• Tidak ada hasil yang ditemukan

BUPATI LAMPUNG TENGAH PROVINSI LAMPUNG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BUPATI LAMPUNG TENGAH PROVINSI LAMPUNG"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

1

BUPATI LAMPUNG TENGAH

PROVINSI LAMPUNG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMPUNG TENGAH NOMOR 3 TAHUN 2015

TENTANG

BADAN PERMUSYAWARATAN KAMPUNG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LAMPUNG TENGAH,

Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, dipandang perlu menetapkan Peraturan Daerah Kabupaten Lampung Tengah tentang Badan Permusyawaratan Kampung;

Mengingat : 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun1945;

2. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1959 tentang Penetapan Undang – Undang Darurat Nomor 4 Tahun 1956 tentang Pembentukan Daerah Otonom Kabupaten – Kabupaten dalam Lingkungan Provinsi Sumatera Selatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1956 Nomor 55, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1091) sebagai Undang – Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1959 Nomor 73, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1821);

3. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234);

4. Undang – Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 7, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5495);

5. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015

(2)

2

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679);

6. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 123, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5539);

7. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 01 Tahun 2014 tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah; 8. Peraturan Daerah Kabupaten Lampung Tengah Nomor 12 Tahun 2007 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Lampung Tengah (Lembaran Daerah Kabupaten Lampung Tengah Tahun 2008 Nomor 01) Sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Daerah Kabupaten Lampung Tengah Nomor 08 Tahun 2011 (Lembaran Daerah Kabupaten Lampung Tengah Tahun 2011 Nomor 08).

Dengan Persetujuan Bersama

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN LAMPUNG TENGAH

dan

BUPATI LAMPUNG TENGAH

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN KAMPUNG

BAB I

KETENTUAN UMUM Pasal 1

Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan :

1. Daerah adalah Kabupaten Lampung Tengah;

2. Pemerintah Daerah adalah Kepala Daerah sebagai unsur penyelenggara Pemerintah Daerah yang memimpin pelaksanaan urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah otonom;

3. Bupati adalah Bupati Lampung Tengah;

4. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disingkat DPRD adalah Lembaga Perwakilan Rakyat Daerah yang berkedudukan sebagai unsur penyelenggaraan pemerintahan daerah;

(3)

3 5. Kampung adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas

wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia;

6. Pemerintahan Kampung adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia;

7. Pemerintah Kampung adalah Kepala Kampung dibantu Perangkat Kampung sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Kampung;

8. Badan Permusyawaratan Kampung yang selanjutnya disebut BPK adalah lembaga yang melaksanakan fungsi pemerintahan yang anggotanya merupakan wakil dari penduduk Kampung berdasarkan keterwakilan wilayah dan ditetapkan secara demokratis;

9. Musyawarah Kampung adalah musyawarah antara Badan Permusyawaratan Kampung, Pemerintah Kampung, dan unsur masyarakat yang diselenggarakan oleh Badan Permusyawaratan Kampung untuk menyepakati hal yang bersifat strategis;

10. Peraturan Kampung adalah Peraturan perundang-undangan yang ditetapkan oleh Kepala Kampung setelah dibahas dan disepakati bersama Badan Permusyawaratan Kampung;

11. Anggaran Pendapatan dan Belanja Kampung selanjutnya disingkat APBK Kampung adalah rencana keuangan tahunan pemerintah kampung yang dibahas dan disetujui bersama oleh Kepala Kampung dan BPK yang ditetapkan dengan Peraturan Kampung;

12. Keputusan BPK adalah Keputusan yang dibuat oleh BPK;

13. Keputusan Kepala Kampung adalah Keputusan yang dibuat oleh Kepala Kampung.

BAB II KEDUDUKAN

Pasal 2

BPK berkedudukan sebagai unsur penyelenggara pemerintahan kampung

Pasal 3

(1) Anggota BPK merupakan wakil dari penduduk kampung berdasarkan keterwakilan wilayah dan perempuan yang pengisiannya dilakukan secara demokratis melalui proses pemilihan secara langsung atau musyawarah perwakilan;

(2) Jumlah anggota BPK ditetapkan dengan jumlah gasal, paling sedikit 5 (lima) orang dan paling banyak 9 (sembilan) orang, dengan memperhatikan jumlah penduduk dan kemampuan keuangan kampung dengan ketentuan :

a. Jumlah penduduk sampai dengan 2.000 jiwa, 5 orang

b. Jumlah penduduk 2.001 sampai dengan 2.500 jiwa, 7 orang c. Jumlah penduduk lebih dari 2.500 jiwa, 9 orang.

(4)

4 BAB III

MEKANISME PENGISIAN ANGGOTA Bagian Kesatu

Pembentukan Panitia Pasal 4

(1) Kepala kampung melaksanakan musyawarah membentuk panitia pengisian keanggotaan BPK 6 (enam) bulan sebelum masa keanggotaan BPK berakhir dan ditetapkan dengan keputusan kepala kampung;

(2) Komposisi kepanitiaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari : a. Perangkat kampung; b. Tokoh masyarakat; c. Tokoh adat; d. Tokoh agama; e. Golongan profesi; f. Perwakilan perempuan; g. Perwakilan pemuda dan h. Tokoh masyarakat lainnya.

(3) Panitia pengisian keanggotaan BPK dibentuk dengan jumlah anggota dan komposisi yang proporsional dan bertanggung jawab kepada kepala kampung;

(4) Anggaran yang timbul dari kegiatan pengisian keanggotaan BPK dibebankan pada Anggaran dan Pendapatan Belanja Kampung.

Bagian Kedua Pengisian Anggota

Pasal 5

(1) Panitia melakukan penjaringan dan penyaringan bakal calon anggota BPK;

(2) Tahapan penjaringan sebagaimana dimaksud ayat (1) meliputi :

a. Pengumuman secara terbuka tentang pendaftaran calon anggota BPK selama 14 (empat belas) hari kerja;

b. Pendaftaran calon anggota BPK selama 7 (tujuh) hari kerja. (3) Tahapan penyaringan sebagaimana dimaksud ayat (1) meliputi :

a. Pemeriksaan berkas selama 7 (tujuh) hari kerja; b. Penetapan calon anggota BPK yang berhak dipilih.

(4) Setiap tahapan yang dilakukan dituangkan dalam berita acara yang ditandatangani oleh sekretaris dan ketua panitia.

Pasal 6

(1) Mekanisme pengisian keanggotaan BPK dapat dilaksanakan melalui musyawarah perwakilan oleh unsur masyarakat yang mempunyai hak pilih atau pemilihan langsung oleh masyarakat kampung;

(5)

5

(2) Dalam hal mekanisme pengisian keanggotaan BPK melalui musyawarah perwakilan diikuti oleh perwakilan masing-masing dusun, tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh adat, tokoh pemuda dan perwakilan perempuan;

(3) Dalam hal mekanisme pengisian keangotaan BPK melalui pemilihan langsung panitia pengisian menyelenggarakan pemilihan langsung calon anggota BPK secara demokratis dengan tetap menjunjung nilai-nilai adat budaya lokal;

Pasal 7

Ketentuan lebih lanjut tentang pengisian keanggotaan BPK diatur dalam Peraturan Bupati yang sekurang-kurangnya memuat :

a. Tugas dan wewenang panitia; b. Persyaratan calon anggota BPK; c. Tata cara pengisian anggota BPK;

d. Tata cara penetapan dan pengesahan anggota BPK terpilih; e. Tata cara penyelesaian sengketa;

f. Sanksi pelanggaran; g. Tata cara pelantikan;

h. Tata cara pemberhentian anggota BPK.

Pasal 8

Panitia menetapkan Calon Anggota BPK yang jumlahnya sama atau lebih dari Anggota BPK sebelumnya paling lambat 3 (tiga) bulan sebelum masa keanggotaan BPK berakhir;

BAB IV

PENETAPAN DAN PENGESAHAN ANGGOTA Pasal 9

(1) Hasil pelaksanaan musyawarah perwakilan atau pemilihan langsung sebagaimana dimaksud dalam pasal 6 ayat (1) disampaikan oleh panitia pengisian anggota BPK kepada Kepala Kampung paling lama 7 (tujuh) hari sejak ditetapkannya hasil musyawarah perwakilan atau pemilihan langsung;

(2) Hasil pelaksanaan musyawarah perwakilan atau pemilihan langsung sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan oleh kepala kampung kepada Bupati melalui Camat paling lama 7 (tujuh) hari sejak diterimanya hasil pemilihan dari panitia pengisian untuk diresmikan Bupati ;

(3) Bupati menerbitkan Keputusan Bupati tentang Pengesahan dan Pengangkatan Anggota BPK terpilih paling lama 30 (tiga puluh) hari terhitung dari tanggal diterimanya hasil pelaksanaan pengisian keanggotaan BPK;

Pasal 10

(1) Bupati atau pejabat yang ditunjuk melantik anggota BPK dihadapan masyarakat paling lama setelah 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak tanggal ditetapkan keputusan Bupati;

(6)

6 BAB V

PENGISIAN KEANGGOTAAN BPK ANTAR WAKTU Pasal 11

(1) Dalam hal adanya anggota BPK yang berhenti menyebabkan jumlah anggota BPK berkurang, maka dilakukan pengisian keanggotaan BPK antar waktu;

(2) Pengisian keanggotaan BPK antar waktu dilakukan melalui musyawarah perwakilan oleh unsur masyarakat yang mempunyai hak pilih sebagaimana disebut dalam Pasal 6 Ayat (2);

(3) Hasil musyawarah ditetapkan dalam keputusan BPK yang ditandatangani oleh Ketua BPK;

(4) Calon anggota terpilih hasil musyawarah disampaikan kepada kepala kampung paling lama 7 (tujuh) hari sejak ditetapkan dengan dilampiri daftar hadir, notulen musyawarah, dan berita acara hasil musyawarah; (5) Kepala kampung mengusulkan hasil musyawarah kepada Bupati melalui

Camat paling lama 7 (tujuh) hari sejak berkas diterima;

(6) Bupati menetapkan penggantian anggota BPK antar waktu dengan Keputusan Bupati paling lama 30 (tiga puluh) hari sejak berkas diterima.

Pasal 12

(1) Kekosongan anggota BPK yang menjabat sebagai pimpinan BPK, maka pengisian jabatan dilakukan dalam musyawarah BPK yang dihadiri oleh paling sedikit ½ (satu perdua) ditambah 1 (satu) dari jumlah anggota BPK;

(2) Selanjutnya hasil berita acara musyawarah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan kepada Bupati bersamaan dengan usulan pengesahan dan penetapan anggota BPK untuk disahkan.

BAB VI

MEKANISME KERJA Pasal 13

(1) Rapat BPK diselenggarakan berdasarkan surat Ketua BPK;

(2) Rapat BPK diadakan sesuai kebutuhan, sekurang-kurangnya 1 (satu) kali dalam (1) tahun;

(3) Rapat BPK dipimpin oleh Pimpinan BPK

(4) Rapat BPK sebagaimana dimaksud pada ayat pada (1) dinyatakan sah apabila dihadiri oleh sekurang-kurangnya ½ (satu per dua) ditambah 1 (satu) dari jumlah anggota BPK;

(5) Hasil rapat BPK ditetapkan dengan Berita Acara dan dilengkapi dengan notulen rapat yang dibuat oleh sekretaris BPK.

(7)

7 BAB VII

HUBUNGAN KERJA Pasal 14

Hubungan kerja BPK dengan Kepala Kampung dan Lembaga Kemasyarakatan adalah bersifat pengawasan, kemitraan, konsultatif, dan koordinatif

BAB VIII KEUANGAN

Pasal 15

(1) BPK mendapatkan biaya operasional yang dikelola oleh Sekretaris BPK; (2) Pimpinan dan Anggota BPK berhak menerima tunjangan;

(3) Biaya opersional BPK, tunjangan Pimpinan dan Anggota BPK disesuaikan dengan kemampuan keuangan kampung;

(4) Biaya operasional BPK, Tunjangan Pimpinan dan Anggota BPK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan (2), ditetapkan dalam APBK; (5) BPK wajib menyampaikan laporan pertanggungjawaban keuangan BPK

melalui sekretaris BPK kepada kepala kampung sebagai penanggung jawab keuangan kampung.

BAB IX

KETENTUAN PERALIHAN Pasal 16

Pada saat Peraturan Daerah ini mulai berlaku, Anggota BPK yang belum habis masa keanggotaanya, tetap melanjutkan tugas sampai habis masa keanggotaannya.

BAB X

KETENTUAN PENUTUP Pasal 17

Pada saat Peraturan Daerah ini mulai berlaku, maka Peraturan Daerah Nomor 08 Tahun 2006 tentang Badan Permusyawaratan Kampung dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

Pasal 18

Pada saat Peraturan Daerah ini mulai berlaku, Peraturan pelaksanaan yang mengatur tentang BPK, tetap berlaku sepajang tidak bertentangan dan belum diganti berdasarkan Peraturan Daerah ini.

(8)

8

Ditetapkan di Gunung Sugih pada tanggal 2015

BUPATI LAMPUNG TENGAH,

ttd A. PAIRIN

Diundangkan di Gunung Sugih pada tanggal 2015

SEKRETARIS DAERAH

KABUPATEN LAMPUNG TENGAH,

ttd

ADI ERLANSYAH

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LAMPUNG TENGAH TAHUN 2015 NOMOR 03

Salinan sesuai dengan aslinya Kepala Bagian Hukum Setdakab. Lampung Tengah ttd

M. Supriadi

NOMOR REGISTER PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMPUNG TENGAH PROVINSI LAMPUNG : 02/LTG/2015

Pasal 19

Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Lampung Tengah.

(9)

9 PENJELASAN

ATAS

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMPUNG TENGAH NOMOR TAHUN 2015

TENTANG

BADAN PERMUSYAWARATAN KAMPUNG

A. UMUM

Badan Permusyawaratan Kampung merupakan badan permusyawaratan di tingkat kampung yang turut membahas dan menyepakati berbagai kebijakan dalam penyelenggaraan pemerintahan kampung. Dalam upaya meningkatkan kinerja kelembagaan di tingkat kampung, memperkuat kebersamaan, serta meningkatkan partisipasi dan pemberdayaan masyarakat, Pemerintah kampung dan/ atau Badan Permusyawaratan Kampung memfasilitasi penyelenggaraan musyawarah kampung. Hasil musyawarah kampung dalam bentuk kesepakatan dituangkan dalam hasil musyawarah yang dijadikan dasar oleh Badan Permusyawaratan Kampung dan Pemerintah Kampung dalam menetapkan kebijakan pemerintahan kampung.

Mengingat begitu besar peran Badan Permusyawaratan Kampung dalam penyelenggaraan Pemerintahan kampung, sehingga perlu diatur dalam Peraturan Daerah.

B. PASAL DEMI PASAL

Pasal 1 Cukup jelas Pasal 2 Cukup jelas Pasal 3 Cukup jelas Pasal 4 Cukup jelas Pasal 5 Cukup jelas Pasal 6 Cukup jelas Pasal 7 Cukup jelas Pasal 8 Cukup jelas Pasal 9 Cukup jelas Pasal 10 Cukup jelas

(10)

10 Pasal 11 Cukup jelas Pasal 12 Cukup jelas Pasal 13 Cukup jelas Pasal 14 Cukup jelas Pasal 15 Cukup jelas Pasal 16 Cukup jelas Pasal 17 Cukup jelas Pasal 18 Cukup jelas Pasal 19 Cukup jelas

TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LAMPUNG TENGAH NOMOR ...

Referensi

Dokumen terkait

Tanggung jawab pidana pengemudi kendaraan yang mengakibatkan kematian dalam kecelakaan lalu lintas dalam Pasal 359 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana adalah pidana

Dalam menganalisis data penelitian, digunakan deskriptif kuantitatif untuk menjawab perumusan masalah mengenai bagaimana tingkat kepuasan pasien rawat jalan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui komposisi kimia, struktur mikro kekerasan brinell dan mengetahui difusi karbon pada bantalan poros kereta

Nilai-nilai pendidikan karakter perlu dikembangkan di sekolah. nilai ini berlaku universal, karena dapat digunakan oleh seluruh siswa di Indonesia tanpa adanya

Tama, perkawinan antar-agama adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dan wanita yang, karena berbeda agama, menyebabkan tersangkutnya dua peraturan yang

Bila melakukan kesalahan dalam menetapkan besarnya persediaan maka akan berdampak kepada masalah lain, misalnya tidak terpenuhinya permintaan konsumen atau bahkan

WADIR UMUM & KEUANGAN BAGIAN KEUANGAN BIDANG PELAYANAN BIDANG KEPERAWATAN KOMITE ETIKA RS SEKSI PENUNJANG MEDIS SEKSI PELAYANAN MEDIS WADIR PELAYANAN SEKSI

Salah satu aktifitas yang dilakukan untuk menjamin kualitas kulit yang digunakan adalah dengan melakukan deteksi dan identifikasi cacat pada permukaan kulit secara visual