• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi pemahaman dan alasan pemilihan obat herbal pada pasien poliklinik penyakit dalam RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Studi pemahaman dan alasan pemilihan obat herbal pada pasien poliklinik penyakit dalam RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta - USD Repository"

Copied!
115
0
0

Teks penuh

(1)

STUDI PEMAHAMAN DAN ALASAN PEMILIHAN OBAT HERBAL PADA PASIEN POLIKLINIK PENYAKIT DALAM RSUP Dr. SARDJITO

YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.)

Program Studi Farmasi

Oleh :

Dewi Sri Mulyani

NIM : 078114086

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(2)

ii

STUDI PEMAHAMAN DAN ALASAN PEMILIHAN OBAT HERBAL PADA PASIEN POLIKLINIK PENYAKIT DALAM RSUP Dr. SARDJITO

YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.)

Program Studi Farmasi

Oleh :

Dewi Sri Mulyani

NIM : 078114086

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(3)
(4)
(5)

v

‘’

BERUSAHALAH MAKA

ENGKAU AKAN BERHASIL

’’

KARYA INI KUPERSEMBAHKAN UNTUK :

Tuhan Yesus Kristus yang Senantiasa Memberiku kemudahan

Alm Mamak & Bapakku

Keluarga Kecilku

Sahabat-Sahabat Setiaku

(6)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya, bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Apabila di kemudian hari ditemukan indikasi plagiarisme dalam naskah ini, maka saya bersedia menanggung segala sanksi sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Yogyakarta, 2 Oktober 2013

Penulis

(7)

vii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma :

Nama : F. Dewi Sri Mulyani

Nomor Mahasiswa : 078114086

Demi perkembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan

Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :

STUDI PEMAHAMAN DAN ALASAN PEMILIHAN OBAT HERBAL PADA PASIEN POLIKLINIK PENYAKIT DALAM RSUP Dr. SARDJITO YOGYAKARTA beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada perpustakaan Universitas sanata Dharma hak

untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam

bentuk pangkalan data, mendistribusikan secra terbatas, dan mempublikasikannya

di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin

dari saya ataupun memberi royalti kepada saya selama tetap mencantumkan

nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal : 10 November 2013

Yang menyatakan

(8)

viii

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas kasih

karunia dan anugerah-Nya yang senantiasa menjadi kekuatan penulis dalam

menyelesaikan skripsi ini. Skripsi yang berjudul “ Studi Pemahaman Dan Alasan Pemilihan Obat Herbal Pada Pasien Poliklinik Penyakit Dalam RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta” ini dipersiapkan dan disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan program pendidikan strata satu Fakultas Farmasi

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Skripsi ini dapat selesai dengan baik atas doa dan dukungan dari berbagai

pihak yang telah banyak membantu penulis. Untuk itu penulis mengucapkan

terima kasih atas segala dukungannya kepada :

1. Bapak Ipang Djunarko, M.Sc., Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Bapak Prof Dr dr I Nyoman Kertia SpPD-KR selaku Dosen Pembimbing I

yang telah banyak mengarahkan, mendampingi serta memberikan

bimbingan, bantuan dan saran kepada penulis.

3. Ibu Yunita Linawati, M.Sc., Apt. selaku Dosen Pembimbing II yang telah

banyak meluangkan waktu, pikiran, perhatian dan kesabaran untuk

mengarahkan, mendampingi serta memberikan bimbingan, bantuan dan

(9)

ix

4. Bapak Prof. Dr. C. J. Soegihardjo, Apt. selaku Dosen Penguji, atas kritik

dan saran yang telah diberikan sehingga skripsi ini menjadi lebih baik.

5. Ibu Aris Widayati, M, Si., PhD., Apt selaku Dosen Penguji, atas kritik dan

saran yang telah diberikan sehingga skripsi ini menjadi lebih baik.

6. Bapak Dr. Osman Sianipar, DMM, M.Sc., Sp PK (K) selaku Kepala

Bagian Pendidikan dan Penelitian RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta yang

telah memberikan ijin untuk melakukan penelitian.

7. Bapak MT. Sutena, SKM., MM., M.Sc. selaku Ka. Sub. Bag. Diklit

Keperawatan dan Non Medis RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta yang telah

membantu penulis dalam proses perijinan untuk melakukan penelitian.

8. Bapak dr. Bambang Sigit Riyanto, Sp PD. KP selaku Ka. Instalasi Rawat

Jalan RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta yang telah memberikan ijin bagi

penulis untuk melakukan penelitian.

9. Ibu Dra. Rosita Mulyaningsih, Apt. Sp.FRS selaku Ka. IP2S yang telah

memberi izin dan mendukung penulis.

10.Keluargaku tercinta Yanu Ariyoko, Amk., Gerardo Briyan Pradana, Firdan

Baruta Arnandika yang banyak mendukung dan menyemangati penulis.

11.Teman-teman baikku Fenny Noviana, Fransisca Kurnianingsih, Aryanti,

Dina Wulandari, Maria Lisa Nova, Ratna Mustika, Paulina, Maria Yesia,

Kadek Risna, Elisa Eka, dan Aloysia Yossy atas kebersamaan kita

selama ini dan atas dukungan, bantuan dan doa yang selalu diberikan

kepada penulis.

(10)

x

13.Semua pihak yang telah memberikan bantuan dan dukungan kepada

penulis yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan yang

harus diperbaiki. Untuk itu penulis mengharapkan adanya kritik dan saran yang

membangun terhadap skripsi ini. Akhir kata, penulis berharap skripsi ini dapat

memberikan manfaat bagi pembaca. Tuhan memberkati.

Yogyakarta, 09 Oktober 2013

(11)

xi

DAFTAR ISI

Hal

HALAMAN SAMPUL...

HALAMAN JUDUL ... i

ii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS... PRAKATA... vii viii DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xix

DAFTAR GAMBAR... xx

DAFTAR LAMPIRAN...

INTISARI...

xxiii

(12)

xii

2. Tingkat pengetahuan di dalam domain kognitif ...

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan... 8

8

9

(13)

xiii

D. Sikap... 13

E. Keterangan Empiris... 15

BAB III. METODE PENELITIAN ... 16

A. Jenis dan Rancangan Penelitian ... 16

3.Pengujian instrumen penelitian (kuesioner)...

(14)

xiv

5.Hasil uji instrumen penelitian...

a. Uji pemahaman bahasa...

b. Uji validitas...

c. Uji reliabilitas...

6.Analisis hasil...

a. Perhitungan persentase profil responden...

b. Uji chi-square (crosstab)...

7.Pembahasan data dan kesimpulan...

J. Keterbatasan Penelitian...

B. Pengetahuan Responden tentang Obat Herbal...

(15)

xv

bagian dari obat tradisional...

2. Pengetahuan responden mengenai definisi obat herbal...

3. Pengetahuan responden mengenai keamanan obat herbal...

4. Pengetahuan responden mengenai khasiat obat herbal...

5. Pengetahuan responden mengenai obat herbal teruji keamanan

dan khasiatnya...

6. Pengetahuan responden mengenai kandungan obat herbal yang

memiliki khasiat masing-masing...

7. Pengetahuan responden mengenai efek samping obat herbal...

8. Pengetahuan responden mengenai cara pemakaian obat herbal..

9. Pengetahuan responden mengenai obat herbal memiliki

kadaluwarsa...

10. Pengetahuan responden mengenai obat herbal yang sudah

kadaluwarsa boleh dikonsumsi...

11. Pengetahuan responden mengenai obat herbal boleh

dikonsumsi semua usia...

12. Pengetahuan responden mengenai obat herbal boleh

dikonsumsi oleh ibu hamil dan menyusui maupun yang

memiliki gangguan fungsi organ...

13. Pengetahuan responden mengenai obat herbal perlu

dikonsultasikan...

(16)

xvi

mengandung bahan kimia obat...

15. Pengetahuan responden mengenai obat herbal boleh diminum

bersama-sama obat modern (obat konvensional)...

16. Pengetahuan responden tentang obat herbal merupakan jamu

dalam bentuk sirup, kapsul, tablet atau pil...

17. Pengetahuan responden mengenai obat herbal diminum

bersama dengan obat konvensional selalu aman...

18. Pengetahuan responden mengenai obat herbal dapat dijadikan

pengobatan alternatif...

19. Pengetahuan responden mengenai obat herbal mempunyai

efek samping lebih ringan dibanding dengan obat

konvensional...

20. Pengetahuan responden mengenai obat herbal yang aman dan

efektif perlu memperhatikan produsen pembuatnya... 48

C. Alasan Responden Mau Menggunakan Obat Herbal...

1. Sumber pengenalan dan pemberi informasi mengenai obat

herbal...

2. Peran tenaga kesehatan (dokter/apoteker/bidan) dalam

memberikan saran pada responden untuk menggunakan obat

herbal ...

3. Bentuk sediaan obat herbal yang sering dipilih/digunakan

oleh responden... 56

56

57

(17)

xvii

4. Tujuan mengkonsumsi obat herbal...

5. Hasil umum yang dirasakan setelah mengkonsumsi obat

herbal...

6. Antara obat herbal dan obat konvensional (dengan bahan

kimia obat), mana yang dipilih (lebih sering menggunakan)

untuk mengatasi keluhan yang dirasakan...

7. Alasan pemilihan obat herbal daripada obat konvensional

(dengan bahan kimia obat)...

8. Alasan pemilihan obat konvensional (dengan bahan kimia

obat) daripada obat herbal...

D. Hubungan Karakteristik Responden dengan Pemahaman...

1. Jenis kelamin………...

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ...

(18)

xviii

A. Kesimpulan ...

B. Saran ………..

71

72

DAFTAR PUSTAKA ... 73

LAMPIRAN... 76

(19)

xix

DAFTAR TABEL

Hal

Tabel I. Hasil Uji Validitas Kuesioner Pemahaman Responden tentang

Obat Herbal secara Umum... 26

Tabel II. Hubungan Jenis Kelamin Responden dengan Pemahaman...

64

Tabel III. Hubungan Usia Responden dengan Pemahaman... 65

Tabel IV. Hubungan Pendidikan Responden dengan Pemahaman... 67

Tabel V. Hubungan Pekerjaan Responden dengan Pemahaman... 68

Tabel VI. Hubungan Karakteristik Responden dengan Pemahaman Obat

(20)

xx

Gambar 3. Karakteristik Usia Responden... 32

Gambar 4.

Pengetahuan Responden tentang Obat Herbal...

Pengetahuan Responden Mengenai Obat Herbal yang Merupakan

Bagian dari Obat Tradisional...

Pengetahuan Responden Mengenai Definisi Obat Herbal...

Pengetahuan Responden bahwa Obat Herbal Aman untuk

Digunakan/Dikonsumsi...

Pengetahuan Responden bahwa Obat Herbal Manjur untuk

Digunakan/Dikonsumsi...

Pengetahuan Responden bahwa Obat Herbal Sudah Teruji

Keamanan dan Khasiatnya...

Pengetahuan Responden bahwa Setiap Kandungan yang Ada

pada Obat Herbal Memiliki Khasiat Masing-Masing...

Pengetahuan Responden Mengenai Tidak Adanya Efek Samping

(21)

xxi

Pengetahuan Responden Mengenai Cara Pemakaian untuk

Semua Obat Herbal Sama...

Pengetahuan Responden Mengenai Obat Herbal Memiliki

Tanggal Kadaluwarsa...

Pengetahuan Responden Mengenai Obat Herbal yang Sudah

Kadaluwarsa Masih Boleh Dikonsumsi...

Pengetahuan Responden Mengenai Obat Herbal Boleh

Dikonsumsi Semua Usia...

Pengetahuan Responden Mengenai Obat Herbal Boleh

Dikonsumsi oleh Ibu Hamil dan Menyusui maupun yang

Mengalami Gangguan Fungsi Organ...

Pengetahuan Responden Mengenai Obat Herbal Perlu

Dikonsultasikan Terlebih Dahulu pada Dokter/Apoteker/Ahli

Herbal...

Pengetahuan Responden Mengenai Obat Herbal Tidak Boleh

Mengandung Bahan Kimia Obat...

Pengetahuan Responden Mengenai Obat Herbal Boleh Diminum

Bersama-Sama Obat Modern (Obat Konvensional)...

Pengetahuan Responden tentang Obat Herbal Merupakan Jamu

Dalam Bentuk Sirup, Kapsul, Tablet atau Pil...

Pengetahuan Responden Mengenai Obat Herbal Diminum

(22)

xxii

Pengetahuan Responden Mengenai Obat Herbal dapat Dijadikan

Pengobatan Alternatif...

Pengetahuan Responden Mengenai Obat Herbal Mempunyai

Efek Samping Lebih Ringan Dibanding dengan Obat

Konvensional...

Pengetahuan Responden Mengenai Obat Herbal yang Aman dan

Efektif Perlu Memperhatikan Produsen Pembuatnya...

Sumber Pengenalan dan Pemberi Informasi Mengenai Obat

Herbal...

Peran Tenaga Kesehatan (Dokter/Apoteker/Bidan) Dalam

Menyarankan Responden Untuk Menggunakan Obat Herbal...

Bentuk Sediaan Obat Herbal yang Sering Dipilih/Digunakan oleh

Responden...

Tujuan Mengkonsumsi Obat Herbal...

Hasil Umum yang Dirasakan Setelah Mengkonsumsi Obat

Herbal...

Antara Obat Herbal dan Obat Konvensional (dengan BKO),

Mana yang Dipilih (Lebih Sering Menggunakan) Untuk

Mengatasi Keluhan yang Dirasakan...

Alasan Pemilihan Obat Herbal daripada Obat Konvensional...

Alasan Pemilihan Obat Konvensional (dengan Bahan Kimia

(23)

xxiii

Hasil Perhitungan Kuesioner Pengetahuan Responden

tentang Obat Herbal Secara Umum...

Hasil Perhitungan Kecenderungan Jawaban Kuesioner pada

Pengetahuan Responden tentang Obat Herbal Secara Umum...

(24)

xxiv

INTISARI

Penggunaan obat herbal dalam pengobatan komplementer dan alternatif di Indonesia semakin populer dengan bukti-bukti empiris dan dukungan ilmiah yang semakin banyak terhadap khasiat herbal. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang pengetahuan dan alasan pasien poliklinik penyakit dalam di RSUP Dr. Sardjito mengenai obat herbal secara umum.

Penelitian ini termasuk jenis penelitian non eksperimental dengan rancangan deskriptif menggunakan teknik sampling kuota secara nonprobability sampling. Kuesioner yang merupakan instrumen penelitian, diberikan pada 98 pasien poliklinik penyakit dalam RSUP Dr. Sardjito yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Uji validitas kuesioner menggunakan metode Produk Momen Pearson dan Test Total Item-Corrected Correlation, sedangkan uji reliabilitas menggunakan metode Alpha Cronbach. Data yang diperoleh, diolah secara statistik deskriptif dalam bentuk persentase dan ditampilkan dengan tabel dan gambar.

Dari data yang diperoleh, dapat disimpulkan bahwa karakteristik responden di Poliklinik Penyakit Dalam RSUP Dr. Sardjito : sebagian besar responden perempuan (56,12%), berusia 26-50 tahun (46,94%), PNS (48,98%) dan bertingkat pendidikan SMA atau sederajat (40,82%), pengetahuan/ pemahaman responden terhadap obat herbal secara umum tergolong tinggi ( baik), dengan rata-rata skor jawaban responden yang didapat, yaitu sebesar 78,37% ; pasien mau mengkonsumsi /memilih obat herbal 72,45% dengan hasil chi square tests 0,002 dari nilai tersebut dapat dikatakan ada hubungan pengaruh pemahaman pasien tentang obat herbal dengan pasien mau mengkonsumsi obat herbal. Karakteristik pasien mempunyai pengaruh terhadap pemahaman tentang obat herbal, dibuktikan dengan nilai chi-square < 0,05 untuk jenis kelamin, usia, pendidikan dan pekerjaan.

(25)

xxv

ABSTRACT

The use of herbal medicine as a complementary and alternative medicine in Indonesia has become popular with the empirical evidence and the scientific support for the efficacy of many herbals. This study aimed to gain insight into the patient‟s knowledge and reason of using herbs medicine in the Internal medicine out patient of Dr. Sardjito Hospital.

This research was a non-experimental researchwith descriptive design using a quota sampling technique in non-probality sampling. The questionnaire as a research instrument, given to 98 patients in Internal medicine out patient of Dr. Sardjito Hospital who met the inclusion with dan exclusion criteria. The validity test of questionnaire used the pearson product moment test and corrected item total correlation while the reliability test used alpha cronbach method. Data obtained were processed in the form of descriptive statistics and percentages and were displayed with tables and figure.

The data obtained, as described below: the majority of female respondents (56.12%), respondents aged 26-50 years old (46.82%), civil servant (48.98%) and High school education or equivalent (40.82%). Respondents knowledge/ understanding of herbal medicine in general is high (good), with an average score of respondents obtained, amounting to 78.37%. Patients wanted to eat/ pick herbs 72.45% with the results of the chi square test 0.002 of value can be said to exist a relationship influences patient understanding about herbal medicines to patient willing herbs. Patient characteristics have an influence on the understanding of herbal medicine, evidenced by the chi-square value < 0.05 for gender, age, education, and occupation

Key words : knowledge, reason of selection, herbal medicine

(26)

1

BAB I PENGANTAR

A. Latar Belakang

Saat ini penggunaan obat herbal dalam pengobatan komplementer dan

alternatif di Indonesia semakin popular dengan bukti-bukti empiris dan dukungan

ilmiah yang semakin banyak terhadap khasiat herbal sehingga banyak digunakan

oleh masyarakat untuk pencegahan dan pengobatan berbagai penyakit, termasuk

penyakit-penyakit berat seperti kanker, diabetes mellitus, jantung, hipertensi,

stroke, hepatitis dan AIDS (Harmanto,2007).

Obat herbal dapat didefinisikan sebagai produk obat jadi dalam kemasan

akhir yang diberi penandaan, mengandung zat aktif yang berasal dari bagian

tanaman diatas atau dibawah tanah, atau bagian tanaman lainnya, atau kombinasi

dari bagian-bagian tersebut, baik dalam bentuk yang belum diolah maupun bentuk

preparat (Hartadi, 2012).

Persepsi masyarakat beragam tentang obat tradisional ada yang fanatik

percaya dan ada yang tidak, bagi yang fanatik percaya dengan obat tradisional

mengganggap bahwa yang berasal dari alam pasti baik dan aman sehingga

menggunakan obat tradisional bertahun-tahun, sebaliknya bagi yang tidak percaya

menganggap obat tradisional tidak semanjur obat modern dan bentuk serta

kemasaan obat tradisional yang tidak meyakinkan (Hakim, 2002).

Obat herbal dapat memberikan manfaat jika tepat penggunaannya baik

(27)

pemaparan diatas maka tidak sedikit rumah sakit yang berminat untuk

pengembangkan layanannya pada pengobatan herbal, salah satunya adalah Rumah

Sakit Umum Pusat Dr. Sardjito Yogyakarta.

Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Sardjito,

responden yang dipilih adalah pasien poliklinik penyakit dalam karena persentase

jumlah pasien poliklinik penyakit dalam paling banyak dari jumlah keseluruhan

pasien rawat jalan, dengan batasan usia diatas 17 tahun.

1. Permasalahan

a. Seperti apakah deskripsi karakteristik, tingkat pemahaman, dan alasan

membeli dari para pasien poliklinik penyakit dalam di Rumah Sakit Dr.

Sardjito terhadap obat herbal?

b. Apakah ada hubungan pengaruh karakteristik pasien dengan tingkat

pemahaman pasien tentang obat herbal?

2. Keaslian penelitian

Penelitian sejenis pernah dilakukan, yaitu “Kajian Pengetahuan dan Alasan

Pemilihan Obat Herbal pada Pasien Geriatri di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta”

(Noviana, 2011). Penelitian Noviana (2011) ini lebih menitikberatkan pada

persentase hasil dari kajian pengetahuan dan alasan pemilihan obat herbal saja,

sedangkan penelitian yang peneliti lakukan lebih menitikberatkan pada hubungan

antara karakteristik pasien poliklinik penyakit dalam di RSUP Dr. Sarjito dengan

(28)

3

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian non eksperimental dengan

rancangan deskriptif teknik sampling kuota secara nonprobability sampling

menggunakan kuesioner. Subjek penelitian yang digunakan adalah pasien

penyakit dalam di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta dengan judul “Studi

Pemahaman Pasien Penyakit Dalam RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta terhadap Obat

Herbal”. Penelitian ini belum pernah diteliti sebelumnya.

3. Manfaat penelitian

a. Manfaat teoritis

1) Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah ilmu

pengetahuan di bidang kefarmasian tentang obat herbal.

2) Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran tingkat

pemahaman dan alasan penggunaan obat herbal.

b. Manfaat praktis

1) Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan untuk mengetahui

pemahaman pasien penyakit dalam terhadap produk tradisional.

2) Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan Rumah

Sakit Dr. Sardjito dalam pengembangan layanan poliklinik herbal di

(29)

B. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Untuk mengetahui deskripsi karakteristik, tingkat pemahaman, dan alasan

pasien mau menggunakan obat herbal, dari para pasien poli penyakit

dalam di Rumah Sakit Dr. Sardjito, terhadap produk tradisional atau

produk herbal.

2. Tujuan khusus

Untuk mengetahui apakah ada hubungan pengaruh karakteristik pasien

(30)

5 BAB II

PENELAAHAN PUSTAKA

A. Obat Herbal

Obat herbal Indonesia selama ini lebih dikenal dengan nama jamu dan izin

dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (Badan POM) RI juga mengolongkan

dalam jamu. Jamu sendiri identik dengan serbuk yang harus diseduh dan terasa

pahit sehingga sebagian masyarakat modern merasa tidak nyaman dan bahkan

terkesan kuno. Menyadari hal ini, maka produsen jamu mulai membuat inovasi

dengan memproduksi jamu dalam bentuk kapsul atau tablet dan sekarang dikenal

dengan obat herbal.

Sesuai dengan Keputusan Badan POM RI No. 00.05.4.2411 tahun 2004,

berdasarkan cara pembuatan serta jenis klaim penggunaan dan tingkat pembuktian

khasiat, Obat Bahan Alam Indonesia dikelompokkan menjadi tiga jenis yaitu:

1. Jamu, yang merupakan obat tradisional warisan nenek moyang.

2. Obat herbal terstandart, yang dikembangkan berdasarkan bukti-bukti ilmiah dan uji pra klinik serta standarisasi bahan baku.

3. Fitofamaka, yang dikembangkan berdasarkan uji klinik, standarisasi bahan baku dan sudah bisa diresepkan dokter. Khusus fitofarmaka, konsepnya

tidak berbeda dengan obat modern karena merupakan obat yang berasal

dari tanaman dan telah melalui prosedur uji pra klinik persyaratan formal

(31)

Beberapa kendala yang menghambat perkembangan jamu dan obat herbal

di Indonesia adalah:

(1) Pengolahan bahan jamu/herbal yang belum terstandar, terutama mutu.

(2) Industri jamu/obat herbal kadang tidak jujur dengan menambahkan

bahan-bahan kimia ke dalam produknya sehingga sering menimbulkan efek

samping yang tidak dikehendaki.

(3) Kurangnya penelitian ilmiah dan dukungan pemerintah terus-menerus.

(4) Sebagian masyarakat tidak tahan dengan rasa pahit dan aroma tidak enak.

(5) Masyarakat terbiasa mengkonsumsi sesuatu yang bisa dirasakan secara

instan (seketika).

(6) Tidak semua bahan baku obat herbal dibudidayakan secara serius.

(7) Sulitnya meraih kepercayaan masyarakat karena belum dilakukan

penelitian ilmiah secara menyeluruh.

(8) Biaya penelitian untuk uji pra klinik dan uji klinik sangat mahal sehingga

menjadi kendala utama bagi industri jamu yang kebanyakan merupakan

industri kecil dan menengah (Harmanto dan Subroto, 2007).

Dengan perkembangan masyarakat, akhir-akhir ini pengobatan alternatif

atau ramuan trasional mulai diminatai. Dimana-mana mulai banyak bermunculan

klinik-klinik pengobatan tradisional yang sangat diminati oleh masyarakat luas

masyarakat mulai menyadari obat tradisional tidak kalah hebat dengan obat

modern. Ada pula sebagian golongan masyarakat yang bersifat lebih bijak dan

realistis, yaitu dengan tetap melakukan diagnosa medis dan ingin tahu proses

(32)

7

pengobatannya menggunakan obat tradisional/herbal (Harmanto dan Subroto,

2007).

Dari literatur yang sudah ada, sesungguhnya herbal Indonesia sangat

potensial mengatasi aneka macam penyakit terutama bila benar cara

pengolahannya, tepat cara penggunaan maupun dosisnya serta selalu dilakukan

pemantauan untuk megnetahui proses kesembuhannya. Sinergi pengalaman

empiris dan penelitian ilmiah tentang khasiat dan manfaat herbal akan menjadi

bukti yang kuat keberhasilan obat herbal yang relatif kecil efek sampingnya. Hal

ini akan meningkatkan pula kepercayaan masyarakat untuk tidak ragu lagi

menggunakan warisan nenek moyang, yakni obat herbal (Harmanto dan Subroto,

2007).

B. Pemahaman

Pemahaman adalah proses perbuatan atau cara memahami dan

memahamkan. Menurut Bloom, pemahaman merupakan kemampuan untuk

menangkap arti dari apa yang tersaji, kemampuan untuk menterjemahkan dari satu

bentuk ke bentuk yang lain dalam kata-kata, angka ataupun interpretasi berbentuk

(33)

C. Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan

pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca

indra manusia, yakni indra penglihatan, indra pendengaran, indra penciuman,

indra rasa dan indra raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui

mata (indra penglihatan) dan telinga (indra pendengaran). Pengetahuan juga dapat

diperoleh melalui pendidikan, pengalaman diri sendiri, pengalaman orang lain,

media masa maupun lingkungan. Pengetahuan diperlukan sebagai dorongan psikis

dalam menumbuhkan rasa percaya diri maupun dorongan sikap dan perilaku

setiap hari sehingga dapat dikatakan bahwa pengetahuan merupakan stimulus dan

merupakan domain yang sangat penting terhadap tindakan seseorang

(Notoatmodjo, 2003).

Pengetahuan juga dapat diartikan sebagai sekumpulan informasi yang

dipahami yang dapat diperoleh dari proses belajar selama hidup dan dapat

dipergunakan sewaktu-waktu sebagai alat penyesuaian diri baik terhadap diri

sendiri maupun lingkungannya (Supriyadi, 1993).

1. Proses adopsi perilaku

Dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang

didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang

tidak disadari oleh pengetahuan, sebelum orang mengadopsi perilaku

baru (berperilaku baru) di dalam diri orang tersebut terjadi proses yang

(34)

9

a. Awareness (kesadaran), yakni orang tersebut menyadari dalam arti

mengetahui stimulus (objek) terlebih dahulu.

b. Interest,yakni orang mulai tertarik kepada stimulus.

c. Evaluation, yakni menimbang-nimbang baik dan tidaknya stimulus

tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah lebih

baik lagi.

d. Trial, yakni orang mulai mencoba perilaku baru

e. Adaption, yakni subjek telah berperilaku baru sesuai dengan

pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus.

Namun demikian dari penelitian selanjutnya Rogers menyimpulkan

bahwa perubahan perilaku tidak selalu melewati tahap-tahap di atas.

Apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku melalui proses

seperti ini didasari oleh pengetahuan, kesadaran dan sikap yang positif,

maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng (long lasting).

Sebaliknya apabila perilaku itu tidak didasari oleh pengetahuan dan

kesadaran maka tidak akan berlangsung lama (Notoatmodjo, 2003).

2. Tingkat pengetahuan di dalam domain kognitif

Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai

enam tingkat :

a. Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah

dipelajari sebelumnya, termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini

(35)

seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.

Oleh sebab itu, tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang

paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu

tentang apa yang diperlajari antara lain: menyebutkan,

menguraikan, mendefinisikan, menyatakan, dan sebagainya.

b. Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk

menjelaskan secara benar tentang obyek yang diketahui, dan dapat

menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah

paham terhadap obyek atau materi harus dapat menjelaskan,

menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya

terhadap objek yang dipelajari.

c. Aplikasi (Application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan

materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real

(sebenarnya). Aplikasi di sini dapat diartikan sebagai aplikasi atau

penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, dan sebagainya dalam

konteks atau situasi yang lain.

d. Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi

atau suatu obyek ke dalam komponen-komponen tetapi masih di

(36)

11

lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata

kerja, seperti dapat menggambarkan (membuat bagan),

membedakan, memisahkan dan mengelompokkan.

e. Sintesis (Synthesis)

Sintesis menunjuk suatu kemampuan untuk meletakan atau

menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan

yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan

untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.

f. Evaluasi (Evaluation)

Berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi

atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian

itu didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau

menggunakan kriteria yang telah ada.

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket

yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subyek penelitian atau

responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat

kita sesuaikan dengan tingkatan-tingkatan di atas (Notoatmodjo, 2003).

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan

Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan antara lain:

a. Pendidikan

Yaitu untuk memberikan pengetahuan sehingga terjadi perubahan

(37)

mempunyai pendidikan lebih tinggi akan lebih mudah menerima

informasi yang disampaikan oleh tenaga kesehatan. Artinya, ia

dapat mengadopsi inovasi dengan cepat dibandingkan dengan

orang berlatar belakang pendidikan rendah yang cenderung sulit

untuk mengetahui atau mengikuti informasi yang tersedia dengan

keterbatasan pengetahuan (Notoatmojo, 2003).

b. Umur

Sistem pendidikan bertambah maju seiring perkembangan zaman,

sehingga orang muda yang sudah matang pemikirannya akan lebih

berpendidikan jika meningkatkan pengetahuannya. Artinya

semakin matang umur, maka kesempatan untuk memperoleh

pengetahuan melalui pendidikan semakin banyak sehingga

pengetahuan bertambah (Barnet, 2000).

c. Informasi

Seseorang yang mempunyai sumber informasi yang lebih banyak

akan mempunyai pengetahuan yang lebih luas (Soekanto, 2002).

d. Pengalaman

Sesuatu yang pernah dialami seseorang akan menambah

pengetahuan tentang suatu yang bersifat non formal (Soekanto,

(38)

13

e. Sosial Ekonomi

Tingkat kemampuan seseorang untuk memenuhi kebutuhan hidup

(Soekanto, 2002).

f. Budaya

Tingkah laku manusiawi atau kelompok manusia dalam memenuhi

kebutuhan yang meliputi sikap dan kepercayaan (Soekanto, 2002).

D.Sikap

Sikap pada awalnya diartikan sebagai suatu syarat untuk munculnya suatu

tindakan. Konsep itu kemudian berkembang semakin luas dan digunakan untuk

menggambarkan adanya suatu niat yang khusus atau umum, berkaitan dengan

kontrol terhadap respon pada keadaan tertentu maupun menilai atau menanggapi

sesuatu (Azwar, 1995). Berkman dan Gilson (1981) mendefinisikan sikap adalah

evaluasi individu yang berupa kecenderungan (inclination) terhadap berbagai

elemen di luar dirinya. Allfort (dalam Assael, 1984) mendefinisikan sikap adalah

keadaan siap (predisposisi) yang dipelajari untuk merespon objek tertentu yang

secara konsisten mengarah pada arah yang mendukung (favorable) atau menolak

(unfavorable).

Hawkins, dkk. (1986) menyebutkan, sikap adalah pengorganisasian secara

ajeg dan bertahan (enduring) atas motif, keadaan emosional, persepsi dan

proses-proses kognitif untuk memberikan respon terhadap dunia luar.

Azwar (1995), menggolongkan definisi sikap dalam tiga kerangka

(39)

1. Pertama, kerangka pemikiran yang diwakili oleh para ahli psikologi

seperti Louis Thurstone, Rensis Likert dan Charles Osgood. Menurut

mereka sikap adalah suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan.

Berarti sikap seseorang terhadap suatu objek adalah perasaan

mendukung atau memihak (favorable) maupun perasaan tidak

mendukung atau tidak memihak (unfavorable) pada objek tersebut.

2. Kedua, kerangka pemikiran ini diwakili oleh ahli seperti Chief,

Bogardus, LaPierre, Mead dan Gordon Allport. Menurut kelompok

pemikiran ini sikap merupakan semacam kesiapan untuk bereaksi

terhadap suatu objek dengan cara-cara tertentu. Dapat dikatakan bahwa

kesiapan yang dimaksudkan merupakan kecenderungan yang potensial

untuk bereaksi dengan cara tertentu apabila individu dihadapkan pada

suatu stimulus yang menghendaki adanya respon.

3. Ketiga, kelompok pemikiran ini adalah kelompok yang berorientasi

pada skema triadik (triadic schema). Menurut pemikiran ini suatu

sikap merupakan konstelasi komponen kognitif, afektif dan konatif

yang saling berinteraksi di dalam memahami, merasakan dan

berperilaku terhadap suatu objek.

Tingkatan sikap menurut Notoatmodjo (2003) adalah sebagai berikut:

1) Menerima (Receiving)

Menerima dapat diartikan bahwa orang (subjek) mau dan

(40)

15

2) Merespon (Responding)

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan, dan

menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap.

Karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau

mengerjakan tugas yang diberikan, terlepas dari pekerjaan itu benar

atau salah, adalah berarti bahwa orang menerima ide tersebut.

3) Menghargai (Valuing)

Indikasi sikap tingkat ketiga adalah mengajak orang lain untuk

mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah.

4) Bertanggung-jawab (Responsible)

Sikap yang paling tinggi adalah tanggung-jawab atas segala sesuatu

yang telah dipilihnya dengan segala resiko.

Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung atau tidak langsung.

Secara langsung dapat ditanyakan bagaimana pendapat atau pernyataan responden

terhadap suatu objek, sedangkan secara tidak langsung dapat dilakukan dengan

pernyataan-pernyataan hipotesis, kemudian ditanyakan pendapat responden

(Azwar, 1995).

E. Keterangan Empiris

Penelitian ini diharapkan dapat memberi gambaran mengenai pemahaman

terhadap produk obat herbal dan latar belakang pemilihan obat herbal pada pasien

(41)

16

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian berjudul “Studi Pemahaman Pasien Penyakit dalam Rumah

Sakit Umum Pusat Dr. Sardjito Yogyakarta Terhadap Obat Herbal periode Juli

2010” ini termasuk jenis penelitian non eksperimental dengan rancangan

penelitian deskriptif, yaitu mengumpulkan data mengenai faktor-faktor yang

merupakan pendukung terhadap aspek keamanan, khasiat, dan mutu obat

tradisional, kemudian dianalisis untuk dicari peranannya sejauh mana pasien

Penyakit Dalam RSUP Dr. Sardjito memahami tentang obat herbal.

B. Variabel Penelitian

Variabel pada penelitian ini adalah: karakteristik responden, pemahaman

responden terhadap obat herbal, alasan pemilihan atau mau mengkonsumsi obat

herbal oleh responden.

C. Definisi Operasional

1. Karakteristik responden adalah data pribadi responden yang meliputi

(42)

17

2. Alasan pemilihan adalah faktor-faktor yang melatarbelakangi suatu

pemilihan, yang bisa dipengaruhi oleh faktor kebudayaan, sosial, pribadi

dan psikologis.

3. Pemahaman responden adalah gambaran subyektif internal seseorang

dalam bentuk pendapat terhadap suatu hal yang dilihat, didengar dan

dirasakan sehingga mampu untuk mengartikan dan menjelaskan dengan

baik dan benar tentang obat herbal.

4. Obat tradisional adalah obat dengan bahan berupa bahan tumbuhan segar

ataupun simplisia yang dibuat dengan cara diramu sehingga dihasilkan

jamu berbentuk cairan ataupun serbuk kering, tablet.

5. Pengetahuan atau pemahaman dikatakan baik jika skor jawaban responden

> 75%

6. Pengetahuan atau pemahaman dikatakan kurang baik jika skor jawaban

responden < 40%

D. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah pasien penyakit dalam di RSUP Dr.

Sardjito Yogyakarta. Dalam penelitian ini subjek penelitian disebut responden.

Responden harus memenuhi kriteria-kriteria yang menjadi batasan dalam

penelitian. Kriteria inklusi adalah responden yang berumur diatas 17 tahun baik

laki-laki maupun perempuan yang periksa di Poliklinik Penyakit Dalam RSUP Dr.

Sardjito Yogyakarta pada periode bulan Juli 2010, pernah mengkonsumsi obat

(43)

adalah pasien Poliklinik Penyakit Dalam di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta yang

dalam pengisian kuesioner tidak terisi penuh/tidak lengkap.

E. Besar Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi yang diambil secara random dan

bersifat representative (mewakili) (Praktiknya, 2001). Jumlah sampel yang

digunakan didapatkan dari hasil sampling. Berdasarkan data kunjungan pasien

instalasi rawat jalan sub instalasi penyakit dalam RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta,

jumlah pasien rata-rata yang periksa di Poliklinik Penyakit Dalam RSUP Dr.

Sardjito Yogyakarta pada bulan Januari-Juni 2010 sebanyak 800 pasien.

Jumlah sampel pada penelitian ini dapat ditentukan dengan menggunakan

rumus berikut (Notoatmodjo, 2002) : (Rumus di mana populasi < 10000)

n = N

1 + N (d2)

n= besar sampel yang diambil

N= besar populasi

d= tingkat signifikansi (10%)

Perhitungan jumlah sampel yang diambil:

n = N

1 + N (d2)

= 800 = 88,88 pasien = 89 pasien

(44)

19

Untuk mengatasi dropped out maka jumlah sampel ditambah 10% dari

jumlah sampel awal, sehingga jumlah sampel yang diambil dalam penelitian ini

menjadi 98 pasien. Teknik sampling yang digunakan pada penelitian ini adalah

teknik sampling kuota secara nonprobability sampling. Sampling kuota adalah

teknik untuk menentukan sampel dari populasi yang mempunyai ciri-ciri tertentu

sampai jumlah (kuota) yang diinginkan (Sugiyono, 2008). Nonprobability

sampling adalah teknik pengambilan sampel yang tidak memberi

peluang/kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih

menjadi sampel (Sugiyono, 2008). Pada penelitian ini, peneliti hanya mengambil

data dari sampel yang ditemui secara kebetulan di Poliklinik Penyakit Dalam

RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta yang memenuhi kriteria yang sudah ditentukan

dan bersedia mengikuti kegiatan pada penelitian ini.

F. Waktu Penelitian

Pengambilan data dilakukan pada bulan Juli 2010 pada hari kerja di

Poliklinik Penyakit Dalam RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta, yaitu selama 25 hari

pada jam 08.00 hingga 12.00 WIB, namun bila masih ada pasien yang datang

untuk periksa di Poliklinik Penyakit Dalam RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta maka

peneliti tetap melanjutkan pengambilan data.

G. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Poliklinik Penyakit Dalam RSUP Dr. Sardjito

(45)

H. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah kuesioner. Kuesioner

adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi

dari responden dalam arti laporan tentang hal-hal yang seseorang ketahui

(Arikunto, 2006).

Kuesioner ini terdiri dari tiga bagian yang berisi pertanyaan yang mengacu

pada permasalahan penelitian ini. Pada bagian pertama dari kuesioner merupakan

jenis pertanyaan terbuka yang berisi pertanyaan mengenai karakteristik responden

(seperti umur, jenis kelamin, pekerjaan dan tingkat pendidikan). Disebut

pertanyaan terbuka karena jawaban tidak disediakan dan responden harus mengisi

sendiri.

Pada bagian kedua dari kuesioner berisi pernyataan untuk mengetahui

pemahaman responden terhadap obat herbal. Dipandang dari cara menjawab

merupakan kuesioner tertutup karena telah disediakan jawabannya sehingga

responden memilih salah satu jawaban pada setiap pernyataan tersebut.

Pernyataan yang ada pada bagian kedua dari kuesioner penelitian ini

menggunakan skala Likert sebagai metode penskalaan pernyataan sikap yang

menggunakan distribusi respon sebagai dasar penentuan nilai skalanya. Setiap

butir pernyataan diberikan empat alternatif jawaban, yaitu: sangat setuju (SS),

setuju (S), tidak setuju (TS) dan sangat tidak setuju (STS). Responden wajib untuk

(46)

21

peneliti melihat kecenderungan jawaban dengan menjumlahkan persentase

jawaban responden, yaitu SS + S dan ST + STS. Didapat jawaban responden

lebih dari 75% benar sesuai dengan acuan yang ada maka secara umum

pemahaman responden dapat disimpulkan sudah baik.

Pernyataan yang ada pada bagian kedua dari kuesioner terdiri atas dua

sifat, yaitu: favorable dan unfavorable. Pernyataan favorable adalah suatu

pernyataan yang berisi hal-hal positif mengenai objek sikap, yaitu berisi

pernyataan yang mendukung atau yang memihak pada objek sikap. Sebaliknya,

suatu pernyataan sikap dapat pula berisi hal-hal negatif mengenai objek sikap

(sifatnya tidak memihak atau tidak mendukung atau kontra terhadap objek sikap

yang hendak diungkap) disebut dengan pernyataan unfavorable (Azwar, 1995).

Pada bagian ketiga dari kuesioner merupakan jenis pertanyaan semi

terbuka yang berisi pertanyaan-pertanyaan untuk mengetahui faktor-faktor apa

saja yang melatarbelakangi atau alasan responden memilih obat herbal. Disebut

pertanyaan semi terbuka karena pertanyaan yang pilihan jawaban yang dapat diisi

sendiri oleh responden atau berupa alasan yang dapat diisi bebas oleh responden.

I. Tata Cara Penelitian

Suatu penelitian yang baik, harus dilakukan dengan urutan

langkah-langkah yang sistematis. Adapun skema langkah-langkah-langkah-langkah penelitian ini dapat

(47)

Gambar 1. Skema Tata Cara Penelitian

 Pengujian dengan Chi-square (Crosstab)

Analisis dan Intepretasi Data Pemahaman dan Alasan pemilihan

Kesimpulan dan Saran

(Studi Pemahaman dan alasan pemilihan obat herbal Pasien Poliklinik Penyakit Dalam RSUP Dr. Sardjito)

(48)

23

1. Studi pustaka

Peneliti memulai dengan studi pustaka seperti membaca literatur-literatur

yang ada mengenai obat tradisional khususnya obat herbal, peraturan yang

terkait obat herbal meliputi keamanan, khasiat, dan mutu obat herbal,

metodologi penelitian, pembuatan kuesioner dan perhitungan menggunakan

statistik yang diperlukan. Hal ini dilakukan agar dalam pelaksanaannya peneliti

dapat meminimalkan atau bahkan meniadakan kesalah pahaman tentang

pengetahuan obat herbal.

2. Analisis situasi

a. Penentuan lokasi penelitian

Lokasi penelitian yang ditentukan oleh peneliti, yaitu Poliklinik

Penyakit Dalam RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. RSUP Dr. Sardjito

Yogyakarta dipilih sebagai lokasi penelitian karena RSUP Dr. Sardjito

Yogyakarta, yang sedang mengembangkan Poliklinik Herbal.

b. Perijinan

Sebelum dilakukan penelitian dilakukan perijinan. Perijinan dimulai

dari Sekretariat Kampus kepada bagian Diklit RSUP Dr. Sardjito yang

akan diteruskan ke Poliklinik Penyakit Dalam RSUP Dr. Sardjito

Yogyakarta. Disamping melakukan perijinan, peneliti juga mencari

(49)

c. Penentuan sampel penelitian

Sesuai dengan perhitungan, minimal besar sampel atau subyek

penelitian adalah 98 pasien.

3. Pengujian instrumen penelitian (kuesioner)

Kuesioner dibuat setelah melakukan observasi dan membaca literatur.

Pertanyaan dalam kuesioner dibuat dengan tujuan penelitian yang terbagi

menjadi 3 bagian, yaitu pertanyaan terbuka, tertutup, dan semi terbuka, yang

berupa karakteristik responden (nama, jenis kelamin, umur, pendidikan

terakhir, pekerjaan, alamat tempat tinggal dan riwayat penyakit), pemahaman

responden terhadap obat herbal dan faktor-faktor apa yang melatar belakangi

atau alasan responden dalam mau menggunakan obat herbal.

4. Uji pemahaman bahasa, uji validitas dan uji reliabilitas

Setelah kuesioner dibuat, dilakukan uji pemahaman bahasa, uji validitas

dan uji reliabilitas terhadap kuesioner tersebut. Uji-uji tersebut telah dilakukan

sebanyak tiga kali, untuk setiap uji baik uji pemahaman bahasa, uji validitas

dan uji reliabilitas dilakukan pada 30 responden dengan karakteristik mirip

dengan responden namun di luar daerah uji. Hasil uji ketiga sebanyak 30

responden karena uji realibitas dan validitas memenuhi maka data digunakan

(50)

25

5. Hasil uji instrumen penelitian

a. Uji pemahaman bahasa

Uji pemahaman bahasa dilakukan kepada 30 item pertanyaan yang ada

pada kuesioner. Setelah diujikan terdapat 9 pertanyaan yang tidak dapat

dipahami atau kurang dimengerti oleh responden. Oleh karena itu, peneliti

melakukan penyebaran kuesioner kembali dengan menggunakan 21

pertanyaan kepada 30 responden yang berbeda, hasilnya ada 1 pertanyaan

yang tidak valid sehingga peneliti menggunakan 20 pertanyaan untuk

mengetahui pemahaman responden berjumlah 98 responden, 20

pertanyaan tentang pengetahuan obat herbal dirasa cukup untuk

mengetahui pengetahuan responden.

b. Uji validitas

Tahapan pengujian validitas kuesioner merupakan pengukuran data

dari hasil kuesioner uji-coba (try-out/pre-test) yang telah diisi oleh para

responden sebanyak 30 orang. Data dari kuesioner tersebut disusun dan

diuji validitasnya, apakah data tersebut valid atau tidak valid. Apabila

terdapat data yang tidak valid, maka data tersebut diulang apakah

jawabannya sesuai dengan yang ada di lapangan atau butir-butir dalam

kuesioner tersebut mengikut petunjuk yang telah ditetapkan. Berikut

adalah tahapan dalam melakukan pengujian validitas:

1) Menentukan nilai r tabel

Dari tabel r untuk korelasi pearson product moment untuk n = 30

(51)

Selanjutnya, angka 0,361 akan dipakai sebagai uji validasi terhadap

butir-butir kuesioner.

2) Mencari r hitung

Untuk mencari r hitung dari semua butir kuesioner ditunjukkan

pada kolom Tabel I, makaterdapat nilai-nilai angka dari setiap butir. 3) Pengambilan keputusan

Dasar dalam pengambilan menentukan butir kuesioner tersebut

valid atau tidak valid adalah sebagai berikut:

a) Data valid apabila r hasil > 0,361 dan r hasil signifikan.

b) Data tidak valid apabila r hasil ≤ 0,361 dan r hasil tidak

signifikan.

Tabel I. Hasil Uji Validitas Kuesioner Pemahaman Responden tentang Obat Herbal secara Umum

(52)

27

Dari hasil pengujian validitas kuesioner dengan menggunakan uji

korelasi Produk Momen Pearson dapat disimpulkan bahwa dari 30 item

pernyataan yang diuji-cobakan, yang dinyatakan valid sebanyak 20 item

pernyataan, karena 20 item pernyataan ini memiliki nilai r hitung yang lebih

besar atau sama dengan nilai r tabel 0,361 (dengan N sebanyak 30 dan

tingkat kepercayaan 95% atau taraf kesalahan 0,05), sedangkan 10 item

pernyataan yang dikatakan invalid (gugur) yang tidak akan dipakai lagi

dalam penyebaran kuesioner berikutnya (direduksi).

c. Uji reliabilitas

Setelah dilakukan uji validitas, kemudian dilanjutkan dengan uji

reliabilitas. Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana

suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan (Notoatmodjo,

2002). Uji reliabilitas digunakan untuk menunjukkan sejauh mana

konsistensi instrumen pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini

(kuesioner). Suatu kuesioner dikatakan reliabel bila memberikan hasil

score yang konsisten pada setiap pengukuran. Suatu pengukuran kuesioner

tidak bisa dikatakan valid bila tidak reliabel (Uyanto, 2009). Apabila

kereliabilitasan suatu instrumen penelitian tinggi hal ini berarti instrumen

penelitian tersebut layak untuk digunakan dalam penelitian di waktu dan

tempat yang berbeda. Uji reliabilitas terhadap kuesioner dalam penelitian

ini juga hanya dilakukan pada bagian kedua dari kuesioner, yaitu

(53)

pengujian reliabilitas isi kuesioner menggunakan Tes Total Item-

Corrected Correlation.

Salah satu koefisien reliabilitas yang sering digunakan pada uji

reliabilitas adalah Alpha Cronbach. Skala pengukuran yang reliabel

sebaiknya memiliki nilai Alpha Cronbach minimal 0,70 (Uyanto, 2009).

Semakin besar nilai Alpha Cronbach yang didapat, maka semakin reliabel

instrumen tersebut (Azwar, 2003). Pada penelitian ini didapatkan nilai

Alpha Cronbach untuk keseluruhan skala pengukuran sebesar 0,886,

sehingga dapat disimpulkan bahwa pernyataan pada bagian kedua

kuesioner penelitian ini memiliki reliabilitas yang baik, ditunjukkan

dengan nilai Alpha Cronbach lebih besar dari 0,70.

6. Analisis hasil

a. Perhitungan persentase profil responden

Pengolahan data kualitatif dianalisis dengan metode statistik

deskriptif. Data berupa profil karakteristik responden, profil pemahaman

responden terhadap obat herbal dan profil faktor-faktor apa saja yang

melatarbelakangi atau alasan responden dalam pemilihan obat herbal.

Metode statistik yang digunakan adalah dengan teknik perhitungan

persentase yang ditampilkan dalam bentuk tabel dan diagram.

(54)

29

P : persentase jawaban (dalam %) A : jumlah jawaban yang sejenis B : jumlah responden total

b. Uji chi-square (crosstab)

Uji chi-square (crosstab) (Ghozali, 2009) digunakan untuk

mengetahui apakah variabel-variabel penelitian berupa karakteristik

responden, pemahaman dan faktor-faktor apa saja yang melatarbelakangi

atau alasan responden dalam pemilihan obat herbal, mempunyai hubungan

pengaruh atau tidak. Untuk mengetahui hal tersebut, variabel-variabel

tersebut harus diuji dengan menggunakan uji χ2 pada taraf signifikansi

0,05. Jika χ2hitung (χ2 hasil analisis) bertaraf signifikansi (p) lebih kecil atau

sama dengan 0,05, berarti hubungan variabel-variabel tersebut adalah

hubungan pengaruh yang kuat. Jika χ2hitung bertaraf signifikansi (p) lebih

besar atau sama dengan 0,05 berarti hubungan variabel-variabel tersebut

adalah hubungan pengaruh yang lemah.

7. Pembahasan data dan kesimpulan

Pembahasan dibuat berdasarkan analisis data yang diperoleh dari tahap

sebelumnya dan dikaitkan dengan acuan yang telah ada, sehingga dapat diketahui

karakteristik responden dan sejauh mana pengetahuan responden terhadap obat

(55)

Selain itu dapat mengetahui adanya hubungan pengaruh atau tidak antara

karakteristik responden, pemahaman dan faktor-faktor apa saja yang

melatarbelakangi atau alasan responden dalam pemilihan obat herbal.

J. Keterbatasan Penelitian

Bias yang mungkin timbul pada penelitian ini disebabkan karena pada

kuesioner 20 pertanyaan tertutup tidak diberikan pilihan jawaban „tidak tahu‟ dan

adanya beberapa responden yang bersedia diikutsertakan dalam penelitian namun

mengalami kesulitan membaca kuesioner karena kemampuan pengelihatannya

sudah berkurang untuk mengatasi atau menimimalisir peneliti membantu

responden dalam membaca.

Dalam pertanyaan pengetahuan tentang obat herbal pada bagian kedua

merupakan pertanyaan tertutup dimana jawaban telah disediakan namun jika

(56)

31

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Karakteristik Responden

Pada penelitian ini peneliti melihat dari beberapa aspek karakteristik

responden yaitu: jenis kelamin, usia, pendidikan dan jenis pekerjaan. Tujuan

penelitian karakteristik responden adalah untuk mendapatkan gambaran tentang

profil pasien Poliklinik Penyakit Dalam di RSUP Dr. Sadjito Yogyakarta.

1. Jenis kelamin

Berdasarkan hasil penelitian dari 98 responden menunjukkan bahwa

sebagian besar responden adalah perempuan dengan persentase sebesar 56,12%

(55 responden) dan sisanya adalah laki-laki sebesar 43,88% (43 responden).

Gambar 2. Karakteristik Jenis Kelamin Responden

Hal ini sesuai dengan pernyataan dari Sarwono (2007) yang mengatakan

bahwa perempuan lebih peduli terhadap kesehatannya sendiri dan kesehatan

keluarganya. Hasil pada penelitian ini menunjukkan bahwa kaum perempuan

(57)

2. Usia

Usia sangat berpengaruh terhadap banyaknya pengalaman seseorang

dalam melakukan pengobatan (Holt dan Hall, 1990). Pada penelitian ini

ditetapkan subjek penelitian yang diteliti adalah subjek penelitian yang berusia ≥

17 tahun dan dikelompokkan menjadi 3 kelompok.

Gambar 3. Karakteristik Usia Responden

Dapat dilihat pada Gambar diatas bahwa responden yang menggunakan

obat herbal terbanyak (46,94%) adalah yang berusia 26-50 tahun. Ini

menggambarkan bahwa responden dengan usia 26-50 tahun lebih mendapatkan

pengetahuan yang cukup tentang manfaat dan menggunakan obat herbal.

3. Pendidikan

Responden dalam penelitian ini memiliki tingkat pendidikan berbeda-beda

mulai dari SMP sampai sarjana (S2). Tingkat pendidikan tidak dijadikan kriteria

inklusi karena secara umum tingkat pendidikan akan mempengaruhi pengetahuan,

sikap dan tindakan seseorang terhadap kesehatan, salah satunya terhadap

penggunaan obat herbal. Hal ini sesuai dengan penyataan dari Holt dan Hall

(1990), tingkat pendidikan seseorang dalam hubungannya dengan sikap terhadap

kesehatan, termasuk dalam hal pengobatan sendiri merupakan salah satu faktor

(58)

33

terhadap berbagai informasi kesehatan yang ada di masyarakat. Maka tingkat

pendidikan responden penting untuk diketahui.

Gambar 4. Karakteristik Pendidikan Responden

Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa persentase terbesar adalah

responden dengan tingkat pendidikan terakhir lulusan SMA atau sederajat

(40,82%). Ini menunjukkan bahwa responden dengan pendidikan tinggi tidak

mudah terpengaruh dengan iklan obat di media dan lebih banyak membaca label

pada kemasan obat sebelum mengkonsumsi obat. Mereka juga lebih sering

menggunakan obat herbal dibandingkan dengan obat kimia, dengan demikian

akan mengurangi risiko efek samping dari obat kimia yang jauh lebih besar

dibandingkan obat herbal.

4. Pekerjaan

Jenis pekerjaan responden pada penelitian ini antara lain pensiunan, PNS

dan wiraswasta. Menurut Sarwono (2007), pekerjaan dapat mempengaruhi tingkat

sosial seseorang dan interaksi didalam kelompok sosial tersebut dapat

mempengaruhi cara pandang dan mempengaruhi keputusan yang akan diambil.

Dalam lingkungan pekerjaan dapat saling bertukar informasi tentang

(59)

pertimbangan tindakan mereka dalam memelihara kesehatan, salah satunya

dengan menggunakan obat herbal.

Gambar 5. Karakteristik Pekerjaan Responden

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 98 responden, jumlah

terbanyak 65,31% (64 responden) adalah Pegawai Negeri Sipil (PNS). Hal ini

disebabkan pasien Poliklinik Penyakit Dalam RSUP Dr. Sardjito sebagian besar

adalah PNS dengan memakai pelayanan AsKes menurut data dari bagian

pendaftaran.

B. Pengetahuan Responden tentang Obat Herbal

Berdasarkan hasil skor skala Likert dari kuesioner pengetahuan responden

98 responden, yang diolah dengan menggunakan statistik deskriptif maka

diperoleh hasil sebagai berikut.

Gambar 6. Pengetahuan Responden tentang Obat Herbal

Pengetahuan tentang obat herbal ini merupakan representasi jawaban dari

(60)

35

yang pengetahuannya sangat tinggi sejumlah 35,72%, yang pengetahuannya tinggi

sejumlah 32,65%, yang pengetahuannya sedang sejumlah 27,55% dan yang

pengetahuannya rendah sejumlah 4,08%. Semakin besar tingkat persetujuan

responden terhadap semua pernyataan kuesioner maka semakin tinggi pemahaman

responden (pasien) tentang obat herbal secara umum. (Harmanto dan Subroto,

2007). Menurut Pratomo cit Ganie tingkat pengetahuan dikatakan baik jika

jawaban responden > 75%, cukup baik 40% - 75%, kurang baik jika < 40%

1. Pengetahuan responden mengenai obat herbal yang merupakan bagian dari obat tradisional

Pernyataan ke-1 mengenai responden tahu obat herbal yang merupakan

bagian dari obat tradisonal.

Gambar 7.Pengetahuan Responden Mengenai Obat Herbal yang Merupakan Bagian dari Obat Tradisional

Hasil penelitian (Gambar 7) menunjukkan bahwa responden cenderung

menjawab setuju pada pernyataan bahwa obat herbal merupakan bagian dari

obat tradisional, dengan persentase sebesar 70,41% (69 responden). Hal ini

menunjukkan bahwa sebagian besar responden memahami bahwa obat herbal

(61)

Tahun 1992 tentang kesehatan Bab I Pasal 1 ayat (10), obat tradisional adalah

bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan

mineral, sediaan sarian (galenik) atau campuran dari bahan tersebut yang

secara turun temurun telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan

pengalaman, sedangkan menurut Syahputri (2007), obat herbal merupakan

produk obat jadi dalam kemasan akhir yang diberi penandaan yang

mengandung zat aktif yang berasal dari bagian tanaman. Oleh karena itu, obat

herbal masuk dalam bagian dari obat tradisional.

2. Pengetahuan responden mengenai definisi obat herbal

Pernyataan ke-2 responden tahu bahwa obat herbal merupakan produk

obat yang mengandung zat aktif dari bagian tanaman, didapat distribusi

jawaban dari 98 responden adalah sebagai berikut.

Gambar 8. Pengetahuan Responden Mengenai Definisi Obat Herbal

Dari hasil penelitianmenunjukkan bahwa responden cenderung menjawab

setuju pada pernyataan bahwa obat herbal merupakan produk obat jadi yang

mengandung zat aktif yang berasal dari bagian tanaman, dengan persentase

sebesar 78,57% (77 responden). Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar

(62)

37

mengandung zat aktif yang berasal dari bagian tanaman. Syahputri (2007)

mendefinisikan obat herbal sebagai berikut: produk obat jadi dalam kemasan

akhir yang diberi penandaan, mengandung zat aktif yang berasal dari bagian

tanaman diatas atau di bawah tanah, atau bagian tanaman lainnya, atau

kombinasi dari bagian-bagian tersebut, baik dalam bentuk yang belum diolah

maupun dalam bentuk preparat.

3. Pengetahuan responden mengenai keamanan obat herbal

Pernyataan ke-3 responden tahu bahwa obat herbal aman untuk

digunakan/dikonsumsi, didapat bahwa distribusi jawaban dari 98 responden

adalah sebagai berikut.

Gambar 9. Pengetahuan Responden bahwa Obat Herbal Aman untuk Digunakan/Dikonsumsi

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa responden dengan persentase

sebesar 68,37% (67 responden) cenderung menjawab setuju pada pernyataan

bahwa obat herbal aman untuk digunakan/dikonsumsi. Hal ini menunjukkan

bahwa mereka memahami bahwa obat herbal itu aman, namun dalam

penggunaannya harus tetap memperhatikan indikasi, kontraindikasi, dosis,

waktu konsumsi, cara penggunaan dan efek samping yang mungkin timbul

(63)

4. Pengetahuan responden mengenai khasiat obat herbal

Pernyataan ke-4 responden tahu bahwa obat herbal manjur untuk

digunakan/dikonsumsi, didapat distribusi jawaban dari 98 responden adalah

sebagai berikut.

Gambar 10. Pengetahuan Responden bahwa Obat Herbal Manjur untuk Digunakan/Dikonsumsi

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa responden dengan persentase

sebesar 69,39% (68 responden) cenderung menjawab setuju pada pernyataan

obat herbal manjur untuk digunakan/dikonsumsi. Hal ini menunjukkan bahwa

sebagian besar responden memahami bahwa obat herbal manjur untuk

digunakan, karena kemanjuran atau khasiat obat herbal telah dibuktikan dengan

pengujian serta adanya keterangan empiris (berdasarkan pengalaman turun

temurun).

5. Pengetahuan responden mengenai obat herbal teruji keamanan dan khasiatnya

Pernyataan ke-5 responden tidak tahu bahwa obat herbal sudah teruji

keamanan dan khasiatnya didapat distribusi jawaban dari 98 responden adalah

(64)

39

Gambar 11. Pengetahuan Responden bahwa Obat Herbal Sudah Teruji Keamanan dan Khasiatnya

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden

cenderung menjawab tidak setuju pada pernyataan tidak tahu bahwa obat

herbal sudah teruji keamanan dan khasiatnya, dengan persentase sebesar

69,39% (68 responden). Hal ini menunjukkan bahwa mereka telah memahami

bahwa obat herbal sudah teruji keamanan dan khasiatnya. Ini sesuai dengan

pernyataan Handayani dan Suharmiati (2002) yang menyatakan bahwa obat

herbal yang sudah memiliki izin edar, sebelum diedarkan ke masyarakat harus

memenuhi persyaratan keamanan dan khasiat sehingga setelah diedarkan di

masyarakat dapat dipastikan keamanan dan khasiatnya.

6. Pengetahuan responden mengenai kandungan obat herbal yang memiliki khasiat masing-masing

Pernyataan ke-6 responden tahu bahwa setiap kandungan yang ada pada

obat herbal memiliki khasiat masing-masing, diperlihatkan bahwa distribusi

(65)

Gambar 12. Pengetahuan Responden bahwa Setiap Kandungan yang Ada pada Obat Herbal Memiliki Khasiat Masing-Masing

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden

cenderung menjawab setuju pada pernyataan tersebut, dengan persentase

sebesar 72,45% (71 responden). Hal ini menunjukkan bahwa responden

memahami bahwa setiap kandungan yang ada pada obat herbal memiliki

khasiat masing-masing.

7. Pengetahuan responden mengenai efek samping obat herbal

Pernyataan ke-7 responden mengetahui dan memahami bahwa semua obat

herbal tidak memiliki efek samping yang berbahaya, didapat distribusi jawaban

dari 98 responden adalah sebagai berikut.

Gambar

Tabel I.     Hasil Uji Validitas Kuesioner Pemahaman Responden tentang
Gambar 1.   Skema Tata Cara Penelitian
Tabel I. Hasil Uji Validitas Kuesioner Pemahaman Responden
Gambar 2. Karakteristik Jenis Kelamin Responden
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian pemasaran itik (pedaging) ini analisis data yang dilakukan meliputi karakteristik usahatani itik pedaging, identitas peternak responden, identitas

Keterbatasan gerak sendi yang mula-mula adalah gangguan gerak fleksi, kemudian dalam keadaan lanjut terjadi gangguan ekstensi. Bila tidak diobati keterbatasan ini

Bagi Formulir Penjualan Kembali Unit Penyertaan MANDIRI INVESTA SYARIAH BERIMBANG yang telah dipenuhi sesuai dengan syarat dan ketentuan yang tercantum dalam Kontrak

Setelah pengukuran awal, aset keuangan tersedia untuk dijual diukur dengan nilai wajar dengan keuntungan atau kerugian yang belum direalisasi diakui dalam ekuitas sampai

Ada hubungan yang signifikan antara keterampilan metakognitif dengan hasil belajar kognitif mahasiswa program studi S1 PGSD pada perkuliahan Penelitian Tindakan

Kain yang cacat tidak dapat digunakan dalam proses produksi, kemudian seringkali menyebabkan perbedaan antara kartu stok dan stok bahan baku di gudang, karena ketika pegawai

Meskipun nilai coarseness cenderung naik yang mengindikasikan serat semakin kasar sehingga semakin mudah membentuk ikatan antar serat dan serat semakin kaku karena indeks

Berdasarkan hasil pengamatan sementara di lapangan, ada beberapa permasalahan kebahasaan yang perlu diteliti di wilayah Dukuh Karang Dadap Kecamatan Sirampog