BUPATI KUDUS
PERATURAN BUPATI KUDUS
NOMOR : 41 TAHUN 2012
T E N T A N G
PROGRAM INDIKATIF
KABUPATEN KUDUS TAHUN 2014
BUPATI KUDUS,
Menimbang
: a.
bahwa Peraturan Daerah Kabupaten Kudus Nomor 5
Tahun 2009 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Kabupaten Kudus Tahun 2008 – 2013
sebagai landasan dan pedoman bagi Pemerintah
Kabupaten
Kudus
dalam
melaksanakan
pembangunan 5 (lima) tahun akan berakhir masa
berlakunya pada tahun 2013 bersamaan dengan
akhir masa jabatan Bupati Kudus;
b.
bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 4 Peraturan
Daerah Kabupaten Kudus Nomor 5 Tahun 2009
tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Daerah Kabupaten Kudus Tahun 2008 – 2013,
dalam hal dokumen perencanaan pembangunan
untuk tahun 2014 belum ada, perlu menyusun
Program Indikatif Tahun 2014;
c.
bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud huruf a dan huruf b, perlu menetapkan
Peraturan Bupati;
Mengingat
: 1.
Undang-Undang Nomor 13 tahun 1950 tentang
Pembentukan Daerah-daerah Kabupaten dalam
lingkungan Propinsi Jawa Tengah;
2.
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang
Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286);
3.
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang
Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355);
-2-
4.
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang
Sistem
Perencanaan
Pembangunan
Nasional
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004
Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia 4421);
5.
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437),
sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir
dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008
tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang
Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4844);
6.
Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang
Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat
dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4438);
7.
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional
Nasional Tahun 2005-2025 (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 33,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4700);
8.
Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005
tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4578);
9.
Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang
Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan
Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2008 Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4817);
10. Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 tentang
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
Tahun 2010-2014;
-3-
11. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun
2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan
Daerah sebagaimana telah diubah beberapa kali
terakhir dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri
Nomor 21 Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua
atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13
Tahun
2006
tentang
Pedoman
Pengelolaan
Keuangan Daerah (Berita Negara Republik Indonesia
Tahun 2011 Nomor 310);
12. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun
2010 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah
Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tatacara
Penyusunan,
Pengendalian,
dan
Evaluasi
Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 517);
13. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 3
Tahun 2008 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun
2005-2025 (Lembaran Daerah Provinsi Jawa Tengah
Tahun 2008 Nomor 3, Tambahan Lembaran Daerah
Provinsi Jawa Tengah Nomor 3);
14. Peraturan Daerah Kabupaten Kudus Nomor 3 Tahun
2007, tentang Pokok-pokok Pengelolaan Keuangan
Daerah Kabupaten Kudus (Lembaran Daerah
Kabupaten Kudus Tahun 2007 Nomor 3, Tambahan
Lembaran Daerah Kabupaten Kudus Nomor 99);
15. Peraturan Daerah Kabupaten Kudus Nomor 4 Tahun
2008 tentang Tata Cara Penyusunan, Pengendalian,
dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan
Daerah Kabupaten Kudus (Lembaran Daerah
Kabupaten Kudus Tahun 2008 Nomor 4, Tambahan
Lembaran Daerah Kabupaten Kudus Nomor 107);
16. Peraturan Daerah Kabupaten Kudus Nomor 11
Tahun 2008 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Daerah Kabupaten Kudus Tahun
2005-2025 (Lembaran Daerah Kabupaten Kudus Tahun
2008 Nomor 11, Tambahan Lembaran Daerah
Kabupaten Kudus Nomor 113);
17. Peraturan Daerah Kabupaten Kudus Nomor 5 Tahun
2009 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Daerah Kabupaten Kudus Tahun
2008-2013 (Lembaran Daerah Kabupaten Kudus Tahun
2009 Nomor 5, Tambahan Lembaran Daerah
Kabupaten Kudus Nomor 122);
Memperhatikan
: Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 3 Tahun
2010 tentang Program Pembangunan yang Berkeadilan;
-4-
M E M U T U S K A N :
Menetapkan
: PERATURAN BUPATI TENTANG PROGRAM INDIKATIF
KABUPATEN KUDUS TAHUN 2014.
BAB I
MAKSUD DAN TUJUAN
Pasal 1
(1)
Maksud penyusunan Program Indikatif Kabupaten
Kudus Tahun 2014 adalah menyediakan sebuah
dokumen
perencanaan
pada
masa
transisi
berakhirnya
Rencana
Pembangunan
Jangka
Menengah Daerah Kabupaten Kudus Tahun
2008-2013, bersamaan dengan berakhirnya masa jabatan
Bupati Kudus.
(2)
Tujuan penyusunan Program Indikatif Kabupaten
Kudus Tahun 2014 adalah sebagai landasan
penyusunan Rencana Kerja Pemerintah Daerah
(RKPD) Tahun 2014 dan sebagai pedoman dalam
penyusunan Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat
Daerah (Renja SKPD) Tahun 2014.
BAB II
RUANG LINGKUP
Pasal 2
Ruang Lingkup Program Indikatif Kabupaten Kudus
Tahun 2014 meliputi :
a.
Tahun pertama Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Daerah Kabupaten Kudus Tahun
2013-2018 yang akan ditetapkan setelah Bupati dan Wakil
Bupati
terpilih
dan
dilantik,
dengan
mempertimbangkan hasil kajian konsepsi Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kabupaten
Kudus Tahun 2005 – 2025; dan
b.
Pelaksanaan kegiatan oleh Satuan Kerja Perangkat
Daerah (SKPD) dan seluruh komponen pelaku
pembangunan daerah secara berkesinambungan.
BAB III
PELAKSANAAN
Pasal 3
Program Indikatif Kabupaten Kudus Tahun 2014 menjadi
landasan penyusunan Rencana Kerja Pemerintah Daerah
(RKPD) Kabupaten Kudus Tahun 2014 dan sebagai
pedoman dalam penyusunan Rencana Kerja Satuan Kerja
Perangkat Daerah (Renja SKPD) Tahun 2014.
-5-
Pasal 4
Program Indikatif Kabupaten Kudus Tahun 2014
sebagaimana
dimaksud
dalam
Pasal
3,
adalah
sebagaimana tercantum dalam Lampiran Peraturan
Bupati ini.
BAB IV
SISTEMATIKA
Pasal 5
Program Indikatif Kabupaten Kudus Tahun 2014 disusun
dengan sistematika sebagai berikut :
a.
BAB I
: PENDAHULUAN
b.
BAB II
: GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH
c.
BAB III
: GAMBARAN PENGELOLAAN
KEUANGAN DAERAH
d.
BAB IV
: ANALISIS ISI-ISU STRATEGIS
e.
BAB V
: STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN
f.
BAB VI
: PROGRAM INDIKATIF
g.
BAB VII : PENUTUP
Pasal 6
Peraturan Bupati ini mulai berlaku pada tanggal
diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya memerintahkan
pengundangan
Peraturan
Bupati
ini
dengan
penempatannya dalam Berita Daerah Kabupaten Kudus.
Ditetapkan di Kudus
pada tanggal 26 Desember 2012
BUPATI KUDUS,
M U S T H O F A
Diundangkan di Kudus
pada tanggal 27 Desember 2012
SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN KUDUS,
NOOR YASIN
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Dalam Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional Pasal 5 ayat (2) disebutkan bahwa
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah merupakan penjabaran visi,
misi, dan program Kepala Daerah yang penyusunannya berpedoman pada
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah dan memperhatikan Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional, memuat arah kebijakan keuangan
daerah, strategi pembangunan daerah, kebijakan umum, dan program Satuan
Kerja Perangkat Daerah, lintas Satuan Kerja Perangkat Daerah, disertai
dengan rencana kerja dalam kerangka regulasi anggaran dan kerangka
pendanaan yang bersifat indikatif.
Kabupaten Kudus mempunyai dokumen perencanaan jangka
menengah yang ditetapkan dengan Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2009
tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Kudus
Tahun 2008 – 2013. Pada saat berakhirnya RPJMD tersebut perlu
ditindaklanjuti dengan penyusunan dokumen perencanaan pembangunan
jangka menengah berikutnya.
Sesuai dengan ketentuan Pasal 23 ayat (2) Undang-Undang Nomor 25
Tahun 2004, bahwa Musrenbang Kabupaten dalam rangka penyusunan
Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) tahun 2014 harus sudah
dilaksanakan paling lambat bulan Maret 2013. Penyusunan RKPD secara
bottom up diawali dengan musyawarah rencana pembangunan di tingkat
desa/kelurahan pada bulan Januari. Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten
Kudus Nomor 5 Tahun 2009 pasal 4 disebutkan bahwa dalam hal dokumen
perencanaan pembangunan untuk tahun 2014 belum ada, perlu menyusun
Program Indikatif Tahun 2014. Mengingat pemilihan kepala daerah Kabupaten
Kudus secara langsung akan dilaksanakan pada bulan Mei 2013 dan kepala
daerah yang dilantik pada bulan Juni 2013, maka penyusunan Rencana Kerja
Pembangunan Daerah tahun 2014 berpedoman pada arah dan kebijakan
pokok yang tertuang dalam RPJPD, yang juga menjadi acuan penyusunan visi,
misi dan program calon kepala daerah yang mengikuti Pemilukada. Guna
menjembatani kekosongan dokumen perencanaan pada masa akhir jabatan
kepala daerah, maka perlu disusun Program Indikatif yang mengacu pada
RPJPD.
1.2.
Dasar Hukum Penyusunan
Penyusunan Program Indikatif Kabupaten Kudus Tahun 2014 disusun
mendasarkan pada :
a.
Undang–Undang Nomor 13 Tahun 1950 tentang Pembentukan
Daerah-daerah Kabupaten dalam lingkungan Provinsi Jawa Tengah;
b.
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara;
c.
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara;
LAMPIRAN : PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 41 TAHUN 2012
TENTANG PROGRAM INDIKATIF KABUPATEN KUDUS
d.
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional;
e.
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang
Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang
Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah;
f.
Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan
Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah;
g.
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025;
h.
Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat
Daerah;
i.
Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara
Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana
Pembangunan Daerah;
j.
Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Nasional Tahun 2010-2014;
k.
Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2010 tentang
Program Pembangunan yang Berkeadilan;
l.
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman
Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana diubah beberapa kali terakhir
dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 tahun 2011 tentang
Perubahan Kedua atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun
2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah;
m.
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang
Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan,
Tata Cara Penyusunan, Pengendalian, Evaluasi Pelaksanaan Rencana
Pembangunan Daerah;
n.
Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 3 Tahun 2008 tentang
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Jawa Tengah
Tahun 2005 – 2025;
o.
Peraturan Daerah Kabupaten Kudus Nomor 8 Tahun 2003 tentang
Rencana Tata Ruang dan Wilayah ;
p.
Peraturan Daerah Kabupaten Kudus Nomor 3 Tahun 2007 tentang
Pokok-pokok Pengelolaan Keuangan Daerah;
q.
Peraturan Daerah Kabupaten Kudus Nomor 4 Tahun 2008 tentang Tata
Cara Penyusunan Perencanaan Pembangunan Daerah dan Pelaksanaan
Musyawarah Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Kudus;
r.
Peraturan Daerah Kabupaten Kudus Nomor 11 Tahun 2008 tentang
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kabupaten Kudus Tahun
2005-2025;
s.
Peraturan Daerah Kabupaten Kudus Nomor 5 Tahun 2009 tentang
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Kudus Tahun
2008-2013.
1.3.
Hubungan Antar Dokumen
Program Indikatif Kabupaten Kudus Tahun 2014 berpedoman Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Daerah Tahun 2005 - 2025, dengan
mempertimbangkan azas keberlanjutan program – program pembangunan
sebagaimana ditetapkan dalam RPJMD Kabupaten Kudus 2008 – 2013.
Program Indikatif ini merupakan program masa transisi tahun pertama
sebelum Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Kabupaten Kudus Tahun 2013 – 2018 ditetapkan, yang memuat gambaran
umum kondisi daerah, pengelolaan keuangan daerah, isu strategis, strategi
dan arah kebijakan, program indikatif serta pendanaan. Program Indikatif ini
juga menjadi bagian tahun pertama dalam penyusunan Rencana Strategis
Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renstra SKPD) tahun 2013 – 2018.
Program Indikatif menjadi landasan dalam penyusunan Rencana Kerja
Pemerintah Daerah (RKPD) Kabupaten Kudus Tahun 2014 dengan
mengakomodasi perubahan aturan, dinamika kebutuhan masyarakat,
peningkatan pelayanan publik serta memperhatikan tahapan dalam RPJPD
kabupaten Kudus pada tahap ke 2, dan juga menjadi pedoman dalam
penyusunan Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renja SKPD)
Tahun 2014.
1.4.
Sistematika Program Indikatif
Sistematika Program Indikatif ini disusun terdiri dari tujuh bab dengan
rincian sebagai berikut :
BAB I.
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Mengemukakan pengertian ringkas tentang program Indikatif,
alasan disusunnya program indikatif dan fungsinya bagi RKPD
pada tahun rencana.
1.2. Dasar Hukum Penyusunan
Memberikan uraian ringkas tentang dasar hukum yang
digunakan dalam penyusunan Program Indikatif yang
memuat ketentuan secara langsung dengan penyusunan
Program Indikatif, baik yang berskala nasional maupun
daerah.
1.3. Hubungan Antar Dokumen
Menjelaskan keterkaitan Program Indikatif, Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD), Rencana
Stratejik Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renstra SKPD),
Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) sampai dengan
Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renja SKPD)
dalam suatu alur mekanisme perencanaan.
1.4. Sistematika Dokumen Program Indikatif
Mengemukakan sistematika Program Indikatif terkait dengan
pengaturan serta penjelasan ringkas isi dari setiap bab.
BAB II.
GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH
2.1. Aspek Geografi dan demografi
Menjelaskan karakteristik lokasi, wilayah dan potensi
pengembangan. Di samping itu juga memberikan gambaran
perkembangan demografi.
2.2. Aspek kesejahteraan masyarakat.
Menjelaskan kesejahteraan sosial dan pemerataan ekonomi.
2.3. Aspek pelayananan umum.
Menjelaskan analisis kinerja pelayanan umum yang menjadi
tanggung jawab pemerintah dalam upaya pemenuhan
kebutuhan masyarakat.
2.4. Aspek daya saing daerah.
Menjelaskan kemampuan ekonomi daerah, infrastruktur, iklim
investasi dan sumber daya manusia.
BAB III. GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH
3.1. Kinerja Keuangan Masa lalu
Memuat kinerja pelaksanaan APBD baik pendapatan maupun
belanja.
3.2. Kebijakan Pengelolaan Keuangan Masa lalu
Menjelaskan gambaran kebijakan pengelolaan daerah terkait
proporsi penggunaan anggaran dan pembiayaan daerah.
3.3. Kerangka Pendanaan Tahun 2014
Disajikan proyeksi pendapatan, belanja tidak langsung,
belanja langsung yang periodik, wajib, mengikat dan asumsi
yang digunakan serta kebijakan yang mempengaruhi
proyeksi.
BAB IV.
ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS
4.1. Permasalahan Pembangunan
Memuat permasalahan pada penyelenggaraan urusan
pemerintahan daerah yang relevan dengan prioritas dan
sasaran pembangunan daerah.
4.2. Analisis Isu Strategis
Memuat permasalahan mendesak untuk diatasi, kebijakan
nasional atau regional yang berdampak pada aktivitas lokal
dan memberikan manfaat / pengaruh di masa datang
terhadap daerah.
BAB V.
STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN
5.1. Strategi Pembangunan Daerah
Memuat langkah-langkah yang menjadi rujukan dalam
perencanaan, menjelaskan bagaimana tujuan dan sasaran
akan dicapai.
5.2. Arah Kebijakan Pembangunan Daerah
Merupakan pedoman untuk mengarahkan rumusan strategi
dalam mencapai tujuan dan sasaran.
BAB VI.
PROGRAM INDIKATIF
Mengemukakan perencanaan program dan pagu indikatif untuk
menggambarkan keterkaitan urusan pemerintah dengan indikator
kinerja.
BAB VII. PENUTUP
BAB II
GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH
2.1.
Aspek Geografi dan Demografi
2.1.1. Letak Geografis Wilayah
Secara geografis Kabupaten Kudus terletak antara 06
48’37’’ -
06
51’55’’ Lintang Selatan dan 110
47’42’’ - 110
53’05’’ Bujur Timur. Adapun
wilayah administratifnya berbatasan dengan:
Sebelah Utara
: Kabupatan Jepara dan Kabupaten Pati
Sebelah Barat
: Kabupaten Jepara dan Kabupaten Demak
Sebelah Selatan
: Kabupaten Demak dan Kabupaten Grobogan
Sebelah Timur
: Kabupaten Pati
2.1.2. Demografi
Jumlah penduduk Kabupaten Kudus pada Tahun 2012 tercatat sebesar
780.051 jiwa, terdiri dari 385.184 jiwa laki-laki dan 394.867 jiwa perempuan.
Bila dilihat dari perbandingan jumlah penduduk laki-laki dan perempuannya,
maka diperoleh rasio jenis kelamin pada tahun 2012 sebesar 97,55 % yang
berarti bahwa setiap 100 penduduk perempuan terdapat 97 penduduk laki-laki.
Dengan perkataan lain bahwa penduduk perempuan lebih banyak
dibandingkan dengan penduduk laki-laki, ini bisa dilihat hampir di semua
kecamatan.
Tabel 2.1.
Penduduk menurut Jenis Kelamin dan Sex Ratio Per Kecamatan
di Kabupaten Kudus Tahun 2012
Kecamatan Laki-laki ( jiwa ) Perempuan ( jiwa ) Jumlah ( jiwa ) Sex Ratio ( persen ) 01. Kaliwungu 45.545 46.999 92.544 96,91 02. Kota 44.027 47.459 91.486 92,77 03. Jati 48.759 50.593 99.352 96,37 04. Undaan 34.969 34.890 69.859 100,23 05. Mejobo 35.222 35.338 70.560 99,67 06. Jekulo 49.887 49.915 99.801 99,94 07. Bae 31.389 32.636 64.025 96,18 08. Gebog 47.847 48.286 96.133 99,09 09. Dawe 47.541 48.751 96.2921 97,52 JUMLAH 385.184 394.867 780.051 97,55
Sumber : BPS Kabupaten Kudus
Kepadatan penduduk dalam kurun waktu 5 tahun (2008 - 2012)
sebagaimana tertuang dalam tabel 2.2. menunjukkan kecenderungan
peningkatan seiring dengan kenaikan jumlah penduduk. Pada tahun 2012
tercatat sebesar 1.835
jiwa per Km
2. Di sisi lain persebaran penduduk masih
belum merata, Kecamatan Kota merupakan kecamatan yang terpadat dan
Kecamatan Undaan merupakan kecamatan dengan kepadatan terendah.
Tabel 2.2.
Kepadatan Penduduk Kabupaten Kudus Tahun 2008 – 2012
Tahun Luas daerah Penduduk (Jiwa) Kepadatan Penduduk (jiwa per Km2) 2008 2009 2010 2011 2012* 425,16 425,16 425,16 425,16 425,16 752.921 759.249 764.606 769.904 780.051 1.771 1.786 1.798 1.811 1.835
Sumber :
BPS Kabupaten Kudus
Kualitas sumber daya manusia dipengaruhi beberapa faktor, antara lain
tingkat pendidikan yang telah ditamatkan. Semakin tinggi proporsi penduduk
yang berpendidikan, akan mendukung partisipasi masyarakat dalam berbagai
aktivitas untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Tabel 2.3
menggambarkan komposisi dan peningkatan kapasitas penduduk Kabupaten
Kudus dilihat dari tingkat pendidikan yang telah ditamatkan.
Tabel 2.3
Jumlah Penduduk Kabupaten Kudus Tahun 2008-2012
dilihat dari Tingkat Pendidikan
Jumlah penduduk
menurut Tingkat
Pendidikan
2008
2009
2010
2011
2012
Tidak Sekolah
50.609 39.656 43.394 37.417 34.751Tidak / Belum Tamat SD
97.414 99.046 91.393 93.543 90.353Tamat SD
211.636 203.351 195.358 199.559 206.612Tamat SLTP
116.063 125.092 130.531 130.649 132.687Tamat SLTA
115.756 124.040 125.771 126.096 127.632Akademi / Sarjana
22.022 27.468 36.559 37.417 39.806Sumber : Survey Sosial Ekonomi Nasional dan BPS Kabupaten Kudus
Jumlah penduduk berdasarkan pendidikan menunjukkan potensi dan
komposisi penduduk yang akan mempengaruhi kapasitas penduduk dalam
pengembangan sumber daya yang dimilikinya. Kecenderungan dalam empat
tahun terakhir 2008-2012 dapat diketahui bahwa pelayanan pendidikan kepada
masyarakat cukup berhasil ditinjau dari jumlah penduduk yang telah
menamatkan pendidikan SMP dimana merupakan pelaksanaan program
nasional dan daerah. Sedangkan jumlah penduduk yang menamatkan SMA
dan Akademi/PT kecenderungannya peningkatannya relatif tinggi.
2.2.
Aspek Kesejahteraan Masyarakat
2.2.1. Fokus Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi
a.
Pertumbuhan Ekonomi dan Perkembangan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Kudus dari tahun 2008 sampai
dengan tahun 2012 dapat dilihat pada tabel 2.4. Berdasarkan tabel 2.4.
dapat diketahui bahwa pertumbuhan ekonomi Kabupaten Kudus semakin
membaik seiring dengan menguatnya sendi-sendi ekonomi riil dan
membaiknya kinerja instrumen moneter. Menguatnya nilai rupiah secara
langsung meningkatkan permintaan akan barang dan jasa. Pergeseran
permintaan ini sangat dipengaruhi oleh selera, harga, dan elastisitas
ketersediaan barang. Peningkatan permintaan yang cepat direspon pasar,
ditunjang dengan produk lokal yang berdaya saing serta perdagangan yang
aktif, akan mempercepat arus perputaran ekonomi. Angka pertumbuhan
ekonomi cenderung meningkat yaitu tahun 2008 sebesar 3,92 %, tahun
2009 sebesar 3,95 %, tahun 2010 sebesar 4,17 % , tahun 2011 sebesar
4,21 %, 2012 dan 2013 diprediksikan sebesar 4,94 % dan 5,05 %.
Berdasarkan tabel 2.5 dapat dilihat bahwa perkembangan ekonomi
masih didominasi sektor industri, yang merupakan sektor yang mempunyai
daya ungkit tertinggi. Faktor penentu daya ungkit ini, adalah kemampuan
dalam penyerapan tenaga kerja, nilai tambah yang dihasilkan dan
keterkaitan dengan sektor lain. Sektor perdagangan sangat berperan dalam
mendorong perekonomian daerah. Perputaran ekonomi dari perdagangan
di Kabupaten Kudus terlihat cukup merata di perkotaan. Namun karena
model perekonomian adalah persaingan bebas, maka pemilik modal besar
dengan sistem waralaba saat ini relatif Dengan demikian omzet industri
lokal harus bersaing lebih ketat.
Berdasarkan tabel 2.6 dapat dilihat bahwa Kecamatan Kota, Jati
dan Kaliwungu merupakan wilayah yang potensial dan strategis.
Keberadaan industri di wilayah tersebut mendorong terciptanya aglomerasi
ekonomi sehingga diperoleh keuntungan
long scale economies. Namun
demikian, daya dukung wilayah relatif terbatas sehingga wilayah kota
sudah dibatasi pengembangannya. Relokasi beberapa industri besar ke
wilayah Kecamatan Jekulo, Kaliwungu, dan Bae sebagian telah beroperasi
sehingga konstribusi sektor industri di wilayah tersebut mengalami
peningkatan yang cukup tinggi.
Tabel 2.4.
Nilai dan Pertumbuhan Sektor dalam PDRB Tahun 2009 s.d 2013 Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000
Kabupaten Kudus NO Sektor 2009 2010 2011 2012 2013* (Rp) (Rp) % (Rp) % (Rp) % (Rp) % 1 Pertanian 407,829 426,669 4,62 428,869 0,52 478,904 11,67 495.666 3,5
2 Pertambangan & Penggalian 4,135 4,029 (2,54) 4,294 6,56 3,245 75,57 3.440 6,0 3 Industri Pengolahan
7,421,852 7,651,696 3,10 7,938,351 3,75 8,304,699 4,61 8.537.231 2,8
4 Listrik,Gas & Air bersih 44,886 49,832 11,02 52,597 5,55 58,705 11,61
61.934 5,5
5 Konstruksi 191,989 206,119 7,36 233,765 13,41 245,905 5,19 272.955 11
6 Perdagangan, Hotel & Restoran 3,309,244 3,503,267 5,86 3,648,886 4,16 3,804,253 4,26 3.952.619 3,9 7 Pengangkutan & Komunikasi 239,571 251,675 5,05 279,799 11,17 280,515 0,25
302.957 8
8
Keuangan, sewa, & Js.
Perusahaan 270,065 282,907 4,76 302,016 6,75 351,800 16,48
580.470 6,5
9 Jasa-jasa 255,380 274,863 7,63 295,030 7,34 370,778 25,67 393.025 6
PDRB 12,144,952 12,651.058 4.17 13,183,607 4,21 13,898,804 4.94
14.600.294 5,05 Keterangan : * Angka Sementara
Tabel 2.5.
Nilai dan Kontribusi Sektor dalam PDRB Tahun 2009 s.d 2013 Atas Dasar Harga Berlaku
Kabupaten Kudus NO Sektor 2009 2010 2011 2012 2013* (Rp) % (Rp) % (Rp) % (Rp) % (Rp) % 1 Pertanian 803,772 2.54 884,590 2.82 927,949 2.95 1,111,478 3.00 1.239.782 3,29 2 Pertambangan & Penggalian 8,539 0.03 8,569 0.02 9,527 0.02 8,102 0.02 11.792 0,03 3 Industri Pengolahan 18,369,528 63.55 19,742,459 62.75 21,114,289 62.96 22,837,947 61.74 23.912.573 63,58 4 Listrik,Gas, & Air bersih 116,049 0.47 131,503 0.42 150,123 0.43 159,327 0.43 145.017 0,39 5 Konstruksi 402,586 1.31 457,799 1.46 524,910 1.47 594,670 1.61 498.667 1,33
6 Perdagangan, Hotel, & Restoran 7,516.548 26,00 8,272,931 26.29 8,914,953 26.26 9,823,672 26.56 9.631.711 25,61
7 Pengangkutan & Komunikasi angangkutan & Komunikasi 399,107 1.44 422,536 1.34 464,544 1.78 481,898 1.30 529.915 1,41
8 Keuangan, sewa, & Js. Perusahaan 624,356 2.21 709,068 2.25 800,896 2.32 978,830 2.65 769.059 2,04 9 Jasa-jasa 706,401 2.44 833,908 2.65 922,845 2.05 996,904 2.69 872.337 2,32
PDRB 28,946,886 100.00 31.463,364 100.00 33,830,036 100.00 36,992,828 100.00 37.610.854 100,00 Keterangan : * Angka Sementara
b.
Laju Inflasi
Laju inflasi di Kabupaten Kudus dibandingkan dengan Kota
Semarang dan Nasional adalah sebagaimana tercantum pada tabel
berikut :
Tabel 2.6
Nilai Inflasi Kabupaten Kudus, Kota Semarang dan Nasional
Uraian
2008
2009
2010
2011
2012*
Kudus
11,99 % 3,07 %
7,65 %
3,34 %
3,96 %
Semarang
11,06 % 3,19 %
7,11 %
2,87 %
3,18%
Nasional
10,34 % 2,78 %
6,96 %
3,79 %
4,31 %
Sumber : BPS Kabupaten Kudus
Keterangan : * Angka asumsi
Laju inflasi nasional, Kota Semarang dan Kabupaten Kudus tahun
2018 -2011 cukup fluktuatif dengan angka tertinggi terjadi pada tahun
2010. Pada tahun 2010, perekonomian nasional dan lokal terpengaruh
oleh perekonomian dunia dimana pemerintah mengendalikan dampak
kelesuan ekonomi dunia dengan mencegah
capital outflow. Instrumen
tingkat bunga dinaikkan sehingga terjadi kontraksi atas perekonomian
yang akhirnya mendorong peningkatan harga barang secara umum.
Seiring dengan membaiknya situasi ekonomi nasional dan global maka
tahun 2011, inflasi menurun. Pada tahun 2012, kebijakan Pemerintah
dalam memutuskan harga BBM yang kurang cepat telah menimbulkan
spekulasi sehingga harga barang-barang telah dinaikkan sehingga
kebijakan pembatasan BMM bersubsidi tidak menggeser keseimbangan
yang telah tercipta. Implikasi kebijakan pembatasan BBM bersubsidi
mendorong peningkatan laju inflasi di Kabupaten Kudus sebesar 3,96 %
lebih tinggi dibandingkan Kota Semarang sebesar 3,18 % namun lebih
rendah dibandingkan nasional sebesar 4,31 %.
c.
Indeks Gini dan Indeks Williamson
Indeks Gini di Kabupaten Kudus pada tahun 2008 sebesar 0,222
pada tahun 2009 sebesar 0,249 dan pada 2010 sebesar 0,243. Hal ini
menunjukkan bahwa tingkat ketimpangan pendapatan penduduk di
Kabupaten Kudus relatif rendah. Indeks Williamson Kabupaten Kudus bila
ditinjau dari harga berlaku pada tahun 2008 sebesar 0,797, tahun 2009
sebesar 0,799 dan pada tahun 2010 menjadi sebesar 0,797. Adapun
Indeks Williamsom bila ditinjau dari harga konstan pada tahun 2008
sebesar 0,781, tahun 2009 sebesar 0,784 dan tahun 2010 sebesar 0,823.
Indeks tersebut menggambarkan bahwa tingkat pemerataan aktivitas
ekonomi semakin baik, namun bila ditinjau dari hasil riil menunjukkan
tingkat kesenjangan antar wilayah kecamatan di Kabupaten Kudus makin
bertambah. Hal ini dipengaruhi aktivitas yang berkembang di
masing-masing kecamatan.
d.
Penduduk Miskin
Jumlah penduduk miskin di Kabupaten Kudus dari tahun 2008 ke
2010 terus mengalami penurunan. Untuk tahun 2011 jumlah penduduk
miskin meningkat menjadi 73.591 orang atau 9,45 %. Secara kuantitatif
terjadi peningkatan jumlah, namun bila dilihat dari proporsi relatif stabil.
Peningkatan ini terjadi karena adanya perubahan pola konsumsi sehingga
mendorong peningkatan garis kemiskinan lebih tinggi (8 %) dibandingkan
dengan angka inflasi (3,96 %). Secara keseluruhan, program–program
penanggulangan kemiskinan di Kabupaten Kudus cukup efektif dan perlu
lebih disinergikan baik program, waktu pelaksanaan, anggaran dan
sasarannya.
Tabel 2.7.
Penduduk Miskin Kabupaten Kudus Tahun 2008 - 2011
Uraian
2008
2009
2010
2011*
Jumlah Penduduk Miskin
97.810
84.860
70.200
73.591
Prosentase Penduduk
Miskin
12,99
11,18
9,02
9,45
Sumber : PPLS Kabupaten Kudus
Keterangan : * Angka sementara
2.2.2. Fokus Kesejahteraan Sosial
Beberapa indikator yang dapat menggambarkan kesejahteraan sosial
antara lain : angka melek huruf, rata-rata lama sekolah, angka harapan
hidup, dan pengeluaran perkapita penduduk, angka partisipasi kasar, angka
partisipasi murni, angka kematian ibu, angka kematian balita, tingkat
pengangguran terbuka. Berdasarkan data statistik indikator pendidikan dan
kesehatan dapat disimpulkan bahwa dalam waktu tiga tahun terakhir tingkat
kesejahteraan sosial masyarakat Kabupaten Kudus semakin membaik. Kondisi
ini dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 2.8.
Perkembangan Angka Melek Huruf Tahun 2009 – 2011
Kabupaten Kudus
No
Uraian
2009
2010
2011
2012*
1 Jumlah Penduduk Usia diatas 15 tahun yang bisa membaca dan menulis
546.060 550.367 554.637 575.735
2 Jumlah Penduduk Usia 15 tahun
keatas 546.935 551.083 554.637 575.735
3 Angka melek huruf 99.85 99.87 100 100
Sumber : Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olah Raga Kabupaten Kudus
Keterangan : * Angka Sementara
Angka Melek Huruf (AMH) menggambarkan proporsi penduduk usia
15 tahun ke atas yang bisa membaca dan menulis serta mengerti sebuah
kalimat sederhana dalam hidupnya sehari-hari. Data pada tahun 2010, warga
melek huruf di Kabupaten Kudus mencapai 99,87 % dan pada tahun 2011
warga melek huruf di Kabupaten Kudus sudah mencapai 100 %. Jumlah ini
lebih tinggi dibandingkan dengan persentase warga melek huruf pada dua
tahun sebelumnya. Hal ini menunjukkan keberhasilan program-program
pendidikan dalam upaya menekan angka buta huruf khususnya di Kabupaten
Kudus
.
2.2.3. Aspek Pelayanan Umum
Pelayanan umum merupakan segala bentuk jasa pelayanan, baik
dalam bentuk barang publik maupun jasa publik yang menjadi tanggung
jawab pemerintah daerah kabupaten dalam upaya pemenuhan kebutuhan
masyarakat sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.
Indikator variabel aspek pelayanan umum terdiri dari :
2.2.3.1. Fokus Layanan Urusan Wajib
Analisis kinerja atas layanan urusan wajib dilakukan terhadap
indikator-indikator kinerja penyelenggaraan urusan wajib penyelenggaraan
pemerintahan daerah yaitu:
a.
Urusan Pendidikan
Layanan umum urusan pendidikan dapat dilihat dari indikator
Angka Partisipasi Sekolah, rasio ketersediaan sekolah, dan rasio jumlah
guru dan siswa sebagaimana tertera pada tabel berikut :
Tabel 2.9
Perkembangan Angka Partisipasi Sekolah (APS)
Tahun 2008 – 2012 Kabupaten Kudus
1 SD/MI 102,16% 102,07% 101,88% 101,32% 106,31%
2 SMP/MTs 96,57% 97,36% 97,12% 96,00% 104,42%
3 SMA/MA/SMK 64,88% 66,94% 72,72% 75,25% 86,79%
Sumber : Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olah Raga Kabupaten Kudus
Angka Partisipasi Sekolah (APS) menunjukkan seberapa banyak
penduduk usia sekolah yang sedang bersekolah dan juga sebagai ukuran
daya serap, pemerataan dan akses terhadap
pendidikan
khususnya
penduduk usia sekolah. APS SD/MI pada tahun 2008 tercapai 102,16 %
cenderung menurun hingga tahun 2012 tercapai 106,31%. Kondisi ini
menggambarkan penduduk usia sekolah SD/MI telah terlayani secara
keseluruhan, bahkan terdapat siswa dari kabupaten lain yang bersekolah
di Kabupaten Kudus. Adapun APS SMP/MTs di Kabupaten Kudus tahun
2008 mencapai 96,57 % meningkat pada tahun 2012 mencapai 104,42%.
Adapun APS SMA/MA/SMK tahun 2008 mencapai 64,88% cenderung
meningkat hingga tahun 2012 tercapai sebesar 86,79 %. Pemberian
beasiswa dan dana untuk sekolah yang dimaksudkan untuk menjamin
setiap anak bisa bersekolah masih diperlukan untuk meningkatkan APS di
Kabupaten Kudus, namun dibutuhkan kecermatan sehingga tepat
sasaran.
Tabel 2.10.
Rasio Ketersediaan Sekolah / Penduduk Usia Sekolah
Tahun 2009 – 2012 Kabupaten Kudus
NO
Jenjang Pendidikan
2008
2009
2010
2011
2012
1
SD/MI
1,1 Jumlah Gedung Sekolah
608
611
605
609
624
1,2 Jumlah Penduduk
kelompok Usia 7-12 Th
85.511 86.237
86.841 85.856
79.272
1,3 Rasio
0,007
0,007
0,007
0,007
0,008
2
SMP/MTs
2,1 Jumlah Gedung Sekolah
102
111
113
114
118
2,2 Jumlah Penduduk
kelompok Usia 13-15 Th
44.307 44.681
44.994 45.000
40.787
2,3 Rasio
0,0023 0,0024
84
0,00251
1
0.00253
3
0,00289
Sumber : Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Kabupaten Kudus
Pelayanan pendidikan dapat dilihat dari rasio ketersediaan sekolah
per penduduk usia sekolah. Rasio ketersediaan sekolah per penduduk
usia sekolah untuk jenjang pendidikan SD/MI dari tahun 2008 sampai
dengan 2012 menunjukkan peningkatan 16 gedung. Kenaikan jumlah
penduduk kelompok usia 7 sampai dengan 12 tahun telah diimbangi
dengan perubahan pada jumlah gedung sekolah. Pada tahun 2008, rasio
ketersediaan sekolah per penduduk usia 7 - 12 tahun sebesar 0,007 dan
pada tahun 2012 rasionya menjadi sebesar 0,008. Adapun rasio
ketersediaan sekolah per penduduk usia sekolah untuk jenjang
pendidikan SMP/MTs pada tahun 2008 sebesar 0,0023 menjadi 0,0029
pada tahun 2012. Kondisi di atas menunjukkan bahwa penyediaan
gedung sekolah telah meningkat seiring dengan program wajib belajar.
Tabel 2.11.
Jumlah Guru dan Murid Jenjang Pendidikan Dasar
Tahun 2009 - 2012 Kabupaten Kudus
No
Jenjang Pendidikan
2008
2009
2010
2011
2012
1
SD/MI
1,1 Jumlah Guru
6.117
6.908
7.023
6.987
7.631
1,2 Jumlah Murid
86.472
87.034
86.576 85.741 83.934
1,3 Rasio
0,07
0,08
0,08
0,08
0,09
2
SMP/MTs
2,1 Jumlah Guru
3.148
2.817
3.056
3.113
3.361
2,2 Jumlah Murid
41.072
42.319
41.174 42.299 42.316
2,3 Rasio
0,077
0,067
0,074
0,073
0,079
Sumber : Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olah Raga Kabupaten Kudus
Pelayanan pendidikan dapat dilihat dari rasio jumlah guru terhadap
murid sebagaimana tertuang pada tabel 2.11. Dari tabel di atas, dapat
dilihat perkembangan rasio guru terhadap murid tingkat SD/MI dan
SPM/MTs. Rasio jumlah guru terhadap murid jenjang pendidikan SD/MI
tahun 2008 sebesar 0,07 dan pada tahun 2012 menjadi 0,09. Demikian
pula rasio jumlah guru terhadap murid jenjang pendidikan SMP/MTs pada
tahun 2008 sebesar 0,077 dan pada tahun 2012 menjadi sebesar 0,079.
b.
Urusan Kesehatan
Dalam meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat dilaksanakan
dengan pelayanan kesehatan dasar gratis, peningkatan derajat kesehatan
masyarakat serta peningkatan akses dan mutu pelayanan kesehatan.
Sejak tahun 2008 sampai dengan 2012 telah dilakukan rehabilitasi
puskesmas sebanyak 17 unit, Laboratorium Kesehatan Daerah 1 unit,
peskesmas pembantu (pustu) 43 unit dan PKD 107 unit. Hal ini
dimaksudkan untuk meningkatkan jangkauan pelayanan kesehatan dasar
di puskesmas dan jaringannya. Adapun program pelayanan kesehatan
untuk 2014 diarahkan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat
dalam upaya pencapaian target MDGs dan Standar Pelayanan Minimal
(SPM) bidang kesehatan.
Pelaksanaan pelayanan kesehatan telah didukung melalui
pemenuhan sarana prasarana dan tenaga medis serta paramedis
sebagaimana tercantum dalam tabel 2.12, 2.13, 2.14 dan 2.15 berikut ini.
Tabel 2.12.
Jumlah Puskesmas dan Pustu Tahun 2008 – 2012 Kabupaten Kudus
N
o
Uraian
2008
2009
2010
2011
2012*
1. Jumlah Puskesmas 19 19 19 19 19 2. Jumlah Pustu 43 43 43 43 43 3. Jumlah Penduduk 752.921 759.249 764,606 769.904 780.051 4. Rasio Puskesmas per 1000 penduduk 0.025 0.025 0.025 0.025 0.024 5.Rasio Pustu per 1000 penduduk
0.057 0.057 0.057 0.057 0.055
Sumber : - Dinas Kesehatan Kabupaten Kudus
-
BPS Kabupaten Kudus
Tabel 2.13.
Jumlah Rasio Rumah Sakit per Jumlah Penduduk
Tahun 2009 – 2012 Kabupaten Kudus
No
Uraian
2008
2009
2010
2011
2012*
1. Jumlah Rumah Sakit
Umum (Pemerintah) 1 1 1 1 1
2.
Jumlah Rumah Sakit AD/AU/AL/POLRI
1 1 1 1 1
3. Jumlah Rumah Sakit
Swasta 2 3 4 6 7
4. Jumlah seluruh Rumah
Sakit
4 5 6 8 9
5. Jumlah Penduduk 752.921 759.249 764,606 769.904 780.051
6. Rasio (per 1000
penduduk) 0,00531 0,00658 0,00785 0,01039 0,01154
Sumber : - Dinas Kesehatan Kabupaten Kudus
-
BPS Kabupaten Kudus
Berdasarkan tabel 2.13 di atas dapat diketahui bahwa rasio jumlah
rumah sakit terhadap jumlah pendudukan semakin meningkat.
Sedangkan rasio jumlah dokter per jumlah penduduk pada tahun 2012
menurun karena ada dokter yang melanjutkan pendidikan spesialis
sehingga jumlah dokter berkurang (Tabel 2.14). Untuk rasio jumlah
tenaga kesehatan lainnya pada tahun 2012 mengalami peningkatan
(Tabel 2.15).
Tabel 2.14
Jumlah Dokter Tahun 2009 – 2012 Kabupaten Kudus
No
Uraian
2008
2009
2010
2011
2012*
2. Jumlah Penduduk 752.921 759.249 764,606 769.904 780.051
3. Rasio (per 100
penduduk) 0,0366 0,0372 0,0370 0,0374 0,0361
Sumber : - Dinas Kesehatan Kabupaten Kudus
-
BPS Kabupaten Kudus
Tabel 2.15
Jumlah Tenaga Perawat, Bidan dan Tenaga Kesehatan Lainnya
Tahun 2008 – 2012 Kabupaten Kudus
No
Uraian
2008
2009
2010
2011
2012*
1. Jumlah Perawat 757 757 757 1.099 1082 2. Jumlah Bidan 276 276 276 378 442 3. Jumlah Tenaga Kesehatan Lainnya 238 245 245 433 635 4. Jumlah Penduduk 752.921 759.249 764,606 769.904 780.051 5. Rasio (per 100 penduduk) 0,17 0,17 0,17 0,25 0,28Sumber : - Dinas Kesehatan Kabupaten Kudus
-
BPS Kabupaten Kudus
Untuk mengukur derajat kesehatan masyarakat dapat dilihat dari
beberapa indikator yang tercapai pada tahun 2012 yaitu : Angka Harapan
Hidup (AHH) 69,68 tahun, Angka Kematian Bayi (AKB) 6 per 1.000
kelahiran hidup , Angka Kematian Ibu (AKI) melahirkan 97 per 100.000
kelahiran hidup, Angka Kematian Bayi dan Balita (Akaba) 8 per 1.000
kelahiran hidup. Berdasarkan target MDG’s Kabupaten Kudus, AKB
sebesar 23 per 1000 kelahiran hidup, Akaba sebesar 32 per 1000 , dan
AKI sebesar 102 per 100.000 kelahiran hidup, maka Kabupaten Kudus
telah berada pada kondisi yang berhasil.
Tabel 2.16
Angka Harapan Hidup, Angka Kematian Ibu, Angka Kematian Bayi dan
Angka Kematian Balita Tahun 2008 – 2012
No Variabel Indikator 2008 2009 2010 2011 2012*
1 Angka Harapan Hidup (tahun) 69,69 69,71 69,62 69,68 69,68
2 Angka Kematian Ibu Melahirkan
(per 100.000 Kelahiran)
24,27 81 49,19 103 97,01
3 Angka Kematian Bayi (per 1000 KH) 5,02 5,91 6,39 5,60 6,11
4 Angka Kematian Balita (per 1000 KH)
Ctt. AKBa = AK Bayi+Balita 5,42 6,30 7,97 7,10 7,71
Sumber : - Dinas Kesehatan Kabupaten Kudus
-
BPS Kabupaten Kudus
Pada tabel di atas, dapat dilihat perkembangan AHH mulai tahun
2008 sampai 2012 yang cenderung stabil. Untuk perkembangan AKI per
100.000 kelahiran cenderung fluktuatif, tertinggi terjadi pada tahun 2011
sebesar 103 per 100.000 kelahiran dan tahun 2012 mengalami
penurunan menjadi 97,01 per 100.000 kelahiran hidup. Fluktuasi AKI ini
dipengaruhi oleh penyakit yang diderita sebelum masa kehamilan
(kehamilan beresiko bagi ibu dan janin). Demikian pula AKB tertinggi
terjadi pada tahun 2011 sebesar 6,61 per 1000 kelahiran hidup. Adapun
Akaba tertinggi terjadi pada tahun 2012 sebesar 1,6 per 1000 kelahiran
hidup. Pada tahun 2014 ditargetkan AKI sebesar 70 per 100.000
kelahiran hidup, AKB sebesar 5,4 per 1000 kelahiran hidup dan AKBa
sebesar 6 per 1000 kelahiran hidup.
c.
Urusan Pekerjaan Umum
Status jalan di Kabupaten Kudus terbagi menjadi tiga golongan
dimana masing-masing dikelola secara terpisah. Ketiga golongan tersebut
adalah jalan nasional, jalan provinsi dan jalan kabupaten dengan panjang
694,414 km. Jalan nasional yang melewati wilayah Kabupaten Kudus
adalah jalur Pantura atau disebut juga jalan Daendels, sepanjang 18,295
km atau 2,64 % dari total panjang jalan, sedangkan jalan provinsi
sepanjang 54,939 km atau 7,91 % dan jalan kabupaten sepanjang
621,180 km atau 89,45 %.
Dilihat dari jenis permukaannya, baik jalan nasional, provinsi
maupun kabupaten, jalan beraspal sepanjang 595,728 km (85,79 %),
jalan berpermukaan kerikil (makadam) sepanjang 59,265 km (8,53 %),
jalan berpermukaan tanah sepanjang 6,3 km (0,91 %), serta tidak
diperinci (beton) sepanjang 33,121 km (4,77 %). Sedangkan bila dilihat
dari kondisi jalan, jalan kondisi baik mencapai 212,937 km (30,66 %),
jalan kondisi sedang mencapai 177,816 km (25,60 %), jalan kondisi rusak
ringan mencapai 151,830 km (21,87 %) dan jalan rusak berat mencapai
151,830 km (21,87 %). Untuk perkembangan jalan kabupaten, mulai
tahun 2009 sampai dengan tahun 2011 mengalami penambahan panjang
jalan sebesar 136,955 km yang disebabkan adanya penambahan jalan
kabupaten yang berasal dari jalan poros desa berdasarkan Keputusan
Bupati Kudus Nomor 620/129/2010 tentang Penetapan Status Jalan
Kabupaten. Sedangkan kondisi jalan kabupaten dapat dilihat pada tabel
2.17.
Tabel 2.17
Kondisi Jalan Kabupaten Kudus Tahun 2008 – 2012
Jalan
1 Baik M 86.825 133.875 119.996 164.742 213.300 % 17,93 27,65 19,34 26,55 34,35 2 Sedang M 287.968 242.318 208.860 165.886 223.090 % 59,47 50,04 33,55 26,62 35,91 3 Rusak Ringan M 55.100 58.600 123.506 156.939 82.585 % 11,38 12,10 19,91 25,29 13,29 4 Rusak Berat M 54.332 49.432 168.818 133.613 102.205 % 11,22 10,21 27,20 21,53 16,45 Jumlah 484.225 484.225 621.180 621.180 621.180Sumber : Dinas Bina Marga, Pengairan dan ESDM Kabupaten Kudus
Pada tahun 2011 proporsi panjang jaringan jalan dalam kondisi
baik mencapai 26,55 % dan terjadi peningkatan pada tahun 2012
menjadi 34,35 %. Apabila dibandingkan prediksi proporsi jalan kondisi
baik dengan panjang jalan seluruhnya dalam Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Daerah (RPJMD) adalah 48 % maka masih terjadi gap
sebesar 13,65 %,
sehingga diharapkan dengan penanganan infrastruktur
yang lebih terarah dan fokus pada perbaikan jalan pada tahun 2013 .
Ada 2 sungai besar yang melintas di Kabupaten Kudus yaitu Kali
Wulan dan Kali Juana. Kali Juana menampung aliran drainase dari arah
timur dan Kali Wulan berperan untuk menampung aliran dari arah tengah
sampai utara. Drainase Kota Kudus secara garis besar dilayani dengan
saluran drainase yang dikombinasi dengan polder maupun long storage
yang menampung kelebihan air selama terjadi banjir.
Kedua drainase primer menerima buangan dari drainase-drainase
sekunder yang telah diatur dalam sistem jaringan drainase dimana
drainase primer seperti Kali Wulan, Kali Juwana, SWD-1 dan SWD-2
merupakan wewenang dari Balai Besar Pemali Juwana. Secara
keseluruhan sistem jaringan drainase di Kabupaten Kudus terbagi
menjadi 4 (empat) sub sistem yaitu :
1.
Subsistem Kali Wulan, menampung aliran dari drainase sekunder Kali
Gelis, Kali Kondang dan Kali Kencing;
2.
Subsistem SWD-1 menampung aliran dari drainase sekunder Kali
Sumber, Kali Jaranan, Kali Sat/ Kali Beku dan Kali Serut;
3.
Subsistem SWD-2 menampung aliran drainase sekunder Kali Tali, Kali
Jember, dan Kali Srabi;
4.
Subsistem Kali Juana-1 yang aliran dari semua drainase sekunder
disebelah timur Kali Gelis dan Kali Kencing, seperti Kali Tumpang, Kali
Dawe, Kali Jumirah, dan Kali Ngeseng.
Sub sistem yang ada merupakan gabungan dari drainase-drainase
sekunder, deskripsi lokasi alur masing-masing drainase sekunder tersebut
diuraikan sebagai berikut :
Kali Gelis merupakan sungai terbesar yang membelah di tengah Kota
Kudus. Sungai sangat penting bagi masyarakat kota karena pada
sungai ini terdapat 2 buah bendung yang merupakan pengambilan
dari irigasi, masing-masing adalah Bendung Kedunggupit dan
Bendung Ploso.
Kali Gondang, sebetulnya merupakan saluran sekunder irigasi, alurnya
melalui wilayah Desa Wergu Wetan, Loram dan bermuara di Kali
Kencing 1.
Kali Sumber, alurnya melalui Desa Janggalan, Purwosari dan
Pasuruhan Lor.
Kali Jaranan, alurnya melalui Desa Karangmalang, Klumpit, Garung
Lor, Gribig, Prambatan Lor dan Pasuruhan Kidul
Kali Sat, alurnya melalui Desa Karangmalang, Klumpit, Garung Lor,
Prambatan Lor dan Pasuruhan Lor.
Kali Serut, Alurnya melalui wilayah Desa Mijen, Kedungdowo, dan
Setrokalangan.
Kali Jember, Alurnya melalui wilayah Desa Getasrabi, Kaliwungu dan
Kedungdowo.
Kali Srabi, alurnya melalui batas kota sebelah barat daya di wilayah
Desa Getasrabi, keluar wilayah kota kemudian beroutlet di SWD 2.
Kali Tali, alurnya melalui wilayah Desa Mijen dan Setrokalangan
Kali Kencing 1, alurnya melalui Desa Jetiskapuan, Tanjungkarang, dan
Jati wetan. Pada hilir Kali Kencing 1 terdapat Polder Pura yang
dilengkapi dengan pompa berkapasitas 5.000 liter/ menit.
Kali Kencing 2, yang alurnya melalui Desa Jetis Kapuan, Ngemplak,
Ketanjung dan Jati Wetan. Desa Ketanjung merupakan desa di
sebelah timur Kali Wulan yang masuk ke dalam wilayah Kabupaten
Demak. Pada Hilir Kali Kencing 2 terdapat polder Kencing, tetapi tanpa
pompa dan kondisi sekarang sudah penuh sedimen.
Kali Jumirah 1, alurnya melalui wilayah Desa Jetiskapuan, Gulang,
Payaman dan Kirig.
Kali Jumirah 3, alurnya melalui Desa Medini, Undaan Kidul, Undaan
Tengah dan Larikrejo.
Kali Ngeseng, alurnya melalui wilayah desa Larikrejo dan
Kedungdowo.
Kali Jumirah 3B, alurnya melalui Desa Undaan Kidul, Undaan Tengah,
Undaan Lor dan Wates.
Kali Tumpang, alurnya melalui Desa Gondangmanis, Bacin, Pedawang,
Dersalam, Tumpangkrasak, Megawon, Mejo dan Kirig.
Kali Dawe, alurnya melalui Desa Hadipolo, Tenggeles, Gulangtepus,
Mejobo dan Temulus.
Sistem jaringan di wilayah pekerjaan mengacu pada 2 kali besar
seperti yang telah diuraikan diatas. Kali Juana-1 menampung aliran dari
beberapa sub drainase seperti Kali Tumpang, kali Jumirah 1 yang
kemudian bergabung dengan kali Jumirah 2 menuju kali Juana, kali
Jumirah 3 dan Kali Jumirah 4 yang selanjutnya memecah sebagian ke Kali
Juana dan sebagian bergabung dengan kali Kencing untuk ditampung ke
polder Pura yang selanjutnya dibuang ke Kali Wulan. Pengaturan aliran
terutama mengantisipasi kelebihan air selama terjadi banjir ditampung
pada long storage seperti Kali Kencing 1 dan 2, Kali Jumirah 1 sampai 4.
Aliran dari arah barat yaitu aliran Kali Sumber, Kali Beku (Sat), Kali Serut
yang kemudian bergabung dengan Kali Beku menuju ke Serang Welahan
Drainage 1 (SWD-1) untuk selanjutnya dibuang ke laut. Di desa
Pasuruhan Kidul pada pintu spillway goleng, aliran Kali Wulan terbagi lagi
ke Serang Welahan Drainage (SWD-1) yang dibangun oleh proyek Jratun
Seluna. SWD-1 ini langsung menuju ke laut dan menjadi drainase primer
kota kudus. Drainase Primer kota Kudus yang lain adalah SWD-2 yang
berawal dari akhir Kali Tali dan bermuara langsung ke laut Jawa. Kali lain
yang ditampung oleh SWD-2 yaitu Kali Jember dan Kali Srabi. (Sumber :
Masterplan Drainase Kota Kudus Tahun 2003).
Batasan aliran drainase ini mengacu pada lingkup pekerjaan yaitu
Kecamatan Kota Kudus beserta kecamatan perbatasannya dalam satu
sistem drainase. Untuk mempermudah dalam menganalisis saluran
drainase yang ada dan yang mencakup wilayah pekerjaan maka drainase
yang ada adalah drainase yang berada di Kecamatan Kota, sebagian
wilayah di sekitar Kecamatan Kota yaitu Kecamatan Mejobo, Kecamatan
Jati, Kecamatan Kaliwungu, Kecamatan Gebog, Kecamatan Dawe dan
Kecamatan Jekulo. Sehingga kapasitas drainase primer seperti Kali
Wulan, Kali Juwana, SWD-1 dan SWD-2 merupakan wewenang dari Balai
Besar Pemali Juwana atau di Dinas PSDA Propinsi Jawa Tengah.
Pembangunan jembatan di Kabupaten Kudus dari tahun 2008
sampai dengan tahun 2012 mengalami peningkatan jembatan kondisi
baik. Jumlah dan kondisi jembatan di Kabupaten Kudus tahun 2008 –
2012 dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 2.18.
Jumlah dan Kondisi Jembatan di Kabupaten Kudus Tahun 2008 – 2012
No
Kondisi
Jembatan
Satuan
2008
2009
Tahun
2010
2011
2012
1 Baik Unit 149 158 160 167 169 % 69,95 74,18 76,19 76,96 77,17 2 Sedang Unit 34 34 33 33 38 % 15,96 15,96 15,71 15,21 17,35 3 Rusak Unit 30 21 17 17 12 % 14,08 9,86 8,10 7,83 5,48 Jumlah 213 213 210 217 219
Sumber : Dinas Bina Marga, Pengairan dan ESDM Kabupaten Kudus
Berdasarkan tabel 2.18 di atas diketahui bahwa jumlah dan rasio
jembatan dalam kondisi baik pada tahun 2012 mengalami peningkatan
dibandingkan tahun 2008 sebanyak 20 unit. Sedangkan jumlah dan rasio
jembatan dalam kondisi sedang diupayakan perawatan sehingga tidak
semakin buruk. Adapun jembatan yang rusak diupayakan rehabilitasi
ataupun rekonstruksi sehingga jumlahnya menurun.
Sarana irigasi dalam kondisi baik di Kabupaten Kudus telah
mengalami peningkatan dari tahun sebagaimana diperlihatkan pada tabel
2.19 berikut ini.
Kondisi Daerah Irigasi Kabupaten Kudus Tahun 2009 – 2012 (Ha)
Kondisi Daerah
Irigasi
Tahun
2008
2009
2010
2011
2012
Baik
5.227,4
5.772,0
6.402,7
8.980
9.896
Rusak Ringan
3.662,3
3.125,41
3.302,14
1.102
3.050
Rusak Berat
6.613,3
6.605,59
5.798,16
5.421
2.122
Total
15.503
15,503
15.503
15.509
15.068
Sumber : Dinas Bina Marga, Pengairan dan ESDM Kabupaten Kudus
Kondisi DI yang baik kualitasnya ditingkatkan melalui
pembangunan baru dan perawatan, sehingga mampu mengairi lahan
pertanian secara optimal. Pada tahun 2011 luas lahan pertanian di
Kabupaten Kudus adalah 28.266 Ha sehingga rasio jaringan irigasi yang
kondisinya baik dengan luas lahan pertanian di Kabupaten Kudus adalah
sebesar 0,32. Apabila dibandingkan prediksi rasio jaringan irigasi dengan
luas lahan budidaya pertanian dalam Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Daerah (RPJMD) adalah 0,0011 maka telah memenuhi target.
Adapun DI yang kondisinya rusak ringan dan rusak berat dilakukan
rehabilitasi, sehingga kondisinya menjadi baik untuk meningkatkan
ketersediaan air irigasi.
d.
Urusan Perumahan
Urusan perumahan telah dilaksanakan melalui peningkatan kualitas
dan kuantitas sarana dan prasarana perumahan dan permukiman yang
layak huni dan sehat yang berupa sarana dan prasarana dasar
perumahan dan permukiman berupa prasarana air bersih, air minum, air
limbah, drainase dan persampahan. Adapun indikator keberhasilan yang
telah dicapai antara lain terwujudnya fasilitas permukiman yang layak
huni bagi masyarakat yang telah berakseskan terlayani air minum layak
sebesar 56,96% atau 434.530 jiwa pada tahun 2010 sedangkan tahun
2012 ditargetkan 65,76% sehingga masih perlu upaya serius dalam
pencapaian sasaran yang dimaksud.
e.
Urusan Penataan Ruang
Urusan Penataan Ruang yang dilaksanakan meliputi tiga hal yaitu
peren canaan tata ruang, pemanfaatan ruang dan pengendalian
pemanfaatan ruang. Perencanaan tata ruang dilakukan untuk
menghasilkan rencana umum dan rencana rinci tata ruang. Rencana
umum yang disusun berupa Rencana Tata Ruang dan Wilayah (RTRW)
Kabupaten, sedangkan rencana rinci disusun sebagai perangkat
operasional rencana umum tata ruang, yang terdiri atas Rencana Detail
Tata Ruang (RDTR) Kabupaten dan Rencana Tata Ruang (RTR) Kawasan
Strategis Kabupaten
.
Dengan telah ditetapkannya Peraturan Daerah
Kabupaten Kudus Nomor 16 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Kabupaten Kudus Tahun 2012 – 2032, maka perencanaan tata
ruang lebih difokuskan pada penetapan rencana rinci tata ruang berupa
Rencana Detail Tata Ruang Kawasan dan Peraturan Zonasi. Adapun
pelaksanaan pemanfaatan dan pengendalian pemanfaatan ruang lebih
diarahkan untuk monitoring dan evaluasi pemanfaatan ruang melalui
mekanisme perizinan serta sosialisasi regulasi penataan ruang dan
pelatihan pengendalian pemanfaatan ruang untuk aparat Pemerintah
daerah.
f.
Urusan Perencanaan Pembangunan
Partisipasi masyarakat dalam perencanaan pembangunan
sangatlah diperlukan dalam suatu kebijakan pembangunan. Pada kondisi
sekarang ini, masyarakat tidak lagi berperan sebagai obyek
pembangunan namun masyarakat dilibatkan partisipasinya dalam
pembangunan sehingga diharapkan pembangunan yang ada berpihak
kepada masyarakat secara transparan akuntabel, dan berkelanjutan.
Sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun
2004, Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 dan Peraturan Menteri
Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010, diamanatkan bahwa Pemerintah
harus memfasilitasi terlaksananya proses partisipatif dalam perencanaan
pembangunan. RPJMD dijadikan pedoman dalam menyusun perencanaan
pembangunan mulai dari musrenbang secara berjenjang untuk
menghasilkan RKPD, yang akan dijadikan pedoman dalam penyusunan
KUA PPAS sampai dengan penyusunan APBD. Adapun masa berlaku
RPJMD sesuai dengan masa bakti Kepala Daerah yaitu 30
Juni 2013. Pada saat menyusun dokumen perencanaan RKPD tahun 2014
diperlukan
pedoman
transisi
untuk
menjaga
kesinambungan
pembangunan dan mengisi kekosongan setelah RPJMD berakhir.
Tantangan bagi pemerintah daerah adalah menyelesaikan masalah–
masalah pembangunan yang belum seluruhnya tertangani hingga akhir
periode RPJMD dan masalah-masalah yang akan dihadapi pada periode
pertama masa pemerintahan baru.
g.
Urusan Perhubungan
Pelayanan urusan perhubungan dapat dilihat dari keberadaan
terminal dan jumlah kendaraan yang transit sebagaimana terlihat pada
tabel berikut.
Tabel 2.20.
Tipe Terminal dan Jumlah Kendaraan yang Transit Tahun 2008-2012
No Nama Terminal
Tip
e
Kendaraan Transit (buah)
2008
2009
2010
2011
2012
1 Terminal Jati Kudus A 162.970 127.579 126.717 125.656 106.608
2 Terminal Jetak B 80.823 75.575 72.934 65.162 48.165
3 Terminal Kalirejo B 16.794 13.724 11.421
5 Terminal Singocandi C - - - - -
6 Terminal Padurenan C - - - - -
Sumber : Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika Kabupaten Kudus
Berdasarkan tabel 2.20 dapat diketahui bahwa jumlah kendaraan
yang transit di berbagai terminal mengalami penurunan, padahal kualitas
sarana terminal telah ditingkatkan dengan berbagai pembangunan. Hal ini
disebabkan adanya pergeseran pemanfaatan kendaraan umum ke
kendaraan pribadi baik roda empat maupun roda dua.
Tabel 2.21
Sarana dan Prasarana Perhubungan
No Sarana Prasarana
Satuan
Kendaraan Transit (buah)
2008
2009
2010
2011
2012
1 Alat Uji Kendaraan Unit 9 9 9 9 9
2 Traffic Light Simpang 17 18 19 21 25
3 Rambu-rambu lalu lintas Buah 1.070 1.176 1.348 1.898 2.088
4 Marka M2 1.932 2.477 3.128 3.808 6.462
5 Guardrail M’ 50 50 50 298 446