• Tidak ada hasil yang ditemukan

POLA PENGAMBILAN KEPUTUSAN DAN STRATEGI PEMBERDAYAAN GENDER PADA KELOMPOK WANITA TANI (KWT) PENGOLAH HASIL PERTANIAN DI KOTA BENGKULU

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "POLA PENGAMBILAN KEPUTUSAN DAN STRATEGI PEMBERDAYAAN GENDER PADA KELOMPOK WANITA TANI (KWT) PENGOLAH HASIL PERTANIAN DI KOTA BENGKULU"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

1

POLA PENGAMBILAN KEPUTUSAN DAN STRATEGI

PEMBERDAYAAN GENDER PADA KELOMPOK WANITA TANI (KWT) PENGOLAH HASIL PERTANIAN DI KOTA BENGKULU

Umi Pudji Astuti, Andi Ishak dan Eddy Makruf Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu

Jalan Irian km 6,5 Bengkulu erhr94@yahoo.co.id

ABSTRAK

Wanita tani memegang peranan yang tidak kecil dan menentukan dalam keberhasilan usahatani dalam keluarga, khususnya pada kegiatan usaha pengolahan hasil pertanian. Untuk mengetahui peranan kelompok wanita tani pengolah hasil pertanian, khususnya dalam pola pengambilan keputusan dan strategi pemberdayaan gender, maka dikumpulkan data dan informasi melalui kegiatan survei pada Kelompok Wanita Tani (KWT) di Gapoktan Mesra Jaya, Kelurahan Sawah Lebar Baru, Kecamatan Ratu Agung, Kota Bengkulu. Tujuan penelitian yaitu: (1) mengetahui peranan wanita dalam pengambilan keputusan pada kegiatan usaha pengolahan hasil pertanian, (2) mengetahui aktivitas produktif wanita tani dalam rumah tangga, dan (3) merumuskan rekomendasi strategi pemberdayaan gender pada KWT. Data dikumpulkan melalui wawancara langsung dengan 28 orang responden anggota KWT dan diskusi kelompok dengan metode Focus Group Discussion (FGD). Data tersebut meliputi penentuan jenis usaha, penyediaan modal, pembelian sarana produksi, kegiatan pengolahan, pengemasan, pemasaran hasil olahan, dan aktivitas produktif wanita tani dalam keluarga, serta identifikasi faktor-faktor lingkungan strategis dalam pengembangan KWT. Data dianalisis dengan menggunakan Analitical Hierarchy Process (AHP) untuk menunjukkan besarnya peran wanita dalam pengambilan keputusan pada usaha pengolahan hasil pertanian, analisis deskriptif untuk mengetahui aktivitas produktif wanita tani dalam rumah tangga, dan analisis SWOT untuk merumuskan strategi pengembangan KWT serta QSPM untuk menentukan strategi terpilih yang dijadikan prioritas utama dalam pengembangan KWT. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) peran wanita dalam pengambilan keputusan dalam usaha pengolahan hasil cukup dominan (66,2%); (2) wanita tani yang memiliki aktivitas produktif dalam rumah tangga sebesar 82,14% sedangkan yang tidak memiliki kegiatan produktif sebanyak 17,86%; (3) prioritas utama strategi pemberdayaan KWT pengolah hasil pertanian di Kota Bengkulu adalah membuat outlet pemasaran produk kelompok.

Kata kunci: pengambilan keputusan, kelompok wanita tani, strategi

PENDAHULUAN

Peranan wanita tani sebagai pelaku utama pada kegiatan usaha pengolahan hasil pertanian tersebut telah mendapatkan perhatian Pemerintah melalui Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP). Pada tahun 2008 telah dialokasikan Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) PUAP sejumlah 2,6 milyar rupiah kepada 26 gabungan kelompok tani (gapoktan) di Kota Bengkulu, diantaranya 1 miliar rupiah diperuntukkan kepada 10 gapoktan yang didominasi oleh Kelompok Wanita Tani (KWT) pada 10 kelurahan di Kota Bengkulu untuk pengembangan usaha pengolahan hasil

(2)

2

pertanian, termasuk 100 juta rupiah kepada Gapoktan Mesra Jaya yang terdiri atas 3 KWT, di Kelurahan Sawah Lebar Baru, Kecamatan Ratu Agung, Kota Bengkulu (BPTP Bengkulu, 2008).

Menurut Sudaryanto (2010), penggunaan anggaran pembangunan pertanian yang responsif gender ini akan lebih baik dalam mengakomodir keinginan semua golongan, sehingga efektifitas pelaksanaan pembangunan lebih baik dan pendapatan petani meningkat. Perhatian terhadap aspek gender tidak hanya untuk memberikan suasana yang lebih adil antara laki-laki dan perempuan melainkan juga bagi semua golongan pelaku usaha agribisnis.

Munculnya perhatian terhadap isu gender sejalan dengan pergeseran paradigma pembangunan dari pendekatan keamanan dan kestabilan (security) menuju pendekatan kesejahteraan dan keadilan (prosperity) atau dari pendekatan produksi ke pendekatan kemanusiaan dalam suasana yang lebih demokratis dan terbuka (Sudarta, 2010).

Hasil hasil penelitian tentang peran wanita dalam pertanian selama dua dasawarsa terakhir menunjukkan bahwa wanita adalah juga petani, dan kontribusinya terhadap produksi pertanian dan rumah tangga adalah signifikan (Mehra and Esim, 1998 dalam

Sudirja, 2007). Dengan demikian, wanita tani di perdesaan memberikan kontribusi yang besar terhadap pengembangan ekonomi, baik melalui kegiatan produktif usahatani maupun sebagai tenaga kerja tidak dibayar (unpaid worker) melalui investasi non material yang dilakukannya di dalam rumah tangga seperti dalam pengasuhan anak dan urusan rumah tangga lainnya.

Hasil kajian Suhaeti dan Suharni (2010) menyimpulkan bahwa usaha agribisnis dan pengembangan ekonomi pertanian rakyat akan berhasil apabila segala bentuk diskriminatif untuk pemberdayaan pelaku usaha dihilangkan dan keadilan dalam mekanisme pasar dapat ditegakkan. Wanita tani perlu mendapat ketrampilan pengolahan hasil pertanian dalam pemberdayaan pelaku usaha agribisnis.

Untuk mengetahui peranan KWT pengolah hasil pertanian khususnya dalam pola pengambilan keputusan dan strategi pemberdayaan gender, maka dikumpulkan data dan informasi melalui kegiatan survei. Kajian ini difokuskan pada peranan wanita dalam kegiatan usaha pengolahan dan pemasaran hasil yang dilakukan di Kota Bengkulu. Tujuan penelitian ini adalah: (1) mengetahui peranan wanita dalam pengambilan keputusan pada kegiatan usaha pengolahan hasil pertanian, (2) mengetahui aktivitas produktif wanita tani dalam rumah tangga, dan (3) merumuskan rekomendasi strategi pemberdayaan gender pada KWT.

METODE PENELITIAN

Survei dilakukan di Gapoktan Mesra Jaya, Kelurahan Sawah Lebar Baru, Kecamatan Ratu Agung, Kota Bengkulu pada bulan Agustus 2011. Responden dipilih secara acak sebanyak 28 orang wanita petani yang mengusahakan pengolahan hasil.

Data primer meliputi karakteristik petani, aktifitas harian wanita tani, pola pengambilan keputusan dan curahan tenaga kerja dalam usaha pengolahan hasil, serta identifikasi kekuatan (strengths), kelemahan (weaknesses), peluang (opportunities), dan ancaman (threats) (SWOT) Gapoktan Mesra Jaya. Pengumpulan Data dilakukan melalui wawancara individu menggunakan daftar pertanyaan serta diskusi kelompok dengan metode FGD (focus group disccussion). Data sekunder dikumpulkan dengan penelusuran pustaka, laporan, dan browsing internet.

Data dianalisis dengan metode AHP (Analitycal Hierarchy Process) untuk mengetahui pola pengambilan keputusan. Gambaran aktivitas wanita tani dalam keluarga dianalisis secara deskriptif, sedangkan strategi pemberdayaan gender dirumuskan dengan analisis SWOT serta QSPM (Quantitative Strategic Planning Matrix) untuk menentukan strategi terpilih yang dijadikan prioritas utama dalam pengembangan gapoktan.

(3)

3 HASIL DAN PEMBAHASAN

Deskripsi Responden

Jumlah responden survei sebanyak 28 orang anggota gapoktan, seluruhnya wanita yang tergabung dalam Gapoktan Mesra Jaya yang telah berbadan hokum koperasi. Sebanyak 19 orang responden merupakan wanita tani pengolah hasil pertanian (renggining, catering, kerupuk, kue tart, tempe, rempeyek, kopi bubuk, dan keripik pisang). Umur responden antara 30-58 tahun, tingkat pendidikan antara 3-16 tahun. 11 orang responden memiliki kegiatan produktif di luar bidang pertanian sebagai pedagang, penjahit, dan tukang urut. Umumnya responden melakukan usaha pengolahan hasil secara berkelompok, setiap 2 hari sekali, atau tergantung pesanan. Untuk usaha catering, pemilik modal memberikan upah kepada wanita tani antara Rp. 600.000 s/d Rp. 850.000 per bulan.

Dalam usaha pengolahan hasil, responden terlibat aktif sejak tahapan penyediaan bahan baku, proses produksi, pengepakan, dan pemasaran. Permodalan tidak menjadi hambatan utama, karena gapoktan memiliki dana untuk usaha yang dibantu Departemen Pertanian melalui BLM-PUAP pada tahun 2008 sebanyak 100 juta rupiah. Selain itu gapoktan juga mendapatkan fasilitas pinjaman dari BRI Cabang Bengkulu sebanyak 50 juta rupiah. Sampai saat akhir Juli 2011, total modal gapoktan telah mencapai 188 juta rupiah.

Peran Wanita Tani dalam Pengambilan Keputusan

Perbandingan tingkat peranan pria dan wanita dalam pengambilan keputusan disajikan pada Tabel 1. Dari sini jelas bahwa wanita tani berperan dominan pada hampir seluruh kegiatan usahatani sejak penentuan jenis usaha pengolahan sampai dengan pemasaran hasil. Kaum pria hanya berperan lebih besar pada penyediaan modal usaha (59,4%).

Tabel 1. Peranan Pria dan Wanita dalam Usaha Pengolahan Hasil di KWT Mesra Jaya. No Uraian Persentase peranan (%)

Pria Wanita Pria dan Wanita

Consistensi Ratio 1 Penentuan jenis usaha 10,0 80,0 10,0 0,00 2 Penyediaan modal 59,4 24,9 15,7 0,05 3 Pembelian sarana produksi 36,7 49,8 13,5 0,09 4 Kegiatan produksi 13,4 74,7 11,9 0,01 5 Kegiatan pengepakan 13,8 73,2 13,0 0,00 6 Pemasaran hasil 22,2 66,7 11,1 0,00 Sumber: Analisis data primer, 2011.

Penilaian dengan AHP atas hirarki yang disusun pada Gambar 1 menunjukkan bahwa dalam usaha pengolahan hasil KWT di Gapoktan Mesra Jaya, peranan wanita tani secara keseluruhan dalam memutuskan usahanya dominan yaitu sebesar 66,2%. Persentase keputusan pria sebesar 22,0%, sedangkan keputusan yang diambil berdasarkan hasil kesepakatan wanita dan pria 11,8%.

Bila ditinjau dari kegiatan usahatani sejak penyediaan modal sampai dengan pemasaran hasil, penyediaan modal dan kegiatan produksi dinilai lebih penting daripada kegiatan lainnya dengan nilai masing-masing 22,9%. Selanjutnya adalah kegiatan pemasaran (19,5%), dan pembelian saprodi serta pengepakan (masing-masing 17,3%).

(4)

4

Gambar 1. Hasil penilaian pengambil keputusan dengan AHP. Aktivitas Usaha Produktif Wanita Tani

Usaha Produktif adalah segala jenis usaha ekonomi yang dilakukan oleh petani/kelompok tani dalam bidang agribisnis yang mempunyai transaksi hasil usaha harian, mingguan, bulanan, musiman maupun tahunan (Departemen Pertanian, 2008).

Hasil analisis secara diskriptif terhadap peran wanita tani dalam kegiatan usaha produktif di KWT Mesra Jaya menunjukkan bahwa wanita tani melakukan aktifitas pengolahan hasil pertanian dengan memanfaatkan waktu luang pada pagi dan sore hari setelah mengurus keperluan rumah tangganya, seperti menyiapkan makanan, mengurusi anak, dan membersihkan rumah.

Umumnya kegiatan produktif dilakukan pada pagi hari antara pukul 09.00 s/d 12.00 dan dilanjutkan pada sore hari antara pukul 14.00 s/d 16.00 apabila belum selesai. Pekerjaan dilakukan secara berkelompok atau sendiri-sendiri. Usaha pengolahan hasil secara berkelompok dilakukan 2 hari sekali. Jumlah produksi disesuaikan dengan pesanan atau melihat kondisi pasar. Produk olahan dititipkan pada pedagang langganan atau dipasarkan sesuai pesanan. Keuntungan dibagi berdasarkan kesepakatan, setelah dikeluarkan modal usaha.

Secara rata-rata lamanya kegiatan per hari untuk kegiatan produktif adalah sekitar 7,71 jam, kegiatan sosial 6,5 jam, dan kegiatan non produktif 9,79 jam (Tabel 2). Kegiatan sosial seperti mengurus keperluan rumah tangga, anak sekolah, dan perhimpunan kemasyarakatan/ keagamaan. Sedangkan kegiatan non produktif seperti waktu tidur, santai, dan nonton TV.

Tabel 2. Aktivitas Wanita Anggota KWT Mesra Jaya Kota Bengkulu.

Lama kegiatan (jam) Kegiatan produktif No

Produktif Sosial Non produktif Responden %

1 0 12 12 5 17,86 8 10 3 2 6 10 8 2 17,86 4 12 2 3 8 6 10 1 14,29 8 8 1 4 10 4 10 7 25,00 5 12 4 8 7 25,00 Jumlah 216 182 274 28 100,00 Rata-rata 7,71 6,5 9,79 - -

Jumlah wanita tani yang memiliki kegiatan produktif 23 82,14 Peranan wanita dalam usaha pengolahan hasil

Penentuan Jenis Usahatani (0,500) Kegiatan Usahatani (0,500)

Penyedian modal (0,229) Pembelian saprodi (0,173) Produksi (0,229) Pengepakan (0,173) Pemasaran hasil (0,195) Pria (0,220)

Pria dan wanita (0,118) Wanita

(5)

5

Jumlah wanita tani yang tidak memiliki kegiatan produktif 5 17,86 Sumber: Analisis data primer, 2011.

Pada Tabel 2 tampak bahwa 23 orang wanita tani (82,14%) melakukan kegiatan produktif setiap hari, dengan lamanya waktu kerja yaitu 17,86% responden selama 6 jam per hari, 14,29% responden selama 8 jam, serta 25,00% responden masing-masing selama 10 dan 12 jam per hari. Sedangkan yang tidak memiliki kegiatan produktif sebanyak 17,86%. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat kesibukan wanita tani di KWT Mesra Jaya dalam kegiatan produktif secara umum sudah cukup tinggi.

Strategi Pemberdayaan Gender pada KWT Mesra Jaya

Strategi pemberdayaan gender dirumuskan menggunakan analisis SWOT. Matrik SWOT menggambarkan bagaimana peluang dan ancaman yang dihadapi dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimiliki, sehingga menghasilkan empat kemungkinan alternatif strategis. Selanjutnya untuk menentukan strategi prioritas dilakukan analisis dengan QSPM (Rangkuti, 2008).

Tabel 3. Matrik SWOT strategi pengembangan KWT Mesra Jaya.

FAKTOR INTERNAL

FAKTOR EKSTERNAL

Kekuatan (Strengths):

1. Modal KWT tersedia (+ 188 juta) 2. Jumlah pengolah hasil pada KWT

cukup banyak

3. Produk hasil pengolahan beragam 4. Kelompok aktif melakukan

pertemuan setiap bulan 5. Usaha pengolahan dilakukan

kontinyu

6. KWT sudah berbadan hukum koperasi

Kelemahan (Weaknesses):

1. Keterbatasan kemampuan teknis dan manajerial pengurus KWT 2. Pengemasan produk masih

sederhana dan kurang menarik 3. Pemasaran produk masih terbatas 4. Pembuatan produk masih manual 5. Belum memiliki lokasi outlet

pemasaran kelompok

Peluang (Opportunities):

1. Bahan baku pengolahan tersedia

2. Peluang pasar produk pengolahan hasil pertanian masih terbuka

3. Dukungan Pemerintah terhadap pemberdayaan KWT cukup tinggi

Strategi S-O:

Memanfaatkan kekuatan KWT untuk memperluas pasar produk pengolahan hasil pertanian (S1, S2, S3, S4, S5, O2)

Strategi W-O:

a. Memanfaatkan dukungan pemerintah untuk perbaikan pengemasan dan penyimpanan produk melalui pelatihan dan bantuan alsintan (W2, O3)

b. Memperluas jaringan pemasaran dengan pembuatan outlet pemasaran kelompok (W5, O2)

Ancaman (Threats):

1. Banyaknya pesaing dalam usaha pengolahan hasil pertanian di Kota Bengkulu 2. Produk cepat rusak bila

disimpan dalam waktu lama

Strategi S-T:

Meningkatkan jumlah produksi hasil pengolahan yang spesifik (tidak banyak diproduksi oleh pesaing) untuk menghindari persaingan pasar (S3, T1)

Strategi W-T:

a. Memperbaiki kemasan produk untuk memperlama waktu simpan (W2, T2) b. Membuat lokasi outlet pemasaran

kelompok untuk meningkatkan daya saing (W5, T1)

Berdasarkan analisis matrik SWOT pada Tabel 3 diperoleh enam arahan strategi pengembangan KWT Mesra Jaya. Jika lebih disederhanakan lagi, maka keenam strategi tersebut mengarah pada dua strategi utama yaitu (1) membuat outlet pemasaran produk kelompok dan (2) memperbaiki kemasan untuk daya tarik produk. Untuk menentukan pilihan strategi tersebut, selanjutnya dilakukan analisis dengan QSPM yang terlihat pada Tabel 4.

(6)

6

Tabel 4. Analisis QSPM untuk pemilihan alternatif strategi.

Alternatif strategi (1)

Membuat outlet pemasaran produk kelompok

(2)

Memperbaiki kemasan untuk daya tarik produk Uraian

Bobot Rating Skor Bobot Rating Skor

Faktor Internal (SW) Kekuatan (S):

S1. Modal KWT tersedia (+ 188 juta) 0,15 4 0,60 0,15 3 0,45 S2. Jumlah pengolah hasil pada KWT cukup banyak 0,05 4 0,20 0,05 3 0,15 S3. Produk hasil pengolahan beragam 0,05 2 0,20 0,05 4 0,20 S4. Kelompok aktif melakukan pertemuan setiap bulan 0,05 - - 0,05 - - S5. Usaha pengolahan dilakukan kontinyu 0,20 4 0,80 0,20 3 0,6 S6. KWT sudah berbadan hukum koperasi 0,03 - - 0,03 - -

Kelemahan (W):

W1. Keterbatasan kemampuan teknis dan manajerial pengurus KWT

0,05 - - 0,05 - -

W2. Pengemasan produk masih sederhana dan kurang menarik

0,15 1 0,15 0,15 4 0,6

W3. Pemasaran produk masih terbatas 0,10 4 0,40 0,10 1 0,10 W4. Pembuatan produk masih manual 0,07 - - 0,07 - - W5. Belum memiliki lokasi outlet pemasaran kelompok 0,10 4 0,40 0,10 1 0,10

Jumlah Faktor Internal 1,000 2,65 1,000 2,20

Faktor Eksternal

Peluang (O):

O1. Bahan baku pengolahan tersedia 0,20 - - 0,20 - - O2. Peluang pasar produk pengolahan hasil pertanian

masih terbuka

0,30 4 1,20 0,30 3 0,90

O3. Dukungan Pemerintah terhadap pemberdayaan KWT cukup tinggi

0,1 3 0,30 0,1 4 0,40

Ancaman (T):

T1. Banyaknya pesaing dalam usaha pengolahan hasil di Kota Bengkulu

0,20 4 0,80 0,20 3 0,60

T2. Produk cepat rusak bila disimpan dalam waktu lama

0,20 2 0,40 0,20 4 0,80

Jumlah Faktor Eksternal 1,000 2,70 1,000 2,70

Jumlah Skor Total 5,35 4,90

Keterangan: Nilai rating (1=tidak menarik, 2=kurang menarik; 3=menarik; 4=sangat menarik)

Analisis QSPM pada Tabel 4 memperlihatkan bahwa strategi (1): membuat outlet pemasaran produk kelompok merupakan arahan strategi yang lebih diprioritaskan untuk diimplementasikan dalam pengembangan KWT di Gapoktan Mesra Jaya dengan nilai skor ketertarikan (attractive score) 5,35 daripada strategi (2): memperbaiki kemasan dan daya tarik produk (4,90).

KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN

Penelitian ini menunjukkan bahwa peranan wanita dalam pengambilan keputusan pada usaha pengolahan hasil pertanian pada KWT di Gapoktan Mesra Jaya Kota Bengkulu cukup tinggi (66,2%). Disamping itu kegiatan usaha produktif wanita dalam rumah tangga juga dominan karena sebanyak 82,14% wanita memiliki kegiatan produktif. Pilihan strategi untuk pengembangan KWT di Gapoktan Mesra Jaya ke depan sebagai masukan bagi kelompok adalah membuat outlet pemasaran produk kelompok.

(7)

7 REFERENSI

BPTP Bengkulu. 2008. Database Gapoktan PUAP Tahun 2008 Provinsi Bengkulu. BPTP Bengkulu. Laporan tidak dipublikasikan.

Departemen Pertanian. 2008. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 16/Permentan/OT.140/2/2008 tentang Pedoman Umum Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP). Departemen Pertanian. Jakarta.

Rangkuti, F. 2008. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. Cetakan Kelimabelas. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Sudarta, W. 2010. Peran Wanita dalam Pembangunan Berwawasan Gender. Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian Universitas Udayana. www.pswunud.go.id, 5 Juli 2010.

Sudaryanto, T. 2010. Anggaran Berbasis Gender mengakomodir semua Golongan. Artikel dimuat dalam Sinar Tani, Edisi 6 - 12 Januari 2010 No.3336 Tahun XL, hal. 14.

Sudirja, R. 2007. Partisipasi Perempuan dalam Penyusunan Program Pembangunan Pertanian di Pedesaan. Makalah disampaikan dalam Pelatihan PRA bagi Tenaga Pemandu Dinas Tenaga Kerja se-Kabupaten/Kota di Indonesia tanggal 8 – 13 Juli 2007, Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran, Jawa Barat.

Suhaeti, N.R. dan S. Suharni. 2010. Inkorporasi Perspektif Gender dalam Pengembangan Rekayasa Alat Mesin Pertanian. http://psekp.litbang-deptan.go.id, 20 Juni 2010.

Gambar

Gambar 1.  Hasil penilaian pengambil keputusan dengan AHP.  Aktivitas Usaha Produktif Wanita Tani
Tabel 3. Matrik SWOT strategi pengembangan KWT Mesra Jaya.  FAKTOR INTERNAL
Tabel 4. Analisis QSPM untuk pemilihan alternatif strategi.

Referensi

Dokumen terkait

Untuk mengetahui sistem penyimpanan obat di Gudang Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Daerah Naibonat yang meliputi pengaturan tata ruang, cara penyimpanan obat,

defenisi ‘Penunjukan perwakilan masyarakat’ Ismu Zulfikar (Chairperson/Smart) Panduan untuk seluruh kriteria 2.3 diambil dari versi terjemahan dengan. ditambahkan

Karenanya, negara harus berperan aktif secara bersama-sama dengan segenap masyarakat untuk mewujudkan dan memberikam perlindungan yang memadai kepada anak- anak dari berbagai

Tarif Air sesuai dengan Pembagian Mekanisme ini tergantung dari administrasi yang ketat untuk mengontrol suplai air irigasi dan juga pada pembagian air irigasi

Berdasarkan definisi itu, komunikasi antar pribadi dapat berlangsung antara dua orang yang memang sedang berdua-duaan atau antara dua orang dalam suatu pertemuan. Komunikasi

Setiap tim peserta harus membuat sebuah payload, yaitu muatan roket berbentuk tabung silinder berisi rangkaian elektronik dan sistem aktuator robotik yang berfungsi sebagai

Banyaknyalembaga pemerintahan yang ada di Provinsi Yogyakarta salah satunya yaitu Pemerintah Kabupaten Kulon Progo.Dengan adanya Kuliah Kerja Media ini dapat

Dari beberapa pandangan mengenai pengertian bahan ajar tersebut, dapat di pahami bahwa bahan ajar merupakan segala bahan (baik informasi, alat, maupun teks) yang disusun