• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tentang Permohonannya.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Tentang Permohonannya."

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Hal. 1 dari 6 hal. Put. No. 42 P/HUM/TH.2006

P U T U S A N No. 42 P/HUM/TH.2006

DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA M A H K A M A H A G U N G

memeriksa dan memutus perkara permohonan keberatan Hak Uji Materiil dalam tingkat pertama dan terakhir terhadap Surat Edaran Presidium Kabinet Ampera No. SE.06/Pres.Kab/6/1967 tanggal 28 Juni 1967 tentang Masalah Cina terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 telah mengambil putusan sebagai berikut dalam perkara permohonan Keberatan Hak Uji Materiil yang diajukan oleh :

Drs. EDDY SADELI, SH., tempat/tanggal lahir Jakarta 01 Januari

1940, agama Buddha, pekerjaan Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Tionghoa di Indonesia, bertempat tinggal di Jalan Kali Besar Timur No. 3, Kelurahan Pinangsia, Kecamatan Tamansari, Jakarta Barat, sebagai PEMOHON ;

m e l a w a n

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, berkedudukan di Jalan

Veteran No. 9 Jakarta Pusat, sebagai TERMOHON ; Mahkamah Agung tersebut ;

Telah membaca dan meneliti surat permohonan keberatan Hak Uji Materiil Pemohon dan surat-surat lain yang bersangkutan ;

Menimbang, bahwa dengan surat permohonan tertanggal 1 Nopember 2006 yang diterima di Kepaniteraan Mahkamah Agung RI tanggal 9 Nopember 2006 dengan register No. 42 P/HUM/TH. 2006, telah mengajukan permohonan keberatan yang ditujukan kepada Pemerintah Republik Indonesia/Presiden Republik Indonesia terhadap Surat Edaran Presidium Kabinet Ampera a quo dengan alasan-alasan sebagai berikut :

Tentang Permohonannya.

Bahwa Pemohon adalah suatu organisasi masyarakat Tionghoa yang didirikan pada tanggal 01 Agustus 2002 dengan maksud tujuan untuk memperkenalkan sumbangsih etnis Tionghoa kepada masyarakat, bangsa dan Negara Indonesia sebagai pengabdian kepada Tanah Air sebagaimana tertuang dalam Akta No. 1 tanggal 1 Agustus 2002 tentang Pendirian Lembaga yang dibuat di hadapan Tio Jeffrens Marannella, SH., Notaris/PPAT di Jakarta ;

Bahwa Pemohon pada tanggal 3 Oktober 2006 telah mengajukan Permohonan Pengujian terhadap Surat Edaran Presidium Kabinet Ampera No. SE. 06/Pres.Kab/6/1967 tanggal 28 Juni 1967 tentang Masalah Cina ke

(2)

Hal. 2 dari 6 hal. Put. No. 42 P/HUM/TH.2006 Mahkamah Konstitusi dan Mahkamah Konstitusi berpendapat melalui surat penjelasan No. 281/PAN.MK/X/2006 tertanggal 9 Oktober 2006 (terlampir) bahwa oleh karena Surat Edaran Presidium Kabinet Ampera No. SE.06/Pres.Kab/6/1967 tanggal 28 Juni 1967 tentang Masalah Cina merupakan suatu produk peraturan perundang-undangan di bawah undang-undang maka Pemohon dapat mengajukan Permohonan Pengujian terhadap Surat Edaran Presidium Kabinet Ampera No. SE.06/Pres.Kab/6/1967 tanggal 28 Juni 1967 tentang Masalah Cina ke Mahkamah Agung ;

Bahwa berdasarkan pasal 11 ayat (2) huruf b Undang-Undang RI No. 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman jo. Pasal 31 ayat (1) Undang-Undang RI No. 5 Tahun 2004 tentang Perubahan atas Undang-Undang-Undang-Undang RI No. 14 Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung yang menyebutkan pengujian peraturan perundang-undangan di bawah undang-undang merupakan kewenangan Mahkamah Agung ;

Bahwa berdasarkan alasan tersebut di atas maka sudah tepat kiranya Pemohon mengajukan Permohonan Pengujian terhadap Surat Edaran Presidium Kabinet Ampera No. SE.06/Pres.Kab/6/1967 tanggal 28 Juni 1967 tentang Masalah Cina ke Mahkamah Agung ;

Bahwa mengenai alasan-alasan sebagai dasar Permohonan Pengujian terhadap Surat Edaran Presidium Kabinet Ampera No. SE.06/Pres.Kab/6/1967 tanggal 28 Juni 1967 tentang Masalah Cina yang ingin Pemohon sampaikan adalah sebagai berikut :

a. Bahwa isi Surat Edaran Presidium Kabinet Ampera No. SE.06/Pres.Kab/6/ 1967 tanggal 28 Juni 1967 tersebut di atas adalah mengenai pengganti istilah Tionghoa/Tiongkok menjadi istilah Cina ;

b. Bahwa Surat Edaran tersebut bertentangan dengan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia, yaitu :

1. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (baik yang asli maupun hasil amandemen).

Bahwa pasal 26 ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945 menyatakan : “Yang menjadi warga Negara ialah orang-orang bangsa Indonesia asli dan orang-orang bangsa lain yang disahkan dengan undang-undang sebagai warga Negara”.

Penjelasan pasal 26 ayat (1) :

“Orang-orang bangsa lain, misalnya orang peranakan Belanda, peranakan Tionghoa, dan peranakan Arab, yang bertempat tinggal di

(3)

Hal. 3 dari 6 hal. Put. No. 42 P/HUM/TH.2006 Indonesia mengakui Indonesia sebagai tanah airnya dan bersikap setia kepada Negara Republik Indonesia dapat menjadi warga Negara”.

Bahwa pasal 26 ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945 tersebut menggunakan kata istilah Tionghoa dan bukan Cina sebagai istilah sebutan untuk suku Tionghoa, sehingga berdasarkan ketentuan pasal 26 ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945 (berikut penjelasannya) tersebut di atas, maka Surat Edaran Presidium Kabinet Ampera No. SE.06/Pres.Kab/6/1967 tanggal 28 Juni 1967 tersebut jelas telah bertentangan dengan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 ;

2. Konstitusi Republik Indonesia Serikat Tahun 1950.

Pasal 100 ayat (1) Konstitusi Republik Indonesia Serikat (RIS) 1950 menyatakan :

“Golongan-golongan kecil Tionghoa, Eropa dan Arab akan mempunyai wakil dalam Dewan Perwakilan Rakyat dengan berturut-turut sekurang-kurangnya 9, 6 dan 3 anggota” ;

3. Undang-Undang dasar (UUD) Sementara Republik Indonesia Tahun 1950.

Pasal 58 ayat (1) Undang-Undang Dasar Sementara Republik Indonesia Tahun 1950 menyatakan : “Golongan-golongan kecil Tionghoa, Eropa dan Arab akan mempunyai wakil dalam Dewan Perwakilan Rakyat dengan berturut-turut sekurang-kurangnya 9, 6 dan 3 anggota” ;

c. Bahwa selain bertentangan dengan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia, Surat Edaran sebagaimana dimaksud juga bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, diantaranya :

1. Undang-Undang Republik Indonesia No. 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia ;

2. Undang-Undang Republik Indonesia No. 29 Tahun 1999 tanggal 29 Mei 1999 tentang Pengesahan Konvensi Internasional tentang Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Rasial 1956 ;

3. Undang-Undang Republik Indonesia No. 39 Tahun 1999 tanggal 23 september 1999 tentang Hak Asasi Manusia ;

4. Ketetapan MPR Republik Indonesia No. III/MPR/2000 tanggal 18 Agustus 2000 tentang Sumber Hukum dan Tata Urutan Peraturan Perundang-Undangan ;

d. Bahwa di dunia ini terdapat 2 (dua) macam diskriminasi, yakni : diskriminasi kultural dan diskriminasi struktural. Diskriminasi kultural terjadi karena

(4)

Hal. 4 dari 6 hal. Put. No. 42 P/HUM/TH.2006 terdapat hubungan sosial antara individu dengan individu, individu dengan kelompok masyarakat, kelompok masyarakat dengan kelompok masyarakat. Sedangkan diskriminasi struktural adalah diskriminasi yang dilakukan oleh Negara (Pemerintah) terhadap kelompok masyarakat minoritas yang menjadi warga Negaranya karena factor ekonomis, politis dan lain-lain untuk mempertahankan kekuasaannya atau karena untuk mendapatkan bantuan keuangan dari Negara lain ;

e. Bahwa Surat Edaran Presidium Kabinet Ampera No. SE.06/Pres.Kab/6/1967 tanggal 28 Juni 1967 tentang Masalah Cina tersebut termasuk diskriminasi yang bersifat struktural. Kebencian terhadap satu golongan etnis tertentu dijelmakan dalam bentuk peraturan Negara. Hal semacam ini pernah terjadi di Negara-negara :

Afrika Selatan : dengan regime apartheidnya ; Regime Nazi Jerman : dengan anti Yahudinya ;

Amerika Serikat : dengan politik pemisahan kulit putih dan kulit hitam (segregation policy) ;

Australia : dengan peraturan White Colour yang anti Aborigin ; f. Bahwa peraturan-peraturan yang bersifat diskriminasi struktural pada

negara-negara tersebut di atas telah lama dicabut oleh Pemerintahnya masing-masing, hanya tinggal Negara Republik Indonesia yang belum mencabut peraturan yang bersifat diskriminasi struktural tersebut ;

g. Bahwa Surat Edaran tersebut sangat menyakitkan hati masyarakat Tionghoa yang jumlahnya lebih dari 5 % (lima persen) dari jumlah penduduk Indonesia yang juga merupakan bagian dari anak bangsa Indonesia ;

Bahwa berdasarkan hal-hal tersebut di atas Pemohon mohon kepada Mahkamah Agung Republik Indonesia agar berkenan untuk memberikan putusan sebagai berikut :

1. Mengabulkan permohonan Pemohon untuk seluruhnya ;

2. Menyatakan bahwa Surat Edaran No. SE.06/Pres.Kab/6/1967 tanggal 28 Juni 1967 tentang Masalah Cina bertentangan dengan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 ;

3. Menyatakan bahwa materi muatan ayat, pasal dan/atau bagian dari Surat Edaran No. SE.06/Pres.Kab/6/1967 tanggal 28 Juni 1967 tentang Masalah Cina tersebut tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat ;

4. Memerintahkan Panitera Mahkamah Agung untuk menyampaikan putusan ini kepada Presiden Republik Indonesia (Termohon) untuk mencabut Surat Edaran No. SE.06/Pres.Kab/6/1967 tanggal 28 Juni 1967 tentang Masalah

(5)

Hal. 5 dari 6 hal. Put. No. 42 P/HUM/TH.2006 Cina tersebut dalam jangka waktu 1 (satu) bulan setelah putusan Mahkamah Agung dibacakan ;

Menimbang, bahwa Surat Edaran Presidium Kabinet Ampera No. SE.06/Pres.Kab/1967 berlaku sejak tanggal 28 Juni 1967, sedangkan permohonan Hak Uji Materiil diajukan pada tanggal 2 Nopember 2006, sehingga keberatan Hak Uji Materiil ini diajukan setelah 14.021 (empat belas ribu dua puluh satu) hari semenjak Surat Edaran a quo berlaku. Oleh karena itu permohonan keberatan Hak Uji Materiil a quo diajukan melebihi tenggang waktu 180 hari sebagaimana ditentukan dalam pasal 2 ayat (4) PERMA No. 1 Tahun 2004 tentang Hak Uji Materiil ;

Menimbang, bahwa oleh karena permohonan keberatan Hak Uji Materiil diajukan melebihi tenggang waktu yang ditentukan maka permohonan keberatan Hak Uji Materiil dari Pemohon haruslah di tolak ;

Menimbang, bahwa oleh karena permohonan Hak Uji Materiil Pemohon ditolak, maka Pemohon dihukum untuk membayar biaya perkara ; Mengingat Undang-Undang No. 14 Tahun 1985 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang No. 5 Tahun 2004, PERMA No. 1 Tahun 2004 dan peraturan perundang-undangan lain yang bersangkutan ;

M E N G A D I L I

Menolak permohonan Hak Uji Materiil dari Pemohon : Drs. EDDY

SADELI, SH. tersebut ;

Menghukum Pemohon untuk membayar biaya perkara sebesar Rp. 1.000.000,- (satu juta rupiah) ;

Demikianlah diputuskan dalam rapat permusyawaratan Mahkamah Agung pada hari Kamis tanggal 15 Nopember 2007 oleh Prof. DR. H. Ahmad

Sukardja, SH. Hakim Agung yang ditetapkan oleh Ketua Mahkamah Agung

sebagai Ketua Majelis, H. Imam Soebechi, SH., MH. dan Marina Sidabutar,

SH., MH. Hakim-Hakim Agung sebagai Anggota, dan diucapkan dalam sidang

terbuka untuk umum pada hari itu juga oleh Ketua Majelis beserta Hakim-Hakim Anggota tersebut dan dibantu oleh Matheus Samiaji, SH., MH. Panitera Pengganti dengan tidak dihadiri oleh para pihak ;

Hakim – Hakim Anggota : K e t u a : ttd. ttd.

H. Imam Soebechi, SH., MH. Prof. DR. H. Ahmad Sukardja, SH. ttd.

(6)

Hal. 6 dari 6 hal. Put. No. 42 P/HUM/TH.2006

Biaya – Biaya : Panitera Pengganti :

1. M e t e r a i ……….. Rp. 6.000,- ttd. 2. R e d a k s i ………. Rp. 1.000,- Matheus Samiaji, SH., MH. 3. Administrasi ………. Rp. 993.000,- Jumlah = Rp. 1.000.000,- ============ Untuk Salinan MAHKAMAH AGUNG R.I.

a.n. Panitera

Panitera Muda Tata Usaha Negara,

ASHADI, SH. NIP. 220000754

Referensi

Dokumen terkait

Pemberian dosis pupuk NPK 6 g dan konsentrasi air kelapa 50% menunjukkan pengaruh yang lebih baik pada parameter tinggi bibit kakao, luas daun dan berat kering

Seperti yang telah disebutkan sebelumnya bahwa masyarakat Batak biasa menuliskan buah pikirannya pada buku lipat yang disebut pustaha yang terbuat dari kulit

Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk memprediksi kemungkinan Financial distress pada industri tekstil dan garmen menggunakan model prediksi Altman Z-score serta

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi TelkomVision Regional Office Jawa Barat untuk mengetahui pengaruh kualitas pelayanan terhadap

“ Pengaruh Metode Memilih dan Memilih Kartu ( Card – Sort ) Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Sejarah Kelas XI SMA N 2 Koto Baru Kabupaten Dharmasraya

1. Pesan dakwah tentang aqidah dalam tradisi Mappadendang di Desa Kebo Kecamatan Lilirilau Kabupaten Soppeng. Adalah keimanan kepada Allah yang ditekankan pada sifatnya yang

Pariwisata adalah aktifitas manusia yang dilakukan secara sadar, yang mengadakan pelayanan secara bergantian diantara orang-orang dalam suatu negara itu sendiri atau di luar

Auditor inspektorat pemerintah daerah dan kota Magelang sebenarnya memiliki pengalaman yang mencukupi untuk meningkatkan fungsi auditnya, hanya saja kurangnya respect yang