• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN HASIL BELAJAR AKIDAH AKHLAK MATERI AKHLAK TERPUJI MENGGUNAKAN METODE SOSIODRAMA PADA SISWA KELAS XI SEMESTER I DI MADRASAH ALIYAH NEGERI (MAN) SURUH KAB. SEMARANG TAHUN PELAJARAN 2017/2018 - Test Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PENINGKATAN HASIL BELAJAR AKIDAH AKHLAK MATERI AKHLAK TERPUJI MENGGUNAKAN METODE SOSIODRAMA PADA SISWA KELAS XI SEMESTER I DI MADRASAH ALIYAH NEGERI (MAN) SURUH KAB. SEMARANG TAHUN PELAJARAN 2017/2018 - Test Repository"

Copied!
150
0
0

Teks penuh

(1)

i

PENINGKATAN HASIL BELAJAR AKIDAH AKHLAK MATERI AKHLAK TERPUJI MENGGUNAKAN METODE SOSIODRAMA

PADA SISWA KELAS XI SEMESTER I DI MADRASAH ALIYAH NEGERI (MAN) SURUH KAB. SEMARANG TAHUN PELAJARAN 2017/2018

Diajukan untuk Memperoleh

Gelar Sarjana Pendidikan

Disusun Oleh :

ARIF FATKHURROHMAN

NIM.111-14-081

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)

vii MOTTO

Maka sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.

sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.

(8)

viii

PERSEMBAHAN

Skripsi ini kupersembahkan untuk:

1. Ayahku Muh Maryanto dan ibu Tabsiroh tercinta, yang selalu dengan sabar mencurahkan kasih sayang, dukungan, dan doa yang tak pernah putus untuk penulis.

2. Kakakku tersayang Agus Sulistyanto, S.Pd.I dan Dwi Arifah Sulistyana, AMK yang selalu memberi kebutuhan finansial dan dukungan sehingga terselesainya skripsi ini dengan lancar

3. Adikku tercinta Tiyas Hidayanto yang senantiasa menghibur dan mensuport sehingga terselesainya skripsi ini dengan baik

4. Spesial Drs. Sutrisna, M.Pd, yang tidak henti-hentinya membimbing dan meluangkan waktunyasehingga terselesainya skripsi ini

5. Seluruh Dewan Guru dan Staff MAN Suruh yang sudah berkenan membimbing dan memberi masukkan saat beralngsungnya penelitian

6. Pak Eko Haryanto, S,Pd.I Terima kasih atas ide-ide kreatifnya sehingga skripsi dapat tersusun dengan baik.

(9)

ix

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT, Tuhan semesta alam pencipta langit dan bumi beserta isinya yang telah memberikan segala rahmat, taufik dan hidayah-Nya kepada

penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.

Shalawat serta salam penulis sampaikan kepada pemimpin umat dan penutup para Rasul, Muhammad SAW yang telah membimbing dan mendidik manusia dari

masa kegelapan menuju masa yang sangat terang benderang dengan syariatnya yang lurus.

Skripsi yang berjudul “Peningkatan Hasil Belajar Akidah Akhlak materi

Akhlak TerpujiMenggunakan Metode Sosiodrama pada Siswa kelas XI semester I di Madrasah Aliyah Negeri (MAN)Suruh Kabupaten Semarang Tahun 2017” ini,

diajukan untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) pada Institut Agama Islam Negeri ( IAIN ) Salatiga.

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari bahwa banyak bantuan yang telah diberikan dari berbagai pihak, baik berupa material, maupun spiritual. Selanjutnya penulis haturkan ucapan terima kasih dan penghargaan

setinggi-tingginya kepada :

1. Dr.H. Rahmat Hariyadi, M.Pd selaku Rektor Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga

(10)

x

3. Ibu Siti Rukhayati, M. Ag selaku Ketua Program Pendidikan Agama Islam (PAI) 4. Drs. Sutrisna, M.Pdselaku Dosen Pembimbing yang telah berkenan meluangkan

waktu dan pikiran untuk membimbing penulis dalam penulisan skripsi ini.

5. Seluruh Dosen dan Karyawan IAIN Salatiga yang telah banyak membantu selama

kuliah hingga menyelesaikan skripsi

6. Ayahku Muh Maryanto dan ibu Tabsiroh tercinta, yang selalu dengan sabar

mencurahkan kasih sayang, dukungan, dan doa yang tak pernah putus untuk penulis.

7. Sahabat-sahabatku PAI angkatan 2014 yang telah menemani hari-hari saat kuliah

di IAIN Salatiga.

Semoga segala amal yang telah diperbuat akan menjadi amal saleh, yang akan mendaptakan pahala yang setimpal dari Allah SWT, kelak dikemudian hari. Akhirnya, penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat.Amin.ya rabbal ‘alamin

Salatiga, 18 Juli 2017 Yang menyatakan

(11)

xi ABSTRAK

Fathkurrohman, Arif. 2017. Peningkatan Hasil Belajar Akidah Akhlak materi Akhlak Terpuji menggunakan Metode Sosiodrama pada Siswa kelas XI semester I di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Suruh Kab. Semarang Tahun Pelajaran 2017/2018. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK) Pendidikan Agama Islam (PAI).Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga.

Kata Kunci: Hasil Belajar Akidah Akhlak, Metode Sosiodrama

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa menggunakan metode sosiodrama mata pelajaran Akidah Akhlak pokok materi khlak Terpuji di kelas XI di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Suruh Kec. Suruh Kab. Semarang Tahun Pelajaran 2017/2018.

Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action

Research). “ penelitian tindakan kelas merupakan penelitian yang dilakukan guru

di kelas atau di sekolahan tempat ia mengajar dengan penekanan pada penyempurnaan atau peningkatan proses dan praktik pembelajaran

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dalam pelaksanaan pembelajaran aqidah akhlak dengan menggunakan metode sosiodrama pada kelas XI MAN Suruh Kab. Semarang adalah penerapan metode sosiodrama sangat cocok untuk mata pelajaran AqidahAkhlak kelas XI MAN Suruh Kab. Semarang, hal ini bukan disebabkan karena sistem pengajaran yang diulang-ulang, tetapi karena adanya strategi dalam setting kelas yang dapat meningkatkan pemahaman siswa, sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

(12)

xii

A. Latar Belakang Masalah ...

B. Rumusan Masalah ...

C. Tujuan Penelitian ...

D. Manfaat Penelitian ...

E. Hipotesis ...

F. Definisi Operasional ...

G. Metode Penelitian ...

H. Teknik Analisis Data...

I. Sistematika Penulisan...

4. Instrumen Hasil Belajar ………...

(13)

xiii

5. Bentuk-bentuk Tes ………... 6. Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar ………. 7. Aspek- Aspek Hasil Belajar ………. B. Pendidikan Agama Islam Di SMA ……….……….

1. Pengertian Agama Islam ………...

2. TujuanPendidikan Agama Islam ……….…….

3. RuangLingkupMata PelajaranPendidikan Agama Islam Di

SMA ………..

4. Kelebihan Dan KelemahanMetodeSosiodrama ………

5. Langkah- LangkahMetodeSosiodrama ………

6. Penelitian Yang Relevan ……..………....

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN

A. SubyekPenelitian ………...

1. SubyekPenelitian ……….

2. JenisKelaminResponden …………...………

B. HasilPenelitian ………..

1. DeskripsiAwal( PraSiklus ) ………...

2. DeskripsiSiklus I ……….

3. DeskripsiSiklus II ………

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

(14)

xiv

HALAMAN JUDUL………. i

HALAMAN BERLOGO………... ii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING……….. iii

HALAMAN PENGESAHAN………... iv

4. Rekapitulasi PraSiklus, Siklus I, Siklus II ………..

(15)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Pendidikan merupakan suatu upaya mewariskan nilai, yang akan menjadi penolong dan penuntun dalam menjalani kehidupan, sekaligus untuk

memperbaiki nasib dan peradaban umat manusia yang bisa dilakukan sejak masih dalam kandungan. Begitu pentingnya pendidikan bagi kita, tak dapat

kita bayangkan misalnya tanpa pendidikan, manusia sekarang tidak akan berbeda dengan manusia zaman dahulu, bahkan mungkin akan lebih rendah

kualitas peradabannya.

Proses belajar mengajar yang diselenggarakan di sekolah atau lembaga formal, dimaksudkan untuk mengarahkan perubahan diri siswa secara

terencana, baik perubahan dalam pengetahuan, pemahaman dan keterampilan atau sikap. Proses belajar mengajar di sekolah atau di lembaga formal sangat

dipengaruhi oleh lingkungan belajar. Lingkungan belajar tersebut antara lain meliputi: siswa, guru, karyawan sekolah, bahan atau materi pelajaran (buku paket, majalah, makalah), sumber belajar lain yang mendukung dan fasilitas

belajar (laboratorium, pusat sumber belajar, perpustakaan yang lengkap, media dan lain sebagainya).

(16)

2

pelajaran, mempergunakan dan mengembangkan media pendidikan serta mampu memilih metode yang bervariatif dan efektif.

Proses belajar mengajar pemilihan metode merupakan hal sangat penting agar proses belajar mengajar dapat efektif dan efisien, maka seorang guru harus

dapat menentukan metode mengajar yang tepat sesuai dengan konsep atau materi pembelajaran yang akan diajarkan.

Kegiatan belajar mengajar siswa di Madrasah Aliyah Negeri (MAN)

Suruh banyak respon siswa di kelas XI yang kurang begitu tertarik terhadap pelajaran Akidah Akhlak dibandingkan dengan pelajaran yang lainnya. Hal ini

akan berimbas kepada nilai siswa ketika siswa kurang begitu tertarik, siswa tidak memiliki semangat untuk belajar dan ketika siswa tidak mengerti, maka secara otomatis pemahaman siswa kurang terhadap suatu materi, yang akan

mempengaruhi hasil belajar siswa. Sedangkan Pendidikan aqidah akhlak adalah sub mata pelajaran pada jenjang pendidikan Dasar yang membahas

ajaran agama Islam dalam segi aqidah dan akhlak. Mata pelajaran Agama memberikan bimbingan kepada siswa agar memahami, menghayati, meyakini kebenaran ajaran Islam, serta bersedia mengamalkannya dalam kehidupan

sehari-hari.

Hasil belajar sangat penting bagi siswa karena hasil belajar merupakan

(17)

3

apabila nilai siswa dari hari ke hari semakin baik dari pada nilai evaluasi sebelumnya.

Melihat kondisi tersebut peneliti sangat prihatin, sehingga peneliti berusaha mencari solusi agar tujuan pembelajaran yang diinginkan dapat

tercapai. Dalam hal ini guru sebagai salah satu sumber belajar berkewajiban menciptakan lingkungan belajar yang kreatif dalam kegiatan belajar peserta didik di kelas, agar mereka memiliki dorongan dalam belajar materi pelajaran

Aqidah Akhlak.

Karena pentingnya hasil belajar yang harus dimiliki oleh siswa maka

peneliti mengambil suatu penelitian tentang tindakan kelas yang cocok untuk mengatasi masalah-masalah tersebut sebagai solusi untuk mengatasi masalah hasil belajar siswa kelas XI Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Suruh khususnya

pada mata pelajaran Akidah Akhlak materi Akhlak Terpuji. Salah satu kegiatan atau cara yang harus peneliti lakukan ialah melakukan pemilihan dan

penentuan metode yang sesuai, yang akan dipilih untuk mencapai tujuan pembelajaran. Boleh jadi dari sekian keadaan salah satu penyebabnya adalah faktor metode. Karena tidak adanya penggunaan penerapan metode yang tidak

sesuai dengan tujuan pengajaran akan menjadi kendala dalam mencapai tujuan yang telah dirumuskan.

(18)

4

khususnya pelajaran Akidah Akhlak. Kondisi tersebut juga terjadi di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Suruh. Perhatian terhadap pelajaran dan hasil belajar

masih jauh dari yang diharapkan. Sehingga menjadi dorongan peneliti untuk melaksanakan penelitian, dengan menggunakan metode sosiodrama, dalam

menyampaikan materi supaya dapat meningkatkan Hasil Belajar Akidah Akhlak. Dengan harapan dapat meningkatkan mutu pembelajaran, khususnya agama dan umumnya pada pelajaran yang lain. Dan peneliti menerapkan

metode sosiodrama dalam proses pembelajaran.

Mencapai maksud tersebut guru peneliti mengadakan penelitian dengan

mengambil judul:

Peningkatan Hasil Belajar Akidah Akhlak materi Akhlak

Terpuji menggunakan Metode Sosiodrama pada Siswa kelas XI semester I di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Suruh Kab. Semarang Tahun

Pelajaran 2017/2018”.

B.Rumusan Masalah

Berdasarkan penjelasan latar belakang masalah di atas, maka dapat diambil sebuah rumusan masalah yaitu: Apakah penggunaan Metode

Sosiodrama pada mata pelajaran Akidah Akhlak materi Akhlak Terpuji dapat meningkatkan hasil belajar siswa di kelas XI di Madrasah Aliyah Negeri

(19)

5 C.Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dijabarkan maka penelitian ini

bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa menggunakan metode sosiodrama mata pelajaran Akidah Akhlak pokok materi khlak Terpuji di kelas

XI di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Suruh Kec. Suruh Kab. Semarang Tahun Pelajaran 2017/2018.

D.Manfaat Penelitian

Penelitian ini diupayakan mempunyai manfaat sebagai berikut: 1. Secara Teoritis

Penelitian ini mendukung teori yang sudah ada dan dapat membantu meningkatkan kemampuan hasil belajar siswa mata pelajaran Akidah Akhlak pokok bahasan Akhlak Terpuji menggunakan metode

sosiodrama dalam proses pembelajaran. 2. Secara Praktis

Hasil penelitian ini bermanfaat bagi berbagai pihak, yaitu:

a. Bagi guru, hasil penelitian ini dapat digunakan untuk menambah strategi baru yang tepat dalam meningkatkan kemampuan hasil belajar siswa

mata pelajaran Akidah Akhlak pokok bahasan Akhlak Terpuji menggunakan metode sosiodrama.

(20)

6

mental yang kuat, termotivasi dan menjadikan siswa mampu bersikap kritis terhadap hasil belajar.

c. Bagi sekolah, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan positif terhadap penggunaan metode sosiodrama untuk meningkatkan

hasil belajar.

E.Hipotesis Penelitian dan Indikator Keberhasilan 1. Hipotesis Penelitian

Hipotesis penelitian mempunyai fungsi memberikan jawaban sementara terhadap rumusan masalah atau research questions (Muhammad

Joko Susilo, 2007:206).

Hipotesis dalam penelitian ini adalah penggunaan Metode Sosiodrama pada mata pelajaran Akidah Akhlak materi Akhlak Terpuji

dapat meningkatkan hasil belajar siswa di kelas XI di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Suruh Kec. Suruh Kab. Semarang Tahun Pelajaran

2017/2018.

2. Indikator Ketercapaian Penelitian

Indikator pencapaian dalam penelitian tindakan Kelas XI ini adalah

meningkatnya hasil belajar peserta didik. apabila peserta didik mampu memperoleh nilai dengan KKM 75 dan meningkatnya hasil belajar ditandai

(21)

7 F. Definisi Operasional

Untuk menghindari penafsiran yang salah dan pemahaman yang

berbeda pada judul di atas, maka penulis perlu menjelaskan berbagai berikut: 1. Hasil Belajar

Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki peserta didik setelah ia menerima pengalaman belajarnya (Sudjana, 2002: 22).

Jadi, hasil belajar merupakan penguasaan ketrampilan dan yang

dimiliki oleh siswa dalam mata pelajaran yang ditunjukkan dengan tes atau nilai yang diberikan oleh guru serta kemampuan perubahan sikap/tingkah

laku yang diperoleh siswa melalui kegiatan belajar. 2. Akhlak Terpuji

Akhlak Terpuji atau Akhlaq al Karimah atau disebut juga akhlak

Islamiyah adalah suatu sistem akhlak yang berpedoman kepada Al Qur'an dan Hadits. Dengan demikian kriteria baik dan buruknya suatu perbuatan

tidak lepas dari garis Al Qur'an dan Hadits (Mulyadi, 1997:9).

Jadi, Akhlak Terpuji adalah akhlak yang baik atau terpuji. Semua manusia harus memiliki sifat Akhlak Terpuji ketika hidup di dunia. Akhlak

Terpuji atau Akhlak mulia atau sikap terpuji yaitu suatu sikap yang baik sesuai dengan ajaran agama islam. bagi seseorang yang memiliki Akhlak

(22)

8 3. Sosiodrama

Sosiodrama merupakan dramatisasi dari berbagai persoalan yang

dapat timbul dalam pergaulan dengan oran-orang lain, termasuk konflik yang sering dialami dalam pergaulan sosial Walker & Shea (dalam

Komalasari, Dkk, 2011:55).

Jadi, metode sosiodrama merupakan metode mengajar dengan cara mempertunjukan kepada siswa tentang masalah-masalah, caranya dengan

mempertunjukan dan didramatisirkan oleh siswa dibawah pimpinan guru. G.Metode Penelitian

1. Bentuk Penelitian

Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (Classroom

Action Research). “ penelitian tindakan kelas merupakan penelitian yang

dilakukan guru di kelas atau di sekolahan tempat ia mengajar dengan penekanan pada penyempurnaan atau peningkatan proses dan praktik

pembelajaran (Suharsimi Arikunto, 2006 :10).

Penelitian ini dilakukan secara kolaboratif, artinya peneliti melakuan penelitian ini dengan berkolaborasi atau bekerja sama dengan Guru kelas XI

Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Suruh Kec. Suruh. Guru sebagai pelaku tindakan sedangkan peneliti sebagai pelaku pengamatan terhadap

(23)

9 2. Prosedur Penelitian Tindakan Kelas

Prosedur Penelitian Tindakan Kelas ini terdiri dari beberapa tahap.

Secara rinci digambarkan sebagai berikut: a. Deskripsi Pra Siklus

Sebelum penelitian tindakan kelas peneliti berkoordinasi dengan Guru Mapel Akidah Akhlak terkait kondisi dan keadaan belajar siswa. Pra Siklus dalam penelitian ini adalah hasil test XI Madrasah Aliyah

Negeri (MAN) Suruh Kec. Suruh pelajaran Akhlak Terpuji. sebelum dilakukan tindakan dengan menggunakan metode Sosiodrama.

b. Deskripsi Pelaksanaan Siklus I

Siklus I penelitian dilaksanakan pada minggu ke-2 bulan Nopember 2017 dengan pokok bahasan adab berpakaian dan adab

menerima tamu. Tahapan dan langkah-langkah yang dilakukan peneliti adalah sebagai berikut:

1) Perencanaan

Dalam tahap perencanaan ini tercakup kegiatan sebagai berikut:

1) Refleksi awal, yaitu peneliti melakukan perenungan berdasarkan evaluasi terhadap pembelajaran Agama materi Akhlak Terpuji yang

selama ini dilakukan.

(24)

10

3) Menyusun RPP sesuai dengan pokok bahasan, dan instrument pengumpulan data selama penelitian tindakan ini dilaksanakan.

4) Menyusun naskah drama yang sesuai dengan pokok bahasan. 5) Memilih siswa yang akan memainkan peran tokoh dalam naskah

drama.

6) Memberikan naskah drama kepada masing-masing siswa yang telah ditunjuk untuk bermain peran.

7) Metode yang digunakan adalah metode sosiodrama. 2) Pelaksanaan

Pelaksanaan peneliti menerapkan strategi pembelajaran sesuai dengan RPP, menggunakan Metode Sosiodrama, pokok bahasan yang diajarkan adalah adab berpakaian dan adab menerima

tamu. Langkah-langkah pelaksanaan meliputi : a) Guru mengucapkan salam pembuka

b) Appersepsi dan menanyakan materi yang sudah dipelajari di rumah.

c) Guru menjelaskan tujuan dari pembelajaran mengenai pokok

bahasan adab berpakaian dan adab menerima tamu d) Membaca naskah drama

e) Bertanya jawab seputar isi dari naskah drama

(25)

11

g) Bersama siswa membuat kesimpulan

h) Melaksanakan evaluasi untuk mengetahui pengetahuan siswa

tentang adab berpakaian dan adab menerima tamu dengan menggunakan Metode Sosiodrama.

i) Dicocokkan secara silang, setelah diketahui hasilnya kemudian guru memberi tugas untuk pertemuan yang akan datang

j) Siswa diberikan naskah drama untuk dipelajari di rumah

k) Guru memberi motivasi l) Salam penutup

3) Observasi

Sesuai dengan tujuan penelitian ini, yaitu untuk mengetahui efektifitas metode sosiodrama dalam pembelajaran Agama dan untuk

mengetahui tingkat ketuntasan belajar (SKM) maka observasi difokuskan pada perhatian siswa, keaktifan siswa, dan hasil belajar

siswa terhadap penggunaan metode sosiodrama. Untuk melakukan observasi terhadap situasi kelas pada saat pembelajaran peneliti melaksanakan sendiri.

4) Tes

Tes ini dilakukan untuk mengetahui sejauhmana penguasaan

(26)

12

Negeri (MAN) Suruh sebagai evaluasi setelah proses tindakan berlangsung.

5) Refleksi

Refleksi dilakukan berdasarkan hasil pengamatan situasi

pembelajaran dan hasil peningkatan perhatian, keaktifan dan hasil belajar di akhir pembelajaran. Berdasarkan hasil pengamatan terhadap situasi pembelajaran pada siklus I belum menunjukkan hasil yang

memuaskan. Ada beberapa siswa yang kurang memperhatikan, siswa cenderung berbicara dengan teman sebelah, sebagian siswa ada yang

sibuk sendiri dengan mengerjakan tugas mata pelajaran yang lain, beberapa siswa belum bisa memahami isi naskah drama yang telah disajikan, keaktifan siswa masih kurang, sebagian siswa cenderung

pasif masih takut ataupun malu bertanya terhadap guru tentang materi yang telah disampaikan, hasil belajar siswa belum mencapai Standar

Ketuntasan Belajar Minimal yang telah ditentukan oleh madrasah, maka dapat diketahui bahwa pembelajaran Agama dengan metode sosiodrama belum dapat meningkatkan perhatian, keaktifan,

dan hasil belajar siswa. Kelemahan-kelemahan dalam menggunakan metode sosiodrama adalah waktunya terlalu panjang atau memakan

(27)

13

Berdasarkan hal-hal di atas, pada siklus II peneliti menugaskan kepada siswa untuk mempelajari naskah drama di rumah.

Hal ini bertujuan agar materi atau naskah drama benar-benar bisa dipahami siswa, siswa bisa mengetahui watak dari masing-masing

tokoh dan mengetahui isi drama. c. Deskripsi Pelaksanaan Siklus II

Siklus II penelitian dilaksanakan pada minggu ketiga bulan

Nopember 2017 dengan materi pokok Adab berpakaian dan adab menerima tamu, dengan indikator pencapaian “memahami manfaat Adab

berpakaian dan adab menerima tamu dalam kehidupan sehari-hari”. Tahapan dan langkah-langkah yang dilakukan peneliti adalah sebagai berikut:

1) Perencanaan

a) Refleksi dari hasil siklus pertama

b) Penentuan fokus permasalahan dan pengkajian teori untuk memilih solusi bagi permasalahan yang dihadapi dalam pembelajaran. c) Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran sesuai dengan pokok

bahasan dilengkapi dengan instrumen pengumpulan data selama penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan

d) Mengatur kelas agar siswa bisa lebih nyaman dalam proses pembelajaran

(28)

14

f) Mengumpulkan naskah drama yang telah dipelajari siswa

g) Beberapa siswa memainkan peran tanpa menggunakan naskah

drama

h) Menggunakan metode sosiodrama

2) Pelaksanaan Tindakan

Pelaksanaan tindakan sesuai dengan skenario pembelajaran. Langkah-langkah pembelajaran yang ditempuh adalah:

a) Guru mengucapkan salam

b) Apersepsi : menanyakan pelajaran minggu lalu.

c) Siswa menyusun tempat duduk biar lebih memperhatikan.

d) Guru menjelaskan tujuan dari pembelajaran menganai pokok bahasan adab berpakaian dan adab menerima tamu dengan

indikator pencapaian mengidentifikasi manfaat Adab berpakaian dan adab menerima tamu dalam kehidupan sehari-hari.

e) Melaksanakan drama tanpa menggunakan teks

f) Siswa memberikan tanggapan terhadap penampilan drama yang telah disajikan

g) Guru melakukan tanya jawab seputar materi h) Bersama siswa guru membuat kesimpulan.

i) Melaksanakan evaluasi

(29)

15

k) Guru memberikan tugas kepada siswa untuk mempelajari kembali naskah drama yang telah diberikan

l) Guru memberikan motivasi kepada siswa m)Salam penutup

3) Observasi

Sesuai dengan tujuan pembelajaran pada siklus I, maka observasi pada siklus II ini masih peneliti fokuskan pada perhatian

siswa, keaktifan, dan hasil belajar siswa terhadap pembelajaran dengan menggunakan metode sosiodrama.

4) Tes

Tes ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana penguasaan dan pemahaman siswa terhadap materi pelajaran Akidah Akhlak

dengan materi Akhlak Terpuji setelah melaksanakan tindakan metode sosiodrama pada siklus II sebagai evaluasi setelah proses tindakan

berlangsung. 5) Refleksi

Berdasarkan hasil pengamatan terhadap situasi pembelajaran

pada siklus kedua ini menunjukkan adanya peningkatan dari siklus I yaitu siswa lebih memperhatikan, siswa lebih tertarik dalam mengikuti

(30)

16

lebih baik dari siklus I serta Standar Ketuntasan Belajar Mengajar bsudah tercapai, untuk itu peneliti menghentikan pembelajaran pada

siklus II. 3. Setting Penelitian

a. Tempat penelitian

Penelitian ini direncanakan mengambil lokasi di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Suruh. Alamat Jl. Raya Karanggede - Suruh, Reksosari,

Suruh, Semarang, Jawa Tengah 50776, Indonesia. b. Waktu Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan bulan Nopember 2017, yang meliputi keseluruhan kegiatan penelitian dari penemuan masalah hingga pelaksanaan tindakan.

c. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas Madrasah Aliyah Negeri

(MAN) Suruh Kec. Suruh dengan jumlah siswa yang dijadikan subjek penelitian adalah 28 siswa.

4. Sumber dan Jenis Data

Sumber dan jenis data yang digunakan dalam penelitian meliputi: a. Kata-Kata dan Tindakan

(31)

17

berlangsung, yaitu mulai dari observasi awal, identifikasi masalah, wawancara, penerapan Sosiodrama, dan refleksi. Kata-kata dan tindakan

dari siswa diperoleh selama penerapan Sosiodrama di dalam kelas meliputi aktivitas selama pembelajaran dan kegiatan siswa bermain peran

di depan kelas. Selain itu, data kata-kata dan tindakan juga diperoleh melalui wawancara dengan guru ataupun siswa.

b. Sumber Tertulis

Sumber tertulis dalam penelitian ini, meliputi hasil evaluasi dan lembar pengamatan yang dituangkan dalam catatan lapangan.

5. Pengumpulan Data

Dalam hal ini, peneliti menggunakan beberapa metode untuk menggali informasi yang dibutuhkan. Metode yang dipakai oleh peneliti

untuk memperoleh informasi antara lain: a. Metode Observasi

Metode observasi adalah tekhnik pengumpulan data yang dilakukan melalui suatu pengamatan, dengan disertai pencatatan-pencatatan terhadap keadaan atau perilaku objek sasaran (Abdurrahmat

Fathoni, 2001:104).

Metode ini digunakan untuk mendapatkan data yang berkaitan

(32)

18 b. Tes

Metode tes adalah metode penyelidikan yang menggunakan

soal-soal, pertanyaan-pertanyaan, atau tugas-tugas lain yang telah distandarisasikan. Dilihat dari caranya orang mengerjakan test

seakan-akan seperti eksperimen, namun kedua metode ini berbeda. Pada eksperimen, orang dengan sengaja menerapkan treatment atau perlakuan dan ingin mengetahui efek dari treatment tersebut. Pada test orang ingin

mengetahui kemampuan-kemampuan ataupun sifat-sifat lain dari testee. Pada test yang penting adalah telah adanya standardisasi di mana ini

tidak terdapat dalam eksperimen (Suharsimi Arikunto, 1980:217-218). Metode tes digunakan untuk mengukur kemampuan dasar dan pencapaian atau prestasi.

Metode tes digunakan untuk mendapatkan hasil belajar siswa yang telah melakukan pembelajaran Agama melalui metode Sosiodrama

sebagai evaluasi setelah proses pembelajaran berlangsung. Tes yang digunakan adalah tes tertulis.

c. Dokumentasi

Dokumentasi terdiri atas tulisan pribadi seperti buku harian, surat-surat dan dokumen resmi (S. Nasution, 2002:85).

(33)

19 H.Teknik Analisis Data

Nilai rata-rata kelas atau siswa suatu kelas dihitung dengan

menggunakan rumus sebagai berikut:

𝑋 =∑ 𝑥𝑛

Keterangan:

X = Nilai Rata − rata

∑ 𝑋 = Jumlah Nilai Siswa

n = Jumlah Siswa

Bila dengan menggunakan rumus diatas menunjukkan adanya nilai rata-rata kelas yang semakin naik, berarti jelas dapat diketahui adanya

keberhasilan dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa kelas XI di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Suruh Kec. Suruh, tetapi jika diketahui

rata-rata kelas semakin rendah/turun berarti penerapan metode tersebut tidak berhasil.

I. Sistematika

Untuk memudahkan penjelasan, pemahaman, dan penelaahan terhadap pokok-pokok permasalahan yang akan dikaji, maka perlu adanya sistematika

penulisan sehingga pembahasan akan lebih sistematis dan runtut.

Bab I Pendahuluan, berisi tentang latar belakang masalah; rumusan masalah; tujuan penelitian; hipotesis; manfaat penelitian; definisi operasional;

(34)

20

penelitian, instrument penelitian, teknik pengumpulan data, analisis data; dan sistematika penulisan.

Bab II Kajian Pustaka, Mencakup konsep-konsep dan teori tentang: Pengertian Hasil Belajar, Ruang lingkup Pendidikan Agama tingkat SMA,

Materi Akhlak Terpuji serta pengertian Sosiodrama.

Bab III Pelaksanaan Penelitian, berisi tentang profil sekolah, setting (tempat dan waktu penelitian) dan data siswa kelas.

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan, berisi pemaparan mengenai hasil penelitian dan pembahasan.

(35)

21 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A.Hasil Belajar

1. Pengertian hasil belajar

Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki peserta didik setelah ia menerima pengalaman belajarnya (Nana Sudjana, 2002:22).

Bila terjadi proses belajar, maka bersama itu pula terjadi proses mengajar. Hal ini kiranya mudah dipahami, karena bila ada yang belajar sudah barang

tentu ada yang mengajarnya, dan begitu pula sebaiknya kalau ada yang mengajar tentu ada yang belajar. Dari proses belajar mengajar ini akan diperoleh suatu hasil yang pada umumnya disebut hasil belajar. Akan tetapi

supaya memperoleh hasil yang optimal, proses belajar mengajar harus dilakukan dengan sadar dan sengaja serta terorganisasi secara baik

(Sardiman, 2011:19).

Hasil belajar merupakan penguasaan ketrampilan dan yang dimiliki oleh siswa dalam mata pelajaran yang ditunjukkan dengan tes atau nilai

yang diberikan oleh guru serta kemampuan perubahan sikap/tingkah laku yang diperoleh siswa melalui kegiatan belajar.

(36)

22

menunjukkan prestasi belajar baik hasil pengetahuan, perubahan sikap dari yang belum tahu (perubahan tingkah laku). Hasil belajar dapat diketahui

setelah dilakukan evaluasi hasil belajar. Setiap orang yang melakukan suatu kegiatan ingin tahu hasil dari kegiatan yang dilakukannya. Untuk

mengetahui tentang baik buruknya dan proses hasil dan kegiatan pembelajaran, maka seorang guru harus menyelenggarakan evaluasi. Suatu proses belajar mengajar dapat dikatakan berhasil apabila:

a.Daya serap terhadap bahan pengajaran yang diajarkan mencapai prestasi tinggi, baik secara individual maupun kelompok.

b.Perilaku yang digariskan dalam tujuan pengajaran telah dicapai oleh siswa baik secara individu maupun klasikal.

Alat untuk mengukur hasil belajar disebut dengan instrumen

penilaian. Instrumen penilaian merupakan alat bantu yang digunakan guru/penilai untuk mengumpulkan data tentang karakteristik siswa dengan

cara melakukan pengukuran. Dengan melakukan pengukuran kan diperoleh data yang objektif yang diperlukan untuk menilai hasil belajar siswa. Selain itu pekerjaan penilaian menjadi lebih mudah dan hasilnya lebih baik, lebih

cermat, lengkap dan sistematis.

2. Tujuan Belajar

(37)

23 a. Untuk mendapatkan pengetahuan

Hal ini ditandai dengan pemilikan pegetahuan dan kemampuan

berpikir. Kemampuan pengembangan berpikir membutuhkan adanya bahan pengetahuan, dan kemampuan berpikir dapat memperluas

pengetahuan.

b. Penanaman konsep dan keterampilan

Artinya bahwa penanaman konsep atau merumuskan konsep

memerlukan suatu keterampilan baik keterampilan jasmani yang dapat dilihat dan dialami sehingga menitik beratkan pada keterampilan gerak

atau penampilan anggota tubuh seseorang yang sedang belajar, atau keterampilan rohani yang menyangkut persoalan penghayatan dan ketrampilan berpikir serta kreativitas atau penyelesaian dan

merumuskan suatu masalah atau konsep. c. Pembentukan sikap

Guru harus bertindak bijak dalam menumbuhkan sikap mental, perilaku dan pribadi siswa. Guru harus cakap dalam mengarahkan motivasi dan berpikir bahwa pribadi guru harus dipakai seorang uswah

(Kastolani, 2014:67).

3. Ciri – Ciri Belajar

(38)

24

a. Belajar ditandai adanya perubahan tingkah laku.

b. Perubahan tingkah laku dari hasil belajar itu relatif permanen.

c. Perubahan tingkah laku tidak harus dapat diamati pada saat berlangsungnya proses belajar, tetapi perubahan perilaku itu bisa jadi

bersifat potensial.

d. Perubahan tingkah laku itu merupakan hasil latihan atau pengalaman. e. Pengalaman atau latihan itu dapat memberikan penguatan (Lilik

Sriyanti, 2009:18).

Syah (dalam Sriyanti) menjelaskan bahwa perubahan sebagai hasil

belajar itu memiliki tiga ciri, yaitu : a. Perubahan intensional

Perubahan intensional adalah perubahan yang terjadi dalam diri

individu dilakukan dengan sengaja dan disadari. Maksudnya, perubahan sebagai hasil belajar bukanlah suatu kebetulan, akan tetapi perubahan

itu disengaja dan disadari sebelum aktivitas belajar. b. Perubahan itu positif dan aktif

Perubahan sebagai ciri belajar bersifat positif dan aktif. Bersifat

positif maksudnya perubahan itu bersifat baik, bermanfaat, dan sesuai yang diharapkan oleh individu. Perubahan bersifat aktif maksudnya

(39)

25 c. Perubahan itu efektif dan fungsional

Perubahan bersifat efektif, artinya perubahan itu berhasil guna.

Perubahan yang berhasil guna adalah perubahan yang bermakna dan bermanfaat bagi diri individu. Perubahan bersifat fungsional artinya

perbahan itu relatif permanen dan siap dibutuhkan setiap saat (Lilik Sriyanti, 2009:18-19).

4. Instrumen hasil belajar

Secara etimologis, istilah “tes” berasal dari Bahasa Latin ”testum”

yang berarti sebuah piring atau jambangan dari tanah liat. Dalam

pengertian yang luas, tes adalah alat atau instrumen yang dipakai untuk mengukur sesuatu.Dalam konteks pendidikan dan psikologi, istilah tes dikonotasikan sebagai alat atau prosedur sistematis untuk mengukur suatu

sampel tingkah laku (Shodiq Abdullah, 2012:1-2).

Dalam konteks pengukuran dan penilaian, tes mempunyai banyak

pengertian.Tes dapat diartikan sebagai teknik atau instrument pengukuran yang menggunakan serangkaian pertanyaan yang harus dijawab, atau tugas yang harus dilakukan secara khusus untuk mengetahui potensi, kemampuan

dan ketrampilan peserta didik sehingga menghasilkan data atau skor yang dapat diinterpretasikan. Teknik dan instrumen ini dapat digunakan secara

(40)

26 5. Bentuk-bentuk tes

a. Berdasarkan pelaksanaan

1) Paper Based Test (PBT)

Paper Based Test (PBT) atau tes tertulis adalah bentuk tes yang

dalam pelaksanaannya menggunakan kertas atau tulisan sebagai alat bantu, baik untuk soal tes maupun jawaban tes. Tes tertulis dalam pelaksanaannya lebih menekankan pada penggunaan kertas dan pensil

sebagai instrumen utamanya sehingga peserta tes mengerjakan soal atau jawaban ujian pada kertas tertulis, baik dengan tulisan tangan maupun

menggunakan komputer, sehingga ada yang menyebut dengan paper and pencil test.

2) Oral Based Test (OBT)

Oral Based Test (OBT) atau tes lisan merupakan bentuk tes yang

pelaksanaannya dilakukan secara langsung dengan cara berbicara atau

wawancara tatap muka secara langsung antara tester (orang yang diuji/dites).

3) Computer Based Test (CBT)

Computer Based Test (CBT) merupakan tes yang pelaksanaannya

menggunakan alat bantu komputer. Perbedaannya dengan tes tertulis

(41)

27

Sistem skoring atau koreksi langsung dilakukan oleh computer (Eko Putro Widoyoko, 2014: 51-54).

b. Berdasarkan sistem penskoran 1) Tes objektif

Tes objektif memiliki arti siapa saja yang memeriksa lembar jawaban tes akan menghasilkan skor yang sama. Skor tes ditentukan oleh jawaban peserta tes. Karena bersifat objektif, maka tidak perlu harus

dilakukan oleh manusia, dapat menggunakan mesin misalnya mesin

scanner. Dengan demikian skor hasil tes dapat dilakukan secara objektif

(Eko Putro Widoyoko, 2014: 55-56). Bentuk tes objektif yang sering digunakan adalah bentuk benar salah, pilihan ganda, menjodohkan, dan uraian objektif.

2) Tes subjektif

Tes subjektif adalah tes yang penskorannya dipengaruhi oleh

jawaban peserta tes dan pemberi skor. Jawaban yang sama dapat memiliki skor yang berbeda oleh pemberi skor yang berlainan (Eko Putro Widoyoko, 2014: 57).

c. Berdasarkan waktu pelaksanaan

1) Pre Test dan post test.

Pre test merupakan salah satu bentuk tes yang dilaksanakan pada

(42)

28

akan disampaikan. Hal ini perlu dilakukan untuk menghindari jangan sampai guru menyampaikan sesuatu pengetahuan atau mengembangkan

kompetensi yang telah dikuasai siswa.

Post test merupakan salah satu bentuk tes yang dilaksanakan

setelah kegiatan inti pembelajaran selesai. Dilakukan untuk mengetahui keberhasilan proses pembelajaran, yaitu untuk mengukur seberapa tingkat penguasaan siswa terhadap materi yang telah dipelajari atau kompetensi

yang dikembangkan (Eko Putro Widoyoko, 2014:60). 2) Tes formatif dan sumatif.

Tes formatif merupakan salah satu bentuk tes yang dilaksanakan setelah siswa menyelesaikan satu unit pembelajaran. Tes ini berfungsi untuk memonitor kemajuan belajar siswa selama / setelah proses

pembelajaran yang berlangsung. Tes sumatif merupakan tes yang dilaksanakan pada setiap akhir pembelajaran atau akhir satu satuan waktu

yang di dalamnya tercakup lebih dari satu pokok bahasan.Tes ini berfungsi untuk mengetahui sejauh mana penguasaan atau pencapaian kompetensi siswa dalam bidang-bidang atau mata pelajaran tertentu (Eko

Putro Widoyoko, 2014: 61-62).

(43)

29

Tes seleksi (selection test) merupakan tes yang hasilnya digunakan sebagai dasar mengambil keputusan tentang orang yang akan

diterima atau ditolak dalam suatu proses seleksi. 2) Tes penempatan

Tes penempatan (placement test) adalah tes yang dilaksanakan dalam rangka membantu penentuan jurusan atau program peminatan yang akan dimasuki siswa. Sekelompok siswa yang mempunyai hasil tes yang

sama akan berada dalam kelompok yang sama dalam belajar. 3) Tes diagnostik

Tes diagnostik (diagnostic test) adalah tes yang dilaksanakan dalam rangka menemukan / mencari penyebab kesulitan belajar yang dialami siswa dalam mempelajari suatu konsep, apakah karena faktor

intelektual, emosi, fisik dan atau faktor-faktor lainnya yang mengganggu kegiatan belajar sehingga dapat diberikan solusi untuk memperbaiki

kesulitan belajar tersebut (Eko Putro Widoyoko, 2014: 62-63).

e. Berdasarkan sasaran /objek yang akan diukur

(44)

30

Personality test yaitu tes yang digunakan untuk mengukur

kepribadian seseorang. Yang diukur bisa berupa self concept, kreativitas,

disiplin, kemampuan khusus, dan sebagainya. 2) Tes bakat (attitude test),

Attitude test yaitu tes yang digunakan untuk mengukur atau

mengetahui bakat seseorang. 3) Tes intelegensi (intellegence test),

Intellegence test yaitu tes yang digunakan untuk mengadakan

estimasi dan perkiraan terhadap tingkat intelektual seseorang dengan cara

memberikan berbagai tugas kepada seseorang yang akan diukur intelegensinya.

4) Tes sikap (attitude test)

Tes sikap atau disebut juga skala sikap. Yaitu tes yang digunakan untuk mengukur berbagai sikap seseorang.

5) Tes minat (interest test),

Interest test yaitu tes yang digunakan untuk mengukur minat

seseorang terhadap sesuatu.

(45)

31

Achievement test yaitu tes yang digunakan untuk mengukur

pencapaian maupun kompetensi seseorang setelah mempelajari sesuatu

(Eko Putro Widoyoko, 2014: 63-64).

6. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar a. Faktor Internal

Faktor yang berasal dari dalam individu dan dapat memengaruhi hasil belajar individu, faktor-faktor itu antara lain:

1) Faktor fisiologis

Faktor-faktor yang berhubungan dengan kondisi fisik individu.

Keadaan fisik yang sehat akan memberikan pengaruh positif bagi kegiatan belajar seseorang.

2) Faktor psikologis

a) Kecerdasan/Intelegensi peserta didik

Pada umumnya kecerdasan diartikan sebagai kemampuan

psiko-fisik dalam mereaksi rangsangan atau menyesuaikan diri dengan lingkungan dengan cara yang tepat.

b) Motivasi

Faktor yang memengaruhi keaktifan kegiatan belajar peserta didik. Motivasilah yang mendorong peserta didik ingin melakukan

kegiatan belajar.

(46)

32

Kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu (Baharuddin, 2010:15).

d) Sikap

Dalam proses belajar, sikap individu dapat memengaruhi

keberhasilan proses belajarnya. Sikap adalah gejala internal yang berdimensi afektif berupa kecenderungan untuk mereaksi atau merespon dengan cara yang relatif tetap terhadap orang, peristiwa, dan sebagainya

(Baharuddin, 2010:19-25)

e) Faktor kelelahan dibedakan menjadi dua, yaitu kelelahan jasmani dan

rohani. Kelelahan jasmani seperti lemah lunglai sedangkan kelelahan rohani seperti adanya kelesuan dan kebosanan (Slameto, 2010:60).

b. Faktor Eksternal

1) Lingkungan Sosial

a) Lingkungan sosial sekolah

Sekolah adalah lembaga pendidikan yang secara resmi menyelenggarakan kegiatan pembelajaran secara sistematis, berencana, sengaja dan terarah yang dilakukan oleh pendidik yang professional (Wiji

Suwarno, 2006:42).

Kondisi lingkungan seperti guru, administrasi dan teman-teman

(47)

33 b) Lingkungan sosial masyarakat

Kondisi lingkungan masyarakat tempat tinggal peserta didik

akan memengaruhi proses belajar peserta didik. Apabila lingkungan tempat tinggal mendukung dan saling bekerjasama untuk meningkatkan

hasil belajar anak di sekolah maka hasil belajar siswa dapat meningkat dan tujuan pendidikan dapat tercapai.

c) Lingkungan sosial keluarga

Lingkungan ini sangat memengaruhi kegiatan belajar. Ketegangan keluarga, sifat orang tua, demografi keluarga, pengelolaan

keluarga dapat memberi dampak bagi aktivitas belajar peserta didik.Untuk mengoptimalkan kemampuan dan kepribadian anak, orangtua harus menumbuhkan suasana edukatif di lingkungan

keluarganya sedini mungkin. Suasana edukatif yang dimaksud adalah orangtua yang mampu menciptakan pola hidup dan tata pergaulan dalam

keluarga dengan baik sejak anak dalam kandungan (Wiji Suwarno, 2006:40).

Suasana demikian akan sangat mendukung kepribadian anak

sehingga anak akan terbiasa dengan sikap yang baik di lingkungannya, baik lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat.

(48)

34

Dalam proses belajar mengajar yang dipentingkan adalah kebutuhan anak. Maka guru perlu mendalami dengan baik dan harus

mempunyai perencanaan yang mendetail supaya dapat melayani anak belajar secara individual.

(2) Media pendidikan, dapat berupa buku-buku di perpustakaan, laboratorium, LCD, komputer, layanan internet dan sebagainya. Dengan media yang memadai maka hasil belajar siswa dapat meningkat (Wiji

Suwarno, 2006:42).

(3) Keadaan gedung, gedung dibuat senyaman mungkin supaya siswa dapat

mengikuti proses belajar mengajar dengan nyaman dan tidak terganggu dengan hal-hal seperti gedung yang rusak, ruang kelas yang kurang. Jika ini terjadi tentunya akan menghambat lancarnya kondisi belajar siswa

yang nantinya akan mempengaruhi hasil belajar siswa.

(4) Sarana belajar, sarana yang kurang lengkap di sekolah dapat

mempengaruhi kondisi belajar siswa.

b) Waktu belajar

Waktu belajar siswa dapat mempengaruhi hasil belajar siswa. Contohnya hasil belajar siswa yang masuk sekolah di pagi hari dengan

masuk sekolah di siang hari, tentu hasilnya akan berbeda, masuk sekolah di pagi hari lebih efektif daripada masuk sekolah pada siang hari.

(49)

35

Kondisi rumah yang berantakan dan tidak tertata dengan baik dapat berpengaruh buruk terhadap kondisi belajar siswa.

d) Alam

Cuaca yang tidak mendukung anak untuk melangsungkan proses

belajar mengajar juga akan mempengaruhi hasil belajar siswa (Evelini Siregar, 2011:179-181).

c. Faktor instrumental

1) Hardware, seperti gedung sekolah, alat-alat belajar, fasilitas belajar,

lapangan olahraga dan lainnya.

2) Software, seperti kurikulum sekolah, peraturan-peraturan sekolah,

panduan silabus, dan sebagainya.

3) Faktor materi pelajaran, harus disesuaikan dengan usia perkembangan

peserta didik, begitu juga dengan model mengajar guru disesuaikan dengan kondisi perkembangan peserta didik ( Baharuddin, 2010:26-28).

7. Aspek-aspek hasil belajar

Menurut Benyamin S Bloom (1956) ada tiga domain belajar yaitu sebagai berikut:

a) Cognitive Domain ( Domain kognitif)

Domain ini terdiri dari dua bagian yaitu bagian pertama berupa

(50)

36

Berisikan kemampuan untuk mengenali dan mengingat fakta-fakta, definisi, peristilahan, gagasan, pola, urutan, metodologi, prinsip

dasar dan sebagainya.

2) Pemahaman ((Comprehension)

Dikenali dari kemampuan untuk membaca dan memahami gambaran, laporan, tabel, diagram, arahan, peraturan dan sebagainya. 3) Aplikasi (Application)

Di tingkat ini seseorang memiliki kemampuan untuk menerapkan gagasan, prosedur, metode, rumus, teori dan sebagainya di dalam kondisi

kerja.

4) Analisis (Analysis)

Di tingkat analisis, seseorang akan mampu menganalisa

informasi yang masuk dan membagi-bagi atau menstrukturkan informasi ke dalam bagian yang lebih kecil untuk mengenali pola atau

hubungannya, dan mampu mengenali serta membedakan faktor penyebab dan akibat dari sebuah skenario yang rumit.

5) Sintesis (Synthesis)

Satu tingkat di atas analisa, seseorang di tingkat sintesa kan mampu menjelaskan struktur atau pola dari sebuah skenario yang

(51)

37 6) Evaluasi (Evaluation)

Dikenali dari kemampuan untuk memberikan penilaian terhadap

solusi, gagasan, metodologi, dan sebagainya dengan menggunakan kriteria yang cocok atau standar yang ada untuk memastikan nilai

efektivitas atau manfaatnya.

b) Affective Domain (Domain afektif)

Pembagian domain ini disusun Bloom bersama David Krathwol.

1) Penerimaan (Receiving/Attending)

Kesediaan untuk menyadari adanya suatu fenomena di lingkungan.

Dalam pengajaran bentuknya berupa mendapatkan perhatian, mempertahankannya, dan mengarahkannya.

2) Tanggapan (Responding)

Memberikan reaksi terhadap fenomena yang ada di

lingkungannya.Meliputi persetujuan, kesediaan, dan kepuasan dalam memberikan tanggapan.

3) Penghargaan (Valuing)

Berkaitan dengan harga atau nilai yang diterapkan pada suatu objek, fenomena, atau tingkah laku.Penilaian berdasarkan pada

internalisasi dari serangkaian nilai tertentu yang diekspresikan ke dalam tingkah laku.

(52)

38

Memadukan nilai-nilai yang berbeda, menyelesaikan konflik di antaranya, dan membentuk suatu sistem nilai yang konsisten.

5) Karakterisasi berdasarkan nilai-nilai (Characterization by a value or

value complex). Memiliki sistem nilai yang mengendalikan tingkah

lakunya sehingga menjadi karakteristik gaya hidupnya (Baharuddin, 2010:34).

c) Psychomotor Domain (Domain psikomotor)

Rincian dalam domain ini tidak dibuat oleh Bloom tetapi oleh ahli lain berdasarkan domain yang dibuat Bloom.

1) Persepsi (Perception)

Penggunaan alat indera untuk menjadi pegangan dalam membantu gerakan.

2) Kesiapan (Set)

Kesiapan fisik, mental, dan emosional untuk melakukan gerakan. 3) Respon terpimpin (Guided Response)

Tahap awal dalam mempelajari ketrampilan yang kompleks termasuk di dalamnya imitasi dan gerakan coba-coba.

4) Mekanisme (Mechanism)

(53)

39

5) Respon tampak yang kompleks (Complex overt response)

Gerakan motoris yang terampil yang di dalamnya terdiri dari

pola-pola gerakan yang kompleks. 6) Penyesuaian (Adaptation)

Keterampilan yang sudah berkembang sehingga dapat disesuaikan dalam berbagai situasi.

7) Penciptaan (Origination)

Membuat pola gerakan baru yang disesuaikan dengan situasi atau permasalahan tertentu (Evelini Siregar, 2011:8-12).

B. Pendidkan Agama Islam di SMA 1. Pengertian Pendidkan Agama Islam

Mengenai pengertian Pendidikan Agama Islam banyak para pakar pendidikan yang memberikan defenisi secara berbeda diantaranya adalah

sebagai berikut:

Prof.Dr.Zakiah Drajat menjelaskan sebagai berikut :

a. Pendidikan agama islam adalah usaha berupa bimbingan dan asuhan

terhadap anak didik agar kelak setelah selesai pendidikannya dapat memahami dan mengamalkan ajaran agama islam serta menjadikannya

sebagai pandangan hidup (way of life).

(54)

40

c. Pendidikan agama islam adalah pendidikan melalui ajaran-ajaran agama islam, yaitu berupa bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar

nantinya setelah selesai dari pendidikan ia dapat memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran-ajaran agama islam yang telah diyakininya

secara menyeluruh, serta menjadikan ajaran agama islam itu sebagai suatu pandangan hidupnya demi keselamatan hidup didunia maupun diakhirat kelak (Zakiyah Daradjat, 1999:125).

Abdul Rachman Shaleh juga memberikan pengertian pendidikan agama islam, yaitu suatu bimbingan baik jasmani maupun rohani yang

berdasarkan hukum-hukum agama islam menuju kepada terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran dalam islam (Abdul Rachman Shaleh, 2005:40).

Sedangkan pengertian pendidikan agama islam secara formal dalam kurikulum berbasis kompetensi dikatakan bahwa: Pendidikan

agama islam adalah upaya dasar terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati hingga mengimani, bertaqwa dan berakhlak mulia dalam mengamalkan agama islam dari

sumber utamanya kitab suci alquran dan hadist, melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan, serta penggunaan pengamalan.

(55)

41

Pendidikan Agama Islam bahwa pendidikan agama dimaksudkan untuk membentuk peserta didik menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa

kepada tuhan yang maha Esa serta berakhlak mulia.

Dari sekian banyak pengertian Pendidikan Agama Islam di atas

pada dasarnya saling melengkapi dan memiliki tujuan yang tidak berbeda, yakni agar siswa dalam aktivitas kehidupannya tidak lepas dari pengamalan agama, berakhlak mulia dan berkepribadian utama, berwatak

sesuai agama islam.

Dengan demikian, dapat dipahami bahwa pendidikan agama

islam yang diselenggarakan pada semua jalur jenjang dan Jenis pendidikan menekankan bukan hanya pada pengetahuan terhadap islam, tetapi juga terutama pada pelaksanaan dan pengamalan agama peserta

didik dalam seluruh kehidupannya. 2. Tujuan Pendidikan Agama Islam

Tujuan pendidikan agama, yaitu untuk berkembangnya kemampuan perserta didik dalam mengembangkan, memahami dan mengamalkan nilai-nilai agama islam, penguasaan ilmu pengetahuan,

teknologi dan seni.

Adapun tujuan pendidikan agama Islam di SMA adalah sebagai

berikut:

(56)

42

b. Beriman kepada Allah swt, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, kepada hari kiamat dan qadha dan qadar-Nya. Dengan

mengetahui fungsi dan hikmahnya serta terefleksi dalam sikap, prilaku dan akhlak peserta didik pada dimensi kehidupan sehari-hari.

c. Siswa diharapkan terbiasa berperilaku dengan sifat terpuji dan menghindari sifat-sifat tercela, dan bertata kerama dalam kehidupan sehari-hari.

d. Siswa diharapkan mampu memahami sumber hukum dan ketentuan hukum Islam tentang ibadah, muamalah, mawaris, munakahat, jenazah

dan mampu mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.

e. Siswa diharapkan mampu memahami, mengambil manfaat dan hikmah perkembangan Islam di Indonesia dan dunia serta mampu menerapkannya

dalam kehidupan sehari-hari (Abdul Majid, 2005:42).

3. Ruang Lingkup Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMA Pada tingkat sekolah lanjutan tingkat pertama, mata pelajaran PAI secara keseluruhannya dalam lingkup keimanan, ibadah, Al-Qur’an, akhlak, muamalah, syari’ah dan tarikh atau sejarah Islam (Chabib Toha,

1998:183).

Ruang lingkup PAI meliputi perwujudan, keserasian, keselarasan,

(57)

43

Dilihat dari sudut ruang lingkup pembahasannya, pendidikan agama Islam sebagai mata pelajaran yang umum dilaksanakan di sekolah

menengah pertama di antaranya: a. Pengajaran keimanan

Aqidah Islam berawal dari keyakinan kepada Dzat Mutlak yang Maha Esa yaitu Allah beserta sifat dan wujud-Nya yang sering disebut dengan tauhid. Tauhid menjadi rukun iman dan prima causa seluruh

keyakinan Islam (Muhammad Daud Ali, 2000:199-200).

Keimanan merupakan akar suatu pokok agama, pengajaran

keimanan berarti proses belajar mengajar tentang berbagai aspek kepercayaan.

b. Pengajaran akhlak

Kata akhlak berawal dari bahasa Arab yang berarti bentuk kejadian dalam hal ini bentuk batin atau psikis manusia. Akhlak

merupakan aspek sikap hidup atau kepribadian hidup manusia sebagai sistem yang mengatur hubungan manusia dengan Allah. Manusia dan lainnya yang dilandasi oleh aqidah yang kokoh (Muhaimin, 2002:75-76).

Dalam pelaksanaannya pengajaran ini berarti proses kegiatan belajar mengajar dalam mencapai tujuan supaya yang diajar berakhlak

baik.

(58)

44

Ibadah menurut bahasa artinya, taat, tunduk, turut, ikut dan do’a

(Abdul Majid dan Dian Andayani, 2004:131).

Dalam pengertian yang khusus ibadah adalah segala bentuk pengabdian yang sudah digariskan oleh syariat Islam baik bentuknya,

caranya, waktunya serta syarat dan rukunnya seperti shalat, puasa, zakat dan lain-lain (Zakiah Daradjat, 2001:73).

Pengajaran ibadah ini tidak hanya memberikan pengetahuan

tentang ibadah tetapi juga menciptakan suasana yang menyenangkan, sehingga situasi proses belajar mengajar dapat berjalan dengan baik.

d. Pengajaran Al-Qur’an

Al-Qur’an adalah sumber ajaran agama (juga ajaran) Islam pertama dan utama. Al-Qur’an adalah kitab suci yang memuat firman

-firman (wahyu) Allah (Muhammad Daud Ali, 2000:93).

Dalam hal ini pada tingkatan SMA, memahami dan menghayati

pokok-pokok Al-Qur’an dan menarik hikmah yang terkandung di dalamnya secara keseluruhan dalam setiap aspek kehidupan.

e. Pengajaran muamalah

Muamalah merupakan sikap hidup dan kepribadian hidup manusia dalam menjalankan sistem kehidupannya yang dilandasi dengan

keimanan yang kokoh (Muhaimin, 2002:78).

(59)

45

mengandung berbagai kebutuhan masyarakat, sehingga out put pendidikan sanggup memetakan sekaligus masalah yang sedang dihadapi

masyarakat.

f. Pengajaran syari’ah

Bidang studi syari’ah merupakan pengajaran dan bimbingan

untuk mengetahui syariah Islam yang di dalamnya mengandung perintah agama yang harus diamalkan dan larangan agama yang harus

ditinggalkan.

Pelaksanaan pengajaran syari’at ini ditujukan agar norma-norma

hukum, nilai-nilai dan sikap-sikap yang menjadi dasar pandangan hidup seseorang muslim, siswa dapat mematuhi dan melaksanakannya sebagai pribadi, anggota keluarga dan masyarakat lingkungan.

g. Pengajaran tarikh atau sejarah Islam

Tarikh merupakan suatu bidang studi yang memberikan pengetahuan tentang sejarah dan kebudayaan Islam meliputi masa sebelum kelahiran Islam, masa nabi dan sesudahnya baik pada daulah

Islamiah maupun pada negara-negara lainnya di dunia, khususnya perkembangan agama Islam di tanah air (Muhaimin, 2002:75).

(60)

46

kebudayaannya, memberikan bekal kepada siswa dalam melanjutkan tingkat pendidikan yang lebih tinggi atau untuk menjalani kehidupan

pribadi mereka bila putus sekolah, mendukung perkembangan Islam masa kini dan mendatang. Di samping meluaskan cakrawala pandangan

terhadap makna Islam bagi kepentingan umat Islam. 4. Materi Pelajaran Akhlakul Karimah

a. Karakteristik Akhlak

Pada hakikatnya Akhlak ialah suatu kondisi atau sifat yang telah meresap dalam jiwa dan menjadi kepribadian hingga dari situ

timbullah berbagai macam perbuatan dengan cara spontan dan mudah tanpa dibuat-buat dan tanpa memerlukan pemikiran. Akhlak mempunyai beberapa karakteristik atau ciri khas yaitu :

1) Bersifat umum dan terperinci

Di dalam Al-Qur’an ada materi akhlak yang dijelaskan secara

umum dan ada pula yang mendetail. Misalnya dalam Q. S. al-Nahl (16) : 90, diserukan perintah untuk berakhlak secara umum; berbuat adil, berbuat kebaikan, melarang perbuatan keji, munkar dan permusuhan.

Sedangkan dalam surat Al-Hujurat (49) : 12, secara terperinci dinyatalan larangan untuk saling mencela dan memanggil dengan gelar yang buruk.

2) Manusiawi

(61)

47

dengan mengikuti ajaran akhlaq dalam Islam. Ajaran ini diperuntukkan bagi manusia yang merindukan kebahagiaan dalam arti hakiki bukan

kebahagiaan semu. 3) Universal

Maksudnya bahwa ruang lingkup akhlak itu luas sekali, yakni mencakup semua tindakan manusia baik tentang dirinya maupun orang lain atau yang bersifat pribadi, kemasyarakatan ataupun negara.

Keuniversalan itu menunjukkan luasnya cakupannya yaitu meliputi segenap aspek kehidupan secara pribadi maupun kemasyarakatan, dan

menyangkut semua interaksi manusia dengan semua aspek kehidupan (Iman Abdul Mukmin Sa’aduddin, 2003:99).

4) Keseimbangan

Ajaran akhlaq dalam Islam berada di tengah antara yang mengkhayalkan manusia sebagai malaikat yang menitik beratkan segi

kebaikannya dan yang mengkhayalkan manusia sebagai hewan yang menitik beratkan sifat keburukannya saja. Manusia menurut pandangan Islam memiliki 2 kekuatan dalam dirinya yaitu kekuatan baik pada hati

nurani dan akalnya dan kekuatan buruk pada hawa nafsunya. Akhlaq Islam memenuhi tuntutan kebutuhan manusia, jasmani dan ruhani secara

(62)

48 5) Realistik

Ajaran akhlaq dalam Islam memperhatikan kenyataan hidup

manusia. Meskipun manusia telah dinyatakan sebagai makhluk yang memiliki kelebihan dibanding makhluk-makhluk lain tetapi manusia

mempunyai kelemahan-kelemahan, memiliki kecenderungan manusiawi dan berbagai macam kebutuhan material dan spiritual. Dengan kelemahan-kelemahannya itu manusia sangat mungkin melakukan

kesalahan-kesalahan dan pelanggaran. Oleh sebab itu Islam memberikan kesempatan kepada manusia yang melakukan kesalahan untuk

memperbaiki diri dengan bertaubat (Yunahar Ilyas, 2007:12-14). 6) Akhlaksebagai buah dari iman

7) Akhlak menjaga konsistensi antara cara dan tujuan. Islam tidak

mengizinkan mancapai tujuan, walaupun baik dengan cara-cara kotor yang bertentangan dengan syariat.

b. Ruang Lingkup

Ruang lingkup ilmu akhlak meliputi : 1) Akhlak terhadap Allah

a) Mengabdi hanya kepada Allah

Bertaqwa dan mengabdi hanya kepada Allah, tidak akan

mempersekutukan-Nya dengan apa pun dalam bentuk apa pun, serta dalam keadaan situasi dan kondisi yang bagaimanapun.

(63)

49 c) Tawakkal

d) Bersyukur kepada Allah

e) Penuh harap kepada Allah

f) Ikhlas menerima keputusan Allah (Salim, 1986:23-27).

g) Tadlarru’ dan khusyu’ h) Husnud-dhan

i) Taubat dan istighfar

2) Akhlak terhadap sesama Makhluk a) Rasulullah

Meliputi mencintai Rasulullah secara tulus dengan mengikuti semua sunnahnya, menjadikan Rasulullah sebagai idola dalam hidup dan kehidupan, menjalankan apa yang diperintah dan menjauhi larangannya.

b) Akhlak terhadap orang tua

Meliputi mencintai mereka melebihi cinta kepada kerabat lainnya,

merendahkan diri kepada keduanya diiringi rasa kasih sayang, berkomunikasi dengan orang tua dengan khidmat, pergunakan kata-kata lemah lembut, berbuat baik kepada keduanya sebaik-baiknya dan

mendoakan keselamatan dan keampunan bagi mereka kendatipun seorang atau kedua-duanya telah meninggal dunia.

(64)

50

Meliputi : Memelihara kesucian diri, baik jasmaniah maupun rohaniah, Memelihara kerapihan diri, Berlaku tenang, Menambah ilmu

pengetahuan, Membina disiplin pribadi. Pemaaf dan memohon maaf, Sikap sederhana dan jujur dan Menghindari perbuatan tercela.

d) Akhlak terhadap keluarga dan karib kerabat, antara lain : saling membina rasa cinta dan kasih sayang dalam kehidupan keluarga, saling menunaikan kewajiban untuk memperoleh hak, berbakti kepada ibu

bapak, mendidik anak-anak dengan kasih sayang dan memelihara hubungan silaturrahim.

e) Akhlak terhadap tetangga, antara lain : saling mengunjungi, saling bantu diwaktu senang lebih-lebih tatkala susah, saling beri member, saling hormat menghormati, saling menghindari pertengkaran dan permusuhan.

f) Akhlak terhadap masyarakat, meliputi memuliakan tamu, menghormati nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat yang bersangkutan,

saling menolong dalam melakukan kebajikan dan taqwa, menganjurkan anggota masyarakat termasuik dirin sendiri berbuat baik dan mencegah diri sendiri dan mencegah orang lain melakukan perbuiatan jahat dan

munkar dan bermusyawarah dalam segala urusan mengenai kepentingan bersama.

(65)

51

sengaja diciptakan tuhan untuk kepentingan manusia dan makhluk lainnya, sayang pada sesame makhluk (Ali, 2008:357-359).

C.Metode Sosiodrama 1. Pengertian Metode

Metode (method), secara harfiah berarti cara. Selain itu metode

atau metodik berasal dari bahasa Greeka, metha, (melalui atau melewati),

dan hodos (jalan atau cara), jadi metode bisa berarti jalan atau cara yang

harus di lalui untuk mencapai tujuan tertentu.

Secara umum atau luas metode atau metodik berarti ilmu tentang

jalan yang dilalui untuk mengajar kepada anak didik supaya dapat tercapai

tujuan belajar dan mengajar. Prof. Dr.Winarno Surachmad (1961:122),

mengatakan bahwa metode mengajar adalah cara-cara pelaksanaan dari pada

murid-murid di sekolah. Pasaribu dan simanjutak (1982:69), mengatakan

bahwa metode adalah cara sistematik yang digunakan untuk mencapai

tujuan.

Metode adalah prosedur atau cara yang ditempuh untuk mencapai

tujuan tertentu. Kemudian ada satu istilah lain yang erat kaitannya dengan

dua istilah ini, yakni tekhnik yaitu cara yang spesifik dalam memecahkan

masalah tertentu yang ditemukan dalam melaksanakan prosedur.

2. Pengertian Metode Sosiodrama

(66)

52

sosial. Metode Sosiodrama dapat memberikan penghayatan yang lebih luas kepada siswa terhadap materi pelajaran. Misalnya: dalam menerangkan

bagaimana Patuh pada orang tua dan kejujuran seorang muslim dalam kehidupan sehari-hari dan lain sebagainya.

a. Metode sosiodrama dan bermain peran cocok digunakan bila mana: Pelajaran dimaksudkan untuk menerangkan peristiwa yang dialami dan menyangkut orang banyak berdasarkan pertimbangan didaktis.

b. Pelajaran tersebut dimaksudkan untuk melatih siswa agar menyelesaikan masalah-masalah yang bersifat psikologis.

c. Untuk melatih siswa agar dapat bergaul dan memberikan kemungkinan bagi pemahaman terhadap orang lain beserta permasalahannya (Basyirudin Usman, 2010:51).

3. Penerapan metode sosiodrama dalam proses belajar mengajar pelajaran akidah akhlak

Secara umum siswa SMA/sederajat sudah mampu berfikir dengan baik dan sudah bisa membedakan perbuatan baik maupun buruk dalam

kehidupan sehari-hari. Hal ini yang menjadi dasar pemahaman guru agar merancang atau menerapkan metode pembelajaran yang sesuai dengan

(67)

53

siswa lebih mudah untuk memahami materi tidak sekedar konsep namun beserta aplikasinya mengenai pembelajaran akidah akhlak.

Sodiodrama yang dilaksanakan nantinya diharapkan mampu meningkatkan prestasi belajar serta memberi pendalaman bagaimana adab

bertamu, berpakaian maupun akhlak terpuji lainya. Untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar dilihat pada tiga ranah yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik. Oleh sebab itu, penerapan antara metode sosiodrama dan

peningkatan prestasi belajar adalah dalam proses memahami materi ketika berperan. Ketika berperan siswa harus dapat memahami berbagai karakter

tokoh, jalannya cerita tentang akhlak terpuji dalam kehidupan sehari-hari, berkoordinasi dengan teman satu kelompok, berani mengambil keputusan untuk berperan, bertanggung jawab dengan peran yang dimainkan, dan

memahami pesan atau amanat yang akan disampaikan. Dengan begitu siswa akan merasa senang dan tertantang untuk berperan dengan baik. Sedangkan

cerita atau naskah yang dimainkan merupakan implementasi dari materi pembelajaran yang telah disampaikan. Dengan kata lain metode sosiodrama merupakan salah satu metode yang digunakan untuk membantu siswa dalam

memahami materi dengan aktif dan menyenangkan.

4. Kelebihan dan Kelemahan metode sosiodrama

Kelebihan dari metode sosiodrama sebagai berikut:

(68)

54

b. Metode ini akan lebih menarik perhatian siswa, sehingga suasana kelas lebih hidup.

c. Siswa dapat menghayati suatu peristiwa, sehingga mudah mengambil kesimpulan berdasarkan penghayatannya sendiri.

d. Siswa dilatih unutuk dapat menyusun buah pikiran dengan teratur. Sedangkan elemahan dari metode sosiodrama, yaitu :

a. Metode ini membutuhkan waktu yang cukup panjang.

b. Memerlukan persiapan yang teliti dan matang (memerlukan banyak kreasi guru)

c. Kadang-kadang siswa tidak mau memerankan suatu adegan, karena malu.

d. Apabila pelaksanaan dramatisasi gagal, kita tidak dapat mengambil

kesimpulan apa-apa, dalam arti tujuan pendidikan tidak dapat tercapai (Zuhairini H, dkk,1983:101).

5. Langkah-langkah Metode Sosiodrama

a. Guru menyusun atau menyiapkan sekenario yang akan ditampilkan. b. Menunjuk beberapa siswa untuk mempelajari sekenario dua hari sebelum

KBM.

c. Guru membentuk kelompok sosial yang anggotanya 5 orang

d. Memberikan penjelasan tentang kompetensi yang ingin dicapai.

Gambar

Tabel 3.1. Identitas siswa kelas XI MIA 2 MAN Suruh  Kab.
Tabel 3.2. Jenis Kelamin Responden
Tabel. 4.1.  Hasil Awal (Pra Siklus)
Gambar. 3.1. Hasil Belajar Pra Siklus
+5

Referensi

Dokumen terkait

PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN INTERAKTIF ILMU TASAWUF MUATAN AKIDAH AKHLAK UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI MADRASAH ALIYAH ATTARAQQIE MALANG SKRIPSI Diajukan

Untuk mendeskripsikan perencanaan yang dilakukan guru mata pelajaran akidah akhlak dalam implementasi kurikulum 2013 pada kelas X Madrasah Aliyah Bilingual Batu..3.

STRATEGI GURU MATA PELAJARAN AKIDAH AKHLAK DALAM MENERAPKAN NILAI-NILAI AKHLAKUL KARIMAH PADA SISWA KELAS XI MADRASAH ALIYAH.. NEGERI TULUNGAGUNG 1 TAHUN

PEMBELAJARAN MATA PELAJARAN AKIDAH AKHLAK DALAM PENGEMBANGAN PERILAKU AKHLAKUL KARIMAH SISWA KELAS X DI MADRASAH ALIYAH. NEGERI (MAN)

meningkatkan hasil belajar pada mata pelajaran Akidah Akhlak pokok bahasan. Akhlak Tercela siswa kelas III MI Darul Huda Pojok Ngantru

dapat dilakukan secara baik dan lancar; (2) prestasi belajar siswa pada mata pelajaran aqidah akhlak materi akhlak terpuji dalam pergaulan remaja yang diperoleh

Upaya Peningkatan Prestasi Belajar Siswa Melalui Metode Sosiodrama Mata Pelajaran Akidah Akhlak Pokok Bahasan Akhlak Terpuji Pada Diri Sendiri Kelas VIII di MTs Urwatil Mutsqo

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana penerapan metode sosiodrama pada pembelajaran Akidah Akhlak di kelas V dan untuk mengetahui perbedaan yang signifikan