BAB V
HASIL PENELITIAN
5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Puskesmas I Denpasar Selatan berada di wilayah Kecamatan Denpasar Selatan dengan luas wilayah kerja seluas 14,87 Km2, terdiri dari 3 wilayah kerja yaitu Kelurahan Sesetan dengan luas wilayah 7,39 Km2, Kelurahan Panjer dengan luas wilayah 3,59 Km2 dan Desa Sidakarya dengan luas wilayah 3,89 Km2. Di Kelurahan Sesetan terdapat 13 SD negeri. SD yang menjadi sampel dalam penelitian ini ada 4 SD meliputi: SD 13, SD 4, SD 7 dan SD 10 Sesetan. SD 13 dan SD 4 Sesetan adalah SD yang mendapat program Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut dari Poltekkes Denpasar Jurusan Kesehatan Gigi. Program ini telah dilaksanakan sejak tahun 2001. Pelayanan diberikan pada seluruh siswa mulai dari kelas II sampai dengan kelas V. Macam kegiatan yang dilakukan mulai dari upaya promotif, preventif dan kuratif sederhana. Upaya promotif berupa penyuluhan kesehatan gigi dan mulut, baik untuk perorangan maupun kelompok yang dilakukan 1 kali dalam seminggu, upaya preventif berupa sikat gigi massal, kumur-kumur larutan fluor, topikal aplikasi dengan mengulaskan larutan fluor pada permukaan gigi, pengulasan bahan sealent serta upaya kuratif sederhana berupa penambalan gigi yang karies, pencabutan gigi susu yang sudah goyang dan perawatan gigi yang sakit. Sedangkan SD 7 dan SD 10 Sesetan merupakan SD UKGS yang tidak mendapat pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut. Kegiatan pelayanan kesehatan gigi dan mulut diberikan oleh tenaga kesehatan gigi Puskesmas yaitu berupa penyuluhan
kesehatan gigi yang dilakukan setiap 1 bulan sekali. Jumlah sampel dalam penelitian ini yaitu sebesar 128 orang, yang diambil dari 4 sekolah dasar terpilih terdiri dari SD 13 Sesetan sebanyak 31 responden, SD 4 Sesetan 33 responden, SD 7 Sesetan 35 responden dan SD 10 Sesetan 29 responden. Data primer diperoleh dari hasil wawancara langsung dengan responden yang sekaligus dengan pengisian kuesioner serta hasil pemeriksaan gigi yang dilakukan oleh tenaga dokter dan perawat gigi.
5.2 Karakteristik Responden
Responden adalah siswa kelas VI SD yang mendapat program pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut yaitu sebanyak 64 orang, terdiri dari 20 orang laki-laki (31,3%) dan 44 orang perempuan (68,7%), sedang responden pada SD UKGS jumlahnya sama yaitu sebanyak 64 orang, terdiri dari 34 orang laki-laki (53,1%) dan 30 orang perempuan (46,9%). Responden siswa kelas VI lebih banyak laki-laki pada SD UKGS yaitu 53,1% sedang responden pada SD pelayanan asuhan lebih banyak perempuan yaitu 68,7%. Menurut Gondhoyuwono (1997), menyatakan bahwa perempuan lebih memperhatikan keindahan, kebersihan, penampilan diri, sehingga berupaya mengatasi masalah kesehatan yang timbul pada gigi dan mulutnya.
Umur responden antara 11-14 tahun, umur 11 tahun lebih banyak pada SD UKGS yaitu sebesar 32,8%, umur 12 tahun paling banyak pada SD pelayanan asuhan yaitu sebanyak 67,1%. Menurut Depkes RI (1994) menyatakan bahwa umur 12 tahun perlu mendapat perhatian, oleh karena pada umur ini anak-anak meninggalkan sekolah dasar.
Dengan demikian umur 12 tahun dipilih sebagai sampel untuk memantau kesehatan gigi anak secara menyeluruh dan untuk perbandingan keadaan kesehatan gigi anak secara internasional (Tabel 5.1).
Tabel 5.1 Karakteristik responden yang mendapat pelayanan asuhan dan yang mendapat UKGS berdasarkan jenis kelamin dan umur
Responden Pelayanan Asuhan UKGS Total n % n % n % Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan 20 44 31,3 68,7 34 53,1 30 46,9 54 74 42,2 57,8 Total 64 100 64 100 128 100 Umur 11 th 12 th 13 th 14 th 20 43 0 1 31,3 67,1 0 1,6 21 32,8 40 62,5 1 1,6 2 3,1 41 83 1 3 32.0 64,8 0,8 2,4 Total 64 100 64 100 128 100
5.3 Pengetahuan Responden tentang Kesehatan Gigi dan Mulut
Pengetahuan responden diukur berdasarkan pada 10 item pertanyaan dengan alternatif jawaban “a, b dan c”. Apabila jawaban responden benar, diberi skor 1 dan bila jawaban salah diberi skor 0. Berdasarkan hasil analisis statistik diperoleh rata-rata pengetahuan siswa adalah 5,1, nilai median 5 dan modus 5. Nilai pengetahuan tertinggi adalah 9 dan nilai terendah 3. Tingkat pengetahuan responden di kategorikan menjadi pengetahuan baik dan buruk. Kategori pengetahuan baik, apabila skor pengetahuan responden di atas nilai rata-rata yaitu antara 5,2-9 dan kategori pengetahuan buruk, bila skor pengetahuan di bawah nilai rata-rata yaitu antara 3-5,0.
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa, dari 128 responden, hanya sebesar 32,8% responden memiliki tingkat pengetahuan baik. Namun responden pada SD pelayanan asuhan memiliki tingkat pengetahuan tentang kesehatan gigi dan mulut dengan kategori baik sebesar 45,3% dan SD UKGS sebesar 20,3%. SD yang mendapat pelayanan asuhan memiliki tingkat pengetahuan lebih baik dari SD UKGS (Tabel 5.2).
Tabel 5.2 Distribusi pengetahuan responden berdasarkan SD pelayanan asuhan dan SD UKGS di wilayah kerja Puskesmas I Denpasar Selatan Tahun 2011
Variabel Pengetahuan Total %
Baik % Buruk % Pelayanan Asuhan UKGS 29 45,3 13 20,3 35 54,7 6 51 79,7 64 100 64 100 Total 42 32,8 86 67,2 128 100 Hasil penelitian menunjukkan bahwa, dari 10 item pertanyaan pengetahuan tentang kesehatan gigi dan mulut yang ditanyakan pada responden, maka diperoleh bahwa paling banyak responden telah mengetahui penyakit jaringan keras gigi yaitu sebesar 75%, selanjutnya 71,1% responden mengetahui cara menghilangkan plak. Hanya 33,6% responden mengetahui tentang penyebab gigi berlubang, waktu menyikat gigi yang baik 45,3%, alat bantu menyikat gigi 46,1%, dan akibat tidak rajin menggosok gigi sebesar 47,7% (Tabel 5.3).
Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden tentang Kesehatan Gigi dan Mulut pada SD di wilayah kerja Puskesmas I Denpasar Selatan Tahun 2011 No Item Pengetahuan Jawaban Responden Benar F % Salah F % 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
Penyakit jaringan keras gigi Faktor yang mempercepat karies Penyebab gigi berlubang Cara menghilangkan plak
Dalam sehari minimal menyikat gigi Waktu menyikat gigi yang baik Lama waktu menyikat gigi Syarat sikat gigi yang baik Alat bantu menyikat gigi
Akibat tidak rajin menggosok gigi
96 75 80 62,5 43 33,6 91 71,1 78 60,9 58 45,3 66 51,6 72 56,3 59 46,1 61 47,7 32 25 48 37,5 85 66,4 37 28,9 50 39,1 70 54,7 62 48,4 56 43,8 69 53,9 67 52,3
5.2 Sikap Responden terhadap Pencegahan Penyakit Gigi dan Mulut
Pengukuran variabel sikap dilakukan berdasarkan 10 item pertanyaan, apabila jawaban “Setuju” diberi skor 2, “Kurang Setuju” diberi skor 1 dan bila jawaban “Tidak Setuju” diberi skor 0. Rata-rata nilai sikap responden adalah 8,4, median adalah 8 dan nilai modus 11. Nilai sikap tertinggi adalah 17 dan nilai terendah 3. Sikap responden dikategorikan menjadi kategori baik dan buruk. Kategori sikap dikatakan baik, apabila skor sikap di atas nilai rata-rata yaitu antara 8,5-17 dan sikap dikatakan buruk apabila skor sikap di bawah rata-rata yaitu antara 3-8,3.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa, secara keseluruhan responden memiliki sikap yang baik terhadap pencegahan penyakit gigi dan mulut yaitu sebesar 46,9%. Namun responden pada SD pelayanan asuhan memiliki sikap dengan kategori baik yaitu sebesar 59,4% dan SD UKGS hanya sebesar 32,4%.
Hal ini menunjukkan bahwa sikap responden pada SD pelayanan asuhan lebih baik dari SD UKGS (Tabel 5.4).
Tabel 5.4 Distribusi Sikap Responden pada SD Pelayanan Asuhan dan SD UKGS di wilayah kerja Puskesmas I Denpasar Selatan Tahun 2011
Variabel Sikap Baik F % Buruk F % Pelayanan Asuhan UKGS 38 59,4 22 32,4 26 40,6 42 65,6 Total 60 46,9 68 53,1
Hasil penelitian menunjukkan bahwa, sebagian besar responden memiliki sikap setuju bahwa sikat gigi yang baik mempunyai kepala sikat yang kecil yaitu sebesar 79,7%, selanjutnya 63,3% responden memiliki sikap setuju pasta gigi berfluoride dapat mencegah terjadinya gigi berlubang. Namun hanya sebagian kecil responden memiliki sikap setuju untuk memeriksakan gigi paling lambat setiap enam bulan sekali yaitu sebesar 7,8% (Tabel 5.5).
Tabel 5.5 Distribusi frekuensi sikap responden terhadap pencegahan penyakit gigi dan mulut pada SD di wilayah kerja Puskesmas I Denpasar Selatan Tahun 2011 No Pernyataan Jawaban Responden Setuju F % Kurang Setuju F % % Tidak Setuju F % 1 Menyikat gigi sebaiknya
dilakukan minimal dua kali sehari.
27 21,1 76 59,4 25 19,5
2 Sikat gigi yang baik
mempunyai kepala sikat yang kecil
102 79,7 16 12,5 10 7,8
3 Makanan yang manis dapat mencegah terjadinya gigi berlubang.
9 7,0 16 12,5 103 80,5
4 Makan buah-buahan yang berserat dan berair dapat membersihkan gigi.
59 46,1 31 24,2 38 29,7
5 Bila sakit gigi, sebaiknya segera mencari pelayanan kesehatan gigi.
26 20,3 44 34,4 58 45,3
6 Pasta gigi berfluoride, dapat mencegah terjadinya lubang gigi.
81 63,3 19 14,8 28 21,9
7 Rajin-rajinlah menggosok gigi untuk mencegah timbulnya bau mulut.
22 7,2 52 40,6 54 42,2
8 Pada waktu menyikat gigi hendaknya seluruh permukaan gigi harus disikat.
17 13,3 49 38,3 62 48,4
9 Menambal gigi yang berlubang dapat mencegah penularan penyakit gigi dan mulut
13 10,2 55 43,0 60 46,9
10 Sebaiknya memeriksakan gigi paling lambat setiap enam bulan sekali.
5.5 Perilaku Responden terhadap Kesehatan Gigi dan Mulut
Variabel perilaku diukur dengan 6 item pertanyaan, apabila jawaban “Benar” diberi skor 1 dan bila jawaban “Salah” diberi skor 0. Rata-rata nilai perilaku siswa adalah 3,2, median adalah 3 dan nilai modus 3. Nilai perilaku tertinggi adalah 6, dan nilai terendah adalah 1. Perilaku dikategorikan menjadi perilaku baik dan buruk. Kategori perilaku baik, apabila skor perilaku di atas nilai rata-rata yaitu antara 3,3-6 dan kategori buruk bila skor perilaku di bawah rata-rata yaitu antara 1-3,1.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa, secara keseluruhan responden pada SD di wilayah kerja Puskesmas I Denpasar Selatan mempunyai perilaku baik terhadap kesehatan gigi dan mulut yaitu sebesar 40,6% sedang responden pada SD pelayanan asuhan mempunyai perilaku kesehatan gigi dan mulut lebih baik yaitu sebesar 57,8% (Tabel 5.6).
Tabel 5.6 Distribusi Perilaku Responden pada SD Pelayanan Asuhan dan SD UKGS di wilayah kerja Puskesmas I Denpasar Selatan Tahun
2011 Variabel Perilaku Baik F % Buruk F % Pelayanan Asuhan UKGS 37 57,8 15 23,4 27 42,2 49 76,6 Total 52 40,6 76 59,4
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari keseluruhan responden, sebesar 76,6% responden berperilaku menyikat gigi yang baik. Selanjutnya responden yang
bisa melakukan gerakkan sikat gigi untuk dataran pengunyahan sebesar 48,4%, responden yang mengetahui cara menyimpan sikat gigi sebesar 38,3% dan yang memeriksakan kesehatan gigi sebesar 41,4% (Tabel 5.7).
Tabel 5.7 Distribusi frekuensi perilaku responden terhadap kesehatan gigi dan mulut pada SD di wilayah kerja Puskesmas I Denpasar Selatan Tahun 2011 No Item Perilaku Jawaban responden Baik F % Buruk F % 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Menyikat gigi yang baik Gerakan sikat gigi untuk bagian gigi yang menghadap ke pipi Gerakkan sikat gigi untuk dataran pengunyahan
Cara menyimpan sikat gigi Penggunaan pasta gigi Memeriksakan kesehatan gigi
98 76,6 85 66,4 62 48,4 49 38,3 66 51,6 53 41,4 30 23,4 43 33,6 66 51,6 79 61,7 62 48,4 75 58,6
5.6 Status Kesehatan Gigi dan Mulut
Status kesehatan gigi dan mulut responden diukur dengan menghitung indeks DMF-T untuk gigi permanent dan indeks OHI-S. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata DMF-T pada SD UKGS adalah 2,90, lebih tinggi dari SD pelayanan asuhan yaitu 2,0. Rata-rata decay (karies) adalah 4,30 lebih tinggi dari missing dan filling. Rata-rata filling (0,15) sangat kecil bahkan tidak ada sama sekali pada SD UKGS yang berarti tidak ada gigi yang ditambal (Tabel 5.8).
Tabel 5.8 Rata-rata DMF-T siswa SD Pelayanan Asuhan dan SD UKGS di wilayah kerja Puskesmas I Denpasar Selatan Tahun 2011
Status DMF-T Pelayanan asuhan UKGS
Decay Missing Filling 1,80 0,05 0,15 2,50 0,40 0,00 DMF-T 2,00 2,90
Rata-rata indeks OHI-S responden pada SD pelayanan asuhan adalah 0,99 termasuk kategori baik (0,0 -1,2) lebih baik dari SD UKGS yaitu 3,22 termasuk kategori buruk (3,1 – 6,0) (Tabel 5.9).
Tabel 5.9 Rata-rata OHI-S Siswa SD Pelayanan Asuhan dan SD UKGS di Wilayah Kerja Puskesmas I Denpasar Selatan Tahun 2011
Status
OHI-S
Pelayanan asuhan UKGS
Debris Calculus 0,70 0,29 2,00 1,22 OHI-S 0,99 3,22
5.6 Pengaruh Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut, Pengetahuan,
Sikap dan Perilaku terhadap Status Kesehatan Gigi dan Mulut Siswa SD di wilayah Kerja Puskesmas I Denpasar Selatan Tahun 2011
Berdasarkan hasil uji statistik menunjukkan bahwa, variabel pelayanan asuhan dengan nilai DMF-T diperoleh nilai X2 = 14,458 dengan p sebesar 0,000. Hal ini menunjukkan ada pengaruh antara pelayanan asuhan dengan status
DMF-T siswa. Nilai OR sebesar 5,942 berarti siswa SD pelayanan asuhan kemungkinan mempunyai nilai DMF-T baik 5,942 kali dibandingkan dengan siswa SD UKGS. Pelayanan asuhan dengan indeks OHI-S menunjukkan adanya
pengaruh yang bermakna dengan nilai p=0,000 lebih kecil dari α=5% (0,000<0,05). Dengan nilai OR = 9,930 yang berarti siswa SD pelayanan asuhan kemungkinan mempunyai nilai OHI-S baik 9,930 kali dibandingkan dengan siswa SD UKGS.
Variabel pengetahuan dengan DMF-T diperoleh nilai X2 = 1,282 dengan p sebesar 0,258 lebih besar dari α = 5% (0,258 > 0,05), maka Ho diterima. Hal ini menunjukkan tidak ada pengaruh antara pengetahuan tentang kesehatan gigi dan mulut dengan status DMF-T siswa. Pengetahuan dengan OHI-S diperoleh nilai X2 = 1,312 dengan p sebesar 0,252 lebih besar dari α = 5% (0,252 > 0,05). Hal ini menunjukkan tidak ada pengaruh antara pengetahuan tentang kesehatan gigi dan mulut dengan status OHI-S siswa.
Variabel sikap dengan DMF-T diperoleh nilai X2 = 0,031 dengan p sebesar 0,861 lebih besar dari α = 5% (0,861 > 0,05), maka Ho diterima. Hal ini menunjukkan tidak ada pengaruh antara sikap dengan status DMF-T siswa. Sikap dengan OHI-S diperoleh nilai X2 = 1,557 dengan p sebesar 0,212 lebih besar dari α = 5% (0,212 > 0,05). Hal ini menunjukkan tidak ada pengaruh antara sikap dengan status OHI-S siswa.
Variabel perilaku dengan status DMF-T diperoleh nilai X2 = 11,473 dengan p sebesar 0,001 lebih kecil dari α = 5% (0,001 < 0,05), maka Ho ditolak. Hal ini menunjukkan ada hubungan antara perilaku dengan status DMF-T siswa SD. Dengan nilai OR sebesar 5,800 berarti siswa SD yang mempunyai perilaku baik kemungkinan mempunyai nilai DMF-T baik 5,800 kali dibandingkan dengan siswa SD yang mempunyai perilaku buruk.
Untuk perilaku dengan status OHI-S diperoleh nilai X2 = 11,175 dengan p sebesar 0,001 lebih kecil dari α = 5% (0,001 < 0,05), maka Ho ditolak. Hal ini menunjukkan ada pengaruh antara perilaku dengan status OHI-S siswa. Dengan nilai OR sebesar 10,185 berarti siswa SD yang mempunyai perilaku baik kemungkinan mempunyai nilai OHI-S baik 10,185 kali dibandingkan dengan siswa SD yang mempunyai perilaku buruk (Tabel 5.10).
Tabel 5.10 Distribusi Pelayanan Asuhan, Pengetahuan, Sikap serta Perilaku terhadap Status Kesehatan Gigi dan Mulut Siswa SD di wilayah kerja Puskesmas I Denpasar Selatan Tahun 2011
Variabel
DMF-T OHI-S
Baik Buruk Baik Buruk
f % f % f % f % - Pelayanan Asuhan - UKGS 57 89,1 37 57,8 7 10,9 27 42,2 a61 95,3 c43 67,2 b 3 4,7 d21 32,8 X2=14,458 p=0,000 OR=5,942 X2=14,821 p=0,000 OR=9,930 Pengetahuan - Baik - Buruk 34 81,0 60 69,8 8 19,0 26 30,2 37 88,1 67 77,9 5 11,9 19 22,1 X2=1,282 p=0,258 X2=1,312 p=0,252 Sikap - Baik - Buruk 45 75 49 72,1 15 25 19 27,9 52 86,7 52 76,5 8 13,3 16 23,5 X2=0,031 p=0,861 X2=1,557 p=0,212 Perilaku - Baik - Buruk 47 90,4 47 61,8 5 9,6 29 38,2 a50 96,2 c54 71,1 2 3,8 22 28,9 X2=11,473 p=0,001 OR=5,800 X2=11,175 p=0,001 OR=10,185
Analisis multivariat dilakukan untuk menentukan variabel yang paling dominan dalam pola hubungan antara variabel bebas yang meliputi pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut, pengetahuan, sikap dan perilaku terhadap variabel terikat yaitu status kesehatan gigi dan mulut. Berdasarkan hasil analisis statistik diperoleh dua variabel yang dapat dimasukan ke dalam regresi logistik yang mempunyai nilai p lebih kecil dari 0,000. Variabel bebas yang dapat dimasukan ke dalam model regresi logistik yaitu variabel pelayanan asuhan dan perilaku siswa sekolah dasar.
Berdasarkan hasil analisis regresi logistik ganda menunjukkan bahwa variabel pelayanan asuhan memberikan pengaruh secara signifikan sebesar (p = 0,003), dengan risk ratio (RR) 4,262 yang berarti bahwa siswa SD yang mendapat pelayanan asuhan memiliki risiko DMF-T baik 4,262 kali lebih besar dibandingkan dengan SD UKGS (Tabel 5.11).
Tabel 5.11 Hasil Analisis Regresi Logistik Ganda antara Pelayanan Asuhan dan Perilaku dengan DMF-T siswa SD di wilayah kerja Puskesmas I Denpasar Selatan Tahun 2011
Variabel
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
Pelayanan Asuhan 1.450 0.493 8.638 1 0.003 4.262 Perilaku 1.359 0.551 6.091 1 0.014 3.893 Constant 0.039 0.276 0.019 1 0.889 1.039
Hasil analisis regresi logistik ganda menunjukkan bahwa variabel yang paling dominan memberikan pengaruh secara signifikan terhadap status OHI-S
siswa SD di wilayah kerja Puskesmas I Denpasar Selatan Tahun 2011 adalah variabel pelayanan asuhan sebesar (p = 0,004). Dengan risk ratio (RR) 6,726
artinya bahwa siswa SD yang mendapat pelayanan asuhan memiliki risiko OHI-S baik 6,726 kali lebih besar dibandingkan dengan siswa SD yang tidak mendapat pelayanan asuhan (Tabel 5.12).
Tabel 5.12 Hasil Analisis Regresi Logistik Ganda antara Pelayanan Asuhan dan Perilaku dengan OHI-S siswa SD di wilayah kerja Puskesmas I Denpasar Selatan Tahun 2011
Variabel
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
Pelayanan Asuhan 1.906 0.666 8.182 1 0.004 6.726 Perilaku 1.843 0.787 5.477 1 0.019 6.313 Constant 0.408 0.288 2.012 1 0.156 1.504