• Tidak ada hasil yang ditemukan

ZULFIKAR AWALUDIN BAB II

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "ZULFIKAR AWALUDIN BAB II"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1) Pengertian Pembelajaran

Secara umum pengertian pembelajaran adalah suatu kegiatan sadar dari guru untuk memberikan, memindahkan sejumlah pengetahuan dan nilai-nilai budaya nenek moyang ke generasi berikutnya. (TIM MKDK IKIP SEMARANG, 1996: 10).

Sedangkan pengertian pembelajaran secara khusus adalah antara lain a. Menurut teori Behavioristik pembelajaran adalah suatu usaha guru

membentuk tingkah laku yang diinginkan dengan menyediakan lingkungan, agar terjadi hubungan dengan subjek belajar serta perlu diberikan reinforcement (penguatan) untuk meningkatkan motivasi kegiatan belajar.

b. Menurut teori Kognitif pembelajaran adalah cara guru memberikan kesempatan kepada si belajar untuk berpikir agar memahami apa yang dipelajari.

(2)

d. Menurut teori Humanistik, pembelajaran adalah memberikan kebebasan kepada si belajar untuk memilih bahan pelajaran dan cara mempelajarinya sesuai dengan minat dan kemampuannya (Haryanto, 2003: 8).

a) Ciri-ciri Pembelajaran

Ada tiga ciri khas yang terkandung dalam sistem pembelajaran, (TIM MKDK IKIP SEMARANG, 1996: 11) menjelaskan ketiga ciri-ciri tersebut yaitu :

a. Pembelajaran merupakan upaya sadar dan disengaja. Tersirat di sini bahwa pembelajaran bukan kegiatan insidental tanpa persiapan.

b. Pembelajaran merupakan pemberian bantuan yang memungkinkan siswa dapat belajar. Dalam hal ini, guru harus menganggap siswa sebagai individu yang mempunyai unsur-unsur dinamis yang dapat berkembang bila disediakan kondisi yang menunjang. Jadi status guru tidak mutlak menentukan apa dan bagaimana siswa haru belajar (direct teaching)melainkan ada suasana demokratis

c. Pembelajaran lebih menekankan pada pengefektifan siswa, karena yang belajar adalah siswa bukan guru.

b) Tujuan Pembelajaran

(3)

pada hakikatnya adalah mengembangkan potensi manusia atau “human ability” (Sugandi, 2006: 23).

Klausmire dalam Sugandi (2006: 23) menyatakan bahwa “human ability” dapat dibedakan atas potensi cognitive domain, affective domain, dan physchomotor domain.

a. Tujuan pembelajaran ranah kognitif.

Taksonomi ini mengelompokkan ranah kognitif ke dalam enam kategori. Keenam kategori itu mencakup keterampilan intelektual dari tingkat rendah sampai dengan tingkat tinggi. Keenam kategori itu tersusun secara hirarkis yang berarti tujuan pada tingkat di atasnya dapat dicapai apabila tujuan pada tingkat di bawahnya telah dikuasai. Adapun keenam kategori tersebut adalah sebagai berikut : 1) Kemampuan kognitif tingkat pengetahuan (C1)

Kemampuan kognitif tingkat pengetahuan adalah kemampuan untuk mengingat (recall) akan informasi yang telah diterima, misalnya informasi mengenai fakta, konsep, rumus, dan sebagainya.

2) Kemampuan kognitif tingkat pemahaman (C2)

(4)

3) Kemampuan kognitif tingkat penerapan (C3)

Kemampuan kognitif tingkat penerapan adalah kemampuan untuk menggunakan atau menerapkan informasi yang telah diketahui ke dalam situasi atau konteks baru.

4) Kemampuan kognitif tingkat analisis (C4)

Kemampuan kognitif tingkat analisis adalah kemampuan menguraikan suatu fakta, konsep, pendapat, asumsi dan semacamnya atas elemen-elemennya, sehingga dapat menentukan hubungan masing-masing elemen.

5) Kemampuan kognitif tingkat sintesis (C6)

Kemampuan kognitif tingkat sintesis adalah kemampuan mengkombinasikan elemen-elemen ke dalam kesatuan atau struktur.

6) Kemampuan kognitif tingkat evaluasi (C6)

Kemampuan kognitif tingkat evaluasi adalah kemampuan menilai suatu pendapat, gagasan, produk, metode, dan semacamnya dengan suatu kriteria tertentu.

b. Tujuan pembelajaran ranah Afektif

(5)

Sugandi (2006: 26-27) membagi taksonomi tujuan pembelajaran ranah afektif ke dalam lima kategori yaitu :

1) Pengenalan (Receiving)

Pengenalan (Receiving) adalah katergori jenis perilaku ranah afektif yang menunjukan kesadaran, kemauan, perhatian individu untuk menerima dan memperhatikan berbagai stimulus dari lingkungannya.

2) Pemberian respon (Responding)

Pemberian respon atau partisipasi adalah kategori jenis perilaku ranah afektif yang menunjukan adanya rasa kepatuhan individu dalam hal mematuhi dan ikut serta terhadap sesuatu gagasan, benda, atau sistem nilai.

3) Penghargaan terhadap nilai (Valuing)

Penghargaan terhadap nilai adalah kategori jenis perilaku ranah afektif yang menunjukan menyukai, menghargai dari seseorang individu terhadap sesuatu gagasan, pendapat atau sistem nilai. 4) Pengorganisasian (Organization)

Pengorganisasian adalah kategori jenis perilaku ranah afektif yang menunjukan kemauan membentuk sistem nilai dari berbagai nilai yang dipilih.

5) Pengamalan (Characterization)

(6)

nilai-nilai ke dalam suatu filsafat hidup yang lengkap dan meyakinkan.

c. Tujuan pembelajaran ranah Psikomotorik

Tujuan pembelajaran ranah psikomotorik dikembangkan oleh Sympson dan Harrow (1969). Taksonomi Sympson dalam Sugandi (2006: 27-28) juga menyusun tujuan psikomotorik secara hierakis dalam lima kategori yaitu :

1) Peniruan (Imitation)

Kemampuan melakukan perilaku meniru apa yang dilihat atau di dengar. Pada tingkat meniru perilaku yang ditanamkan belum bersifat otomatis, bahkan mungkin masih salah tidak sesuai dengan yang ditiru.

2) Manipulasi (Manipulation)

Kemampuan melakukan perilaku tanpa contoh atau bantuan visual, tetapi dengan petunjuk tulisan secara verbal.

3) Ketapatan gerakan (Precision)

Kemampuan melakukan perilaku tertentu dengan lancar, tepat dan akurat tanpa contoh dan petunjuk tertulis.

4) Artikulasi (Articulation)

(7)

5) Naturalisasi (Naturalization)

Keterampilan menunjunkan perilaku gerakan tertentu secara “automatically” artinya cara melakukan gerakan secara wajar dan efisien.

c) Sumber Belajar

Sumber belajar menurut Dzamarah dan Zain (2010: 48) yaitu sesuatu yang dapat dipergunakan sebagai tempat dimana bahan pengajaran terdapat atau asal untuk belajar seseorang. Jadi sumber belajar adalah bahan materi yang diperuntukan untuk menambah ilmu pengetahuan yang mengandung hal-hal baru bagi peserta didik.

Sumber-sumber belajar dapat dikategorikan menjadi lima macam sumber belajar seperti yang dinyatakan dalam Dzamarah dan Zain (2010: 49-50) antara lain adalah :

a. Manusia

b. Buku / Perpustakaan c. Media massa

d. Alam lingkungan

1) Alam lingkungan terbuka

2) Alam lingkungan sejarah atau peninggalan sejarah 3) Alam lingkungan manusia

(8)

d) Materi Pembelajaran

Materi pembelajaran menurut Dzamarah dan Zain (2010: 50) merupakan substansi yang akan disampaikan dalam proses pembelajaran. Guru memiliki tugas yang penting dalam mengembangkan dan memperkaya materi pembelajaran, oleh karena itu media pembelajaran menjadi penentu keberhasilan pembelajaran. Menurut Djamarah dan Zein (2002: 51) ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam menetapkan materi pembelajaran yaitu :

a. Materi pembelajaran hendaknya sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai

b. Materi pembelajaran hendaknya disesuaikan dengan tingkat perkembangan siswa pada umumnya

c. Materi pembelajaran hendaknya terorganisir secara sistematik dan berkesinambungan

d. Materi pembelajaran hendaknya mencakup hal-hal yang bersifat tekstuan dan non tekstual

e) Metode Pembelajaran

(9)

dengan baik apabila siswa lebih aktif dibandingkan dengan gurunya.Namun penggunaan metode harus dilakukan secara bervariasi agar tidak menimbulkan kejenuhan ataupun sesuai dengan kondisi dan situasi. Hal tersebut diperkuat dengan pernyataan menurut Prof. Dr. Winarno Surakhmad dalam Dzamarah dan Zain (2010: 46) yang menjelaskan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan metode pembelajaran antara lain yaitu:

a. Tujuan yang terbagi jenis-jenis dan fungsinya b. Anak didik yang berbagai tingkat kematangannya c. Situasi yang berbagai keadaannya

d. Fasilitas yang berbagi kualitas dan kuantitasnnya

e. Pribadi guru serta kemampuan profesionalnya berbeda-beda

f) Evaluasi Pembelajaran

(10)

2) Hakikat Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)

a) Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)

Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) menjelaskan bahwa mata pelajaran IPS merupakan sebuah nama mata pelajaran integrasi dari mata pelajaran sejarah, geografi, dan ekonomi serta mata pelajaran ilmu sosial lainnya Sapriya (2009: 7). Sedangkan menurut Trianto (2011: 171) menjelaskan bahwa Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan integrasi dari berbagai cabang ilmu-ilmu sosial seperti, sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum, dan budaya. Memiliki kesadaran dan kepedulian terhadap masyarakat atau lingkungannya melalui pemahaman terhadap nilai-nilai sejarah dan kebudayaan masyarakat.

b. Tujuan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)

Tujuan Ilmu Pengetahuan Sosial adalah untuk mengembangkan potensi peserta didik agar peka terhadap masalah sosial yang terjadi di masyarakat, memiliki sikap mental positif terhadap perbaikan segala ketimpangan sosial yang terjadi, dan terampil mengatasi setiap masalah yang terjadi sehari-hari baik yang menimpa dirinya sendiri maupun yang menimpa masyarakat. Tujuan tersebut dapat dicapai apabila program-progam pelajaran IPS di sekolah diorganisasikan secara baik. Dari uraian diatas disimpulkan sebagai berikut :

(11)

2) Memenuhi perhatian terhadap isu-isu dan masalah-masalah sosial, serta mampu memvbuat analisis yang kritis, selanjutnya mampu mengambil tindakan yang tepat.

3) Mampu mengembangkan berbagai potensi sehingga mampu membangun diri sendiri agar survive yang kemudian bertanggung jawab menbangunan masyarakat.

c. Fungsi Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)

Ilmu Pengetahuan sosial membahas hubungan antara manusia dengan lingkungannya. Lingkungan masyarakat dimana anak didik tumbuh dan berkembang sebagai bagian dari masyarakat, dihadapkan pada berbagai permasalahan yang ada dan akan terjadi di lingkungan sekitarnya. Pendidikan IPS berusaha membantu siswa dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi sehingga akan menjadikan siswa semakin mengerti dan memahami lingkungan sosial masyarakat (Kosasih dalam Solihatin dan Raharjo, 2007: 15).

Pada dasarnya pendidikan IPS adalah untuk mendidik dan memberi bekal kemampuan dasar kepada siswa untuk melanjutkan pendidikan ketingkat yang lebih tinggi (Solihatin dan Raharjo, 2007: 5).

3) Mata Pelajaran IPS Sejarah

a) Pengertian Mata Pelajaran IPS Sejarah

(12)

b. Ilmu yang menelaah hal ikhwal manusia dalam urutan kronologis. c. Pohon silsilah manusia.

d. Ilmu yang berusaha menentukan dan mewariskan pengetahuan tentang masa lalu (Mustofa, 2006: 3)

Sejarah sebagai mata pelajaran adalah pelajaran yang menanamkan pengetahuan dan nilai-nilai mengenai proses perubahan dan perkembangan masyarakat Indonesia dan dunia dari masa lampau hingga masa kini. Pada sekolah menengah pertama, sejarah merupakan bagian dari mata pelajaran IPS. Sebagai bagian dari mata pelajaran IPS, maka sejarah terkait dengan struktur kurikulum IPS, meskipun dalam pembelajarannya bisa dilakukan secara terpisah. Kurikulum sejarah sekolah menengah pertama merupakan hal yang penting karena sekolah menengah merupakan tingkat pendidikan yang harus diterima oleh semua anak bangsa.

b) Tujuan dan Fungsi Mata Pelajaran IPS Sejarah

(13)

a. Edukatif

Yaitu memiliki kegunaan dalam memberikan pendidikan, seperti pendidikan masa depan, pendidikan perubahan, pendidikan penalaran dan pendidikan moral. Sejarah dapat menjadi panduan atau pengalaman untuk mendapatkan masa depan yang lebih baik. b. Inspiratif

Yaitu dalam kisah-kisah Sejarah mampu memberikan inspirasi bagi yang membaca ataupun yang mendengarnya.

c. Rekreatif

Yaitu dalam kisah-kisah sejarah dapat memberi suatu hiburan yang segar. Melalui penulisan kisah sejarah yang menarik, pembaca menjadi merasaa terhibur. Gaya penulisan yang hidup dan komunikatif dari beberapa sejarawan mampu menghipnotis pembaca. Pembaca merasa nyaman membaca buku tulisannya. Maka hal tersebut termasuk dalam hal rekreatif. Mustofa (2006: 10-13)

(14)

c) Ruang Lingkup Mata Pelajaran IPS Sejarah

Ruang lingkup materi pelajaran IPS sejarah di sekolah menengah pertama disusun berdasarkan urutan kronologis yang dijabarkan dalam aspek-aspek tertentu sebagai materi standar. Menurut Mulyasa (2006: 126-127) ruang lingkup mata pelajaran IPS Sejarah meliputi aspek-aspek sebagai berikut

a. Manusia, tempat dan lingkungan b. Waktu, berkelanjutan dan perubahan c. Sistem sosial dan budaya

d. Perilaku ekonomi dan kesejahteraan

4) Sikap Nasionalisme

a. Pengertian Nasionalisme

(15)

Dari beberapa pendapat di atas, dapat ditarik pengertian bahwa yang dimaksud nasionalisme adalah sikap seseorang antara paham seseorang tentang kesetiaannya terhadap tumpah darah (negaranya) dengan melihat kejayaan dan menolak adanya penjajahan untuk membentuk negara yang bersatu, berdaulat dan demokratis.

b. Faktor-Faktor Pembentuk Nasionalisme

Menurut E.J. Hobsbawn (2001: 106) faktor-faktor yang membentuk nasionalisme adalah faktor obyektif dan faktor subyektif. Yang termasuk faktor obyektif adalah bahasa, warna kulit, kebudayaan, adat, agama, wilayah, kewarganegaraan dan ras. Sedangkan faktor subyektif dari nasionalisme adalah cita-cita, semangat, dan keinginan. Dalam arti timbulnya rasa kesadaran nasional pada bangsa itu sesuai dengan tujuan utamanya adalah terwujudnya negara nasional.

c. Prinsip-Prinsip Nasionalisme Indonesia

Dari perkembangan paham nasionalisme di Indonesia, dapat disimpulkan bahwa nasionalisme Indonesia yang berdasarkan Pancasila adalah bersifat “majemuk Tunggal”. Adapun unsur-unsur yang membentuk nasionalisme (bangsa) Indonesia menurut Santoso (2007: 16) adalah sebagai berikut:

(16)

5) Kesatuan asas kerokhanian

d. Bentuk-Bentuk Nasionalisme

1) Nasionalisme Kewarganegaraan(atau nasionalisme sipil) adalah sejenis nasionalisme di mana negara memperoleh kebenaran politik dari penyertaan aktif rakyatnya, “kehendak rakyat”, “perwakilan politik”.

2) Nasionalisme Etnis adalah sejenis nasionalisme di mana negara memperoleh kebenaran politik dari budaya asal atau etnis sebuah masyarakat.

3) Nasionalisme Romantik (juga disebut nasionalisme organik, nasionalisme identitas) adalah lanjutan dari nasionalisme etnis di mana negara memperoleh kebenaran politik secara semula jadi (“organik”) hasil dari bangsa atau ras, menurut semangat romantisme. Nasionalisme romantik adalah bergantung kepada perwujudan budaya etnis yang menepati idealisme romantik; kisah tradisi yang telah direka untuk konsep nasionalisme romantik.

4) Nasionalisme Budayaadalah sejenis nasionalisme di mana negara memperoleh kebenaran politik dari budaya bersama dan bukannya “sifat keturunan” seperti warna kulit, ras dan sebagainya.

(17)

selalu kontras dan berkonflik dengan prinsip masyarakat demokrasi. Penyelenggaraan sebuah ‘national state’ adalah suatu argumen yang ulung, seolah-olah membentuk kerajaan yang lebih baik dengan tersendiri.

6) Nasionalisme agama ialah sejenis nasionalisme di mana negara memperoleh legitimasi politik dari persamaan agama. Walaupun begitu, lazimnya nasionalisme etnis adalah dicampuradukkan dengan nasionalisme keagamaan.

(Muhammads Yani ; 2011, “Patriotisme dan Nasionalisme”, dikutip dari/ http://muhamadsyani.wordpress.com/2011/04/18, diakses tanggal 22 Desember 2011 jam 19.30.-22.35).

e. Nasionalisme di Seluruh Dunia

Nasionalisme sebagai ideologi gerakan politik di negara-negara Dunia Ketiga berkembang setelah negara-negara yang tersebar di Asia, Afrika dan Amerika Latin membebaskan diri dari kolonialisme dan imperialisme pada era setelah Perang Dunia II. Pada era perang kemerdekaan di negara-negara terjajah itu, nasionalisme menjadi ideologi perlawanan terhadap penjajahan.

(18)

sejarah yang khusus dan struktur yang khusus pula di setiap negeri. Akan tetapi nasionalisme di seluruh dunia tidak menyederhanakan atau melancarkan tugas untuk menciptakan suatu masyarakat manusia yang bersatu padu dan bergotong royong. Kecuali di Turki tak ada satupun bangsa di Timur Tengah dan Asia yang dalam tahun 1955 telah mencapai keseimbangan politik dan ekonomi yang mengandung tanda-tanda perkembangan yang lancar menuju kemerdekaan-kemerdekaan kewarganegaraan dan perubahan sosial. Ambisi-ambisi nasional dan cita-cita untuk memperluas daerah antara rakyat-rakyat di Asia mengundang kemungkinan terjadinya bentrokan-bentrokran di antara rakyat Asia seperti yang terjadi di antara bangsa-bangsa di Eropa (Kohn, 1984: 115).

f. Nasionalisme Indonesia

Sumpah Pemuda pada 28 Oktober 1928 adalah Deklarasi Kebangsaan Indonesia yang merupakan ikrar tentang eksistensi nasion dan nasionalisme Indonesia yang telah tumbuh puluhan tahun dalam perjuangan melawan kolonialisme Belanda. Perjuangan bangsa Indonesia tersebut pada tanggal 17 Agustus 1945 mencapai titik kulminasi dengan dikumandangkannya Proklamasi Kemerdekaan Indonesia oleh Soekarno-Hatta. Hal itu membuktikan bahwa nasionalisme Indonesia sudah merupakan faktor penentu perkembangan sejarah Indonesia dan sejarah berdirinya negara Republik Indonesia.

(19)

atas banyak suku, etnik, dan agama. Kedua, kesadaran bersama bangsa Indonesia dalam menghapuskan segala bentuk penjajahan dan penindasan dari bumi Indonesia. Semangat dari dua substansi tersebutlah yang kemudian tercermin dalam Proklamasi Kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945 dan dalam Pembukaan UUD 1945. Dalam pembacaan teks Proklamasi Kemerdekaan dengan jelas dinyatakan “atas nama bangsa Indonesia”, sedang dalam Pembukaan UUD 1945 secara tegas dikatakan, "Segala bentuk penjajahan dan penindasan di dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan."

(20)

Berdirinya Republik Indonesia tersebut telah memberi bukti bahwa nation Indonesia beserta kesadaran nasionalismenya tidak hanya eksis, tapi hidup-aktif dalam pengembangan dirinya dan dalam kehidupan masyarakat antar bangsa. Eksistensi nasion dan nasionalisme Indonesia adalah fakta obyektif yang tidak dapat dinegasikan oleh teori-teori atau analisis-analisis apapun. Analisis atau pandangan yang menyimpulkan bahwa “Indonesië bestaat niet” (Indonesia itu tidak ada) dengan alasan kata “Indonesia” berasal dari asing telah mengalami kegagalan, tidak laku dijajakan sebagai wacana untuk memanipulasi nasionalisme Indonesia dan untuk memecah belah bangsa serta integritas NKRI. Suka atau tidak suka, harus diakui keberadaan bangsa Indonesia dengan kesadaran nasionalismenya, dan keberadaan negara Indonesia dengan segala atributnya sebagai suatu fakta yang tidak dapat disangkal oleh siapapun.

(21)

sendirilah yang paling bagus, paling unggul dan lain sebagainya sesuai dengan individualisme Barat.

Bangsa kita adalah bangsa yang majemuk, terdiri dari berbagai macam corak aneka ragam, baik suku, agama, etnis, golongan, bahasa daerah, maupun adat istiadat. Oleh karena itu sangat diperlukan persatuan dan kesatuan bangsa agar mudah mewujudkan keinginan atau cita-cita bersama melalui pembangunan bangsa.

Selanjutnya, perilaku yang ikhlas dan atas kehendak sendiri untuk mendahulukan kepentingan umum/ bangsa di atas kepentingan sendiri, yaitu kemerdekaan negara Indonesia yang bersatu, berdaulat, adil dan makmur adalah cerminan sikap yang bertujuan menciptakan dan menjaga persatuan dan kesatuan bangsa.

Referensi

Dokumen terkait

tuk spora. Mikroorganisme yang ada di udara akan cepat mati karena kelaparan dan radiasi UV. Bakteri yang mampu hidup di lingkungan udara bersifat gram positif

Berikut ini merupakan karya sejenis yang berkaitan dengan proyek akhir berjudul Pengolahan Citra Digital Untuk Mendeteksi Miopia Menggunakan Jaringan Syaraf Tiruan

Hal ini mengisyaratkan kalau sebenarnya datang dengan membawa beban ghulul itu bukan dalam bentuk yang sebenarnya akan tetapi apapun yang seseorang gelapkan dari

3. Melakukan pengumpulan Data. Data- data dikumpulkan melalui mesin pencarian dengan menggunakan kata kunci “sistem administrasi perpajakan modern”, “kepatuhan perpajakan”,

Tumpuk lingka ran dan 2 lingka ran silang yang telah dibua t dengan ca ra menggunakan a rrange align, ca ranya sebagai beri kut: {langkah-langkah akan di terangkan saat

Diharapkan dapat dijadikan bahan informasi dan pengetahuan tentang persepsi kedisiplinan dalam berlalu lintas sehingga subjek dalam mengendarai motor dapat hati-hati dan

masih hidup selama 830 tahun. Sepanjang hidupnya, Mahalalel menjadi bapak dari beberapa anak laki-laki * 5:3 anak laki-lakinya Dalam bahasa Ibrani sudah jelas dari kisah

Berdasarkan Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 119 tahun 2008 tentang organisasi tata kerja dan UPT Dinas Sosial Provinsi Jawa Timur, RSEP (Rehabilitasi Sosial Eks