• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMASARAN SAPI POTONG PADA KELOMPOK TANI TERNAK KAROMAH MITRA MANDIRI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PEMASARAN SAPI POTONG PADA KELOMPOK TANI TERNAK KAROMAH MITRA MANDIRI"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

1

PEMASARAN SAPI POTONG PADA KELOMPOK TANI TERNAK KAROMAH MITRA MANDIRI

Leni Silpiani Nasution 1)

Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi

Lenis.02nasution@gmail.com

Dedi Darusman 2)

Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi

dedidarusman@unsil.ac.id

Eri Cahrial 3)

Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi

eri.cahrial@yahoo.co.id ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalan untuk (1) mengetahui saluran pemasaran sapi potong, (2) mengetahui organisasi dan sistem transaksi pasar di dalam pemasaran sapi potong pada Kelompok Tani Ternak Karomah Mitra Mandiri di Desa Payungagung, Kecamatan Panumbangan, Kabupaten Ciamis. Metode penelitian ini menggunakan metode survei kasus. Analisis secara deskriptif tentang saluran, struktur pasar dan sistem transaksi pemasaran sapi potong. Hasil penelitian menunjukkan bahwa saluran pemasaran pada kelompok tani ternak Karomah Mitra Mandiri mempunyai tiga saluran pemasaran diantaranya lembaga yang terlibat meliputi pedagang blantik/makelar, bandar, pedagang pengumpul dan pedagang penerima. Struktur, perilaku, dan kinerja pasar untuk sapi potong pada kelompok tani ternak Karomah Mitra Mandiri mempunyai hubungan yang dinamis. Penjualan yang dilakukan berbentuk ternak hidup, dengan sistem pembayaran tunai, dibayar sebagian dan dibayarkan nanti berdasarkan proses saluran pemasaran dan penetuan harga didasarkan pada biaya produksi, jenis sapi, status pelanggan, bobot sapi, volume pembelian. Permintaan dan penawaran akan berpengaruh dalam penentuan harga, permintaan yang kuat bisa memberikan peluang pemasaran ternak sapi potong maupun hasilnya memiliki peluang yang cukup baik.

Kata kunci : Pemasaran, struktur pasar, sapi potog ABSTRACT

This research aims are the first is to generate the marketing channel of beef cattle, the second is to know about organization and market transaction system of beef cattle marketing in Karomah Mitra Mandiri breeder group in Payungagung Village, Panumbangan, Ciamis. This research used survey study method. This research analyzed by descriptive analysis based on channel, market structure and beef cattle marketing transactional system. This research result showed Karomah Mitra Mandiri breeder group marketing channel has three channels. The first is broker seller, croupier, receiver seller. Beef cattle structure, behavior, and market performance in Karomah Mitra Mandiri breeder group has dynamic relationship. The selling form is life livestock, by using cash system based on market channel process and the price determination based on production cost, the types of beef cattle, customer status, beef cattle weight, and purchase volume. The demand and the offer will be influenced on the price determination. Strong demand will give good enough beef cattle marketing chance and outcomes.

(2)

2 PENDAHULUAN

Pemasaran merupakan aspek yang penting dalam usaha ternak sapi potong, karena produksi yang dihasilkan secara kuantitas dan kualitas apabila kondisi pasar tidak mengarah pada persaingan pasar sempurna (non-perfect competition market), maka usaha tersebut akan relatif mengalami kegagalan. Dalam pemindahan suatu produk dari titik konsumen ke titik produsen akan melibatakan beberapa badan atau perorangan mulai dari petani (produsen), lembaga-lembaga perantara (blantik, pedagang pengepul, jagal) dan diakhiri kepada konsumen. Dalam hal ini lembaga pemasaran diperlukan untuk menjembatani kesenjangan (informasi, ruang, waktu pemilikan, bentuk, dan seterusnya). Badan-badan atau lembaga-lembaga yang bergerak di bidang peternakan yang dapat mempelancar arus komoditi dari konsumen ke produsen melalui berbagai kegiatan atau fungsi pertukaran dan fungsi penunjang disebut sebagai pedagang perantara.

Organisasi Pasar dan aturan main menentukan seberapa banyak pelaku yang terlibat dan bagaimana proses transaksi terjadi. Dengan demikian walaupun komoditas yang diperdagangkan sama, organisasi pasar dapat saja berbeda. Hal ini terjadi pada pasar sapi potong di Indonesia (Yusdja and Ilham, 2004). Faktor yang membedakan antara lain: keterlibatan makelar, cara bayar, penentuan berat badan yang akan menentukan nilai produk, besaran biaya jasa pasar hewan dan lain-lain.

Kegiatan peternakan semestinya dari proses hulu sampai hilir secara terpadu dalam suatu kesatuan proses yang tidak dipisahkan oleh pasar. Analisis usaha peternakan sapi potong rakyat bahwa para peternak dalam memasarkan ternaknya memiliki ketergantungan yang tinggi pada jasa pedagang pengumpul dalam memasarkan ternaknya, meskipun tersedia fasilitas pasar ternak yang cukup memadai (Rahmanto, 2004).

Perubahan konsumsi masyarakat ke arah protein hewani yang lebih sehat mengakibatkan permintaan dan kebutuhan daging sapi di dunia semakin meningkat dari tahun ke tahun. Sementara itu pasokan dari hasil peternakan sapi potong cenderung berkurang. Guna mengatasi keadaan ini maka peternak sapi potong berpeluang besar untuk berkembang pesat dan menghasilkan keuntungan yang besar jika dikelola dengan baik.

Kabupaten Ciamis cukup potensial untuk bidang pertanian secara umum karena merupakan jalur transportasi antar kota maupun antar provinsi yang melewati pusat kota. Sektor Pertanian di Kabubapten Ciamis masih menjadi penggerak roda perekonomian, sehingga pengaruhnya terhadap laju pertumbuhan sangat signifikan. Kondisi ini juga menggambarkan bahwa pemerintah Kabupaten Ciamis masih konsen terhadap pengembangan potensi sektor pertanian. Pada Subsektor peternakan mempunyai komoditi unggulan yaitu: sapi, ayam ras dan domba.

(3)

3

Sektor pertanian meliputi Pertanian tanaman pangan, Perikanan, Peternakan, Kehutanan dan Perkebunan ( Badan Pusat Statistik Ciamis, 2016 ).

Dalam kaitannya dengan rantai pemasaran sapi potong maka dalam penelitian ini berusaha mendeskripsikan kontruksi fenomena alamiah aktifitas pemasaran sapi potong melalui proses mengkaji dalam rangka membangun struktur pemasaran yang dianggap lebih baik khusunya bagi peternak skala kecil pada kelompok tani ternak Karomah Mitra Mandiri. Proses pemasaran yang dilakukan mampu memberikan tingkat kesejahteraan yang lebih baik khususnya peternak. Keragaan pemasaran yang lebih baik akan mendorong peternak lebih menggairahkan minat untuk memelihara sapi potong yang dapat diupayakan sebagai usaha on farm yang lebih fokus sebagai usaha prioritas “bukan usaha sampingan”.

Berdasarkan masalah penelitian yang telah dikemukakan di atas, yang menjadi pokok bahasan penelitian ini adalah mencoba melihat gambaran: 1) Bagaimana saluran pemasaran sapi potong pada kelompok tani ternak Karomah Mitra Mandiri? 2) Bagaimana organisasi dan sistem transaksi pasar di dalam pemasaran sapi potong pada kelompok tani ternak Karomah Mitra Mandiri?

METODOLOGI PENELITIAN

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei kasus pada kelompok tani ternak sapi potong Karomah Mitra Mandiri di Desa Payungagung Kecamatan Panumbangan Kabupaten Ciamis. Penentuan lokasi penelitian ditentukan secara sengaja (purposive), dengan pertimbangan bahwa lokasi dalam penelitian ini mempunyai iklim yang baik untuk ternak sapi potong dan mempunyai ternak yang begitu cukup yaitu 30 ekor sapi potong. Metode penentuan responden untuk lembaga pemasaran ditentukan dengan metode snowball Sampling.

HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Responden

Peternak Responden pada penelitian ini adalah peternak yang memiliki ternak sapi potong yang tergabung ke dalam Kelompok Tani Ternak Karomah Mitra Mandiri sekaligus yang mempunyai peran sebagai ketua kelompok. Indikator yang digunakan dalam mengidentifikasi peternak sebagai responden adalah umur, pendidikan, pengalaman usaha ternak sapi potong, jumlah keluarga, kepemilikan ternak sapi potong, jenis ternak sapi potong dan alasan bergabung dengan kelompok.

(4)

4 Tabel 3. Karakteristik Responden No Nama Status Pedagang Usia (tahun) Pendidikan Jumlah Tanggungan (Orang) Pengalaman usaha sapi potong 1 Dedi Ketua Kelompok (Peternak) 39 SLTP 3 4 Tahun 2 Yanto Pedagang Blantik Kecamatan 40 SLTP 2 5 Tahun

3 Deni Bandar 40 SMA 4 4 Tahun

4 Husen Pedagang pengumpul 38 SMA 3 3 Tahun 5 Bubun Pedagang penerima 42 SMA 5 5 Tahun

Sumber : Data primer diolah, 2017

1) Umur Responden

Umur berpengaruh langsung terhadap kemampuan fisik dan respon peternak dan para pedagang terhadap inovasi baru. Jumlah peternak yang di ambil sebagai responden dalam penelitian ini sebanyak 5 orang yang sudah ditentukan berdasarkan kesamaan waktu dalam proses usaha ternak sapi potong dan yang mempunyai peran dalam proses pemasaran sapi potong pada kelompok. Menurut Said Rusli (1995) menyatakan bahwa batasan usia produktif adalah usia penduduk antara 15 – 64 tahun, sedangkan Ken Suratiyah (2015) mengatakan bahwa umur seseorang menentukan prestasi kerja atau kinerja orang tersebut. Semakin tua umur tenaga kerja maka secara fisik akan terasa berat pekerjaannya, sehingga akan semakin turun pula prestasinya. Namun, dalam hal tanggung jawab semakin tua umur tenaga kerja tidak akan berpengaruh karena justru semakin berpengalaman.

Tabel 3. Menunjukkan bahwa umur responden berada dikisaran 38-42 tahun. Keadaan ini menunjukkan bahwa peternakan sapi potong di Desa Payungagung berada dalam usia produktif, sehingga dapat melaksanakan usaha ternak sapi potong dengan sebaik-baiknya. Kemampuan peternak dalam mengelola ternak sapi potongnya seiring semakin produktif umurnya maka mempunyai kecenderungan bertambah pula kemampuan dalam mengelola usaha ternak sapi potong ketingkat yang lebih baik dan berkembang dengan lebih maju. 2) Pendidikan Responden dan Pengalaman Peternak Responden

Pendidikan merupakan suatu proses yang dapat meningkatkan ilmu pengetahuan dan ketrampilan seseorang dalam menyelesaikan berbagai permasalahan yang dihadapinya, oleh karena itu tingkat pendidikan formal peternak responden tentunya mempengaruhi keadaan prilaku yang terdiri dari pengetahuan, sikap serta keterampilan peternak dalam mengelola usahanya termasuk pada usaha ternak sapi potong

(5)

5

Responden dalam penelitian ini berpendidikan formal dari SMP/SLTP dan SMA/SLTA. Dalam kaitannya dengan usaha ternak sapi potong yang ditekuni, tingkat pendidikan tersebut tidak menyebabkan perubahan dalam usaha ternak sapi potong. Seperti telah disinggung sebelumnya, petani ternak yang berpendidikan rendah biasanya terkompensasi dengan pengalaman yang lama, sehingga tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan dalam hal usaha ternak sapi potong. Tingkat pendidikan juga sangat berpengaruh terhadap kemampuan peternak untuk memperoleh informasi pasar yang merupakan hal yang sangat penting dalam menunjang aktivitas pemasaran peternak sapi potong

Responden dalam penelitian ini sudah cukup berpengalaman dalam usaha ternak sapi potong berkisaran 3-5 tahun. Adanya pengalaman yang cukup lama akan memberikan nilai yang cukup baik bagi perkembangan usahanya dan sepantasnya para peternak sapi potong mampu melakukan aktivitas usahanya dengan baik, karena dengan pengalaman yang cukup akan membentuk pemahaman yang mendalam sehingga dapat mendukung aktivitas usaha ternak sapi potong.

3) Jumlah Tanggungan Keluarga Responden

Keluarga petani terdiri dari anak dan istri serta tidak menutup kemungkinan ada anggota keluarga lain yang menjadi beban tanggungjawab responden sebagai kepala keluarga. Semakin banyaknya tanggungan keluarga berarti semakin banyak atau semakin besar yang harus ditanggung keluarga. Besarnya anggota keluarga akan mempengaruhi dinamika dan kinerja peternak responden dalam melakukan aktivitas kehidupannya sehingga harus lebih giat lagi dalam melakukan kegiatan usahanya sampai memperoleh keuntungan yang dapat mencukupi kebutuhan tanggungan keluarga peternak responden. Semakin kecil beban biaya tanggungan, diharapkan kemampuan menabung akan meningkat. Meningkatnya kemampuan menabung akan meningkatkan investasi produktif tanggungan kebutuhan yang secara akumulatif akan semakin meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani ternak sapi potong.

4) Jumlah dan Jenis Kepemilikan Ternak Sapi Potong Peternak Kelompok

Kepemilikan pada kelompok tani ternak sapi potong yang dimiliki kelompok sebanyak 30 ekor jumlah kepemilikan ternak tentunya akan mempengaruhi besaran pendapatan yang diperoleh peternak kelompok. Jenis ternak yang dimiliki peternak kelompok bermacam-macam yakni Sapi Lokal (Sapi Jawa), Sapi Pasundan, Sapi Limosin (silangan), dan Sapi PO (Peranakan Ongole). Dari berbagai jenis sapi yang dipelihara oleh kelompok tani ternak akan berbeda dalam harga penjualan, karena setiap jenis sapi memiliki harga jual yang berbeda.

(6)

6

5) Alasan Peternak Mengikuti Kelompok Ternak

Kelompok Tani Ternak Karomah Mitra Mandiri, mereka mempunyai alasan masing-masing masuk ke dalam kelompok tersebut, diantaranya adalah ingin menambah wawasan dan ilmu tentang usaha ternak sapi potong serta ingin memperoleh informasi mengenai pasar ternak sapi potong. Alasan ini membuat para peternak bersunggung-sungguh dalam menjalankan usaha ternak sapi potong sehingga sampai saat ini usaha ternak sapi potong tetap masih ada dan masih menjalin kemitraan dengan kelompok tani ternak karomah mitra mandiri.

Saluran Pemasaran Pada Kelompok Tani Ternak Karomah Mitra Mandiri

Menurut Hanafiah dan Saefuddin (1983), panjang pendeknya saluran pemasaran ditentukan oleh beberapa faktor, antara lain: (1) jarak dari produsen ke konsumen, (2) cepat tidaknya produk rusak, (3) skala produksi, dan (4) posisi keuangan pengusaha. Saluran pemasaran ini menunjukkan bagaimana arus komoditi mengalir dari tangan produsen (kelompok tani ternak) sampai ke tangan konsumen. Lembaga pemasaran yang terlibat pada kelompok tani ternak Karomah Mitra Mandiri meliputi pedagang penerima, pedagang blantik/makelar, bandar, dan pedagang pengumpul. Berdasarkan lembaga pemasaran yang terlibat, maka terdapat 3 saluran pemasaran ternak sapi potong kelompok tani ternak Karomah Mitra Mandiri Desa Payungagung, dapat dilihat pada gambar 3.

III II

V. I

Gambar 3. Saluran Pemasaran Sapi Potong Pada Kelompok Tani Ternak Karomah Mitra Mandiri.

a. Saluran Pemasaran I

Peternak Pedagang Penerima.

Saluran pemasaran pertama, peternak berinteraksi langsung kepada pedagang penerima dengan rata-rata harga yang ditawarkan Rp. 96.000/kg ternak hidup.

Pedagang Penerima Pedagang Blantik/Makelar Bandar Peternak Pedagang Pengumpul

(7)

7

b. Saluran Pemasaran II

Peternak Pedagang Blantik Pedagang Penerima.

Saluran pemasaran kedua, peternak menjual kepada pedagang penerima melewati pedagang blantik/makelar dengan rata-rata harga yang ditawarkan Rp. 106.000/kg ternak hidup dengan tambahan biaya operasional dari pedagang blantik.

c. Saluran pemasaran III

Peternak Bandar Pedagang Pengumpul Pedagang Penerima.

Saluran pemasaran ketiga, peternak melewati 2 pedagang perantara diantaranya bandar dan pedagang pengumpul dengan rata-rata harga yang dijual kepada pedagang penerima Rp. 110.000/kg ternak hidup.

Hal-hal seperti inilah yang menyebabkan peternak lebih memilih menjual ternaknya ke pedagang perantara karena harga yang diterima peternak menjadi lebih kecil dibandingkan dengan harga yang diterima apabila ternak tersebut dijual ditempat tinggal peternak (transaksi berlangsung ditempat tinggal peternak). Penjualan seperti ini hanya berdasarkan kondisi bobot ternak dan tidak melalui penimbangan. Oleh karena itu, untung atau ruginya pedagang perantara tergantung kemampuan dan pengalaman pedagang dalam mengestimasi bobot badan serta tawar menawar dengan peternak.

Struktur Pasar Pada Kelompok Tani Ternak Karomah Mitra Mandiri

Konsep struktur pasar dipengaruhi oleh kondisi permintaan dan penawaran. Struktur Pasar menjelaskan bagaimana pelaku pasar terorganisasi berdasarkan karakteristik yang mempengaruhi hubungan antara penjual yang satu dengan penjual yang lain, hubungan antara penjual di pasar dengan pembeli dan hubungan antara penjual dipasar dengan penjual potensial yang akan masuk pasar. Beberapa kriteria yang digunakan dalam mengidentifikasi struktur pasar adalah:

a. Jumlah Lembaga Pemasaran yang Terlibat.

Struktur pasar ternak sapi potong pada kelompok tani ternak Karomah Mitra Mandiri terdiri dari pedagang blantik/makelar, bandar, pedagang pengumpul dan pedagang penerima secara terintegrasi. Hal ini dikarenakan setiap lembaga pemasaran yang terlibat tidak berubah (berlangganan) dari setiap pedagang di hulunya.

b. Keadaan Produk yang Diperjualbelikan.

Ternak sapi potong yang diproduksi oleh petani ternak Karomah Mitra Mandiri sebagian besar sapi lokal (jawa) dan sapi persilangan. Sapi lokal terdiri dari sapi jantan dan betina. Penjualan yang dilakukan oleh kelompok tani ternak Karomah Mitra Mandiri adalah dalam bentuk ternak hidup. Penjualan yang dilakukan oleh pedagang penerima adalah

(8)

8

dalam bentuk prosot dan karkas, sedangkan penjualan yang dilakukan oleh pedagang pemotong/pengecer adalah dalam bentuk daging, jeroan, kaki, kulit dan kepala.

c. Hambatan Lembaga Pemasaran untuk Keluar Masuk Pasar.

Hambatan yang dialami oleh produsen adalah diperlukannya modal yang sangat besar, analisis yang tajam karena sifatnya akan lebih efisien jika dikembangkan dalam skala besar karena biaya produksi per kilo gram ternak sapi potong akan murah. Produsen juga harus mempunyai pelanggan tetap dalam memasarkan produknya. Hambatan yang dialami oleh setiap lembaga pemasaran baik itu pedagang penerima, pedagang pemotong/pengecer adalah modal yang besar. Selain itu pedagang juga harus mempunyai bakat dalam menaksirkan kualitas sapi jika dilihat dari persentase karkas.

Terlihat pada gambar 3 Jalur pemasaran pertama, peternak terhadap pedagang penerima dimana peternak berinteraksi langsung terhadap pedagang penerima dengan sistem transaksi dibayar langsung kepada peternak, jalur ini mempunyai ciri sebagai pasar monopoli dengan menentukan kekuasaan sangat besar terhadap peternak, profit yang di dapatkan peternak juga akan berlebih, efisiensi pemasaran akan kurang baik.

Peternak terhadap pedagang blantik/makelar sistem transaksi yang akan di bayarkan setelah terjual kepada pedagang penerima dimana sistem transaksi akan melakukan tawar-menawar terhadap peternak dan menentukan harga jual yang akan diterima oleh pedagang penerima. Pedagang blantik terhadap pedagang penerima akan menerima uang tunai yang akan diberikan hasil penjualannya terhadap pedagang blantik dengan harga yang sudah di tentukan oleh peternak dengan sistem transaksi yang di terima pedagang blantik akan membayar kepada peternak setelah menerima uang dari pedagang penerima. Peternak terhadap pedagang bandar sama halnya terhadap pedagang blantik tetapi pedagang bandar sudah melakukan pembayaran terhadap peternak dibayar sebagian selanjutnya akan dibayar kepada peternak setelah ternak sapi potong terjual di pedagang penerima. Pedagang bandar terhadap pedagang pengumpul sistem penjualan sapi potong yang ditawarkan kepada pedagang penerima yang sudah berlangganan membeli sapi potong, pedagang bandar akan menerima uang dari pengumpul setelah pengumpul menjual sapi potong terhadap pedagang penerima.

Realitas terjadinya proses pemasaran sapi potong melalui jual beli antara peternak dan pedagang sapi, peternak memahami peran balntik, bandar akan menambah biaya atau mengurangi keuntungan. Adapun upaya yang dilakukan peternak dalam proses pemasaran sapi potong dengan memilih dan mendampingi anggota peternak yang akan menjual sapi, proses ini dilakukan untuk meminimalkan resiko yang diakibatkan oleh

(9)

9

proses tawar-menawar antara peternak selaku penjual dan pedagang sapi selaku pembeli. Kelompok memiliki tanggung jawab untuk berusaha mencarikan pedagang yang lebih potensial.

Perilaku Pasar Pada Kelompok Tani Ternak Karomah Mitra Mandiri

Perilaku pasar merupakan tingkah laku dalam rangka penyesuaian pasar dimana mereka membeli atau menjual (Napitupulu,1986). Perilaku pasar dapat diamati melalui praktek penjualan dan pembelian, sistem penentuan harga dan pembayaran, dan kerjasama diantara lembaga pemasaran.

Sistem pembayaran yang dilakukan pada tingkat produsen adalah tunai. Hal ini dilakukan untuk mengurangi resiko macetnya pembayaran karena tingkat kepercayaan produsen kepada pembeli rendah. Kondisi faktual dari proses menjual sapi potong baik pada peternak kelompok maupun pedagang lainnya, semua didasarkan dari kriteria tampilan fisik sapi potong pada jenis sapi. Sistem pembentukan dan penentuan harga oleh kelompok tani ternak Karomah Mitra Mandiri didasarkan pada biaya produksi, jenis sapi, bobot sapi, status pelanggan dan frekuensi atau volume pembelian. Harga yang diterapkan adalah harga di produsen dan harga di pembeli. Penentuan harga jual antara kelompok tani ternak Karomah Mita Mandiri dengan pedagang ditentukan melalui tawar-menawar, namun posisi tawar kelompok tani ternak mitra mandiri lebih kuat jika dilihat dari kondisi supply-demand. Usaha pada kelompok tani ternak sapi potong Karomah Mitra Mandiri mempunyai kendali atas harga jual, begitu pula penentuan harga ditingkat pedagang penerima maupun pedagang pemotong, sedangkan ditingkat pedagang pengecer penentuan didasarkan pada harga pasar.

Kinerja Pasar Pada Kelompok Tani Ternak Karomah Mitra Mandiri

Keragaan/Pelaksanaan pasar usaha yang dilakukan lembaga pemasaran untuk memindahkan ternak sapi potong dari produsen (kelompok tani ternak) ke tangan konsumen. Keadaan sebagai akibat dari struktur dan perilaku pasar dalam kenyataan sehari-hari yang memberikan penilaian baik dan tidaknya suatu sistem pemasaran pada sapi potong kelompok tani ternak karomah mitra mandiri. Dalam situasi ini pemasaran sapi potong yang dilakukan berjalan dengan baik, lembaga-lembaga pemasaran yang terlibat tidak begitu banyak sehingga keuntungan yang di terima oleh peternak besar dengan biaya pengeluaran yang tidak begitu banyak. Sedangkan keuntungan yang di terima oleh peternak akan meningkat jika menjelang Bulan Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri dengan konsumen yang membeli langsung dari peternak.

Permintaan pasar akan sapi potong terus meningkat, harga jual daging sapi selalu mahal dibandingkan dengan harga jual daging ayam, itik dan kambing, harga daging sapi potong ditingkat konsumen dengan harga bobot hidup daging sapi di tingkat peternak akan berbeda.

(10)

10

Interaksi yang terjadi antara struktur dan perilaku pasar pada kelompok ternak terjadi secara dinamis. Hal tersebut disebabkan adanya lembaga-lembaga yang terkait dalam proses pemasaran sapi potong pada kelompok ternak sampai dengan konsumen akhir.

Perkembangan harga sapi potong pada dasarnya merupakan salah satu refleksi dari adanya indikator kuat lemahnya permintaan dari suatu komoditas. Keseimbangan supply – demand juga dapat dilihat dari fluktuasi harga yang ada pada akhirnya akan dapat diketahui sampai sejauh mana kuat lemahnya pasar terhadap permintaan penawaran terhadap pemasaran usaha ternak sapi potong. Peluang pemasaran ternak sapi potong maupun hasilnya memiliki peluang yang cukup kuat.

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka kesimpulan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Saluran pemasaran pada kelompok tani ternak Karomah Mitra Mandiri dapat dilakukan dengan 3 cara yaitu:

a. Peternak Pedagang Penerima

b. Peternak Pedagang Blantik Pedagang Penerima

c. Peternak Pedagang Bandar Pengumpul Pedagang Penerima

Kelompok tani ternak Karomah Mitra Mandiri hanya melewati tiga saluran pemasaran, hal ini disebabkan karena tidak adanya kemampuan peternak membawa langsung ke penjagal/RPH dikarenakan jarak yang sangat jauh dan akan menambah biaya tambahan yang tinggi.

2. Organisasi dan sistem transaksi pasar di dalam pemasaran sapi potong pada kelompok tani ternak Karomah Mitra Mandiri memiliki sistem pasar dalam pemasaran sapi potong dengan jumlah lembaga pemasaran yang tidak begitu banyak terdiri dari pedagang blantik, bandar, pengumpul dan pedagang penerima. Penjualan yang dilakukan oleh kelompok tani ternak ini bentuk ternak hidup, dengan sistem pembayaran tunai, dibayar sebagian dan dibayarkan nanti berdasarkan proses saluran pemasaran. Perilaku yang terjadi antara peternak dengan pedagang-pedagang perantara adalah adanya kerjasama penukaran informasi harga, penetuan harga di dasarkan pada biaya produksi, jenis sapi, status pelanggan, bobot sapi, volume pembelian dengan cara tawar-menawar. Keragaan pasar dalam kelompok ternak sangat baik, keuntungan yang diterima oleh peternak meningkat saat menjelang Bulan Ramadhan dan Idul Fitri.

(11)

11 Saran

1. Bagi peternak sapi potong pada kelompok tani ternak Karomah Mitra Mandiri memiliki potensi sumber daya memadai untuk peternakan sapi potong disarankan peternak kelompok lebih memperhatikan saluran dan struktur pemasaran untuk keberlanjutan usaha ternaknya dan dapat lebih bisa memilih pedagang yang potensial terbukti bermanfaat secara nyata pada aspek sosial, ekonomi dan lingkungan.

2. Bagi pemerintah disarankan agar lebih memperhatikan keberlanjutan usaha tani ternak sapi potong. Upaya yang dapat dilakukan oleh pemerintah dengan membuat kebijakan yang mendukung tentang lembaga-lembaga pemasaran yang terkait di dalam pemasaran sapi potong dengan sistem pembayaran tunai. Upaya tersebut dimaksudkan untuk membuat peternak sapi potong tidak ragu dalam mengembangkan usaha ternaknya dan bisa mengembangkan dengan jangka waktu yang cukup lama.

Daftar Pustaka

Badan Pusat Statistik. 2016. Geografis Kabupaten Ciamis. Subsektor Pertanian. Badan Pusat Statistik Kabupaten Ciamis. Jawa Barat.

Hanafiah, A.M. dan A.M Saefudin. 1983. Tataniaga Perikanan. Universitas Indonesia (UI-Press), Jakarta.

Ken Suratiyah. 2015. Ilmu Usahatani. PT. Penebar Swadaya. Jakarta.

Napitupulu, A.H. 1986. Tataniaga Peternakan: Suatu pengantar sistem, koordinasi dan pasar berjangka. Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor; Bogor.

Rahmanto. B, 2004. Analysis Of Livestock Beef Cattle Enterprise. ICASERD Working Paper no.59 Research Center and Social Economic Agriculture Development. Agriculture Departement-Indonesia.

Said Rusli. (1995). Pengantar Ilmu Kependudukan. LP3ES. Jakarta. Sugeng, B.Y. 2004. Sapi Potong. Penebar Swadaya, Jakarta.

Sunyoto, D. (2012). Dasar-dasar Manajemen Pemasaran (Vol. Cetakan 1). Yogyakarta: CAPS.

Yusdja. Y and Ilham. N, 2004. Observation To Develop Beef Cattle Agribusines. Journal Research Center and Social Economic Agriculture Development, Bogor.

(12)

Gambar

Tabel 3. Menunjukkan bahwa umur responden berada dikisaran 38-42 tahun. Keadaan ini  menunjukkan  bahwa  peternakan  sapi  potong  di  Desa  Payungagung  berada  dalam  usia  produktif, sehingga dapat melaksanakan usaha ternak sapi potong dengan sebaik-bai
Gambar 3. Saluran Pemasaran Sapi Potong Pada Kelompok Tani Ternak        Karomah Mitra Mandiri

Referensi

Dokumen terkait

Peker & Mirasyediogglu (2008) mengatakan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi prestasi belajar matematika siswa adalah sikap siswa terhadap matematika, dan

Kemudian kita klik data yang diinginkan yaitu dengan komponen surface yang diinginkan yaitu dengan komponen surface dan kemudian kita mengklikB. dan kemudian

Memenuhi Terdapat Dokumen Rencana Kerja Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Hutan Alam (RKUPHHK-HA) Untuk Jangka Waktu 10 (Sepuluh) Tahun Periode 2011 – 2020 sesuai dengan

a) Aspek Hukum Teknis Substansi yang pertama ialah persoalan teknikal atau aspek teknologi (Technology aspect). Tergolong dalam substansi hukum pertama adalah hal-hal

Badan Kepegawaian, Pendidikan dan Pelatihan Kabupaten Musi Rawas yang dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Musi Rawas Nomor 3 Tahun 2008 tanggal 31 Januari 2008

Prosedur atau mekanisme pelayanan surat izin usaha perdagangan, pertama-tama masyarakat datang ke Badan Pelayanan Perizinan Terpadu, pemohon langsung keloket

Dr.dr.Amira Permatasari Tarigan,MKed(Paru),Sp.P(K) sebagai Ketua Program Studi Departemen Pulmonologi & Ilmu Kedokteran Respirasi FK USU/ SMF Paru RSUP H Adam Malik Medan,

Penentuan cadangan disesuaikan dengan metode Illinois terdapat persyaratan yang harus terpenuhi yaitu nilai premi bersih tahunan yang dibayarkan tertanggung lebih besar dari