• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN PENGGUNAAN VARIETAS UNGGUL BARU KACANG TANAH DI LAHAN SAWAH TADAH HUJAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KAJIAN PENGGUNAAN VARIETAS UNGGUL BARU KACANG TANAH DI LAHAN SAWAH TADAH HUJAN"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

284

KAJIAN PENGGUNAAN VARIETAS UNGGUL BARU KACANG

TANAH DI LAHAN SAWAH TADAH HUJAN

The using of new varieties for groundnut on semi intensive wetland

Abdul Fattah

E-mail :

abdulfattah911@ymail.com

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi (BPTP) Selatan Jl. Perintis Kemerdekaan KM 17,5. Makassar.Fax : (0411) 554522

ABSTRAK

Kajian bertujuan untuk mendapatkan varietas unggul baru yang berproduksi tinggi dan dapat meningkatkan pendapatan petani kacang tanah. Pengkajian ini telah dilaksanakan di Manggalung, Kecamatan Mandalle, Kabupaten Pangkep pada MT. 2006/2007 bekerjasama dengan Balitkabi Malang. Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 3 ulangan (petani koperator) dan 5 perlakuan (varietas). Hasil yang dicapai menujukkan bahwa produksi tertinggi ditemukan pada varietas Domba (2,25 t ha-1) dengan

keuntungan yang diperoleh petani sekitar Rp 7.700.000 ha-1 dan nilai R/C-Ratio 3,17.

Kemudian disusul varietas Bison (1,67 t ha-1) dengan keuntungan Rp. 5.125.000 ha-1 dan nilai

R/C- Ratio 2,59. Sedangkan produksi terendah ditemukan pada varietas petani (0,71 t ha-1)

dengan keuntungan Rp 675.000,-ha-1 dengan nilai R//C-Ratio 1,23.

Kata Kunci : Kacang tanah, varietas unggul, pendapatan, petani, lahan sawah

ABSTRACT

This assess to determine the varieties can increase of production and farmers income. The assessment was conducted in Pangkep District, during 2006 until 2007. The trial was used Randomized Block Design (RBD) with three replications and five treatments. The varieties was used as treatment ; Domba, Singa, Bison, Jerapah, dan local variety. The result showed that the yield highest by Domba variety (2.25 t ha-1) and the farmers income Rp 7,700,000

ha-1 with R/C-Ratio 3.17. So the Bison variety, the yield was exhausted 1.67 t/ha and farmers

income Rp 5,125,000 ha-1 with R/C-Ratio 2.59. The lowest yield showed by local variety

(0.71 t ha-1) and farmers income Rp 675,000 ha-1.

Keywords: Groundnut, varieties, yield, farmers income, and lowland rice

PENDAHULUAN

Kacang-kacangan dan umbi-umbian merupakan salah satu sumber pangan yang perlu dikembangkan. Me-nurut Kasno et al. (2006), kacang-ka-cangan mempunyai kandungan protein 23,7 – 40,0 g, energi 355-410 kkal, dan lemak sekitar 1,3 -40 g. Kandungan protein tertinggi dijumpai kacang tanah (40 g) dan terendah pada beras yang hanya 7,0 g. Disamping isinya, kulit kacang tanah juga mempunyai beberapa

kegunaan antara laini sebagai pakan ternak dan media tumbuh jamur

Gliocladium sp.yang sebagai cendawan

tanah yang efektif sebagai agen pengen-dalian hayati pada pathogen Rizoctonia

Solani penyebab penyakit layu pada

kentan dan tomat Hal ini sesuai hasil penelitian Syatrawati (2008), bahwa polong kacang tanah merupakan media organik terbaik bagi partumbuhan

Gliocladium sp dibanding dedak, sekam

(2)

285

Kacang tanah merupakan salah satu komoditas pangan yang banyak ditanam oleh petani di Sulawesi Selatan.. Sentra pengembangan kacang tanah di Sulawesi Selatan tersebar di beberapa daerah antara lain Kabupaten Maros, Pangkep, Barru, Bantaeng, Bulukumba, Sinjai, Bone, Soppeng, dan Wajo. Potensi penanaman kacang tanah di Sulawesi Selatan cukup tinggi dengan tersedia-nya lahan sekitar 531.993 ha dengan pro-duktivitas sekitar 1,0-2,0 t ha-1 (Sulawesi Selatan Dalam Angka, 2004). Produktivi-tas tersebut masih lebih rendah jika dibanding dengan produksi yang di-capai Balitkabi Malang dengan meng-gunakan varietas unggul baru (2,5-3,50 t ha-1). Di samping produktivitas rendah dari varietas yang ditanam petani, juga rentan terhadap serangan penyakit ter-utama penyakit virus belang (PStV) dan

Aspergillus flavus. Menurut Kasno (2004)

bahwa varietas yang di tanam di Indonesia umumnya varietas lokal dan dan varietas unggul lama yang sangat peka terhadap A. flavus Tinggi-rendah-nya serangan hama dan peTinggi-rendah-nyakit pada kacang tanah di pertanaman sangat ditentukan oleh dua faktor yaitu jenis varietas dan lingkungan (Saleh, 2003)

Balitkabi Malang selama 10 tahun terakhir telah menghasilkan sekitar 12 varietas unggul kacang tanah antara lain varietas Domba, Bison, Singa, dan Jerapah yang mempunyai produksi se-kitar 2,0-3,6 t ha-1 dan tahan terhadap penyakit terutama PStV dan A. flavus

(Balitkabi, 2005). Di samping varietas ter-sebut, Balitkabi juga telah menghasilkan beberapa varietas yang toleran terhadap kekeringan antara lain Panter, Singa, Jerapah, Sima, Turangga, dan Tuban (Harsono, 2007). Ada juga beberapa

varietas yang tahan terhadap penyakit seperti varietas Panter tahan terhadap penyakit layu, Sima tahan terhadap penyakit layu dan agak tahan terhadap penyakit karat, Bison tahan terhadap penyakit karat dan bercak daun, Domba agak tahan terhadap penyakit karat dan bercak daun, dan Singa terhadap pe-nyakit karat (Balitkabi, 2005). Salah satu penyebab terjadinya kesenjangan antara hasil petani dan hasil penelitian adalah penerapan teknologi di tingkat petani belum optimal termasuk penggunaan varietas unggul. Varietas yang ditanam petani sudah sering ditanam sehingga kurang toleran terhadap lingkungan dan mudah terserang hama dan penyakit.

Untuk mengatasi masalah ter-sebut, maka diperlukan pengkajian varietas unggul baru yang bertujuan untuk mencari varietas unggul yang dapat meningkatkan pendapatan petani.

BAHAN DAN METODE

Pengkajian varietas unggul kacang tanah telah dilaksanakan di Manggalung, Kecamatan Mandalle, Kabupaten Pangkep pada MK.1 2006. Kegiatan ini menggunakan. Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 3 ulangan (petani koperator) dan 5 perlakuan (varietas). Varietas yang dikaji ; Domba, Singa, Bison, Jerapah, dan varietas lokal (pembanding). Varietas tersebut ditanam dengan jarak tanam 40 cm x 15 cm dan satu biji per lubang tanam. Pemberian pupuk organik dila-kukan sebagai penutup lubang dengan dosis 25 g lubang-1 tanam. Dosis pupuk yang digunakan,Urea 150 kg ha-1, SP-36 100 kg ha-1, dan KCl 100 kg ha-1. Pupuk SP-36 dan KCl seluruhnya diberikan pada umur tanaman 7 hst, sedangkan

(3)

286

pupuk urea diberikan dua kali yaitu

pada umur tanaman 7 hst dan 35 hst dengan cara larikan di sekitar pohon tanaman. Data yang telah dikumpulkan, kemudian dianalisis dengan mengguna-kan analisis sidik ragam dan uji lanjutan (Uji Duncan 5%). Hal ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh perlakuan yang dikaji, sedangkan untuk menge-tahui keuntungan yang diperoleh petani dan tingkat kelayakan sistem usahatani yang dilakukan oleh petani digunakan metode analisis R/C.

Parameter yang diamati anara lain; tinggi tanaman, jumlah cabang per tanaman, jumlah polong isi per tanaman, hasil polong kering (t ha-1), biaya pro-duksi, pendapatan, keuntungan, dan nilai R/C. Pengambilan sampel untuk data pertumbuhan tanaman dilakukan dengan menggunakan sistem diagonal dengan 30 sampel per petani koperator..

HASIL DAN PEMBAHASAN

Tinggi Tanaman dan Jumlah Cabang per Tanaman

Tinggi tanaman yang dicapai dari ke empat varietas unggul baru yang dikaji umumnya lebih tinggi dan ber-beda nyata dengan varietas lokal. Se-dangkan dari keempat varietas unggul baru tersebut, tinggi tanaman yang di-capai tertinggi ditemukan pada varietas Bison, kemudian disusul dengan varietas Singa dan Domba, dan terendah di-temukan pada varietas Jerapah (Tabel 1). Tingginya tinggi tanaman yang dicapai pada varietas Bison disebabkan faktor genetik yang mempunyai kemampuan untuk tumbuh secara vertikal lebih tinggi dibanding dengan membentuk cabang kesamping. Hal ini sesuai hasil

penelitian Balitkabi (2005) yang menun-jukkan bahwa varietas Bison mempunyai tipe pertumbuhan yang tegak dan perca-bangan yang tegak dengan tinggi tanaman rata-rata 51 cm, Berbeda hal-nya dengan varietas lokal yang ditanam petani hanya mempunyai tinggi tanam-an sekitar 39,33 cm meskipun diberi dosis pupuk yang sama dengan varietas unggul yang diintroduksi. Kondisi ini disebabkan oleh varietas lokal yang di-tanam petani sudah jenuh dengan kondisi tanah dan lingkungan akibat telalu seringnya ditanam petani di lokasi tersebut. Jumlah cabang per tanaman yang dicapai dari varietas Domba, Singa dan Jerapah tidak berbeda nyata dengan varietas lokal, sedangkan Bison menun-jukkan jumlah cabang yang paling rendah diantara 5 varietas yang dikaji. Penampilan varietas Domba dan Singa yang mempunyai batang yang besar dan daun yang tebal menyebabkan dapat beradaptasi baik dengan lingkungan terutama terhadap cekaman kekeringan. Jumlah Polong Isi per Tanaman

Jumlah polong per tanaman dari varietas Domba, Bison, dan Jerapah lebih tinggi dan berbeda nyata dengan varietas lokal. Sedangkan dari keempat varietas unggul yang dikaji, jumlah po-long tertinggi ditemukan pada varietas Domba (20,67 plg isi), kemudian disusul Jerapah (19,50 plg isi) dan Bison (19,50 plg isi). Tingginya jumlah polong yang dicapai pada varietas tersebut dise-babkan oleh faktor genetik dan ling-kungan. Faktor genetiknya yaitu kemam-puan varietas ini untuk membentuk cabang dan bintil-bintil akar yang banyak sehingga mampu menghasilkan

(4)

287

Tabel 1. Rata-rata tinggi tanaman dan jumlah cabang yang diperoleh pada beberapa varietas unggul kacang tanah di Kabupaten Pangkep MK1.2006

Varietas Tinggi Tanaman (cm)

Jumlah Cabang per tanaman (cabang)

Bison 57,20 d 0,87 a

Singa 48,27 c 1,13 ab

Domba 45,00 bc 1,87 c

Jerapah 44,47 b 1,87 c

Varietas Lokal 39,33 a 1,60 bc

Keterangan: Angka selajur yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5% uji DMRT

Tabel 2. Rata-rata jumlah polong per tanaman dan produksi dihasilkan varietas unggul kacang tanah di Kabupaten Pangkep MK. I.2006

Varietas Jumlah Polong Isi

per Tanaman Hasil Polong Kering (t ha-1)

Bison 19,50 bc 1,67 b

Singa 18,00 ab 1,45 b

Domba 20,67 c 2,25 c

Jerapah 19,50 bc 1,64 b

Varietas Lokal 16,50 a 0,71 a

Keterangan: Angka selajur yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5% uji DMRT

Di samping itu varietas tersebut mem-punyai tipe yang sebagian besar batang-nya tumbuh menjalar sehingga dapat membentuk akar yang lebih banyak. Menurut Nurhartanto et al. (2008), bahwa kacang tanah yang mempunyai tipe Virginia yang sebagian besar tumbuhnya menjalar sehingga dekat dengan tanah yang memudahkan terbentuknya ginofor untuk masuk ke dalam tanah sehingga dapat membentuk polong yang lebih

banyak. Hal yang sama juga ditemukan pada Deskripsi Varietas Unggul Kacang-Kacangan dan Umbi-Umbian (2005) yang menunjukkan bahwa varietas Domba mempunyai jumlah polong yang lebih tinggi dengan rata-rata 21 polong per tanaman dibanding vaietas Jerapah dan Singa masing-masing hanya 17,5 polong dan Singa 18,0 polong per tanaman.

(5)

288 Hasil Polong Kering (t ha-1)

Berdasarkan Tabel 2 terlihat bahwa dari ke lima varietas yang dikaji, varietas Domba memberikan hasil polong kering yang tertinggi dan berbeda nyata dengan varietas lainnya dan terendah ditemukan pada varietas lokal (0,71 t ha-1). Hasil polong kering yang dicapai pada varietas Domba tersebut juga lebih tinggi dibanding hasil yang dicapai Balitkabi seperti yang tercantum pada Deskripsi Varietas Kacang-Kacangan dan Umbi-Umbian (2005) dengan hasil polong kering 2,10 t ha-1 Begitu pula jika dibandingkan dengan hasil penelitian Purnomo et al. (2007) yang menggunakan varietas Domba dengan hasil polong kering hanya sekitar 1,80 t ha-1. Tingginya hasil yang dicapai varietas Domba tersebut pada pengkajian ini disebabkan tingginya jumlah cabang dan polong isi terbentuk serta daya toleran terhadap kekeringan yang tinggi. Sedang-kan varietas Bison yang merupaSedang-kan varietas yang terbaru dilepas Balitkabi tahun 2004, hasil polong kering yang dicapai hanya 1,67 t ha-1 dan tidak berbeda nyata dengan varietas Jerapah dan Singa. Namun hasil tersebut masih lebih tinggi jika dibanding hasil penelitian Soedarjo dan Sucahyono (2007) dengan hasil po-long kering hanya 1,36 t ha-1 pada varietas yang sama. Sedangkan varietas Singa, jumlah polong yang terbentuk lebih rendah dibanding tiga varietas unggul lainnya sehingga hasil polong kering yang dicapai juga rendah. Hal ini disebabkan oleh faktor genetik yang kemampuannya membentuk polong lebih kecil sehingg hasil polong juga rendah. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Saleh dan Kasno

(2002) menunjukkan bahwa hasil polong kering yang dicapai pada varietas Singa sekitar 1,5 t ha-1. Sedangkan hasil peneliti-an Sudaryono dpeneliti-an Taufiq (2002) menun-jukkan bahwa hasil polong kering yang dicapai sekitar 1,28 t ha-1 dengan meng-gunakan varietas yang sama. Hal yang paling penting pada pengkajian ini, varietas Singa mempunyai daya toleransi terhadap kekeringan yang tinggi. Hal ini terbukti pada saat terlambat diari karena kurangnya air sungai, daunnya varietas tersebut masih tetap normal, sedangkan varietas Lokal, Jerapah, dan Bison daun-nya sudah menggulung. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Harsono et al (2006), varietas Singa mempunyai sifat ketahanan yang terhadap kekeringan yang tinggi. Hal yang sama juga diungkapkan oleh Kasno dan Trustinah (2009) bahwa varietas Singa yang merupakan tipe valensia (biji > 3 plg-1) mempunyai sifat toleran terhadap kekeringan yang lebih tinggi dibanding varietas Bison yang mempunyai tipe spanis (biji 2 plg-1). Hal ini disebabkan sempitnya permukaan stomata genotip varietas Singa pada saat terjadi kekeringan, sehingg peluang ke-hilangan air melalui transpirasi lebih kecil.

Sedangkan vareitas Lokal yang banyak ditanam petani mempunyai jum-lah polong isi yang rendah sehingga hasil polong kering yang dicapai juga sangat rendah. Hal tersebut disamping disebab-kan oleh faktor genetik yang kurang mampu dalam membentuk polong juga disebabkan rendahnya sifat toleransi ter-hadap cekaman kekeringan. Hal ini sesuai dengan Purnomo et al. (2007) yang me-nyatakan bahwa rendahnya hasil polong

(6)

289

kering disebabkan oleh jumlah polong yang terbentuk sedikit dan ukuran polong yang lebih kecil akibat kekeringan. Hal lain yang ikut mempengaruhi rendahnya hasil polong kering pada varietas Lokal adalah umurnya lebih dalam (panjang) 15 hari dibandingkan dengan varietas unggul yang dikaji, sehingga varietas tersebut ter-lambat panen sekitar 15 hari. Pada saat menjelang panen, kondisi lingkungan waktu itu adalah musim kemarau panjang, sehingga varietas lokal terpaksa dipanen lebih cepat (15 hari) dari yang seharusnya. Hal inilah yang menyebabkan biji ter-bentuk kurang sempurna sehingga pro-duksinya juga rendah. Hal ini sesuai hasil penelitian Agustin et al. (2007) bahwa panen lebih awal sekitar (10 hari) akan menurunkan produksi sekitar 14% dari 1,85 t ha-1 menjadi 1,59 t ha-1.

Analisis Usahatani

Pada Tabel 3 menunjukkan bahwa keuntungan tertinggi yang dicapai petani ditemukan pada varietas Domba (Rp 7.700.000 ha-1) dengan nilai R/C-Ratio 3,17 kemudian disusul dengan varietas Bison dengan keuntungan petani sekitar Rp 5.125.000 ha-1) dengan nilai R/C-Ratio 2,59. Tingginya nilai R/C-Ratio yang diperoleh kedua varietas tersebut menun-jukkan bahwa sangat layak untuk dikem-bangkan di tingkat petani. Sedangkan varietas lokal yang ditanam petani, ke-untungan yang diperoleh hanya sekitar Rp 675.000 ha-1 dengan nilai R/C-Ratio 1,23. Rendahnya keuntungan yang diperoleh petani yang menggunakan varietas lokal disamping disebabkan rendahnya pro-duksi juga rendahnya nilai jual akibat banyak polong yang tidak berisi penuh akibat dipanen lebih cepat 15 hari dari yang seharusnya.

Tabel 3. Analisis usahatani dari lima varietas kacang tanah di Manggalung, Kecamatan Mandalle, Kabupaten Pangkep pada MK/I.2006.

Varietas Produksi (t ha-1) Pendapatan (Rp. ha-1) Biaya Usahatani (Rp. ha-1) Keuntungan

Petani (Rp.ha-1) R/C-Ratio

Bison 1,67 8.350.000 3.225.000 5.125.000 2,59 Singa 1,45 7.250.000 3.125.000 4.125.000 2,32 Domba 2,25 11.250.000 3.550.000 7.700.000 3,17 Jerapah 1,64 8.200.000 3.225.000 4.975.000 2,54 Varietas Lokal 0,71 3.550.000 2.875.000 675.000 1,23 Keterangan : Harga benih = Rp 10.000 kg-1

Harga pupuk Urea = Rp 1.200 kg-1

Harga pupuk SP-36 = Rp 1.900 kg-1

Harga pupuk KCl = Rp 2.100 kg-1

(7)

290 Varietas Jerapah yang mempunyai

pro-duksi tinggi dan memberi pendapatan petani yang tinggi tetapi kurang di-senangi petani karena polongnya kecil. Berbeda halnya dengan varietas Domba dan Singa yang mempunyai polong besar disenangi petani karena dapat memberi keuntungan yang lebih tinggi bila dijual dalam bentuk polong.

KESIMPULAN

Varietas Domba menghasilkab produksi tertinggi (2,25 t ha-1) dengan keuntungan yang diperoleh petani sekitar Rp 7.700.000 ha-1 dan nilai R/C-Ratio 3,17. Varietas Bison (1,67 t ha-1) dan keuntung-an Rp 5.125.000 ha-1 dengan nilai R/C-Ratio 2,59. Sedangkan produksi terendah ditemukan pada varietas Lokal(0,71 tha-1) dengan keuntungan Rp 675.000 ha-1 dengan nilai R/C-Ratio 1,23 .

DAFTAR PUSTAKA

Agustin, A., Rahmianna, A., A. Taufik, dan Yusnawar. 2007. Hasil polong dan kualitas biji kacang tanah pada tanah dengan kadar air dan umur panen berbeda. J. Penelitian Tanaman Pangan 26(3): 206-215

Balai Penelitian Kacang-Kacang dan Umbi-Umbian.. 2005. Deskripsi Varietas Unggul Kacang-Kacangan dan Umbi-Umbian. Balai Penelitian Tanaman Kacang-Kacangan dan Umbi-Umbian. Malang.

Harsono, A., T..Adisarwanto, Tohari, dan D. Indradewa. 2006. Mekanisme ketahanan kacang tanah terhadap kekeringan. Peningkatan Produksi Kacang-Kacangan dan

Umbi-Umbian Mendukung Kemandirian Pangan. Puslitbangtan. Bogor. 270 - 279.

Harsono, A. 2007. Kekeringan kacang tanah di lahan kering dan penang-gulangannya. Peningkatan Produksi Kacang-Kacangan dan Umbi-Umbi-an Mendukung KemUmbi-Umbi-andiriUmbi-Umbi-an Pangan. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Bogor. 347 – 357.

Kasno, A. 2004. Pencegahan infeksi Aspergillus flavus dan kontaminasi aflatoksin pada kacang tanah. Jurnal Penelitian Tanaman Pangan 23(3): 75-81

Kasno, A., Nasir Saleh, dan E. Ginting. 2006. Pengembangan pangan berbasis kacang-kacangan dan umbi-umbian guna pemantapan pangan nasional. Buletin Palawija. No.12. Hal-43-51. Balai Penelitian Kacang-Kacangan dan Umbi-Umbian Malang. Pusal Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Badan Litbang Pertanian.

Kasno, A. dan Trustinah. 2009. Seleksi genotipe kacang tanah toleran kekeringan pada stadia kecamba dan reproduktif. J. Penelitian Pertanian Tanaman Pangan. 28(1): 50-57.

Purnomo, J., Trustinah, dan N. Nugrahaeni. 2007. Tingkat kehilang-an hasil kackehilang-ang tkehilang-anah akibat ke-keringan. J. Penelitian Pertanian Tanaman Pangan 26(2): 127-131 Purnomo, J., A. Kasno, Trustinah. 2007.

Keragaan varietas kacang tanah unggul di lahan ultisol masam. Peningkatan Produksi

(8)

Kacang-291

Kacangan dan Umbi-Umbian Mendukung Kemandirian Pangan. Pulitbangtan. Bogor : 61-67

Sulawesi Selatan Dalam Angka, 2004. Badan Statistik Provinsi Sulawesi Selatan. Makassar.

Saleh, N. dan A. Kasno, 2002. Teknologi Aneka Tanaman Kacang-Kacangan dan Umbi-Umbian Siap Litkaji dan Komponen Teknologi Siap Uji Adaptasi. Balai Penelitian Tanaman Kacang-Kacangan dan Umbi-Umbian. Malang. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan.

Saleh, N. 2003. Ekobiologi dan optimalisasi pengendalian penyakit virus belang pada kacang tanah melalui penge-lolaan tanaman secara terpadu. J. Penelitian Tanaman Pangan 22(2) : 41-48

Soedarjo, M. dan D. Sucahyono. 2007. Efektifitas alam dan inokulum rhisobium komersial pada kacang tanah. Peningkatan Produksi Kacang-Kacangan dan Umbi-Umbian Mendukung Kemandirian Pangan. Bogor. 276 – 285.

Sudayono dan A.Taufiq, 2002. Pengelolaan tanaman terpadu pada kacang tanah. Pengelolaan Tanaman Terpadu Pala-wija. Balitkabi Malang. Pusat Pe-nelitian dan Pengembangan Tanam-an PTanam-angTanam-an. BadTanam-an LitbTanam-ang PertTanam-aniTanam-an: 6 - 13.

Syatrawati. 2008. Produk senyawa bio-fungisida berbahan aktif Gliocladium

sp. pada berbagai medium limbah organic. J. Agrisistim 4(2): 121-125.

Gambar

Tabel 1. Rata-rata tinggi tanaman dan jumlah cabang yang diperoleh pada  beberapa varietas  unggul   kacang tanah di Kabupaten Pangkep MK1.2006
Tabel 3. Analisis usahatani dari  lima varietas kacang tanah   di Manggalung, Kecamatan  Mandalle, Kabupaten Pangkep pada MK/I.2006

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil penelitian ini didapatkan informasi mengenai adanya cemaran bakteri Escherichia coli pada keenam sampel makanan dan minuman yang di ambil di sekolah

Pada tahap pengolahan data kuesioner usability, dilakukan perhitungan nilai perbedaan atau gap antara layanan yang diharapkan dan layanan existing yang dirasakan

Ibn Kaldun (w.1382), pernah berkata al-Qur’an diwahyukan dalam bahasa orang Arab, sesuai dengan retorika dan gaya mereka, sehingga mereka semuanya memahaminya. 2

Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas, kerjakanlah latihan berikut!.. Kalau dilihat dari berbagai definisi baik yang dikemukakan menurut peraturan

Bentuk evaluasi keuangan yang ada di Yayasan Pondok Pesantren Mitahul Qulub berupa pembuatan laporan pertanggung jawaban (LPJ) setelah acara dilaksanakan. 99

Panel menyoroti pentingnya kepemimpinan nasional yang berlandaskan moral dan keteladanan dalam menjawab krisis kepercayaan masyarakat Indonesia; meningkatkan peran

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Jan Drengner, Hansjoerg Gaus, dan Steffen Jahn (2008) yang menyatakan bahwa ada tidak

Biodata Ketua dan Anggota, Biodata Dosen Pendamping yang ditandatangani..