lebih lanjut, ‘topeng emas’ raksasa yang menyelubungi bangunan sesungguhnya adalah atap sekaligus dinding yang semi transparan. Pengunjung dapat tetap terlindung tetapi tetap dapat ‘mencuri pandang’ keluar dari arah balkon gedung opera didalamnya.
Beberapa bangunan akhirnya menjadikan bentuk yang ‘spektakuler’ hanya sebagai fasade belaka. Sedapat mungkin pada perancangan Pusat Kebudayaan Jepang ini semua elemen arsitektural dapat berfungsi dengan efektif agar tidak ada desain yang tidak berguna atau hanya tempelan.
BAB IV
ANALISIS
Analisis yang akan dibahas dalam bab ini adalah analisis fungsional, analisis peruntukan, dan analisis kondisi potensi lingkungan.
IV.1 ANALISIS FUNGSIONAL
Mengacu pada tabel kegiatan pada bab II ditambah dengan hasil studi banding, kegiatan yang akan diwadahi di dalam pusat kebudayaan Jepang di Bandung ini adalah sebagai berikut :
Tabel 4.1 Program Kegiatan
NO PELAKU AKTIVITAS AKTIVITAS KEBUTUHAN
RUANG KEGIATAN WAKTU 1 -Grup band /penampil
-Penonton, pengunjung
Konser musik dan
festival budaya -Lapangan/ruang terbuka -Balairung Setiap bulan 2 -Penikmat olahraga beladiri -Atlet Latihan beladiri :
kendo, karate, aikido -Lapangan/ruang terbuka -Gelanggang olahraga
Setiap hari bergiliran
4 -Pengunjung pameran
-Penyaji pameran Seminar, Pameran dan workshop -Balairung -Ruang kelas Tiga bulanan 5 Penggemar film
Jepang Menonton film bersama Balairung Sewaktu-waktu 6 Penjual dan pembeli Barter dan jual beli
barang Toko-toko Setiap hari 7 Pegawai kantor The
Japan Foundation dan sukarelawan
Kegiatan administratif kantor The Japan Foundation (pengelola)
Ruang kantor Setiap hari 8 -Murid/peserta kursus
-Pengajar -Pegawai
Kursus bahasa -Ruang kelas
-Ruang kantor guru dan administrasi
Setiap hari 9 -Peserta kursus
-Pengajar Kursus budaya : ikebana, bonsai, chanoyu
-Ruang khusus
seperti kamar Jepang Setiap hari bergiliran 10 -Pegawai
-Pengunjung Mencari informasi beasiswa, turisme, pariwisata
-Ruang pusat informasi
-Ruang resepsionis
Sewaktu-waktu
Berdasarkan program tersebut dapat dicari standar ruang yang dibutuhkan melalui sumber literatur. Dari literatur-literatur juga didapat persyaratan-persyaratan teknis dan non teknis yang berkaitan dengan perancangan fungsi. Persyaratan-persyaratan tersebut dibutuhkan untuk membantu menentukan kriteria dan batasan perancangan.
Berikut ini daftar standar, luas, dan persyaratan yang dibutuhkan untuk fungsi-fungsi di dalam Pusat Kebudayaan Jepang:
Tabel 4.2 Program Ruang
Persyaratan Kelompok
Fasilitas Kegiatan Ruang Standar Luas/ ruang
Jumlah
Ruang (buah) Jumlah Luas
Ruang Teknis Nonteknis Fasilitas Komersial Penunjang Barter dan jual beli barang Retail 32 m2 3 96 m2 - koridor antar retail - suasana tercipta sesuai
Komunitas (sebagai zona budaya kontemporer ) maksimal 4 m - suplai listrikkont inyu, harus ada genset dengan tema dan karakter bangunan Barter dan jual beli barang Retail
khusus Kinokuniya buah 1 Vega Merchandise 1 buah 134 m2 81 m2 Makan Mengobrol Restoran kapasitas
130 org 2,2 m2 / orang (Neufert ) + sirkulasi 1 300 m2 - pencahaya an sampai dengan 200 lux untuk ketinggian plafon maksimal 5m - jarak antara meja dengan dinding harus >75 cm - ketinggian lampu umunya 2,5 m -bagian yang bersifat intim dan privat terdiri dari meja berkursi dua dan meja bar. Bagian yang lebih umumadal ah area dengan meja berkursi empat atau enam. - perhatikan jenis pelayanan restoran : swalayan, a la carte, kafe, restoran prasmanan Warung mi ramen dan takoyaki. kantin Ruang makan : 0,83 m2 / orang (Neufert ) + sirkulasi Dapur dan ruang saji tiap kantin : 12 m2 1 5 123,5 m2 60 m2 - bagian memasak diperlihat kan kepada pengunjun g - tinggi meja seperti meja bar ±1,1 m - suasana akrab dan santai Memasak Menyiapkan makanan Dapur, termasuk gudang makanan 20 % x luas restoran 1 61,5 m2 - ada perangkat pengatur penghawa an (exhaust
fan) - material lantai tidak boleh licin, harus mudah dibersihka n
Sholat Musholla 12 m2 1 12 m2 - sirkulasi udara harus lancar agar karpet alas lantai tidak bau - berorienta si ke dalam Buang air
Berwudhu Toilet dan tempat wudhu ♂ : 0,96 m2/ urinoir ♀ : 0,96 m2/ bilik 4 4 3,84 m2 3,84 m2 - pemipaan tersusun dalam satu lajur kordinasi - pengondisi an udara alami - toilet (pria dan wanita) harus terpisah secara fisik dan visual -tempat wudhu terpisah Janitor 1,2 m2 1 1,2 m2 - tersedia pipa air panas dan air dingin ∑ Luas Ruang 876,88 m2 Fasilitas Hobi dan Minat, Olahraga dan Kesenian (sebagai zona peralihan) Olahraga Latihan beladiri Latihan Kesenian Gelanggang 554 m2 (Neufert ) Judo : 360 m2 (Interna tional Standar d of Martial Arts) Panahan : 380 m2 Aikido : 299 m2 1 884,5 m2 - ketinggian ruangan minimal 6,7 m - pencahaya an sampai dengan 500 lux Ganti pakaian Mandi Ruang loker ♂ : 51,84 m2 ♀ : 51,84 m2 1 1 103,24 m2 Kamar Mandi ♂ :2,44 m2 (Neufert 8 11 19,52 m2 26,84
) ♀ : 2,44 m2 (Neufert ) m2 Menitipkan barang Meminjam alat Tempat penitipan barag (deposit corner) 25 m2 1 25 m2 - cukup terbuka untuk mengawas i orang yang datang dan pergi -terawasi penjaga Menyimpan alat olahraga/ kesenian Merawat alat-alat Gudang dan tempat perawatan 50 m2 (Neufert ) 1 50 m2 - Tinggi pintu masuk minimal 2,25 m ∑ Luas Ruang 1109,1 m2 Menonton
konser Gelanggang 0,24 / orang m2 1 168 m2 Penampilan
grup musik Panggung 96 m2 1 96 m2
Ruang belakang panggung 60 m2 1 60 m2 Toilet ♂ : 0,96 m2/ urinoir ♀ : 0,96 m2/ bilik 4 4 3,84 m2 3,84 m2 - pemipaan tersusun dalam satu lajur kordinasi -pengondisi an udara alami - kedua bagian toilet (pria dan wanita) harus terpisah secara visual ∑Luas Ruang 331,68 m2 Menerima tamu Berkumpul Lobi Ruang Serbaguna dan Galeri 1 136,15 m2 Rehat kopi
Makan siang Prefunction hall 20 m2 2 40 m2
Seminar Workshop Menonton film bersama Ruang Serbaguna kapasitas 150 orang 0,92 m2
/ orang 3 414 m2 - dalam akustik ruang baik - tidak ada suara dari luar yang masuk ke dalam ruangan Penampilan pembicara Penampilan Panggung kecil dalam ruang 48 m2 1 48 m2 - dilengkapi ruang
akustik monitor suara dan
ruang mesin Persiapan
penampil Ruang belakang panggung 16 m2 1 16 m2 Toilet ♂ : 0,96 m2/ urinoir ♀ : 0,96 m2/ bilik 4 4 3,84 m2 3,84 m2 - pemipaan tersusun dalam satu lajur kordinasi -pengondisi an udara alami - toilet (pria dan wanita) harus terpisah secara fisik dan visual ∑Luas Ruang 661,83 m2 Fasilitas Pendidikan (sebagai zona budaya tradisional) Belajar
bahasa Kelas bahasa Jepang kapasitas 20 orang /kelas 0,2 m2/ orang ditamba h sirkulai 50% = m2 / kelas 3 24 m2 - pencahaya an alami harus cukup - pencahaya an buatan sampai dengan 500 lux - harus ada instalasi multimedi a Belajar budaya tradisonal Jepang Ruang kelas khusus budaya (ikebana, origami, bonsai, kabuki, shamisen, koto, taiko) dan ruang pameran karya. Ruang chanoyu atau upacara minum teh 20 m2 1 20m2 - modul tatami - material mencermi nkan karakter material asli Jepang - jangan mengguna kan jerami karena akan berjamur di iklim tropis - skala dan proporsi bangunan sesuai proporsi rumah tradisional -borrowing view - bersifat mengalir, hubungan langsung antara ruang dalam dan ruang luar, hening dan menenang kan -zen : keseimban gan dalam kekosonga n
Jepang - ada dapur khusus pemanas poci teh, ditanam lebih rendah daripada permukaa n lantai - ada dapur bawah tanah Ruang pengajar kapasitas 10 orang 1,5 m2/
orang 1 15 m2 - akses ke ruang kelas mudah - dapat mengawasi kelas dari ruang guru Ruang administras i dan resepsionis 12 m2 1 12 m2 Toilet ♂ : 0,96 m2/ urinoir ♀ : 0,96 m2/ bilik 4 4 3,84 m2 3,84 m2 - pemipaan tersusun dalam satu lajur kordinasi -pengondisi an udara alami Musholla 12 m 1 12 m2 Gudang 10 m2 1 50 m2 - tidak boleh lembab karena digunakan juga sebagai tempat menaruh kostum-kostum tradisional ∑Luas Ruang 140,68 m2 Fasilitas
Pengelola Pekerjaan administrat if Rapat Negosiasi acara Ruang kantor untuk 9 orang Ruang rapat untuk 12 orang 0,9 m2/ m2 2 m2 / orang 1 1 148 m2 - pencahaya an buatan dan alami - open layout -suasana kasual Pusat 18 m2 1 18 m2
informasi/ lobi / resepsionis Toilet ♂ : 0,96 m2/ urinoir ♀ : 0,96 m2/ bilik 2 2 1,92 m2 1,92 m2 - pemipaan tersusun dalam satu lajur kordinasi -pengondisi an udara alami - toilet (pria dan wanita) harus terpisah secara fisik dan visual Musholla 12 m2 1 12 m2 Membaca buku Perpustakaan / ruang
baca buku koleksi 252 m2 1 252 m2 - pencahaya an buatan dan alami - suhu ruangan dijaga agar tetap pada kisaran 22°C -dapat menjadi tempat yang nyaman untuk berdiskusi -suasana kasual ∑Luas Ruang 433,84 m2 ∑Luas Bangunan 3554,01 m2 Sirkulasi 20 % 710,802 m2 Luas Bangunan Total 4264,81 2 m2 Fasilitas
Utilitas Ruang genset 12 m2 1 12 m2 - struktur terpisah dari bangunan utama - ada peredam getaran pada dinding dan plat lantainya Ruang
pompa air 16 m2 1 16 m2 - struktur terpisah dari bangunan utama - ada peredam getaran pada dinding dan plat lantainya Ruang panel listrik 16 m2 1 16 m2 ∑ Luas 44 m2
Dari tabel di atas dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : Luas bangunan fasilitas fisik: 3554,01m2
Luas bangunan utilitas : 44 m2
Luas bangunan total : 4264,812m2
Luas ruang luar :1650 m2
Luas total yang dibutuhkan : 5958,812 m2
Ruang Utilitas Ruang Luar : taman Jepang Seremoni awal chanoyu Kontemplas i Taman 100 m2 2 200 m2 -suasanan hening dan menenang kan -komposisi mirip aturan komposisi ikebana Parkir Kapasitas 100 mobil dan 100 motor 12,5 m2/ mobil 2 m2/ motor 1 1 1250 m2 200 m2 ∑Luas Parkir 1650 m2 TOTAL 5958,81 2 m2
IV.1.2 HUBUNGAN ANTARFASILITAS
Keterangan : Hubungan langsung atau dekat Diagram 4.1 Hubungan Antarfasilitas
IV.1.3 HUBUNGAN ANTARRUANG DALAM FASILITAS 1. Fasilitas Komersial
Diagram 4.2 Hubungan Antarruang dalam Fasilitas Komersial Fasilitas Komersial Fasilitas Hobi dan Minat Fasilitas Pendidikan Fasilitas Pengelola Pintu masuk Retail Restoran dan warung ramen Area servis Dapur Toilet dan musholla PARKIR
2. Fasilitas Hobi dan Minat
Diagram 4.3 Hubungan Antarruang dalam Fasilitas Hobi dan Minat
3. Fasilitas Pendidikan
Diagram 4.4 Hubungan Antarruang dalam Fasilitas Pendidikan Lobi RSG Galeri Toilet Prefunction hall Area servis Ruang penitipan barang Gelanggang Ruang Ganti dan
kamar mandi Gudang Fasilitas Pendidikan Fasilitas Komersial Fasilitas Pengelola R.Pertemuan / Balairung Servis R.Baca
Kelas bahasa Kelas budaya
R. Pengajar
Taman Toilet dan
musholla Fasilitas
Hobi dan Minat
Bagian fasilitas pendidikan memerlukan penanganan khusus karena fasilitas ini terletak di zona budaya tradisional. Bangunan dan ruang-ruang yang termasuk dalam zona budaya tradisional ini diharapkan mempu merepresentasikan Jepang tradisional termasuk pula sistem strukturnya yang khas. Modul bangunan dan ruangnya yang didasari modul tatami dan metode kijo-ma membuat modul besaran ruang menjadi 90 X 180 cm atau 360 x 360 cm per modul (lihat lampiran hal 79).
4. Fasilitas Pengelola
Diagram 4.5 Hubungan Antarruang dalam Fasilitas Pengelola
IV.1.4 STRUKTUR
Salah satu hal penting dalam perancangan adalah adanya pertimbangan masalah struktur. Pada bangunan Pusat Kebudayaan Jepang ini terdapat beberapa fungsi yang memerlukan perhitungan struktur istimewa untuk ruangan yang mewadahinya. Fungsi-fungsi tersebut adalah fasilitas pendidikan, gelanggang olahraga, dan ruang serbaguna.
Gelanggang olahraga membutuhkan ruangan yang bebas kolom. Dengan demikian, diperlukan penanganan bangunan bentang lebar untuk ruangan ini.
Ruang serbaguna membutuhkan ruang luas yang sebisa mungkin bebas kolom. Tingkat kepentingan penanganan bentang lebar pada fungsi
Lobi, pusat informasi R. Rapat Kantor Toilet dan Musholla Fasilitas Komersial
ruang serbaguna ini tidak sepenting gelanggang olahraga. Sampai batas tertentu ruang serbaguna boleh tidak-bebas-kolom. Yang terpenting kegiatan dalam ruang dapat diwadahi sehingga pengguna dapat beraktivitas dengan nyaman dan leluasa. Bentang modul kolom-ke-kolom harus dipertimbangkan agar tidak menghalangi sirkulasi ataupun pandangan ke panggung.
Hal penting lainnya berkaitan dengan tema Origami pada kasus projek ini. Struktur ‘origami’ paling tepat diterjemahkan melalui penggunaan struktur lipat / folded structure (lihat lampiran hal. 79).
Gambar 4.1 Preseden Lipatan Folded Rigid Frame Sumber : www.ketchum.org
Gambar 4.2 Church at Hoensbroek, Heerlen
Sumber www.cambridge.edu
IV.2 ANALISIS TAPAK
Berdasarkan pengamatan, orang-orang Jepang di Bandung kebanyakan berada di daerah Setrasari-Setiabudi-Ciumbuleuit-Cihampelas-Dago. Bangsa Jepang terkenal akan kecintaannya terhadap
alam. Sesuai dengan konsep arsitektur Jepang yang menyatu dengan alam pula maka dipilih tapak yang karakter alaminya sangat kuat.
Lahan yang miring membantu untuk mewujudkan tapak yang bersusun-susun seperti origami.
Berdasarkan dua hal penting di atas maka tapak yang dipilih adalah tapak di Jalan Sukawangi-Setiabudi, Bandung. Tapak ini memiliki kemiringan/perbedaan ketinggian antara bagian Utara dan Selatan sebesar 2,15 m.
IV.2.1 ANALISIS LOKASI DAN POTENSI
Jalan Setiabudi adalah salah satu ruas jalan komersial yang terkenal di kota Bandung. Kawasan sepanjang ruas jalan ini memiliki karakter khas, ramai oleh permainan fasade di setiap toko dan factory outlet, serta sangat alami karena banyaknya pepohonan.
Karakter kawasan sepanjang ruas jalan ini cocok dengan karakter budaya Jepang dan karakter anggota komunitas pencinta budaya Jepang yaitu terbuka pada perubahan tetapi tidak meninggalkan identitas khasnya, sangat mudah diidentifikasi, terkadang dianggap sebagai komunitas yang eksklusif, dan menjadikan alam sekitar sebagai bagian dari dirinya.
utara
1.1 Bangunan Eksisting
Tapak yang berlokasi di Jalan Sukawangi, Setiabudi ini dikelilingi oleh beberapa bangunan dengan fungsi yang berbeda. Fungsi –fungsi tersebut yaitu restoran (Flamboyan, Dragon House, Chillout, Hoka-hoka Bento), rumah dan villa, factory outlet, sekolah, pub, dan ruang terbuka hijau milik PDAM. Bangunan eksisting penting yang perlu dipertahankan yaitu rumah villa di sebelah Barat tapak.
Batas-batas fisik tapak ini yaitu sebagai berikut :
Bagian Utara: jalan Sukawangi dan Restoran Flamboyan,
Bagian Selatan: Jalan Sukaasih, Arden Pub, kantor, dan rumah penduduk,
Bagian Barat: Jalan Sukajadi, restoran Chillout, dan rumah penduduk,
Bagian Timur : Jalan Setiabudi, perumahan, kios-kios kecil.
Gambar 4.4 Analisis Eksisting Skala 1 : 1250 1.2 Arah dan Ruang Pandang
Arah pandang yang terbaik dari dalam tapak adalah ke arah Utara yaitu ke arah restoran Flamboyan dan Jalan Karang Setra. Arah pandang terburuk adalah ke arah Timur Laut. Bagian Timur Laut adalah daerah permukiman dan kios-kios yang cenderung kumuh. Bagian Barat tapak adalah permukiman warga, tidak dapat dijadikan pemandangan yang baik.
Orientasi bangunan Pusat Kebudayaan Jepang yang hendak dirancang sebaiknya mempertimbangkan kendala tapak ini. Bagian bangunan yang akan dtempatkan di daerah Timur Laut sebisa mungkin merupakan bangunan yang berorientasi pandangan ke dalam yaitu fungsi retail. Hingga batas tertentu, suatu bangunan atau hasil karya arsitektur harus dapat memberikan kontribusi yang positif bagi lingkungannya. Dalam hal ini kontribusi tersebut tidak dapat dilakukan melalui intervensi visual.
Ruang Pandang dengan Pemandangan Luar Kurang Baik -- Daerah yang Terekspos Gambar 4.5 Analisis Arah dan Ruang Pandang Skala 1 : 1250 1.3 Kebisingan
Kebisingan yang paling utama berasal dari kendaraan yang menggunakan Jalan Setiabudi (di bagian Timur tapak, kendaraan dari arah Selatan) dan Jalan Sukawangi (di bagian Utara tapak). Kebisingan lain berasal dari permukiman di bagian Barat tapak yaitu dari Jalan Sukajadi.
Kebisingan yang berasal dari sebelah Timur atau Jalan Setiabudi dihalangi oleh eksisting pepohonan. Sementara itu kebisingan yang berasal dari daerah Barat tidak terlalu mengganggu sebab Jalan Sukajadi berjarak sekitar 20 meter dari batas tapak paling Barat.
Berdasarkan kondisi tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa daerah paling tepi dari tapak harus diisi oleh fungsi retail, restoran, Ruang Serba Guna, dan area olahraga sebagai fasilitas yang tidak terlalu terganggu oleh kondisi bising.
Peletakan massa dan pemasangan penahan (barrier) polusi suara berperan penting dalam mengatasi kondisi bising ini. Ada banyak cara untuk mengurangi kebisingan, di antaranya menanam pohon-pohon besar bertajuk rapat atau menjauhkan muka bangunan dari sumber kebisingan.
Kebisingan Mayor:
Jalan Sukawangi dan Jalan
Setiabudi Kebisingan Minor :
Gambar 4.6 Analisis Kebisingan Skala 1 :1250
1.4 Vegetasi
Rata-rata vegetasi di sepanjang Jalan Sukawangi, Setiabudi adalah pepohonan bertajuk lebar, rapat, dan berusia cukup tua. Di dalam tapak ini pun terdapat beberapa pohon besar terutama di trotoar sekeliling tapak bagian Utara dan Timur, yang langsung berbatasan dengan Jalan Sukawangi dan Jalan Setiabudi. Beberapa pohon palem besar tumbuh di sepanjang Jalan Suka Asih. Pohon besar yang ada di bagian barat membantu meneduhkan tapak waktu sore hari.
Pohon peneduh Gambar 4.7 Analisis Vegetasi dan Orientasi Skala 1 : 1000
1.5 Drainase
Kondisi tapak secara umum miring ke arah selatan. Dengan demikian semua aliran air menuju ke arah Selatan. Di bagian Barat tapak, tepatnya di sebelah rumah villa, terdapat sebuah selokan besar yang saat ini digunakan sebagai tempat utama untuk mengalirkan air buangan. Bangunan Pusat Kebudayaan Jepang Di Bandung juga dapat memanfaatkannya.
Gambar 4.8 Analisis Drainase Skala 1 :1000
1.6 Sirkulasi Kendaraan dan Aksesibilitas
Beberapa angkutan umum yang melalui jalan Sukawangi yaitu : • Semua angkot yang menuju Ledeng dan Lembang
• Semua angkot yang menuju Karang Setra
• Sarijadi – Ciroyom
Kendaraan dari arah Jalan Setiabudi dan Jalan Sukawangi bergerak satu arah ke arah Barat Laut dan bermuara di perempatan Jalan Karang Setra-Sukajadi-Sukawangi. Akses paling mudah menuju tapak adalah melalui jalan Sukawangi. Sementara itu Jalan Sukaasih adalah jalan alternatif yang cocok apabila dijadikan pintu masuk atau pintu keluar tapak karena relatif sepi. Letak Jalan Sukaasih yang tidak berada dekat perempatan memperkecil resiko kemacetan akibat antrian kendaraan. Tapak di bagian Jalan Setiabudi tidak terlalu baik untuk dijadikan titik pintu masuk sebab terlalu dekat dengan perempatan jalan. Jalur ini juga merupakan jalur menanjak sehingga akan menyulitkan manuver kendaraan.
Daerah Pertemuan Tiga Jalur Sirkulasi Kendaraan Kendaraan Daerah yang Mungkin Dijadikan Akses Utama Pedestrian Pedestrian Daerah yang Mungkin Dijadikan Akses UtamaKendaraan
Gambar 4.9 Analisis Aksesibilitas Skala 1 : 1000 IV.2. 2 ANALISIS PERUNTUKAN DAN PEMINTAKATAN LAHAN
Berdasarkan analisis potensi dan kondisi lingkungan tapak dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Zona Budaya Kontemporer yang mencakup fasilitas komersial dan kemungkinan juga fasilitas pengelola diletakkan di bagian Utara atau Timur . Hal tersebut dilakukan dengan pertimbangan bahwa fasilitas tersebut tidak terganggu oleh kebisingan, perlu akses langsung dari pintu masuk utama, menjadi bagian bangunan yang berorientasi keluar tapak, dan perlu diekspos sebagi focal point.
2. Zona Budaya Peralihan yang mencakup fasilitas hobi dan minat/olahraga dan kesenian diletakkan di bagian tengah dan Timur tapak. Selain karena gunanya sebagai sebuah penghubung, zona ini juga tidak terlalu memerlukan pandangan keluar karena kegiatannya berorientasi ke dalam.
3. Zona Budaya Tradisional yang mencakup fasilitas pendidikan diletakkan di bagian Barat dari tapak. Zona ini dijauhkan dari kebisingan karena kegiatannya berorientasi ke dalam. Pemandangan bagi zona ini diciptakan artifisial dan meniru suasana Jepang asli.
Gambar 4.10 Pemintakatan Skala 1 : 1000
• Zona budaya Kontemporer :
fasilitas RSG, galeri, dan ruang pertemuan.
• Zona budaya peralihan : fasilitas
gelanggang olahraga fasilitas komersial, fasilitas pengelola, • Zona Budaya Tradisional : fasilitas
pendidikan. • Zona Hijau
4. Suasana Lingkungan