• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROFIL HAND ECZEMA DI POLIKLINIK KULIT DAN KELAMIN RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PROFIL HAND ECZEMA DI POLIKLINIK KULIT DAN KELAMIN RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Artikel Asli

PROFIL HAND ECZEMA DI POLIKLINIK KULIT DAN KELAMIN

RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA

Triasari Oktavriana, Niken Indrastuti, Agnes Sri Siswati Bagian/SMF Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin FK Universitas Gadjah Mada/RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta

Korespondensi: Gd. Radiopoetra Lt.3, Jl. Farmako, Sekip, Yogyakarta Telp: 0274 - 560700 Email:dr.triasari@gmail.com ABSTRAK

Hand eczema (HE) merupakan dermatitis yang terbatas pada tangan, disebabkan faktor eksogen maupun endogen. Penelitian epidemiologi HE membantu mengetahui morfologi dan pola distribusi lesi yang dapat mengarahkan pada etiologi.

Untuk mengetahui profil HE di Poliklinik Kulit dan Kelamin Sub Alergi dan Imunologi RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta periode 2007-2010, dilakukan penelitian retrospektif berdasarkan catatan medis kasus HE.Pasien dengan kecurigaan klinis psoriasis, liken planus, infeksi jamur dan virus serta pasien dengan dermatitis luas di area lain tubuh tidak diikutkan penelitian.

Hasil yang dicapai hand eczema terdapat pada 8,8% kasus (278 dari 3142 pasien). Tes tempel dilakukan pada 7 (2,5%) kasus. Rasio perempuan:laki-laki = 1,9:1. Usia tersering adalah 21-30 tahun dan 43,9% pasien HE merupakan pekerja, keluhan tersering adalah pruritus (73,3%). Riwayat atopi, lokasi tersering, lesi tersering, faktor pemberat berturut-turut adalah sebesar 52,9%; jari tangan (70,5%), eritem (92,4%) dan deterjen (34,3%). Dermatitis kontak iritan merupakan penyebab tersering HE (56,4%).

Dapat disimpulkan bahwa hand eczema lebih banyak pada perempuan dan dermatitis kontak iritan merupakan penyebab HE yang paling sering. (MDVI 2012; 39/s: 2s - 7s)

Kata kunci : hand eczema, proritus, dermatitis kontak iritan

ABSTRACT

The term of "hand eczema" (HE) implies an inflammation of the skin or confined of the hands. It is caused by various exogenous and endogenous factors. Epidemiological studies of HE can help identify the morphology and distribution pattern of lesions that can lead to the etiology. To de scr ibe th e p rofile of HE in Allergy and Im mun olo gy Sub De par tme nt of Dermatovenereology Outpatient Clinic in Dr. Sardjito Hospital Yogyakarta during 2007-2010, a retrospective study based on medical records of all cases of HE was performed. Patients with clinical suspicion of psoriasis, lichen planus, fungal infections and viruses as well as patients with extensive dermatitis on other areas of the body were not included in the study.

Obtained 278 (8.8%) cases of HE from 3142 patients in Allergy and Immunology Sub Department of Dermatovenereology Outpatient Clinic in Dr. Sardjito Hospital Yogyakarta during 2007-2010. The ratio between female and men were 1,9:1 and the most patients of HE were in the range of 21-30 years old (25.9%). Most patients of HE were workers (43.9%), the chief complaints were pruritus (73.3%). Atopy histories, the most common location and morphology, and also the most aggravating factors of HE were found respectively in 52.9% patients; fingers (70.5%), erythema (92.4%) and detergent (34.3%) while irritant contact dermatitis was the most etiology of HE (56.4%).

It can be concluded that hand eczema is more common in women and irritant contact dermatitis is the most common cause of HE. (MDVI 2012; 39/s: 2s - 7s)

(2)

PENDAHULUAN

Hand eczema (HE) adalah dermatitis yang terbatas pada tangan.1 Tangan merupakan organ penting dalam komunikasi dan ekspresi sehingga setiap penyakit kulit yang terlihat pada tangan dapat mengakibatkan masalah psikososial misalnya perasaan cemas, rendah diri, dan fobia sosial.2,3

Hand eczema termasuk salah satu gangguan dermatologis yang umum terjadi dalam masyarakat. Penyebab HE meliputi berbagai faktor baik eksogen maupun endogen dengan prevalensi per tahun sebesar 9,7% di populasi umum.3,4

Hand eczema dua kali lebih sering terjadi pada perempuan dibandingkan dengan laki-laki, dengan prevalensi tertinggi pada perempuan usia muda.2 Faktor genetik dianggap sebagai dasar untuk perbedaan ini, namun saat ini pajanan yang lebih besar pada perempuan terkait pekerjaan basah (wet work) dianggap sebagai salah satu penjelasannya.4 Akibat gejala dan keparahan hand eczema seseorang mengubah pekerjaan atau bahkan meninggalkan pekerjaan utama secara permanen.2,5 Karakteristik klinis HE terdiri atas eritema, fisura, skuama, vesikel, edema dan pruritus. Diagnosis HE seringkali sukar ditegakkan.3 Penelitian epidemiologi sangat membantu dalam pemahaman HE karena pengetahuan tentang morfologi dan pola distribusi lesi dapat mengarahkan etiologi dan terapi.2

Saat ini belum tersedia sistem baku untuk klasifikasi HE. Warshaw dkk, menguraikan klasifikasi klinis HE secara komprehensif berdasarkan tinjauan pustaka yang luas, dan pengalaman pribadi.1 Morfologi dan pola distribusi mungkin dapat mengarahkan pada sebab-akibat, tapi hal ini bukan prediktor utama yang dapat diandalkan karena etiologi HE biasanya multifaktor.2,3 Diatesis atopi berperan penting dalam kasus HE hingga 50% kasus.4 Faktor penyebab lain yang paling penting adalah kontak alergi dan pajanan iritan. Faktor penyebab tambahan lain termasuk gesekan, pekerjaan, kelembaban rendah, stres psikologis, status sosial ekonomi rendah dan hiperhidrosis. Etiologi yang spesifik tidak dapat ditentukan pada beberapa pasien dengan HE.5

Belum tersedia data yang cukup tentang HE dalam populasi kami. Studi ini dirancang untuk mendapatkan profil yang kompreh ensif pada pasien dengan dermatitis eksematosa pada telapak tangan atau hand eczema yang berobat di Poliklinik Kulit dan Kelamin sub Alergi dan Imunologi RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta selama 4 tahun (2007-2010). Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan prevalensi, gambaran klinis, pola dan morfologi HE pada pasien yang berobat di Poliklinik Kulit dan Kelamin sub Alergi dan Imunologi.

SUBYEK DAN METODE Subyek

Pasien hand eczema yang berobat di Poliklinik Kulit

dan Kelamin sub Alergi dan Imunologi RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta selama periode Januari 2007-Januari 2010. Metode

Penelitian ini menggunakan metode retrospektif berdasarkan catatan medis pasien rawat jalan di Poliklinik Kulit dan Kelamin sub Alergi dan Imunologi RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta selama periode Januari 2007-Januari 2010. Catatan medis digunakan untuk mengevaluasi pasien dengan hand eczema meliputi diagnosis, jenis kelamin, usia, keluhan utama, faktor pencetus, riwayat atopi dan lokasi lesi. Pasien memiliki hand eczema dengan varian morfologi terbatas pada tangan.

Hand eczema didefinisikan sebagai dermatitis aktif pada setiap permukaan tangan dan diagnosis berdasarkan eksim yang spesifik berupa bercak eritem, papul, vesikel, skuama, fisura, edema dan likenifikasi di tangan selama 3 minggu. Pasien dengan kecurigaan klinis psoriasis, liken planus, infeksi jamur dan virus serta mereka yang memiliki eksim luas di area lain dari tubuh tidak diikutkan dalam penelitian. HASIL

Pada penelitian ini didapatkan 278 (8,8%) pasien hand eczema dari 3142 pasien kulit yang berobat di Poliklinik Kulit dan Kelamin sub Alergi dan Imunologi RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta selama periode Januari 2007-Januari 2010. Dari 278 pasien tersebut, 181 (65,2%) perempuan dan 97 (34,9%) laki-laki, menunjukkan rasio perempuan dan laki-laki sebesar 1.9:1. Sebagian besar pasien HE berada pada rentang usia 21-30 tahun (25,9%). Rerata usia pasien HE adalah 36 tahun (rentang usia 11-80 tahun). Sebagian besar pasien HE adalah pekerja (43,9%). Pruritus (78,3%) merupakan keluhan yang paling banyak dikeluhkan pasien, diikuti oleh kekeringan (33,1%) dan sebanyak 52,9% pasien HE memiliki riwayat atopi. Tes tempel hanya dilakukan pada 7 (2,5%) pasien dan data hasil hasil tes tempel tercantum dalam Tabel 5 yang menunjukkan bahwa alergen kontak yang paling umum adalah potasium dikromat. Tabel 1 menunjukkan karakteristik pasien. Data mengenai lokasi dan morfologi HE dapat dilihat pada Tabel 2. Pada penelitian ini, jari tangan merupakan area yang paling sering terkena hand eczema (70,5%). Menurut pola morfologi HE, terlihat bahwa eritema merupakan gejala klinis yang paling sering ditemukan pada kasus hand eczema yaitu sebesar 92,4%.

Tabel 3 menggambarkan faktor pencetus berdasarkan yang disebutkan oleh pasien dalam anamnesis. Deterjen atau sabun merupakan faktor pencetus yang paling banyak disebutkan baik oleh pasien laki-laki (23,7%) maupun perempuan (34,3%). Faktor pencetus berikutnya untuk pasien laki-laki adalah sarung tangan karet (11,34%) dan tanaman (9,3%). Air dan sarung tangan karet menjadi faktor pencetus pada perempuan, berturut-turut sebesar 19,9% dan 10,5%.

(3)

MDVI Vol 39 No. Suplemen Tahun 2012; 2 s - 7 s

 Subyek (o rang) Pers entase (% ) Je nis Ke lamin Laki-laki 97 34 ,9 Perempua n 18 1 65 ,1 Us ia (t ahun) 11 -2 0 46 16 ,6 21 -3 0 72 25 ,9 31 -4 0 35 12 ,6 41 -5 0 47 16 ,9 5 1 - 6 0 51 18 ,3 61 -7 0 23 8,3 >70 4 1,4 P e ke r j aa n Pekerja 12 2 43 ,9

Ibu Rumah Tangga 93 33 ,5

Pelajar 37 13 ,3 Pet a ni 5 1,8 Tidak bekerja 12 4,3 Lain-lain 9 3,2 Ke luhan Utama Pruritus 22 7 78 ,3 Kekeringan 92 33 ,1 Nyeri 27 9,7 Lain-lain 15 5,4 Riwayat ato pi Ya 14 7 52 ,9 Tidak 10 5 37 ,8

Tidak ada informasi 26 9,3

Tes Tempel

Ya 7 2,5

Tidak 27 1 97 ,5

Tabel 1. Karakteristik demografi, keluhan utama, riwayat atopi dan uji tempel pasien HE di RSUP Dr. Sardjito tahun 2007-2010

Tabel 2. Lokasi dan morfologi lesi pasien HE di RSUP dr. Sardjito tahun 2007-2010

L o ka s i  Subyek (o rang) Pe r s e nt a s e Ujung-ujung jari 15 2 54 ,7 Jari-jari tangan 19 6 70 ,5 Telapak tangan 16 5 59 ,4 Punggung tangan 13 8 49 ,6 Pergelangan tangan 9 8 35 ,3 Mo rfo lo gi Er item 25 7 92 ,4 Papula 21 9 78 ,8 Vesikel 18 8 67 ,6 Fisura 20 7 74 ,5 Skuama 22 4 80 ,6 Edem 9 2 33 ,1

(4)

Tabel 3. Faktor Pencetus pada pasein HE di RSUP dr. Sardjito tahun 2007-2010

Laki-laki (n = 97 orang) Perempuan (n = 181 orang)

Deterjen/sabun 23 (23,7%) 62 (34,3%)

Air 5 (5,2%) 36 (19,9%)

Sarung tangan karet 11 (11,34%) 19 (10,5%)

Ta na ma n 9 (9,3%) 15 (8,3%) Produk minyak 2 (2,1%) 12 (6,6%) Logam 2 (2,1%) 8 (4,4%) Keringat 3 (3,1%) 6 (3,3%) Stres psikologis 5 (5,2%) 8 (4,4%) Lain-lain 37 (38,1%) 15 (8,3%)

Hand eczema selanjutnya diklasifikasikan ke dalam sub tipe berikut menurut literatur yaitu dermatitis kontak iritan, dermatitis kontak alergi, hand eczema dengan riwayat atopi,

nummular hand eczema, pomfoliks dan unclassifiedhand eczema. Hand eczema yang tidak dapat memenuhi kriteria setiap sub tipe di atas didiagnosis sebagai unclassified hand

Tabel 4. Subdiagnosis hand eczema pada pasien HE di RSUP dr. Sardjito tahun 2007-2010

Laki-laki (n = 97 orang) Perempuan (n = 181 orang)

Dermatitis kontak iritan (Irritant HE) 38 (39,2%) 102 (56,4%)

Dermatitis kontak alergi (Allergic HE) 21 (21,6%) 40 (22,1%)

Dermatitis atopik 3 (3,1%) 4 (2,2%)

Pomfolik s 11 (11,3%) 10 (5,5%)

Nummular hand eczema 9 (9,3%) 8 (4,4%)

Unclassified hand eczema 15 (15,5%) 17 (9,4%)

Tabel 5. Hasil tes tempel pada 7 pasien hand eczema di RSUP dr. Sardjito tahun 2007-2010

Alergen  Subyek (o rang) %

N-N- Diphenyl guanidine 1% 0 0

Solven Yellow 1 (p-Aminoazobenzene) 0,25% 0 0

Fragrance mix II 1 14 ,3 Mercapto mix 1% 1 14 ,3 Paraben mix 1% 1 14 ,3 N,N-Diphenyl urea 1% 0 0 Colophony 20% 0 0 2-mercaptobenzothiazole (MBT) 2% 0 0

Nickel Sulphate Hexahydrate 5% 2 28 ,6

Thiuram mix 1% 1 14 ,3

N-isopropyl N-phenyl paraphenylendiamine 0,1% 0 0

2-n-octyl-4-isothiazoline-3-one 0,1% 0 0

Potassium dichromate 3 42 ,9

Cl+Me-Isothyazoline/Me-Isothiazolinone (Kathon CG) 0,02% 0 0

DISKUSI

Pada penelitian ini didapatkan pasien HE sebanyak 8,8% dari seluruh pasien yang berobat di Poliklinik Kulit dan

Kelamin sub Alergi dan Imunologi RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta selama periode 2007-2010. Hasil penelitian ini tidak jauh berbeda dengan penelitian Diepgen (2009) yang melaporkan bahwa hand eczema merupakan penyakit yang umum terjadi dengan prevalensi 9,7% pada populasi umum dan rerata insidens dilaporkan 5,5-8,8 per 1000 orang per

eczema. Distribusi diagnosis hand eczema tersebut dapat dilihat pada Tabel 4. Pada penelitian ini, subdiagnosis hand eczema didasarkan pada riwayat penyakit pasien dan pemeriksaan klinis. Iritanthand eczema atau dermatitis kontak iritan adalah subdiagnosis yang paling sering ditemukan pada pasien hand eczema yaitu 39,2% laki-laki

(5)

MDVI Vol 39 No. Suplemen Tahun 2012; 2 s - 7 s

tahun.5

Distribusi jenis kelamin dan usia dalam penelitian ini sesuai dengan penelitian sebelumnya mengenai HE. Proporsi pada perempuan lebih tinggi daripada laki-laki, hal tersebut serupa dengan hasil penelitian ini dengan rasio perempuan dan laki-laki sebesar 1.9:1. Penelitian Cvetkovski (2006) dan Simpson (2006) juga menunjukkan bahwa frekuensi tinggi HE pada perempuan disebabkan oleh berbagai faktor lingkungan.3,4 Tingginya prevalensi HE pada perempuan juga dilaporkan oleh Lerbaek (2008) pada satu penelitian berbasis populasi yang menjelaskan bahwa hal tersebut berhubungan dengan pekerjaan mereka sebagai ibu rumah tangga, perawatan anak dan tingginya populasi wanita pekerja di berbagai sektor pekerjaan.6 Perbedaan berbagai hasil pen elitian mengenai HE dan kecender ungan peningkatan prevalensi HE dalam kelompok tertentu terutama akibat perbedaan pajanan bahan kontaktan sehari-hari, bukan berdasarkan perbedaan jenis kelamin dalam reaktivitas kulit terhadap iritan dan/atau alergen.7,8

Pada penelitian ini, pasien HE terutama pada rentang usia 21-30 tahun (25,9%). Menurut Meding (2005), peningkatan risiko bagi perempuan untuk mengalami HE terutama pada kelompok usia 20-29 tahun9 dan, Meding (2007) juga menemukan insidensi kasus HE yang sama pada perempuan dan laki-laki di atas 30 tahun.10

Faktor predisposisi HE meliputi faktor endogen dan eksogen .2,7 Pen yebab eksternal yan g paling sering dikeluhkan pasien HE adalah kontak dengan bahan sehari-hari yang bersifat iritan terutama deterjen atau sabun.7,8 Angka kejadian HE karena dermatitis kontak iritan lebih tinggi dibandingkan dengan kontak alergi yang hanya terjadi pada orang yang telah mengalami sensitisasi terhadap bahan alergen kontak tertentu, misalnya bahan kimia karet maupun nikel.7 Menurut teori, mengidentifikasi dan menghilangkan faktor kontak alergi (misalnya alergi terhadap komponen karet) dapat menyembuhkan HE jika hal tersebut adalah satu-satunya penyebab. Dalam praktek klinis, kasus seperti itu jarang ditemukan, karena HE umumnya disebabkan oleh kombinasi faktor endogen dan eksogen yaitu kontak iritan dan alergi.10,12 Pada penelitian ini dijumpai adanya tumpang tindih antara tanda dan gejala, namun eritema dan skuama merupakan tanda-tanda yang paling sering dijumpai. Jari dan telapak tangan adalah daerah yang paling sering terkena sedangkan pruritus dan kekeringan menjadi gejala yang paling umum dijumpai dalam penelitian ini. Penelitian ini sekaligus mengkonfirmasi hasil penelitian sebelumnya oleh Lerbaek (2008) dalam penelitian follow up berbasis populasi selama 8 tahun juga menemukan morfologi kelainan kulit dan predileksi HE yang sama.6 Satu konsensus menyatakan bahwa pajanan bahan iritan akan memperburuk HE pada seseorang dengan riwayat dermatitis atopik.11,12 Pajanan air dapat menjadi kontak iritan dan merupakan salah satu faktor penyebab eksternal HE. Pekerjaan basah adalah faktor pencetus yang paling umum disebutkan pada pasien HE

selain deterjen atau sabun seperti telah diur aikan sebelumnya.6,7 Penelitian ini menunjukkan bahwa deterjen atau sabun adalah faktor pencetus HE terbanyak. Untuk memberikan edukasi pada pasien, penting untuk mencari pajanan yang memperburuk HE. Kontak dengan air yang bersifat hipotonik, dan penguraian lemak permukaan oleh deterjen atau larutan, dapat menjadi penyebab HE karena kontak iritan yang lebih tinggi pada beberapa orang.7,10 Riwayat atopi berkaitan dengan peningkatan risiko HE, sepertiga pasien HE memiki riwayat atopi.12 Dalam penelitian ini, 52,9% pasien HE memiliki riwayat atopi. Oleh karena tangan mengambil sebagian besar beban pajanan terhadap agen lingkungan, sangat mungkin bahwa hal ini berperan pada sejumlah pasien HE dengan dermatitis atopik (palmoplantar). Penetrasi bahan kimia tertentu meningkat pada pasien dermatitis atopik.2,12 Seseorang dengan atopik lebih rentan terhadap kontak alergi yang diperantarai oleh sel T, hal ini terutama karena gangguan sawar kulit sekaligus sebagai efek modifikasi pajanan iritan.4,11 Dermatitis kontak iritan dapat disebabkan oleh pajanan berbagai bahan misalnya pekerjaan basah, makanan, sarung tangan, dan minyak.7

Lerbaek, dkk (2007) menyatakan bahwa beberapa jenis dermatitis tidak tepat didefinisikan sebagai HE.13 Selain itu, ada beberapa jenis HE dengan gambaran klinis khas yang tidak diketahui penyebabnya.7 Berdasarkan data klinis 278 pasien penelitian ini, enam subdiagnosis dipilih sesuai kepustakaan yang ada. Distribusi subdiagnosis tersebut menunjukkan bahwa dermatitis kontak iritan atau irritant HE merupakan diagnosis yang paling sering yaitu 38 (39,2%) pada laki-laki dan 102 (56,4%) pada perempuan. Dermatitis kontak alergi dan pomfoliks sebagai diagnosis kedua dan ketiga tersering. Hal ini sesuai dengan penelitian Held (2004) dalam survei HE pada populasi tenaga kerja di Denmark.1 Dermatitis kontak iritan adalah subdiagnosis paling sering pada perempuan dan hal ini berhubungan dengan pekerjaan basah sehari-hari.2,7 Pengaruh lingkungan kerja dan kehidupan sehari-hari berkaitan erat dengan kejadian HE pada seseorang.

Proporsi dermatitis kontak alergik (DKA) dan dermatitis kontak iritan (DKI) dalam penelitian ini mengkonfirmasi penelitian sebelumnya oleh Diepgen (2009); 50,4% merupakan HE karena iritan dan 21,9% kasus karena alergi. Sedangkan penelitian Feng Li (2007) di Cina mendapatkan kasus HE 35% adalah iritan dan 19% adalah alergi.8 Pada penelitian ini, diagnosis DKA dan DKI ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Dermatitis kontak alergi merupakan reaksi imunologis yang cenderung melibatkan kulit sekitarnya (spreading phenomenon). Diagnosis DKA ditegakkan berdasarkan anamnesis termasuk awitan penyakit yang dimulai 48 jam atau beberapa hari setelah kontak. Riwayat pekerjaan dan bahan-bahan alergen yang memicu timbulnya keluhan tersebut akan membantu dalam menegakkan

(6)

diagnosis DKA. Keluhan subyektif pasien berupa gatal dan morfologi kelainan kulit pada DKA bergantung pada derajat keparahan, lokasi dan durasi.14 Dermatitis kontak iritan merupakan fenomena toksik, area yang terkena terbatas sesuai pajanan dan tidak pernah menyebar. Anamnesis terkait riwayat pekerjaan dan bahan iritan baik yang bersifat endogen dan eksogen yang memicu timbulnya DKI. Pada kasus dengan kecurigaan DKI perlu dilakukan tes tempel untuk mengeksklusi DKA.15

Hand eczema padadermatitis atopik tangan didapatkan pada 7 kasus (2,5%). Alasan perbedaan dengan penelitian sebelumnya tidak diketahui secara pasti tetapi hal ini mungkin karena sebagian besar kasus dermatitis atopik dengan lesi kulit pada lokasi lain telah disingkirkan dari penelitian kami. Selain itu, pada pasien dermatitis atopik yang terkena iritasi, sulit untuk membedakan antara HE karena atopi atau HE sebagai manifestasi dermatitis kontak iritan.2,11

Penelitian ini merupakan penelitian retrospektif dengan menggunakan data sekunder dan kelemahan penelitian ini adalah tidak semua pasien bersedia untuk menjalani tes tempel. Tes tempel dalam penelitian ini tidak dapat mewakili

sensitizer penyebab yang paling umum dalam populasi tertentu karena jumlah pasien yang menjalani tes tempel kurang dari 50%. Pelacakan telah dilakukan dalam berbagai penelitian untuk mengidentifikasi bahan eksogen penyebab HE dengan bantuan tes tempel ser i standar un tuk menghubungkan pola klinis HE dalam hubungannya dengan alergen.9,14 Alergen kontak umum yang dapat menyebabkan HE termasuk nikel, potasium dikromat, bahan kimia karet, dan biocide.7,8 Pada penelitian ini, potasium dikromat adalah

sensitizer yang positif pada 3 pasien sedangkan nikel merupakan sensitizer yang positif pada 2 pasien. Hasil positif tinggi untuk potasium dikromat dapat dijelaskan oleh karena ditemukan dalam deterjen dan semen.7

Evaluasi pasien HE termasuk masalah kompleks. Perlu investigasi mendalam mengenai riwayat penyakit, pekerjaan dan bahan kontaktan sehari-hari serta riwayat atopi. Pemeriksaan fisis dan laboratorium tambahan serta tes tempel berguna untuk mencari kemungkinan penyebab yang mendasari HE.2,11

KESIMPULAN DAN SARAN

Penelitian retrospektif ini berdasarkan rekam medis pasien rawat jalan untuk mengevaluasi profil hand eczema

di Poliklinik Kulit dan Kelamin sub Alergi dan Imunologi RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta selama periode Januari 2007-Januari 2010. Penelitian ini memberikan hasil bahwa HE lebih sering ditemukan pada perempuan daripada laki-laki (1.9:1) di kisaran usia 21-30 tahun (25,9%). Kebanyakan pasien HE adalah pekerja (43,9%). Pruritus (78,3%) adalah keluhan utama tersering, dan pada 52,9% pasien HE ditemukan riwayat atopi, sedangkan lokasi yang paling umum adalah

jari-jari tangan. Deterjen atau sabun menjadi faktor yang pencetus yang paling sering ditemukan dalam penelitian ini.

Diperlukan penelitian prospektif, data yang lebih lengkap dan periode yang lebih panjang untuk mencari penyebab dalam penatalaksanaan kasus hand eczema. DAFTAR PUSTAKA

1. Held E, Skoet R, Jihansen JD, Agner T. The hand eczema severity in dex (HEC SI): A scoring system for clinical assessment of hand eczema. A study of inter- and intraobserver reliability. Br J Dermatol. 2005; 152: 302–7

2. Sehgal VN, Srivastava G, Aggarwal AK. Hand dermatitis/ eczema: Current management strategy. J Dermatol. 2010; 37: 593-610

3. Cvetkovski RS, Zachariae R, Jensen H. Quality of life and depression in a population of occupational hand eczema patients. Contact dermatitis. 2006; 54: 106-11

4. Simpson EL, Thompson MM, Hanifin JM. Prevalence and morphology of hand eczema in patients with atopic dermatitis. Dermatitis. 2006; 17: 123-7.

5. Diepgen TL, Andersen KE, Brandao FM. Hand eczema classification: A cross sectional, multicenter study of aetiology and morphology of hand eczema. Br J Dermatol. 2009; 160: 353-8

6. Lerbaek A, Kyvik KO, Ravn H. Clinical characteristics and consequences of hand eczema-an 8-year follow-up study of a population-based twin cohort. Contact dermatitis 2008; 58: 210-6.

7. Veien NK, Hattel T, Laurberg G. Hand eczema: causes, course, and prognosis I. Contact Dermatitis. 2008; 58: 330-4 8. Lin-Feng Li, Liu G, Wang J. Etiology and prognosis of hand

eczema in a dermatology clinic in China: A follow-up study. Contact Dermatitis. 2008; 58: 88-92

9. Meding B, Wrangsjo K, Jarvholm B. Fifteen-year follow up of hand eczema: Predictive factors. J Invest Dermatol. 2005; 124: 893-7

10. Meding B, Wrangsjo K, Jarvholm B. Hand eczema extent and morphology-association and influence on long term prognosis. J Invest Dermatol. 2007; 127: 2147-51

11. Hald M, Blands J, Veien NK. Clinical severity and prognosis of hand eczema. Br J Dermatol. 2009; 160: 1229-36 12. Coenraads PJ, Diepgen T L. Risk for hand eczema in

employees with past or present atopic dermatitis. Int Arch Occup Environ Health. 1998; 71: 7-13

13. Lerbaek A. Kyvik KO. Ravn H, Menne T, Agner T. Incidence of hand eczema in a population-based twin cohort: Genetic and environmental risk factors. Br J Dermatol. 2007; 157: 552-7

14. Cohen DE, Jacob SE. Allergic Contact Dermatitis. Dalam: Wolff K, Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, Leffel DJ, penyunting. Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine. Edisi ke-7. New York: McGraw-Hill Inc; 2008. h.135-46

15. Amado A, Taylor JS, Sood A. Irritant Contact Dermatitis. Dalam: Wolff K, Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, Leffel DJ, penyunting. Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine. Edisi ke-7. New York: McGraw-Hill Inc; 2008.h. 395-401

Gambar

Tabel  2.  Lokasi  dan  morfologi  lesi  pasien  HE  di  RSUP  dr.  Sardjito  tahun  2007-2010
Tabel  3.  Faktor  Pencetus  pada  pasein  HE  di  RSUP  dr.  Sardjito  tahun  2007-2010

Referensi

Dokumen terkait

Peserta seleksi yang telah upload Dokumen Kualifikasi dapat menyampaikan sanggahan secara elektronik melalui aplikasi SPSE atas penetapan hasil kualifikasi kepada Pokja

Adanya proses adsorpsi reaktan pada situs aktif katalis padat ini akan melepaskan energi dalam bentuk panas sehingga akan mempermudah molekul reaktan melewati energi aktivasi

Program ini berjalan pada system operasi Windows 9.x, dibuat menggunakan bahasa pemrograman Visual Basic versi 6, yang mudah digunakan karena merupakan pengembangan dari

Skripsi Peningkatan Hunian Rawat Inap ..... ADLN - Perpustakaan

• Tingkat Pengaruh ádalah factor utama yang menentukan apakah investor dan investee akan menyajikan laporan keuangan konsolidasi*) atau menggunakan metode biaya atau ekuitas. *)

Hal ini menunjukkan bahwa variabel earnings , asset growth dan operating cash flow secara simultan tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap stock return

Dasar Pertimbangan Hakim dalam Menolak gugatan kumulasi Penggugat Tentang Perceraian dan Pembagian Harta Bersama dalam putusan perkara Nomor

Salah satu permasalahan yang terjadi di Indonesia adalah jumlah penduduk yang semakin bertambah berbanding terbalik dengan luas wilayah yang cenderung tetap sehingga banyak