• Tidak ada hasil yang ditemukan

BUPATI LOMBOK UTARA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN BUPATI LOMBOK UTARA NOMOR 31A TAHUN 2015 TENTANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BUPATI LOMBOK UTARA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN BUPATI LOMBOK UTARA NOMOR 31A TAHUN 2015 TENTANG"

Copied!
41
0
0

Teks penuh

(1)

BUPATI LOMBOK UTARA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN BUPATI LOMBOK UTARA

NOMOR 31A TAHUN 2015 TENTANG

STANDAR AUDIT APARAT PENGAWASAN INTERN PEMERINTAH (APIP) KABUPATEN LOMBOK UTARA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LOMBOK UTARA,

Menimbang : a. bahwa pengawasan intern pemerintah merupakan salah satu unsur manajemen Pemerintah yang penting dalam rangka mewujudkan kepemerintahan yang baik;

b. bahwa dalam rangka mewujudkan kepemerintahan yang baik, berdaya guna, berhasil guna, bersih dan bertanggung jawab diperlukan adanya pengawasan oleh Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) Daerah yang berkualitas;

c. bahwa dalam rangka mewujudkan adanya pengawasan oleh Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) Daerah yang berkualitas diperlukan suatu ukuran mutu (standar audit) yang sesuai dengan mandat audit masing-masing Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP);

d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, huruf b dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Bupati tentang Standar Audit Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) Kabupaten Lombok Utara.

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara Yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851);

(2)

2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286);

3. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355 );

4. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4400);

5. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2008 tentang Pembentukan Kabupaten Lombok Utara di Provinsi Nusa Tenggara Barat (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 99, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4872);

6. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234);

7. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5494);

8. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679);

9. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4593);

10. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 25, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4614);

(3)

2007 tentang Pedoman Tata Cara Pengawasan Atas Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah;

12. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 8 Tahun 2009 tentang Pedoman Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah;

13. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 51 Tahun 2011 tentang Pedoman Pengawasan;

14. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 60 Tahun 2013 tentang Kebijakan Pengawasan Atas Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Tahun 2014;

15. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 78 Tahun 2014 tentang Kebijakan Pembinaan dan Pengawasan di Lingkungan Kementerian Dalam Negeri dan Pemerintah Daerah Tahun 2015;

16. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor PER/03.1/M.PAN/3/2007 tanggal 30 Maret 2007 tentang Kebijakan Pengawasan Nasional Aparat Pengawasan Intern Pemerintah Tahun 2007-2009;

17. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negera Nomor PER/05/M.PAN/03/2008 tanggal 31 Maret 2008 tentang Standar Audit Aparat Pengawasan Intern Pemerintah;

18. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 15 Tahun 2009 tentang Jabatan Fungsional Pengawas Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan di Daerah dan Angka Kreditnya;

19. Peraturan Daerah Kabupaten Lombok Utara Nomor 10 Tahun 2010 tentang Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Pemerintah Daerah Kabupaten Lombok Utara (Lembaran Daerah Kabupaten Lombok Utara Tahun 2010 Nomor 10, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Lombok Utara Tahun 2010 Nomor 10);

20. Peraturan Daerah Kabupaten Lombok Utara Nomor 12 Tahun 2014 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Daerah Kabupaten Lombok Utara Nomor 11 Tahun 2010 tentang Pembentukan Susunan Organisasi Perangkat Daerah Kabupaten Lombok Utara (Lembaran Daerah Kabupaten Lombok Utara Tahun 2014 Nomor 12, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Lombok Utara Nomor 42);

21. Peraturan Bupati Lombok Utara Nomor 12 Tahun 2011 tentang Rincian Tugas Pokok, Fungsi dan Tata Kerja Inspektorat Kabupaten Lombok Utara (Berita Daerah Kabupaten lombok Utara Nomor 12).

(4)

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN BUPATI TENTANG STANDAR AUDIT APARAT PENGAWASAN INTERN PEMERINTAH (APIP) KABUPATEN LOMBOK UTARA

BAB I

KETENTUAN UMUM Pasal 1

Dalam Peraturan Bupati ini yang dimaksud dengan :

1. Pemerintah Daerah adalah Bupati dan Perangkat Daerah sebagai unsur penyelenggara Pemerintah Daerah.

2. Bupati adalah Bupati Lombok Utara.

3. Inspektorat adalah Inspektorat Kabupaten Lombok Utara. 4. Inspektur adalah Kepala Inspektorat Kabupaten Lombok Utara.

5. Aparat Pengawasan Intern Pemerintah yang selanjutnya disingkat APIP Daerah adalah Inspektorat yang mempunyai tugas pokok dan fungsi pengawasan dan bertanggung jawab kepada Bupati.

6. Auditor adalah Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Inspektorat yang diberi tugas, tanggung jawab, wewenang dan hak oleh pejabat yang berwenang untuk melaksanakan tugas pengawasan bidang keuangan.

7. Pengawas Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan di Daerah yang selanjutnya disingkat P2UPD adalah Pegawai Negeri Sipil yang diberi tugas dan tanggung jawab, wewenang dan hak secara penuh oleh pejabat yang berwenang untuk melakukan pengawasan diluar pengawasan keuangan. 8. PNS tertentu adalah Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Inspektorat yang

diberi tugas oleh pejabat yang berwenang untuk melaksanakan tugas pengawasan.

9. Auditan adalah obyek yang diaudit/diperiksa.

10. Standar Audit adalah kriteria atau ukuran mutu minimal untuk melakukan kegiatan audit yang wajib dipedomani APIP.

11. Kode Etik APIP Daerah adalah Aturan Perilaku yang diberlakukan dalam suatu kelompok profesi di lingkungan Inspektorat yang senantiasa harus dipatuhi oleh para Auditor, P2UPD dan PNS tertentu yang diberi tugas oleh APIP Daerah.

12. Pengawasan Intern adalah seluruh proses kegiatan audit, reviu, pemantauan, evaluasi, dan kegiatan pengawasan lainnya berupa assistensi, sosialisasi dan konsultansi terhadap penyelenggaraan tugas dan fungsi organisasi dalam memberikan keyakinan yang memadai bahwa kegiatan telah dilaksanakan sesuai dengan tolok ukur yang telah ditetapkan secara efektif dan efisien untuk kepentingan pimpinan dalam mewujudkan kepemerintahan yang baik dan bersih (good government and clean governance).

13. Audit adalah proses identifikasi masalah, analisis, dan evaluasi bukti yang dilakukan secara independen, obyektif dan professional berdasarkan standard audit, untuk menilai kebenaran, kecermatan, kredibilitas,

(5)

efektifitas, efisiensi, dan keandalan informasi pelaksanaan tugas dan fungsi instansi pemerintah.

14. Reviu adalah penelaahan ulang bukti-bukti suatu kegiatan untuk memasitikan bahwa kegiatan tersebut telah dilaksanakan sesuai ketentuan, standard, rencana, atau norma yang telah ditetapkan.

15. Pemantauan adalah proses penilaian kemajuan suatu program/kegiatan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

16. Evaluasi adalah rangkaian kegiatan membandingkan hasil/prestasi suatu kegiatan dengan standard, rencana, atau norma yang telah ditetapkan, dan menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan atau kegagalan suatu kegiatan dalam mencapai tujuan.

17. Audit Kinerja adalah audit atas pelaksanaan tugas dan fungsi instansi pemerintah yang terdiri atas audit aspek ekonomi, efisiensi, dan audit aspek efektifitas.

18. Audit dengan Tujuan Tertentu adalah proses mencari, menemukan, dan mengumpulkan bukti secari sistematis yang bertujuan mengungkapkan terjadi atau tidaknya suatu perbuatan dan pelakunya guna dilakukan tindakan hukum selanjutnya.

Pasal 2

(1) Tujuan Standar Audit APIP Daerah adalah untuk :

a. menetapkan prinsip-prinsip dasar yang mempresentasikan praktek-praktek audit yang seharusnya;

b. menyediakan kerangka kerja pelaksanaan dan peningkatan kegiatan audit intern yang memiliki nilai tambah;

c. menetapkan dasar-dasar pengukuran kinerja audit;

d. mempercepat perbaikan kegiatan operasi dan proses organisasi;

e. menilai, mengarahkan dan mendorong APIP Daerah untuk mencapai tujuan audit;

f. menjadi pedoman dalam pekerjaan audit; dan

g. menjadi dasar penilaian keberhasilan pekerjaan audit.

(2) Tujuan Standar Audit APIP Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah sebagai ukuran mutu minimal bagi para APIP dalam :

a. pelaksanaan tugas pokok dan fungsi (tupoksi) yang dapat mempresentasikan praktek-praktek audit yang seharusnya, menyediakan kerangka kerja pelaksanaan dan peningkatan kegiatan audit yang memiliki nilai tambah serta menetapkan dasar-dasar pengukuran kinerja audit;

b. pelaksanaan koordinasi audit oleh APIP Daerah;

c. pelaksanaan perencanaan audit oleh APIP Daerah; dan

d. penilaian efektifitas tindak lanjut hasil pengawasan dan konsistensi penyajian laporan hasil audit.

(6)

Pasal 3

(1) Ruang lingkup kegiatan Audit sebagaimana diatur dalam Peraturan Bupati ini meliputi Standar Audit Kinerja dan Standar Audit dengan Tujuan Tertentu.

(2) Standar Audit sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku bagi semua Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) Daerah untuk melakukan audit sesuai dengan kedudukan, tugas dan fungsi masing-masing.

(3) Pelaksanaan audit oleh APIP Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) meliputi Audit, Reviu, Pemantauan, Evaluasi, dan kegiatan pengawasan lainnya berupa sosialisasi, asistensi dan konsultansi.

BAB II

PRINSIP-PRINSIP DASAR Pasal 4

(1) Prinsip-prinsip dasar untuk Standar Audit Kinerja dan Standar Audit dengan Tujuan Tertentu adalah asumsi-asumsi dasar, prinsip-prinsip yang diterima secara umum dan persyaratan yang digunakan dalam mengembangkan standar Audit bagi APIP daerah, yang berguna dalama mengembangkan simpulan atas audit yang dilakukan, terutama dalam hal tidak adanya standar audit yang berkaitan dengan hal-hal yang sedang diaudit.

(2) Prinsip-prinsip dasar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mewajibkan APIP Daerah untuk :

a. mengikuti standar audit; b. meningkatkan kemampuan; c. menyusun rencana pengawasan;

d. mengkomunikasikan dan meminta persetujuan rencana pengawasan tahunan;

e. mengelola sumber daya manusia; f. menetapkan kebijakan dan prosedur; g. melakukan koordinasi;

h. menyampaikan laporan berkala;

i. melakukan pengembangan program dan pengendalian kualitas; dan j. menindaklanjuti pengaduan masyarakat.

(3) Penjabaran lebih lanjut tentang prinsip-prinsip dasar kewajiban APIP Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (2), tercantum dalam Lampiran I Peraturan Bupati ini.

BAB III STANDAR UMUM

Pasal 5

(1) Standar Umum Audit Kinerja dan Audit dengan Tujuan Tertentu meliputi standar-standar yang terkait dengan karakteristik organisasi dan individu-individu yang melakukan kegiatan audit.

(2) Penjabaran lebih lanjut tentang Standar Umum Audit Kinerja dan Audit dengan Tujuan Tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam Lampiran II Peraturan Bupati ini.

(7)

BAB IV

STANDAR PELAKSANAAN AUDIT KINERJA Pasal 6

(1) Standar pelaksanaan pekerjaan audit kinerja mendeskripsikan sifat kegiatan audit kinerja dan menyediakan kerangka kerja untuk melaksanakan dan mengelola pekerjaan audit kinerja yang dilakukan oleh APIP Daerah.

(2) Penjabaran lebih lanjut tentang Standar Pelaksanaan Audit Kinerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam Lampiran III Peraturan Bupati ini.

BAB V

STANDAR PELAPORAN AUDIT KINERJA Pasal 8

(1) Standar pelaporan merupakan acuan bagi penyusunan laporan hasil audit yang merupakan tahap akhir kegiatan audit kinerja, untuk mengkomunikasikan hasil audit kinerja kepada auditan dan pihak lain yang terkait.

(2) Penjabaran lebih lanjut tentang Standar Pelaporan Audit Kinerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam Lampiran IV Peraturan Bupati ini.

BAB VI

STANDAR TINDAK LANJUT AUDIT KINERJA Pasal 8

(1) Standar tindak lanjut mengatur tentang ketentuan dalam hal kepastian saran dan rekomendasi yang telah dilakukan oleh auditan

(2) Penjabaran lebih lanjut tentang Standar Tindak Lanjut Audit Kinerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam Lampiran V Peraturan Bupati ini.

BAB VII

STANDAR PELAKSANAAN AUDIT DENGAN TUJUAN TERTENTU Pasal 9

(1) Standar pelaksanaan pekerjaan Audit dengan Tujuan Tertentu mendeskripsikan sifat kegiatan Audit dengan Tujuan Tertentu dan menyediakan kerangka kerja untuk melaksanakan dan mengelola pekerjaan Audit dengan Tujuan Tertentu yang dilakukan oleh APIP Daerah. (2) Penjabaran lebih lanjut tentang Standar Pelaksanaan Audit dengan Tujuan

Tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam Lampiran VI Peraturan Bupati ini

(8)

BAB VIII

STANDAR PELAPORAN AUDIT DENGAN TUJUAN TERTENTU Pasal 10

(1) Standar pelaporan merupakan acuan bagi penyusunan laporan hasil audit yang merupakan tahap akhir kegiatan Audit dengan Tujuan Tertentu, untuk mengkomunikasikan hasil Audit dengan Tujuan Tertentu kepada auditan dan pihak lain yang terkait.

(2) Penjabaran lebih lanjut tentang Standar Pelaporan Audit dengan Tujuan Tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam Lampiran VII Peraturan Bupati ini.

BAB IX

STANDAR TINDAK LANJUT AUDIT DENGAN TUJUAN TERTENTU Pasal 11

(1) Standar tindak lanjut mengatur tentang ketentuan dalam hal kepastian saran dan rekomendasi yang telah dilakukan oleh auditan

(2) Penjabaran lebih lanjut tentang Standar Tindak Lanjut Audit dengan Tujuan Tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam Lampiran VIII Peraturan Bupati ini.

BAB X

RENCANA REVIU LAPORAN KEUANGAN PEMERSINTAH DAERAH Pasal 12

(1) Reviu laporan keuangan Pemerintah Daerah harus didasarkan pada suatu perencanaan.

(2) Penjabaran lebih lanjut tentang perencanaan reviu laporan keuangan Pemerintah daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam Lampiran IX Peraturan Bupati ini.

BAB XI

PELAKSANAAN REVIU LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH Pasal 13

(1) Pelaksanaan reviu Laporan Keuangan Pemerintah Daerah didasarkan pada Standar Akuntansi Pemerintah (SAP).

(2) Penjabaran lebih lanjut tentang Pelaksanaan Reviu Laporan Keuangan Pemerintah Daerah sebgaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam Lampiran X Peraturan Bupati ini.

(9)

BAB XII

PELAPORAAN HASIL REVIU LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH Pasal 14

(1) Pelaporan Hasil reviu Laporan Keuangan Pemerintah Daerah harus dituangkan dalam Kertas Kerja Reviu yang selanjutnya dijadikan sebagai dasar dalam penyusunan hasil reviu.

(2) Penjabaran lebih lanjut tentang Pelaporan Hasil Reviu Laporan Keuangan Pemerintah Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam Lampiran XI Peraturan Bupati ini.

BAB XIII

KETENTUAN PENUTUP Pasal 15

(1) Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Bupati ini sepanjang mengenai teknis pelaksanaannya, akan ditetapkan lebih lanjut oleh Bupati.

(2) Penetapan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilimpahkan kepada Inspektur/Pimpinan APIP Daerah atas nama Bupati.

Pasal 16

Dengan berlakuknya Peraturan Bupati ini maka Peraturan Bupati Lombok Utara Nomor 29 tentang Standar Audit Aparat Pengawas Intern Pemerintah (APIP) Kabupaten Lombok Utara Berita Daerah Nomor 29 dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

Pasal 17

Peraturan Bupati ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan Pengundangan Peraturan Bupati ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah Kabupaten Lombok Utara.

Ditetapkan di Tanjung

pada tanggal 10 Agustus 2015 PENJABAT BUPATI LOMBOK UTARA,

ASHARI Diundangkan di Tanjung

pada tanggal 10 Agustus 2015 SEKRETARIS DAERAH

KABUPATEN LOMBOK UTARA,

H. SUARDI

(10)

Lampiran I : Peraturan Bupati Lombok Utara Nomor : Tahun 2015 Tanggal :

Tentang : Standar Audit Aparat Pengawas Intern Pemerintah (APIP) Kabupaten Lombok Utara

PRINSIP-PRINSIP DASAR KEWAJIBAN APIP DAERAH

I. KEWAJIBAN AUDITOR

1. Kewajiban Auditor untuk Mengikuti Standar Audit

a. agar pekerjaan auditor dapat dievaluasi, maka setiap auditor wajib untuk mengikuti Standar Audit dalam melaksanakan pekerjaannya yang dianggap material;

b. suatu hal dianggap material apabila pemahaman mengenai hal tersebut kemungkinan akan mempengaruhi pengambilan keputusan oleh pengguna laporan audit. Materialitas biasanya dikaitkan dengan suatu nilai tertentu dan atau peraturan perundang- undangan yang menghendaki agar hal tersebut diungkapkan; dan c. auditor diharuskan untuk menyatakan dalam setiap laporan bahwa

kegiatan – kegiatannya ”dilaksanakan sesuai dengan standar”.

2. Kewajiban Auditor untuk Meningkatkan Kemampuan

a. dengan memperbaiki teknik dan metodologi audit, auditor dapat meningkatkan kualitas audit dan mempunyai keahlian yang lebih baik untuk menilai ukuran kinerja atau pedoman kerja yang digunakan oleh auditi; dan

b. komponen kemampuan auditor yang harus ditingkatkan meliputi kemampuan teknis, manajerial, dan konseptual yang terkait dengan audit dan auditi.

II. KEWAJIBAN APIP

(1)Menyusun Rencana Pengawasan

APIP harus menyusun rencana pengawasan tahunan dengan prioritas pada kegiatan yang mempunyai resiko terbesar dan selaras dengan tujuan organisasi. APIP diwajibkan menyusun rencana strategis lima tahunan sesuai dengan peraturan perundang - undangan.

a. Rencana pengawasan tahunan berisi rencana kegiatan audit dalam tahun yang bersangkutan serta sumberdaya yang diperlukan. Penentuan prioritas kegiatan audit didasarkan pada evaluasi resiko yang dilakukan oleh APIP dan dengan mempertimbangkan prinsip kewajiban menindaklanjuti pengaduan dari masyarakat. Penyusunan rencana pengawasan tahunan tersebut didasarkan atas prinsip keserasian, keterpaduan, menghindari tumpang tindih

(11)

dan pemeriksaan berulang - ulang serta memperhatikan efisiensi dan efektifitas penggunaan sumberdaya.

b. Rencana strategis sekurang-kurangnya berisivisi, misi, tujuan, strategi, program dan kegiatan APIP selama lima tahun.

(2) Mengkomunikasikan dan meminta persetujuan rencana pengawasan Tahunan.

APIP harus mengkomunikasikan rencana pengawasan tahunan kepada pimpinan organisasi dan unit-unit terkait.

a. APIP mengkomunikasikan rencana pengawasan tahunan kepada pimpinan organisasi untuk disetujui. Apabila ada keterbatasan sumber daya yang dimiliki APIP, maka dampak keterbatasan sumberdaya ini harus dikomunikasikan oleh APIP kepada pimpinan organisasi; dan

b. APIP mengkomunikasikan rencana pengawasan tahunan tersebut kepada Gubernur untuk mencegahterjadinyatumpang tindih pemeriksaan oleh berbagai APIP.

(3) Mengelola Sumber Daya

APIP harus mengelola dan memanfaatkan sumberdaya yang dimiliki secara ekonomis, efisien dan efektif, sertamemprioritaskan alokasi sumber daya tersebut pada kegiatan yangmempunyai resiko besar.

a. sumber daya yang harus dikelola APIP meliputi sumber dayamanusia, keuangan dan peralatan. Sumber daya tersebut harusdikelola sesuai dengan praktik - praktik pengelolaan yang sehat; dan

b. dengan terbatasnya alokasi dana dari Pemerintah, maka APIPhendaknya membuat skala prioritas pada pekerjaan-pekerjaanpengawasan yang menurut peraturan perundang-undangan harusdiselesaikan dalam periode waktu tertentu. Keterbatasansumberdaya tidak dapat dijadikan alasan bagi APIP untuk tidakmemenuhi Standar Audit.

(4) Menetapkan Kebijakan dan Prosedur

APIP harus menyusun kebijakan dan prosedur untuk mengarahkan kegiatan audit.

a. kebijakan dan prosedur dibuat untuk memastikan bahwapengelolaan APIP serta pelaksanaan pengawasannya dapatdilakukan secara ekonomis, efisien dan efektif;

b. kebijakan dan prosedur yang ditetapkan meliputi kebijakan danprosedur pengelolaan kantor dan kebijakan danprosedurpelaksanaan audit; dan

c. kebijakan dan prosedur yang sedang berjalan direviu terus menerusuntuk memastikan keefektifannya. Kelemaha-kelemahan yangdijumpai dalam kebijakan danprosedur, termasuk penerapannya,senantiasa dikurangi dan dihilangkan.

(5) Melakukan Koordinasi

APIP harus melakukan koordinasi dengan, dan membagi informasikepada, auditor eksternal dan/atau auditor lainnya.

(12)

a. tujuan koordinasi adalah untuk memastikan cakupan yang tepatdan meminimalkan pengulangan kegiatan;

b. koordinasi dilakukan dengan menyampaikan rencana pengawasan tahunan serta hasil-hasil pengawasan yang telah dilakukan APIP selama periode yang akan dilakukan pemeriksaan oleh auditor eksternal dan/atau auditor lainnya; dan

c. dengan menyampaikan hasil-hasil pengawasannya, auditor eksternal dan/atau auditor lainnya diharapkan akan menggunakan hasil tersebut untuk mengurangi lingkup auditnya.

(6) Menyampaikan Laporan Berkala

APIP wajib menyusun dan menyampaikan laporan secara berkalatentang realisasi kinerja dan kegiatan audit yang dilaksanakanAPIP.

a. laporan dimaksudkan untuk menyampaikan

perkembanganpengawasan sesuai dengan rencana pengawasan tahunan,hambatan yang dijumpai serta rencana pengawasan periodeberikutnya. Laporan disampaikan kepada Menteri Dalam Negeri,Gubernur dan tembusan disampaikan kepada Menteri NegaraPendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PAN-RB)serta mengkoordinasikan pelaksanaan kebijakan nasional di bidangpengawasan kepada Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) dan institusilainnya sesuai dengan ketentuan perundang-undangan; dan b. laporan disampaikan minimal satu kali dalam enam bulan,

atauperiode lainnya sesuai dengan ketentuan perundang-undangan. (7) Melakukan Pengembangan Program dan Pengendalian Kualitas.

APIP harus mengembangkan program dan mengendalikan kualitas audit. a. program pengembangan kualitas mencakup seluruh aspek

kegiatanaudit di lingkungan APIP. Program tersebut dirancang untukmendukung kegiatan audit APIP, memberikan nilai tambah danmeningkatkan kegiatan operasi organisasi serta memberikanjaminan bahwa kegiatan audit di lingkungan APIP sejalan denganStandar Audit dan Kode Etik; dan

b. program dan pengendalian tersebut harus dipantau efektifitasnya secara terus-menerus, baik oleh internal APIP maupun pihak lain sesuai dengan kebijakan yang ditetapkan oleh Menteri yang berwenang untuk merumuskan kebijakan nasional dan mengkoordinasikan pelaksanaan kebijakan nasional di bidang pengawasan.Kelemahan-kelemahan yang dijumpai pada program maupun di pelaksanaannya harus senantiasa dikurangi dan dihilangkan.

(8) Menindaklanjuti Pengaduan Masyarakat

APIP harus menindaklanjuti pengaduan dari masyarakat.

a. pengaduan masyarakat dapat berbentuk pengaduan tertulis atau bentuk lainnya. Pengaduan tersebut harus ditangani denganmekanisme dan prosedur yang jelas, transparan dan dapat dipertanggungjawabkan berdasarkan peraturan perundang-undangan;

(13)

b. APIP berkewajiban untuk menindaklanjuti pengaduan masyarakat,antara lain terhadap hal - hal sebagai berikut:

1. hambatan, keterlambatan, dan/atau rendahnya kualitas pelayanan publik

2. penyalahgunaan wewenang, tenaga, uang, dan aset atau barang milik negara/daerah.

PENJABAT BUPATI LOMBOK UTARA,

(14)

Lampiran II : Peraturan Bupati Lombok Utara Nomor : Tahun 2015 Tanggal :

Tentang : Standar Audit Aparat Pengawas Intern Pemerintah (APIP) Kabupaten Lombok Utara

STANDAR UMUM AUDIT KENERJA DAN AUDIT DENGAN TUJUAN TERTENTU

A. VISI, MISI, TUJUAN, KEWENANGAN DAN TANGGUNG JAWAB

Visi, misi, tujuan, kewenangan dan tanggungjawab APIP harus dinyatakan secara terulis, disetujui dan ditandatangani oleh pimpinan APIP.

1. Pernyataan tertulis tentang visi, misi, tujuan, kewenangan dan tanggungjawab APIP dibuat dengan tujuan agar auditi dapat mengetahui visi, misi, tujuan, kewenangan dan tanggungjawab APIP sehingga tugas dan fungsi APIP dapat berjalan dengan semestinya, terutama dalam hal APIP mengakses informasi dari personil auditi.

2. Pernyataan tertulis tentang visi, misi, tujuan, kewenangan dan tanggungjawab APIP dalam organisasi direviu secara periodk untuk disesuaikan dengan perubahan-perubahan yang terjadi, karena kegiatan pengawasan yang dilakukan APIP bersifat berkelanjutan.

B. INDEPENDENSI DAN OBYEKTIVITAS.

Dalam semua hal yang berkaitan dengan audit, APIP harus independen dan auditornya harus obyektif dalam pelaksanaan tugasnya.

1. Independensi APIP dan obyektifitas auditor diperlukan agar kredibilitas hasil pekerjaan APIP meningkat.

2. Penilaian independensi dan obyektifitas mencakup dua komponen berikut:

a. status APIP dalam organisasi;dan

b. kebijakan untuk menjaga obyektivitas auditor terhadap auditi. 1. Independensi APIP

Inspektur bertanggungjawab kepada Bupati dalam pelaksanaan audit. Posisi APIP ditempatkan secara tepat sehingga bebas dari intervensi, dan memperoleh dukungan yang memadai dari Gubernur sehingga dapat bekerjasama dengan auditi dan melaksanakan pekerjaan dengan leluasa. Meskipun demikian, APIP harus membina hubungan kerja yang baik dengan auditi terutama dalam saling memahami diantara peranan masing-masing instansi.

2. Obyektifitas Auditor

Auditor harus memiliki sikap yang netral dan tidak bias serta menghindari konflik kepentingan dalam merencanakan, melaksanakan dan melaporkan pekerjaan yang dilakukannya. Auditor harus obyektif

(15)

dalammelaksanakan audit. Prinsip obyektivitas mensyaratkan agar auditor melaksanakan audit dengan jujur dan tidak mengkompromikan kualitas.

Inspektur tidak diperkenankan menempatkan auditor dalam situasi yang membuat tidak mampu mengambil keputusan berdasarkan pertimbangan profesionalnya.

3. Gangguan Terhadap Independensi dan Obyektifitas

Jika independensi atau obyektifitas terganggu, baik secara faktual maupun penampilan, maka gangguan tersebut harus dilaporkan kepada pimpinan APIP/Inspektur.

a. auditor harus melaporkan kepada Inspektur mengenai adanya situasi dan/atau interpretasi konflik kepentingan, ketidak independenan atau bias. Inspektur harus mengganti auditor tersebut dengan auditor lainnya yang bebas dari situasi tersebut;

b. auditor yang mempunyai hubungan yang dekat dengan auditi seperti hubungan sosial, kekeluargaan atau hubungan lainnya yang dapat mengurangi obyektivitasnya, harus tidak ditugaskan untuk melakukan audit terhadap entitas tersebut; dan

c. dalam hal auditor bertugas menetap untuk beberapa lama di kantor auditi guna membantu mereviu kegiatan, program atau aktivitas auditi, maka auditor tidak boleh terlibat dalam pengambilan keputusan atau menyetujui hal-hal yang merupakan tanggungjawab auditi.

C. KEAHLIAN

Auditor harus mempunyai pengetahuan, keterampilan, dan kompetensi lainnya yang diperlukan untuk melaksanakan tanggungjawabnya.

Inspektur harus yakin bahwa latar belakang pendidikan dan kompetensi teknis auditor memadai untuk pekerjaan audit yang akan dilaksanakan. Oleh karena itu, Inspektur wajib menciptakan kriteria yang memadai tentang pendidikan dan pengalaman dalam mengisi posisi auditor di lingkungan APIP.

1. Latar Belakang Pendidikan Auditor

Auditor APIP harus mempunyai tingkat pendidikan formal minimal Strata Satu (S-1) atau yang setara.

a. agar tercipta kinerja audit yang baik maka APIP harus mempunyai kriteria tertentu dari auditor yang diperlukan untuk merencanakan audit, mengidentifikasi kebutuhan profesional auditor dan untuk mengembangkan teknis dan metodologi audit agar sesuai dengan situasi dan kondisi yang dihadapi auditi;

b. APIP juga harus mengidentifikasi keahlian yang belum tersedia dan mengusulkannya sebagai bagian dari proses rekruitmen.

c. aturan tentang tingkatan pendidikan formal minimal dan pelatihan yang diperlukan harus dievaluasi secara periodik guna menyesuaikan dengan situasi dan kondisi yang dihadapi auditi.

(16)

2. Kompetensi Teknis.

Kompetensi teknis yang harus dimiliki oleh auditor adalah auditing, akuntansi, administrasi pemerintahan dan komunikasi.

a. disamping wajib memiliki keahlian tentang Standar Audit, kebijakan, prosedur dan praktik-praktik audit, auditor harus memiliki keahlian yang memadai tentang lingkungan pemerintahan sesuai dengan tugas pokok dan fungsi auditi;

b. dalam hal auditor melakukan audit terhadap sistem keuangan, catatan akuntansi dan laporan keuangan, maka auditor wajib mempunyai keahlian atau mendapatkan pelatihan di bidang akuntansi sektor publik dan ilmu-ilmu lainnya yang terkait dengan akuntabilitas auditi;

c. APIP pada dasarnya berfungsi melakukan audit di bidang pemerintahan, sehingga auditor harus memiliki pengetahuan yang berkaitan dengan administrasi pemerintahan;

d. auditor juga harus memiliki pengetahuan yang memadai di bidang hukum dan pengetahuan lain yang diperlukan untuk mengidentifikasi indikasi adanya kecurangan (fraud); dan

e. inspektur dan auditor wajib memiliki keterampilan dalam berkomunikasi secara efektif, terutama dengan auditi baik secara lisan dan tulisan, sehingga mereka dapat dengan jelas dan efektif menyampaikan hal–hal seperti tujuan kegiatan, kesimpulan, rekomendasi dan lain sebagainya.

3. Sertifikasi Jabatan dan Pendidikan dan Pelatihan Berkelanjutan

Auditor harus mempunyai sertifikasi jabatan fungsional auditor (JFA) dan mengikuti pendidikan dan pelatihan professional berkelanjutan (continuing professional education).

a. auditor wajib mengikuti pendidikan dan pelatihan sertifikasi jabatan fungsional auditor (JFA) yang sesuai dengan jenjangnya dan/atau sertifikasi lain di bidang pengawasan intern pemerintah. Pimpinan APIP wajib memfasilitasi auditor untuk mengikuti pendidikan dan pelatihan serta ujian sertifikasi sesuai dengan ketentuan. Dalam pengusulan auditor untuk mengikuti pendidikan dan pelatihan sesuai dengan jenjangnya, pimpinan APIP mendasarkan keputusannya pada formasi yang dibutuhkan dan persyaratan administrasi lainnya seperti kepangkatan dan pengumpulan angka kredit yang dimilikinya; dan

b. auditor wajib memiliki pengetahuan dan akses atas informasi teraktual dalam standar, metodologi, prosedur, dan teknik. Pendidikan profesional berkelanjutan dapat diperoleh melalui keanggotaan dan partisipasi dalam asosiasi profesi, pendidikan sertifikasi jabatan fungsional auditor, konferensi, seminar, kursuskursus,program pelatihan di kantor sendiri, dan partisipasi dalam proyek penelitian yang memiliki substansi di bidang audit.

(17)

4. Penggunaan Tenaga Ahli.

Pimpinan APIP dapat menggunakan tenaga ahli apabila Auditor tidak mempunyai keahlian yang diharapkan untuk melaksanakan penugasan audit.

a. pendidikan dan pengalaman auditor memungkinkan ia menguasai atau memahami hal-hal bisnis secara umum, tetapi ia tidak diharuskan memiliki keahlian sebagai seorang yang terlatih atau memenuhi syarat untuk melaksanakan praktik profesi atau pekerjaan lain. Namun dalam audit intern, auditor mungkin menjumpai masalah-masalah yang kompleks dan subjektif, yang secara potensial material terhadap pelaksanaan audit intern. Masalahmasalah seperti ini mungkin memerlukan keterampilan atau pengetahuan khusus dan menurut pertimbangkan auditor memerlukan penggunaan pekerjaan tenaga ahli untuk mendapatkan bukti audit yang kompeten;

b. pimpinan APIP harus memperoleh saran/nasihat dan bantuan dari pihak yang berkompeten dalam hal auditor tidak memiliki pengetahuan, keahlian dan keterampilan, serta kompetensi lain yang diperlukan untuk melaksanakan penugasan audit;

c. tenaga ahli yang dimaksud mencakup, namun tidak terbatas pada, aktuaris, penilai (appraiser), pengacara, insinyur, konsultan lingkungan, profesi medis, ahli statistik maupun geologi. Tenaga ahli tersebut dapat berasal dari dalam maupun dari luar organisasi;

d. dalam hal penggunaan tenaga ahli, auditor harus menilai kualifikasi profesional, kompetensi, dan pengalaman yang relevan, independensi, dan proses pengendalian kualitas dari tenaga ahli tersebut sebelum menerima pekerjaan. Penggunaan tenaga ahli harus disupervisi sebagaimana supervisi terhadap auditor;

e. dalam hal tenaga ahli digunakan untuk penugasan audit intern, maka harus ada pemahaman dan komunikasi yang cukup antara Auditor dengan tenaga ahli tersebut untuk meminimalkan kesalahpahaman yang dapat menyebabkan salah menafsirkan hasil pekerjaan dan/atau informasi dari tenaga ahli tersebut;

f. ketepatan dan kelayakan metode dan asumsi yang digunakan dan penerapannya merupakan tanggung jawab tenaga ahli, sedangkan tanggung jawab auditor terbatas kepada simpulan dan fakta atas hasil audit intern. Auditor harus (1) memahami metode dan asumsi yang digunakan oleh tenaga ahli, (2) melakukan pengujian semestinya atas data yang disediakan oleh tenaga ahli, dengan memperhitungkan taksiran risiko pengendalian auditor, dan (3) mengevaluasi apakah fakta yang ditemukan tenaga ahli mendukung pelaksanaan penugasan auditor. Biasanya auditor akan menggunakan pekerjaan tenaga ahli, kecuali jika prosedur auditor menyebabkan ia yakin bahwa fakta yang ditemukan tenaga ahli tersebut tidak masuk akal dalam keadaan tersebut. Jika auditor yakin bahwa fakta yang ditemukan tenaga ahli tidak masuk akal, ia harus menerapkan prosedur tambahan, yang dapat mencakup pemerolehan pendapat dari tenaga ahli lain; dan

(18)

g. pimpinan APIP harus menolak penugasan konsultansi atau memperoleh saran/nasehat dan bantuan yang kompeten jika auditor tidak memiliki pengetahuan, keahlian dan keterampilan, atau kompetensi lain yang dibutuhkan untuk melakukan semua atau sebagian dari penugasan. D. KECERMATAN PROFESIONAL

Auditor harus menggunakan keahlian profesionalnya dengan cermat dan seksama (due professional care) dan secara hati-hati (prudent) dalam setiap penugasan. Due professional care dapat diterapkan dalam pertimbangan profesional (professional judgement), meskipun dapat saja terjadi

Penarikan kesimpulan yang tidak tepat ketika audit sudah dilakukan dengan seksama.

Due professional care dilakukan pada berbagai aspek audit, diantaranya: a. tujuan audit;

b. penentuan ruang lingkup audit, termasuk evaluasi risiko audit; c. pemilihan pengujian dan hasilnya;

d. pemilihan jenis dan tingkat sumber daya yang tersedia untuk mencapai tujuan audit;

e. penentuan signifikan tidaknya risiko yang diidentifikasi dalam audit dan efek/dampaknya;

f. pengumpulan bukti audit; dan

g. penentuan kompetensi,integritas dan kesimpulan yang diambil pihak lain yang berkaitan dengan penugasan audit.

E. KEPATUHAN TERHADAP KODE ETIK.

Auditor harus mematuhi Kode Etik yang ditetapkan. Pelaksanaan audit harus mengacu, kepada Standar Audit ini dan auditor wajib mematuhi Kode Etik yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Standar Audit ini.

PENJABAT BUPATI LOMBOK UTARA,

ASHARI

(19)

Lampiran III : Peraturan Bupati Lombok Utara Nomor : Tahun 2015 Tanggal :

Tentang : Standar Audit Aparat Pengawas Intern Pemerintah (APIP) Kabupaten Lombok Utara

STANDAR PELAKSANAAN AUDIT KINERJA A. PERENCANAAN

Dalam setiap penugasan audit kinerja, auditor harus menyusun rencana audit.

1. Rencana audit dimaksudkan untuk menjamin bahwa tujuan

audit tercapai secara secara berkualitas, ekonomis, efisien dan efektif. 2. Dalam merencanakan auditnya, auditor menetapkan sasaran,

ruang lingkup, metodologi, dan alokasi sumber daya serta mempertimbangkan berbagai hal termasuk sistem pengendalian intern dan ketaatan auditi terhadap peraturan perundangan-undangan, kecuranganan dan ketidakpatutan (abuse).

3. Auditor harus mendokumentasikan rencana untuk setiap penugasan audit.

1. Penetapan Sasaran, Ruang Lingkup, Metodologi dan Alokasi Sumber Daya.

Dalam membuat rencana audit, auditor harus menetapkan sasaran, ruang lingkup , metodologi dan alokasi sumber daya.

a. sasaran

Sasaran penugasan audit kinerja adalah untuk menilai bahwa auditi telah menjalankan kegiatannya secara ekonomis, efisien dan efektif. Sasaran audit kinerja juga untuk mendeteksi adanya kelemahan sistem pengendalian intern serta adanya ketidakpatuhan terhadap peraturan perundang-undangan, kecurangan dan ketidak patutan (abuse).

b. ruang Lingkup

Agar sasaran audit tercapai, maka auditor harus menetapkan ruang lingkup penugasan yang memadai. Ruang lingkup audit kinerja meliputi aspek keuangan dan aoperasional auditi. Oleh karena itu, auditor akan memeriksa semua buku catatan, laporan, aset maupun personalia untuk memeriksa kinerja auditi yang diperiksa.

c. metodologi

Untuk mencapai sasran audit berdasarkan ruang lingkup audit yang telah ditetapkan, auditor harus menggunakan metodologi audit yang meliputi antara lain:

1) Penetapan waktu yang sesuai untuk melaksanakan prosedur audit tertentu

(20)

3) Penggunaan teknologi audit yang sesuai seperti teknik sampling dan pemenfaatan komputer sebagai alat bantu audit

4) Pembandingan dengan peraturan perundang-undangan yang berla ku

5) Perancangan prosedur audit untuk mendeteksi terjadinya penyimpangan dari ketentuan peraturan perundang-undangan, kecurangan dan ketidak patutan (abuse)

d. alokasi Sumber Daya

1) Auditor harus menentukan sumber daya yang sesuai untuk mencapai sasaran penugasan . Penugasan auditor harus didasarkan pada evaluasi atas sifat dan kompleksitas penugasan, keterbatasan waktu, dan ketersediaan sumber daya.

2) Audit harus dilaksanakan oleh tim yang secara kolektif harus mempunyai keahlian yang diperlukanuntuk melaksanakan audit kinerja. Oleh karena itu Inspektur harus mengalokasikan auditor yang mempunyai latar belakang pendidikan formal dan pengalaman sesuai dengan kebutuhan audit.

2. Pertimbangan dalam Perencanaan.

Dalam merencanakan pekerjaan audit kinerja, auditor harus mempertimbangkan berbagai hal, termasuk sistem pengendalian intern dan ketidak patuhan auditi terhadap peraturan perundang-undangan, kecurangan dan ketidak patuhan (abuse).

Hal-hal yang dipertimbangkan adalah :

a. laporan hasil audit sebelumnya serta tindak lanjut atas rekomendasi yang material dan berkaitan dengan sasaran audit yang dilaksanakan; b. sasaran audit dan pengujian - pengujian yang diperlukan

untukmencapai sasaran audit tersebut;

c. kriteria-kriteria yang digunakan untuk mengevaluasi organisasi, program, aktivitas atau fungsi yang diaudit;

d. sistem pengendalian intern auditi termasuk aspek-aspek penting lingkungan tempat beroperasinya auditi;

e. pemahaman tentang hak dan kewajiban serta hubungan timbal balik antara auditor dengan auditi dan manfaat audit bagi kedua pihak;dan f. pendekatan audit yang paling efisien dan efektif.

1. Bentuk dan isi dan pengguna laporan hasil audit

a) Pemahaman dan pengujian atas sistem pengendalian intern.

Auditor harus memahami rancangan sistem pengendalian intern dan menguji penerapannya.

Sistem pengendalian intern adalah proses yang integral pada tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara terus menerus oleh pimpinan dan seluruh pegawai untuk memberikan keyakinan memadai atas tercapainya tujuan organisasi melalui kegiatan yang efisien dan efektif, keandalan pelaporan keuangan ,pengamanan aset Negara dan ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan.

1) Auditor harus mempunyai pemahaman atas sistem pengendalian intern audit dan mempertimbangkan apakah prosedur-prosedur

(21)

sistem pengendalian intern telah dirancang dan diterapkan secara memadai . Pemahaman atas rancangan sistem pengendalian intern digunakan untuk menentukan saat dan jangka waktu serta penentuan prosedur yang diperlukan dalam pelaksanaan audit. Oleh karena itu ,auditor harus memasukkan pengujian atas sistem pengendalian intern auditi dalam prosedur auditnya.

2) Pemahaman atas sistem pengendalian intern dapat dilakukan melalui permintaan keterangan,pengamatan,inspeksi catatan dan dokumen atau mereviu laporan pihak lain.

b) Ketidakpatuhan terhadap peraturan perundang-undangan, kecurangan dan ketidak patutan (abuse).

Auditor harus merancang auditnya untuk mendeteksi adanya ketidakpatuhan terhadap peraturan perundang-undangan ,kecurangan dan ketidakpatutan (abuse).

1) Dalam merencanakan pengujian untuk mendeteksi adanya ketidakpatuhan terhadap peraturan perundang-undangan ,auditor harus mempertimbangkan dua faktor berikut : rumitnya peraturan perundang-undangan yang dimaksud dan masih barunya peraturan perundang-undangan tersebut.

2) Selain itu, auditor harus mempertimbangkan risiko terjadinya kecurangan (fraud) yang berpengaruh secara signifikan terhadap tujuan audit. Faktor-faktor terjadinya kecurangan yang harus diperhatikan oleh auditor adalah keinginan atau tekanan yang dialami seseorang untuk melakukan kecurangan , kesempatan yang memungkinkan terjadinya kecurangan , dan sifat atau alasan seseorang untuk melakukan kecurangan.

3) Ketidakpatutan (abuse) bisa terjadi, tetapi tidak ada pelanggaran terhadap peraturan perundang-undangan. Auditor harus mempertimbangkan resiko terjadinya ketidakpatutan (abuse) yang berpengaruh secara signifikan terhadap tujuan audit. Meskipun demikian, auditor harus mempertimbangkan secara hati-hati karena terjadinya ketidakpatutan (abuse) ini bersifat subjektif

4) Auditor harus menggunakan pertimbangan professional untuk mendeteksi kemungkinan adanya ketidakpatuhan (abuse) terhadap peraturan perundang-undangan,kecurangan dan ketidakpatutan (abuse). Dalam kondisi tertentu ,auditor , sesuai mekanisme internal APIP, diwajibkan untuk melaporkan indikasi terjadinya ketidakpatuhan terhadap peraturan perundang-undangan ,kecurangan dan ketidakpatutan (abuse) ini kepada pihak-pihak tertentu sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

B. SUPERVISI

Pada setiap tahap audit kinerja, pekerjaan auditor harus disupervisi secara memadai untuk memastikan tercapainya sasaran. Terjaminnya kualitas, dan meningkatnya kemampuan auditor.

1. Supervisi merupakan tindakan yang terus menerus selama pekerjaan audit, mulai dari perencanaan hingga diterbitkannya laporan audit. 2. Supervisi harus diarahkan baik pada substansi maupun metodoloi

audit dengan tujuan antara lain untuk mengetahui : a. pemahaman anggota tim audit atas rencana audit;

(22)

b. kesesuaian pelaksanaan audit dengan standar audit;

c. kelengkapan bukti yang terkandung dalam kertas kerja audit untuk mendukung kesimpulan audit dan rekomendasi sesuai dengan jenis audit; dan

d. kelengkapan dan akurasi laporan audit yang mencakup terutama pada kesimpulan audit dan rekomendasi sesuai dengan jenis audit . 3. Semua pekerjaan anggota tim audit harus direviu oleh ketua tim ;

semua pekerjaan ketua tim audit harus direviu oleh atasan langsungnya sebelum laporan audit dibuat

4. Reviu oleh atasan pada aktivitas audit kinerja harus dilakukan secara periodik untuk menjamin bahwa perkembangan audit kinerja masih efisien, efektif,mendalam , objektif dan sesuai dengan ketentuan.

Hal ini dilakukan untuk memastikan bahwa :

a. tim audit memahami tujuan dan rencana audit; b. audit dilaksanakan sesuai dengan standar audit; c. prosedur audit telah diikuti ;

d. kertas kerja audit memuat bukti-bukti yang mendukung temuan dan rekomendasi; dan

e. tujuan audit telah dicapai.

C. PENGUMPULAN DAN PENGUJIAN BUKTI

Auditor harus mengumpulkan dan menguji bukti untuk mendukung kesimpulan dan temuan audit kinerja .

Secara umum, audit dapat didefinisikan sebagai proses pengumpulan dan pengujian bukti untuk melihat kesesuaian informasi yang terkandung dalam bukti tersebut dengan suatu kriteria yang mendasarinya. Oleh karena itu, Proses pengumpulan dan pengujian bukti merupakaninti dari sebuah audit.

1. Pengumpulan Bukti .

Auditor harus mengumpulkan bukti yang cukup,kompeten dan relevan

a. bukti yang dikumpulkan oleh auditor akan digunakan untuk mendukung kesimpulan ,temuan audit serta rekomendasi yang terkait;

b. bukti dapat digolongkan menjadi bukti fisik , bukti kesaksian ,dan bukti analisis. Bukti fisik yaitu bukti yang diperoleh dari pengukuran dan perhitungan fisik secara langsung terhadap orang.properti atau kejadian. Bukti fisik dapat berupa berita acara pemeriksaan fisik ,foto,gambar,bagan,peta atau contoh fisik. Bukti dokumen merupakan bukti yang berisi informasi tertulis , seperti surat,kontrak,catatan akuntansi, faktur dan informasi tertulis lainnya. Bukti kesaksian merupakan bukti yang diperoleh melalui wawancara,quesioner, atau dengan meminta pernyataan tertulis. Bukti analisis merupakan bukti yang dikembangkan oleh auditor dari bukti audit lainnya. Bukti analisis ini dapat berupa perbandingan , nisbah, perhitungan dan argumen logis lainnya;

c. bukti audit yang cukup berkaitan dengan jumlah bukti yang dapat dijadikan sebagai dasar untuk penarikan suatu kesimpulan audit. Untuk menentukan kecukupan bukti audit, auditor harus

(23)

menerapkan pertimbangan keahliannya secara professional dan obyektif;

d. bukti audit disebut kompeten jika bukti tersebut sah dan dapat diandalkan untuk menjamin kesesuaian dengan faktanya. Bukti yang sah adalah bukti yang memenuhi persyaratan hukum dan peraturan n perundang-undangan. Bukti yang dapat diandalkan berkaitan dengan sumber dan cara perolehan bukti itu sendiri; e. bukti audit disebut relevan jika bukti tersebut secara logis

mendukung atau menguatkan pendapat atau argument yang berhubungan dengan tujuan dan kesimpulan audit; dan

f. auditor dapat menggunakan tenaga ahli apabila pengetahuan dan pengalamannya tidak memadai untuk mendapatkan bukti yang cukup, kompeten dan relevan. Untuk memahami apakah hasil kerja tenaga ahli dapat mendukung kesimpulan auditnya, auditor rarus mempelajari metode atau asumsi yang digunakan oleh tenaga ahli tersebut.

2. Pengujian Bukti

Auditor harus menguji bukti audit yang dikumpulkan .

a. pengujian bukti dimaksudkan untuk menilai kesahihan bukti yang dikumpulkan selama pekerjaan audit, yaitu kesesuaian antara informasi yang terkandung dalam bukti tersebut dengan criteria yang ditentukan;

b. teknik audit yang digunakan meliputi konfirmasi, inspeksi,pembandingan, penelusuran hingga bukti asal dan bertanya (wawancara); dan

c. selain untuk mendukung simpulan auditor atas kinerja auditi, bukti yang dikumpulkan dan diuji juga bukti yang mendukung adanya kelemahan dalam sistem pengendalian intern serta bukti yang mendukung adanya ketidakpatuhan terhadap peraturan perundang-undangan , kecurangan dan ketidakpatutan (abuse). D. PENGEMBANGAN TEMUAN

Auditor harus mengembangkan temuan yang diperoleh selama pelaksanaan audit kinerja.

1. Temuan dalam sebuah audit kinerja berupa adanya ketidakekonomisan, ketidak efisienan dan ketidakefektifan pengelolaan organisasi,program, aktifitas atau fungsi yang diaudit 2. Temuan juga berupa kurang memadainya system pengendalian

intern, adanya ketidakpatuhan dari ketentuan peraturan perundang-undangan , kecurangan, serta ketidakpatutan (abuse)

3. Temuan audit biasanya terdiri dari unsure kondisi,criteria,akibat dan sebab. Namun demikian, unsur yang dibutuhkan untuk sebuah temuan audit seluruhnya bergantung pada tujuan audit tersebut. Sebuah temuan atau sekelompok temuan audit disebut lengkap sepanjang sasaran auditnya telah dipenuhi dan laporannya secara jelas mengaitkan sasaran tersebut dengan unsur temuan audit

(24)

E. DOKUMENTASI

Auditor harus menyiapkan dan menatausahakan dokumen audit kinerja dalam bentuk kertas kerja audit. Dokumen audit harus disimpan secara tertib dan sistematis agar dapat secara efektif diambil kembali, dirujuk, dan dianalisis

a. dokumen audit yang berkaitan dengan perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporan audit harus berisi informasi yang cukup untuk memungkinkan auditor yang berpengalaman tetapi tidak mempunyai hubungan dengan audit tersebut dapat memastikan bahwa dokumen audit tersebut dapat menjadi bukti yang mendukung kesimpulan ,temuan, dan rekomendasi auditor;

b. bentuk dan isi dokumen audit harus dirancang secara tepat sehingga sesuai dengan kondisi masing-masing pekerjaan atau jenis audit. Informasi yang dimasukkan dalam dokumen audit menggambarkan catatan penting mengenai pekerjaan yang dilaksanakan oleh auditor sesuai dengan standar dan kesimpulan auditor. Kuantitas, jenis, dan isi dokumen audit didasarkan atas pertimbangan professional auditor;

c. dokumen audit harus berisi :

1) Tujuan, lingkup, dan metodologi audit, termasuk kriteria pengambilan uji-petik (sampling) yang digunakan .

2) Dokumentasi pekerjaan yang dilakukan digunakan untuk mendukung pertimbangan professional dan temuan auditor . 3) Bukti tentang reviu supervisi terhadap pekerjaan yang dilakukan 4) Penjelasan auditor mengenai standar yang diterapkan , apabila

ada, alas an dan akibatnya .

d. penyusunan dokumentasi audit harus cukup rinci untuk memberikan pengertian yang jelas tentang tujuan, sumber dan kesimpulan yang dibuat oleh auditor , dan harus diatur secara jelas sehingga ada hubungan antara temuan dengan kesimpulan yang ada dalam laporan hasil audit;

e. APIP harus menetapkan kebijakan dan prosedur yang wajar mengenai pengamanan dan penyimpanan dokumen audit selama waktu tertentu sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Dokumen audit memungkinkan dilakukannya reviu terhadap kualitas pelaksanaa audit, yaitu dengan memberikan dokumen audit tersebut kepada pereviu, baik dalam bentuk dokumen tertulis maupun dalam format elektronik . Apabila dokumen audit hanya disimpan secara elektronik, APIP harus yakin bahwa dokumentasi elektronik tersebut dapat diakses sepanjang periode penyimpanan yang ditetapkan dan akses terhadap dokumentasi elektronik tersebut dijaga secara memadai.

PENJABAT BUPATI LOMBOK UTARA,

(25)

Lampiran IV : Peraturan Bupati Lombok Utara Nomor : Tahun 2015 Tanggal :

Tentang : Standar Audit Aparat Pengawas Intern Pemerintah (APIP) Kabupaten Lombok Utara

STANDAR PELAPORAN AUDIT KINERJA A. KEWAJIBAN MEMBUAT LAPORAN

Auditor harus membuat laporan hasil audit kinerja setelah selesai melakukan tugasnya sesuai dengan format yang telah ditentukan.

Laporan hasil audit merupakan hasil akhir dari proses audit. Laporan hasil audit berguna antara lain untuk:

a. mengkomunikasikan hasil audit kepada auditi dan pihak lain yang berwenang berdasarkan peraturan perundang - undangan;

b. menghindari kesalah pahaman atas hasil audit;

c. menjadi bahan untuk melakukan tindakan perbaikan bagi auditi dan instansi terkait; dan

d. memudahkan pemantauan tindak lanjut untuk menentukan pengaruh tindakan perbaikan yang semestinya telah dilakukan.

B. CARA DAN SAAT PELAPORAN

Laporan hasil audit kinerja harus dibuat secara tertulis dan segera, yaitu pada kesempatan pertama setelah berakhirnya pelaksanaan audit.

a. laporan hasil audit harus dibuat secara tertulis untuk menghindari kemungkinan salah tafsir atas kesimpulan, temuan dan rekomendasi auditor. Keharusan membuat laporan secara tertulis tidak berarti membatasi atau mencegah pembahasan lisan dengan auditi selama proses audit berlangsung; dan

b. pembuatan laporan hasil audit dilakukan segera setelah selesainya pekerjaanlapangan, tanpa harus ditunda.

C. BENTUK DAN ISI LAPORAN

Laporan hasil audit kinerja harus dibuat dalam bentuk dan isi yang dapat dimengerti oleh auditi dan pihak lain yang terkait.

1. Bentuk laporan pada dasarnya bisa berbentuk surat atau bab. Bentuk surat digunakan apabila dari hasil audit tersebut tidak diketemukan banyak temuan. Sedangkan bentuk bab digunakan apabila dari hasil pemeriksaan ditemukan banyak temuan;

2. Baik bentuk surat maupun bab, laporan hasil audit setidaknya harus memuat:

a. dasar melakukan audit; b. identifikasi auditi;

(26)

d. pernyataan bahwa audit dilaksanakan sesuai dengan standar audit;

e. kriteria yang digunakan untuk mengevaluasi;

f. hasil audit berupa kesimpulan, temuan audit, dan rekomendasi;

g. tanggapan dari pejabat auditi yang bertanggung jawab; h. pernyataan adanya keterbatasan dalam audit serta

pihak-pihak yang menerima laporan; dan i. pelaporan informasi rahasia apabila ada.

3. Adanya kelemahan dalam sistem pengendalian intern serta adanya ketidak patuhan terhadap peraturan perundang - undangan, kecurangan dan ketidakpatutan (abuse) disajikan sebagai bagian temuan.

a. kelemahan Sistem Pengendalian Intern Auditor harus melaporkan adanya kelemahan atas sistem pengendalian intern auditi.Kelemahan atas sistem pengendalian intern yang dilaporkan adalah yang

mempunyai pengaruh signifikan. Sedangkan

kelemahan yang tidak signifikan cukup disampaikan kepada auditi dalam bentuk surat (management letter);

b. ketidakpatuhan terhadap Peraturan Perundang - undangan, Kecurangan dan Ketidakpatutan (Abuse); c. auditor harus melaporkan adanya ketidakpatuhan

terhadap peraturan perundang - undangan, kecurangan dan ketidakpatutan (abuse).

4. Apabila berdasarkan bukti-bukti yang diperoleh auditor menyimpulkan bahwa telah terjadi ketidakpatuhan terhadap peraturan perundang- undangan, kecurangan dan ketidakpatutan (abuse), auditor harus melaporkan hal tersebut.

5. Peraturan perundang-undangan mungkin mengatur bahwa APIP harus segera melaporkan adanya ketidakpatuhan terhadap peraturan perundang- undangan, kecurangan dan ketidakpatutan (abuse) segera setelah ditemukan langsung kepada pihak-pihak yang ditentukan dalam peraturan perundang- undangan. Dalam kondisi demikian, auditor harus segera melaporkan sesuai dengan ketentuan internal APIP tanpa harus menunggu laporan hasil audit diselesaikan.

6. Auditor dapat menggunakan bantuan konsultan hukum untuk menentukan apakah telah terjadi ketidakpatuhan terhadap peraturan perundang-

undangan dan kecurangan serta mekanisme

pelaporannya. D. KUALITAS LAPORAN

Laporan hasil audit kinerja harus tepat waktu, lengkap, akurat, obyektif, meyakinkan, serta jelas, dan seringkas mungkin.

1. Tepat Waktu

a. agar suatu informasi bermanfaat secara maksimal, maka laporan hasil audit harus tepat waktu. Laporan yang dibuat dengan hati-hati tetapi terlambat disampaikan,

(27)

nilainya menjadi kurang bagi pengguna laporan hasil audit. Oleh karena itu, auditor harus merencanakan penerbitan laporan tersebut secara semestinya dan melakukan audit dengan dasar pemikiran tersebut.

Selama audit berlangsung, auditor harus

mempertimbangkan adanya laporan hasil audit sementara untuk hal yang material kepada auditi dan/atau kepada pihak lain yang terkait;

b. laporan hasil audit sementara tersebut bukan merupakan pengganti laporan hasil audit akhir, tetapi mengingatkan kepada pejabat terkait terhadap hal yang membutuhkan perhatian segera dan memungkinkan pejabat tersebut untuk memperbaikinya sebelum laporan hasil audit akhir diselesaikan.

2. Lengkap

a. agar menjadi lengkap, laporan hasil audit harus memuat semua informasi dari bukti yang dibutuhkan untuk memenuhi sasaran audit, memberikan pemahaman yang benar dan memadai atas hal yang dilaporkan, dan memenuhi persyaratan isi laporan hasil audit. Hal ini juga berarti bahwa laporan hasil audit harus memasukkan informasi mengenai latar belakang permasalahan secara memadai. Laporan harus memberikan perspektif yang wajar mengenai aspek kedalaman dan signifikansi temuan audit, seperti frekuensi terjadinya penyimpangan dibandingkan dengan jumlah kasus atau transaksi yang diuji, serta hubungan antara temuan audit dengan kegiatan entitas yang diaudit. Hal ini diperlukan agar pembaca memperoleh pemahaman yang benar dan memadai; dan b. umumnya, satu kasus kekurangan/kelemahan saja

tidak cukup untuk mendukung suatu simpulan yang luas atau rekomendasi yang berhubungan dengan simpulan tersebut. Satu kasus itu hanya dapat diartikan sebagai adanya kelemahan, kesalahan atau kekurangan data pendukung oleh karenanya informasi yang terinci perlu diungkapkan dalam laporan hasil audit untuk meyakinkan pengguna laporan hasil audit tersebut.

3. Akurat

a. akurat berarti bukti yang disajikan benar dan temuan itu disajikan dengan tepat. Perlunya keakuratan

didasarkan atas kebutuhan untuk memberikan

keyakinan kepada pengguna laporan hasil audit bahwa apa yang dilaporkan memiliki kredibilitas dan dapat diandalkan. Satu ketidakakuratan dalam laporan hasil audit dapat menimbulkan keraguan atas keandalan seluruh laporan tersebut dan dapat mengalihkan perhatian pengguna laporan hasil audit dari substansi laporan tersebut. Demikian pula, laporan hasil audit yang tidak akurat dapat merusak kredibilitas APIP yang menerbitkan laporan hasil audit dan mengurangi efektifitas laporan hasil audit;

b. laporan hasil audit harus memuat informasi, yang didukung oleh bukti yang kompeten dan relevan dalam kertas kerja audit. Apabila terdapat data yang material

(28)

terhadap temuan audit tetapi auditor tidak melakukan pengujian terhadap data tersebut, maka auditor harus secara jelas menunjukkan dalam laporan hasil auditnya bahwa data tersebut tidak diperiksa dan tidak membuat temuan atau rekomendasi berdasarkan data tersebut;

c. bukti yang dicantumkan dalam laporan hasil audit harus masuk akal dan mencerminkan kebenaran mengenai masalah yang dilaporkan. Penggambaran yang benar berarti penjelasan secara akurat tentang lingkup dan metodologi audit, serta penyajian temuan yang konsisten dengan lingkup audit. Salah satu cara untuk meyakinkan bahwa laporan hasil audit telah memenuhi standar pelaporan adalah dengan menggunakan proses pengendalian mutu, seperti proses referensi; dan

d. proses referensi adalah proses dimana seorang auditor yang tidak terlibat dalam proses audit tersebut menguji bahwa suatu fakta, angka, atau tanggal telah dilaporkan dengan benar, bahwa temuan telah didukung dengan

dokumentasi audit, dan bahwa simpulan dan

rekomendasi secara logis didasarkan pada data pendukung.

4. Obyektif

a. obyektifitas berarti penyajian seluruh laporan harus seimbang dalam isi dan redaksi. Kredibilitas suatu laporan ditentukan oleh penyajian bukti yang tidak memihak, sehingga pengguna laporan hasil audit dapat diyakinkan oleh fakta yang disajikan; dan

b. laporan hasil audit harus adil dan tidak menyesatkan. Ini berarti auditor harus menyajikan hasil audit secara netral dan menghindari kecenderungan melebih-lebihkan kekurangan yang ada. Dalam menjelaskan kekurangan suatu kinerja, auditor harus menyajikan penjelasan pejabat yang bertanggung jawab, termasuk pertimbangan atas kesulitan yang dihadapi entitas yang diperiksa. Redaksi laporan harus mendorong pengambil keputusan untuk bertindak atas dasar temuan dan rekomendasi auditor. Meskipun temuan auditor harus disajikan dengan jelas dan terbuka, auditor harus ingat bahwa salah satu tujuannya adalah untuk meyakinkan. Cara terbaik untuk itu adalah dengan menghindari bahasa laporan yang menimbulkan adanya sikap membela diri dan menentang dari entitas yang diaudit. Meskipun kritik terhadap kinerja yang telah lalu seringkali dibutuhkan, laporan hasil audit harus menekankan perbaikan yang diperlukan.

5. Meyakinkan

agar meyakinkan, maka laporan harus dapat

menjawab sasaran audit, menyajikan temuan,

kesimpulan, dan rekomendasi yang logis. Informasi yang disajikan harus cukup meyakinkan pengguna laporan untuk mengakui validitas temuan tersebut dan manfaat penerapan rekomendasi. Laporan yang disusun dengan cara ini dapat membantu pejabat yang bertanggung

(29)

jawab untuk memusatkan perhatiannya atas hal yang memerlukan perhatian itu, dan dapat membantu untuk melakukan perbaikan sesuai rekomendasi dalam laporan hasil audit

6. Jelas

a. laporan harus mudah dibaca dan dipahami. Laporan harus ditulis dengan bahasa yang jelas dan sesederhana mungkin. Penggunaan bahasa yang lugas dan tidak teknis sangat penting untuk menyederhanakan penyajian. Jika digunakan istilah teknis, singkatan, dan akronim yang tidak begitu dikenal, maka hal itu harus didefinisikan dengan jelas. Akronim agar digunakan sejarang mungkin;

b. apabila diperlukan, auditor dapat membuat ringkasan laporan untuk menyampaikan informasi yang penting sehingga diperhatikan oleh pengguna laporan hasil audit. Ringkasan tersebut memuat jawaban terhadap sasaran audit, temuan-temuan yang paling material, dan rekomendasi; dan

c. pengorganisasian laporan secara logis, keakuratan dan ketepatan dalam menyajikan fakta, merupakan hal yang penting untuk memberi kejelasan dan pemahaman bagi pengguna laporan hasil audit. Penggunaan judul, sub judul, dan kalimat topik (utama) akan membuat laporan lebih mudah dibaca dan dipahami. Alat bantu visual (seperti gambar, bagan, grafik, dan peta) dapat digunakan untuk menjelaskan dan memberikan resume terhadap suatu masalah yang rumit.

7 . RINGKAS

Laporan yang ringkas adalah laporan yang tidak lebih panjang daripada yang diperlukan untuk menyampaikan dan mendukung pesan. Laporan yang terlalu rinci dapat menurunkan kualitas laporan, bahkan dapat menyembunyikan pesan yang sesungguhnya dan dapat membingungkan atau mengurangi minat pembaca. Pengulangan yang tidak perlu juga harus dihindari. Meskipun banyak peluang untuk mempertimbangkan isi laporan, laporan yang lengkap tetapi ringkas, akan mencapai hasil yang lebih baik.

E. TANGGAPAN AUDITI

Auditor harus meminta tanggapan/pendapat terhadap kesimpulan, temuan, dan rekomendasi termasuk tindakan perbaikan yang direncanakan oleh auditi, secara tertulis dari pejabat auditi yang bertanggung jawab.

1 . Tanggapan tersebut harus dievaluasi dan dipahami secara seimbang dan obyektif, serta disajikan secara memadai dalam laporan hasil audit. Tanggapan yang diberikan, seperti janji atau rencana tindakan perbaikan, harus dicantumkan dalam laporan hasil audit, tetapi tidak dapat diterima sebagai pembenaran untuk menghilangkan temuan dan rekomendasi yang berhubungan dengan temuan tersebut.

2. Apabila tanggapan dari auditi bertentangan dengan kesimpulan, temuan, dan rekomendasi dalam laporan hasil audit, dan menurut pendapat auditor

(30)

tanggapan tersebut tidak benar, maka auditor harus menyampaikan ketidaksetujuannya atas tanggapan tersebut beserta alasannya secara seimbang dan obyektif. Sebaliknya, auditor harus memperbaiki laporannya, apabila auditor berpendapat bahwa tanggapan tersebut benar.

F. PENERBITAN DAN DISTRIBUSI LAPORAN

Laporan hasil audit kinerja diserahkan kepada pimpinan organisasi, auditi, dan pihak lain yang diberi wewenang untuk menerima laporan hasil audit sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

1. Laporan hasil audit kinerja harus didistribusikan tepat waktu kepada pihak yang berkepentingan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan. Namun dalam hal yang diaudit merupakan rahasia negara maka untuk tujuan keamanan atau dilarang disampaikan kepada pihak-pihak tertentu atas dasar ketentuan peraturan perundang-undangan, auditor dapat membatasi pendistribusian laporan tersebut.

2. Apabila suatu audit dihentikan sebelum berakhir, tetapi auditor tidak mengeluarkan laporan hasil audit,

maka auditor harus membuat catatan yang

mengikhtisarkan hasil auditnya sampai tanggal penghentian dan menjelaskan alasan penghentian audit tersebut. Auditor juga harus mengkomunikasikan secara tertulis alasan penghentian audit tersebut kepada auditi dan pejabat lain yang berwenang.

PENJABAT BUPATI LOMBOK UTARA,

Referensi

Dokumen terkait

SPP Tambahan Uang Persediaan yang selanjutnya disingkat SPP-TU adalah dokumen yang diajukan oleh bendahara pengeluaran atau bendahara pengeluaran pembantu untuk

Dalam hubungan itu tugas historiografi bukan saja mencari kebenaran masa lampau akan tetapi berdasarkan itu memperbandingkan dengan masa kini dan agaknya Benedetto Croce

(1). Jangka waktu 1 bulan : 50 bagian untuk Deposan dan 50 bagian untuk PT. Jangka waktu 3 bulan : 55 bagian untuk Deposan dan 45 bagian untuk PT. Jangka waktu 6 bulan : 60

ketika sudah tidak memenuhi prestasi pihak Lembaga Keuangan Mikro Syariah (LKMS) Karawang akan mengeluarkan surat peringatan satu, dua dan tiga serta melakukan

In this research the author will implement Hierarchical Token Bucket algorithm as a queue discipline (qdsic) to produce bandwidth management properly. The final result on

Penerapan suatu pengendalian intern yang baik adalah dengan menerapkan suatu sistem yang disebut dengan sistem pengendalian intern “Sistem pengendalian intern meliputi

membagi tugas sesuai dengan kompetensi jabatan bawahan dalam rangka penyiapan bahan penyusunan rancangan Rencana Strategis, Program dan Rencana Kerja Tahunan/Rencana

membagi tugas sesuai dengan fungsi dan kompetensi jabatan bawahan dalam rangka penyiapan bahan penyusunan program kerja subbagian Administrasi Pemerintahan agar