• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ajaran Yohanes Paulus II tentang seksualitas untuk pendidikan moral seksualitas bagi kaum muda di Paroki Maria Bunda Pembantu Abadi, Tembesi, Batam - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Ajaran Yohanes Paulus II tentang seksualitas untuk pendidikan moral seksualitas bagi kaum muda di Paroki Maria Bunda Pembantu Abadi, Tembesi, Batam - USD Repository"

Copied!
154
0
0

Teks penuh

(1)

AJARAN YOHANES PAULUS II TENTANG SEKSUALITAS UNTUK PENDIDIKAN MORAL SEKSUALITAS BAGI KAUM MUDA DI PAROKI MARIA BUNDA PEMBANTU ABADI, TEMBESI, BATAM

S K R I P S I

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik

Oleh: Ermelinda Du’e NIM: 041124029

Oleh:

Kristina Lipat Samon NIM: 061124033

PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)
(3)
(4)

iv

PERSEMBAHAN

Dengan penuh syukur dan pujian skripsi ini kupersembahkan kepada seluruh anggota Kongregasi Hati Kudus Yesus dan Maria (SS.CC), terutama

(5)

v MOTTO

(6)
(7)
(8)

viii ABSTRAK

Judul skripsi “AJARAN YOHANES PAULUS II TENTANG SEKSUALITAS UNTUK PENDIDIKAN MORAL SEKSUALITAS BAGI KAUM MUDA DI PAROKI MARIA BUNDA PEMBANTU ABADI, (MBPA) TEMBESI, BATAM” dipilih berdasarkan pada fakta bahwa dewasa ini seks diagung-agungkan sehingga merendahkan martabat kehidupan manusia. Seks mulai digunakan untuk mencari keuntungan bisnis, tidak lagi dihargai dan digunakan sesuai dengan tujuan Pencipta. Sementara itu, kaum muda di paroki MBPA, Tembesi, Batam, mengganggap seksualitas sebagai hal yang tabu, porno dan kotor. Cinta dan penghargaan terhadap tubuh orang lain diabaikan. Kenyataan menunjukan bahwa mereka lebih “memanfaatkan” daripada “mencintai”. Bertitik tolak dari kenyataan ini maka skripsi ini dimaksudkan untuk membantu kaum muda di paroki MBPA, Tembesi, Batam agar mereka memperoleh pemahaman yang benar tentang seksualitas dalam menghadapi situasi zaman ini.

Permasalahan pokok dalam skripsi ini adalah apa yang harus dilakukan kaum muda di paroki MBPA, Tembesi, Batam, untuk menghadapi situasi zaman seperti ini. Pengkajian permasalahan ini memerlukan data yang akurat tentang gambaran identitas kaum muda dan informasi pendidikan seksualitas. Oleh karena itu penulis menyebarkan kuesioner kepada kaum muda di paroki MBPA, Tembesi, Batam. Penulis memerlukan studi pustaka untuk memperoleh pemahaman dan pemikiran yang benar tentang moral seksualitas kristiani, sehingga dapat membantu kaum muda untuk memahami dan menghayati seksualitas yang benar.

Ajaran Yohanes Paulus II tentang seksualitas manusia memberikan perspetif yang positip untuk pendidikan moral seksualitas. Ia menulis bahwa seksualitas adalah anugerah Allah yang sangat mulia untuk membantu perkembangan relasi pemberian diri dalam hubungan sosial, dalam menghayati panggilan hidup masing-masing. Dalam ajaran tubuh dan seksualitas manusia, Ia menekankan bahwa Kristus mengajarkan kepada manusia makna hidup manusia adalah saling mengasihi sama seperti Dia mengasihi kita (Yoh 15:12). Maka perintah “Kasihilah sesamamu seperti dirimu sendiri” (Mat 22:39) seharusnya menjadi pedoman etika dalam relasi sesama, dan sebagai pedoman etika perkawinan Katolik. Manusia perlu menguasai diri, untuk mengatur dorongan seksual sesuai dengan kehendak sang Pencipta.

(9)

ix ABSTRACT

This thesis entitled “THE TEACHINGS OF JOHN PAUL II ON SEXUALITY FOR MORAL SEXUAL EDUCATION OF THE YOUTH IN MARIA BUNDA PEMBANTU ABADI (MBPA), TEMBESI, BATAM PARISH” was chosen based on the fact that at times sex is glorified for pleasure and degrading to human dignity. Sex is also often used for profit. It is no longer valued and used in accordance with the purpose of the Creator. The human body is thus used as a sexual object. Love and respect for the body of others is overlooked. Sometimes people use the sexual act for pleasure rather than to express true love for each other. In the meantime, the young people in the parish of Maria Bunda Pembantu Abadi, Tembesi, Batam, do not have appropriate knowledge of human sexuality. They consider it as taboo, obscene, pornographic and unclean. Focused on this reality, this thesis intends to give guidance to the young people and those who accompany them, so that they may have a wholesome understanding of human sexuality.

The principle issue of this thesis is to discover what the young people in the parish of MBPA, Tembesi, Batam are doing in dealing with the present situation that fosters sexual acts of using others as instrument of pleasure rather than respecting the sacredness of human sexuality as God created it. In order to reach the goal, the writer has distributed questionnaires to obtain accurate data about the identity of the youth and the information of their understanding current sexuality education. The writer also required literature to obtain a wider knowledge and understanding of Christian sexual morality.

John Paul II offers positive perspective of moral sexual education. He writes that sexuality is a very precious gift of God to foster life-giving relationships in all social relationships in accordance with their respective vocations. In his teachings on the human body and sexuality, John Paul II stresses that Christ taught that the meaning of human life is “to love one another just as He loves us” (Jn 15:12). Therefore the command, "Love your neighbor as yourself", (Matt. 22:39) should be the ethical guideline in relationships with others, especially for a Catholic marriage. Men and women need to control themselves, in order to regulate the sex drives and desire in accordance with the will of the Creator.

(10)

x

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kehadirat Allah yang Maha Pengasih dan Pemurah atas berkat dan rahmat-Nya yang melimpah, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul AJARAN YOHANES PAULUS II TENTANG SEKSUALITAS UNTUK PENDIDIKAN MORAL SEKSUALITAS BAGI KAUM MUDA DI PAROKI MARIA BUNDA PEMBANTU ABADI, TEMBESI, BATAM.

Penulisan skripsi ini dilatarbelakangi oleh keprihatinan terhadap situasi zaman yang dihadapi kaum muda saat ini dan pandangan yang negatip tentang seksualitas oleh kaum muda di paroki MBPA, Tembesi, Batam. Penulisan skripsi ini bertujuan untuk membantu kaum muda di paroki MBPA, Tembesi, Batam sebagai pilar Gereja, agar mereka mempunyai pandangan yang benar tentang seksualitas dan menghayatinya sesuai panggilan hidup masing-masing sesuai ajaran moral kristiani

Penulisan skripsi ini dibantu dan didukung oleh banyak pihak. Oleh karena itu perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat:

(11)

xi

2. Drs. H.J. Suhardiyanto, S.J, selaku dosen penguji kedua dan selaku Ketua Prodi Ilmu Pendidikan kekhususan Pendidikan Agama Katolik (IPPAK) Universitas Sanata Dharma yang telah dengan sabar mendidik dan membina penulis selama kuliah di IPPAK ini.

3. Dra. Y. Supriyati, M.Pd. selaku dosen penguji ketiga yang telah berkenan membantu dan memberikan motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.

4. Segenap staf dosen dan karyawan prodi IPPAK yang telah mendampingi dan membimbing serta membekali pengetahuan dan ketrampilan bagi penulis selama studi hingga penulisan skripsi ini diselesaikan.

5. Lucius Poya Hobamatan, Pr. selaku kepala paroki Maria Bunda Pembantu Abadi, Tembesi, Batam, yang telah berkenan memberikan izin dan segala kemudahan kepada penulis untuk melakukan penelitian di paroki MBPA, Tembesi, Batam.

6. Sr. Maria Aurora Laguarda, SS.CC, selaku Pimpinan Provinsi Kongregasi Suster Hati Kudus Yesus dan Maria yang telah memberikan kesempatan dan kepercayaan kepada penulis untuk menimba ilmu di prodi IPPAK, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta serta selalu memberikan semangat, dukungan dan doa selama penulis menjalankan studi sampai terselesainya skripsi ini.

(12)
(13)

xiii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR SINGKATAN ... xvii

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Penulisan ... 1

B. Rumusan Permasalahan ... 4

C. Tujuan Penulisan ... 5

D. Manfaat Penulisan ... 5

E. Metode Penulisan ... 6

F. Sistematika Penulisan ... 6

BAB II. PENELITIAN PENDIDIKAN SEKSUALITAS BAGI KAUM MUDA KATOLIK DI PAROKI MARIA BUNDA PEMBANTU ABADI, TEMBESI, BATAM……….. 9

A. Metodologi Penelitian ... 10

1. Tujuan penelitian ... 10

2. Tempat dan waktu penelitian ... 10

3. Responden penelitian ... 10

4. Metode penelitian ... 11

(14)

xiv

6. Variabel penelitian ... 11

B. Hasil Penelitian ... 12

1. Identitas responden ... 12

2. Informasi tentang pendidikan seksualitas ... 13

3. Pemahaman tentang seks ... 14

4. Pemahaman tentang seksualitas ... 16

5. Pembinaan seksualitas ... 19

6. Pemahaman tentang tubuh sebagai teologi dan penghargaan terhadap tubuh ... 20

C. Pembahasan Hasil Penelitian ... 23

1. Identitas responden ... 23

2. Informasi tentang pendidikan seksualitas ... 24

3. Pemahaman tentang seks ... 24

4. Pemahaman tentang seksualitas ... 25

5. Pembinaan seksualitas ... 27

6. Pemahaman tentang tubuh sebagai teologi dan penghargaan terhadap tubuh ... 28

D. Rangkuman Hasil Penelitian ... 29

BAB III. SEKSUALITAS MENURUT YOHANES PAULUS II DAN PENDIDIKAN MORAL SEKSUALITAS BAGI KAUM MUDA………... 32

A. Pengertian Seks dan Seksualitas pada Umumnya ... 32

1. Seks ... 32

2. Seksualitas ... 34

B. Tubuh dan Seksualitas menurut Yohanes Paulus II ... 38

1. Tubuh manusia sebagai sakramen ... 39

2. Tubuh pria dan wanita pada awal mula ... 40

3. Keadaan awal mula ... 43

a. Kesendirian asali ... 45

b. Kebersatuan asali ... ... 48

(15)

xv

d. Dosa asali ... ... 56

4. Empat kualitas tubuh manusia ... ... 60

a. Tubuh manusia adalah symbolic... .. 61

b. Tubuh nabusia yang nupsial ... 62

c. Tubuh manusia yang bebas dan jatuh ... ... 64

d. Tubuh manusia yang ditebus ... ... 65

C. Pendidikan, Kaum Muda dan Moral Seksualualitas ... 68

1. Pendidikan ... ... 70

a. Definisi pendidikan pada umumnya ... 70

b. Pendidikan seksualitas ... ... 71

2. Kaum muda dan moral seksualitas ... 72

a. Kaum muda ... 72

b. Moral seksualitas ... 77

BAB IV. USULAN PROGRAM KATEKESE UNTUK PENDIDIKAN MORAL SEKSUALITAS BAGI KAUM MUDA DI PAROKI MARIA BUNDA PEMBANTU ABADI, TEMBESI, BATAM ... 85

A. Gambaran Umum Katekese ... 85

1. Pengertian, tujuan dan peranan ... 85

a. Pengertian katekese ... 85

b. Tujuan katekese ... 87

c. Peranan katekese ... 88

2. Shared Christian Praxis sebagai suatu model katekese ... 89

a. Pengertian Shared Christian Praxis ... 89

b. Langkah-langkah Shared Christian Praxis ... 91

B. Hubungan Katekese dan Moral Seksualitas ... 94

C. Usulan Program Katekese ... 96

1. Alasan pemilihan program dengan menggunakan Shared Christian Praxis ... 97

2. Alasan pemililan tema dan tujuan ... 98

3. Rumusan tema dan tujuan ... 99

(16)

xvi

5. Petunjuk pelaksanaan ... 107

6. Contoh satuan persiapan (SP) ... 108

BAB V. PENUTUP ... 122

A. Kesimpulan ... 122

B. Saran ... 124

DAFTAR PUSTAKA ... 126

LAMPIRAN ... 128

Lampiran 1: Pedoman kuesioner untuk kaum muda di paroki Maria Bunda Pembantu Abadi, Tembesi, Batam ... (1)

Lampiran 2: Lagu-lagu “Dia ciptakan aku seturut gambar-Nya” dan “Kau telah memilihku” ... (5)

(17)

xvii

DAFTAR SINGKATAN

A. SINGKATAN KITAB SUCI

Seluruh singkatan Kitab Suci dalam skripsi ini mengikuti Kitab Suci Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru: dengan Pengantar dan Catatan Singkat. (Dipersembahkan kepada Umat Katolik Indonesia oleh Ditjen Bimas Katolik Departemen Agama Republik Indonesia dalam rangka PELITA IV). Ende: Arnoldus, 1984/1985, hal. 7-8.

B. SINGKATAN DOKUMEN RESMI GEREJA

CT : Catechesi Tradendae, Anjuran Apostolik Paus Yohanes Paulus II kepada para Uskup, Klerus dan segenap umat beriman tentang katekese masa kini, 16 oktober 1979.

GE : Gravissimum Educationis, Pernyataan Konsili Vatikan II tentang tentang Pendidikan Kristen, 5 Mei 1961.

GS : Gaudium et Spes, Konstitusi Pastoral Konsili Vatikan II tentang Gereja di dunia dewasa ini, 7 Desember 1965.

C. SINGKATAN LAIN

AIDS : Acquired Immune Deficiency Syndrome Art : Artikel

CD : Compact Disc

(18)

xviii

IPPAK : Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik KWI : Konferensi Waligereja Indonesia

LCD : Liquid Crystal Display MB : Madah Bakti

MBPA : Maria Bunda Pembantu Abadi Mgr : Monseigneur

N : Nominal, yang menunjukan pada jumlah responden OMK : Orang Muda Katolik

PKKI : Pertemuan Kateketik antar Keuskupan se-Indonesia PSK : Pekerja Seks Komersial

SCP : Shared Christian Praxis SD : Sekolah Dasar

SJ : Serikat Jesus

SMA : Sekolah Menengah Atas SMK : Sekolah Menengah Kejuruan SMP : Sekolah Menengah Pertama SP : Satuan Persiapan

(19)

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Kaum muda adalah generasi penerus dan pembaharu masa depan Gereja dan negara. Cita-cita besar Gereja atau suatu bangsa berada di pundak kaum remaja dan kaum muda. Mereka adalah penggerak kemajuan, namun bisa terjadi, mereka menjadi awal kehancuran Gereja atau suatu Bangsa. Banyak kaum muda dan tidak terkecuali remaja Katolik mengalami kehancuran masa depannya karena terseret oleh arus jaman, terutama dalam kaitan dengan tubuh dan seksualitas. Hal ini disebabkan oleh masyarakat dewasa ini seringkali jatuh dalam pandangan seksualitas yang sempit akibat pemahaman tentang seksualitas yang keliru dan membingungkan.

(20)

orang termasuk remaja perempuan berusia di bawah 20 tahun melakukan aborsi. Sebanyak 11,13% dari semua aborsi di Indonesia dilakukan karena kehamilan yang tidak diinginkan. Tidak menutup kemungkinan, bahwa banyak diantara mereka ialah kaum muda Katolik.

Agus Siswanto Wilopo (2009b: 1) juga mengungkapkan kasus aborsi yang sangat memprihatinkan diantara remaja akibat pergaulan seks bebas di kalangan remaja Indonesia saat ini. Setiap hari 100 remaja melakukan aborsi. Jika dihitung per tahun, terdapat 36.000 janin yang dibunuh oleh remaja dari rahimnya. Akibat lain dari seks bebas adalah merusak kesehatan. Nurmadiah (2009: 5) mengatakan bahwa “selama semester pertama 2009 terdapat 145 pengindap HIV/AIDS di Batam. Dari 145 pengindap, delapan puluh persen (80%) penderita adalah perempuan”. Hasil survey Nurmadiah, yang bekerja sama dengan rumah sakit di Batam, mengatakan bahwa penderita HIV/AIDS adalah Pekerja Seks Komersial (PSK).

Di lain pihak, banyak kaum muda di paroki Maria Bunda Pembantu Abadi, Tembesi, Batam memandang rendah seksualitas dan cenderung menganggap tubuh dan seksualitas sebagai hal yang tabu, porno, kotor dan penyebab dosa. Dalam kaitan dengan cinta dan penghargaan terhadap tubuh pun mereka lebih “memanfaatkan” daripada “mencintai.”

(21)

diambil dalam pendidikan seksualitas ialah ajaran seksualitas menurut Paus Yohanes Paulus II. Penulis mengambil ajaran Yohanes Paulus II karena ia berpandangan positif mengenai seksualitas. Salah satu contoh ajarannya adalah ia mengatakan bahwa percabulan dalam hati tidak hanya dilakukan ketika seseorang melihat dengan penuh nafsu pada wanita/pria yang bukan istri/suaminya, tetapi juga terjadi ketika ia melihat dengan cara demikian terhadap istri/suaminya. Pandangannya ini berbeda dengan St. Paulus dalam 1 Kor 7:9 “Tetapi kalau mereka tidak dapat menguasai diri, baiklah mereka kawin dari pada hangus oleh hawa nafsu”. St. Paulus menganjurkan seseorang menikah agar dapat menyalurkan nafsunya dengan pasangannya yang sah. Yohanes Paulus II mengatakan, bahkan hubungan dengan pasangan pun tetap bisa berbuat cabul, apabila relasi seksual itu didasarkan hanya pada nafsu birahi (West, 2007: xxx). Dalam ajaran tubuh dan seksualitas manusia, Yohanes Paulus II menekankan bahwa Kristus mengajarkan kepada manusia makna hidup manusia terletak dalam tindakan saling mengasihi, sama seperti Dia mengasihi kita (Yoh 15:12).

Salah satu pengertian pokok yang diajarkannya dalam teologi tubuh adalah Allah telah menuliskan panggilan untuk saling mencintai dalam tubuh manusia dengan menciptakan laki-laki dan perempuan, dan dipanggilnya menjadi satu daging (Kej 2:24). Karena orang menemukan arti hidup dalam saling mengasihi yang dikonkretkan dalam tubuh, maka tubuh juga harus digunakan untuk mencintai Allah melalui sesama dan diri sendiri, dan bukan memanfaatkan sesama untuk kepentingan atau kepuasan sendiri.

(22)

muda, sehingga mereka bisa mencapai pribadi yang utuh. Mereka menjadi pribadi kristiani yang bisa mengekspresikan seksualitas secara benar dan baik di hadapan Tuhan dan sesama (dan karenanya banyak janin akan diselamatkan), dan dapat berkembang secara sehat sebagai pribadi kristiani sesuai panggilan kekudusannya sebagai anak-anak Allah. Dengan perkataan lain, kaum muda diharapkan agar dapat menghayati hidup seksualitas sesuai dengan rencana dan kehendak Allah pada awal penciptaan.

B. RUMUSAN PERMASALAHAN

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut di atas maka penulis merumuskan ada beberapa pokok permasalahan yang pada akhirnya menjadi titik berangkat dari penulisan ini. Masalah yang dapat dirumuskan sebagai berikut:

1.Sejauh mana kaum muda di paroki Maria Bunda Pembantu Abadi, Tembesi, Batam memahami seksualitas dan menghargai tubuh?

2.Bagaimana Gereja (Yohanes Paulus II) mengajarkan tentang tubuh dan seksualitas manusia bagi pendidikan moral seksualitas kaum muda dalam menghadapi situasi jaman ini?

3.Apa yang yang harus dilakukan bagi kaum muda di paroki Maria Bunda Pembantu Abadi, Tembesi, Batam untuk menghadapi kesituasi jaman sekarang ini?

C. TUJUAN PENULISAN

(23)

1.Untuk memperoleh gambaran mengenai pemahaman tentang seksualitas dan penghargaan terhadap tubuh bagi kaum muda di paroki Maria Bunda Pembantu Abadi, Tembesi Batam.

2.Untuk memperoleh pemahaman yang benar mengenai ajaran Gereja (Yohanes Paulus II) tentang tubuh dan seksualitas manusia bagi pendidikan moral seksualitas kaum muda, dalam menghadapi situasi jaman ini.

3.Membuat program untuk pendidikan moral seksualitas untuk membantu kaum muda di paroki MBPA dalam menghadapi situasi jaman saat ini.

4.Untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam memperoleh gelar sarjana S1 Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik.

D. MANFAAT PENULISAN

Manfaat yang dapat diperoleh dari penulisan skripsi mengenai ajaran seksualitas menurut Yohanes Paulus II bagi pendidikan moral seksualitas kaum muda katolik di paroki Maria Bunda Pembantu Abadi, Tembesi Batam adalah:

1.Bagi kongregasi SS.CC

Memberikan sumbangan untuk para anggota SS.CC yang berkarya dalam bidang pendampingan kaum muda Katolik.

2.Bagi para pendamping OMK di paroki MBPA, Tembesi, Batam

Memberikan sumbangan untuk para pendamping di MBPA, Tembesi, Batam dalam tugas dan pelayanan mendampingi OMK.

3.Bagi Penulis

(24)

E. METODE PENULISAN

Dalam Penulisan skripsi ini, penulis menggunakan metode deskriptif analisis untuk memperoleh gambaran mengenai pandangan tentang seksualitas dan penghargaan terhadap tubuh dan seksualitas bagi kaum muda di paroki Maria Bunda Pembantu Abadi, Tembesi, Batam, serta studi pustaka untuk memperoleh gambaran mengenai ajaran seksualitas yang benar menurut Yohanes Paulus II untuk pendidikan moral seksualitas bagi kaum muda dalam Gereja jaman sekarang.

Untuk mendapatkan gambaran mengenai pandangan tentang seksualitas dan penghargaan terhadap tubuh dan seksualitas bagi kaum muda di paroki Maria Bunda Pembantu Abadi, Tembesi, Batam, penulis menggunakan data instrument penelitian yaitu kuesioner yang telah disebarkan oleh penulis dan diisi oleh kaum muda di paroki Maria Bunda Pembantu Abadi, Tembesi, Batam.

F. SISTIMATIKA PENULISAN

Untuk memperoleh Gambaran yang jelas mengenai penulisan ini, penulis akan menyampaikan pokok-pokok gagasan dalam penulisan ini sebagai berikut:

Bab I berisikan pendahuluan, yang meliputi latar belakang penulisan, perumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan dan sistimatika penulisan

(25)

seksualitas serta pemahaman tentang tubuh dan seksualitas dan penghargaan terhadap tubuh.

Bab III menguraikan tentang seksualitas menurut Yohanes Paulus II dan pendidikan moral seksualitas bagi kaum muda. Bab ini terdiri dari tiga bagian. Bagian pertama menguraikan tentang pengertian seks dan seksualitas pada umumnya. Bagian kedua adalah Tubuh dan seksualitas menurut Yohanes Paulus II. Pada bagian ini meliputi tubuh manusia sebagai sakramen, tubuh pria dan wanita pada awal mula, keadaan awal mula, dan empat kualitas tubuh manusia. Keadaan awal mula terdiri dari kesendirian asali, kebersatuan asali, ketelanjangan asali, dan dosa asali. Empat kualitas tubuh manusia meliputi tubuh manusia adalah simbolik, tubuh manusia yang nupsial, tubuh manusia yang bebas dan jatuh, serta tubuh manusia yang ditebus. Bagian ketiga menguraikan tentang pendidikan, kaum muda, dan moral seksualitas

Bab IV memaparkan usulan program katekese untuk pendidikan moral seksualitas bagi kaum muda katolik di paroki Maria Bunda Pembantu Abadi, Tembesi, Batam. Bab ini terdiri dari tiga bagian. Bagian pertama menguraikan tentang gambaran umum katekese. Pada bagian ini meliputi dua hal yaitu pertama menggambarkan pengertian, tujuan dan peranan katekese, dan yang kedua menggambarkan Shared Christian Praxis sebagai suatu model katekese, yang terdiri dari pengertian Shared Christian Praxis dan langkah-langkah Shared Christian Praxis.

(26)

Christian Praxis, alasan pemilihan tema dan tujuan, perumusan tema dan tujuan, penjabaran tema, petunjuk pelaksanaan dan contoh satuan persiapan.

(27)

BAB II

PENELITIAN PENDIDIKAN SEKSUALITAS

KAUM MUDA KATOLIK DI PAROKI MARIA BUNDA PEMBANTU ABADI, TEMBESI, BATAM

Masa muda merupakan bagian dari tahap perkembangan manusia menuju tahap kedewasaan. Seiring dengan perkembangannya kaum muda semakin bertumbuh di bidang seksual dan selaras dengan itu juga semakin bertumbuh kemampuan kognitifnya. Penghayatan hidup seksualitas kaum muda sangat dipengaruhi oleh pendidikan seksual yang mereka terima. Perkembangan budaya dan dunia teknologi informatika atau media elektronik pun sangat mempengaruhi pemahaman dan penghayatan mereka tentang seksualitas.

Banyak sumber menyajikan informasi seksualitas yang membingungkan sehingga mempengaruhi pemahaman yang kadang keliru pada kaum muda yang sedang mencari identitas diri. Tidak jarang mereka menjadi bingung sendiri menghadapi gejala-gejala pertumbuhan phisik-biologis, khususnya gejolak-gejolak seksualitas dalam dirinya.

(28)

A. METODOLOGI PENELITIAN 1. Tujuan Penelitian

a. Untuk memperoleh gambaran identitas kaum muda Katolik di paroki Maria Bunda Pembantu Abadi, Tembesi Batam.

b. Untuk memperoleh informasi pendidikan seksualitas yang telah diterima kaum muda di paroki Maria Bunda Pembantu Abadi, Tembesi Batam.

2. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian mengenai pendidikan seksualitas bagi kaum muda katolik dilakukan di paroki Maria Pembantu Abadi, Tembesi Batam. Dari letak geografis Batam berada dekat Singapore dan Malaysia. Dari segi struktur daerah paroki ini berada di Kelurahan Tembesi, Kecamatan Sagulung, Kota Madya Batam Propinsi Riau Kepulauan. Menurut wilayah teritorial gerejawi, paroki Maria Bunda Pembantu Abadi Tembesi ini berada di wilayah Dekenat Utara Riau kepulauan, Keuskupan Pangkal Pinang. Penelitian tersebut dilaksanakan selama dua belas hari, dari tanggal 25 Mei sampai 6 Juni 2010.

3. Responden Penelitian

(29)

N__ n = Jml sampel n = N.d²+1 N = Jumlah populasi

d² = presisi yang ditetapkan yaitu 7%

Berdasarkan rumus tersebut di atas dan jumlah populasi yang diketahui adalah 200 orang maka hasil populasi yang didapatkan adalah sebagai berikut: 200______

n = (200)x(0.07)²+1 200_______ n = (200)x(0.0049)+1 200_

n = 1.98 n = 101.0101 n = 101 responden

Maka peneliti mengambil seratus satu orang untuk representatif populasi tersebut sebagai sampel. Jumlah responden yang dijadikan sampel mengalami perubahan setelah penyebaran dan pengembalian kuesioner. Dari seratus satu kuesioner yang diedarkan, hanya tujuh puluh tujuh kuesioner yang diisi dan dikembalikan. Maka peneliti memakai hanya jumlah responden yang mengembalikan kuesioner sebagai sampel, sehingga jumlah responden yang dipakai sebagai sampel adalah tujuh puluh tujuh orang.

4. Metode Penelitian

(30)

Responden diminta untuk mengisi kuesioner yang telah dibagikan, secara pribadi di rumah mereka masing-masing.

5. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan untuk pengumpulan data adalah kuesioner jenis tertutup. Isi dari kuesioner adalah pertanyaan-pertanyaan tentang informasi pendidikan dan pengetahuan seks, seksualitas, tubuh dari segi teologi dan penghargaan terhadap tubuh. Peneliti menyiapkan kuesioner dalam bentuk pilihan ganda dan responden diminta untuk memilih sesuai dengan pemahaman yang mereka miliki.

6. Variabel Penelitian

Variabel penelitian terdiri dari identitas responden, informasi pendidikan seksualitas, pemahaman tentang seks, pemahaman tentang seksualitas, pembinaan seksualitas, pemahaman dan penghargaan terhadap tubuh sebagai teologi. Variabel penelitian dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:

Table 1. Variabel penelitian

No Variabel yang diungkap No Item Jml

1 2 3 4

1 Identitas responden 1, 2, .3, 4 4

2 Informasi tentang pendidikan seksualitas 5, 6, 7 3 3 Pemahaman tentang Seks 8, 9, 10, 11, 12 5 4 Pemahaman tentang seksualitas 13, 14, 15, 16, 17,

18, 19, 20, 21

9 5 Kegiatan pembinaan seksualitas 22, 23, 24 3 6 Pemahaman dan penghargaan terhadap

tubuh sebagai teologi

25, 26, 27, 28, 29, 30, 31, 32, 33, 34

10

(31)

B. HASIL PENELITIAN 1. Identitas Responden

Identitas Responden meliputi jenis kelamin, usia, pendidikan terakhir dan pekerjaan. Gambaran identitas responden penelitian tersebut terungkap dalam tabel 2 sebagai berikut:

Tabel 2. Identitas responden ( N=77)

Item Aspek yang diungkap Frekuensi Persentase

1 2 3 4 3 Pendidikan terakhir:

a.SD

a.Pelajar dan mahasiswa b.Karyawan PT elektronik c.Menganggur

Tabel 2 menunjukkan identitas kaum muda Katolik di paroki Maria Pembantu Abadi Tembesi-Batam. Kebanyakan kaum muda di paroki ini adalah perempuan yakni sebanyak lima puluh dua orang (67.53%). Dipandang dari segi usia, kebanyakan mereka adalah berusia tujuh belas sampai dua puluh empat tahun yaitu sebanyak lima puluh orang (64.94%) responden.

(32)

berbagai daerah. Mereka datang di Batam untuk mencari pekerjaan. Ada lima puluh delapan orang (75.32%) responden bekerja sebagai karyawan perusahaan elektronik

2. Variabel Informasi Tentang Pendidikan Seksualitas

Informasi tentang pendidikan seksualitas dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 3. Informasi tentang pendidikan seksualitas

(N=77)

No Aspek yang diungkap Frekuensi Persentase

1 2 3 4

5 Pertama kali mendapat pengetahuan seksualitas: a.Di keluarga

b.Di sekolah

c.Di internet dan buku-buku d.Yang tidak menjawab

9 6 Mendapat pengetahuan seksualitas sejak:

a.Sejak SD 7 Pandangan keluarga terhadap seksualitas adalah:

a.Hal yang tabu

(33)

sebanyak lima puluh sembilan orang (76.62%) responden. Hanya ada delapan belas orang (23.38%) responden yang mendapatkan pendidikan sejak usia SD, sebagaimana terbaca dalam tabel 3 di atas.

3. Variabel Pemahaman Tentang Seks

Tabel 4. Pemahaman tentang Seks (N=77)

No Aspek yang diungkapkan Frekuensi Prosentase

1 2 3 4

8 Perilaku yang terkait dengan alat kelamin disebut: a. Seks

a.Dorongan yang menunjuk pada persetubuhan b.Hal yang mendorong untuk berelasi dan

mencintai 10 Tindakan persetubuhan disebut:

a.Seks

a. Apa yang kita lakukan b.Siapa kita

c. Bagaimana kita ada

41 12 Perbedaan seks sebagai laki-laki dan perempuan

bertujuan diantaranya untuk:

a. Menunjukan keunikan dan keindahan fisik

b.Membangun kesatuan dan meneruskan keturunan

c. Menimbulkan daya tarik dan daya tolak

(34)

yang memahaminya sebagai seksual dan seksualitas, serta satu orang (1.30%) responden yang tidak diketahui pemahamannya karena tidak menjawab.

Seks itu menunjuk pada jenis kelamin. Kebanyakan mereka mempunyai pemahaman yang keliru yaitu ada empat puluh delapan orang (62.34%) responden yang memahami bahwa seks itu menunjuk pada hal yang mendorong orang untuk berelasi dan mencintai, serta dorongan yang mengarah ke persetubuhan. Ada empat puluh satu orang (53.25%) responden memahami bahwa tindakan persetubuhan disebut seksual dan enam belas orang (20.78%) yang memahaminya sebagai seksualitas. Pada bagian lain seks adalah soal siapa kita yaitu kita sebagai laki-laki atau perempuan. Ada empat puluh satu orang (53.25%) responden yang masih memahami seks adalah soal apa yang kita lakukan dan dua puluh orang (25.97%) responden yang memahami bahwa seks adalah soal bagaimana kita ada, bukan soal siapa kita.

Kebanyakan mereka sudah memahami tujuan Allah menciptakan perbedaan seks sebagai laki-laki dan perempuan, sebagaimana terlihat dalam tabel tersebut di atas terdapat lima puluh tujuh orang (74.03%) responden yang menjawab bahwa tujuan Allah menciptakan perbedaan seks sebagai laki-laki dan perempuan adalah untuk membangun kesatuan dan meneruskan keturunan.

4. Variabel Pemahaman tentang Seksualitas

Tabel 5. Pemahaman tentang seksualitas (N=77)

No Aspek yang diungkap Frekuensi Persentase

1 2 3 4

13 Seksualitas itu meliputi aspek:

(35)

1 2 3 4 b. Biologis

c. Sspiritual dan psikologis

d. Biologis, spiritual dan psikologis

8 14 Seksualitas adalah:

a. Hal yang baik dan suci 15 Seksualitas itu menunjuk pada:

a. Dorongan yang menuju pada persetubuhan b.Hal yang mendorong untuk berelasi dan

mencintai 16 Energi dalam diri yang mendorong kita untuk

mencintai, berkomunikasi, membangun persahabatan, gembira, mempunyai afeksi, dan membangun intimasi dan berelasi disebut:

a. Seks 17 Suatu ciri dasar pribadi manusia dan secara

mendalam ikut menentukan hubungan antar pribadi disebut: 18 Daya tarik antara pria dan wanita adalah salah

satu sifat dari: 19 Membangun relasi sosial adalah salah satu

tujuan dari: 20 Berbicara tentang seksualitas dengan orang tua:

a. Hal yang tabu

(36)

1 2 3 4 dengan teman:

a. Pernah

b. Belum pernah c. Tidak pernah

69 4 4

89.61% 5.20% 5.19% Tabel 5 menggambarkan pemahaman tentang seksualitas kaum muda Katolik di paroki Maria Bunda Pembantu Abadi, Tembesi-Batam. Ada enam puluh tiga orang (81.82%) responden sudah memahami bahwa seksualitas itu meliputi aspek biologis, spiritual, dan psikologis. Kebanyakan mereka yaitu ada lima puluh empat orang (70.12%) responden menganggap bahwa seksualitas adalah hal yang porno dan kotor.

(37)

Kebanyakan mereka beranggapan bahwa berbicara dengan orangtua tentang seksualitas adalah hal yang tabu dan memalukan, sebagaimana dapat terlihat pada tabel lima tersebut di atas terdapat lima puluh orang (64.94%) responden yang menjawab demikian. Sekalipun mereka beranggapan bahwa berbicara tentang seksualitas dengan orang tua merupakan hal yang tabu, namun berdiskusi tentang seksualitas dengan teman sendiri adalah hal biasa. Pada tabel lima tersebut di atas terdapat enam puluh sembilan orang (89.61%) responden yang menjawab bahwa mereka pernah berdiskusi tentang seksualitas dengan teman sendiri. Hal ini menunjukan bahwa berbicara masalah seksualitas dengan teman adalah hal biasa. Hanya ada delapan orang (10.39%) responden yang belum pernah berdiskusi dengan teman.

5. Variabel Pembinaan Seksualitas

Variabel pembinaan seksualitas dapat dilihat pada tabel 6 di bawah ini sebagai berikut:

Tabel 6. Pembinaan seksualitas (N=77)

No Aspek yang diungkapkan Frekuensi Prosentase 21 Berdiskusi atau ngobrol tentang seksualitas

dengan teman: 22 Mendapat kegiatan pembinaan yang menyangkut

(38)

1 2 3 4 23 Mengikuti kegiatan rekoleksi yang berhubungan

dengan pembinaan seksualitas: 24 Mengikuti sarasehan atau seminar yang

berhubungan dengan seksualitas: Tabel 6. menggambarkan pembinaan seksualitas kaum muda Katolik di paroki Maria Bunda Pembantu Abadi Tembesi-Batam. Kenyataan yang ada dalam tabel tersebut, terdapat tujuh puluh lima orang (97.40%) responden menjawab bahwa mereka belum pernah mendapat kegiatan pembinaan yang menyangkut seksualitas.

Tujuh puluh empat orang (96.10%) responden yang menjawab bahwa mereka pun belum pernah mengikuti kegiatan rekoleksi yang berhubungan dengan pembinaan seksualitas.

Begitu juga ada tujuh puluh lima orang (97.40%) responden yang menjawab bahwa mereka juga belum pernah mengikuti sarasehan atau pun seminar yang berhubungan dengan seksualitas. Kesimpulannya bahwa hampir semua kaum muda di paroki ini belum mendapat pembinaan seksualitas.

6. Variabel Pemahaman Tentang Tubuh Sebagai Teologi dan Penghargaan Terhadap Tubuh

(39)

Tabel 7. Pemahaman tentang tubuh sebagai teologi dan penghargaan terhadap tubuh

(N=77)

No Aspek yang diungkapkan Frekuensi Persentase

1 2 3 4

25 Pengertian teologi tubuh:

a.Ilmu tentang Tuhan dalam kaitan dengan tubuh

b.Ilmu tentang anatomi tubuh manusia c.Ilmu tentang tubuh sebagai ciptaan Tuhan d.Tidak memberikan jawaban

14 26 Pandanganku tentang tubuh manusia:

a. Tubuh manusia adalah suci dan mulia karena pemberian Allah

b.Tubuh manusia itu merupakan daging yang lemah sehingga manusia mudah jatuh

c. Tubuh manusia itu kotor karena manusia sudah jatuh dalam dosa

67 27 Tujuan Allah menciptakan tubuh manusia:

a. Untuk bersenang-senang b.Untuk kepuasan seks

c. Untuk saling mengasihi satu sama lain

1 28 Perasaanku dalam memandang tubuh sendiri:

a. Saya merasa senang dengan tubuh saya b.Saya merasa kurang puas dengan tubuh saya c. Saya merasa sedikit tidak nyaman dengan

tubuh saya 29 Pandangan terhadap tubuh sendiri:

a.Tubuhku ganteng/cantik dan suci

b.Tubuhku tidak begitu ganteng/cantik kalau dibandingkan dengan orang lain

c.Saya tidak pernah memikirkan tentang tubuh saya 30 Saya perlu merawat tubuh:

a. Supaya kelihatan awet muda

b. Karena malu kelihatan jelek oleh orang lain c. Karena saya mencintai tubuh saya

1 31 Pernyataan yang benar menurut pengalaman

sendiri:

(40)

1 2 3 4 32 Sikap terhadap tubuh sendiri jika saya memiliki

tubuh yang gemuk atau kurus:

a.Melakukan diet atau makan pil untuk menggemukan/menguruskan badan

b.Mengkonsumsi jamu atau pil untuk menguruskan atau menggemukan badan

c.Bersyukur bahwa saya diciptakan dengan tubuh yang unik 33 Saya merasa tubuhku berarti bila:

a. Terjadi kontak dengan orang lain b.Tubuhku disenangi orang lain c. Tubuhku dalam kondisi sehat d.Tidak menjawab 34 Yang membuat saya tertarik pada perempuan/

laki-laki:

a.Bentuk tubuh atau fisiknya b.Cara dia berbicara

c.Kecocokan hati

Tabel 7 ini menggambarkan pemahaman kaum muda Katolik di paroki Maria Pembantu Abadi Tembesi-Batam tentang tubuh sebagai teologi dan penghargaan terhadap tubuhnya sendiri. Teologi tubuh adalah ilmu tentang Tuhan dalam kaitan dengan tubuh manusia. Dalam tabel tersebut di atas terdapat hanya empat belas orang (18.18%) responden mempunyai pemahaman yang benar tentang pengertian teologi tubuh.

Data yang diperoleh berkaitan dengan penghargaan terhadap tubuh, terdapat enam puluh tujuh orang (87.01%) yang mempunyai pandangan baik terhadap tubuh, bahwa pada dasarnya tubuh manusia adalah suci dan mulia karena pemberian Allah.

(41)

Kebanyakan mereka pun merasa senang dengan tubuhnya sendiri yaitu ada enam puluh tujuh orang (87.01%) responden. Mereka memandang tubuh sendiri sebagai hal yang sangat positif, sebagaimana terlihat dalam data ada empat puluh tiga orang (55.84%) responden yang memandang tubuh sendiri adalah ganteng/cantik dan suci.

Mayoritas mereka mencintai tubuh mereka, seperti pada tabel di atas terdapat tujuh puluh enam orang (98.70%) responden yang menyatakan bahwa mereka merawat tubuh karena mencintai tubuh sendiri, namun terhadap tubuh orang lain, mereka lebih pada “menggunakan” atau “memanfaatkan” dari pada “mencintai,” karena dari data responden diperoleh empat puluh tujuh orang (61.04%) responden mencintai pacar karena dicintai pacarnya dan tiga belas orang (16.88%) responden yang mencintai pacarnya karena membutuhkan.

(42)

C. PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN 1. Identitas Responden

67.53% kaum muda di paroki Maria Bunda Pembantu Abadi, Tembesi Batam adalah perempuan. sedangkan laki-laki berjumlah hanya 32.47%. Dipandang dari segi usia, kebanyakan mereka berusia tujuh belas sampai dua puluh empat tahun yaitu ada 64.94%. Mereka yang berusia dua puluh lima tahun ke atas ada 35.06%, yaitu 24.67% yang berusia dua puluh lima sampai tiga puluh dua tahun dan 10.39% yang berusia lebih dari tiga puluh tiga tahun.

Mayoritas kaum muda di paroki ini berpendidikan SMA/SMK yaitu sebanyak 88.31%. Mereka yang mempunyai pendidikan terakhir perguruan tinggi sebanyak 3.90% sedangkan yang lain adalah 5.19% yang berpendidikan SMP dan 2.60% yang berpendidikan SD.

Kebanyakan mereka sudah bekerja. 75.32% dari mereka bekerja sebagai karyawan di perusahan-perusahan swasta elektronik. Hanya 11.69% dari mereka yang masih mempunyai status sebagai pelajar dan mahasiswa, sedangkan mereka yang masih menganggur adalah 12.99%.

2. Informasi Tentang Pendidikan Seksualitas

(43)

hanya 11.69% dari mereka yang mendapat pengetahuan seksualitas pertama kali dari keluarga. Hal ini dikarenakan latar belakang budaya keluarga yang masih menganggap seksualitas sebagai hal yang tabu dan kotor, sebagaimana terlihat dalam tabel 3 ada 71.43% responden yang menjawab bahwa keluarga mereka menganggap seksualitas adalah hal yang tabu dan kotor. Latar belakang keluarga ini menyebabkan kaum muda seharusnya mendapat pendidikan seksualitas sejak usia dini menjadi tidak terpenuhi. Kenyataan ini dapat dilihat pada tabel 3 di atas bahwa kebanyakan mereka yakni 76.62% baru mendapatkan pengetahuan seksualitas itu pada usia SMP dan SMA.

3. Pemahaman Tentang Seks

Seks itu menunjuk pada alat kelamin dan prilaku yang terkait dengan alat kelamin, maka tindakan persetubuhan disebut seks. Banyak kaum muda yang mempunyai pemahaman yang keliru tentang seks dan seksualitas. Ada 51.95% dari mereka sudah memahami bahwa prilaku yang terkait dengan alat kelamin disebut seks, namun pada bagian lain, ada 62.34% dari mereka memahami seks itu menunjuk pada hal yang mendorong orang untuk berelasi dan mencintai, serta mendorong kearah persetubuhan. Menurut pendapat 74.03% responden, bahwa tindakan persetubuhan disebut seksual dan yang lain memahaminya sebagai seksualitas bukan seks.

(44)

bukan soal siapa kita. Kebanyakan mereka yakni 74.03% dari mereka telah memahami tujuan Allah menciptakan perbedaan seks sebagai laki-laki dan perempuan yaitu untuk membangun kesatuan (unitas) dan meneruskan keturunan (prokreasi).

4. Pemahaman Tentang Seksualitas

Pada umumnya kaum muda Katolik di paroki Maria Pembantu Abadi, Tembesi-Batam sudah memahami bahwa seksualitas itu meliputi aspek biologis, spiritual, dan psikologis. sebagaimana terdapat dalam tabel 4 di atas yakni ada 81,82%.

Pada dasarnya seksualitas adalah hal baik dan suci karena seksualitas adalah pemberian Allah, namun 70.12% dari kaum muda di paroki ini menganggap bahwa seksualitas adalah hal yang porno dan kotor, seperti terlihat pada tabel 5 di atas terdapat 35.06% dari mereka yang menganggap seksualitas adalah hal yang porno, dan 35.06% dari mereka menganggap seksualitas adalah hal yang kotor. Pandangan mereka ini dipengaruhi oleh latar belakang budaya keluarga mereka yang masih menganggap bahwa seksualitas adalah hal yang porno dan tabu sebagai mana terlihat dalam tabel 3 di atas terdapat ada 71.43% responden yang menjawab bahwa keluarga mereka menganggap seksualitas adalah hal yang tabu dan kotor.

(45)

menuju ke persetubuhan dan 12.99% memahami bahwa seksualitas itu menunjuk pada jenis kelamin.

Energi dalam diri yang mendorong manusia untuk mencintai, berkomunikasi, membangun persahabatan, gembira, mempunyai afeksi, dan membangun intimasi dan berelasi disebut seksualitas. Dalam tabel 5 di atas terdapat hanya 18.18% dari mereka yang sudah memahami definisi seksualitas tersebut, sedangkan yang lain masih mempunyai pemahaman yang keliru.

Salah satu tujuan seksualitas adalah membangun relasi sosial, karena seksualitas merupakan ciri dasar pribadi manusia dan secara mendalam ikut menentukan hubungan antar pribadi. Dalam tabel 5 di atas dapat dilihat bahwa 44.15% dari mereka sudah memahami tujuan dari seksualitas tersebut, namun terdapat hanya 19.48% yang memahaminya dengan tepat bahwa seksualitas merupakan ciri dasar pribadi manusia dan secara mendalam ikut menentukan hubungan antar pribadi.

Salah satu sifat dari seksualitas adalah mempunyai daya tarik antara laki-laki dan perempuan. Data pada tabel tersebut diatas terdapat ada 55.85% yang mempunyai pengertian yang keliru, yaitu 23.38% yang memahami daya tarik antara perempuan dan laki-laki tersebut merupakan sifat dari seks, dan menurut 32.47% dari mereka memahami bahwa daya tarik antara laki-laki dan perempuan adalah salah satu sifat dari seksual bukan seksualitas.

(46)

terdapat 89.61% dari mereka yang mengungkapkan bahwa pernah berdiskusi dengan teman tentang seksualitas. Hanya ada 10.39% yang masih belum terbuka terhadap teman untuk berdiskusi tentang seksualitas.

5. Pembinaan Seksualitas

Pada umumnya kaum muda Katolik di paroki Maria Bunda Pembantu Abadi Tembesi-Batam belum pernah mendapat pembinaan tentang seksualitas baik melalui rekoleksi, sarasehan, maupun seminar. Data yang diperoleh dalam tabel 6 di atas terdapat 97.40% belum pernah mendapat pembinaan seksualitas setelah tamat dari SMA/SMK. Hanya 2.60% dari mereka yang menjawab pernah mendapatkan pembinaan seksualitas setelah tamat dari SMA/SMK sebelum masuk ke paroki Maria Pembantu Abadi, Tembesi Batam.

Mayoritas mereka juga belum pernah mengikuti kegiatan rekoleksi yang berhubungan dengan pembinaan seksualitas. Kenyataan tersebut diperoleh dari data pada tabel 6 di atas yakni 96.10% dari mereka menjawab belum pernah. Hal ini menunjukan bahwa pendidikan seksualitas kurang mendapat tempat dalam pendidikan kaum muda.

6. Pemahaman Tentang Tubuh Sebagai Teologi dan Penghargaan Terhadap Tubuh

(47)

sendiri maupun tubuh orang lain dan menggunakan tubuhnya orang lain sesuai dengan rencana dan kehendak Allah.

Kebanyakan kaum muda Katolik di paroki Maria Bunda Pembantu Abadi, Tembesi Batam, belum mengerti tentang istilah teologi tubuh. Dalam tabel 7 di atas dapat dilihat hanya 18.18% responden yang mengerti tentang istilah teologi tubuh, sedangkan yang lain mempunyai pemahaman yang masih keliru.

Pada dasarnya tubuh manusia adalah suci dan mulia karena pemberian Allah, dan tujuan Allah menciptakan tubuh dengan seksualitas manusia agar manusia saling mencintai satu sama lain. Kebanyakan kaum muda di Paroki ini mempunyai pandangan baik terhadap tubuh. 87.01% dari mereka merasa senang dengan tubuhnya sendiri. Mereka menjawab bahwa pada dasarnya tubuh manusia adalah suci dan mulia karena pemberian Allah, dan 97.40% memahami tujuan Allah menciptakan tubuh dan seksualitas manusia agar manusia saling mencintai satu sama lain.

Berkaitan dengan penghargaan terhadap tubuh sendiri, pada umumnya mereka menerima tubuh sendiri apa adanya, sebagaimana terlihat pada tabel 7 di atas terdapat 90.90% dari mereka bersyukur atas tubuh mereka walaupun mereka memiliki tubuh yang gemuk ataupun kurus. Mereka bersyukur karena mereka diciptakan Tuhan dengan tubuh yang unik. 98.70% dari mereka sungguh mencintai tubuh sendiri. Hal ini dapat dilihat pada alasan mereka untuk merawat tubuh mereka. Pada tabel 7 tersebut di atas mereka menjawab bahwa mereka merawat tubuh karena mencintai tubuh sendiri.

(48)

“menggunakan” atau “memanfaatkan” dari pada “mencintai”. Dari data responden diperoleh jawaban dari 77.92% menunjukan pada lebih “memanfaatkan” orang lain dalam berelasi, dari pada “mencintai”. Hanya ada 19.48% yang sungguh “mencintai” orang lain dalam berelasi. Hal ini dapat dilihat dalam pernyataan mereka pada tabel 6 tersebut di atas. Dalam pernyataan tersebut dikatakan bahwa mereka “mencintai” orang lain (pacar) karena “membutuhkan,” bukan “mambutuhkan” karena “mencintai” dan hanya 10.39% yang merasa tubuhnya berarti bila terjadi kontak dengan orang lain, serta 85.71% dari mereka merasa tertarik pada lawan jenis karena kecocokan hati.

D. RANGKUMAN

Berdasarkan data yang diperoleh, kaum muda di paroki Maria Bunda Pembantu Abadi adalah kaum muda yang berpendidikan SMA/SMK (88.31%), dan digolongkan dewasa karena 75.32% dari mereka sudah berkarya, namun pemahaman mereka tentang seks dan seksualitas kurang signifikan. Mereka kurang membedakan istilah seks dan seksualitas. Dari data, diperoleh 62.34% responden yang mempunyai pemahaman yang keliru tentang seks yaitu dari 33.77% responden memahami bahwa seks menunjuk pada hal yang mendorong untuk berelasi dan mencintai, dan 28.57% yang memahami seks sebagai dorongan pada persetubuhan.

(49)

Suatu pemahaman seksualitas yang keliru akan mempengaruhi pandangan mereka tentang seksualitas yang keliru pula. Dari data yang diperoleh, ada 70.12% dari kaum muda katolik yang ada di paroki Maria Bunda Pembantu Abadi menganggap seksualitas merupakan hal yang porno dan kotor. Anggapan mereka tentang seksualitas adalah hal yang porno dan kotor ini, diperkuat oleh pandangan lingkungan keluarga mereka akan seksualitas. Dalam data, terdapat 71.43% dari keluarga mereka mempunyai pandangan yang sama yaitu seksualitas adalah hal yang tabu dan kotor. Pandangan mereka dan lingkungan keluarga mereka yang keliru ini menyebabkan mereka merasa sebagai suatu hal yang tabu dan memalukan bila berbicara dengan orangtua tentang seksualitas yaitu sebanyak 64.94%; oleh karena itu dapat dipahami bahwa keluarga jarang memberikan pendidikan seksualitas bagi mereka sejak usia dini, sebagaimana terdapat dalam data hanya 11.69% dari mereka yang pernah mendapatkan pendidikan seksualitas dari keluarga. Kebanyakan mereka mendapatkan pendidikan seksualitas dari sekolah yaitu sebanyak (77.92%); dan itu pun hanya 23.38% dari mereka yang mendapatkan pendidikan sejak berada di sekolah dasar, sedangkan yang lainya baru mendapatkan saat berada di sekolah menengah pertama dan sekolah menengah atas.

(50)

tujuan Allah menciptakan tubuh manusia dengan seksualitas adalah agar manusia saling mencintai satu sama lain.

Dalam kaitan dengan penghargaan terhadap tubuh, dapat dilihat bahwa 87.01% dari mereka menerima tubuh apa adanya dan merasa senang dengan tubuh sendiri bahkan 98.70% dari mereka merawat tubuh karena mencintai diri sendiri; namun terhadap tubuh orang lain, kebanyakan mereka lebih pada “menggunakan” atau “memanfaatkan” dari pada “mencintai” karena dari data diperoleh 77.92% dari mereka yang menyatakan bahwa “mencintai pacar karena “dicintai” dan “membutuhkan”. Kebanyakan mereka menghargai tubuh masih berpusat pada tubuh sendiri. Dari data diperoleh hanya 10.39% dari mereka yang merasa tubuhnya berarti bila terjadi kontak dengan orang lain.

(51)

BAB III

SEKSUALITAS MENURUT YOHANES PAULUS II DAN PENDIDIKAN MORAL SEKSUALITAS BAGI KAUM MUDA

Seksualitas merupakan aspek eksistensial setiap manusia, yang harus

berkembang menjadi manusia seutuhnya. Manusia sejak lahir memang dibekali

aneka kemampuan, tetapi ia membutuhkan bantuan orang lain berupa pendidikan,

agar aneka kemampuannya dapat tumbuh dan berkembang sehingga ia menjadi

manusia seutuhnya; artinya menurut aneka aspeknya itu antara lain aspek

seksualitasnya (Go, 1995: 52-53). Dokumen Gravissimum Educationis (GE)art. 1,

dokumen tentang pendidikan Kristen dalam konsili Vatikan II menghimbau supaya

kaum muda diberi pendidikan seksualitas yang positif dan bijaksana. Mereka perlu

diperkenalkan dengan etika seksual dalam dunia pendidikan demi kemajuan

mereka

A. PENGERTIAN SEKS DAN SEKSUALITAS PADA UMUMNYA

Seks dan seksualitas menyangkut bidang dan aspek yang begitu luas sehingga

membutuhkan ilmu tersendiri. Istilah seksualitas mempunyai pengertian yang lebih

luas daripada istilah seks.

1. Seks

Istilah seks berasal dari kata Latin “secare” artinya memotong, membelah;

maka “sex” lebih berkisar pada pembagian makhluk menjadi dua jenis kelamin

(52)

Menurut Marciano Vidal yang dikutip Chang (2009: 58) mengatakan bahwa

seks manusia terdiri dari seks kromosomik, seks gonadik, dan seks hormonal.

Soebijanto, (1995: 13) menjelaskan bahwa seks kromosomik adalah komponen

genetik yang menentukan sifat-sifat seks primer, yaitu adanya perbedaan dalam

alat-alat reproduksi. Jika sel telur yang mengandung kromosom “X” dibuahi oleh

sperma yang mengandung kromosom”X” menjadi “XX” akan menghasilkan janin

sifat betina. Jika sel telur yang mengandung kromosom “X” dibuahi oleh sel

sperma yang mengandung kromosom “Y” menjadi “XY” akan menghasilkan janin

sifat jantan.

Seks gonadik adalah genital atau alat reproduksi laki-laki atau perempuan

yang merupakan hasil dari pembuahan kromosom (Chang, 2009: 58; bdk.

Soebijanto, 1995: 13).

Seks hormonal adalah kelenjar-kelenjar hormon tertentu yang mempengaruhi

sifat-sifat seks sekunder. Kelenjar hormon yang mempengaruhi dan menentukan

sifat seks sekunder pada laki-laki disebut hormon Androgen. Hormon ini

mempengaruhi seks sekunder pada laki-laki antara lain: pertumbuhan rambut pada

daerah tertentu, suara membesar, dan dada melebar. Hormon yang menentukan

sifat seks sekunder pada perempuan adalah hormon Estrogen dan hormon

Progresteron. Hormon Estrogen mempengaruhi dan menentukan seks sekunder

perempuan antara lain: pertumbuhan payudara, perlemakan pada pantat dan paha,

serta pertumbuhan rambut pada daerah tertentu. Hormon ini mulai bekerja aktif

pada saat perempuan memasuki masa pra pubertas. Hormon Progresteron pada

wanita, mempengaruhi uterus/rahim yang menyebabkan Endometrium lebih tebal,

(53)

Menurut Len Sperry yang dikutip oleh Chang (2009: 56-57) seks

mengandung dua makna utama. Arti yang pertama menunjuk pada aspek biologis

kepribadian seseorang atau tatanan biologis individu berdasarkan wujud alat

kelamin lelaki atau perempuan. Makna yang kedua menunjuk pada perilaku yang

terkait dengan alat kelamin manusia, yaitu mencakup kegiatan-kegiatan yang

berhubungan dengan perasaan libido, rangsangan-rangsangan, serta hubungan

persetubuhan.

2. Seksualitas

Seksualitas mempunyai makna lebih luas dari istilah seks. Seksualitas

manusia menurut Tettamanzi yang dikutip Chang (2009: 58), menunjuk pada

seluruh pribadi manusia dalam totalitasnya, dalam kesatuannya antara tubuh, jiwa,

dan roh sebagai suatu kekayaan dalam diri manusia.

Para filsuf Yunani memandang bahwa tubuh, jiwa dan roh adalah satu

kesatuan yang ada dalam manusia yang hidup. Tubuh adalah unsur lahiriah

manusia yang dapat dilihat, disentuh, seperti alat kelamin, seluruh organ tubuh

manusia, dan pertumbuhan serta perkembangannya. Jiwa adalah unsur batiniah

manusia yang tidak dapat dilihat. Jiwa manusia meliputi unsur pikiran, emosi

(perasaan) dan kehendak. Dengan pikiran, manusia dapat berpikir dan berfantasi.

Dengan emosi (perasaan) manusia dapat mencintai atau mengasihi dan dengan

kehendaknya, manusia dapat memilih dengan kebebasannya. Roh adalah sifat

alamiah manusia yang ‘immaterial’ yang menghidupkan dan menggerakkan tubuh

dan jiwa. Misalnya mata “sebagai anggota tubuh” melihat atau menangkap suatu

(54)

tertarik, cinta dan kehendak, kemudian “roh” menggerakkan unsur perasaan dan

kehendak keluar melalui ekspresi tubuh yang disebut dengan sikap dan perilaku.

Perilaku seksualitas manusia itu ada karena manusia memiliki unsur tubuh, jiwa

dan roh ini. Ketiga unsur ini merupakan satu kesatuan yang ada dalam diri

manusia.

Seksualitas menunjuk pada seluruh pribadi manusia dalam totalitasnya,

dalam kesatuan antara tubuh, jiwa, dan roh sebagai suatu kekayaan dalam diri

manusia, oleh karena itu seksualitas meliputi aspek biologis, psikologis,

sosio-kultural, dan spiritual. Seksualitas yang ditinjau dari perspektif biologis, bisa

dikelompokkan menjadi seks kromosomik (genetik-penentuan jenis kelamin) yang

akan berfungsi sebagai alat reproduksi, seks hormonal yaitu kelenjar tertentu yang

mempengaruhi sifat sekunder seperti: perbedaan lebar dada, lebar pinggang,

pertumbuhan rambut, buah dada, suara membesar, atau nyaring dan sebagainya,

serta perilaku seks seperti persetubuhan, atau kegiatan-kegiatan yang terkait

dengan tubuh yang menimbulkan perasaan libido (Chang, 2009: 58; bdk.

Soebijanto, 1995: 10-11).

Seksualitas dari perspektif psikologis, tidak hanya dipandang sebagai suatu

kebutuhan, melainkan juga keinginan, yang terlihat dalam pembicaraan dan

perilaku manusia sehari-hari (Chang, 2009: 58-59). Kebutuhan dan keinginan

tersebut mendorong manusia untuk berbuat (berperilaku) untuk menjawab atau

memenuhi kebutuhan dan keinginan yang ada dalam diri manusia. Kebutuhan akan

cinta dan persahabatan akan terlihat dalam pembicaraan dan perilaku membangun

relasi persahabatan dengan yang lain. Dorongan dari dalam yang membuat

(55)

disebut sebagai energi, sebagaimanadefinisi Rolheiser yang dikutip oleh Suparno,

(2007: 19) bahwa seksualitas adalah “energi dalam diri kita, yang mendorong kita

untuk dapat mencintai, berkomunikasi, membangun persahabatan, gembira,

mempunyai afeksi, belarasa, membangun intimasi, dan berelasi dengan diri

sendiri, orang lain, alam dan Tuhan”. Manusia membangun relasi dengan yang lain

berarti ada interaksi antar pribadi atau sosial, maka seksualitas pun mempunyai

aspek sosial.

Seksualitas dari perspektif sosio-kultural, meliputi perilaku seksual terkait

dengan pelbagai faktor sosial dan lingkungan. Soebijanto (1995: 13) mengatakan

bahwa, “bekerjanya sistem pada hipotalamus dan neocortical pada otak,

membentuk seks tertier. Sifat-sifat seks tertier terbentuk karena interaksi individu

dengan lingkungan sosial budaya, sehingga dikenal feminitas dan maskulinitas

(sifat kewanitaan dan sifat kelaki-lakian).” Menjadi perempuan dan laki-laki

ternyata juga dipengaruhi oleh peran yang diharapkan dari masyarakat tentang

perempuan dan laki-laki. Banyak stereotipe dibuat, misalnya laki-laki itu kuat dan

berpikir sedangkan perempuan itu mencintai, penuh kasih. Laki-laki itu kasar dan

perkasa, sedangkan perempuan itu lemah lembut dan seksi (Suparno, 2007: 36).

Salah satu contoh stereotipe pada laki-laki adalah bahwa ciri laki-laki tegar. Sejak

kecil, lingkungan sudah mengkondisikan laki-laki untuk menjadi seorang yang

tegar. Kehormatan seorang pria adalah terletak pada kekuatan atau ketegarannya.

Laki-laki dididik untuk bisa mengatasi segala sesuatu sehingga tanpa disadarinya,

ia pun mulai meyakini bahwa kehormatan dirinya bertumpu pada kemampuannya.

Ketidaksanggupan mengatasi tantangan diidentikkan dengan kelemahannya.

(56)

dibuat ini ikut menentukan pribadi manusia, yang menerima sifat kewanitaan dan

kelelakian ini kemudian dikenal dengan ciri-ciri feminitas dan maskulinitas.

Dalam konteks Kristiani, seksualitas dikatakan sebagai suatu ciri dasar

pribadi manusia dan secara mendalam ikut menentukan hubungan antar pribadi

(KWI, 1996: 78). Dari seksualitas itu pribadi manusia menerima sifat-sifat yang

membuatnya menjadi seorang pria atau seorang wanita pada tingkat biologis,

psikologis, dan spiritual, dan karenanya sangat menentukan kemajuannya ke arah

kedewasaan dan masuknya kedalam masyarakat.

Seksualitas dari aspek spiritual berkaitan dengan kerohanian, atau berkaitan

dengan hubungan dengan Tuhan dan sesama serta segala ciptaan-Nya sebagai

tanda keberadaan Tuhan yang bersemayam di dalamnya. Spiritualitas berkaitan

dengan yang Ilahi. Rolheiser mendefinisikannya sebagai suatu api yang membakar

dalam diri manusia, suatu energi untuk hidup. Maka, menjadi spiritual berarti

menjadi satu dengan Tuhan sang pencipta. Spiritualitas adalah api, dorongan,

desire, dalam hati manusia yang membuat manusia berkomunikasi atau berelasi

dengan Tuhan dan sesamanya serta ciptaan-Nya lain, sebagaimana diungkapkan

oleh Rolheiser dan beberapa tokoh lain yang dikutip oleh Suparno (2007: 19)

sebagai berikut:

Rolheiser mendefinisikan seksualitas sebagai “energi yang indah, baik, sangat kuat, dan suci yang diberikan oleh Tuhan dan dialami dalam seluruh hidup kita, sebagai suatu dorongan yang tidak dapat ditekan, yang mendorong orang untuk mengatasi ketidak lengkapan, menuju kesatuan yang utuh. Seksualitas adalah energi dalam diri kita, yang mendorong kita untuk dapat mencintai, berkomunikasi, membangun persahabatan, gembira, mempunyai afeksi, compassion, membangun intimasi, dan berelasi dengan diri sendiri, orang lain, alam dan Tuhan.” Ferder dan Heagle mengungkapkan seksualitas sebagai keseluruhan energi untuk menjadi hidup dan membangun relasi. James Nelson menjelaskan seksualitas sebagai keberadaan kita di dunia ini sebagai pribadi laki-laki dan perempuan.

(57)

Seksualitas pada dasarnya merupakan komponen fundamental kepribadian,

cara berada, cara mengungkapkan diri, cara berkomunikasi dengan yang lain, cara

merasa, serta cara menyatakan dan menghidupi cinta manusiawi. Seksualitas tidak

hanya mencirikan manusia dari sudut jasmaniah atau biologis, tetapi juga

psikologi, sosio-kultural dan spiritual (Chang, 2009: 57). Maka seksualitas dalam

perspektif spiritual, perilaku seksual berkaitan dengan ungkapan cinta dan

kehadiran Tuhan dalam pribadi manusia sebagai makhluk seksual. Ungkapan

cinta dan ungkapan kehadiran Tuhan terlihat dalam sikap dan perilaku manusia,

cara manusia membangun relasi dengan dirinya, sesama, alam dan Tuhan.

Jika salah satu aspek dari aspek biologis, psikologis, sosio-kultural dan

spiritual hilang, atau tidak diperhatikan, maka integrasinya tidak sehat dan dapat

menimbulkan kendala. Misalnya, orang tidak mampu melihat bahaya ekspresi

seksualnya terhadap orang lain, tidak merasa nyaman dengan keadaan dirinya,

sulit menerima diri dengan gembira, tidak dapat membangun relasi dengan orang

lain secara terbuka dan dekat, mudah mengadili orang lain dalam hal tingkah laku

seksual, tidak setia kepada komitmen utamanya, melakukan tindakan pelecehan

seksual terhadap orang lain, dan lain-lain (Suparno, 2007: 34-35).

B. TUBUH DAN SEKSUALITAS MENURUT YOHANES PAULUS II

Ajaran Yohanes Paulus II tentang tubuh dan seksualitas dikenal dengan

“Teologi Tubuh”. Ajaran dalam teologi tubuh menyangkut “tubuh dan seksualitas

manusia”, “relasi manusia”, dan “hidup perkawinan dan selibat” (Percy, 2006:

ix-x). Teologi berasal dari bahasa Yunani yaitu dari kata Theo (Allah) dan logos

(58)

teologi tubuh adalah ilmu tentang Tuhan dalam kaitannya dengan tubuh manusia

(Percy, 2006: 1).

Dengan kata lain tubuh manusia sebagai objek ilmu untuk memahami Allah,

seluruh rencana dan kehendak-Nya dalam kaitan dengan tubuh dan seksualitas

manusia pada awal mula penciptaan-Nya.

1. Tubuh Manusia Sebagai Sakramen

Allah tidak terlihat. Satu-satunya cara yang memungkinkan kenyataan Allah

yang tak terlihat menjadi terlihat adalah melalui tubuh manusia, sebagaimana

dikatakan oleh Yohanes Paulus II dalam katekesenya tentang tubuh tanggal 20

Februari 1980: “The body, in fact, and only the body, is capable of making visible:

the spiritual and the divine. It has been created to transfer into the visible reality

of the world the mystery hidden from eternity in God, and thus to be a sign of it”

(John Paul II, 2006: 203).

Yohanes Paulus II menekankan bahwa tubuh manusia adalah sebuah

sakramen atau tanda dan sarana kehadiran Allah. Tubuh manusia menjadi

penunjuk pada realitas Allah yang tidak terlihat itu yaitu kebersatuan kekal Allah

Tritunggal. Tubuh menjadi tanda dan sarana kehadiran Allah manakala tubuh

laki-laki dan perempuan itu bersatu menjadi satu daging sebagai ungkapan cinta dan

pemberian diri. Dengan kebersatuan tubuh laki-laki dan perempuan, tubuh tidak

hanya membuat terlihat misteri yang tak terlihat tetapi juga masuk ke dalam

misteri itu, mengambil bagian di dalamnya, mengalaminya dalam misteri itu.

Kebersatuan laki-laki dan perempuan menjadi satu daging adalah symbol

(59)

Panggilan menjadi satu daging dapat ditemukan secara nyata dalam

kebersatuan kudus laki-laki dan perempuan dalam perkawinan, di mana persatuan

laki-laki dan perempuan membentuk satu communio personarum (persatuan

pribadi-pribadi), sebagaimana dikatakan oleh John Paul II (2006: 163): “man

became the image of God not only through his own humanity, but also through the

communion of persons, which man and women form from the very beginning”.

Pernyataan “apa yang tidak terlihat menjadi terlihat” ini terjadi pada awal

mula ketika manusia diciptakan dengan tubuhnya sebagai lelaki dan perempuan;

terjadi pada peristiwa inkarnasi, ketika Sabda menjadi daging, mengambil rupa

secara nyata; terjadi dalam persatuan antara Kristus dan Gereja-Nya; dan akhirnya

terjadi dalam persatuan antara suami dan istri (Deshi Ramadhani, 2009: 35).

2. Tubuh Pria dan Wanita Pada Awal Mula

Pernyataan Kitab Kejadian telah mengandung pemahaman orisinal manusia

mengenai perbedaan jenis kelamin. Heteroseksuallitas manusia dalam pandangan

Kitab Suci adalah karya pencipta: “Allah menciptakan manusia itu menurut

gambar-Nya, menurut gambar Allah diciptakan-Nya dia; laki-laki dan perempuan

diciptakan-Nya mereka” (Kej 1:27). Teks itu berbicara pada saat yang bersamaan

tentang manusia sebagai gambar Allah dan sebagai dua jenis kelamin yaitu

laki-laki dan perempuan.

Allah adalah suci dan mulia. Maka seksualitas yang dikenal sebagai laki-laki

dan perempuan memiliki martabat suci dan mulia karena Allah menciptakannya

menurut gambar dan rupa-Nya sendiri (Kej 1:26-27). Penulis menambahkan

(60)

keseluruhan manusia diciptakan dalam keadaan baik; karena itu sebagai karunia

Allah, seksualitas secara keseluruhan adalah baik (Peschke, 2003: 237-238).

Allah mempunyai rencana dan tujuan tertentu pada awal mula menciptakan

tubuh dan seksualitas manusia sebagai laki-laki dan perempuan. Paus Yohanes

Paulus II menganalisa rencana dan tujuan penciptaan Allah dalam kaitan dengan

tubuh dan seksualitas manusia, Paus mengawalinya dengan perdebatan orang

Farisi dengan Yesus berkaitan dengan perceraian (Mat 19:3-12).

Dalam Mat 19 Yesus mengulang frase “sejak semula” dua kali, menunjukan

suatu maksud tertentu. Yesus mengajak pendengarnya untuk tidak berhenti pada

apa yang sudah merupakan perkembangan lebih lanjut, yakni bahwa hukum Musa

memang mengatur hal seputar perceraian. Yesus mengajak pendengarNya untuk

kembali lebih jauh sampai ke keadaan paling awal. Penjelasan Yesus menyoroti

secara tegas apa yang ada “pada awal mula” pada saat manusia diciptakan. Allah

menciptakan manusia serupa dengan gambarNya: “Menurut gambar Allah

diciptakanNya dia laki-laki dan perempuan diciptakanNya mereka” (Kej 1:27).

Teks ini menunjukkan manusia dengan tubuh dan seksnya sebagai laki-laki dan

perempuan adalah gambaran Allah yang utuh. Pemahaman akan manusia sebagai

gambar dan rupa Allah menjadi tidak utuh jika orang hanya menekankan laki-laki

atau perempuan saja (Deshi Ramadhani, 2009: 52).

Yesus melanjutkan dengan kutipan teks Kejadian 2:24: “Sebab itu seorang

laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya,

sehingga keduanya menjadi satu daging.” Allah menciptakan Adam dan Hawa

dengan suatu intensi yaitu mereka menjadi “satu daging”. Allah menciptakan

(61)

diri dalam hidup mereka. Kesatuan suami isteri adalah kehendak Allah (Percy,

2006: 13).

Yesus tidak hanya berhenti dengan kutipan dari Kitab Kejadian. Ia

menambahkan: “Demikianlah mereka bukan lagi dua, melainkan satu. Karena itu,

apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia” (Mat 19:6).

Kalimat “mereka bukan lagi dua, melainkan satu” dan “tidak boleh diceraikan

manusia” menegaskan hakekat perkawinan yang unitas dan indissolubilitas atau

monogam dan tak terceraikan (John Paul II, 2006: 132).

Tubuh adalah sakramen. Allah menyatakan dirinya dalam setiap tubuh

laki-laki dan perempuan, manakala tubuh laki-laki-laki-laki dan perempuan bersatu menjadi satu

daging (Kej 2:24).

Orang Farisi bertanya tentang persoalan perceraian karena mereka seolah

lupa akan keadaan pada awal mula penciptaan manusia. Menurut Yesus, meskipun

ada aturan seputar perceraian dalam Hukum Musa, tetapi “sejak semula tidaklah

demikian” (Mat 19:8). Segala persoalan perceraian atau permasalahan dan

kebingungan yang terjadi pada zaman ini seputar tubuh dan seks muncul karena

orang seolah lupa akan keadaan pada awal mula penciptaan. Menurut Yohanes

Paulus II, Yesus akan memberikan jawaban yang sama pada situasi zaman ini

sebagaimana jawaban yang diberikan kepada orang Farisi (John Paul II, 2006:

219).

Deshi Ramadhani (2009: 48-50) mengatakan bahwa Paus Yohanes Paulus II

mengajak semua orang untuk terus mendengar gema ucapan Yesus “sejak semula

tidak demikian”. Dengan perkataan lain apa yang menjadi rencana dan kehedak

(62)

tubuh dan seksualitas manusia dengan tepat, orang harus kembali ke keadaan pada

awal mula saat manusia diciptakan.

3. Keadaan Awal Mula

Awal Kitab Kejadian terdapat dua kisah tentang penciptaan. Kisah pertama

dapat dibaca dalam Kej 1:1-2:4a dan yang kedua terdapat dalam Kej 2:4b-25.

Kisah penciptaan pertama, oleh Yohanes Paulus II disebut sebagai kisah obyektif

penciptaan, artinya kisah ini menunjuk pada suatu penciptaan manusia sebagai

sesuatu yang bisa diamati dari luar seolah sebagai obyek pengamatan. Kisah kedua

disebut subyektif penciptaan, maksudnya di sana orang diajak masuk dalam

pengalaman manusia yang menjadi subyek yang langsung terlibat di dalam

penciptaan itu. Kisah pertama Kej 1:1-2:4a, ditempatkan pada awal Kitab Suci,

sebenarnya secara kronologi merupakan kisah yang disusun sesudah kisah dalam

Kej 2:4b-25 (Deshi Ramdhani, 2009: 51-53). Kitab Kejadian 2:4b-7 memberikan

suatu informasi kebenaran sebagai berikut:

Ketika Tuhan Allah menjadikan bumi dan langit, belum ada semak apapun di bumi, belum timbul tumbuh-tumbuhan apapun di padang, sebab TUHAN Allah belum menurunkan hujan ke bumi, dan belum ada orang untuk mengusahakan tanah itu; Tetapi ada kabut naik ke atas dari bumi dan membasahi seluruh permukaan bumi itu ketika itulah TUHAN Allah membentuk manusia itu dari debuh tanah dan menghembuskan nafas hidup ke dalam hidungnya; demikianlah manusia itu menjadi makhluk yang hidup.

Teks ini memberikan informasi bahwa secara kronologis, manusia itu

diciptakan ketika Allah menjadikan langit dan bumi. Allah menciptakan manusia

pada saat itu “belum ada semak dan tumbuh-tumbuhan di atas muka bumi”, alasan

yang pertama adalah “Tuhan belum menurunkan hujan”, dan alasan kedua adalah

Gambar

Table 1. Variabel penelitian
Tabel 2. Identitas responden
Tabel 3. Informasi tentang pendidikan seksualitas
Tabel 4. Pemahaman tentang Seks
+7

Referensi

Dokumen terkait