BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Manajemen sumber daya manusia merupakan salah satu hal yang penting
bagi oganisasi atau perusahaan, karena sumber daya manusia ialah orang,
individu-individu atau kelompok yang membantu organisasi atau perusahaan dalam
menghasilkan atau memproduksi barang atau jasa. Walaupun istilah-istilah atau
konsep manajemen sumber daya manusia sering berbeda penyebutannya di kalangan
organisasi atau perusahaan, tetapi pada hakikatnya tujuan akhirnya adalah sama, yaitu
untuk meningkatkan produktivitas,efesiensi, efektivitas sumber daya manusia, untuk
meningkatkan loyalitas sumber daya manusia baik secara internal maupun eksternal
dari organisasi dan meningkatkan kepuasan pegawai atau sumber daya manusia dan
konsumen dari organisasi (Chr. Jimmy L.Gaol, 2014:2).
Sumber daya manusia juga berperan dalam menghasilkan suatu kinerja.
Mangkunegara (2010:9) dalam penelitian Indria Al Kautsar, dkk (2013)
mengemukakan bahwa, kinerja sumber daya manusia merupakan istilah yang berasal
dari kata Job Performance dan Actual Performance (prestasi kerja atau prestasi sesungguhnya yang dicapai seseorang). Oleh karena itu, seorang karyawan selalu
dituntut untuk bekerja secara maksimal demi kemajuan perusahaan. Dimana
berbanding lurus dengan output perusahaan. Salah satunya ialah peningkatan
penyelesaian tanggung jawab yang diberikan perusahaan pada karyawannya. Apabila
dikerjakan dengan sungguh-sungguh oleh karyawan maka output yang dihasilkan
akan menghasilkan dampak yang positif, namun sebaliknya jika dikerjakan dengan
suasana yang tidak kondusif maka output yang dihasilkan akan menghasilkan dampak
negatif terhadap perusahaan.
Kinerja telah menjadi pusat perhatian dari berbagai kalangan baik perusahaan
maupun organisasi secara umum. Kinerja merupakan hasil kerja yang telah dicapai
karyawan dalam suatu perusahaan atau organisasi dalam melaksanakan tugas dengan
tanggung jawab masing-masing untuk mencapai tujuan. Kinerja juga dapat diartikan
sebagai hasil kerja yang dicapai seseorang dalam melaksanakan pekerjaan yang
dibebankan kepadanya yang didasarkan atas kecakapan, pengalaman, kesungguhan
dan waktu (Hasibuan, 2009:34) dalam penelitian Mersya Anjani, dkk (2014). Kinerja
juga ialah suatu gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu program
kegiatan atau kebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, visi dan misi organisasi
melalui perencanaan strategis suatu organisasi.
Menurut Rivai (2008:14) dalam penelitian Mersya Anjani, dkk (2014) bahwa
kinerja adalah hasil atau tingkat keberhasilan seseorang secara keseluruhan selama
periode tertentu didalam melaksanakan pekerjaan dibandingkan dengan berbagai
kemungkinan, seperti standar hasil kerja, sasaran atau kriteria yang telah ditentukan
apabila individu atau sekelompok karyawan telah mempunyai kriteria atau standar
keberhasilan tolak ukur yang ditetapkan oleh organisasi. Oleh karena itu, jika tanpa
tujuan dan target yang ditentukan dalam pengukuran, maka kinerja pada seseorang
atau kinerja organisasi tidak mungkin dapat diketahui bila tidak ada tolak ukur
keberhasilannya.
Kinerja pegawai dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti keselamatan
kerja, beban kerja dan faktor lain-lainnya. Dimana saat pegawai memiliki rasa aman
dan nyaman dalam bekerja maka pegawai merasa mendapatkan perlindungan yang
baik dari perusahaan, pegawai tersebut juga akan bekerja dengan perasaan yang
tenang tanpa adanya perasaan tertekan dengan kondisi disekitarnya dan tidak ada
halangan untuk mencapai kinerja yang maksimal. Hal ini merupakan kondisi yang
saling menguntungkan bagi perusahaan maupun pegawainya.
Masalah keselamatan kerja merupakan salah satu komponen yang terpenting
di dalam suatu perusahaan, dimana faktor keamanan dan perlindungan dalam bekerja
menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi kinerja pegawai. Menurut
Notoatmodjo (2009:153) dalam penelitian Veronica Mugista, dkk (2014) keselamatan
kerja bertujuan agar para karyawan di sebuah institusi bebas dari segala kecelakaan
akibat kerja, gangguan-gangguan lain sehingga menurunkan bahkan menghilangkan
produktivitas kerja. Oleh karena itu, karyawan perlu mendapat perhatian lebih dari
perusahaan. Perhatian lebih yang diberikan perusahaan salah satunya adalah dengan
sistem program yang dibuat oleh perusahaan untuk pekerja maupun pengusaha
sebagai upaya pencegahan penyebab terjadinya kecelakaan kerja dalam lingkungan
kerja guna mengantisipasi apabila terjadinya hal-hal yang dapat menimbulkan
kecelakaan kerja dan membantu untuk memelihara kondisi fisik pedawainya.
Menurut Mangkunegara (2009:161) dalam penelitian Mersya Anjani (2014)
resiko keselamatan merupakan aspek-aspek dari lingkungan kerja yang dapat
menyebabkan kebakaran, luka memar, keseleo, patah tulang, gangguan pengelihatan
dan pendengaran. Dan untuk meningkatkan keselamatan kerja pegawai, pemberian
sarana dan fasilitas pendukung juga sangat diperlukan agar pegawai dapat terhindar
dari bahaya yang ditimbulkan dalam kegiatan operasional perusahaan tersebut.
Kesadaran mengenai keselamatan kerja sangat diperlukan, resiko kecelakaan
kerja dapat terjadi kapan saja dan dimana saja. Maka pemerintah mengeluarkan
Undang No. 1 Tahun 1970 mengenai tentang keselamatan kerja.
Undang-Undang ini mengatur dengan jelas tentang keselamatan kerja yang memiliki ruang
lingkup yang berhubungan dengan mesin, landasan tempat kerja dan lingkungan kerja
dan cara mencegah terjadinya kecelakaan kerja sehingga dapat meningkatkan
efesiensi dan produktivitas. Tentu tidak ada pekerja yang menginginkan terjadinya
kecelakaan kerja. Maka para pekerja juga wajib memakai alat pelindung diri (APD)
dengan tepat dan benar serta mematuhi persyaratan keselamatan kerja.
Selain keselamatan kerja hal lain yang harus diperhatikan untuk
menyebabkan kinerja menurun. Beban kerja menurut Meshkati dalam Hariyati (2011)
dapat didefenisikan sebagai suatu perbedaan antara kapasitas atau kemampuan
pekerja dengan tuntutan pekerjaan yang harus dihadapi.
PT.PLN (Persero) Sektor Pembangkitan Bangka Belitung merupakan Badan
Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak dalam bidang jasa penyediaan listrik
baik untuk industri maupun rumah tangga, berdasarkan Undang-Undang Nomor 30
tahun 2009 tentang Ketenagalistrikan. PT.PLN (Persero) Sektor Pembangkitan
Bangka Belitung berada di wilayah Desa Air Anyir, Kecamatan Merawang
Kabupaten Bangka. PT.PLN (Persero) Sektor Pembangkitan Bangka Belitung
memiliki tujuan untuk menjadi perusahaan pembangkit listrik kelas dunia. Adapun
data yang di peroleh dari PT.PLN (Persero) Sektor Pembangkitan Bangka Belitung
mengenai jumlah karyawan bagian lapangan. Berikut tabel data pegwai bagian
lapangan pada PT.PLN (Persero) Sektor Pembangkitan Bangka Belitung:
Tabel I.1 Data Pegawai Bagian Lapangan pada PT.PLN (Persero) Sektor Pembangkitan Bangka Belitung
No Bagian teknisi lapangan Laki-laki Perempuan 1
2 3
Enginner
Operasi sistem penyaluran Operasi pemeliharaan
9 23 19
-Total 51
-Sumber : PT.PLN (Persero) Sektor Pembangkitan Bangka Belitung
Berdasarkan dari tabel di atas dapat dilihat bahwa terdapat 3 bagian lapangan
dengan jumlah pegawai sebanyak 9 orang, bagian operasi sistem dan penyaluran 23
orang, sedangkan bagian operasi pemeliharaan 19 orang. Jadi keseluruhan jumlah
pegawai lapangan PT.PLN (Persero) Sektor Pembangkitan Bangka Belitung ialah 51
orang yang didominasi oleh laki-laki.
Berdasarkan survei yang peneliti lakukan pada PT.PLN (Persero) Sektor
Pembangkitan Bangka Belitung diduga terdapat masalah dalam kinerja pegawai yaitu
dengan tidak tercapainya target kinerja. Berikut data target dan realisasi kinerja tahun
2014-2016 pada PT.PLN (Persero) Sektor Pembangkitan Bangka Belitung:
Tabel I.2 Target dan Realisasi Kapasitas Daya Listrik Pada PT.PLN (Persero) Sektor Pembangkitan Bangka Belitung
No Tahun Satuan Target Realisasi
1
Sumber : PT. PLN (Persero) Sektor Pembangkitan Bangka Belitung, Data diolah peneliti, 2017
Berdasarkan dari tabel I.2 dapat dilihat bahwa PT. PLN (Persero) Sektor
Pembangkitan Bangka Belitung tidak mampu mensuplay energi listrik yang telah
ditetapkan dimana target dengan realisasi tidak sesuai. Seperti salah satunya pada
tahun 2016 target yang ditentukan 2 x 30 MW (Mega Watt) kenyataannya yang
terealisasi hanya 1 x 35 Mw (Mega Watt) yang berarti terdapat selisih 1 x 25 MW
dimana realisasi yang dihasilkan lebih kecil dari target yang ditentukan.
Berdasarkan uraian diatas secara umum target capaian kerja terlaksana,
bahwa kinerja PT.PLN (Persero) Sektor Pembangkitan Bangka Belitung mengalami
permasalahan.
Selain dengan data objek penelitian, Peneliti juga melakukan survei awal
terbatas kepada 15 responden mengenai kinerja yang ada di PT.PLN (Persero) Sektor
Pembangkitan Bangka Belitung. Berikut hasil yang disajikan pada tabel:
Tabel I.3 Hasil Pra Survei Penelitian Kinerja Terhadap 15 Responden pada PT.PLN (Persero) Sektor Pembangkitan Bangka Belitung
No Pernyataan Jawaban Persentase (%)
1
2
Saya mampu menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan target yang telah ditetapkan.
Saya selalu menyelesaikan pekerjaan yang menjadi tugas pokok dan kewajiban dengan tepat waktu.
Berdasarkan jawaban responden pada hasil survei awal pra penelitian yang
dilakukan oleh peneliti terhadap 15 responden didominasi jawaban tidak. Dari
pertanyaan pertama 3 orang menjawab ya, 5 orang menjawab ragu-ragu dan 7 orang
menjawab tidak. Sedangkan untuk pertanyaan kedua, 2 orang menjawab ya, 6 orang
menjawab ragu-ragu dan 7 orang menjawab tidak. Dari hasil pra survei tersebut dapat
dilihat bahwa pegawai belum mampu sepenuhnya menyelesaikan pekerjaan yang
telah ditetapkan oleh perusahaan dengan tenggat waktu tertentu dan keadaan kinerja
sehingga perlu adanya perbaikan agar kinerja membaik dan meningkat.
Hal ini diduga adanya unsur yang mempengaruhi kinerja yaitu keselamatan
kerja serta beban kerja. Dimana Keselamatan kerja merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi kinerja pegawai, oleh karena itu pihak perusahaan harus lebih
memperhatikaan keadaan pegawai dalam melaksanakan tugasnya terutama yang
berkaitan dengan keselamatan kerja pegawai, karena tidak dipungkiri bahwa semakin
canggih dan modernnya mesin-mesin yang digunakan dalam bekerja, salah satunya
yaitu terjadinya kecelakaan kerja di tempat kerja.
Kecelakaan kerja yang terjadi pada bagian pegwai lapangan tidak sepenuhnya
disebabkan oleh PT.PLN (Persero) Sektor Pembangkitan Bangka Belitung. Dimana
kenyataannya PT.PLN (Persero) Sektor Pembangkitan Bangka Belitung sudah
menerapkan sistem prosedur keselamatan kerja dan sudah menerangkan budaya
keselamatan kerja dalam menjalankan pekerjaannya. Akan tetapi pegawainya masih
sering mengabaikan prosedur yang telah ditetapkan oleh PT.PLN (Persero) Sektor
Pembangkitan Bangka Belitung, sehingga masih banyak pegawai yang mengalami
kecelakaan kerja dalam melakukan pekerjaan. Kelalaian pegawai yang sering
dilakukan antara lain tidak memakai APD (alat pelindung diri) yang berupa safety helmet, sarung tangan, masker atau pelindung wajah, sepatu boot, kacamata pengaman dan lain-lain. Berikut data jumlah pegawai bagian lapangan yang pernah
mengalami kecelakaan kerja tahun 2014-2016 pada PT.PLN (Persero) Sektor
Tabel I.4 Data Jumlah Pegawai Bagian Lapangan yang Mengalami Kecelakaan Kerja Tahun 2014–2016 Pada PT.PLN (Persero) Sektor Pembangkitan Bangka Belitung
Tahun
Sumber: Data diolah peneliti, 2017
Berdasarkan tabel di atas kecelakaan kerja di PT.PLN (Persero) Sektor
Pembangkitan Bangka Belitung terjadi pada dua tahun belakangan yaitu tahun 2015
dan 2016. Pada tahun 2015 terjadi tiga kasus kecelakaan kerja dimana dua orang
mengalami kecelakaan ringan pada pegawai bagian teknisi perencanaan dan
pengendalian, dan teknisi pemeliharaan prediktif. Dan satu orang mengalami
kecelakaan sedang pada pegawai bagian pemeliharaan gardu induk. Pada tahun 2016
terjadi penurunan jumlah pegawai yang mengalami kecelakaan kerja ringan yang
dialami oleh satu orang bagian operasi sistem dan penyaluran.
Kecelakaan kerja yang terjadi pada PT.PLN (Persero) Sektor Pembangkitan
Bangka Belitung secara tidak langsung menyebabkan hilangnya jam kerja pegawai
dimana mengakibatkan kurangnya tenaga kerja yang menyebabkan pegawai tersebut
terganggu dalam menyelesaikan pekerjaan yang ditargetkan sehingga berdampak
pada kinerja pegawai lapangan PT.PLN (Persero) Sektor Pembangkitan Bangka
Peneliti juga melakukan survei awal terbatas kepada 15 responden mengenai
keselamatan kerja yang ada di PT.PLN (Persero) Sektor Pembangkitan Bangka
Belitung. Berikut hasil yang disajikan pada tabel:
Tabel I.5 Hasil Pra Survei Penelitian Keselamatan Kerja Terhadap 15 Orang Responden pada PT.PLN (Persero) Sektor Pembangkitan Bangka Belitung
No Pertanyaan Jawaban Persentase (%)
1
2
Kondisi tempat kerja sudah membuat saya merasa aman.
Ketentuan atau peraturan kerja yang telah diterapkan sudah membuat saya merasa aman.
Berdasarkan jawaban responden pada hasil survei awal pra penelitian yang
dilakukan oleh peneliti terhadap 15 responden didominasi jawaban tidak. Dari
pertanyaan pertama 3 orang menjawab ya, 6 orang menjawab ragu-ragu dan 6 orang
menjawab tidak. Sedangkan untuk pertanyaan kedua, 3 orang menjawab ya, 5 orang
menjawab ragu-ragu dan 7 orang menjawab tidak. Dari hasil pra survei tersebut dapat
dilihat bahwa kondisi tempat kerja dan peraturan kerja masih menjadi masalah
keamanan bagi para pegawai.
masuk kerja tidak sesuai dengan hari kerja yang mestinya masuk kerja pada hari
senin sampai dengan hari jum’at, namun masih ada pegawai yang masuk kerja pada
hari libur seperti hari sabtu, minggu dan libur dan hari besar seperti hari raya
keagamaan. Ini dikarenakan ada kerusakan atau panggilan dari atasan untuk
memperbaiki kerusakan. Hal ini tentu menambah beban kerja pegawai, dimana
pegawai mengalami kurang istirahat, kurang tidur dan merasa terbebani karena pada
hari libur pun masih bekerja. Sesuai dengan standar waktu yang telah di tentukan oleh
Undang-Undang No.13 tahun 2003 pasal 77 tentang ketenagakerjaan yaitu
mewajibkan setiap pengusaha untuk melakukan ketentuan jam kerja pegawai
sebanyak 8 jam sehari dan 40 jam/minggu dengan 5 hari kerja. Namun untuk
mengantisipasi tingginya beban kerja pihak perusahaan telah memberikan
kompensasi dalam bentuk financial maupun non financial, kompensai financial
berupa uang tambahan, jaminan kesehatan kerja, sedangkan untuk kompensasi non financialberupa jaminan keselamatan kerja.
Berbeda halnya dengan shift kerja, dimana shift kerja adalah pembagian
waktu kerja berdasarkan waktu tertentu yang dilakukan pegawai secara bergantian.
Berikut data shift kerja pegawai lapangan PT. PLN (Persero) Sektor Pembangkitan
Tabel I.7 Data Shift Kerja Pegawai Lapangan Pada PT. PLN (Persero) Sektor Pembangkitan Bangka Belitung
Unit kerja Jam kerja per Shift (hari senin – hari jum’at)
Jumlah pegawai
Pagi (08.00-15.59)
Sore (16.00-23.59)
Malam (00.00-07.59)
Enginner 3 3 3 9
Operasi sis.penyaluran 7 8 8 23
Operasi pemeliharaan 6 6 7 19
Sumber: Data diolah peneliti, 2017
Berdasarkan tabel I.7 data shift kerja pegawai lapangan pada PT. PLN
(Persero) Sektor Pembangkitan Bangka Belitung diketahui bahwa sihft kerja pada
unit kerja bagian enginner di shift kerja pagi (08.00-15.59) sebanyak 3 orang, di shift
kerja sore (16.00-23.59) sebanyak 3 orang dan pada shift kerja malam (00.00-07.59)
sebanyak 3 orang. Pada unit kerja bagian operasi sis. penyaluran di shift kerja pagi
(08.00-15.59) sebanyak 7 orang, di shift kerja sore (16.00-23.59) sebanyak 8 orang
dan shift kerja malam (00.00-07.59) sebanyak 8 orang. Sedangkan pada unit kerja
bagian operasi pemeliharaan di shift kerja pagi (08.00-15.59) sebanyak 6 orang, pada
shift kerja sore (16.00-23.59) sebanyak 6 orang dan shift kerja malam (00.00-07.59)
sebanyak 7 orang.
Selain itu juga, hasil pra penelitian menunjukan bahwa kinerja di duga
menurun karena beban kerja pegawai. Peneliti juga melakukan survei awal terbatas
terhadap 15 responden mengenai beban kerja di PT.PLN (Persero) Sektor
terhadap 15 responden pada PT.PLN (Persero) Sektor Pembangkitan Bangka
Belitung:
Tabel I.8 Hasil Pra Survei Penelitian Beban Kerja Terhadap 15 Responden pada PT.PLN (Persero) Sektor Pembangkitan Bangka Belitung
No Pertanyaan Jawaban Persentase (%)
1
2
Saya merasa dapat mengerjakan pekerjaan sesuai dengan tingkat kesulitan yang diberikan perusahaan.
Saya merasa waktu istirahat yang diberikan perusahaan sudah baik.
Berdasarkan jawaban responden pada hasil survei awal pra penelitian yang
dilakukan oleh peneliti terhadap 15 orang pegawai didominasi jawaban tidak. Dari
pertanyaan pertama 3 orang menjawab ya, 5 orang menjawab ragu-ragu dan 7 orang
menjawab tidak. Sedangkan untuk pertanyaan kedua, 2 orang menjawab ya, 5 orang
menjawab ragu-ragu dan 8 orang menjawab tidak. Dari hasil pra survei tersebut dapat
dilihat bahwa beban pekerjaan yang diberikan oleh perusahaan tidak sesuai dengan
kemampuan dan mengganggu jam istirahat pegawai.
Berdasarkan informasi yang peneliti peroleh melalui wawancara denganHRD (Human Resources Devlopment) PT.PLN (Persero) Sektor Pembangkitan Bangka Belitung, dilihat dari faktor permasalahan baik dari keselamatan kerja dan beban
mempengaruhi dan memberi dampak buruk terhadap kinerja. Sehingga perlu adanya
penanganan yang insentif untuk lebih meningkatkan keselamatan kerja pegawai demi
tercapainya keamanan baik dari kondisi tempat kerja itu sendiri. Pemimpin juga harus
lebih memperhatikan permasalahan beban kerja pegawai yang masih terjadinya
lembur akibat beban kerja yang lumayan tinggi, agar pegawai dapat memenuhi target
yang diharapkan dalam mencapai sasaran dan tujuan perusahaan.
Berdasarkan uraian masalah di atas, diduga terdapat masalah dalam kinerja
maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian lebih jauh dengan judul
“Pengaruh Keselamatan Kerja dan Beban Kerja terhadap Kinerja Pegawai
Lapangan PT.PLN (Persero) Sektor Pembangkitan Bangka Belitung”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka dapat
dikemukakan perumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Bagaimana gambaran keselamatan kerja, beban kerja dan kinerja pegawai
lapangan PT.PLN (Persero) Sektor Pembangkitan Bangka Belitung?
2. Apakah keselamatan kerja berpengaruh terhadap kinerja pegawai lapangan
PT.PLN (Persero) Sektor Pembangkitan Bangka Belitung?
3. Apakah beban kerja berpengaruh terhadap kinerja pegawai lapangan PT.PLN
4. Apakah keselamatan kerja dan beban kerja berpengaruh terhadap kinerja pegawai
lapangan PT.PLN (Persero) Sektor Pembangkitan Bangka Belitung?
1.3 Batasan Masalah
Batasan masalah ini bertujuan untuk memberikan ruang lingkup agar masalah
tidak terlalu luas, sehingga pembahasan terarah dan terfokus guna memperoleh
gambaran yang jelas mengenai masalah yang akan diteliti, selain keterbatasan
waktu dan biaya, peneliti membatasi penyajian yang akan diteliti hanya pada
variabel keselamatan kerja, beban kerja serta kinerja. Objek penelitian ini adalah
PT.PLN (Persero) Sektor Pembangkitan Bangka Belitung. Yang dilakukan pada
tanggal 29 November 2016 sampai dengan selesai.
1.4 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk menggambarkan tentang keselamatan kerja, beban kerja dan kinerja
pegawai lapangan PT.PLN (Persero) Sektor Pembangkitan Bangka Belitung.
2. Untuk mengidentifikasi dan mengkaji pengaruh keselamatan kerja terhadap
kinerja pegawai lapangan PT.PLN (Persero) Sektor Pembangkitan Bangka
Belitung.
3. Untuk mengidentifikasi dan mengkaji pengaruh beban kerja terhadap kinerja
4. Untuk mengidentifikasi dan mengkaji pengaruh keselamatan kerja dan beban
kerja terhadap kinerja pegawai lapangan PT.PLN (Persero) Sektor Pembangkitan
Bangka Belitung.
1.5 Manfaat penelitian
Adapun manfaat penelitian ini sebagai berikut:
1. Bagi perusahaan
Sebagai bahan masukkan dan pertimbangan bagi perusahaan mengenai sejauh
mana pengaruh keselamatan kerja dan beban kerja terhadap kinerja pegawai
lapangan PT.PLN (Persero) Sektor Pembangkitan.
2. Bagi peneliti selanjutnya
Dapat dijadikan referensi dalam melakukan kajian atau penelitian dengan pokok
permasalahan yang sama.
3. Bagi peneliti
Menambah pengetahuan dan wawasan mengenai kenyataan di dunia usaha
dibandingkan dengan teori yang didapat di bangku kuliah khususnya tentang
keselamatan kerja dan beban kerja terhadap kinerja pegawai lapangan PT.PLN
1.6 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisi tentang uraian latar belakang masalah, perumusan masalah,
batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika
penulisan.
BAB II LANDASAN TEORI
Bab ini menguraikan tentang landasan teori yang mendasari
penelitian-penelitian terdahulu, kerangka pemikiran dan pengembangan hipotesis.
BAB III METODE PENELITIAN
Bab ini berisi tentang pendekatan penelitian, populasi dan sampel penelitian,
jenis dan sumber data, metode pengumpulan data, variabel penelitian dan
definisi operasional variabel, dan metode analisis data yang digunakan
untuk menguji hipotesis.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Bab ini berisi tentang hasil penelitian dan pembahasan mengenai deskripsi
objek penelitian yang terdiri dari deskripsi variabel dependen dan
independen, analisis data, dan interpretasi terhadap hasil analisis
BAB V PENUTUP
Bab penutup berisi kesimpulan dan saran. Kesimpulan secara garis
besarnya merupakan temuan pokok, serta dikemukakan pula implikasi dari
hasil pembahasan. Sedangkan saran merupakan implementasi dari
penemuan-penemuan ataupun rekomendasi tentang studi lanjutan dan
kebijakan-kebijakan yang akan datang.
DAFTAR PUSTAKA