BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Pustaka2.1.1 Konsep Anggaran
Menurut Garrison (2007) “Anggaran adalah rencana terperinci tentang pemerolehan dan penggunaan sumber daya keuangan dan sumber daya lainnya selama suatu periode tertentu”.
Menurut Mardiasmo (2002),anggaran merupakan pernyataan mengenai estimasi kinerja yang hendak dicapai selama periode waktu tertentu yang dinyatakan dalam ukuran finansial. Konsep anggaran di sector publik, selama ini telah banyak mengalami perkembangan sehingga muncul dua pendekatan utama dalam penyusunan dan perencanaan anggaran publik, yaitu pendekatan anggaran tradisional dan pendekatan New Public Management (NPM). Anggaran tradisional lebih menekankan pengawasan dan pertanggungjawaban yang terpusat, sedangkan NPM lebih menekankan pada kinerja organisasi bukan sekedar kebijakan yang terkesan kaku, birokratis dan hirarkis.
Anggaran memiliki beberapa fungsi yang sangat penting dalam upaya mencapai tujuan organisasi. Menurut Mardiasmo (2002) anggaran sektor publik mempunyai beberapa fungsi utama, antara lain sebagai berikut :
a. Alat perencanaan, anggaran digunakan untuk merencanakan tindakan yang akan dilakukan, baik terkait tujuan atau sasaran kebijakan, program dan kegiatan untuk mencapai tujuan tersebut, serta dana yang dibutuhkan untuk menjalankannya.
b. Alat pengendalian, anggaran yang dipertanggungjawabkan kepada publik akan mengendalikan alokasi sumber daya dan membatasi kekuasaan eksekutif sehingga anggaran tidak salah sasaran
(misappropriation).
c. Alat kebijakan fiskal, anggaran dapat digunakan terkait kebijakan fiskal, yakni dalam rangka menstabilkan dan mendorong pertumbuhan ekonomi.
d. Alat politik, anggaran merupakan bentuk komitmen eksekutif dan kesepakatan legislatif terhadap pengguna dana publik. Anggaran digunakan untuk memutuskan prioritas dan kebutuhan keuangan atas prioritas.
e. Alat koordinasi dan komunikasi, proses penyusunan anggaran memerlukan mekanisme koordinasi dan komunikasi dari setiap pihak yang terlibat di dalamnya. Anggaran perlu dikomunikasikan ke setiap satuan kerja untuk dapat dilaksanakan secara menyeluruh. f. Alat penilai kinerja, anggaran merupakan alat yang efektif dalam
pengendalian dan penilaian kinerja. Kinerja manajer publik akan dinilai berdasarkan pencapaian target anggaran dan efisiensi pelaksanaan anggaran.
g. Alat motivasi, anggaran dapat mendorong manajer maupun stafnya melakukan tindakan yang ekonomis, efektif dan efisien dalam pencapaian tujuan organisasi.
h. Alat untuk menciptakan ruang publik, proses penganggaran harus melibatkan publik sebagai salah satu komponen penting. Publik dapat menyampaikan aspirasi dan pendapatnya untuk menciptakan suatu mekanisme pertanggungjawaban keuangan terhadap publik yang lebih transparan dan akuntabel
2.1.2 Anggaran Berbasis Kinerja
Tabel 2.1 Perbedaan Anggaran Tradisionaldengan Anggaran Berbasis Kinerja
Anggaran Tradisional Anggaran Berbasis Kinerja
Sentralistis Desentralisasi & devolved management
Berorientasi pada input Berorientasi pada input, output, dan outcome
(value for money) Tidak terkait dengan
perencanaan jangka panjang
Utuh dan komprehensif dengan perencanaan jangka panjang
Line-item dan incrementalism
Berdasarkan sasaran dan target kinerja Batasan departemen yang
kaku (rigid department)
Lintas departemen (cross department) Menggunakan aturan klasik:
Vote accounting
Zero-Base Budgeting, Planning Programming Budgeting System
Prinsip anggaran bruto Sistematik dan rasional Bersifat tahunan Bottom-up budgeting
Sumber: Mardiasmo (2002)
Sebelum berlakunya sistem Anggaran Berbasis Kinerja, metode penganggaran yang digunakan adalah metoda tradisional atau item line
budget. Cara penyusunan anggaran ini tidak didasarkan pada analisa rangkaian kegiatan yang harus dihubungkan dengan tujuan yang telah ditentukan, namun lebih dititikberatkan pada kebutuhan untuk belanja/pengeluaran dan sistem pertanggung jawabannya tidak diperiksa dan diteliti apakah dana tersebut telah digunakan secara efektif dan efisien atau tidak. Tolok ukur keberhasilan hanya ditunjukkan dengan adanya keseimbangan anggaran antara pendapatan dan belanja namun jika anggaran tersebut defisit atau surplus berarti pelaksanaan anggaran tersebut gagal.
Dalam perkembangannya, muncullah sistematika anggaran kinerja yang diartikan sebagai suatu bentuk anggaran yang sumber-sumbernya dihubungkan dengan hasil dari pelayanan. Proses penyusunan dan sasaran yang ingin dicapai dari sistem anggaran berbasis kinerja menggambarkan adanya peluang bagi daerah untuk mengembangkan visi dan misi serta mewujudkan keinginan dan harapan masyarakat sesuai dengan potensi yang dimiliki daerah yang bersangkutan.
Tolak ukur anggaran berbasis kinerja dinilai dari indikasi adanya peningkatan input, output, outcome serta kinerja dan perbaikan kinerja yang signifikan dalam pelaksanaannya dan berdasarkan data laporan keuangan pemerintah daerah.
Bastian (2006) mendefenisikan “anggaran berbasis kinerja sebagai sistem penganggaran yang berorientasi pada output suatu organisasi dan erat kaitannya dengan adanya visi, misi, dan rencana strategis organisasi”. Rivenbark dan Kelly (2004) mendefinisikan “anggaran berbasis kinerja
sebagai elemen dari kinerja manajemen, yang mana program kinerjanya relevan untuk setiap pengambilan keputusan, tidak hanya pengalokasian sumber daya”.
Menurut Robinson dan Brumby (2005) “anggaran berbasis kinerja merupakan prosedur atau mekanisme yang dimaksud untuk memperkuat hubungan antara dana yang diberikan pada suatu entitas sector publik dengan outcome dan/atau outcome melalui penggunaan informasi kinerja formal dalam pengambilan keputusan alokasi sumber daya.”
Mardiasmo, (2002) menjelaskan bahwa “Tujuan utama anggaran berbasis kinerja ini adalah meningkatkan efisiensi dan efektivitas belanja publik”.
“Secara umum prinsip-prinsip anggaran berbasis kinerja didasarkan pada konsep value for money yang mencakup prinsip ekonomis, efisiensi, dan efektivitas” Sancoko (2008).
Andayani (2007) mendefinisikan “ekonomis sebagai upaya untuk memperoleh input dengan kualitas dan kuantitas dengan harga terendah”. Rai (2008) menjelaskan “efisiensi merupakan perbandingan output dan
input”. Efektif didefinisikan oleh Andayani (2007) “sebagai tingkat pencapaian hasil dengan target yang telah ditentukan”.
“Anggaran berbasis kinerja juga erat kaitannya dengan prinsip good corporate governance, termasuk adanya pertanggungjawaban para pengambil keputusan atas pengguna uang yang dianggarkan untuk mencapai tujuan, sasaran, dan indikator yang telah ditetapkan” Sancoko (2008). Hal ini didukung dengan berlakunya Undang-Undang nomor 17 tahun 2003
tentang keuangan negara, Undang-Undang nomor 1 tahun 2004 tentang perbendaharaan negara, dan Undang-Undang nomoe 15 tahun 2004 tentang pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara.
Menurut Sancoko (2008), penerapan anggaran berbasis kinerja dapat memberikan manfaat sebagai berikut :
1. Anggaran yang terbatas kinerja memungkinkan pengalokasian sumber daya yang terbatas untuk membiayai kegiatan prioritas sehingga tujuan dapat tercapai dengan efisien dan efektif
2. Penerapan anggaran berbasis kinerja digunakan untuk pelaksanaan kegiatan dan program yang transparan. Dengan anggaran yang jelas, dan juga output yang jelas, serta adanya hubungan yang jelas antara pengeluaran dan output yang hendak dicapai maka akan tercipta transparansi
3. Organisasi pembuat kebijakan akan berada pada posisi yang lebih baik untuk menentukan prioritas kegiatan pemerintah yang rasional
“Anggaran berbasis kinerja dipercaya memberikan manfaat bagi berbagai pihak, baik pemerintah maupun masyarakat terutama dalam mendorong tata kelola pemerintahan yang lebih baik” Utomo (2007). Pengimplementasian tersebut diharapkan akan meningkatkan proses pembangunan menjadi lebih efisien dan partisipatif, karena melibatkan masyarakat sebagai penerima manfaat dari kegiatan pelayanan publik. Meninjau tujuan dan manfaat anggaran berbasis kinerja penting untuk dilaksanakan terutama dengan berpedoman pada peraturan-peraturan terkait yang mewajibkan pelaksanaan anggaran berbasis kinerja.
2.1.3. PenerapanAnggaranBerbasisKinerja
Dalam menerapkan Anggaran Berbasis Kinerja, terdapat prinsip-prinsip yangdapatdijadikanpedomanBPKP, (2005),yaitu:
Anggaran harus dapatmenyajikan informasiyang jelas mengenai tujuan, sasaran,hasil,danmanfaatyang diperoleh masyarakat darisuatukegiatanatau proyekyangdianggarkan. Anggotamasyarakatmemilikihakdanaksesyang samauntuk mengetahuiprosesanggarankarena menyangkut aspirasi dan kepentinganmasyarakat,terutamapemenuhankebutuhan-kebutuhan hidup
masyarakat.Masyarakatjugaberhakuntukmenuntutpertanggungjawaban atas rencanaataupunpelaksanaananggarantersebut.
2) Disiplinanggaran
Pendapatanyang direncanakan merupakanperkiraanyang terukursecara rasionalyangdapatdicapaiuntuksetiapsumberpendapatan.
Sedangkanbelanja yangdianggarkan
padasetiappos/pasalmerupakanbatastertinggipengeluaran belanja.Penganggaranpengeluaranharusdidukung
denganadanyakepastian tersedianya penerimaandalamjumlahyangcukup dantidakdibenarkan melaksanakankegiatan/proyekyangbelum/tidaktersediaanggarannya. Dengan katalain,bahwapenggunaan setiapposanggaranharussesuaidengan kegiatan/proyekyangdiusulkan. 3)Keadilananggaran Perguruantinggiwajibmengalokasikanpenggunaananggarannyas ecaraadil agar dapat dinikmati oleh seluruh kelompok sivitas akademika dan karyawantanpadiskriminasidalampemberianpelayanan,karenapendapata n perguruantinggi pada hakikatnyadiperolehmelaluiperan serta masyarakat secarakeseluruhan.
4) Efisiensidanefektivitasanggaran Penyusunan
anggaranhendaknyadilakukanberlandaskanazasefisiensi,tepat
guna,tepatwaktupelaksanaan, danpenggunaannya dapat dipertanggungjawabkan.
Danayangtersediaharusdimanfaatkandengansebaik mungkinuntuk dapatmenghasilkan peningkatan dankesejahteraanyang maksimaluntukkepentinganstakeholders.
5) Disusundenganpendekatankinerja
Anggaranyang disusun denganpendekatankinerjamengutamakanupaya
pencapaianhasilkerja(output/outcome)dariperencanaanalokasibiayaatau
inputyang telahditetapkan.
Hasilkerjanyaharussepadanataulebihbesardari biayaatauinputyang telahditetapkan. Selainituharusmampumenumbuhkan profesionalismekerjadisetiaporganisasikerjayangterkait.
PenganggaranBerbasis Kinerja mengalokasikan sumber daya didasarkan
padapencapaianoutcomeyangdapatdiukursecaraspesifik.Outcome
didefinisikan melaluiprosesperencanaanstrategisyang mempertimbangkan
isu kritis yang
dihadapilembaga,kapabilitaslembaga,danmasukandaristakeholder.
Terdapatbeberapakarakteristikpenyusunan
anggaranyangdidasarkanpada kinerja.Asmoko(2006) menjelaskanbeberapakarakteristikkunci dalamPBKdiantaranya:
1. Pengeluarananggarandidasarkan padaoutcomeyang ingindicapai,dimana
outcomemerupakandampaksuatuprogramataukegiatanterhadapmasya rakat. Misalnya,untukorganisasisepertiUniversitas Diponegoro, outcomeyang ingindicapaiadalahmeningkatnyaperanserta Undipdalampembangunan masyarakatkhususnya dibidangilmupengetahuan.Maka,atasdasaroutcomeitulahpengeluaran anggarandilaksanakan.
2. Adanyahubunganantaramasukan(input)dengankeluaran(output) danoutcomeyangdiinginkan.Inputatau masukanmerupakan sumber
daya yang digunakan untuk
pelaksanaansuatukebijakan,program,danaktivitas. Outputataukeluaran merupakanhasilataunilaitambahyang
dicapaiolehkebijakan,programdan
aktivitas.Sementaraoutcomemerupakandampakyang
ditimbulkandarisuatu aktivitastertentu.Konsepvalueformoney dalamkerangkaanggaranberbasis
kinerjadapattercapaiapabilaorganisasitelahmenggunakan
biayainputpaling keciluntuk mencapaioutputyangoptimumsertamemperolehoutcomeyang
berkualitas.
3. Adanyaperananindikatorefisiensidalamprosespenyusunananggaran. Pengertian efisiensi berhubungan erat dengan konsep produktivitas. Pengukuran efisiensidilakukandenganmenggunakanperbandingan antara outputyangdihasilkanterhadapinputyangdigunakan (costofoutput). Proses kegiatanoperasional dikatakan efisienapabila suatuproduk atauhasilkerja tertentu dapat dicapai dengan penggunaan sumber daya dan dana yang serendah-rendahnya (spendingwell).Dalamkonsepanggaranberbasiskinerja,
pemerintahharus bertindak berdasarkanfokuspadabiaya(costminded)dan harusefisien.
4. Adanyapenyusunantargetkinerjadalamanggaran. Tujuanditetapkannyatargetkinerjadalam anggaranadalahuntukmemudahkan pengukurankinerjaatasoutputyangdicapai.Pengukuran kinerjasektorpublik dilakukanuntukmemenuhitigamaksud.Pertama,pengukuran kinerjasektor publikdimaksudkan untukdapatmembantumemperbaikikinerjapemerintah, dimanaukurankinerja dimaksudkanuntukmembantupemerintahberfokus
padatujuandansasaran program unitkerja.Halinipadaakhirnyaakan meningkatkan efisiensi dan efektivitas organisasi sektor publik dalam pemberianpelayananpublik. Kedua,ukurankinerjadigunakan untuk pengalokasian sumberdayadanpembuatankeputusan.Ketiga,ukurankinerja
dimaksudkanuntukmewujudkanpertanggungjawabanpublikdanmemp erbaiki komunikasikelembagaan.
2.2. Penelitian Terdahulu
Penelitian yang berhubungan dengan efektivitas implementasi anggaran berbasis kinerja pernah dilakukan oleh beberapa peneliti antara lain disajikan pada Tabel 2.2 berikut.
Tabel 2.2
Tinjauan Penelitian Terdahulu
Tahun Peneliti Variabel Hasil penelitian
2009 Cahya Variabel bebas: Sumber daya, informasi, orientasi tujuan dan pengukuran kinerja. Variabel terikat Efektivitas
Dari analisis regresi yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa variabel sumber daya dan pengembangan sistem pengukuran kinerja, terbukti mempengaruhi secara positif efektivitas
implementasi anggaran berbasis kinerja pada pemerintah kota Surakarta. Kata kunci: Efektivitas Implementasi Anggaran Berbasis Kinerja, Sumber Daya, Informasi, Orientasi Tujuan, Pengukuran
Implementasi Anggaran Berbasis Kinerja Kinerja 2011 Meutia dan Nurfitriana Variabel Bebas : Akuntabilitas,Transpa ransi, Partisipasi Masyarakat, Efisiensi dan Efektifitas. Variabel Terikat : Penyusunan Anggaran Berbasis Kinerja
Berdasarkan hasil penelitian, maka secara simultan variabel akuntabilitas, transparansi, partisipasi masyarakat, efisiensi dan efektivitas berpengaruh terhadap penyusunan anggaran berbasis kinerja. Secara parsial variabel akuntabilitas,
transparansi, partisipasi masyarakat,
efisiensi dan efektivitas juga berpengaruh terhadap
penyusunan anggaran berbasis kinerja. 2011 Izzaty Variabel Bebas : Gaya Kepemimpinan, dan Kualitas SDM Variabel Terikat : Penerapan Anggaran Berbasis Kinerja
Hasil dari pengujian hipotesis di dalam penelitian ini menunjukkan bahwa
gaya kepemimpinan berpengaruh positif dan signifikan terhadap penerapan
anggaran berbasis kinerja. Kualitas SDM juga memiliki pengaruh positif dan
signifikan terhadap penerapan anggaran berbasis kinerja. 2013
Kusuma Variabel Bebas : Kejelasan Sasaran Anggaran, Komitmen Organisasi, dan Ketidakpastian Lingkungan. Variabel Terikat : Ketetapan Anggaran Pendapatan,
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Kejelasan Sasaran
Anggaran dan
Komitmen Organisasi berpengaruh positif pada
Ketepatan Anggaran Pendapatan dan Belanja, sedangkan
Ketidakpastian Lingkungan berpengaruh pada
Ketepatan Anggaran Pendapatan
Ketetapan Anggaran Belanja
dan Belanja.
2013 Nugraeni Variabel bebas Faktor Rasional, Faktor Politik dan Faktor Budaya Variabel terikat: Efektivitas Implementasi Anggaran Berbasis Kinerja
Hasil penelitian ini menemukan bahwa faktor rasional yaitu sumber daya, informasi, orientasi tujuan, dan pengukuran kinerja berpengaruh positif tidak
signifikan terhadap implementasi anggaran berbasis kinerja.
Sedangkan faktor politik yang diukur oleh kelompok internal berpengaruh positif signifikan. Faktor budaya yang diukur oleh sikap memiliki pengaruh positif tidak signifikan
2015 Nawastri Variabel Bebas Kompetensi SDM, Informasi, Orientasi Tujuan, Pengukuran Kinerja, Gaya Kepemimpinan, Komitmen. Variabel Terikat Efektifitas Anggaran Berbasis Kinerja
Berdasarkan hasil penelitian, kompetensi sumber daya manusia, Informasi,
penggunaan anggaran, dan gaya kepemimpinan berpengaruh positif dan signifikan terhadap efektivitas anggaran berbasis kinerja sedangkan orientasi tujuan dan komitmen tidak berpengaruh terhadap efektivitas anggaran berbasis kinerja.
2015 Adiwirya, dan Sudana. Variabel bebas Akuntabilitas, Transparansi. Variabel Terikat Anggaran Berbasis Kinerja Penelitian ini menyimpulkan bahwa
akuntabilitas dan transparansi berpengaruh positif secara simultan
pada anggaran berbasis kinerja. Secara parsial, transparansi
berpengaruh positif pada anggaran berbasis kinerja
2015 Bakrie Variabel Bebas : Perencanaan, Umpan Balik, dan Interaksi Pengendalian.
Variabel Terikat : Anggaran Berbasis Kinerja
Hasil penelitian
menunjukkan bahwa Efektifitas Pengendalian Anggaran (X) berpengaruh positif
dan signifikan terhadap
Pelaksanaan Anggaran Berbasis Kinerja (Y) sebesar
98,28%. Dan secara parsial menunjukkan bahwa Perencanaan (X1) berpengaruh positif dan signifikan terhadap Anggaran Berbasis Kinerja sebesar 44%, Umpan Balik (X2) secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap Anggaran Berbasis Kinerja (Y) sebesar 24,9%, Interaksi Pengendalian
(X3) secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap Anggaran
Berbasis Kinerja (Y) sebesar 35,5%. Adapun variabel lain yang tidak diteliti dan
ikut mempengaruhi variabel Y adalah sebesar 27,7%
Sumber: diolah sendiri (2016)
Cahya (2009) melakukan penelitian studi kasus mengenai efektivitas implementasi anggaran berbasis kinerja di Pemerintah Kota Surakarta. Dari analisis regresi yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa variabel sumber daya
dan pengembangan sistem pengukuran kinerja, terbukti mempengaruhi secara positif efektivitas implementasi anggaran berbasis kinerja pada pemerintah kota Surakarta.
Meutia dan Nurfitriani (2011) melakukan penelitian mengenai pengaruh penerapan good governance terhadap penyusunan anggaran berbasis kinerja pada pemerintah aceh. Dari hasil penelitian, maka secara simultan variable akuntabilitas, transparansi,
partisipasi masyarakat, efisiensi dan efektivitas berpengaruh terhadap penyusunan anggaran berbasis kinerja. Secara parsial variabel akuntabilitas, transparansi, partisipasi masyarakat, efisiensi dan efektivitas juga berpengaruh terhadap penyusunan anggaran berbasis kinerja.
Izzaty (2011) melakukan penelitian studi kasus mengenai penerapan anggaran berbasis kinerja Badan Layanan Umum Universitas Diponegoro Semarang. Berdasarkan penelitian menunjukkan bahwa gayakepemimpinan berpengaruh positif dan signifikan terhadap penerapan anggaranberbasiskinerja.KualitasSDMjugamemilikipengaruh positifdan signifikan terhadappenerapananggaranberbasiskinerja.Secarasimultan,gaya kepemimpinan dankualitassumberdayamanusiamemilikipengaruhyang positif dansignifikan terhadappenerapananggaranberbasiskinerja badanlayananumum (BLU).
Kusuma (2013) melakukan penelitian studi kasus mengenai ketetapan anggaran pada SKPD di pemerintah Provinsi Bali. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa Kejelasan Sasaran Anggaran dan Komitmen Organisasi
berpengaruh positif pada Ketepatan Anggaran Pendapatan dan Belanja, sedangkan Ketidakpastian Lingkungan berpengaruh negatif pada Ketepatan Anggaran Pendapatandan Belanja.
Nugraeni (2013) melakukan penelitian studi kasus mengenai efektivitas implementasi anggaran berbasis kinerja di Universitas Sebelas Maret Surakarta. Hasil penelitian ini menemukan bahwa faktor rasional yaitu sumber daya, informasi, orientasi tujuan, dan pengukuran kinerja berpengaruh positif tidak signifikan terhadap implementasi anggaran berbasis kinerja. Sedangkan faktor politik yang diukur oleh kelompok internal berpengaruh positif signifikan. Faktor budaya yang diukur oleh sikap memiliki pengaruh positif tidak signifikan.
Nawastri (2015) melakukan penelitian studi kasus mengenai penerapan anggaran berbasis kinerja di Pemerintah Kabupaten Grobogan. Berdasarkan hasil penelitian, kompetensi sumber daya manusia, Informasi, penggunaan anggaran, dan gaya kepemimpinan berpengaruh positif terhadap efektivitas anggaran berbasis kinerja sedangkan orientasi tujuan dan komitmen tidak berpengaruh terhadap efektivitas anggaran berbasis kinerja.
Berdasarkan kebaikan model, model regresi dapat dipergunakan untuk memprediksi efektivitas anggaran berbasis kinerja. Sedangkan efektivitas anggaran berbasis kinerja mampu dijelaskan oleh keenam variabel yaitu kompetensi sumber daya manusia, informasi, orientasi tujuan, penggunaan anggaran, gaya kepemimpinan dan komitmen sebesar 89,6%.
Adiwirya dan Sudana (2015) melakukan penelitian mengenai anggaran berbasis kinerja pada SKPD Kota Denpasar. Berdasarkan hasil penelitian ini
menyimpulkan bahwaakuntabilitas dantransparansiberpengaruh positifsecarasimultan padaanggaranberbasiskinerja.Secaraparsial,transparansi
berpengaruh positifpada anggaranberbasis
kinerja.Penelitianini,menunjukkanbahwaresponden memiliki persepsi yanglebihcondongpadatransparansidibandingkandenganakuntabilitas.
Bakri (2015) melakukan penelitain mengenai pelaksanaan anggaran berbasis kinerja pada Dinas Pendidikan Kabupaten Boalemo. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa Efektifitas Pengendalian Anggaran (X) berpengaruh positif dan signifikan terhadap Pelaksanaan Anggaran Berbasis Kinerja (Y) sebesar 98,28%. Dan secara parsial menunjukkan bahwa Perencanaan (X1) berpengaruh positif dan signifikan terhadap Anggaran Berbasis Kinerja sebesar 44%, Umpan Balik (X2) secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap Anggaran Berbasis Kinerja (Y) sebesar 24,9%, Interaksi Pengendalian (X3) secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap Anggaran Berbasis Kinerja (Y) sebesar 35,5%. Adapun variabel lain yang tidak diteliti dan ikut mempengaruhi variabel Y adalah sebesar 27,7%.
𝐇𝐇𝟐𝟐
𝐇𝐇𝟑𝟑
𝐇𝐇𝟒𝟒 2.3 Kerangka Konseptual
Gambar 2.1. Kerangka Konseptual 2.3.1. Efektivitas implementasi anggaran berbasis kinerja
“Efektivitasimplementasianggaranberbasiskinerjaadalahtahappenggun
aan kinerja dalam proses
penganggaranuntukmemberikandampakpadatingkat hasil programyangditetapkan”Asmadewa, ( 2006). “ Sistem anggaranberbasiskinerjapada
dasarnyamerupakansistemyangmencakupkegiatanpenyusunanprogramdantol ak ukur kinerja sebagai instrumen untuk mencapai tujuan dan sasaran program” Mardiasmo, (2002).
Implementasi menurut Julnes dan Holzer (2001) “merupakan penggunaan pengukuran kinerja untuk perencanaan strategis, alokasi
Sumber Daya Manusia (𝐗𝐗𝟏𝟏) Efektivitas Implementasi Anggaran Berbasis Kinerja (Y) Akuntabilitas (𝐗𝐗𝟐𝟐) Penerapan Teknologi (𝐗𝐗𝟑𝟑) Ketidakpastian Lingkungan (𝐗𝐗𝟒𝟒) 𝐇𝐇𝟏𝟏
sumber daya, manajemen program, pengawasan, pengevaluasian, dan pelaporan kepada manajemen internal, kantor terkait, masyarakat, dan media massa”.
2.3.2. Sumber Daya Manusia
Nogi, (2006) berpendapat bahwa “kualitas
SDMadalahunsuryangsangatpenting dalammeningkatkan pelayanan
organisasi terhadapkebutuhan publik”.Olehkarenaitu,terdapatduaelemenmendasaryang berkaitandenganpengembangan SDMyaitutingkatpendidikandanketerampilan yangdimilikikaryawan/pekerja. SedangkanNotoadmodjo (2006) menyatakanbahwa “kualitasSDMmenyangkut duaaspek,yaituaspekkualitasfisik danaspekkualitasnonfisik,yang menyangkut kemampuanbekerja,berpikir,dan keterampilan-keterampilanlain”. Sumberdayamanusia(SDM) berkualitastinggiadalahSDMyang mampu menciptakanbukansaja nilaikomparatif,tetapi juganilaikompetitif-generatif- inovatifdenganmenggunakan energitertinggisepertiintelligence,creativity,dan imagination; tidaklagisemata-matamenggunakanenergykasarsepertibahan
mentah,lahan,air,tenagaotot,dansebagainya (Ndraha 1997).
2.3.3. Akuntabilitas
Mardiasmo, (2002) “akuntabilitas menunjukkan bagaimana kemampuan untuk memberikan penjelasan kepada masyarakat terkait
pelayanan-pelayanan yang dibuat oleh pemerintah”. Penelitian yang dilakukan oleh Asrida, (2012) menunjukkan bahwa “akuntabilitas secara parsial mempengaruhi kinerja penyusunan RAPBD Kabupaten Bireuen”.
2.3.4. Penerapan Teknologi
Penguasaan informasi atau pengetahuan teknis untuk melaksanakan reformasi anggaran sangat penting bagi keberhasilan implementasi anggaran berbasis kinerja. “Informasi dan pengetahuan tersebut dapat diperoleh melalui pelatihan atau akses terhadap informasi terkait anggaran berbasis kinerja yang memadai” Julnes dan Holzer, (2001).
Literatur manajemen kinerja menjelaskan bahwa pelatihan adalah faktor kunci dalam memperbaiki kapabilitas pegawai, dan pemberdayaan pegawai harus dilibatkan untuk mencapai perbaikan kinerja organisasi. Survei GPRA tahun 2003 menemukan bahwa “terdapat hubungan positif antar lembaga yang memberikan pelatihan dan pengembangan penyusunan target kinerja program dengan penggunaan informasi kinerja ketika menyusun atau merevisi target kinerja” GAO, (2005).
2.3.5. Ketidakpastian Lingkungan
Miliken (1987) menjelaskan bahwa ketidakpastian lingkunganterdiri dari:
Tiga tipe (effect uncertainty, response uncertainty, danstateduncertainty). Effect uncertainty adalah ketidakmampuan memprediksipengaruh lingkungan di masa akan datang terhadap organisasi. Responseuncertainty adalah ketidakmampuan memprediksi konsekuensi daripilihan-pilihan keputusan untuk merespon lingkungan. Stated uncertaintymerupakan suatu hal selalu dihubungkan dengan ketidakpastianlingkungan (preceived environmental uncertainty).
“Bagi suatu organisasi, sumber utama ketidakpastian berasal darilingkungan, yang meliputi pesaing, konsumen, pemasok, regulator, danteknologi yang dibutuhkan” Govindarajan, (1986). “Ketidakpastianlingkungan merupakan situasi dimana seorang terkendala untukmemprediksi situasi disekitarnya sehingga mencoba untuk melakukansesuatu untuk menghadapi ketidakpastian tersebut” Luthans, (2006).
“Ketidakpastian lingkungan merupakan situasi dimana seseorang terkendala untuk memprediksi situasi disekitarnya sehingga mencoba untuk melakukan sesuatu untuk menghadapi ketidakpastian tersebut” Minanda, (2009).
Ketidakpastian lingkungan dalam suatu organisasi khususnya organisasi sektor publik disebabkan karena lingkungan umum dan khusus yang mempengaruhi perkembangan organisasi. Tetapi dalam hal ini lingkungan khususlah yang lebih berpengaruh. Tidak dapat dipungkiri bahwa aturan atau regulasi yang berkembang juga dapat mempengaruhi kondisi lingkungan organisasi. Karyawan atau pegawai merupakan bagian dari lingkungan khusus dalam organisasi untuk membantu mencapai tujuan yang diinginkan.
2.4. Hipotesis
Hipotesis adalah kesimpulan sementara atau proposisi tentatif tentang hubungan dari beberapa variabel yang dapat digunakan sebagai tuntunan sementara dalam penelitian untuk menguji kebenarannya.
2.4.1. Sumber Daya Manusia Berpengaruh Terhadap Efektivitas Implementasi Anggaran Berbasis Kinerja.
Keberhasilan implementasi anggaran berbasis kinerja sangat dipengaruhi kemampuan organisasi menyediakan sumber daya yang memadai, pegawai dengan kemampuan analisis kerja program, alokasi dana untuk mengumpulkan dana, atau dana untuk pengembangan implementasi anggaran berbasis kinerja, dan waktu yang cukup untuk menilai keandalan data kinerja penting bagi keberhasilan implementasi. Wang (2000) berpendapat bahwa penggunaan anggaran memerlukan pembangunan kapasitas dalam standar akuntansi, sistem informasi, personil, dan dana. Organisasi-organisasi publik yang memiliki pengalaman dengan penggunaan anggaran memberikan perhatian besar atas kebutuhan staf untuk kinerja, dan mengumpulkan data.
Hal ini sesuai dengan penelitian Nawastri (2015), Achyani dan Cahya (2011), Cholifah (2013), Fitri (2013), dan Nalarreason (2014) yang menyatakan bahwa kompetensi sumber daya manusia berpengaruh positif dan signifikan terhadap anggaran berbasis kinerja. Dengan demikian hipotesis yang diajukan:
𝐇𝐇𝟏𝟏 : Sumber Daya Manusia Berpengaruh Terhadap Efektivitas Implementasi Anggaran Berbasis Kinerja.
2.4.2. Akuntabilitas Berpengaruh Terhadap Efektivitas Implementasi Anggaran Berbasis Kinerja
Mardiasmo (2002) akuntabilitas menunjukkan bagaimana kemampuan untuk memberikan penjelasan kepada masyarakat terkait pelayanan-pelayanan yang dibuat oleh pemerintah. Penelitian yang dilakukan oleh Nurfitriana (2011), yang menunjukkan bahwa hasil penelitian secara parsial variabel akuntabilitas berpengaruh terhadap penyusunan anggaran berbasis kinerja.
𝐇𝐇𝟐𝟐 : Akuntabilitas Berpengaruh Terhadap Efektivitas Implementasi Anggaran Berbasis Kinerja
2.4.3. Penerapan Teknologi Berpengaruh Terhadap Efektivitas Implementasi Anggaran Berbasis Kinerja
Penguasaan informasi atau pengetahuan teknis untuk melaksanakan reformasi anggaran sangat penting bagi keberhasilan implementasi anggaran berbasis kinerja. Informasi dan pengetahuan tersebut dapat diperoleh melalui pelatihan atau akses terhadap informasi terkait anggaran berbasis kinerja yang memadai (Julnes dan Holzer, 2001). Literatur manajemen kinerja menjelaskan bahwa pelatihan adalah faktor kunci dalam memperbaiki kapabilitas pegawai, dan pemberdayaan pegawai harus dilibatkan untuk mencapai perbaikan kinerja organisasi. Survei GPRA tahun 2003 menemukan bahwa terdapat hubungan positif antar lembaga yang
memberikan pelatihan dan pengembangan penyusunan target kinerja program dengan penggunaan informasi kinerja ketika menyusun atau merevisi target kinerja (GAO, 2005).
Dengan demikian hipotesis yang diajukan:
𝐇𝐇𝟑𝟑 : Penerapan Teknologi Berpengaruh Terhadap Efektivitas Implementasi Anggaran Berbasis Kinerja
2.4.4. Ketidakpastian Lingkungan Berpengaruh Terhadap Efektivitas Implementasi Anggaran Berbasis Kinerja
"Ketidakpastian lingkungan merupakan situasi dimana seseorang terkendala untuk memprediksi situasi disekitarnya sehingga mencoba untuk melakukan sesuatu untuk menghadapi ketidakpastian tersebut”Minanda, 2009. Ketidakpastian lingkungan dalam suatu organisasi khususnya organisasi sektor publik disebabkan karena lingkungan umum dan khusus yang mempengaruhi perkembangan organisasi.
Tetapi dalam hal ini lingkungan khususlah yang lebih berpengaruh. Tidak dapat dipungkiri bahwa aturan atau regulasi yang berkembang juga dapat mempengaruhi kondisi lingkungan organisasi. Karyawan atau pegawai merupakan bagian dari lingkungan khusus dalam organisasi untuk membantu mencapai tujuan yang diinginkan.
Dari penjelasan di atas maka dapat dikembangkan hipotesis penelitian sebagai berikut:
𝐇𝐇𝟒𝟒 : Ketidakpastian Lingkungan Berpengaruh Terhadap Efektivitas Implementasi Anggaran Berbasis Kinerja