat mahal sehingga
menjadi kendala utama bagi industri jamu yang kebanyakan merupakan
industri kecil dan menengah (Harmanto dan Subroto, 2007).
Dengan perkembangan masyarakat, akhir-akhir ini pengobatan alternatif
atau ramuan trasional mulai diminatai. Dimana-mana mulai banyak bermunculan
klinik-klinik pengobatan tradisional yang sangat diminati oleh masyarakat luas
masyarakat mulai menyadari obat tradisional tidak kalah hebat dengan obat
modern. Ada pula sebagian golongan masyarakat yang bersifat lebih bijak dan
realistis, yaitu dengan tetap melakukan diagnosa medis dan ingin tahu proses
7
pengobatannya menggunakan obat tradisional/herbal (Harmanto dan Subroto,
2007).
Dari literatur yang sudah ada, sesungguhnya herbal Indonesia sangat
potensial mengatasi aneka macam penyakit terutama bila benar cara
pengolahannya, tepat cara penggunaan maupun dosisnya serta selalu dilakukan
pemantauan untuk megnetahui proses kesembuhannya. Sinergi pengalaman
empiris dan penelitian ilmiah tentang khasiat dan manfaat herbal akan menjadi
bukti yang kuat keberhasilan obat herbal yang relatif kecil efek sampingnya. Hal
ini akan meningkatkan pula kepercayaan masyarakat untuk tidak ragu lagi
menggunakan warisan nenek moyang, yakni obat herbal (Harmanto dan Subroto,
2007).
B. Pemahaman
Pemahaman adalah proses perbuatan atau cara memahami dan
memahamkan. Menurut Bloom, pemahaman merupakan kemampuan untuk
menangkap arti dari apa yang tersaji, kemampuan untuk menterjemahkan dari satu
bentuk ke bentuk yang lain dalam kata-kata, angka ataupun interpretasi berbentuk
C. Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan
pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca
indra manusia, yakni indra penglihatan, indra pendengaran, indra penciuman,
indra rasa dan indra raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui
mata (indra penglihatan) dan telinga (indra pendengaran). Pengetahuan juga dapat
diperoleh melalui pendidikan, pengalaman diri sendiri, pengalaman orang lain,
media masa maupun lingkungan. Pengetahuan diperlukan sebagai dorongan psikis
dalam menumbuhkan rasa percaya diri maupun dorongan sikap dan perilaku
setiap hari sehingga dapat dikatakan bahwa pengetahuan merupakan stimulus dan
merupakan domain yang sangat penting terhadap tindakan seseorang
(Notoatmodjo, 2003).
Pengetahuan juga dapat diartikan sebagai sekumpulan informasi yang
dipahami yang dapat diperoleh dari proses belajar selama hidup dan dapat
dipergunakan sewaktu-waktu sebagai alat penyesuaian diri baik terhadap diri
sendiri maupun lingkungannya (Supriyadi, 1993).
1. Proses adopsi perilaku
Dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang
didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang
tidak disadari oleh pengetahuan, sebelum orang mengadopsi perilaku
baru (berperilaku baru) di dalam diri orang tersebut terjadi proses yang
9
a. Awareness (kesadaran), yakni orang tersebut menyadari dalam arti
mengetahui stimulus (objek) terlebih dahulu.
b. Interest,yakni orang mulai tertarik kepada stimulus.
c. Evaluation, yakni menimbang-nimbang baik dan tidaknya stimulus
tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah lebih
baik lagi.
d. Trial, yakni orang mulai mencoba perilaku baru
e. Adaption, yakni subjek telah berperilaku baru sesuai dengan
pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus.
Namun demikian dari penelitian selanjutnya Rogers menyimpulkan
bahwa perubahan perilaku tidak selalu melewati tahap-tahap di atas.
Apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku melalui proses
seperti ini didasari oleh pengetahuan, kesadaran dan sikap yang positif,
maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng (long lasting).
Sebaliknya apabila perilaku itu tidak didasari oleh pengetahuan dan
kesadaran maka tidak akan berlangsung lama (Notoatmodjo, 2003).
2. Tingkat pengetahuan di dalam domain kognitif
Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai
enam tingkat :
a. Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah
dipelajari sebelumnya, termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini
seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.
Oleh sebab itu, tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang
paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu
tentang apa yang diperlajari antara lain: menyebutkan,
menguraikan, mendefinisikan, menyatakan, dan sebagainya.
b. Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk
menjelaskan secara benar tentang obyek yang diketahui, dan dapat
menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah
paham terhadap obyek atau materi harus dapat menjelaskan,
menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya
terhadap objek yang dipelajari.
c. Aplikasi (Application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan
materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real
(sebenarnya). Aplikasi di sini dapat diartikan sebagai aplikasi atau
penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, dan sebagainya dalam
konteks atau situasi yang lain.
d. Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi
atau suatu obyek ke dalam komponen-komponen tetapi masih di
11
lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata
kerja, seperti dapat menggambarkan (membuat bagan),
membedakan, memisahkan dan mengelompokkan.
e. Sintesis (Synthesis)
Sintesis menunjuk suatu kemampuan untuk meletakan atau
menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan
yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan
untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.
f. Evaluasi (Evaluation)
Berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi
atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian
itu didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau
menggunakan kriteria yang telah ada.
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket
yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subyek penelitian atau
responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat
kita sesuaikan dengan tingkatan-tingkatan di atas (Notoatmodjo, 2003).
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan antara lain:
a. Pendidikan
Yaitu untuk memberikan pengetahuan sehingga terjadi perubahan
mempunyai pendidikan lebih tinggi akan lebih mudah menerima
informasi yang disampaikan oleh tenaga kesehatan. Artinya, ia
dapat mengadopsi inovasi dengan cepat dibandingkan dengan
orang berlatar belakang pendidikan rendah yang cenderung sulit
untuk mengetahui atau mengikuti informasi yang tersedia dengan
keterbatasan pengetahuan (Notoatmojo, 2003).
b. Umur
Sistem pendidikan bertambah maju seiring perkembangan zaman,
sehingga orang muda yang sudah matang pemikirannya akan lebih
berpendidikan jika meningkatkan pengetahuannya. Artinya
semakin matang umur, maka kesempatan untuk memperoleh
pengetahuan melalui pendidikan semakin banyak sehingga
pengetahuan bertambah (Barnet, 2000).
c. Informasi
Seseorang yang mempunyai sumber informasi yang lebih banyak
akan mempunyai pengetahuan yang lebih luas (Soekanto, 2002).
d. Pengalaman
Sesuatu yang pernah dialami seseorang akan menambah
pengetahuan tentang suatu yang bersifat non formal (Soekanto,
13
e. Sosial Ekonomi
Tingkat kemampuan seseorang untuk memenuhi kebutuhan hidup
(Soekanto, 2002).
f. Budaya
Tingkah laku manusiawi atau kelompok manusia dalam memenuhi
kebutuhan yang meliputi sikap dan kepercayaan (Soekanto, 2002).
D.Sikap
Sikap pada awalnya diartikan sebagai suatu syarat untuk munculnya suatu
tindakan. Konsep itu kemudian berkembang semakin luas dan digunakan untuk
menggambarkan adanya suatu niat yang khusus atau umum, berkaitan dengan
kontrol terhadap respon pada keadaan tertentu maupun menilai atau menanggapi
sesuatu (Azwar, 1995). Berkman dan Gilson (1981) mendefinisikan sikap adalah
evaluasi individu yang berupa kecenderungan (inclination) terhadap berbagai
elemen di luar dirinya. Allfort (dalam Assael, 1984) mendefinisikan sikap adalah
keadaan siap (predisposisi) yang dipelajari untuk merespon objek tertentu yang
secara konsisten mengarah pada arah yang mendukung (favorable) atau menolak
(unfavorable).
Hawkins, dkk. (1986) menyebutkan, sikap adalah pengorganisasian secara
ajeg dan bertahan (enduring) atas motif, keadaan emosional, persepsi dan
proses-proses kognitif untuk memberikan respon terhadap dunia luar.
Azwar (1995), menggolongkan definisi sikap dalam tiga kerangka
1. Pertama, kerangka pemikiran yang diwakili oleh para ahli psikologi
seperti Louis Thurstone, Rensis Likert dan Charles Osgood. Menurut
mereka sikap adalah suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan.
Berarti sikap seseorang terhadap suatu objek adalah perasaan
mendukung atau memihak (favorable) maupun perasaan tidak
mendukung atau tidak memihak (unfavorable) pada objek tersebut.
2. Kedua, kerangka pemikiran ini diwakili oleh ahli seperti Chief,
Bogardus, LaPierre, Mead dan Gordon Allport. Menurut kelompok
pemikiran ini sikap merupakan semacam kesiapan untuk bereaksi
terhadap suatu objek dengan cara-cara tertentu. Dapat dikatakan bahwa
kesiapan yang dimaksudkan merupakan kecenderungan yang potensial
untuk bereaksi dengan cara tertentu apabila individu dihadapkan pada
suatu stimulus yang menghendaki adanya respon.
3. Ketiga, kelompok pemikiran ini adalah kelompok yang berorientasi
pada skema triadik (triadic schema). Menurut pemikiran ini suatu
sikap merupakan konstelasi komponen kognitif, afektif dan konatif
yang saling berinteraksi di dalam memahami, merasakan dan
berperilaku terhadap suatu objek.
Tingkatan sikap menurut Notoatmodjo (2003) adalah sebagai berikut:
1) Menerima (Receiving)
Menerima dapat diartikan bahwa orang (subjek) mau dan
15
2) Merespon (Responding)
Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan, dan
menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap.
Karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau
mengerjakan tugas yang diberikan, terlepas dari pekerjaan itu benar
atau salah, adalah berarti bahwa orang menerima ide tersebut.
3) Menghargai (Valuing)
Indikasi sikap tingkat ketiga adalah mengajak orang lain untuk
mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah.
4) Bertanggung-jawab (Responsible)
Sikap yang paling tinggi adalah tanggung-jawab atas segala sesuatu
yang telah dipilihnya dengan segala resiko.
Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung atau tidak langsung.
Secara langsung dapat ditanyakan bagaimana pendapat atau pernyataan responden
terhadap suatu objek, sedangkan secara tidak langsung dapat dilakukan dengan
pernyataan-pernyataan hipotesis, kemudian ditanyakan pendapat responden
(Azwar, 1995).
E. Keterangan Empiris
Penelitian ini diharapkan dapat memberi gambaran mengenai pemahaman
terhadap produk obat herbal dan latar belakang pemilihan obat herbal pada pasien
16
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian
Penelitian berjudul “Studi Pemahaman Pasien Penyakit dalam Rumah
Sakit Umum Pusat Dr. Sardjito Yogyakarta Terhadap Obat Herbal periode Juli
2010” ini termasuk jenis penelitian non eksperimental dengan rancangan
penelitian deskriptif, yaitu mengumpulkan data mengenai faktor-faktor yang
merupakan pendukung terhadap aspek keamanan, khasiat, dan mutu obat
tradisional, kemudian dianalisis untuk dicari peranannya sejauh mana pasien
Penyakit Dalam RSUP Dr. Sardjito memahami tentang obat herbal.
B. Variabel Penelitian
Variabel pada penelitian ini adalah: karakteristik responden, pemahaman
responden terhadap obat herbal, alasan pemilihan atau mau mengkonsumsi obat
herbal oleh responden.
C. Definisi Operasional
1. Karakteristik responden adalah data pribadi responden yang meliputi
17
2. Alasan pemilihan adalah faktor-faktor yang melatarbelakangi suatu
pemilihan, yang bisa dipengaruhi oleh faktor kebudayaan, sosial, pribadi
dan psikologis.
3. Pemahaman responden adalah gambaran subyektif internal seseorang
dalam bentuk pendapat terhadap suatu hal yang dilihat, didengar dan
dirasakan sehingga mampu untuk mengartikan dan menjelaskan dengan
baik dan benar tentang obat herbal.
4. Obat tradisional adalah obat dengan bahan berupa bahan tumbuhan segar
ataupun simplisia yang dibuat dengan cara diramu sehingga dihasilkan
jamu berbentuk cairan ataupun serbuk kering, tablet.
5. Pengetahuan atau pemahaman dikatakan baik jika skor jawaban responden
> 75%
6. Pengetahuan atau pemahaman dikatakan kurang baik jika skor jawaban
responden < 40%
D. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah pasien penyakit dalam di RSUP Dr.
Sardjito Yogyakarta. Dalam penelitian ini subjek penelitian disebut responden.
Responden harus memenuhi kriteria-kriteria yang menjadi batasan dalam
penelitian. Kriteria inklusi adalah responden yang berumur diatas 17 tahun baik
laki-laki maupun perempuan yang periksa di Poliklinik Penyakit Dalam RSUP Dr.
Sardjito Yogyakarta pada periode bulan Juli 2010, pernah mengkonsumsi obat
adalah pasien Poliklinik Penyakit Dalam di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta yang
dalam pengisian kuesioner tidak terisi penuh/tidak lengkap.
E. Besar Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi yang diambil secara random dan
bersifat representative (mewakili) (Praktiknya, 2001). Jumlah sampel yang
digunakan didapatkan dari hasil sampling. Berdasarkan data kunjungan pasien
instalasi rawat jalan sub instalasi penyakit dalam RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta,
jumlah pasien rata-rata yang periksa di Poliklinik Penyakit Dalam RSUP Dr.
Sardjito Yogyakarta pada bulan Januari-Juni 2010 sebanyak 800 pasien.
Jumlah sampel pada penelitian ini dapat ditentukan dengan menggunakan
rumus berikut (Notoatmodjo, 2002) : (Rumus di mana populasi < 10000)
n = N
1 + N (d2)
n= besar sampel yang diambil
N= besar populasi
d= tingkat signifikansi (10%)
Perhitungan jumlah sampel yang diambil:
n = N
1 + N (d2)
= 800 = 88,88 pasien = 89 pasien
19
Untuk mengatasi dropped out maka jumlah sampel ditambah 10% dari
jumlah sampel awal, sehingga jumlah sampel yang diambil dalam penelitian ini
menjadi 98 pasien. Teknik sampling yang digunakan pada penelitian ini adalah
teknik sampling kuota secara nonprobability sampling. Sampling kuota adalah
teknik untuk menentukan sampel dari populasi yang mempunyai ciri-ciri tertentu
sampai jumlah (kuota) yang diinginkan (Sugiyono, 2008). Nonprobability
sampling adalah teknik pengambilan sampel yang tidak memberi
peluang/kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih
menjadi sampel (Sugiyono, 2008). Pada penelitian ini, peneliti hanya mengambil
data dari sampel yang ditemui secara kebetulan di Poliklinik Penyakit Dalam
RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta yang memenuhi kriteria yang sudah ditentukan
dan bersedia mengikuti kegiatan pada penelitian ini.
F. Waktu Penelitian
Pengambilan data dilakukan pada bulan Juli 2010 pada hari kerja di
Poliklinik Penyakit Dalam RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta, yaitu selama 25 hari
pada jam 08.00 hingga 12.00 WIB, namun bila masih ada pasien yang datang
untuk periksa di Poliklinik Penyakit Dalam RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta maka
peneliti tetap melanjutkan pengambilan data.
G. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Poliklinik Penyakit Dalam RSUP Dr. Sardjito
H. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah kuesioner. Kuesioner
adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi
dari responden dalam arti laporan tentang hal-hal yang seseorang ketahui
(Arikunto, 2006).
Kuesioner ini terdiri dari tiga bagian yang berisi pertanyaan yang mengacu
pada permasalahan penelitian ini. Pada bagian pertama dari kuesioner merupakan
jenis pertanyaan terbuka yang berisi pertanyaan mengenai karakteristik responden
(seperti umur, jenis kelamin, pekerjaan dan tingkat pendidikan). Disebut
pertanyaan terbuka karena jawaban tidak disediakan dan responden harus mengisi
sendiri.
Pada bagian kedua dari kuesioner berisi pernyataan untuk mengetahui
pemahaman responden terhadap obat herbal. Dipandang dari cara menjawab
merupakan kuesioner tertutup karena telah disediakan jawabannya sehingga
responden memilih salah satu jawaban pada setiap pernyataan tersebut.
Pernyataan yang ada pada bagian kedua dari kuesioner penelitian ini
menggunakan skala Likert sebagai metode penskalaan pernyataan sikap yang
menggunakan distribusi respon sebagai dasar penentuan nilai skalanya. Setiap
butir pernyataan diberikan empat alternatif jawaban, yaitu: sangat setuju (SS),
setuju (S), tidak setuju (TS) dan sangat tidak setuju (STS). Responden wajib untuk
21
peneliti melihat kecenderungan jawaban dengan menjumlahkan persentase
jawaban responden, yaitu SS + S dan ST + STS. Didapat jawaban responden
lebih dari 75% benar sesuai dengan acuan yang ada maka secara umum
pemahaman responden dapat disimpulkan sudah baik.
Pernyataan yang ada pada bagian kedua dari kuesioner terdiri atas dua
sifat, yaitu: favorable dan unfavorable. Pernyataan favorable adalah suatu
pernyataan yang berisi hal-hal positif mengenai objek sikap, yaitu berisi
pernyataan yang mendukung atau yang memihak pada objek sikap. Sebaliknya,
suatu pernyataan sikap dapat pula berisi hal-hal negatif mengenai objek sikap
(sifatnya tidak memihak atau tidak mendukung atau kontra terhadap objek sikap
yang hendak diungkap) disebut dengan pernyataan unfavorable (Azwar, 1995).
Pada bagian ketiga dari kuesioner merupakan jenis pertanyaan semi
terbuka yang berisi pertanyaan-pertanyaan untuk mengetahui faktor-faktor apa
saja yang melatarbelakangi atau alasan responden memilih obat herbal. Disebut
pertanyaan semi terbuka karena pertanyaan yang pilihan jawaban yang dapat diisi
sendiri oleh responden atau berupa alasan yang dapat diisi bebas oleh responden.
I. Tata Cara Penelitian
Suatu penelitian yang baik, harus dilakukan dengan urutan
langkah-langkah yang sistematis. Adapun skema langkah-langkah-langkah-langkah penelitian ini dapat
Gambar 1. Skema Tata Cara Penelitian
Pengujian dengan Chi-square (Crosstab)
Analisis dan Intepretasi Data Pemahaman dan Alasan pemilihan
Kesimpulan dan Saran
(Studi Pemahaman dan alasan pemilihan obat herbal Pasien Poliklinik Penyakit Dalam RSUP Dr. Sardjito)
23
1. Studi pustaka
Peneliti memulai dengan studi pustaka seperti membaca literatur-literatur
yang ada mengenai obat tradisional khususnya obat herbal, peraturan yang
terkait obat herbal meliputi keamanan, khasiat, dan mutu obat herbal,
metodologi penelitian, pembuatan kuesioner dan perhitungan menggunakan
statistik yang diperlukan. Hal ini dilakukan agar dalam pelaksanaannya peneliti
dapat meminimalkan atau bahkan meniadakan kesalah pahaman tentang
pengetahuan obat herbal.
2. Analisis situasi
a. Penentuan lokasi penelitian
Lokasi penelitian yang ditentukan oleh peneliti, yaitu Poliklinik
Penyakit Dalam RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. RSUP Dr. Sardjito
Yogyakarta dipilih sebagai lokasi penelitian karena RSUP Dr. Sardjito
Yogyakarta, yang sedang mengembangkan Poliklinik Herbal.
b. Perijinan
Sebelum dilakukan penelitian dilakukan perijinan. Perijinan dimulai
dari Sekretariat Kampus kepada bagian Diklit RSUP Dr. Sardjito yang
akan diteruskan ke Poliklinik Penyakit Dalam RSUP Dr. Sardjito
Yogyakarta. Disamping melakukan perijinan, peneliti juga mencari
c. Penentuan sampel penelitian
Sesuai dengan perhitungan, minimal besar sampel atau subyek
penelitian adalah 98 pasien.
3. Pengujian instrumen penelitian (kuesioner)
Kuesioner dibuat setelah melakukan observasi dan membaca literatur.
Pertanyaan dalam kuesioner dibuat dengan tujuan penelitian yang terbagi
menjadi 3 bagian, yaitu pertanyaan terbuka, tertutup, dan semi terbuka, yang
berupa karakteristik responden (nama, jenis kelamin, umur, pendidikan
terakhir, pekerjaan, alamat tempat tinggal dan riwayat penyakit), pemahaman
responden terhadap obat herbal dan faktor-faktor apa yang melatar belakangi
atau alasan responden dalam mau menggunakan obat herbal.
4. Uji pemahaman bahasa, uji validitas dan uji reliabilitas
Setelah kuesioner dibuat, dilakukan uji pemahaman bahasa, uji validitas
dan uji reliabilitas terhadap kuesioner tersebut. Uji-uji tersebut telah dilakukan
sebanyak tiga kali, untuk setiap uji baik uji pemahaman bahasa, uji validitas
dan uji reliabilitas dilakukan pada 30 responden dengan karakteristik mirip
dengan responden namun di luar daerah uji. Hasil uji ketiga sebanyak 30
responden karena uji realibitas dan validitas memenuhi maka data digunakan
25
5. Hasil uji instrumen penelitian
a. Uji pemahaman bahasa
Uji pemahaman bahasa dilakukan kepada 30 item pertanyaan yang ada
pada kuesioner. Setelah diujikan terdapat 9 pertanyaan yang tidak dapat
dipahami atau kurang dimengerti oleh responden. Oleh karena itu, peneliti
melakukan penyebaran kuesioner kembali dengan menggunakan 21
pertanyaan kepada 30 responden yang berbeda, hasilnya ada 1 pertanyaan
yang tidak valid sehingga peneliti menggunakan 20 pertanyaan untuk
mengetahui pemahaman responden berjumlah 98 responden, 20
pertanyaan tentang pengetahuan obat herbal dirasa cukup untuk
mengetahui pengetahuan responden.
b. Uji validitas
Tahapan pengujian validitas kuesioner merupakan pengukuran data
dari hasil kuesioner uji-coba (try-out/pre-test) yang telah diisi oleh para
responden sebanyak 30 orang. Data dari kuesioner tersebut disusun dan
diuji validitasnya, apakah data tersebut valid atau tidak valid. Apabila
terdapat data yang tidak valid, maka data tersebut diulang apakah
jawabannya sesuai dengan yang ada di lapangan atau butir-butir dalam
kuesioner tersebut mengikut petunjuk yang telah ditetapkan. Berikut
adalah tahapan dalam melakukan pengujian validitas:
1) Menentukan nilai r tabel
Dari tabel r untuk korelasi pearson product moment untuk n = 30
Selanjutnya, angka 0,361 akan dipakai sebagai uji validasi terhadap
butir-butir kuesioner.
2) Mencari r hitung
Untuk mencari r hitung dari semua butir kuesioner ditunjukkan
pada kolom Tabel I, makaterdapat nilai-nilai angka dari setiap butir. 3) Pengambilan keputusan
Dasar dalam pengambilan menentukan butir kuesioner tersebut
valid atau tidak valid adalah sebagai berikut:
a) Data valid apabila r hasil > 0,361 dan r hasil signifikan.
b) Data tidak valid apabila r hasil ≤ 0,361 dan r hasil tidak
signifikan.
Tabel I. Hasil Uji Validitas Kuesioner Pemahaman Responden tentang Obat Herbal secara Umum
27
Dari hasil pengujian validitas kuesioner dengan menggunakan uji
korelasi Produk Momen Pearson dapat disimpulkan bahwa dari 30 item
pernyataan yang diuji-cobakan, yang dinyatakan valid sebanyak 20 item
pernyataan, karena 20 item pernyataan ini memiliki nilai r hitung yang lebih
besar atau sama dengan nilai r tabel 0,361 (dengan N sebanyak 30 dan
tingkat kepercayaan 95% atau taraf kesalahan 0,05), sedangkan 10 item
pernyataan yang dikatakan invalid (gugur) yang tidak akan dipakai lagi
dalam penyebaran kuesioner berikutnya (direduksi).
c. Uji reliabilitas
Setelah dilakukan uji validitas, kemudian dilanjutkan dengan uji
reliabilitas. Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana
suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan (Notoatmodjo,
2002). Uji reliabilitas digunakan untuk menunjukkan sejauh mana
konsistensi instrumen pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini
(kuesioner). Suatu kuesioner dikatakan reliabel bila memberikan hasil
score yang konsisten pada setiap pengukuran. Suatu pengukuran kuesioner
tidak bisa dikatakan valid bila tidak reliabel (Uyanto, 2009). Apabila
kereliabilitasan suatu instrumen penelitian tinggi hal ini berarti instrumen
penelitian tersebut layak untuk digunakan dalam penelitian di waktu dan
tempat yang berbeda. Uji reliabilitas terhadap kuesioner dalam penelitian
ini juga hanya dilakukan pada bagian kedua dari kuesioner, yaitu
pengujian reliabilitas isi kuesioner menggunakan Tes Total Item-
Corrected Correlation.
Salah satu koefisien reliabilitas yang sering digunakan pada uji
reliabilitas adalah Alpha Cronbach. Skala pengukuran yang reliabel
sebaiknya memiliki nilai Alpha Cronbach minimal 0,70 (Uyanto, 2009).
Semakin besar nilai Alpha Cronbach yang didapat, maka semakin reliabel
instrumen tersebut (Azwar, 2003). Pada penelitian ini didapatkan nilai
Alpha Cronbach untuk keseluruhan skala pengukuran sebesar 0,886,
sehingga dapat disimpulkan bahwa pernyataan pada bagian kedua
kuesioner penelitian ini memiliki reliabilitas yang baik, ditunjukkan
dengan nilai Alpha Cronbach lebih besar dari 0,70.
6. Analisis hasil
a. Perhitungan persentase profil responden
Pengolahan data kualitatif dianalisis dengan metode statistik
deskriptif. Data berupa profil karakteristik responden, profil pemahaman
responden terhadap obat herbal dan profil faktor-faktor apa saja yang
melatarbelakangi atau alasan responden dalam pemilihan obat herbal.
Metode statistik yang digunakan adalah dengan teknik perhitungan
persentase yang ditampilkan dalam bentuk tabel dan diagram.
29
P : persentase jawaban (dalam %) A : jumlah jawaban yang sejenis B : jumlah responden total
b. Uji chi-square (crosstab)
Uji chi-square (crosstab) (Ghozali, 2009) digunakan untuk
mengetahui apakah variabel-variabel penelitian berupa karakteristik
responden, pemahaman dan faktor-faktor apa saja yang melatarbelakangi
atau alasan responden dalam pemilihan obat herbal, mempunyai hubungan
pengaruh atau tidak. Untuk mengetahui hal tersebut, variabel-variabel
tersebut harus diuji dengan menggunakan uji χ2 pada taraf signifikansi
0,05. Jika χ2hitung (χ2 hasil analisis) bertaraf signifikansi (p) lebih kecil atau
sama dengan 0,05, berarti hubungan variabel-variabel tersebut adalah
hubungan pengaruh yang kuat. Jika χ2hitung bertaraf signifikansi (p) lebih
besar atau sama dengan 0,05 berarti hubungan variabel-variabel tersebut
adalah hubungan pengaruh yang lemah.
7. Pembahasan data dan kesimpulan
Pembahasan dibuat berdasarkan analisis data yang diperoleh dari tahap
sebelumnya dan dikaitkan dengan acuan yang telah ada, sehingga dapat diketahui
karakteristik responden dan sejauh mana pengetahuan responden terhadap obat
Selain itu dapat mengetahui adanya hubungan pengaruh atau tidak antara
karakteristik responden, pemahaman dan faktor-faktor apa saja yang
melatarbelakangi atau alasan responden dalam pemilihan obat herbal.
J. Keterbatasan Penelitian
Bias yang mungkin timbul pada penelitian ini disebabkan karena pada
kuesioner 20 pertanyaan tertutup tidak diberikan pilihan jawaban „tidak tahu‟ dan
adanya beberapa responden yang bersedia diikutsertakan dalam penelitian namun
mengalami kesulitan membaca kuesioner karena kemampuan pengelihatannya
sudah berkurang untuk mengatasi atau menimimalisir peneliti membantu
responden dalam membaca.
Dalam pertanyaan pengetahuan tentang obat herbal pada bagian kedua
merupakan pertanyaan tertutup dimana jawaban telah disediakan namun jika
31
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Karakteristik Responden
Pada penelitian ini peneliti melihat dari beberapa aspek karakteristik
responden yaitu: jenis kelamin, usia, pendidikan dan jenis pekerjaan. Tujuan
penelitian karakteristik responden adalah untuk mendapatkan gambaran tentang
profil pasien Poliklinik Penyakit Dalam di RSUP Dr. Sadjito Yogyakarta.
1. Jenis kelamin
Berdasarkan hasil penelitian dari 98 responden menunjukkan bahwa
sebagian besar responden adalah perempuan dengan persentase sebesar 56,12%
(55 responden) dan sisanya adalah laki-laki sebesar 43,88% (43 responden).
Gambar 2. Karakteristik Jenis Kelamin Responden
Hal ini sesuai dengan pernyataan dari Sarwono (2007) yang mengatakan
bahwa perempuan lebih peduli terhadap kesehatannya sendiri dan kesehatan
keluarganya. Hasil pada penelitian ini menunjukkan bahwa kaum perempuan
2. Usia
Usia sangat berpengaruh terhadap banyaknya pengalaman seseorang
dalam melakukan pengobatan (Holt dan Hall, 1990). Pada penelitian ini
ditetapkan subjek penelitian yang diteliti adalah subjek penelitian yang berusia ≥
17 tahun dan dikelompokkan menjadi 3 kelompok.
Gambar 3. Karakteristik Usia Responden
Dapat dilihat pada Gambar diatas bahwa responden yang menggunakan
obat herbal terbanyak (46,94%) adalah yang berusia 26-50 tahun. Ini
menggambarkan bahwa responden dengan usia 26-50 tahun lebih mendapatkan
pengetahuan yang cukup tentang manfaat dan menggunakan obat herbal.
3. Pendidikan
Responden dalam penelitian ini memiliki tingkat pendidikan berbeda-beda
mulai dari SMP sampai sarjana (S2). Tingkat pendidikan tidak dijadikan kriteria
inklusi karena secara umum tingkat pendidikan akan mempengaruhi pengetahuan,
sikap dan tindakan seseorang terhadap kesehatan, salah satunya terhadap
penggunaan obat herbal. Hal ini sesuai dengan penyataan dari Holt dan Hall
(1990), tingkat pendidikan seseorang dalam hubungannya dengan sikap terhadap
kesehatan, termasuk dalam hal pengobatan sendiri merupakan salah satu faktor
33
terhadap berbagai informasi kesehatan yang ada di masyarakat. Maka tingkat
pendidikan responden penting untuk diketahui.
Gambar 4. Karakteristik Pendidikan Responden
Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa persentase terbesar adalah
responden dengan tingkat pendidikan terakhir lulusan SMA atau sederajat
(40,82%). Ini menunjukkan bahwa responden dengan pendidikan tinggi tidak
mudah terpengaruh dengan iklan obat di media dan lebih banyak membaca label
pada kemasan obat sebelum mengkonsumsi obat. Mereka juga lebih sering
menggunakan obat herbal dibandingkan dengan obat kimia, dengan demikian
akan mengurangi risiko efek samping dari obat kimia yang jauh lebih besar
dibandingkan obat herbal.
4. Pekerjaan
Jenis pekerjaan responden pada penelitian ini antara lain pensiunan, PNS
dan wiraswasta. Menurut Sarwono (2007), pekerjaan dapat mempengaruhi tingkat
sosial seseorang dan interaksi didalam kelompok sosial tersebut dapat
mempengaruhi cara pandang dan mempengaruhi keputusan yang akan diambil.
Dalam lingkungan pekerjaan dapat saling bertukar informasi tentang
pertimbangan tindakan mereka dalam memelihara kesehatan, salah satunya
dengan menggunakan obat herbal.
Gambar 5. Karakteristik Pekerjaan Responden
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 98 responden, jumlah
terbanyak 65,31% (64 responden) adalah Pegawai Negeri Sipil (PNS). Hal ini
disebabkan pasien Poliklinik Penyakit Dalam RSUP Dr. Sardjito sebagian besar
adalah PNS dengan memakai pelayanan AsKes menurut data dari bagian
pendaftaran.
B. Pengetahuan Responden tentang Obat Herbal
Berdasarkan hasil skor skala Likert dari kuesioner pengetahuan responden
98 responden, yang diolah dengan menggunakan statistik deskriptif maka
diperoleh hasil sebagai berikut.
Gambar 6. Pengetahuan Responden tentang Obat Herbal
Pengetahuan tentang obat herbal ini merupakan representasi jawaban dari
35
yang pengetahuannya sangat tinggi sejumlah 35,72%, yang pengetahuannya tinggi
sejumlah 32,65%, yang pengetahuannya sedang sejumlah 27,55% dan yang
pengetahuannya rendah sejumlah 4,08%. Semakin besar tingkat persetujuan
responden terhadap semua pernyataan kuesioner maka semakin tinggi pemahaman
responden (pasien) tentang obat herbal secara umum. (Harmanto dan Subroto,
2007). Menurut Pratomo cit Ganie tingkat pengetahuan dikatakan baik jika
jawaban responden > 75%, cukup baik 40% - 75%, kurang baik jika < 40%
1. Pengetahuan responden mengenai obat herbal yang merupakan bagian dari obat tradisional
Pernyataan ke-1 mengenai responden tahu obat herbal yang merupakan
bagian dari obat tradisonal.
Gambar 7.Pengetahuan Responden Mengenai Obat Herbal yang Merupakan Bagian dari Obat Tradisional
Hasil penelitian (Gambar 7) menunjukkan bahwa responden cenderung
menjawab setuju pada pernyataan bahwa obat herbal merupakan bagian dari
obat tradisional, dengan persentase sebesar 70,41% (69 responden). Hal ini
menunjukkan bahwa sebagian besar responden memahami bahwa obat herbal
Tahun 1992 tentang kesehatan Bab I Pasal 1 ayat (10), obat tradisional adalah
bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan
mineral, sediaan sarian (galenik) atau campuran dari bahan tersebut yang
secara turun temurun telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan
pengalaman, sedangkan menurut Syahputri (2007), obat herbal merupakan
produk obat jadi dalam kemasan akhir yang diberi penandaan yang
mengandung zat aktif yang berasal dari bagian tanaman. Oleh karena itu, obat
herbal masuk dalam bagian dari obat tradisional.
2. Pengetahuan responden mengenai definisi obat herbal
Pernyataan ke-2 responden tahu bahwa obat herbal merupakan produk
obat yang mengandung zat aktif dari bagian tanaman, didapat distribusi
jawaban dari 98 responden adalah sebagai berikut.
Gambar 8. Pengetahuan Responden Mengenai Definisi Obat Herbal
Dari hasil penelitianmenunjukkan bahwa responden cenderung menjawab
setuju pada pernyataan bahwa obat herbal merupakan produk obat jadi yang
mengandung zat aktif yang berasal dari bagian tanaman, dengan persentase
sebesar 78,57% (77 responden). Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar
37
mengandung zat aktif yang berasal dari bagian tanaman. Syahputri (2007)
mendefinisikan obat herbal sebagai berikut: produk obat jadi dalam kemasan
akhir yang diberi penandaan, mengandung zat aktif yang berasal dari bagian
tanaman diatas atau di bawah tanah, atau bagian tanaman lainnya, atau
kombinasi dari bagian-bagian tersebut, baik dalam bentuk yang belum diolah
maupun dalam bentuk preparat.
3. Pengetahuan responden mengenai keamanan obat herbal
Pernyataan ke-3 responden tahu bahwa obat herbal aman untuk
digunakan/dikonsumsi, didapat bahwa distribusi jawaban dari 98 responden
adalah sebagai berikut.
Gambar 9. Pengetahuan Responden bahwa Obat Herbal Aman untuk Digunakan/Dikonsumsi
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa responden dengan persentase
sebesar 68,37% (67 responden) cenderung menjawab setuju pada pernyataan
bahwa obat herbal aman untuk digunakan/dikonsumsi. Hal ini menunjukkan
bahwa mereka memahami bahwa obat herbal itu aman, namun dalam
penggunaannya harus tetap memperhatikan indikasi, kontraindikasi, dosis,
waktu konsumsi, cara penggunaan dan efek samping yang mungkin timbul
4. Pengetahuan responden mengenai khasiat obat herbal
Pernyataan ke-4 responden tahu bahwa obat herbal manjur untuk
digunakan/dikonsumsi, didapat distribusi jawaban dari 98 responden adalah
sebagai berikut.
Gambar 10. Pengetahuan Responden bahwa Obat Herbal Manjur untuk Digunakan/Dikonsumsi
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa responden dengan persentase
sebesar 69,39% (68 responden) cenderung menjawab setuju pada pernyataan
obat herbal manjur untuk digunakan/dikonsumsi. Hal ini menunjukkan bahwa
sebagian besar responden memahami bahwa obat herbal manjur untuk
digunakan, karena kemanjuran atau khasiat obat herbal telah dibuktikan dengan
pengujian serta adanya keterangan empiris (berdasarkan pengalaman turun
temurun).
5. Pengetahuan responden mengenai obat herbal teruji keamanan dan khasiatnya
Pernyataan ke-5 responden tidak tahu bahwa obat herbal sudah teruji
keamanan dan khasiatnya didapat distribusi jawaban dari 98 responden adalah
39
Gambar 11. Pengetahuan Responden bahwa Obat Herbal Sudah Teruji Keamanan dan Khasiatnya
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden
cenderung menjawab tidak setuju pada pernyataan tidak tahu bahwa obat
herbal sudah teruji keamanan dan khasiatnya, dengan persentase sebesar
69,39% (68 responden). Hal ini menunjukkan bahwa mereka telah memahami
bahwa obat herbal sudah teruji keamanan dan khasiatnya. Ini sesuai dengan
pernyataan Handayani dan Suharmiati (2002) yang menyatakan bahwa obat
herbal yang sudah memiliki izin edar, sebelum diedarkan ke masyarakat harus
memenuhi persyaratan keamanan dan khasiat sehingga setelah diedarkan di
masyarakat dapat dipastikan keamanan dan khasiatnya.
6. Pengetahuan responden mengenai kandungan obat herbal yang memiliki khasiat masing-masing
Pernyataan ke-6 responden tahu bahwa setiap kandungan yang ada pada
obat herbal memiliki khasiat masing-masing, diperlihatkan bahwa distribusi
Gambar 12. Pengetahuan Responden bahwa Setiap Kandungan yang Ada pada Obat Herbal Memiliki Khasiat Masing-Masing
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden
cenderung menjawab setuju pada pernyataan tersebut, dengan persentase
sebesar 72,45% (71 responden). Hal ini menunjukkan bahwa responden
memahami bahwa setiap kandungan yang ada pada obat herbal memiliki
khasiat masing-masing.
7. Pengetahuan responden mengenai efek samping obat herbal
Pernyataan ke-7 responden mengetahui dan memahami bahwa semua obat
herbal tidak memiliki efek samping yang berbahaya, didapat distribusi jawaban
dari 98 responden adalah sebagai berikut.