Mineral dan Batubara
Mineral dan Batubara
Mineral dan Batubara
Mineral dan Batubara
Mineral dan Batubara
NILAI KEEKONOMIAN BATUBARA
REJECT COAL
Rochman Saefudin dan Yudo Supriyantono
Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Mineral dan Batubara “
tek
MIRA”
rochman@tekmira.esdm.go.id
S A R I
Salah satu tujuan dikeluarkannya UU No.4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara adalah kewajiban perusahaan dalam mengoptimalkan kegiatan usaha pertambangan. Untuk itu telah dikeluarkan Peraturan Menteri ESDM No. 17 Tahun 2010 tentang Tata Cara Penetapan Harga Patokan Penjualan Mineral dan Batubara, dan aturan pelaksanaannya berupa Peraturan Dirjen Minerba No.515.K/32/DJB/2011 tentang Formula Untuk Penetapan Harga Patokan Batubara. Adapun
batubara yang dibahas adalah batubara jenis tertentu, antara lain reject coal, yaitu fraksi kasar dari
zat mineral yang dikeluarkan batubara hasil penambangan dengan cara pencucian. Batubara jenis ini apabila digunakan di dalam negeri dapat dijual dengan harga di bawah harga patokan batubara, setelah mendapat persetujuan dari Direktur Jenderal atas nama Menteri.
Reject coal sebagian besar terjadi pada proses pencucian dengan mutu yang rendah karena nilai kalorinya < 4.100 kkal/kg dengan kandungan abu yang sangat tinggi, sehingga nilai jualnya lebih rendah bila dibandingkan dengan batubara hasil penambangan dengan nilai kalor yang hampir sama. Rendahnya nilai keekonomian ini disebabkan tingginya biaya operasional bongkar muat
karena batubara reject coal lengket, sedangkan penawaran harga dari konsumen masih sangat
rendah. Nilai keekonomian reject coal dilakukan dengan menggunakan harga patokan berdasarkan
nilai kalor dikurangi penurunan harga karena adanya peningkatan kadar abu ditambah biaya angkut dan bongkar muat.
Hasil kajian nilai keekonomian batubara jenis reject coal dan fine coal dari 3 (tiga) lokasi tambang
PKP2B menunjukkan bahwa bila dibandingkan antara harga patokan batubara yang dikeluarkan
oleh pemerintah dengan batubara jenis reject coal hasil pencucian, maka batubara reject ini belum
ekonomis karena akan kalah bersaing dengan produk batubara hasil penambangan yang nilai kalor hampir sama dan kandungan abu lebih rendah.
Karena jumlah batubara reject coal cukup besar, maka diperlukan "perlakuan khusus" yang tidak
semata-mata atas dasar harga patokan batubara yang berlaku sekarang, sehingga batubara reject
hasil proses penambangan dan/atau pencucian bisa bersaing.
Mineral dan Batubara
Mineral dan Batubara
Mineral dan Batubara
Mineral dan Batubara
Mineral dan Batubara
1. PENDAHULUANDalam rangka meningkatkan peran sektor pertambangan di dalam pembangunan nasional, pemerintah telah mengeluarkan UU No.4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara. Salah satu isi dari UU tersebut adalah tentang kewajiban perusahaan di dalam mengoptimalkan kegiatan usaha pertambangan. Untuk mengoptimalkan pengusahaan dan penerimaan negara dari pertambangan mineral dan batubara, maka dikeluarkan Peraturan Menteri (Permen) ESDM No. 17 Tahun 2010 Tentang Tata Cara Penetapan Harga Patokan Penjualan Mineral dan Batubara.
Di dalam pasal 21 Permen ESDM No.17 dijelaskan bahwa:
a. Batubara jenis tertentu yang digunakan di dalam negeri dapat dijual dengan harga di bawah harga patokan batubara, setelah mendapat persetujuan dari Direktur Jenderal atas nama Menteri.
b. Batubara jenis tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat (1), antara lain meliputi: 1) fine coal;
2) reject coal; dan
3) batubara dengan impurities tertentu.
c. Batubara untuk keperluan tertentu dapat dijual di dalam negeri dengan harga di bawah harga patokan batubara, setelah mendapat persetujuan dari Direktur Jenderal atas nama Menteri
Yang menjadi permasalahan dengan reject coal adalah mutunya yang rendah, tetapi mempunyai potensi yang cukup besar, selain juga belum adanya harga patokan dari jenis batubara ini karena belum diketahuinya nilai keekonomiannya. Oleh karena itu, untuk mendukung peraturan tersebut perlu dilakukan
kajian nilai keekonomian reject coal dan fine coal
sebagai dasar di dalam menetapkan harga patokan kedua jenis batubara tersebut sehingga penerimaan negara bisa lebih optimal.
2. BATUBARA MUTU RENDAH 2.1. Terminologi
Dalam tulisan ini, peringkat batubara dibagi menjadi 3 (tiga) peringkat, yaitu :
a. peringkat rendah : lignit, nilai kalor <
4612 kkal/kg (adb),
b. peringkat menengah : subbituminus, nilai kalor 4612 - 6000 kkal/kg (adb),
c. peringkat tinggi : bituminus dan
antrasit, nilai kalor > 6000 kkal/kg (adb). Secara umum parameter yang sering digunakan untuk menentukan mutu batubara adalah peringkat dan pengotor. Dalam tulisan ini parameter peringkat yang digunakan adalah nilai kalor.
Kriteria peringkat batubara pada umumnya dapat dibedakan atas beberapa macam, yang didasarkan pada:
a. Nilai kalori (Calorivic Value);
b. Kandungan bahan/unsur dalam batubara (kadar air, abu, belerang, zat terbang, karbon tertambat, dan lain-lain);
c. Sifat fisik batubara (kekerasan, muai bebas, titik leleh abu).
Secara spesifik pembagian batubara didasarkan pada kriteria sebagai berikut:
a. Batubara Kalori Rendah adalah jenis batubara yang paling rendah peringkatnya, bersifat lunak-keras, mudah diremas, mengandung kadar air tinggi (10-70%), memperlihatkan struktur kayu, nilai kalorinya < 5.100 kal/gr (adb).
b. Batubara Kalori Sedang adalah jenis batubara yang peringkatnya lebih tinggi, bersifat lebih keras, mudah diremas - tidak bisa diremas, kadar air relatif lebih rendah, umumnya struktur kayu masih terlihat, nilai kalorinya 5.100-6.100 kal/gr (adb).
c. Batubara Kalori Tinggi adalah jenis batubara yang peringkatnya lebih tinggi, bersifat lebih
Mineral dan Batubara
Mineral dan Batubara
Mineral dan Batubara
Mineral dan Batubara
Mineral dan Batubara
keras, tidak mudah diremas, kadar air relatif lebih rendah, umumnya struktur kayu tidak terlihat, nilai kalorinya 6.100-7.100 kal/gr (adb).
d. Batubara Kalori Sangat Tinggi adalah jenis batubara dengan peringkat paling tinggi, umumnya dipengaruhi intrusi batuan beku atau tektonik, kadar air sangat rendah, nilai kalorinya > 7.100kal/gr (adb).
Sedangkan dalam pasal 21 Permen ESDM No. 17 Tahun 2010 tentang Tata Cara Penetapan Harga Patokan Penjualan Mineral dan Batubara, disebutkan adanya batubara jenis tertentu yang
meliputi reject coal, fine coal, dan batubara
dengan impurities tertentu.
3. PEMBAHASAN
3.1. Tinjauan Biaya Produksi dan Harga Jual Batubara
Masalah pertama dan utama di dalam mengkaji
nilai keekonomian batubara reject coal dan fine
coal adalah berapa biaya produksi
penambangan batubara dan seberapa besar harga jual yang terbentuk di pasar/konsumen. Untuk itu akan dilakukan kajian biaya produksi dan harga jual batubara di Indonesia, yang dihimpun dari berbagai sumber, baik dari data empiris di lapangan maupun data dari literatur. Berdasarkan data tersebut, ditentukan biaya patokan penyediaan batubara di Indonesia, sehingga dapat dijadikan acuan untuk melakukan evaluasi nilai keekonomian batubara
reject coal dan fine coal .
Kajian biaya produksi batubara dilakukan terhadap biaya produksi batubara khususnya PKP2B yang ada di Kalimantan dengan pertimbangan:
a Kalimantan merupakan pusat penambangan batubara Indonesia, khususnya Kalimantan Selatan dan Kalimantan Timur.
b. Perusahaan tambang yang ada di Kalimantan tersebut sebagian besar
melakukan proses pengolahan (peremukan dan pencucian) yang menyebabkan adanya
reject coal dan fine coal. Sedangkan tinjauan harga batubara dimaksudkan untuk melihat perkembangan harga batubara dunia dan mengetahui kondisi harga batubara saat ini.
3.2. Potensi Reject Coal dan Fine Coal
Di lapangan, yang dimaksud dengan fine coal adalah batubara halus/remuk dengan ukuran kurang dari 4 mm hasil proses pengolahan/
penambangan, sedangkan reject coal adalah
batubara dengan nilai kalor kurang dari 2.000
kkal/kg hasil proses pencucian (washing).
Bila dilihat dari proses penambangan, proses pengolahan, hingga ke pengapalan batubara,
maka potensi terjadinya fine coal maupun reject
coal adalah pada saat proses pengolahan di
Coal Processing Plant (CPP) akibat dari proses penghancuran dan proses pencucian batubara. Dari tiga perusahaan PKP2B yang dikunjungi,
yang memiliki potensi fine coal dan reject coal
untuk dikembangkan adalah di PT. Bahari Cakrawala Sebuku (BCS).
Instalasi alat pencucian batubara (washing plant) yang dimiliki PT. BCS mampu memisahkan batubara kotor menjadi dua bagian, yaitu: a. Coarse reject, merupakan campuran
batubara kotor dan batuan/lempung hasil pencucian dengan diameter kasar maksimal
5 cm, coarse reject ini kemudian di angkut
dan ditumpuk di tempat penimbunan. b. Fine reject, merupakan batubara kotor halus
< 4 mm hasil pencucian, dari tempat
pencucian batubara fine reject ini dipompa
dan dialirkan ke kolam penampungan (tailing
pond).
Perusahaan memisahkan produk batubara dari tambang menjadi dua tipe tersebut berdasarkan
pada kandungan ash-nya; untuk batubara
dengan kandungan ash < 10 % langsung
menjadi produk (80%), sedangkan batubara
Mineral dan Batubara
Mineral dan Batubara
Mineral dan Batubara
Mineral dan Batubara
Mineral dan Batubara
pencucian (20%). Dari hasil pencucian sekitar
80% menjadi produk berupa coarce dan fine,
sedangkan yang 20% sebagai reject juga berupa
coarse dan fine, selanjutnya fine reject
disalurkan ke tailing pond dan yang coarse reject
diangkut dengan dump truck ke tempat
penimbunan.
Untuk lapangan penambangan batubara PT.
BCS hasil analisis dua sample coarse reject
yang diambil dari lapangan penumpukan (CR-01-BCS), dan dari alat pencucian
(CR-02-BCS), serta satu sample fine coal dari tailling
pond (FR-01-BCS), dapat dilihat pada Tabel 1.
Dari hasil analisis sampel batubara terlihat
bahwa nilai kalori reject coal berkisar antara
3.100 sampai 4.100 kal/g dengan kandungan air 10,1%, abu 35,8% sampai 46,4%, dan total
sulfur 0,006% sampai 0,16%. Sedangkan fine
coal nilai kalorinya mencapai 4.852 kal/g dengan kandungan air 23,35%, abu 24,74%, dan total sulfur 0,3%.
3.2. Analisis Keekonomian
Untuk melihat nilai keekonomian batubara reject
coal dan fine coal, analisis keekonomian
dilakukan berdasarkan nilai batubara utama (yang saat ini sudah diusahakan).
Berdasarkan data hasil evaluasi keuangan perusahaan PKP2B Generasi I diketahui bahwa harga pokok produksi (HPP) penambangan
Analisis Parameter Sample Mark Unit Basis Standar Acuan
CR-01-BCS CR-02-BCS FR-01-BCS
Total Moisture 10,14 10,11 23,35 % ar ASTM D 3302
Moisture In Air Dried 6,29 5,32 8,13 % adb ASTM D 3173
Ash 35,86 46,41 24,74 % adb ASTM D 3174
Volatile Matter 30,49 27,15 32,00 % adb ISO 562
Fixed Carbon 27,36 21,12 35,13 % adb ASTM D 3172
Calorific Value 4.120 3.151 4.852 Cal/g adb ASTM D 5865
Total Sulfur 0,16 0,006 0,30 % adb ASTM D 4239
HGI 54 63 - - - ASTM D 409
Tabel 1. Hasil analisis sampel coarse (reject) coal dan fine coal PT BCS
batubara tahun 2006 adalah US$26,69 per ton, tahun selanjutnya meningkat menjadi US$30,51 per ton, dan puncaknya terjadi pada tahun 2008, yaitu US$55,78 per ton, tetapi pada tahun berikutnya kembali turun, dan pada tahun 2010 HPP menjadi US$36,63 per ton (Tabel 2). Perubahan HPP seiring juga dengan perubahan harga jual dari batubara tersebut (kondisi pemasokan dan permintaan), hal ini dapat dilihat dari HPP tertinggi pada tahun 2008 sebesar US$55,78 per ton dengan harga jual US$79,91 per ton.
Berbeda dengan PKP2B Generasi I, harga pokok produksi batubara dan harga jual batubara untuk Generasi II dan III cenderung lebih tinggi. Hal ini dapat dilihat pada tahun 2006 HPP nya adalah US$32,62 per ton dengan harga jual US$44,1 per ton, jadi ada selisih sebesar US$2,93 per ton, dan pada tahun 2009 HPP mencapai US$65,05 dengan harga jual US$112,87 per ton (lihat Tabel 3). Hal tersebut bisa terjadi karena ada beberapa penyebab di antaranya lokasi tambang dan kualitas batubara.
Terbentuknya harga batubara tersebut didukung oleh parameter utama kualitas batubara, yaitu nilai kalor, di samping itu kualitas batubara juga
diukur dari kandungan dan komposisi abu (ash),
kandungan belerang (sulfur), kandungan air (moisture), dan kandungan zat terbang (volatile matter).
Mineral dan Batubara
Mineral dan Batubara
Mineral dan Batubara
Mineral dan Batubara
Mineral dan Batubara
URAIAN SATUAN 2006 2007 2008 2009 2010
Harga Jual/ton USD/Ton 41,18 44,3 79,91 77,25 64,55 HPP/ton USD/Ton 29,69 30,51 55,78 48,98 36,63 Beban Operasi/ton USD/Ton 4,38 3,76 6,93 6,96 6,68
EBITDA % 16,8 19,15 18,39 24,41 23,24
Net profit margin % 8,47 10,34 11,17 13,8 14,85
Effective Tax Rate % 41,11 37,02 40,37 40,4 39,06
Return On Capital
Employee % 44,65 74,35 94,01 42,97 57,08
Return On
Shareholders' Fund % 27,83 29,89 90,2 136,53 40,48
Current Ratio kali 1,15 1,11 1 1,15 1,85
Debt to Equity ratio kali 2,49 1,76 2,41 0,98 2,12
ROA % 13,11 15,98 11 21,32 27,66
ROE % 29,03 32,91 95,47 141,81 40,48
Sumber : Ditjen Minerba, 2011
Tabel 2. Evaluasi keuangan tambang batubara PKP2B Generasi I tahun 2006 - 2010
URAIAN SATUAN 2006 2007 2008 2009 2010 Harga Jual/ton USD/Ton 44,1 41,78 90,32 112,87 65.33
HPP/ton USD/Ton 32,62 32,11 57,56 65,05 38.86
Beban Operasi/ton USD/Ton 8,99 6,58 11,85 13,33 7.97
EBITDA % 6,02 7,32 18,37 18,53 16.53
Net profit margin % 3,47 6,29 14,3 14,16 11.26
Effective Tax Rate % 25,35 27,4 24,03 23,21 24.41 Return On Capital
Employee % 1,36 5,14 30,91 72,79 26.09
Return On
Shareholders' Fund % 15,53 93,76 72,14 67,92 36.43
Current Ratio kali 0,66 0,85 0,86 1,12 4.88
Debt to Equity ratio kali 7,6 0,98 6,34 2,98 1.53
ROA % 4,88 4,27 21,71 26,75 19.89
ROE % 15,53 110,77 91,71 67,92 39.58
ROA % 13,11 15,98 11 21,32 27,66
ROE % 29,03 32,91 95,47 141,81 40,48
Sumber : Ditjen Minerba, 2011
Tabel 3. Evaluasi keuangan tambang batubara PKP2B Generasi II dan III tahun 2006 - 2010
Mineral dan Batubara
Mineral dan Batubara
Mineral dan Batubara
Mineral dan Batubara
Mineral dan Batubara
Nilai kalor batubara yang diperdagangkan secara internasional biasanya berkisar antara 5.800 - 6.700 kkal/kg dan kandungan abu sekitar 8 - 16%. Kedua parameter ini sangat berhubungan, semakin tinggi nilai kalor, semakin rendah kandungan abunya. Kandungan dan komposisi abu akan menentukan dalam proses pembakaran batubara. Kandungan belerang pada umumnya kurang dari 1%.
Parameter yang digunakan oleh pemerintah dalam menetapkan harga patokan batubara (HPB) adalah nilai kalor, kandungan air, kandungan abu dan kandungan sulfur, sedangkan sebagai harga batas acuan digunakan tiga harga, yaitu:
–
ICI = Indonesia Coal Index [US$/ton]–
NEX = New Castle Export Index [US$/ton]–
GC = New Castle Global Coal Index [US$/ton]
Bila melihat harga patokan batubara untuk bulan Oktober 2011 dapat diketahui bahwa harga batubara terendah adalah batubara dengan merek dagang LIM3000 sebesar US$29,47 dengan spesifikasi nilai kalor 2.995 kkal/kg, kandungan air 50,1%, kandungan sulfur 0,60%, dan abu 5,30%.
Bila melihat spesifikasi reject coal yang
dihasilkan oleh PT BCS dengan spesifikasi kandungan air 11,42% dan 11,25%; abu 58,79% dan 58,86; S=sulfur 0,72% dan 0,38%; dan nilai kalor 1.956 kkal/kg dan 2.203 kkal/kg dijual dengan harga US$22 per ton. Bila dibandingkan dari harga batubara dengan nilai kalorinya, maka
harga batubara reject PT BCS dianggap wajar,
karena nilai kalorinya lebih rendah, tetapi bila melihat kandungan air dan abu berbanding terbalik, dimana batubara LIM3000 kandungan airnya tinggi (50,1%) sehingga nilai kalorinya
rendah, sedangkan batubara reject PT BCS
nilai kalori rendah, kadar air rendah, tetapi abunya tinggi (58%). Hal tersebut terjadi karena
batubara reject dihasilkan dari proses pencucian
sehingga tercampur dengan pengotor (lempung) dan hal ini yang menjadi kendala di dalam
proses penjualan batubara reject karena mengganggu proses bongkar muat, sehingga biayanya menjadi tinggi, sedangkan harga jualnya rendah.
Untuk mengetahui lebih jauh hubungan nilai kalor, kadar air, abu, dan sulfur terhadap harga batubara, maka akan dilakukan proses simulasi dengan menggunakan formula penetapan HPB dengan menggunakan harga standar (internasional) batubara pada Oktober 2011 sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 4.
Bila melihat hasil simulasi untuk data nomor 1 sampai dengan 5 (Tabel 5) dengan nilai kalor yang semakin besar dan kadar air relatif sama, kadar sulfur < 1% dan kandungan abu yang semakin kecil, ternyata harga batubara semakin tinggi. Pada data nomor 6 sampai dengan 10 nilai kalori tidak berubah, tetapi kadar air naik, sulfur naik dan kandungan abu turun, maka harga menjadi turun. Sedangkan untuk data nomor 11 sampai dengan 15 hanya nilai kalor yang berubah naik, ternyata harga batubara tetap naik. Apabila yang berubah kadar sulfur dan abu ternyata harga batubara tidak berubah.
Dengan kondisi tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa di dalam formula perhitungan HPB yang berpengaruh terhadap perubahan (naik turunnya) harga batubara hanya nilai kalor dan kadar air. Oleh karena itu, untuk
melihat nilai keekonomian batubara jenis reject
coal dan fine coal ini akan dilihat juga dari biaya produksi penambangan batubara. Data biaya penambangan batubara beberapa perusahaan di Kalimantan dapat dilihat pada Tabel 6. Struktur biaya penyediaan batubara secara umum dapat dibagi menjadi empat bagian besar, yaitu biaya produksi penambangan, biaya penjualan, biaya pengangkutan dan bongkar muat, serta biaya nonformal. Yang membedakan biaya penyediaan batubara adalah kondisi
geografis cadangan batubara seperti stripping
Mineral dan Batubara
Mineral dan Batubara
Mineral dan Batubara
Mineral dan Batubara
Mineral dan Batubara
No. Merek Dagang/Brand Kualitas Typical HPB Marker(US$/ton) CV (kkal/kg GAR) TM (% ar) TS (% ar) Ash (% ar)
1. Gunung Bayan I 7.000 10,00 1,00 15,00 128,36 2. Prima Coal 6.700 12,00 0,60 5,00 125,68 3. Pinang 6150 6.200 14,50 0,60 5,50 113,28 4. Indominco IM East 5.700 17,50 1,60 4,80 97,17 5. Melawan Coal 5.400 22,50 0,40 5,00 91,40 6. Envirocoal 5.000 26,00 0,10 1,20 84,17 7. Jorong J-1 4.400 32,00 0,30 4,20 67,88 8. Ecocoal 4.200 35,00 0,20 3,90 61,50 9. Gunung Bayan II 7.000 12,00 2,00 10,00 123,49 10. Marunda Thermal Coal 6.600 11,00 0,50 10,00 123,62 11. Trubaindo HCV HS 6.553 12,00 1,69 4,21 118,98 12. Trubaindo HCV LS 6.423 11,50 0,71 4,76 120,99 13. Tanjung Formation Coal 6.420 11,00 0,70 12,50 118,54 14. Pinang 6000 NAR 6.300 14,00 0,60 5,50 115,68 15. Arutmin Satui 10 6.300 11,00 1,00 10,00 116,15 16. Arutmin Senakin 6.250 11,00 1,00 12,00 114,44 17. Arutmin A6250 6.250 10,00 1,20 12,00 114,92 18. Mandiri A 6.210 10,00 0,70 4,65 119,12 19. Wahana Coal 6.200 12,00 0,90 10,00 113,45 20. Indominco IM West/6500 6.171 15,50 0,76 5,22 110,98 21. TAJ Coal 6.200 12,00 1,00 14,00 111,45 22. Mandiri B 6.148 10,00 1,26 4,70 115,72 23. Trubaindo MCV LS 6.143 14,00 0,76 5,20 112,39 24. SKB Coal 6.130 9,00 2,20 17,00 107,96 25. Baramarta Coal 6.112 9,50 0,95 13,00 113,60 26. Arutmin A6100 6.100 11,50 1,00 12,50 110,88 27. Insani Coal 6.050 19,00 0,15 3,20 107,81 28. BCS Coal 5.915 15,10 0,56 9,40 106,15 29. Indominco IM West/6350 6.029 15,50 0,71 5,22 108,72 30. Pinang 6000 6.000 16,00 0,60 5,00 108,13 31. Indominco IMM MCVHS 5.970 15,50 1,65 5,05 104,00 32. Multi Coal Low 5.950 16,00 1,00 7,00 104,87 33. Bangun Coal 5.929 8,20 1,15 15,23 110,09 34. Multi Coal Middle 5.900 16,00 2,00 7,00 100,00
Mineral dan Batubara
Mineral dan Batubara
Mineral dan Batubara
Mineral dan Batubara
Mineral dan Batubara
No. Merek Dagang/Brand Kualitas Typical HPB Marker(US$/ton) CV (kkal/kg GAR) TM (% ar) TS (% ar) Ash (% ar)
35. Pinang 5900 5.900 19,00 0,90 4,50 101,78
36. Arutmin A5900 5.900 12,00 0,90 13,00 106,84
37. Multi Coal High 5.765 16,00 3,20 7,00 92,88
38. KCM Coal 5.730 10,50 0,90 20,50 102,54 39. TSA Coal 5.700 18,00 2,00 8,00 93,82 40. Tanito Coal/ISC 5.700 17,50 1,00 8,50 98,21 41. Tanito Coal 5.700 17,50 1,00 8,50 98,21 42. Pinang 5700 5.700 19,00 0,50 5,00 99,85 43. Arutmin A5700 5.700 11,00 0,80 14,00 104,40 44. BSS Coal 5.520 10,00 0,45 15,50 103,05
45. Lanna Harita Coal 5.500 22,00 1,00 6,00 90,75
46. Pinang 5500 5.500 21,00 0,40 5,50 94,48
47. Berau Mah 5.500 18,00 0,65 4,50 96,82
48. Berau MahB 5.300 22,50 0,80 4,30 88,33
49. Kideco Coal 5.125 24,50 0,10 2,00 87,33
50. Berau Agathis 5.100 25,00 0,85 4,40 82,34
51. Lanna Harita Coal 5.000 27,00 1,20 6,00 76,83
52. Berau Sungkai 5.000 26,00 1,00 5,00 79,45
53. Berau Sungkai High S 5.000 26,00 1,40 5,00 77,45
54. Arutmin A5000 5.000 22,40 0,54 8,90 83,02
55. Warukin Formation Coal 4.760 25,00 0,55 4,50 78,39
56. Bas Gumay Coal 4.400 35,00 0,50 4,96 63,85
57. PIC Coal 4.200 33,00 1,75 6,00 56,16
58. BIB Coal 3.800 41,00 0,40 5,00 44,57
59. Intitirta Coal 3.749 42,00 0,50 4,00 43,19
60. PKN 3500 3.520 43,40 0,15 3,40 39,52
61. LIM 3000 2.995 50,10 0,60 5,30 29,47
Mineral dan Batubara
Mineral dan Batubara
Mineral dan Batubara
Mineral dan Batubara
Mineral dan Batubara
CV (cal/gr GAR) TM (ar, %) TS (%) Ash (%)
1 PT BCS REJECT COAL-SUCOFINDO 1.956 11,420 0,720 58,790 30,706 2 PT BCS REJECT COAL-SUCOFINDO 2.203 11,420 0,720 58,790 34,583 3 PT BCS REJECT COAL-tekmira 3.151 10,110 0,006 46,410 50,259 4 PT BCS REJECT COAL-tekmira 4.120 10,140 0,160 35,860 65,691 5 PT BCS FINE COAL-tekmira 4.852 23,350 0,300 24,740 65,177 6 PT BCS REJECT COAL-SUCOFINDO 1.956 20,00 5,00 30,00 27,509 7 PT BCS REJECT COAL-SUCOFINDO 2.203 20,00 5,00 30,00 30,983 8 PT BCS REJECT COAL-tekmira 3.151 20,00 5,00 23,00 44,316 9 PT BCS REJECT COAL-tekmira 4.120 20,00 5,00 17,50 57,944 10 PT BCS FINE COAL-SUCOFINDO 4.852 30,00 5,00 12,30 59,156 11 PT BCS REJECT COAL-SUCOFINDO 2.000 11,420 0,720 58,790 31,397 12 PT BCS REJECT COAL-SUCOFINDO 2.500 11,420 0,720 58,790 39,246 13 PT BCS REJECT COAL-tekmira 3.200 10,110 0,006 46,410 51,041 14 PT BCS REJECT COAL-tekmira 4.300 10,140 0,160 35,860 68,561 15 PT BCS FINE COAL-SUCOFINDO 5.000 23,350 0,300 24,740 67,166 16 PT BCS REJECT COAL-SUCOFINDO 1956 11,42 4,000 20,00 30,706 17 PT BCS REJECT COAL-SUCOFINDO 2203 11,42 4,000 20,00 34,583 18 PT BCS REJECT COAL-tekmira 3151 10,11 4,000 20,00 50,259 19 PT BCS REJECT COAL-tekmira 4120 10,14 4,000 20,00 65,691 20 PT BCS FINE COAL-SUCOFINDO 4852 23,35 4,000 20,00 65,177
NO PERUSAHAAN MEREK DAGANG KUALITAS HPB
Mineral dan Batubara
Mineral dan Batubara
Mineral dan Batubara
Mineral dan Batubara
Mineral dan Batubara
(DAL AM $ U S) N o St ru kt ur bi ay a N ila i S at ua n P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 P1 1 P12 NI LA I K A LO R kka l/kg 5. 900 ,0 6. 80 0, 0 6. 90 0, 0 6. 400, 0 7. 200 ,0 6. 50 0, 0 7. 900 ,0 6. 40 0, 0 7. 18 6, 0 6. 700, 0 6.6 50 ,0 6. 500, 0 KA DA R A IR % 23 ,5 9, 0 7 8, 5 2,0 3, 0 4, 2 30 ,5 5, 2 4, 5 12, 0 2,0 A B ia ya P roduk si pe na mba nga n -p em in da ha n ta nah pe nu tu p $1 .2 -1. 3 /b cm 3, 37 5, 52 5, 90 3, 16 8, 40 6, 00 7, 68 6, 48 9, 24 5, 16 7, 92 8, 52 (s tri ppi ng ra tio ) (2 .8 1) (4 .6 ) (4. 92 ) ( 2 .63 ) ( 7 .0 ) ( 5. 0 ) (6. 4) (5 .4 ) (7. 7) (4 ..3 ) (6. 6) (7 .1 ) -p engam bi la n ba tu b ar a $ 0 .6 -1 .1 /t on 0, 70 0, 70 0, 70 0, 70 0,7 0 0, 70 0,7 0 0, 70 0, 70 0, 70 0, 70 0, 70 -p en ga ng ku ta n da ri ta mb an g ke s to ck pi le $ 0. 5 / ton 0, 50 0, 50 0, 50 0, 50 0, 50 0, 50 0, 50 0, 50 0, 50 0, 50 0, 50 0, 50 -p en go la ha n ( pe ng ge rus an ) $ 0. 90 -1. 4/ to n 1, 40 1, 40 1, 40 1, 40 1, 40 1, 40 1, 40 1, 40 1, 40 1, 40 1, 40 1, 40 5, 97 8, 12 8, 50 5, 76 11, 00 8, 60 10 ,2 8 9, 08 11, 84 7, 76 10 ,5 2 11 ,1 2 B B ia ya pe nj ua la n da n la in -la in -s ew a/ fe e ta na h $ 0. 84 -1.0 5/ to n 0,9 0 0,9 0 0,9 0 0, 90 0,9 0 0, 90 0,9 0 0,9 0 0,9 0 0,90 0, 90 0,90 -re kl am as i $0 .2 /ton 0, 20 0, 20 0, 20 0, 20 0, 20 0, 20 0, 20 0, 20 0, 20 0, 20 0, 20 0, 20 -O ve rh ea d d an ad mi ni st ra si $3 .0 /ton 3, 00 3, 00 3, 00 3, 00 3, 00 3, 00 3, 00 3, 00 3, 00 3, 00 3, 00 3, 00 -a m or tis as i $0 .3 /to n 0,3 0 0,3 0 0,3 0 0, 30 0,3 0 0, 30 0,3 0 0,3 0 0,3 0 0,30 0, 30 0,30 4, 40 4, 40 4, 40 4, 40 4, 40 4, 40 4, 40 4, 40 4, 40 4, 40 4, 40 4, 40 -B ia ya P eny ed iaan B at ub ar a (A +B ) 10 ,3 7 12, 52 12, 90 10 ,1 6 15, 40 13 ,0 0 14 ,68 13 ,4 8 16, 24 12 ,1 6 14, 92 15 ,5 2 -H ar ga d i M ulu t T am ba ng ( + DHP B) P1 11 ,7 7 14, 21 14, 64 11 ,5 3 17, 48 14 ,7 6 16 ,66 15 ,3 0 18, 43 13 ,8 0 16, 93 17 ,6 2 C (1 ) B iaya p en ga ng ku ta n -t ru k $ 0 .0 9 -0 .1 0/ to n-km 6, 75 3, 42 1, 80 0, 72 14, 85 9, 45 1, 8 1,62 3,9 6 1,44 14, 85 2, 7 -t ongk an g $ 0 .0 05 – 0. 01 0 /ton-km 4, 15 1, 30 1, 30 0, 08 4, 44 0, 43 -k er et a ap i $0 .0 2 – 0. 03 /t on -k m -b el t c onv ey or $ 0. 01 5/ to n-km 10 ,9 0 4, 72 3, 10 0,8 0 14, 85 9, 45 6, 24 1, 62 3, 96 1, 87 14 ,8 5 2, 70 (2 ) B iaya bongk ar muat -t ongk an g $ 0. 75/ to n 0, 75 0, 75 0, 75 0,7 5 0, 75 0,7 5 0, 75 0, 75 0, 75 0, 75 0,7 5 -k er et a a pi $ 0. 75/ to n -tr ans hi pm en t $ 1. 80/ to n 1, 80 1,8 0 1, 8 1,8 1,8 -c oa l t er m in al $ 2. 25/ to n 2, 25 2, 25 3, 00 2, 55 3, 00 2, 55 0, 75 0, 75 2, 55 2, 55 0, 75 2, 55 0, 75 0, 00 D Bi ay a n on fo rm al 1, 50 1, 50 1, 50 1, 50 1, 50 1, 50 1, 50 1, 50 1, 50 1, 50 1, 50 1, 50 Bi ay a p en ye dia an F O B (A +B +C +D ) 24, 27 19 ,7 9 19, 00 13 ,5 1 31, 00 23 ,2 0 23 ,47 17 ,6 5 20, 95 16 ,5 8 30, 52 18 ,2 2 Tabel 6.
Mineral dan Batubara
Mineral dan Batubara
Mineral dan Batubara
Mineral dan Batubara
Mineral dan Batubara
Reject coal dan fine coal adalah produk batubara yang terjadi karena adanya proses penambangan dan pencucian, sehingga kedua jenis batubara tersebut merupakan produk
sampingan (by product), dan tidak ada biaya
produksi untuk kedua jenis batubara tersebut. Oleh karena itu, untuk melihat nilai keekonomian
dari batubara jenis reject coal dan fine coal bisa
dilihat dari nilai kalori ditambah biaya pengangkutan dan bongkar muat.
Bila menggunakan tarif maksimal, biaya pengangkutan dan bongkar muat batubara
reject coal PT BCS yang berjarak ± 5 km adalah US$2,575 per ton, tetapi karena kondisi batubata
jenis reject yang lengket sehingga biaya
operasionalnya memerlukan waktu yang lebih lama, maka jika diasumsikan biaya bongkar muat menjadi 3 kali lipat dari batubara normal, maka biayanya menjadi US$ 7.525 per ton. Untuk menyikapi kondisi kandungan abu yang tinggi, maka akan dihitung berdasarkan kajian yang dilakukan oleh Lorenz dan Grudzinski, 2003 yang menyatakan bahwa:
a. Setiap kenaikan 1% kandungan abu, maka harga batubara turun 1%;
b. Setiap kenaikan 0,1% kandungan belerang, maka harga batubara turun 1%;
c. Setiap kenaikan 1% kandungan air di atas 10%, maka harga batubara turun 1%. Kandungan air sampai dengan 10% tidak berpengaruh terhadap harga batubara. Bila melihat kualitas batubara PT BCS yang normal kandungan abunya 9,4%, sedangkan reject coal kandungan abunya 46,4% jadi ada peningkatan sebesar 37%, maka jika mengacu
kepada pendapat di atas, harga reject coal akan
turun sebesar US$ 37 dari harga hasil perhitungan formula HPB sebesar US$ 50,2 per ton menjadi US$ 20,7 per ton.
Karena reject coal merupakan produk
sampingan dari kegiatan penambangan dan
proses pencucian, maka harga keekonomian
batubara reject coal PT BCS harus > US$ 22
per ton. Sedangkan secara umum nilai
keekonomian batubara reject adalah:
Harga patokan batubara (berdasarkan nilai kalor) - dikurangi biaya karena adanya peningkatan kadar abu + biaya angkut dan
bongkar muat
4. PENUTUP
Dari hasil kajian nilai keekonomian batubara jenis
reject coal dan fine coal dengan mengambil contoh di 3 (tiga) lokasi tambang (PKP2B) yaitu PT Indominco Mandiri dan PT Berau Coal di Kalimantan Timur dan PT Bahari Cakrawala Sebuku (PT BCS) dapat diambil kesimpulan bahwa bila dibandingkan antara harga patokan batubara yang dikeluarkan oleh pemerintah
dengan batubara jenis reject coal hasil
pencucian dengan mengambil sampel dari PT
BCS, maka batubara reject ini belum ekonomis
karena akan kalah bersaing dengan produk batubara hasil penambangan nilai kalor yang hampir sama dan kandungan abu yang lebih rendah.
DAFTAR PUSTAKA
Baiquni, Hendri,2001,Pengelolaan Tailing, Departement of Industry Tourism And Resources, Australia Goverment.
Direktorat Pengusahaan Mineral dan Batubara, Evaluasi Harga Batubara Indonesia dan Pembandingannya dengan Energi Lain, Laporan Akhir, dipersiapkan oleh Institut Teknologi Bandung, November 2001. Direktorat Pembinaan dan Pengusahaan
Batubara, 2011, Evaluasi Kinerja Perusahaan PKP2B Tahun 2006 - 2010, Jakarta.