• Tidak ada hasil yang ditemukan

Keteladanan Para Sahabat Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam (Manusia-Manusia Istimewa seri 93)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Keteladanan Para Sahabat Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam (Manusia-Manusia Istimewa seri 93)"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

Keteladanan Para Sahabat Nabi Muhammad shallaLlahu ‘alaihi wa sallam (Manusia-Manusia Istimewa seri 93)

Pembahasan lanjutan seorang Ahlu Badr (Para Sahabat Nabi Muhammad (saw) peserta perang Badr atau ditetapkan oleh Nabi (saw) mengikuti perang Badr) yaitu Hadhrat Mu’adz

bin Jabal radhiyAllahu ta’ala ‘anhu. Pembetulan kesalahan terjemahan salah satu Hadits yang

Hudhur (atba) sampaikan pada Khotbah Jumat tertanggal 30 Oktober 2020 mengenai Hadhrat

Mu’adz bin Jabal radhiyAllahu ta’ala ‘anhu. Lanjutan pembahasan mengenai Hadhrat

‘Abdullah bin Amru bin Haram radhiyAllahu ta’ala ‘anhu, ayah Sahabat terkenal dari kalangan

Anshar Madinah, Hadhrat Jabir bin ‘Abdullah radhiyAllahu ta’ala ‘anhu.

Khotbah Jumat

Sayyidina Amirul Mu’minin, Hadhrat Mirza Masroor Ahmad, Khalifatul Masih al-Khaamis (ayyadahullaahu Ta’ala binashrihil ‘aziiz) pada 13 November 2020 (Nubuwwah 1399 Hijriyah

Syamsiyah/Rabi’ul Awwal 1442 Hijriyah Qamariyah) di Masjid Mubarak, Tilford, UK (United Kingdom of Britain/Britania Raya)

ُ هلو ُس َر َو ُ هُدْبُ ع َ اد َّمً ح ُم َ نأ َّ دُهَشأو ، ْ هُ ل كيِرَ ش لا َ هُدَح َو ْ هُ للا َّ لا ِإ هلإ لا َّ نأ ْ دُهَشأْ . .ميجرلا ناطيشلا نم هللاب ذوعأف دعب امأ نيدلا م ْوِّ ي كلا َم * ميح َّرلا ن َمَ ح َّرلا * ْ نيمَ لا َعَ لا ْ ب َر هلل ِّ د ْمُ حَ لا * ميح َّرلا ن َمْ ح َّرلا هللا ِمْ ْسب َ كايإ َو َّ دُب ْعُ ن َ كاَ يإ *َّ لا لا َو ْمهْيلَع بوَ ضُ غ َمْ لا رْيْ غ ْم ِهَ ْيَل َع َت ْم َعْنأ َ ني ِذَ لا طا َر ِص * َّ َميقَت ْس ُمْلا َطاَر ِّصلا اَند ْها * ُنيعَت ْسَن اض )نيمآ( .نيَ لِّ

Hari ini saya akan menyampaikan tentang sahabat Badr. Namun sebelumnya saya ingin menyampaikan sebuah revisi (pembetulan). Dua khotbah sebelumnya disampaikan tentang Hadhrat Muaz bin Jabal. Di situ disampaikan sebuah riwayat Musnad Ahmad bin Hambal yang di dalamnya dibahas tentang thaun bahwa Rasulullah (saw) bersabda: “Dekat waktunya kamu akan hijrah ke Syam dan Syam akan dikuasai melalui tanganmu. Namun di sana kamu akan terkena penyakit bisul yang akan mencengkram manusia dari kaki tangga.”

Terjemahan yang baru saya sampaikan ini tidak tepat, ada kesalahan dan dengan demikian tidak jelas maksudnya. Maka dari itu saya akan sampaikan lagi riwayat dengan terjemahannya yang benar.

( : َلاق ِهَ للا ِدْيَبَّ ع ِنُ ب َلي ِعاْ َم ْسِإ ْنَع) Riwayat dari Ismail bin ‘Ubaidullah bahwa Hadhrat Mu’adz bin Jabal berkata, : ُلوقُي َمَ ل َس َو ِهَّ ْيَل َعهُ للا ىَّ ل َص ِهَّ للا َلو ُس َر َّ ت ْع ِمُ َس “Saya mendengar Rasulullah (saw) bersabda, ِلجُ َّرلا ِقاَر َمِب ذُخُ أْي ِةَ َّر َحْلاَك ْوأ ِلَ َّم ُّدلاَك ٌءا َد ْمُكي ِف ُنوكُي َو ْمَ كُل َحُ تَف ُيْ ف ِماَ شلا ىَّ لِإ َ نو ُر ِجاَ هَت َسُ ’Anda sekalian akan hijrah ke Syam dan Syam akan ditaklukkan bagi kalian. Di sana akan ada penyakit yang muncul di antara kalian berupa bisul atau seperti sesuatu yang menggigit dengan sangat

ekstrimdan penyakit itu akan muncul di bagian bawah pusar.’”

Jadi, terjemahan ‘penyakit itu akan mencengkram dari kaki tangga’ adalah terjemahan berbagai kata yang sebelumnya diterjemahkan dengan keliru. Terjemahan yang benar adalah penyakit itu muncul di bagian bawah pusar sebagaimana bisul yang keluar di bagian bawah pusar di atas kaki di bagian tengah badan.

Nabi (saw) bersabda, ْمهُلا َمَ عْ أ اَ هِب يَ كِّزَي َو ْمُ ه َسُ فُنْأ ِهِب َ هُ للا َّ د ِهُ شْ ت ْسَ يَ “Melalui itu Allah Taala akan menganugrahkan mati syahid pada orang-orang dan menyucikan amalan-amalan mereka.”

Kemudian Hadhrat Mu’adz ra berdoa, ِهللا ِلوَّ ُس َر ْن ِم ُه َع ِم َس ٍلَب َج َنْب ذا َع ُم َ نَّ أ ُمَ ل ْعَ ت َ تَ نْك ُ ن ِإ ْ َّم ُهَّللا

ُ

هن ِم َرْ ف ْوَ لْا َ ْ ظَّحَ لا ِهِتْ يْب َلَ هْ أ َو َوَ ه ِه ِطُ عْ أَف َمَ ل َس َو ِهَّ ْيَل َع ُهَّللا ىَّل َص “Ya Allah, jika Engkau tahu bahwa Mu’adz bin Jabal mendengar ini dari Rasulullah (saw) maka berilah bagian yang besar padanya dan keluarganya.” Dengan demikian mereka semua terkena thaun dan tidak ada yang selamat.

▸ Baca selengkapnya: berikan dua contoh kepedulian nabi muhammad shallallahu alaihi wasallam terhadap lingkungan

(2)

Di jari telunjuk beliau ra muncul benjolan thaun. Beliau berkata, “Saya sekali-kali tidak akan senang jika aku mendapatkan unta merah sebagai gantinya.”

Inilah tadi revisi yang sedang di print. Di alfazal juga sudah diterbitkan dan di situ sudah diterbitkan dengan revisinya. Nah, sekarang saya sampaikan di hadapan anda semua.

Sekarang saya akan melanjutkan tentang kisah yang sedang berlangsung sebelumnya

yaitu tentang Hadhrat Abdulah bin Amr. Hadhrat Jabir bin Abdullah meriwayatkan, ي ِبأِب َ َءي ِج

َ هذَف اَ ب ْوً ث َيَ ج ُس ِّ دْق َو ملسو هيلع هللا ىلص ِهَ للا ِلوَّ ُس َر ْى َدَي َنْيَب َع ِض ُو ىَّت َح ِهِب َلث ُم ِّ دْق ، ٍدَ حُ أ َم ْوُ يَ ْ كأ َ نْ أ َ ديِرُ أ ُ تْبُ َف ِش ُرف ملسو هيلع هللا ىلص ِهَ للا ُلو ُس َر َر َمَّ أَف ،ي ِمَ ْوق ي ِناَ هَنَف َ هُ نْع ُف ِشَ كْأ َ تْبُ هَ ذ َّمَ ث ،ي ِمُ ْوق ي ِناَ هَنَف َ هُ نْعَ َ َ ْو َص َع ِم َسف َع ِفَ َلاقَف ٍةَ ح ِئاَ َص " ِه ِذه َ ن َمْ " . و ٍرْم َع ُت ْخأ ْوُ أ و ٍرَ ْم َع ةُنَبا اوْ لاُ قَفَ

. “Pada perang Uhud jenazah ayah saya dibawa

ke hadapan Rasulullah (saw) dalam keadaan sudah dimutilasi.” (Maksudnya beberapa bagian tubuhnya telah dipotong oleh musuh, khususnya telinga dan hidung.) “Jenazah beliau diletakkan di hadapan Rasulullah (saw). Saya mau membuka kain yang menutupi wajah beliau, namun orang-orang melarang saya. Kemudian orang-orang mendengar suara jeritan seorang perempuan. Seseorang berkata bahwa itu suara putri Hadhrat Abdullah bin Amru.” (Namanya Fatimah binti Amru.) Ada juga yang berkata bahwa itu suara saudari Hadhrat Abdullah bin Amru. Atas itu Rasulullah (saw) bersabda, هُ ل ِظُّ ت ُ ةُكِئَ لا َمَ لا ِتْ لاَز ا َمَ ف ي ِكَ ْبت َ لا ْوَ أ ي ِكَ ْبت َم ِلَ فَ َع ِفُر ىَّت َح ا َهِت َحِن ْجأِبَ ‘Jangan menangis karena para malaikat terus menaunginya dengan

sayap-sayapnya.’”1

Dalam riwayat lain diceritakan bahwa Hadhrat Jabir bin Abdullah meriwayatkan, َّ َلِتق ا َّمُ لَ ل َس َو ِهْيَل َع ُهَّللا ىَّل َص ُّيِبنلا َو ، َّ هُ نْع ي ِنَ ْو َهْنَي َو ، ي ِكْب َ أ ِه ِهج َو ْ نْ ع َ ب ْوَ ثلا ُف ِشَّ كْأ َ تُ ل َعْ ج ي ِبَ أَ ْ تل َعَ جَ ف ، ي ِناَ هَنْي َ لا َمَ يِتَّم َع

: َمل َس َو ِهَّ ْيَل َع ُهَّللا ىَّل َص ُّيِبنلا َلاَّ قَف ، ي ِكَ ْبَت ُة َم ِطافَ “Ketika jenazah ayah saya dibawa pada perang Uhud, maka bibi (saudari ayah) saya menangis dan saya juga menangis. Orang-orang melarang saya. Namun Rasulullah (saw) tidak melarang saya. Kemudian Rasulullah (saw) bersabda, لا ْوَ أ َ ني ِكَ ْبتَ

ُ

هو ُمت ْعُ ف َر ىَ تَّح اَ هِتَ ح ِنَ جْ أِب َ هُ ل ِظُّ ت ُ ةُكِئَ لا َملا ِتَ لاَز ا َم َ ني ِكَ ْبَت ‘Baik kalian menangisinya maupun tidak menangisinya, demi Tuhan, para malaikat terus menaunginya dengan sayap-sayapnya sampai

kalian menguburkannya.’”2

Banyak pendapat tentang shalat jenazah para syuhada perang Uhud. Banyak juga terdapat perbedaan pendapat. Dalam Sahih Bukhari, Hadhrat Jabir bin Abdullah meriwayatkan, ْمهُيُّأَ " ُلوقُي َّمَ ث ٍد ِحاُ َو ٍبْوث ي ِف ٍدَ حُ أ ىُ لَتْق َ ن ِم ِنْ ْيَل ُجَّرلا َنْيَب ُع َمجْ ي ملسو هيلع هللا ىلص ُّي ِبَ نلا َّ ناَ كَ

ِنآْر ُقل ِل اْ ذًخْ أ ُرَ ثَكْ أَ "

. “Rasulullah (saw) menggabungkan para syuhada perang Uhud masing-masing

dua orang dalam satu kain dan bertanya, ‘Siapa diantara mereka yang paling banyak mengetahui ilmu Quran?’

َلاق َو ِدَ حْ للا ي ِف َّ ه َمُ دَّق ا َم ِه ِدَ حَ أ ىَ لِإ َ هُ ل َري ِشَ أ اُ ذ ِإَ فَ " ِةَماَي ِقلا َم ْوْ ي ِءَ لاَ ؤُه ىَ لَع َ دي ِهٌ ش اَ نَأَ " . ، ْم ِهِئاَم ِد ي ِف ْم ِهِنفْدِب َ َر َمأ َوَ َّل َصي ْمُ ل َو اوَ ل َّسُ غَي ْمُ ل َوَ ْم ِهْيَل َع

. Ketika orang-orang mengisyaratkan pada salah satu dari mereka maka

Rasulullah (saw) meletakkan orang tersebut lebih dahulu ke liang lahad – yakni dia lebih dahulu dimasukkan ke kubur. Kemudian beliau (saw) bersabda, ‘Saya menjadi saksi mereka di hari kiamat.’ Beliau memerintahkan untuk menguburkan mereka dengan darah mereka.

Mereka tidak dimandikan dan juga tidak dishalatkan.”3

Dalam riwayat lain sahih bukhari – yang sebelumnya juga adalah riwayat Bukhari – Hadhrat Uqbah bin Amir ( ٍر ِماع ِنَ بْ ة َبَ قْع ُ نْ عَ ) meriwayatkan, ج َرَ خ ملسو هيلع هللا ىلص ِهَ للا َلو ُس َر َّ نَّ أَ ِرَبْن ِملا ىْ لِإ َ ف َر َصَ نا َّمْ ث ِتِّي َمْلا ىَل َع ُهَتَلا َص ٍد ُحُ أ ِلُ هْ أ ىَ لَع ىَ ل َصَّ ف ا ًم ْوَ يَ “Suatu hari Rasulullah (saw) datang dan

beliau (saw) menyolatkan jenazah para syuhada Uhud...”4

1 Sahih al-Bukhari 1293, Kitab tentang Jenazah (زئانجلا باتك).

2 Sahih al-Bukhari 1244, Kitab tentang Jenazah (زئانجلا باتك), bab menengok jenazah setelah dikafani ( يِف َج ِرْدُأ اَذِإ ِت ْوَمْلا َدْعَب ِتِ يَمْلا ىَلَع ِلوُخُّدلا باب

ِهِنَفَك).

3 Sahih al-Bukhari 1343, Kitab tentang Jenazah (زئانجلا باتك), bab Shalat jenazah untuk seorang yang Syahid ( ِديِهَّشلا ىَلَع ِةَلاَّصلا باب). 4 Shahih al-Bukhari, Kitab tentang Jenazah (زئانجلا باتك), bab Shalat jenazah untuk seorang yang Syahid ( ِديِهَّشلا ىَلَع ِةَلاَّصلا باب). Sunan

an-Nasai, Kitab tentang Jenazah (زئانجلا باتك), bab Shalat jenazah untuk para Syahid ( ِءاَدَهُّشلا ىَلَع ِةَلاَّصلا باب). Shahih Muslim, Kitab al-Fadhail (لئاضفلا باتك), bab kepastian telaga Nabi ( ِهِتاَف ِص َو ملسو هيلع هللا ىلص اَنِ يِبَن ِض ْوَح ِتاَبْثِإ باب)

(3)

Dalam riwayat lain, Rasulullah (saw) menyolatkan jenazah para syuhada Uhud delapan tahun setelah perang Uhud.

Dalam sunan Ibnu Maajah diriwayatkan bahwa Hadhrat Ibnu Abbas meriwayatkan, َي ِتأُ

ـ ملسو هيلع هللا ىلص ـ ِهللا ُلو ُس َر ْم ِهِبَّ ا َمك َوَ ه َو ُ نو ُعَ ف ْرَ ي َوُ ه ا َمُ ك َوَ ه ُ ةُز ْمَ ح َو ٍةَ َر َش َع ٍةَر َش َع ىلَع يَ ل َصِّ ي َل َعُ جَ ف ٍدَ حُ أ َم ْوُ يَ

ٌ

عوض ْو َم َوُ هُ “Jenazah para syuhada perang Uhud dibawa ke hadapan Rasulullah (saw) dan beliau (saw) menyolatkan jenazah mereka bergiliran sepuluh-sepuluh jenazah sedangkan jenazah Hadhrat Hamzah terus berada bersama beliau (saw), sedangkan jenazah yang lain bergantian

dibawa.”5

Disebutkan dalam Sunan Abi Daud, ْم ِهِئاَم ِد ِب اون ِفُ د َو اوُ ل َّسُ غَي ْمُ ل ٍدَ حُ أ َءاُ دَهَش ُ نَّ أ ْمَ هُثَدَّح ٍك ِلاَ َم َنْب َسَنأ َنَّ أَ ْم ِهْيَل َع َّل َصُي ْمَل َو “Dari Anas bin Malik mengabarkan bahwa para Syuhada Uhud tidak dimandikan dan dikubur dengan lumuran darah mereka, maksudnya darah luka-luka mereka dan tidak

pula mereka dishalatkan.”6

Dalam riwayat sunan Abu Daud disebutkan, دْق َو َ ةَز ْمَ حِب َ َّر َم ملسو هيلع هللا ىلص َّيِبنلا َّ نَّ أ ، ٍسَ نَأ َ نْ عَ ِهِرْي َغ ِءا َد َه ُّشلا َن ِم ٍد َحأ ىَ لَع ِّل َصَ ي ْمُ ل َو ِهِب َ َلِّث ُم “Hadhrat Anas meriwayatkan bahwa Rasulullah (saw)

tidak menyolatkan jenazah siapapun kecuali jenazah Hadhrat Hamzah.”7

Di dalam sunan at-Tirmidzi disebutkan Hadhrat Anas bin Malik meriwayatkan, ْمهُنَفَدَفَ ْم ِهْيَل َع ِّل َصُي ْمَل َو ملسو هيلع هللا ىلص ِهللا ُلو ُس َرَّ “Rasulullah (saw) tidak menyalatkan jenazah para

syuhada perang Uhud.”8

Di dalam Kitab as-Sirah an-Nabawiyyah karya Ibnu Hisyam dan di dalam Kitab as-Sirah al-Halabiyyah ditulis, َ اريبكت عبس ربكف ، هيلع ىلص مث ةدربب يجسف ةزمحب ملسو هيلع هللا ىلص هللا لوسر رمأ لاص نيعبسو نيتنث هيلع ىلص ىتح ، مهعم هيلعو مهيلع ىلصف ، ةزمح ىلإ نوعضويف ىلتقلاب ىتأ مث ، ة

“Rasulullah (saw) menyolatkan jenazah para Syuhada Uhud dengan cara sebagai berikut: pertama, beliau menyolatkan jenazah Hadhrat Hamzah. Beliau mengucapkan tujuh takbir

dalam shalat jenazah.”9 Menurut as-Sirah al-Halabiyyah: ىتأ مث ،َ ا ريبكت عــبرأ ربكف هيلع ىلص مث

رخآب ىتؤيو عفري مث ،ةزمح عم مهنم دحاو لك ىلع يلصيف دحاو دعب دحاو يأ ةزمح بنج ىلإ نوعضوي ىلتقلاب ةلاص نيعبسو نيتنثا هيلع ىلص ىتح مهعم هيلعو مهيلع يلصيف . » ةياور يفو « ةلاص نيعستو نيتنثا “Nabi

(saw) melakukan empat takbir kemudian ke hadapan beliau dibawa jenazah Syahid lainnya satu per satu dan diletakkan bersama jenazah Hadhrat Hamzah lalu beliau (saw) menyalatkan jenazah keduanya. Dengan demikian seluruh syuhada dishalatkan satu kali sedangkan jenazah

Hadhrat Hamzah dishalatkan 72 kali. Menurut sebagian orang 92 kali.”10

Dalam salah satu kitab Sirah bernama Dalaailun Nubuwwah ditulis, لعجف ىلتقلاب رمأ مث

مهنم غرف ىتح اعبس مهيلع ربكيف ةعستب ءاجي مث ،ةزمح كرتي و نوعفري و َ اريبكت عبس مهيلع يلصيّ “Disamping jenazah Hadhrat Hamzah diletakkan 9 jenazah dan dishalatkan. Kemudian kesembilannya diangkat dan dibawa lagi 9 lainnya. Dengan demikian seluruh jenazah dishalatkan seperti itu.

Nabi (saw) mengucapkan 7 takbir di setiap shalat jenazah.”11

5 Sunan Ibni Maajah (ةجام نبا ننس) nomor 81, Kitab tentang Jenazah (زئانجلا باتك). Diriwayatkan oleh Imam Abu Dawud dari Malik

al-Ghafaaziy, bahwasanya ia berkata, “Sesungguhnya Nabi saw mensholati jenazah syuhada’ Uhud, sepuluh orang, sepuluh orang. Dan setiap sepuluh orang disholatkan, Hamzah juga ikut disholatkan, hingga Rasulullah saw mensholatinya sebanyak 70 kali sholat.” [HR. Imam Abu Dawud]

6 Sunan Abi Daud () nomor 3135, Kitab tentang Jenazah (زئانجلا باتك), bab ( ُلَّسَغُي ِديِهَّشلا يِف باب). 7 Sunan Abi Daud () nomor 3137, Kitab tentang Jenazah (زئانجلا باتك), bab ( ُلَّسَغُي ِديِهَّشلا يِف باب).

8 Jami` at-Tirmidhi atau Sunan at-Tirmidzi 1036, Kitab tentang Jenazah (ملسو هيلع هللا ىلص هللا لوسر نع زئانجلا باتك), bab mereka yang syahid

dalam perang Uhud dan penyebutan mengenai Hamzah (َة َزْمَح ِرْكِذ َو ٍدُحُأ ىَلْتَق يِف َءاَج اَم باب). Dalam bab tidak melaksanakan shalat jenazah kepada orang yang Syahid ( ِديِهَّشلا ىَلَع ِةَلاَّصلا ِك ْرَت يِف َءاَج اَم باب) nomor 1036 disebutkan, اوُلَّسَغُي ْمَل َو ْمِهْيَلَع ِ ل َصُي ْمَل َو ْمِهِئاَمِد يِف ْمِهِنْفَدِب َرَمَأ َو “Beliau (saw) memerintahkan penguburan jenazah mereka, tidak dishalatkan dan tidak dimandikan.” Disebutkan pula, ِديِهَّشلا ىَلَع ِةَلاَّصلا يِف ِمْلِعْلا ُلْهَأ َفَلَتْخا ِدَق َو

َّشلا ىَلَع ىَّلَصُي َلا ْمُهُضْعَب َلاَقَف ِديِه

. ُدَمْحَأ َو ُّيِعِفاَّشلا ُلوُقَي ِهِب َو ِةَنيِدَمْلا ِلْهَأ ُل ْوَق َوُه َو .

ِديِهَّشلا ىَلَع ىَّلَصُي ْمُهُضْعَب َلاَق َو “Para Ahli Ilmu beda pendapat perihal menyalatkan jenazah orang yang Syahid.”

9 As-Sirah an-Nabawiyyah karya Ibnu Hisyam (»ةيوبنلا ةريسلا« ـب ىمسملا ماشه نبا ةريس), (ةزمح ىلع ةزانجلا ةلاص ملسو هيلع هللا ىلص هتلاص). 10 As-Sirah al-Halabiyyah (نومأملا نيملأا ةريس يف نويعلا ناسنإ = ةيبلحلا ةريسلا), Perang Uhud (دحأ ةوزغ).

11 Dalailun Nubuwwah wa Ma’rifatu Ahwaali Shahibisy Syari’ah (ةعيرشلا بحاص لاوحأ ةفرعم و ةوبنلا لئلاد) atau Dalil-Dalil Kebenaran Kenabian

Nabi Muhammad (saw) dan pengenalan keadaan pengemban Syariat karya Abu Bakr al-Baihaqi (يقهيبلا ركب وبأ), kumpulan bab ( باوبأ عامج ىمظعلا ردب ةوزغ), bab ( قيرط ىلع ءادهشلا لاح يف راثلآا نم رهظ ام و برحلا داجأ نم و ىحرجلا و ىلتقلا رمأ يف نيكرشملا باهذ و برحلاءاضقنا دعب ىرج ام باب

(4)

Di dalam As-Sirah al-Halabiyyah dan Dalaailun Nubuwah dibahas tentang hadits-hadits yang meriwayatkan tentang shalat jenazah para syuhada perang Uhud dan di dalam kedua kitab itu tertera riwayat Hadhrat Jabir bin Abdullah bahwa Rasulullah (saw) memerintahkan untuk menguburkan para syuhada Uhud dengan darah mereka. Mereka tidak dimandikan dan juga tidak dishalatkan. Menurut kedua buku itu riwayat ini dianggap lebih kuat.

Hadhrat Imam Syafii berkata, َمل َس َو ِهَّ ْيَل َع ُهَّللا ىَّل َص َّيِبنلا َّ نَّ أ ٍةَ َرِتا َوَت ُم ٍهو ُج ُو ْن ِم ناَي ِع اٌ هَنَّأَك ُراَبَ خْلْا َِ َءاَ ْ جَ

َ ز ْمح ىَ لَع َرَّبَ ك َو ْم ِهَ ْيَل َع ىَّل َص ُهَّنأ َي ِوَ ُر ا َم َو ٍد ُحأ ىُ لَتْق ىَ لَع ِّل َصَ ي ْمُ لَ َض َراع َ ن َم ِل ي ِغْ َبْنَي َناَك ْدق َو َ ح ِصُّ ي َ لَ ٍةَ َريِبكْ ت َ ني ِعَ ْب َس َة ْ دقَف ٍر ِماَ ع ِنَ ب ْ ة َبَ قْع ُ ثي ِدُ ح ا َّمَ أ َو َلاَ ق ِه ِسَ فْن ىَ لَع َي ِحَ ت ْسَ ي َ نْ أ َ ةَحي ِحَ َّصلا َثي ِدا َحلْا ِه ِذَ ْ ه َ ك ِلَ ذِبَ ثيدحلا ِسفْن ي ِف َ َعق َوَ َ ي ني ِن ِس نامث دعب ناك كلذ نأَ ْ لا ىلَع ىَ ل َصَّ ي ُ لَ ُلوَ قُي ُف ِلاَ خ ُمَ لا َو ي ِنْ ْع ُ ةد ُمَّ لا ِتْ لاَ ط اَ ذ ِإ ِرَ ْب َق “Dari riwayat-riwayat mutawatir (berurut secara banyak orang) dengan kuat diketahui bahwa Rasulullah (saw) tidak menyolatkan jenazah para syuhada perang Uhud. Sedangkan riwayat-riwayat yang menerangkan bahwa Rasulullah (saw) menyolatkan jenazah para syuhada itu dan mengucapkan takbir dalam shalat jenazah Hadhrat Hamzah tidaklah benar. Dan sejauh yang berkaitan dengan riwayat Hadhrat Uqbah bin Amir bahwa Rasulullah (saw) menyolatkan jenazah para syuhada, dalam riwayat itu sendiri disebutkan bahwa ini terjadi setelah 8 tahun

kemudian.”12

Sebagaimana yang saya katakan bahwa di sini banyak sekali perdebatan. Saya akan sampaikan riwayat yang lain. Imam Bukhari dalam kitabnya menyusun sebuah bab dengan tema Babus Shalah Alasy syahid ( ِدي ِهشلا ىَّ لَع ِةَ لا َّصلا باب)َ , yakni bertema shalat jenazah bagi para syuhada. Dalam bab itu hanya ditulis dua hadits. Hadits pertama adalah riwayat Hadhrat Jabir bin Abdullah dan di dalamnya dengan jelas disebutkan, َّل َصي ْمُ ل َو اوَ ل َّسُ غَ ي ْمُ ل َو ، ْم ِهِئاَ َم ِد ي ِف ْم ِهِنفْدِب َ َر َمأ َوَ ْم ِهْيَل َع “Jenazah para syuhada perang Uhud tidak dimandikan dan tidak pula dishalatkan.” Sedangkan hadits yang kedua adalah riwayat Hadhrat Uqbah bin Amir yang didalamnya beliau meriwayatkan, ِتِّي َمْلا ىَل َع ُهَتَلا َص ٍد ُحأ ِلُ هْ أ ىَ لَع ىَ ل َصَّ ف ا ًم ْوَ ي َ ج َرَ خ ملسو هيلع هللا ىلص ِهَ للا َلو ُس َر َّ نَّ أَ “Suatu hari Rasulullah (saw) keluar dan beliau shalat untuk para syuhada Uhud dengan tata cara shalat jenazah.” Riwayat inilah yang terdapat dalam Hadits Bukhari yang di tempat lain tertera dalam bab perang Uhud. Di dalamnya sahabat meriwayatkan, ملسو هيلع هللا ىلص ِهللا ُلو ُس َر ىَّ ل َصَّ

ْملْا َو ِءاَيَ حْلأ ِل ِعَ د َو ُمِّ لاْ ك ،َ ني ِن ِس يِناَ َمث َ د ْعَ ب ٍدَ حُ أ ىُ لَتْق ىَ لَعَ

َِ ا َو “Rasulullah (saw) shalat jenazah untuk para

syuhada Uhud setelah 8 tahun, dan beliau shalat seperti mengucapkan selamat tinggal pada

orang-orang yang masih hidup atau yang sudah wafat.”13

Demikian pula ‘Allamah Ibnu Hajar Asqalani (ينلاقسعلا رجح نبا ةملاعلا) mengatakan, ىل َصَّ ي ُ لََ

ُ

ةد ُمَّ لا ِتْ لاَ ط اَ ذ ِإ ِرَ ْب َقْلا ىَل َع “Apa yang disampaikan Hadhrat Imam Syafii dalam memaknai Hadits tersebut diatas maksudnya adalah, shalat jenazah untuk seseorang sudah tidak dapat (tidak boleh) dilakukan di makamnya setelah berlalu masa yang lama kewafatannya. Menurut Imam Syafii, كَ ِلذِب َ ْم ُهَل ا ًع ِّد َو ُم ُهُل َجأ َ ب ُرَ ق َ ني ِح َ ْم ُهَل َر َف ْغَت ْسا َو ْم ُهَل ا َع َد َمَّل َس َو ِهْيلَع َ هُ للا ىَّ ل َص َّ هُ نَّأَك َوَ “Ketika Rasulullah (saw) mengetahui bahwa waktu kewafatan beliau sudah dekat maka beliau (saw) pergi ke makam para syuhada itu dan sambil mengucapkan selamat tinggal beliau (saw) berdoa untuk

mereka dan meminta ampunan untuk mereka.”14

راصتخلاا). Tercantum juga dalam Ma’rifatus Sunan karya al-Baihaqi (يقهيبلل راثلآاو ننسلا ةفرعم) nomor 2193: ىلع ملسو هيلع هللا ىلص هللا لوسر ىلص ف ةزمح

ةلاص نيعبسو نينثا هيلع ىلص ىتح هعم هيلع ىلص لاإ ليتقب تؤي ملو ، تاريبكت عبس هيلع ربك .

12 Syarh as-Suyuthi li Sunan an-Nasai (يئاسنلا ننسل يطويسلا حرش), Kitab jenazah (زئانجلا باتك), bah shalat untuk para Syuhada (ءادهشلا ىلع ةلاصلا).

Fiqh as-Sunnah (ةنسلا هقف) bab (طقسلا ىلع ةلاصلا). Tuhfatul Ahwadzi (يذمرتلا عماج حرشب يذوحلأا ةفحت), )7171 ةحفص(. Nailul Authar (راطولأا لين), Kitab jenazah ( ِزِئاَنَجْلا ُباَتِك), bab tidak shalat jenazah untuk seorang yang Syahid ( ِديِهَّشلا ىَلَع ِة َلاَّصلا ُك ْرَت). Khathib asy-Syarbini (ينيبرشلا بيطخلا) atau (نيدلا سمش ،ينيبرشلا دمحأ نب دمحم), seorang Faqih madzhab Syafi’i yang wafat di Mesir pada 977 Hijriyah dalam Kitab Mughnil Muhtaaj ila Ma’rifati Ma’ani alfaazhil Minhaaj (جاهنملا ظافلأ يناعم ةفرعم ىلإ جاتحملا ينغم).

13 Shahih al-BUkhari, Kitab al-Maghazi (ىزاغملا باتك), bab perang Uhud ( ٍدُحُأ ِة َو ْزَغ باب).

14 Fathul Baari Syarh Shahih Bukhari (4ج سراهفلا عم 71-7 يراخبلا حيحص حرش يرابلا حتف) karya Abu Fadhl Ahmad bin Ali Ibnu Hajar

al-Asqalani (ينلاقسعلا رجح نبا/يلع نب دمحأ لضفلا يبأ). Imam Syafi’i memaknai kata ‘shalat’ di Hadits Bukhari tersebut sebagai bukan “shalat jenazah” tetapi “berdoa dan beristighfar untuk para Syuhada Uhud yang sedang diziarahi”.

(5)

Berkaitan dengan pengafanan dan pemakaman para syuhada perang Uhud dalam Sirat Khataman Nabiyyn Hadhrat Mirza Basyir Ahmad menulis: “Setelah seluruh jenazah dikumpulkan maka proses pemakaman pun dimulai. Rasulullah (saw) memerintahkan untuk membiarkan para jenazah itu dengan pakaian yang ada di badan mereka dan para syuhada itu tidak dimandikan. Bahkan, kalau ada yang punya kain lebih untuk kafan maka kain itu dipakaikan diatas pakaian yang mereka pakai. Jenazah pun tidak dishalatkan saat itu. Dengan demikian para syuhada itu dikuburkan tanpa dimandikan, tanpa dishalatkan dan pada umumnya dua jenazah sahabat dibungkus dengan satu kain kafan dan dimakamkan dalam satu kubur. Sahabat yang paling banyak mengetahui al-Quran asy-Syarif, sesuai dengan perintah Rasulullah (saw), dimasukkan terlebih dahulu ke liang lahad.”

Kemudian beliau (ra) menulis, “Meskipun saat itu jenazah tidak dishalatkan namun kemudian Rasulullah (saw) di saat kewafatannya sudah dekat secara khusus menyolatkan

jenazah para syuhada Uhud.” Inilah yang beliau (Hadhrat Mirza Bashir Ahmad ra) istimbath

-kan atau simpul-kan dari berbagai riwayat yang tercantum di dalam sumber-sumber Tarikhiyyah (sejarah).

Baik itu Nabi (saw) memang menyalatkan jenazah para Syuhada Uhud atau hanya mendoakan saja, namun, bagaimanapun juga Rasulullah (saw) melakukannya (shalat jenazah atau mendoakan) untuk mereka dengan penuh lirih dan keperihan. Bisa saja Rasulullah (saw) hanya mendoakan sebagaimana sudah disampaikan sebelumnya; beliau (saw) pergi ke setiap kuburan mereka lalu berdoa dan berdoa dengan penuh lirih untuk mereka.

Hadhrat Jabir Bin Abdullah meriwayatkan, هُ تُج َرْ خْ أَف َ ةٌجاَ ح َ ك ِلَ ذ َ ن ِم ي ِسْ فْن ي ِف َ ناَ كَف ٌلَ ج َر يِبُ أ َع َم َ ن ِفَ دُ َض ْرلْا ي ِلَ ي ا َّم ِم ِهِتَ َي ْح ِل ي ِف َّنك ٍَ ا َرْيُ َع ُش َّلاِإ ائًيْش َ هُ ن ِم ْ َ ْرُ كَ نْأ ا َمَ ف ٍرَ هُشْ أ ِةَ ت ِس َّ د ْعَ بَ “...enam bulan setelah perang Uhud saya membuatkan kuburan untuk ayah saya lalu menguburkan jenazah ayah saya di dalamnya dan saya tidak melihat perubahan pada jasad ayah saya kecuali beberapa helai

janggut yang menempel ke tanah.”15

Dalam Riwayat lain dikatakan bahwa Hadhrat Jabir Bin Abdillah meriwayatkan, انَح َبْ ْصأَفَ َرخْ ت ْساَ ف ِرَ خلآا َع َم َ هُ ك ُرَ تْأ َ نْ أ ي ِسَ فْن ْب ِطَ ت ْمَ ل َّمَ ث ، ٍرُ ْبق ي ِف ُرَ خآ َ ه َع َم ُ ن ِفَ د َو ، ٍليِتُ ق َل َّوَ أ َ ناَ كَفَ َوه اُ ذ ِإَ ف ، ٍرَ هُشْ أ ِةَ ت ِس َّ د ْعَ ب َ هُ تُجْ

ِهِنذُأ َرْيُ غ َ ةَّيً نَه ُ هُ ت ْعُ ض َو ِمَ ْوَي َك “Pada saat perang Uhud dalam satu kuburan dikuburkan dua jenazah. Bersama jenazah ayah saya pun dikuburkan seorang Sahabat lagi. Setelah berlalu masa enam bulan timbul keinginan dalam hati saya untuk menguburkan jasad ayah saya secara terpisah dalam satu kuburan. Saya lalu mengeluarkan jasad ayah dari kuburannya. Saya melihat tidak

ada perubahan pada jasad ayah kecuali hanya sedikit saja pada daging beliau.”16

Empat puluh enam tahun setelah perang Uhud, Hadhrat Amir Muawiyah pada masa kekhalifahannya mengalirkan sebuah sungai yang airnya merembes ke kuburan para syuhada Uhud. Air juga memasuki kuburan Hadhrat Abdullah Bin Amru dan Hadhrat Amru Bin Jamuh. Ketika kuburan mereka digali, didalamnya terdapat dua kain dan perawi mengatakan bahwa terdapat luka pada wajah beliau begitu juga pada tangan beliau.

Apa yang diceritakan selanjutnya dalam riwayat tersebut bagaimana pun mustahil (patut dipertanyakan kebenarannya). Namun demikian, tetap saya sampaikan kepada Anda sekalian di kesempatan ini dan bukan keharusan kita meyakini sepenuhnya karena demikianlah yang tertulis di dalam beberapa kitab sejarah dan sebagian orang membacanya juga. Maka dari itu, tujuan disampaikan di sini semata-mata bahwa mungkin saja isi riwayat itu dilebih-lebihkan. Di riwayat ini dikatakan, ِهللا دْبُ ع َو ِناتَ َر ِمن ا َم ِهَ ْيَل َع َو ا َم ُهْن َع َر ِف ُحف ُلْي َّسلا َ هُ لَخَ دَف َلي ِسَ َمْلا يِلَي ا َّم ِم اَم ُه ُرْبق َ ناَ ك َوَ

ْ

َ د ُرَّ ف ، ُمَ دلا َّ ث َع َبَ ناْ ف ِه ِح ْرَ ج ُ نْ ع َ هُدَي َ تْ طي ِمَ أُف ، ِه ِح ْرَ ج ىُ لَع َ هُدَيُ ف ِه ِهَ ج َو ي ِف ْ ح ْرٌ ج ُ هُ با َصَ أ َ دْقَ

َ

نك َسَ ف اَ هِناَ ك َم ىَ لِإ َ هُدُيَ

15 Sunan Abi Daud, Kitab tentang Jenazah (زئانجلا باتك), bab pemindahan mayat karena suatu hal yang terjadi ( ِهِع ِض ْوَم ْن ِم ِتِ يَمْلا ِليِوْحَت يِف باب

ُثُد ْحَي ِرْمَلأِل), 1208.

16 Sahih al-Bukhari 1351, Kitab tentang Jenazah (زئانجلا باتك), bab bolehkah jenazah dikeluarkan dari kuburannya ( ِرْبَقْلا َن ِم ُتِ يَم ْلا ُج َر ْخُي ْلَه باب

(6)

ُمدلاَّ “Ketika bagian tubuh yang luka dari jenazah itu diangkat, darah mengalir (dan itu tidaklah mungkin). Setelah tangannya diletakkan kembali pada posisinya lalu darah berhenti mengalir.”

Riwayat-riwayat yang seperti ini ada juga yang mana patut diragukan dan tidak mungkin terjadi.

Jabir Bin Abdillah meriwayatkan, ٌري ِثك َ لا َو ٌلي ِلَ ق ِه ِلاَ ح َ ن ِم َرْ َّي َغت ا َم َو ٌمِئاَ ن َ هُ نَّأَك ِهِتَ َر ْف ُح ي ِف يِبأ َ تُ يْأ َرَ فَ “Saya

melihat jasad ayah saya di kuburannya yang mana beliau tampak seperti sedang tertidur.”17

Padahal di dalam riwayat sebelumnya ketika jasad ayahnya dikeluarkan 6 bulan kemudian setelah dikuburkan tampak perubahan pada daging jasad ayah beliau, lantas tidak mungkin jika 46 tahun kemudian masih utuh-utuh saja tidak menyusut hingga tampak tulang. Perubahan seperti itu sifatnya alami, jika memang demikian tidaklah mungkin tidak terjadi perubahan pada jasad orang yang sudah meninggal.

Hadhrat Jabir Bin Abdillah meriwayatkan, ي ِل َلا َقف ملسو هيلع هللا ىلص ِهَ للا ُلو ُس َر ي ِنَّ َي ِقلَ “Saya berjumpa dengan Rasulullah (saw) dan beliau bersabda, ا ًر ِسكَن ُم ْ كا َرَ أ ي ِل اَ َم ُرِباج اَ يَ ‘Wahai Jabir! Ada apa? Kenapa engkau tampak sedih?’

Saya menjawab: انًيْد َو َ لااَي ِع ً ك َرَ ت َو ٍدَ حُ أ َم ْوُ ي َلِتَ ق ي ِبُ أَ د ِهَ شْ ت ْسا ِهُ للا َلو ُس َر اَّ يَ ‘Wahai Rasulullah! Ayah saya telah syahid pada perang uhud dan beliau meninggalkan anak dan hutang.’

Rasul bersabda: كاَ بَأ ِهِب َ هُ للا َي ِقَّ ل ا َمِب َ ك ُرَ شِّ بَأ ُ لاَ فَأَ ‘Maukah saya berikan kabar suka untuk Anda atas dasar apa Allah Ta’ala telah menemui ayah Anda?’

Saya berkata: ِهللا َلو ُس َر اَّ ي ىَ لَبَ ‘Tentu, wahai Rasul Allah.’

Rauslullah (saw) bersabda: َلاقَف اَ حاً ف ِك َ ه َمُ لَّكَف َ كاَ بَأ اَيَ حْ أ َو ٍباَ ج ِح ِءاَ َر َو ْن ِم َّلاِإ ُّطق اَ دًحَ أ َ هُ للا َمَّ لَّك ا َمَ ‘Allah Ta’ala tidaklah berbicara kepada siapapun melainkan di balik tabir. Tetapi, Allah Ta’ala telah menghidupkan ayah Anda kembali lalu berbicara berhadap-hadapan dengan beliau dan berfirman, ك ِطَ عْ أ َّىُ لَع َ ن َمَّ ت ي ِدْبَ ع اَ يَ “Wahai hamba-Ku! Mintalah pada-Ku, niscaya Aku akan berikan.’

Beliau berkata: ةي ِناً ث َ كي ِف َ َلَتقْأُف يِنيِيَ حْ ت ُ ب َر اِّ يَ “Wahai Tuhanku! Mohon hidupkanlah hamba

kembali supaya hamba dapat terbunuh lagi di jalan Engkau.”’”18

Dalam riwayat lain, pada saat itu Hadhrat Abdullah bin ‘Amru bin Haram berkata, ا َم ب َر اِّ يَ

َ

كي ِف َلَتقْأُف ،َ ك ِّي ِبَ ن َع َم َل ِتاَ قَأُف اَيَ نْدلا ىُّ لِإ يِنَ د ُرَّ ت َ نْ أ َ ك ْيَ لَع ىَ ن َمَّ تَأ َ ك ِتَ داَب ِع َ قَّ ح َ كَ تُدَبعْ

ى َرخْ أ ُ ة َّر َمً “Wahai Tuhanku!

Hamba tidak memenuhi hak untuk beribadah kepada Engkau. Hamba ingin supaya Engkau mengirim hamba kembali ke dunia supaya hamba dapat bertempur di jalan Engkau bersama

dengan Nabi Engkau dan terbunuh lagi di jalan Engkau.”19

Allah Ta’ala berfirman, نو ُع ِجَ ْرَي لََ اهْيَ لِإ َ ْم ُهَّنأ يَ ن ِم ِّ ق َب َس َ هُ نِإَّ “”Aku telah memutuskan bahwa siapa saja yang telah mati, maka ia tidak akan dikirimkan lagi ke dunia.”

Hadhrat Abdullah Bin Amru memohon kepada Allah Ta’ala, ي ِئاَر َو ْن َم ْغِلْبأَف َ ب َر اِّ يَ “Wahai Tuhanku! Mohon sampaikanlah hal ini kepada orang-orang yang masih hidup.”

Pada saat itu Allah Ta’ala menurunkan ayat, ٌءاَيحْ أ ْلَ ب ۚ اَ تا َو ْمً أ ِهَ للا ِليِبَّ َس ي ِف اولِتُ ق ُ ني ِذَ لا َّ ن َب َسَّ حْ ت َ لَ َوَ )( نوَ قُز ْرَ ي ْم ِهُ ــب َر ِّ دن ِعَ “Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati; bahkan mereka itu hidup di sisi Tuhannya dengan mendapat rezeki.” (Surah Ali Imran,

17 Ath-Thabaqaat al-Kubra karya Ibnu Sa’d. Syarh Nahji Balaghah karya Ibnu ‘Abil Hadid ( 74 : دلج ديدحلا يبا نبا : هدنسيون ةغلابلا جهن حرش

: هحفص 464 )

18 Sunan Ibnu Majah hadis nomor 186 (Lihat: Hasyiatus Sindi Ibnu Majah) https://carihadis.com/Sunan_Ibnu_Majah/186; Jami’ at-Tirmidzi

3010, Kitab Tafsiril Qur’an (ملسو هيلع هللا ىلص هللا لوسر نع نآرقلا ريسفت باتك).

19 Kanzul ‘Ummal (لاعفلأاو لاوقلأا ننس يف لامعلا زنك) karya al-Muttaqi al-Hindi, nomor 11163. Kitab al-Mutamanin (Harapan-Harapan atau

Keinginan-Keinginan) karya Ibnu Abid Dunya (ايندلا يبأ نبلا نينمتملا باتك). Al-Hafidz Abu Bakar Abdullah bin Muhammad bin Ubaid bin Sufyan bin Qais al-Baghdadi al-Umawi al-Qurasyi (bahasa Arab: يشرقلا يوملأا يدادغبلا سيق نب نايفس نب ديبع نب دمحم نب هللا دبع ،ركب وبأ ظفاحلا( )lahir 823 di Bagdad, meninggal 894 di Bagdad) atau lebih dikenal dengan Ibnu Abi ad-Dunya adalah seorang ulama dibidang hadis dan fikih.

(7)

3:170)20 Riwayat ini sebelumnya pernah saya jelaskan juga pada topik Hadhrat Jabir Bin Abdillah.

Hadhrat Khalifatul Masih Ar Rabi (IV) pernah menyampaikan kisah selengkapnya dalam pidatonya sebelum menjadi Khalifah berkenaan dengan percakapan Allah Ta’ala dengan Hadhrat Abdullah Bin Amru, bersabda: “Peristiwa ini dipenuhi dengan aspek keindahan yang tak terhitung jumlahnya. Dari sudut pandang mana pun seseorang melihatnya, hal itu memanifestasikan keanggunan dan kemegahannya. Di antara banyak hal lainnya, kita mengetahui bagaimana Nabi (saw) tetap berkomunikasi secara tetap dengan Tuhannya; di satu sisi beliau dipenuhi dengan kebajikan terhadap sesamanya dan pada saat yang sama hati beliau tetap terikat dengan Tuhannya. Satu sisi dari keberadaannya dikhususkan untuk para sahabatnya dan sisi yang lainnya selalu melekat erat dan terikat pada ٰیلعا قیفر (Wujud Yang Tercinta, Yang Mahatinggi). Apakah itu saat damai dan aman ataupun ketika di tengah

pertempuran, dia berada dalam ىلدتف ىند مث ‘tsumma danaa fatadallaa’ّ dia terus mendaki

ketinggian tertinggi dari puncak ruhani [yaitu, 'Kemudian dia mendekat kepada Tuhan; lalu dia turun kepada umat manusia ']. Satu pandangannya akan mengawasi medan perang, sementara yang lain akan terlibat dalam menyaksikan tanda-tanda ajaib dari Tuhannya. Satu telinga akan dengan penuh kasih mendengarkan para sahabatnya sementara yang lainnya akan terlibat dalam mendengarkan suara wahyu Ilahi yang menyenangkan. Tangannya bekerja sementara hatinya tetap sibuk dalam mengingat Tuhan. Dia akan menghibur dan meyakinkan para sahabatnya sementara Tuhan Yang Maha Kuasa sendiri akan memberinya kenyamanan dan penghiburan.

Dengan mengungkapkan keinginan tulus Abdullah bin Amru (ra), Allah Yang Maha Kuasa memberi tahu Nabi (saw), 'Wahai orang yang mencintai-Ku lebih dari siapa pun, Aku telah mengisi hati hamba-Ku yang saleh dengan begitu banyak cinta untukmu bahkan setelah meninggal dunia dari dunia yang fana ini, mereka terus memiliki kerinduan yang tulus padamu dan meninggalkanmu sendirian di medan perang merupakan hal yang menyakitkan hati mereka. Mereka bahkan tidak menginginkan surga ketika datang kepadamu karena bagi mereka surga mereka adalah ketika berada di sisimu, dan bahkan jika mereka berulang kali dibunuh oleh pedang, satu-satunya keinginan mereka adalah bersamamu lagi dan lagi.'”

Hadhrat Jabir Bin Abdillah meriwayatkan, تُ ن َعْ ت ْساَ ف َ نٌ يْد ِهَ ْيَل َع َو ٍماَر َح ِنْب وِرْمَع ُنْب ِهللا َّ دْبُ ع َيَ ف ُوِّ تُ

ُ هللا ىَّ ل َص ُّي ِبَّ نلا َبَّ لَطَف ِهِنَ يْد َ ن ِم اوْ ُع َضَي ْنأ ِهِئاَ َم َر ُغ ىَل َع َمَّل َس َو ِهْيلَع َ هُ للا ىَّ ل َص َّي ِبَّ نلاَّ اول َعُ فْي ْمَ لَف ْم ِهَ ْيَلِإ َمَّل َس َو ِهْيلَعَ َ ف َلاقَ

َمل َس َو ِهَّ ْيَل َع ُهَّللا ىَّل َص ُّيِبنلا ي ِلَّ “Ketika Hadhrat Abdullah Bin Amru wafat, beliau meninggalkan hutang. Saya memohon bantuan kepada Rasulullah. Rasulullah menasihati pemberi hutangnya agar mau mengurangi hutangnya. Namun orang itu tidak mau menguranginya. Rasulullah bersabda kepada saya, َّمث ٍةُ د ِح ىَ لَع ٍدَ يْز َ قَ ذْع َو ٍةَ د ِح ىَ لَع َ ة َوَ ج َعْ لا اْ فاً ن ْصَ أ َ ك َر ْمَ ت ْفَ ن َصِّ ف ْبَ هَ ذاْ َّيلِإ َ ْل ِس ْرأَ ‘Kamu pisahkan setiap jenis kurma, pisahkan jenis kurma ‘Ajwah begitu juga kurma ‘Azdq Zaid, setelah itu kabari saya.’

َس َو ي ِف ْوأ َ هُلََعْ أ ىَ لَع َسَ لَجَ ف َءاَ جَ ف َمَ ل َس َو ِهَّ ْيَل َع ُهَّللا ىَّل َص ِّيِبنلا ىَّ لِإ َ تُ ل َس ْرْ أ َّمَ ث ُ تُ ل َعْ فَفَ

َلاق َّمَ ث ِه ِطُ Saya lalu

melakukan sesuai petunjuk Rasul kemudian memberikan kabar kepada Rasulullah. Setelah itu Rasul hadir dan duduk diatas tumpukan kurma atau diantara tumpukannya. Rasul bersabda,

ِمْو َقْلِل ْلِك ‘Timbanglah hasil panen ini lalu bayarkan sesuai dengan besaran hutang kepada orangnya.’ ٌء ْيش َ هُ ن ِم ْصْ قُنْي ْمَ ل َ هُ نَّأَك ي ِرَ ْمَت َي ِقَب َو ْم ُهل ي ِذَ لا ْمَّ هُت ْيُ ف ْوَ أ ىَ تَّح ْمَ هُتُل ِكْ فَ Saya pun menimbangnya sehingga semuanya dapat terlunasi. Namun, kurma masih tetap bersisa dan nampaknya tidak

berkurang sedikitpun dari kurma-kurma itu.”21

20 Sunan Ibnu Majah hadis nomor 186 (Lihat: Hasyiatus Sindi Ibnu Majah) https://carihadis.com/Sunan_Ibnu_Majah/186; Jami’ at-Tirmidzi

3010, Kitab Tafsiril Qur’an (ملسو هيلع هللا ىلص هللا لوسر نع نآرقلا ريسفت باتك).

(8)

Diantara yang ditinggalkan oleh Hadhrat Abdullah Bin Amru adalah selain putra beliau, Hadhrat Jabir Bin abdillah dan 6 putri. Berdasarkan Riwayat sahih bukhari almarhum meninggalkan 7 atau 9 putri.

Sahabat berikutnya yang akan saya sampaikan adalah Hadhrat Abu Dujanah Simak Bin Kharasyah (ةدعاس نب جرزخلا نب ةبلعث نب ديز نب د ُو ِدْبِّ ع ِنَ ب ْ ناَ ذ ْوَ ل ِنَ ب ْ ةَش َرَ خ َ نُ ب ْ كا َم ِس ُ ه ُم ْسا َو .ُ ةَناَ جَ د و ) ُ بُأَ

radhiyallahu ta’ala ‘anhu. Beliau berasal dari anshar kabilah Khazraj ranting Banu Saidah.

Ayahanda beliau bernama Kharasyah. Menurut Sebagian lagi bernama Aus. Kakek beliau berkata Kharshah. Ibunda beliau bernama Hazmah Binti Harmalah ( بعز ينب نم ةل َم ْرَ ح تَ نِب ةمزحْ رو ُصن َم نْ ب ميلس ينب نمْ ). Nama panggilan beliau yakni Abu Dujanah lebih dikenal daripada nama

beliau. Satu putra beliau yang bernama Khalid (د ِلاخَ ) yang ibunya bernama Aminah Binti Amru

(رو ُصن َم نْ ب ميلس ينب نم زهب ينب نم شجلْا نْ ب ور ْمْ ع تَ نِب ةنمآْ ).

Ketika Hadhrat Utbah Bin Ghazwaan hijrah dari Makkah dan sampai di Madinah, Rasulullah (saw) menjalinkan persaudaraan antara beliau dengan Hadhrat Abu Dujanah. Hadhrat Abu Dujanah ikut serta pada perang Badar, Uhud dan seluruh peperangan lainnya bersama Rasulullah (saw). Beliau terhitung sebagai sahabat besar Anshar dan mendapatkan maqom yang tinggi dalam peperangan bersama dengan Rasulullah (saw).

Hadhrat Abu Dujanah menampilkan keberanian dalam peperangan dan mahir dalam berkuda. Beliau memiliki kain berwarna merah yang hanya beliau gunakan pada peperangan saja. Ketika beliau mengenakan kain merah tersebut, orang-orang dapat mengetahui bahwa beliau telah siap untuk bertempur. Beliau terhitung diantara para sahabat pemberani. Muhammad Bin Ibrahim meriwayatkan dari ayahnya bahwa Hadhrat Abu Dujanah dikenal dengan kain ikat kepala yang berwarna merah dan pada perang Badar pun beliau mengenakan itu.

Muhammad Bin Umar berkata: Hadhrat Abu Dujanah ikut serta pada perang Uhud dan tetap teguh di sekitar Rasulullah (saw) dan telah bertekad untuk rela mati dalam melindungi beliau. Pada perang Uhud beliau dan Hadhrat Mush’ab bin Umair menjaga Rasulullah (saw) dengan sekuat tenaga. Hadhrat Abu Dujanah terluka parah sementara Hadhrat Mush’ab bin Umair syahid pada perang tersebut.

Hadhrat Anas meriwayatkan, َلاقَف ٍدَ حُ أ َم ْوُ ي اَ ف ْي َس ً ذَخَ أ ملسو هيلع هللا ىلص ِهَ للا َلو ُس َر َّ نَّ أَ “Pada perang Uhud Rasulullah memegang sebilah pedang dan bersabda, اذَه يَ ن ِم ِّ ذُخُ أْي َ ن َمْ ‘Man ya’khudzu minnii hadza’ – ‘Siapa yang akan mengambil ini dariku?’

َسبَفَ

انَأ اَ نَأ ُلوَ قُي ْمَ هُن ِم ٍناْ َسنِإ ْ ُّلُك ْم ُهَي ِدْيأ اوَ طُ Kesemuanya menjulurkan tangannya dan setiap orang berkata, ‘Saya! Saya!’

Rasul bersabda, ِهقِّحِب َ هُذُخُ أْي َ ن َمْ فَ ‘Faman ya’khudzuhu bihaqqihi?’ – ‘Siapa yang akan mengambilnya dengan memenuhi haknya?’”

Hadhrat Anas berkata: ةَناَ جَ د وُ بُأ َ ةَش َرَ خ َ نُ ب ْ كا َم ِس ُ َلا َقف ُم ْوَ قَلا َمْ جَ حْ أَفَ “Orang-orang terhenti setelah itu lalu Hadhrat Simak Bin Kharshah Abu Dujanah berkata, ِهقِّحِب َ هُذُخآ اُ نَأَ ‘Saya akan mengambilnya dengan memenuhi haknya.’”

Hadhrat Anas berkata: ني ِكِرَ ش ُمْ لا َماْ ه ِهِب َ قَ لَفَف َ هُذَخَ أَفَ “Hadhrat Abu Dujanah lalu mengambil

pedang tersebut dan menggunakannya untuk menumbangkan pasukan musyrik.” (Muslim)22

Dalam riwayat lainnya dikatakan, Hadhrat Abu Dujanah bertanya, “Apa haknya?”

Rasul bersabda, “Jangan gunakan pedang ini untuk membunuh orang Muslim dan

janganlah melarikan diri dari pasukan kafir dalam keberadaannya yakni jangan mundur.”23

Hadhrat Abu Dujanah berkata: Saya akan ambil pedang tersebut dengan memenuhi haknya.”

22 Sahih Muslim, (مهنع ىلاعت هللا ىضر ةباحصلا لئاضف باتك), ( هنع ىلاعت هللا ىضر َةَشَرَخ ِنْب ِكاَمِس َةَناَجُد يِبَأ ِلِئاَض َف ْنِم باب). 23 Tarikh Islam karya adz-Dzahabi (١٧١ ةحفصلا - ٢ ج - يبهذلا - ملاسلإا خيرات).

(9)

Ketika Rasulullah memberikan pedang tersebut kepada Abu Dujanah, lalu beliau menggunakannya untuk memenggal kepala pasukan musyrik. Pada saat itu beliau membacakan syair berikut:

ِلي ِخنلا ىَّ دَل ِحَ ف َّسلاِب ْ نُ حْ ن َو ... ي ِلي ِلَ خ ي ِنَ دَهاَ ع ي ِذَ لا اَّ نَأ َ

ْ

ضأ ... ِلوَ ُي ُكْلا ي ِف َر ْه َّدلا َموقُأ َ لَ َ نْ أَ ِلو ُس َّرلا َو ِهللا َفْي َس ُبِر

Akulah yang kepadaku temanku telah berjanji Ketika kami berada di dekat pepohonan kurma di daerah Safa. Dan janjinya adalah bahwa aku tidak berdiri di barisan belakang lasykar dan bertempur melawan musuh dengan pedang Allah dan Rasul-Nya.

Lalu Hadhrat Abu Dujanah berjalan dengan membusungkan dada menembus barisan musuh, melihat itu Rasulullah bersabda, ِع ِضْو َمْلا اذَه ي ِف َ لَِإ َّ هللا اُ هَض ِغُ ْبُي ة َيٌ ش ِم اْ هَنِإَّ “Langkah seperti itu tidaklah disukai oleh Allah Ta’ala, kecuali pada saat itu yakni pada kesempatan perang tersebut.”24

Hadhrat Zubair Bin Awwam meriwayatkan, Rasulullah (saw) pada perang Uhud memberikan pedang dan bersabda, ؟ ِهقِّحِب َ َفْي َّسلا اذَه َ ذُخُ أْي َ ن َمْ ‘man ya’khudz hadzas saifi bihaqqihii?’ yakni, ‘Siapa yang akan mengambil pedang ini dengan memenuhi haknya?’

Hadhrat Zubair berkata: Saya berdiri dan berkata : Wahai Rasulullah! Saya. Rasulullah (saw) menolak saya.

Rasulullah (saw) bersabda: ؟ ِهقِّحِب َ َفْي َّسلا اذَه َ ذُخُ أْي َ ن َمْ siapa yang akan mengambil pedang ini dengan memenuhi haknya?

Saya berdiri dan berkata: Wahai Rasulullah! Saya. Rasulullah (saw) menolak saya. Rasulullah (saw) bersabda: ؟ ِهقِّحِب َ َفْي َّسلا اذَه َ ذُخُ أْي َ ن َمْ siapa yang akan mengambil pedang ini dengan memenuhi haknya?

Hadhrat Abu Dujanah Simak Bin Kharshah berdiri dan berkata: ، ِهقِّحِب ِهَ للا َلو ُس َر اَّ ي َ هُذُخآ اُ نَأَ َمفَ

ُ

هقُّح اَ

؟ Wahai Rasulullah! Saya akan ambil pedang tersebut dan memenuhi haknya. Apa

haknya?

Rasul bersabda: ٍر ِفاك َ نْ ع ِهِب َ َّر ِفت َ لَ َو ا ًم ِل ْسَ ُم ِهِب َلتُقْت َ لَ َ نْ أَ jangan gunakan pedang ini untuk membunuh orang Muslim dan janganlah melarikan diri dari pasukan kafir dalam keberadaannya yakni jangan mundur.

Hadhrat Zubair berkata: setelah itu Rasulullah memberikan pedang tersebut kepada Abu Dujanah. Adapun Abu Dujanah ketika berniat untuk pergi berperang, beliau ikatkan kain merah di kepala.

Hadhrat Zubair berkata: saya berkata, pada hari ini saya akan melihat bagaimana Abu Dujanah akan memenuhi haknya.

Hadhrat Zubair berkata siapapun musuh yang ada di hadapannya, beliau bunuh dan terus berderap maju sampai sampai beliau menembus barisan musuh dan sampai di area kumpulan wanita yang tengah menabuh tetabuhan di lereng bukit. Salah satu wanita diantaranya berkata, ia membacakan syair,

ْ ق ِراَمَّنلا ىَل َع ي ِش ْمن *** َ ق ِراْ ط َ َ اُ نَب َ نُ حْ ن َ اولِبُ قْت ُ ن ِإْ َ ق ِراَمَّنلا ِط ُسْبن َو *** َ ق ِناْ َعُن ْ ق ِماَو ِرْي َغ َقاَر ِف *** ق ِراْ فَن او ُرِبُ دْت ْوُ َ أ

Terjemahannya sebagai berikut: ‘Kami adalah putri-putri bintang pagi yang berjalan di awan, jika kamu berderap maju, kami akan menyambut kalian dan akan memasang bantal

(10)

untuk duduk. Namun jika kalian berpaling mundur, maka kami akan berpisah dari kalian. Ini merupakan perpisahan yang mana tidak akan tersisa lagi jalinan kecintaan diantara kita.’

Hadhrat Zubair berkata: saya melihat Abu Dujanah mengangkat tangannya untuk menebaskan pedang kepada seorang wanita, namun terhenti.

Setelah perang berakhir saya bertanya padanya: Saya melihat seluruh pertempuranmu, tadi kamu sempat mengangkat tangan terhadap seorang wanita namun diturunkan lagi. Apa sebabnya?

Beliau menjawab: ةًأ َر ْما ِهِب َ َلُتقْأ َ نْ أ َمَ ل َس َو ِه ِلآَّ َو ِهْيلَع َ هُ للا ىَّ ل َص ِهَّ للا ِلوَّ ُس َر َفْي َس ُت ْم َرْكأ ِهَ للا َو يَّ نِإِّ Demi Tuhan! Aku menghormati pedang Rasulullah, tidaklah mungkin bagiku untuk membunuh

wanita menggunakan pedang tersebut. Untuk itulah aku menghentikannya.’”25

Dalam Riwayat lain dikatakan, wanita tersebut adalah Hindun istri Abu Sufyan yang tengah menyanyikan lagu lagu Bersama dengan para wanita lainnya. Ketika Hadhrat Abu Dujanah mengangkat pedangnya atas Hindun, Hindun berteriak untuk meminta pertolongan, berkata: Wahai Sakhar! Namun tidak ada yang datang untuk menolongnya.

Hadhrat Abu Dujanah menurunkan pedangnya lalu pulang. Ketika ditanya Hadhrat Zubair beliau berkata: Aku tidak suka membunuh wanita menggunakan pedang Rasulullah, yang mana tidak ada yang menolong wanita itu.

Dalam menjelaskan kisah Abu Dujanah tersebut, Hadhrat Mirza Bashir Ahmad menjelaskan dalam buku Sirat Khatamun Nabiyyin: “Ketika pasukan Quraisy terpaksa menanggung kekalahan dalam pertempuran, kaum kuffar melihat pemandangan itu menjadi naik pitam. Pasukan Muslim pun sambal meneriakkan takbir berderap maju lalu terjadilah pertempuran antara kedua pasukan. Lebih kurang pada saat itulah Rasulullah mengambil pedangnya dan bersabda: Siapa yang akan mengambil ini dan memenuhi haknya?

Banyak sekali diantara para sahabat yang menjulurkan tangannya diantaranya Hadhrat Umar, Hadhrat Zubair bahkan menurut beberapa riwayat Hadhrat Abu Bakar dan juga Hadhrat Ali. Namun Rasulullah tidak memberikannya. Melainkan terus bersabda siapakah yang akan mengambilnya dan memenuhi haknya?

Akhirnya Hadhrat Abu Dujanah menjulurkan tangan dan memohon: Wahai Rasulullah mohon berikanlah kepada saya.

Beliau (saw) memberikan pedang tersebut kepadanya lalu Abu Dujanah mengambil dan membawanya dengan jalan tegap yakni dengan penuh kebanggan terus berderap maju menuju pasukan pasukan kuffar. Rasulullah bersabda kepada sahabat: Allah Ta’ala tidaklah menyukai cara berjalan seperti ini, namun tidak untuk saat seperti ini. Zubair yang saat ini paling berhasrat untuk mengambil pedang Rasulullah (saw) itu dan beranggapan paling berhak karena hubungan kekerabatan dengan Rasulullah, karena itu timbul pertanyaan didalam diri beliau, kenapa Rasul tidak memberikannya kepada saya, malah diberikan kepada Abu Dujanah. Untuk menjauhkan kegelisahannya ini, beliau bertekad didalam hati bahwa beliau akan terus menyertai Abu Dujanah selama peperangan dan akan melihat, apa yang akan dilakukan Abu Dujanah dengan pedang tersebut.

Dikatakan bahwa Abu Dujanah mengikatkan kain merah di kepala pergi membawa pedang tersebut sambal melantunkan puji sanjung lalu menerobos barisan pasukan musyrik. Saya melihat kemanapun ia pergi, disana ia menghamparkan kematian bagi musuh dan saya tidak melihat ada musuh yang selamat berada di hadapannya. Sampai sampai ia menerobos ke bagian pojok lainnya dimana terdapat para wanita Quraisy. Hindun, istri Abu Sufyan yang saat itu tengah menyemangati pasukan musuh datang kehadapan Abu Dujanah, lalu Abu

25 Al-Mustadrak ‘alash Shahihain (نيحيحصلا ىلع كردتسملا), (اًديِهَش َةَمِلْيَسُم َم ْوَي َةَناَجُد وُبَأ َل ِتُق ُهْنَع ُهَّللا َي ِض َر ِ ي ِج َر ْزَخْلا َةَش َرَخ ِنْب ِكاَمِس َةَناَجُد يِبَأ ِبِقاَنَم ُرْكِذ),

(11)

Dujanah mengangkat pedang ke arahnya kemudian Hindun berteriak keras untuk meminta bantuan kepada kaum pria, namun tidak ada pria yang datang untuk membantunya.

Namun saya melihat Abu Dujanah sendiri menurunkan pedangnya dan meninggalkan tempat itu. Saat itu saya bertanya kepada Abu Dujanah, apa sebabnya awalnya kamu mengangkat pedang untuk wanita itu lalu menurunkannya lagi.

Abu Dujanah menjawab: Hati saya tidaklah tega untuk menebaskan pedang Rasulullah kepada seorang perempuan yang saat itu tidak ada pria yang melindunginya.

Zubair berkata: Saat itu saya beranggapan, memang benar, hak yang telah dipenuhi oleh Abu Dujanah terhadap pedang Rasulullah, mungkin aku tidak dapat memenuhinya. Setelah itu rasa penasaran saya hilang.”

Hadhrat Khalifatul Masih Tsani ra menjelaskan kisah tersebut, bersabda: “Pada perang Uhud, Rasulullah memberikan sebuah pedang dan bersabda: saya berikan pedang ini kepada orang yang bertekad untuk memenuhi haknya.

Banyak sekali orang yang ingin mengambil pedang tersebut. Namun Rasul memberikan pedang tersebut kepada Abu Dujanah Anshari.

Dalam pertempuran disatu tempat beberapa pasukan Makkah menyerang Abu Dujanah Ketika beliau bertempur dengan mereka. Saat itu beliau melihat ada seorang pasukan dengan penuh semangat ambil bagian dalam pertempuran. Beliau (Abu Dujanah) mengangkat pedang kepada orang itu, namun akhirnya meninggalkannya dan kembali.

Salah seorang kawan beliau bertanya, kenapa kamu melepaskan orang itu? Beliau menjawab: Ketika saya menghampiri orang itu, keluar dari mulutnya kalimat yang darinya saya mengetahui bahwa ia bukan pria melainkan wanita.

Kawannya berkata: Bagaimanapun wanita itu ikut juga berperang seperti kaum pria lainnya, bukan? Lantas kenapa anda melepaskannya?

Abu Dujanah berkata: Hati saya tidak tega menebaskan pedang pemberian Rasulullah kepada seorang wanita lemah.’”

Hadhrat Mushlih Mau’ud (ra) bersabda, “Rasulullah (saw) senantiasa mengajarkan untuk menghormati kaum wanita yang karenanya para wanita kuffar dengan lebih berani lagi berusaha untuk menimpakan kerugian kepada umat Muslim, namun meskipun demikian pasukan Muslim menahan emosinya.”

Berkenaan dengan Abu Dujanah seorang orientalis barat Sir William Muir menulis: “Pada permulaan perang, Muhammad (saw) mengambil pedangnya dan bersabda: siapa yang akan mengambil pedang ini dengan memenuhi haknya. Umar, Zubair dan banyak sahabat lainnya berkeinginan untuk mengambilnya namun Rasulullah melarangnya. Akhirnya, Abu Dujanah memohon untuk diberikan, lalu Rasulullah memberikannya. Setelah itu Abu Dujanah mulai menggunakan pedang tersebut untuk menebas leher pasukan kuffar.

Kemudian menulis, lasykar pasukan Makkah mulai kocar kacir dengan adanya gempuran dahsyat dari pasukan Muslim. Para pemimpin pasukan Quraisy berkali kali berusaha untuk menyerang pasukan Muslim dari arah kiri, namun setiap kali mereka terpaksa menghadapi gempuran dari 50 pemanah Muslim yang diposisikan oleh Muhammad secara khusus, sehingga mereka terpaksa mundur. Keberanian dan sikap ksatria yang diperlihatkan oleh pasukan Muslim pada perang Badr, itu jugalah yang ditampilkan oleh mereka pada perang Uhud. Barisan pasukan Makkah dapat ditembus.

Ketika Hadhrat Abu Dujanah mengikatkan kain merah di kepala lalu menyerang musuh dengan menggunakan pedang yang dibrikan oleh Muhammad (saw) keempat penjuru seolah olah beliau menghamparkan kematian. Begitu juga Hamzah, dengan mengenakan bulu burung unta di kepala tampak mencolok disetiap tempat. Ali dengan mengenakan kain kepala

(12)

yang Panjang dan putih. Begitu juga Zubair dengan mengenakan sorban yang berwarna terang berkilau dengan penuh gagah berani kemanapun pergi membawa pesan kematian dan kabar duka bagi musuh. Inilah pemandangan dimana para pahlawan kemenangan Islam di kemudian hari mendapatkan tarbiyat.”

Hadhrat Ibnu Abbas meriwayatkan, (semua keterangannya terdapat dalam Sirat Khataman Nabiyyin dan telah saya baca) Hadhrat Ibnu Abbas ( ٍساَّب َع ِنباْ ) meriwayatkan, َعج َر ا َّمَ لَ

ا ،ة َّينَب اُ ي " : َلاَ ق َو ،َ هُ فْي َس َ هُ تَنَبا ْ ة َم ِطاَ ف ىَ طَ عْ أ ٍدَ حُ أ ُ ن ِم ْ َمَّل َس َو ِهْيلَع َ هُ للا ىَّ ل َص ِهَّ للا لو ُس َرَّ

،" َمدلا اَّ ذَه َ هُ نْع ي ِل ِسَ غْ Ketika Rasulullah Kembali dari Uhud beliau memberikan pedangnya kepada Putri beliau, Fatimah dan bersabda: Wahai putriku! Bersihkanlah pedang ini dari darah. ا َمهُنْع َ هُ للا َي ِضَّ َر ٌّيِلَع ا َها َطْعأ َوَ

َص دْقَل ِهَ للا َوَّ ف ،َ ه َمُ د َ هُ نْع ي ِل ِسَ غاْ ف ،اَ ذَه َو : َلاَ ق َو ،َ هُ فْي َسَ

َم ْوَيلا ي ِنْ قَدَ Hadhrat Ali pun memberikan pedangnya kepada Hadhrat Fatimah dan berkata: Bersihkan juga ini dari darah. Demi Tuhan, pada hari ini ia telah menemaniku dengan baik. Rasulullah bersabda: َ ُله َس ْ هُ قَد َص َ دْقَل ، َلاَ ت ِقَ لا ْ تَ قْد َص َ تَ نْك ُ ن ِئْ لَ ةناَ جَ د وُ بُأ َو ، ٍفَ ْيَن ُح ُنْب jika kamu memenuhi hak untuk bertempur, sesungguhnya Sahl Bin Hanif

dan Abu Dujanah pun telah memenuhi haknya untuk bertempur.26

Dalam Riwayat lain, bukan Sahl Bin Hunaif tapi disebutkan Haris Bin Shimah ( نُ ب ْ ث ِراُ حَ لاْ ِةَّم ِّصلا).27

Zaid Bin Aslam meriwayatkan, ك ِهَ ج َو ِل اْ َم :ُهَل َلي ِقف ُلَ لَّهَتَي َ هُ هُج َو ْ ناَ ك َو ٌضي ِرَ َم َو ُه َو َةَنا َج ُد يِبأ ىَ لَع َل ِخَ دُ ُللَّهَتَيَ “Orang orang datang kepada Abu Dujanah, saat itu beliau tengah sakit. Namun wajah beliau bercahaya terang. Seseorang bertanya, ‘Kenapa wajah Anda bercahaya?’

Hadhrat Abu Dujanah berkata, ُملَّكَ تَأ لا َ تُ نْكُف ا َمَ هاُ دَح ِإ اْ َّمأ . ِنَ ْيَتَنثا ْ ن ِم ي ِدَ ن ِع ْ قُ ث ْوَ أ ٌء ْيَ ش ي ِلَ َمع َ ن ِم اْ َم ا ًمي ِل َس َني ِمِل ْس ُمل ِل يِبْ لْق َ ناَ كَف ى َرَ خْ لْا ا َّمُ أ َو .ي ِنيِنَ ْعَي لا ا َمي ِف ‘Diantara amalan saya ada dua amalan yang menurut saya sangat berbobot dan matang. Pertama, saya tidak pernah mengucapkan sesuatu yang tidak ada hubungannya dengan saya (bukan urusan saya). Kedua, hati saya

selalu bersih bagi umat Muslim.’”28

Hadhrat Abu Dujanah syahid pada perang Yamamah. Paska kewafatan Rasulullah, Musailamah Kadzdzab mendakwakan kenabian palsu dan ingin menyerang Madinah. Hadhrat Abu Bakar memberangkatkan lasykar pada 12 Hijriyyah untuk menghentikannya. Hadhrat Abu Dujanah juga merupakan bagian dari lasykar itu. Hadhrat Abu Dujanah bertempur dahsyat pada perang Yamamah dan meraih maqom syahid.

Banu Hanifah merupakan kabilah lama Arab yang sebagian besarnya melakukan pemberontakan untuk menyerang Madinah dibawah komando Musailamah Kadzdzab, mereka memiliki kebun dan bertempur dengan bersembunyi di kebun tersebut. Pasukan Muslim tidak mendapatkan kesempatan untuk masuk kedalam kebun tersebut.

Hadhrat Abu Dujanah berkata kepada pasukan Muslim, “Lemparkan saya kedalam kebun!” Lalu hal itu dilakukan, namun dengan jatuhnya beliau ke arah lain menyebabkan patahnya kaki beliau. Meskipun demikian beliau bertempur di gerbang kebun dan menyingkirkan pasukan musyrik dari sana sehingga pasukan Muslim berhasil menerobos kedalam.

Hadhrat Abu Dajjanah ikut serta bersama Abdullah bin Zaid dan Wahsyi bin Harb dalam pembunuhan Musailamah al-Kazzab dan beliau syahid pada saat perang Yamamah. Terdapat dalam satu riwayat bahwa Hadhrat Abu Dujanah telah wafat pada peristiwa perang Shiffin yang berada di pihak Hadhrat Ali (ra) namun riwayat ini ternyata dhaif. Riwayat yang sebelumnya lebih shahih dan banyak dicantumkan.

26 Usdul Ghaabah.

27 Al-Mustadrak (نيحيحصلا ىلع كردتسملا), ( ْمُهْنَع ُهَّللا َي ِض َر ِةَباَحَّصلا ِةَف ِرْعَم ُباَتِك), ( َي ِض َر ٍتِباَث وُبَأ ُهُتَيْنُك َو ، ِ ي ِراَصْنَ ْلأا ٍفْيَنُح ِنْب ِلْهَس ِبِقاَنَم ُرْكِذ), (2164 مقر ثيدح). 28 Ath-Thabaqaat al-Kubra karya Ibnu Sa’d.

Referensi

Dokumen terkait

Cara belajar siswa aktif c.. Cara mengajar

Solusi Kegiatan nyata untuk mengatasi hal tersebut dilakukan dengan membuka pusat- pusat layanan rehabilitasi korban, memberikan pelatihan khusus kepada pencari kerja tentang

Persoalan yang menjadi objek penelitian penulis adalah meneliti apakah terjadi politisasi dalam konflik antar warga Desa Balinuraga dengan Desa Agom dan akhirnya meluas

Segera setelah Hadhrat Abu Ubaidah (ra) menerima surat Hadhrat ‘Umar (ra) ini, beliau mengutus sepuluh pemimpin pasukan ke Fihl, yang mana di antara mereka yang

Kekasih Rasulullah shallahu ‘alaihi wa sallam, putri Abu Bakar As-Shiddiq, malaikat telah menampakkan Aisyah kepada Nabi shallahu ‘alaihi wa sallam sebelum Nabi

Sehubungan dengan Pertempuran Uhud, ketika Nabi (saw) mengetahui rencana orang-orang Makkah untuk menyerang Madinah, beliau berkonsultasi dengan para sahabat mengenai apakah

Beliau bersabda, ‘Ayahmu adalah Hudzafah.’ Kemudian Rasulullah (saw) berkali-kali bersabda agar mereka bertanya kepada beliau (saw) apa-apa yang mereka inginkan,

Shah Waliullah penulis produktif dan membahas berbagai mata pelajaran yang berkaitan dengan studi Islam mencakup Tafsir, Hadis, Fiqh, Usul al-fiqh, 'Aqa'id (keyakinan),