MODEL PEMBELAJARAN
RECIPROCAL TEACHING
BERNUANSA
PENDIDIKAN KARAKTER BERPENGARUH TERHADAP HASIL
BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS IV
Diah Putu Witaningtyas
1, I Ketut Adnyana Putra
2, I.G.A Sri Asri
31,2,3
Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, FIP
Universitas Pendidikan Ganesha
Singaraja, Indonesia
e-mail: diahwitha2892@gmail.com
1, adnyanaputra653@yahoo.com
2,
xgungasrix@gmail.com
3Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan yang signifikan hasil belajar Matematika antara siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran Reciprocal Teaching bernuansa pendidikan karakter dan siswa yang mengikuti dengan pembelajaran konvensional pada siswa kelas IV Gugus Raden Ajeng Kartini Denpasar Barat. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu dengan desain penelitian
Non eqivalent Control Group Design. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IV Gugus Raden Ajeng Kartini Denpasar Barat tahun ajaran 2013/2014 yang berjumlah 540 orang siswa. Penentuan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik
random sampling yang diacak adalah kelasnya untuk menentukan kelas eksperimen dan kelas kontrol dengan hasil pengundian yaitu siswa kelas IV SD Negeri 19 Pemecutan sebagai kelas eksperimen yang berjumlah 50 orang siswa dan siswa kelas V SD Negeri 15 Pemecutan sebagai kelas kontrol yang berjumlah 47 orang siswa. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode tes jenis objektif bentuk pilihan ganda. Data yang dikumpulkan dianalisis menggunakan analisis statistik deskriptif dan statistik inferensial (uji-t). Berdasarkan hasil analisis data, diperoleh thit = 2,03 > ttab = 1,980 pada taraf signifikansi 5%.
Sehingga dapat diinterpretasikan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar Matematika antara siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran Reciprocal Teaching bernuansa pendidikan karakter dan siswa yang mengikuti dengan pembelajaran konvensional, dan dilihat dari nilai rata-rata kelompok eksperimen X = 76,64 > X = 72,25 pada kelompok kontrol. Jadi dapat disimpulkan
bahwa penerapan model pembelajaran Reciprocal Teaching bernuansa pendidikan karakter berpengaruh terhadap hasil belajar Matematika siswa kelas IV Gugus Raden Ajeng Kartini Denpasar Barat.
Kata kunci: Model Pembelajaran Reciprocal Teaching, pendidikan karakter, Pembelajaran Konvensional, Hasil Belajar Matematika.
Abstract
This research was aimed to know the significant differences of mathematic learning result between students who were taught by using Reciprocal Teaching learning model nuanced character education with students who learned with the conventional learning in fourth grade SD Gugus Raden Ajeng Kartini West Denpasar District of academic year 2013/2014. Kind of this research was a quasi-experimental study with research design that is used is Non Equivalent Control Group Design. The population in this research were all students of fifth grade in SD Gugus Raden Ajeng Kartini West Denpasar District of academic year 2013/2014 as many as 540 students. The samples was
selected by using random sampling technique where some classes were randomized to determine the eksperimental group and control group. After randoming those classes, 50 fourth grade students of SD Negeri 19 Pemecutan were determined as eksperimental group and 47 fourth grade students of SD Negeri 15 Pemecutan were determined as control group. The data in this research was collected by giving objective test in the form of multiple choice to the eksperimental and control group. The collected data was analyzed by using statistic descriptive analysis and infertial statistic (t-test).The result of data analysis showed that tcount = 2,03 > ttable 1,980 with 5%
significance level. The finding reveald that, there is a significant effect on mathematic learning result between students who were taught by using Reciprocal Teaching
learning model nuanced character education with students who learned with the conventional learning, and mean score of eksperimental group also showed
X
= 76,64, it is bigger than the mean score of control group which wasX
= 72,25. Therefore, it can be conclude that Reciprocal Teaching learning model nuanced character education has obvious effect toward mathematic learning result of fourth grade students at SD Gugus Raden Ajeng Kartini West Denpasar District.Keywords : Reciprocal Teaching learning model, character education, conventional learning, mathematic learning result
PENDAHULUAN
Kegiatan pembelajaran merupakan proses interaksi antara siswa dengan guru dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Metode pembelajaran merupakan strategi yang digunakan guru dalam melaksanakan pembelajaran. Metode pembelajaran yang dipilih oleh guru harus relevan dan sesuai dengan rencana dan tidak boleh asal-asalan. Di dalam Kurikulum 2006 pembelajaran menuntut guru dan siswa bersikap toleran, menjunjung tinggi prinsip kebersamaan serta berfikir terbuka. Dengan demikian, guru dan siswa bersama-sama menggali kompetensinya masing-masing dengan optimal.
Mengingat tingkat kejenuhan siswa sangat tinggi, maka dalam proses pembelajaran konvensional akan membuat siswa cenderung pasif (Arifin, 2012:15). Pembelajaran yang inovatif sangat dibutuhkan dalam membangun minat belajar siswa, sehingga apa yang ingin guru sampaikan dan ingin dibelajarkan pada siswa akan dapat dipahami siswa dengan baik. Pembelajaran adalah suatu proses di mana lingkungan seseorang
secara sengaja dikelola untuk
memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku tertentu dalam kondisi-kondisi khusus atau menghasilkan respons terhadap situasi tertentu ( Sagala ; 2003). Seperti yang telah di ketahui pula bahwa
penyelenggaraan pendidikan pada jenjang sekolah dasar bertujuan memberikan bekal kepada siswa untuk hidup bermasyarakat dan dapat melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Matematika merupakan salah satu bidang studi yang ada pada semua jenjang pendidikan, mulai dari tingkat sekolah dasar hingga perguruan tinggi. Maka tujuan pembelajaran matematika di sekolah dasar adalah agar siswa terampil menggunakan matematika. Selain itu juga, dengan pembelajaran matematika dapat memberikan tekanan perantara nalar dalam penerapan matematika.
Dalam mewujudkan tujuan dari pembelajaran matematika tersebut maka diperlukan komponen yang mendukung
proses tersebut. Salah satunya
menggunakan model pembelajaran
inovatif.
Siswa memerlukan beberapa strategi dan model yang baru yang dapat menarik perhatian siswa dalam menumbuhkan rasa ingin tahu dan rasa percaya diri siswa. Pembelajaran menggunakan model dan juga menggunakan pendidikan karakter telah banyak dicoba oleh sekolah dasar, namun belum menyeluruh disemua
sekolah diterapkan pembelajaran
menggunakan model dan pendidikan karakter. Sehingga untuk sekolah-sekolah yang berada di kota telah menggunakan model namun guru-guru masih hanya
terpaku di beberapa model pembelajaran yang telah biasa diterapkan, lalu untuk sekolah-sekolah di desa masih sedikit yang menggunakan model dan pendidikan karakter dalam proses pembelajarannya.
Hal ini perlu diperhatikan mengingat bidang pendidikan merupakan salah satu faktor yang menentukan keberhasilan suatu negara. Oleh karena itu perubahan dan peningkatan mutu pendidikan perlu mendapat perhatian dari berbagai pihak, dalam hal ini pemerintah beserta seluruh pakar dan pemerhati pendidikan. Pendidikan memegang peranan penting dalam mempersiapkan sumber daya manusia yang berkualitas dan mampu berkompetisi dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, sehingga pendidikan harus dilaksanakan dengan sebaik-baiknya untuk memperoleh hasil maksimal. Hal ini tertuang dalam Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang merumuskan secara tegas mengenai dasar, fungsi, dan tujuan Pendidikan Nasional. Adapun fungsi dari Pendidikan
Nasional yaitu mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.
Pendidikan hendaknya dikelola, baik secara kualitas maupun kuantitas. Hal
tersebut dapat dicapai dengan
terlaksananya pendidikan yang tepat waktu dan tepat guna untuk mencapai tujuan pembelajaran. Sejalan dengan upaya pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, sekolah merupakan
lembaga formal penyelenggara
pendidikan. Sekolah dasar sebagai salah satu lembaga formal dasar yang bernaung
di bawah Departemen Pendidikan
Nasional mengemban misi dasar dalam memberikan kontribusi untuk mencapai tujuan pendidikan nasional. Seperti yang telah diketahui bahwa sekolah dasar adalah cikal bakal dan awal siswa mengetahui berbagai macam pelajaran baik di bidang akademis maupun di bidang non akademis.
Salah satu model pembelajaran yang berkembang saat ini adalah pembelajaran
kooperatif. Pembelajaran ini
menggunakan kelompok-kelompok kecil sehingga siswa-siswa saling bekerja sama untuk mencapai tujuan pembelajaran. Siswa dalam kelompok kooperatif belajar berdiskusi, saling membantu, dan mengajak satu sama lain untuk mengatasi masalah belajar. Pembelajaran kooperatif mengkondisikan siswa untuk aktif dan saling memberi dukungan dalam kerja kelompok untuk menuntaskan materi masalah dalam pembelajaran (Ngalimun, 2012:6). Hal yang berpengaruh dalam model pembelajaran ini adalah motivasi, integensi siswa, lingkungan sekitar siswa, dan iklim sekolah siswa. Hal tersebut sangatlah menunjang dan berperan penting dalam suatu proses peningkatan hasil belajar siswa yang ingin dicapai. Hal yang dapat di kembangkan dengan adanya pembelajaran kooperatif, maka guru dapat lebih menekankan pada suatu pendidikan karakter yang ingin dicapai dalam proses pembelajaran.
Satuan pendidikan sebenarnya selama ini sudah mengembangkan dan melaksanakan nilai-nilai pembentuk karakter melalui program operasional satuan pendidikan masing-masing. Hal ini merupakan prakondisi pendidikan karakter pada satuan pendidikan yang untuk selanjutnya pada saat ini diperkuat dengan 18 nilai hasil kajian empirik Pusat Kurikulum.
Pendidikan karakter ini ditekankan pada proses pembelajaran agar dapat
memberikan kontribusi pada
pengembangan intelektual, hal ini merupakan salah satu upaya yang maksimal dalam menanamkan akhlak pada siswa. Pendidikan karakter ini akan meminimalisir pergeseran norma dan akhlak yang terjadi pada bangsa Indonesia akibat dari globalisasi (Arifin, 2012:37).
Penguatan pendidikan moral (moral education) ataupendidikan karakter dalam konteks sekarang sangat relevan untuk mengatasi krisis moral yang sedang melanda di negara kita. Krisis tersebut antara lain berupa meningkatnya pergaulan bebas, maraknya angka kekerasan anak-anak dan remaja, kejahatan terhadap teman, pencurian
penyalahgunaan obat-obatan, pornografi, dan perusakan milik orang lain sudah menjadi masalah sosial yang hingga saat ini belum dapat diatasi secara tuntas, oleh karena itu betapa pentingnya pendidikan karakter.
Pendidikan karakter pada intinya bertujuan membentuk bangsa yang tangguh, kompetitif, berakhlak mulia, bermoral, bertoleran, bergotong royong, berjiwa patriotik, berkembang dinamis, berorientasi ilmu pengetahuan dan teknologi yang semuanya dijiwai oleh iman dan takwa kepada Tuhan yang Maha Esa berdasarkan Pancasila (Suyatno, 2009; 59).
Mata pelajaran matematika
merupakan mata pelajaran yang ditakuti oleh sebagian besar siswa sekolah dasar, hal ini menjadikan guru terlihat kaku dan susah untuk menyampaikan materi yang seharusnya siswa dapat menggali pembelajaran itu dari kegiatan sehari-hari siswa. Namun dengan menggunakan model pembelajaran yang menarik, siswa akan ditumbuhkan rasa ingin tahu dan ingin mencoba yang ada dalam diri siswa. Oleh karena itu, salah satu bentuk model pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran kooperatif tipe reciprocal teaching. Reciprocal teaching
merupakan model pembelajaran
kooperatif yang kompleks karena memadukan antara prinsip belajar kooperatif dengan pembelajaran yang berbasis konstruktivisme dan prinsip pembelajaran demokrasi. Model reciprocal teaching dapat melatih siswa untuk
menumbuhkan kemampuan berfikir
mandiri. Keterlibatan siswa secara aktif dapat terlihat mulai dari tahap pertama sampai tahap akhir pembelajaran akan memberi peluang kepada siswa untuk lebih mempertajam gagasan dan guru akan mengetahui kemungkinan gagasan siswa yang salah sehingga guru dapat memperbaiki kesalahannya. Kelebihan dari model pembelajaran ini adalah
mampu mengembangkan kemampuan
dan percaya diri siswa dalam
mengemukakan tanggapan akan hal yang telah di pelajari. Dengan pemodelan dan siswa yang akan menggantikan peran guru, maka siswa akan lebih aktif lagi
menggali informasi mengenai materi pembelajaran yang disajikan oleh guru.
Untuk meningkatkan kemampuan belajar siswa maka penulis akan meneliti perbandingan antara pembelajaran
dengan menggunakan model yang
bernuansa pendidikan karakter dengan proses pembelajaran konvensional. Maka dari itu makalah ini akan membahas
mengenai “Pengaruh Model
Pembelajaraan Kooperatif Tipe Reciprocal Teaching Bernuansa Pendidikan Karakter dengan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas IV di Sekolah Dasar Gugus Raden Ajeng Kartini Kecamatan Denpasar Barat Tahun Ajaran 2013/2014”.
METODE
Penelitian ini dilaksanakan pada siswa kelas IV SD Gugus Raden Ajeng Kartini Kecamatan Denpasar Barat tahun pelajaran 2013/2014. Pemilihan SD Gugus Raden Ajeng Kartini Kecamatan Denpasar Barat sebagai tempat penelitian karena
keterjangkauan dan kelayakan.
Keterjangkauan dalam arti tempat penelitian mudah dijangkau oleh peneliti, serta kelayakan dalam arti di SD Gugus Raden Ajeng Kartini Kecamatan Denpasar Barat belum pernah dilakukan penelitian yang sama dengan penelitian ini. Penelitian ini pada dasarnya bertujuan untuk mengetahui pengaruh penerapan model pembelajaran Reciprocal Teaching bernuansa pendidikan karakter terhadap hasil belajar siswa, dengan memanipulasi variabel bebas yaitu model pembelajaran Reciprocal Teaching bernuansa pendidikan karakter dan variabel terikat yaitu hasil belajar Matematika siswa yang tidak dapat dikontrol secara ketat sehingga jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen semu (Quasy Eksperiment).
Dengan desain penelitian yang digunakan pada penelitian eksperimen ini adalah ”Nonequivalent Control Group Design”. Pemilihan desain ini karena menggunakan kelas-kelas yang sudah ada sebagai kelompoknya tanpa adanya campur tangan peneliti (Darmadi, 2011: 202).
Dalam suatu penelitian tidak lepas dari objek yang akan diteliti, subjek yang akan diteliti diistilahkan sebagai populasi dan sampel. Dalam suatu penelitian populasi dan sampel memiliki hubungan saling keterkaitan. “Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya” (Sugiyono, 2011: 80). Adapun populasi dalam penelitian ini adalah keseluruhan siswa kelas IV SD Gugus Raden Ajeng Kartini Kecamatan Denpasar Barat tahun pelajaran 2013/2014 yang jumlahnya 540 siswa yang terdiri dari 13 kelas dan 5 sekolah diantaranya SD Negeri 15 Pemecutan, SD Negeri 19 Pemecutan, SD Negeri 26 Pemecutan, SD Negeri 27
Pemecutan, dan SD Negeri 32
Pemecutan.
Dalam melaksanakan suatu
penelitian tidak dimungkinkan mempelajari semua yang ada dalam populasi, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga, dan waktu, maka dapat digunakan sampel yang diambil dari populasi itu. Sampel adalah objek dari populasi yang diambil melalui teknik sampling, yakni cara-cara mereduksi objek penelitian dengan mengambil sebagian saja yang dapat dianggap representatif terhadap populasi (Darmadi, 2011: 53). Pengambilan sampel pada penelitian ini dilakukan dengan teknik random sampling. Teknik random sampling adalah teknik penentuan sampel secara acak (Sugiyono, 2011:124). Pemilihan sampel penelitian ini tidak dilakukannya pengacakan individu, karena tidak bisa mengubah kelas yang telah terbentuk sebelumnya. Kelas yang dipilih telah terbentuk tanpa campur tangan peneliti dan tidak dilakukannya pengacakan individu, kemungkinan pengaruh-pengaruh dari keadaan subjek mengetahui dirinya dilibatkan dalam eksperimen dapat dikurangi sehingga
penelitian ini benar-benar
menggambarkan pengaruh perlakuan yang diberikan.
Cara acak yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan cara undian yang dilakukan dengan memberi nomor
urut pada setiap sekolah yang ada di Gugus Raden Ajeng Kartini Kecamatan Denpasar Barat kemudian dilakukan randomisasi sebanyak dua kali. Berdasarkan hasil random pertama, didapatkan dua sekolah dasar sebagai sampel.
Setelah mendapatkan dua sampel, peneliti melakukan pencarian data nilai sumatif siswa yang digunakan sebagai data awal untuk melihat kesetaraan sampel yang akan dipilih. Namun untuk mendapatkan data yang lebih akurat maka kelas sampel yang telah ditentukan, diuji kesetaraannya berdasarkan data hasil pre test dengan menggunakan uji-t. Jika keadaan sampel setara, maka akan dilanjutkan dengan randomisasi kedua yang bertujuan untuk menentukan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Dari hasil pengundian didapatkan SD Negeri 19 Pemecutan sebagai kelompok eksperimen dan SD Negeri 15 Pemecutan sebagai kelompok kontrol. Sebelum dilakukan uji kesetaraan menggunakan uji-t, terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat yang meliputi uji normalitas dan uji homogenitas. Untuk menguji kesetaraan sampel digunakan uji-t dengan rumus polled varians.
Sugiyono (2006: 2-3) menyatakan variabel penelitian merupakan gejala yang menjadi fokus peneliti untuk diamati. Penelitian ini melibatkan dua variabel yaitu variabel bebas (Independent Variabel) dan variabel terikat (Dependent Variabel). Variabel bebas (Independent Variabel) adalah merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel terikat (Sugiyono, 2012: 39). Pada penelitian ini yang menjadi variabel bebas adalah model pembelajaran Reciprocal Teaching bernuansa pendidikan karakter yang dikenakan pada kelompok eksperimen dan pembelajaran konvensional yang dikenakan pada kelompok kontrol. Variabel terikat (Dependent Variabel) adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2012: 39). Pada penelitian ini yang menjadi variabel terikat adalah hasil yang terjadi akibat pengaruh variabel bebas, dalam hal ini
variabel terikatnya adalah hasil belajar matematika siswa kelas IV.
Data hasil belajar matematika yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data hasil belajar pada ranah kognitif. Untuk mengumpulkan data pada ranah kognitif diperlukan tes untuk mengukur hasil belajar matematika. Menurut Arikunto (2009: 53) “tes adalah alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dalam suasana, dengan cara dan aturan-aturan yang sudah ditentukan”. Tes yang diberikan berupa tes objektif dengan tipe pilihan ganda biasa.
Sebelum digunakan, tes tersebut terlebih dahulu divalidasi secara teoritis dengan menyusun kisi-kisi soal dan dikonsultasikan dengan ahli, tes disusun sebanyak 35 butir tes selanjutnya dilakukan validasi secara empirik dengan jumlah responden sebanyak 45 orang. Dari hasil uji instrumen yang meliputi uji validitas, uji reliabilitas, uji daya beda, dan indeks kesukaran diperoleh 30 butir tes yang dinyatakan layak digunakan dalam penelitian dari total 35 butir tes yang diujicobakan.
Analisis data dilakukan setelah semua data dikumpulkan. Teknik analisis data yang digunakan untuk menganalisis hasil belajar matematika dalam penelitian ini adalah teknik analisis statistik deskriptif dan statistik inferensial. Teknik analisis statistik deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan data hasil belajar matematika siswa yang dibelajarkan melalui model pembelajaran Reciprocal Teaching bernuansa pendidikan karakter dan data hasil belajar matematika siswa yang dibelajarkan melalui pembelajaran konvensional. Statistik inferensial digunakan untuk menguji kebenaran hipotesis penelitian dengan menggunakan rumus Uji-t. Analisis Uji-t tersebut dapat dilakukan apabila data sudah memenuhi prasyarat data, yaitu sebaran data telah berdistribusi normal dan homogen.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian yang dilaksanakan di SD Negeri 19 Pemecutan dan SD Negeri 15 Pemecutan, dilakukan 6 kali pemberian treatment pada masing-masing kelompok.
Pada akhir penelitian dilakukan post-test untuk memperoleh data hasil belajar matematika siswa. Data hasil belajar tersebut adalah data hasil belajar siswa yang dibelajarkan melalui penerapan model pembelajaran Reciprocal Teaching bernuansa pendidikan karakter dan data hasil belajar siswa yang dibelajarkan
melalui penerapan pembelajaran
konvensional.
Hasil analisis data menunjukkan rata-rata hasil belajar matematika siswa kelas eksperimen yang dibelajarkan melalui model pembelajaran Reciprocal Teaching bernuansa pendidikan karakter adalah 76,64 dengan nilai maksimal sebesar 96 dan nilai minimal 60. Standar deviasi kelompok eksperimen adalah s = 9,58 dan varians (s2) = 91,79. Dari perhitungan tingkat hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri 19 Pemecutan yang dibelajarkan melalui penerapan model pembelajaran Reciprocal Teaching bernuansa pendidikan karakter didapatkan nilai KKM yang terdapat pada populasi penelitian ini = 70. Berdasarkan tabel dan grafik di atas, menunjukkan bahwa persentase kelompok eksperimen yang memperoleh nilai hasil belajar matematika di bawah KKM sebanyak 26% atau 13 orang siswa, sama dengan KKM sebanyak 6% atau 3 orang siswa, dan di atas KKM sebanyak 68% atau 34 orang siswa.
Sedangkan nilai rata-rata hasil belajar matematika siswa kelas kontrol yang dibelajarkan melalui penerapan pembelajaran konvensional adalah 72,25 dengan nilai maksimal sebesar 93 dan nilai minimal 50. Standar deviasi kelompok kontrol adalah s = 11,94 dan varians (s2) = 142,58. Dari perhitungan tingkat hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri 15 Pemecutan yang dibelajarkan melalui penerapan pembelajaran konvensional didapatkan nilai KKM yang terdapat pada populasi penelitian ini = 70. Berdasarkan tabel dan grafik di atas, menunjukkan bahwa persentase kelompok kontrol yang memperoleh nilai hasil belajar matematika di bawah KKM sebanyak 38.30% atau 18 orang siswadan di atas KKM sebanyak 61.70% atau 29 orang siswa.
Sebelum dilakukan analisis data dengan uji-t, terlebih dahulu dilakukan uji
prasyarat yang meliputi uji normalitas sebaran data kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Untuk mengetahui sebaran data hasil penelitian berdistribusi normal atau tidak, digunakan analisis Chi-Square.
Berdasarkan atas kurva normal, kelas interval, frekuensi observasi (fo) dan frekuensi empirik (fe) dari data hasil belajar
Matematika siswa pada kelompok
eksperimen diperoleh X2hit = =
8,17 dan pada taraf signifikan 5% (α= 0,05) dan derajat kebebasan (dk) = 5 diperoleh 2tabel = 2(α=0,05,5) = 11,07. Karena
2
hit = 8,17 < 2tabel (α=0,05,5) = 11,07 maka H0
diterima. Ini berarti sebaran data hasil belajar matematika pada kelompok eksperimen berdistribusi normal. Sedangkan untuk hasil belajar matematika pada kelompok kontrol diperoleh X2hit =
= 8,95. Nilai 2tabel pada taraf
signifikan 5% (α= 0,05) dan derajat kebebasan (dk) = 5 diperoleh 2tabel =
2
(α=0,05,5) = 11,07. Karena 2hit = 4,58 < 2
tabel (α=0,05,5) = 11,07 maka H0 diterima. Ini
berarti sebaran data hasil belajar matematika pada kelompok kontrol berdistribusi normal.
Uji homogenitas yang digunakan dalam penelitian dilakukan setelah uji normalitas data. Uji homogenitas dilakukan dengan uji F dari Havley. Kriteria pengujian homogenitas varians adalah jika Fhit < Ftabel, maka data
homogen. Pengujian dilakukan pada taraf signifikan 5% dengan derajat kebebasan untuk pembilang n1-1 dan derajat
kebebasan untuk penyebut n2-1. Dari hasil
perhitungan diperoleh Fhitung = 1,55
sedangkan Ftabel pada taraf signifikansi
5% dengan db pembilang = 46 dan db penyebut = 49 adalah 1,62. Ini berarti
Fhitung = 1,55 < Ftabel (40,41) = 1,62 maka Ho
diterima sehingga data hasil belajar matematika siswa kelompok eksperimen dan kontrol memiliki varians yang homogen. Setelah data berdistribusi normal dan varians dinyatakan homogen, maka analisis data dilanjutkan dengan pengujian hipotesis.
Data post-test atau hasil belajar matematika siswa yang dikumpulkan diuji hipotesisnya menggunakan analisis uji-t dengan rumus polled varians. Uji signifikansinya adalah jika thitung < ttabel,
maka Ho diterima (gagal ditolak) dan Ha ditolak. Sebaliknya jika thitung > ttabel, maka
Ho ditolak dan Ha diterima. Pengujian dilakukan pada taraf signifikansi 5% (α = 0,05) atau taraf kepercayaan 95% dengan derajat kebebasan (dk) = n1+ n2-2.
Ha (hipotesis alternatif) menyatakan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar matematika antara siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran Reciprocal Teaching bernuansa pendidikan karakter dengan siswa yang dibelajarkan dengan pembelajaran konvensional di Sekolah Dasar Gugus Raden Ajeng Kartini Kecamatan Denpasar Barat.
Sedangkan Ho menyatakan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar matematika antara siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran Reciprocal Teaching bernuansa pendidikan karakter dengan siswa yang dibelajarkan dengan pembelajaran konvensional di Sekolah Dasar Gugus Raden Ajeng Kartini Kecamatan Denpasar Barat.
Adapun rekapitulasi hasil analisis data penhitungan uji hipotesis data dapat dilihat pada Tabel 1 berikut.
Tabel 1. Rekapitulasi Analisis Uji-t
Kelompok s2 n thitung ttabel Kesimpulan
Eksperimen 76,64 91,79 50
2,03 1,980 (H thitung > ttabel
0 ditolak, Ha diterima)
Kontrol 72,25 142,58 47
Dari perhitungan uji hipotesis menggunakan uji-t dengan rumus polled
varians diperoleh thitung = 2,03 dengan
dk = 95 diperoleh batas penolakan hipotesis nol sebesar 1,980. Berarti thitung
> ttabel maka hipotesis nol yang diajukan
ditolak dan menerima hipotesis alternatif. Ini berarti terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar matematika antara kelompok siswa yang dibelajarkan melalui model pembelajaran Reciprocal Teaching bernuansa pendidikan karakter dengan kelompok siswa yang dibelajarkan melalui pembelajaran konvensional pada kelas IV
SD Gugus Raden Ajeng Kartini
Kecamatan Denpasar Barat.
Hal ini mengandung arti bahwa siswa yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran Reciprocal Teaching bernuansa pendidikan karakter hasil belajarnya lebih baik daripada siswa yang dibelajarkan melalui pembelajaran konvensional pada materi pecahan dan penyelesaiannya dalam kehidupan sehari-hari.
Hal ini disebabkan karena siswa kelompok eksperimen yang dibelajarkan
menggunakan model pembelajaran
Reciprocal Teaching bernuansa pendidikan karakter lebih mampu memunculkan suasana belajar yang menarik dan siswa belajar secara aktif. Adanya perbedaan yang signifikan pada
siswa kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol serta perolehan rata-rata pada kelompok eksperimen lebih besar dibandingkan dengan kelompok kontrol disebabkan karena siswa kelompok
eksperimen yang dibelajarkan
menggunakan model pembelajaran
Reciprocal Teaching bernuansa pendidikan karakter, lebih mampu memunculkan suasana belajar yang menarik dan siswa belajar secara aktif mengkombinasikan gerakan fisik dengan aktivitas intelektual. Hal ini juga tidak terlepas dari pendapat Nuryani (2003: 22)
yang menyatakan bahwa model
pembelajaran Reciprocal Teaching adalah Model yang mengutamakan peran aktif
siswa dalam pembelajaran untuk
membangun proses berfikir siswa sehingga siswa dapat lebih kreatif. Pengajaran terbalik merupakan satu pendekatan terhadap pengajaran siswa akan strategi–strategi belajar, hal ini
sejalan dengan prinsip dasar
konstruktivisme.
Berbeda dengan siswa yang dibelajarkan menggunakan pembelajaran konvensional. Pembelajaran konvensional dimulai dengan menyampaikan pokok bahasan atau materi, kemudian siswa hanya mendengarkan penjelasan guru yang membuat siswa cenderung pasif dalam mengkonstruksi pengetahuan yang dimilikinya dan kurang adanya interaksi dalam kelompok pada saat proses pembelajaran. Pembelajaran ini belum sepenuhnya optimal membawa siswa dalam kegiatan pembelajaran yang efektif.
Hal ini mendukung hipotesis yang menyatakan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar matematika antara siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran Reciprocal Teaching bernuansa pendidikan karakter, dengan siswa yang dibelajarkan dengan pembelajaran konvensional pada siswa kelas IV SD Gugus Raden Ajeng Kartini Kecamatan Denpasar Barat .
PENUTUP
Berdasarkan hasil uji hipotesis dan pembahasan hasil penelitian yang diperoleh, bahwa pembelajaran yang
menggunakan model pembelajaran
Reciprocal Teaching bernuansa pendidikan karakter memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan dibelajarkan dengan pembelajaran konvensional pada mata pelajaran matematika. Hal ini dapat dilihat dari perolehan nilai rata-rata hasil belajar siswa kelompok eksperimen = 76,64 lebih besar daripada rata-rata hasil belajar siswa kelompok kontrol = 72,25dan berdasarkan kriteria pengujian taraf signifikansi 5% diperoleh thitung = 2,03
> ttabel = 1,980 sehingga H0 ditolak dan Ha
diterima.
Hal ini berarti terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar Matematika antara kelompok siswa yang dibelajarkan melalui model pembelajaran Reciprocal Teaching bernuansa pendidikan karakter
dan yang dibelajarkan dengan
pembelajaran konvensional pada kelas IV
SD Gugus Raden Ajeng Kartini
Maka dapat disimpulkan bahwa (1) nilai hasil belajar Matematika siswa kelas IV SD Negeri 19 Pemecutan yang dibelajarkan melalui penerapan model pembelajaran Reciprocal Teaching
bernuansa pendidikan karakter
memperoleh nilai hasil belajar matematika di bawah KKM sebanyak 26% atau 13 orang siswa, sama dengan KKM sebanyak 6% atau 3 orang siswa, dan di atas KKM sebanyak 68% atau 34 orang siswa; (2) nilai hasil belajar Matematika siswa kelas IV SD Negeri 15 Pemecutan yang
dibelajarkan melalui penerapan
pembelajaran konvensional memperoleh nilai hasil belajar matematika di bawah KKM sebanyak 38.30% atau 18 orang siswa dan di atas KKM sebanyak 61.70% atau 29 orang siswa.; (3) berdasarkan hasil perhitungan diperoleh thitung= 2,03
dan dalam taraf signifikan 5% dengan derajat kebebasan 95 diperoleh ttabel =
1,980. Dengan membandingkan hasil thitung
dan ttabel dapat disimpulkan bahwa thitung >
ttabel (2,03 > 1,980) maka Ha diterima dan
Ho ditolak. Berdasarkan hasil perhitungan uji-t menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar
Matematika antara siswa yang
dibelajarkan dengan model pembelajaran Reciprocal Teaching bernuansa pendidikan karakter, dengan siswa yang dibelajarkan dengan pembelajaran konvensional pada siswa kelas IV SD Gugus Raden Ajeng Kartini Kecamatan Denpasar Barat. Hal tersebut diperkuat dengan perolehan nilai rata-rata hasil belajar matematika pada kelompok eksperimen yaitu = 76,64 > = 72,25 pada kelompok kontrol. Maka
dapat disimpulkan bahwa model
pembelajaran Reciprocal Teaching
bernuansa pendidikan karakter
berpengaruh terhadap hasil belajar matematika siswa kelas IV SD Gugus
Raden Ajeng Kartini Kecamatan
Denpasar Barat.
Berdasarkan simpulan tersebut adapun saran yang disampaikan yaitu bagi siswa diharapkan lebih aktif selama pembelajaran dan tidak takut atau malu dalam mengeluarkan gagasan mapun pendapat dan mencari solusi sendiri
terhadap materi yang sedang
dipelajarinya.
Bagi guru sekolah dasar diharapkan dapat melaksanakan proses pembelajaran di kelas dengan menerapkan model pembelajaran yang inovatif misalnya seperti menerapkan model pembelajaran Reciprocal Teaching bernuansa pendidikan karakter yang mampu memberikan dampak yang positif terhadap hasil belajar siswa.
Bagi sekolah diharapkan dapat menyiapkan sarana dan prasana yang lebih lengkap untuk penyempurnaan dalam melakukan proses pembelajaran di sekolah.
Bagi peneliti lain diharapkan dapat melaksanakan penelitian lebih kreatif, inovatif, dan bervariasi dalam menerapkan berbagai model dan metode pembelajaran sehingga mampu memberikan pengaruh yang positif di bidang pendidikan dan tentunya dapat mengoptimalkan hasil belajar siswa.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim,2010 . Pembangunan Karakter bangsa 2010-2025. Jakarta; Pemerintah Republik Indonesia Arifin, M. 2012. Strategi & Kebijakan
Pembelajaran Pendidikan Karakter. Yogyakarta : Ar- Ruzz Media
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian. Jakarta: PT Rineka Cipta.
BSNP.2006. Panduan Penyusunan
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah.Jakarta: BSNP.
Darmadi, Hamid. 2011. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta. Dimyati dan Mudjiono. 2009. Belajar dan
Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta Koyan. 2011. Asesmen dalam Pendidikan.
Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha Press.
Mulyasa, E. 2005. Menjadi Guru Profesional. PT. Remaja Rosdakarya. Bandung.
Nuryani, Et.al.(2003), Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: Jica Imstep. Ngalimun. 2012. Strategi dan Model
Pembelajaran. Yogyakarta: Aswaja Pressindo.
Sanjaya, Wina. 2006. Strategi
Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Sudjana, Nana. 1995. Cara Belajar Siswa
Aktif Dalam Proses Belajar Mengajar . Bandung: Sinar barualgensindo
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.Bandung: Alfabeta.
Suyatno. 2009. Menjelajah Pembelajaran Inovatif. Surabaya: Masmedia Buana Pustaka
Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Undang – undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Wibowo, Agus. 2012. Pendidikan Karakter Strategi Membangun Karakter Bangsa Berperadaban. Yogyakarta :
Pustaka Pelajar.
Winarsunu. 2010. Statistik dalam Penelitian Psikologi dan Pendidikan. Malang: Universitas Negeri Malang