• Tidak ada hasil yang ditemukan

Desain Didaktis Pembelajaran Hidrolisis Didasarkan Hasil Refleksi Diri Guru Melalui Lesson Analysis

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Desain Didaktis Pembelajaran Hidrolisis Didasarkan Hasil Refleksi Diri Guru Melalui Lesson Analysis"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

6

EDUKASI KIMIA

ojs.serambimkekkah.ac.id/index.php/JEK J. Edu. Kim. 2016, 1(1), 6-11

Desain Didaktis Pembelajaran Hidrolisis Didasarkan Hasil Refleksi Diri Guru Melalui Lesson Analysis

Said Ali Akbar*

1Program Studi Pendidikan Kimia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Serambi Mekkah, Banda Aceh, 23245, Aceh-Indonesia

*Email Korespondensi: said.aliakbar@serambimekkah.ac.id

Abstrak: Kesulitan belajar siswa pada topik Hidrolisis menjadi hal yang sering, terlihat dari hasil ulangan yang masih ada yang tidak mencapai KKM. Pembelajaran yang terjadi selama ini cenderung ke arah menghafalkan definisi dan menyelesaikan rumus praktis tanpa menggali pemahaman konsep yang sebenarnya. Keadaan demikian menimbulkan kejenuhan, sehingga perhatian, minat, dan motivasi siswa dalam pembelajaran menjadi rendah. Hal ini akan berdampak terhadap ketidaktercapaian tujuan pembelajaran kimia. Untuk mengatasi kesulitan belajar ini, perlu adanya suatu proses perencanaan pembelajaran yang disusun sebagai suatu desain didaktis. Pada penelitian ini digunakan pendekatan secara kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif berupa karakteristik desain yang dikembangkan, divalidasi oleh pakar pendidikan. Selanjutnya data kuantitatif berupa persentase penilaian ahli (refleksi guru) diektrapolasi secara kualitatif berdasarkan angket rating scale. Adapun jumlah skor rata-rata total hasil pengumpulan data adalah 430. Dengan pemetaan, 7 guru yang memberikan nilai sebesar 360-420 dan 8 guru memberikan nilai angket sebesar 421-480. Dengan demikian kualitas desain pembelajaran hidrolisis yang dikembangkan menurut persepsi 15 responden itu adalah 430:480 = 89,58%. Nilai 430 termasuk dalam kategori interval “baik dan sangat baik”. Namun, lebih mendekati sangat baik. Selanjutnya, 28% responden menyarankan perluasan materi dilevel aplikatif yang modern, 23% menyarankan perbanyak praktikum, 33,33% menyarankan konstruksi soal tugas dikaitkan dengan topik diluarkan hidrolisis, 60% menyarankan pengadaan pretest sebanyak 3 soal maksimal, dan terakhir, 12% menyarankan alat ukur penilaian melibatkan soal pilihan ganda. Sehingga, secara keseluruhan desain pembelajaran yang telah dikembangkan ini dapat dikategorikan sangat baik dan layak untuk diimplementasikan.

Kata Kunci: Didaktis, Refleksi Guru, Hidrolisis, rating scale. PENDAHULUAN

Dalam rangka menghadapi persaingan global yang semakin ketat, peningkatan akan kualitas sumber daya manusia (SDM) dan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) sangat diperlukan. Pendidikan merupakan salah satu sarana untuk meningkatkan kualitas SDM dan penguasaan IPTEK, hal ini karena suatu bangsa akan semakin maju bila memiliki kualitas pendidikan yang baik dan SDM yang berkualitas.

Guru menjadi faktor yang menentukan mutu pendidikan, karena guru berhadapan langsung dengan para peserta didik dalam proses pembelajaran di kelas. Di tangan guru, mutu dan kepribadian peserta didik dibentuk. Oleh karena itu, perlu sosok guru kompeten, bertanggung jawab, terampil, dan berdedikasi tinggi. Namun, adanya kesulitan belajar (Learning Obstacle) akan menimbulkan suatu keadaan di mana siswa tidak dapat belajar sebagaimana mestinya, sehingga siswa memiliki prestasi belajar yang rendah [3].

(2)

7

ojs.serambimkekkah.ac.id/index.php/JEK J. Edu. Kim. 2016, 1(1), 6-11

Hidrolisis merupakan salah satu pelajaran Kimia pada kelas 2 SMA yang berisikan konsep-konsep yang bersifat abstrak. Masih banyak siswa yang hasil ulangannya tidak mencapai KKM pada materi ini. Topik hidrolisis, secara keseluruhan membahas tentang konsep sifat garam dalam larutan, apakah suatu garam akan bersifat asam, basa, maupun netral. Hal ini dijelaskan melalui reaksi hidrolisis, yaitu penguraian garam dengan air [5].

Dalam proses pembelajaran hidrolisis di beberapa sekolah selama ini terlihat kurang menarik, sehingga siswa merasa jenuh dan kurang memiliki minat pada materi ini, sehingga suasana kelas cenderung pasif, sedikit sekali siswa yang bertanya pada guru meskipun materi yang diajarkan belum dapat dipahami. Pembelajaran yang terjadi selama ini cenderung ke arah menghafalkan definisi dan menyelesaikan rumus praktis tanpa menggali pemahaman konsep yang sebenarnya [4]. Kurangnya keaktifan siswa menyebabkan mereka sulit memahami materi dan menyelesaikan soal-soal yang membutuhkan pemahaman konsep. Dalam pembelajaran seperti ini mereka akan merasa seolah-olah dipaksa untuk belajar sehingga jiwanya tertekan. Keadaan demikian menimbulkan kejengkelan, kebosanan, sikap masa bodoh, sehingga perhatian, minat, dan motivasi siswa dalam pembelajaran menjadi rendah. Hal ini akan berdampak terhadap ketidaktercapaian tujuan pembelajaran kimia, sehingga indikator-indikator yang ada dalam materi hidrolisis ini tidak bisa tercapai dengan maksimal [5].

Untuk mengatasi kesulitan belajar siswa tentang konsep hidrolisis, perlu adanya suatu proses perencanaan pembelajaran yang disusun sebagai suatu desain didaktis [2]. Desain didaktis merupakan suatu rancangan yang disusun untuk mengatasi dan mengarahkan siswa pada pembentukan pemahaman secara utuh, tidak hanya terbatas pada satu konteks saja. Seain itu, melalui didaktis ini guru juga memprediksi hambatan-hambatan belajar siswa (learning obstacle) yang akan muncul serta harus mempersiapkan suatu Antisipasi Didaktis Pedagogis (ADP) untuk menangani hambatan belajar (learning obstacle) siswa tersebut. Artikel ini akan menyajikan hasil penelitian pengembangan model desain didaktis konsep hidrolisis [1].

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan pendekatan secara kualitatif juga kuantitatif. Data kualitatif berupa karakteristik desain yang dikembangkan, divalidasi oleh pakar pendidikan. Selanjutnya data kuantitatif berupa persentase penilaian ahli (guru) berdasarkan angket rating scale [1].

(3)

8

ojs.serambimkekkah.ac.id/index.php/JEK J. Edu. Kim. 2016, 1(1), 6-11

Untuk mencapai tujuan penelitian yang telah ditetapkan, maka diperlukan alur penelitian.

1. Menganalisis standar kompetensi dan kompetensi dasar pada submateri pokok hidrolisis dalam Standar Isi mata pelajaran kimia SMA Kurikulum 2013.

2. Telaah buku teks kimia Unggul Sudarmo (2014).

3. Melakukan analisis wacana materi pokok hidrolisis. Dalam hal ini, wacana yang dianalisis berupa konten dan konteks.

4. Penyusunan lesson sequence map hidrolisis berdasarkan tujuan dan wacana pembelajaran materi pokok hidrolisis.

5. Perumusan desain didaktis dan antisipasi didaktis pedagogis materi pokok hidrolisis sebagai kerangka awal desain pembelajaran.

6. Perumusan RPP dan perangkat pendukung RPP.

7. Validasi RPP dan perangkat pendukung RPP oleh pakar pendidikan.

8. Penyebaran angket pada guru kimia untuk mengetahui tanggapan guru kimia sebagai praktisi pendidikan terhadap desain pembelajaran yang telah dikembangkan.

Pada pengolahan data angket menggunakan rating scale, data mentah yang diperoleh berupa angka diektrapolasi secara kualitatif. Penyusun instrumen rating scale harus dapat mengartikan setiap angka yang diberikan pada alternatif jawaban pada setiap item instrumen.

Berdasarkan instrumen angket guru, Untuk skor tertinggi tiap butir = 4, jumlah butir = 8 dan jumlah responden = 15, maka jumlah skor kriterium adalah = 4 × 8 × 15 = 480. Secara kontinum dapat dibuat empat kategori, yaitu 120(kurang baik), 240(cukup baik), 360(baik), 480 (sangat baik) [1].

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengembangan desain pembelajaran sebagai bentuk perencanaan pembelajaran merupakan komponen-komponen yang terdapat didalam RPP selain identitas mata pelajaran, SK, dan KD. Dalam hal ini, desain pembelajaran merupakan rancangan pembelajaran berupa suatu rangkaian situasi didaktis (hubungan siswa dengan materi) beserta antisipasi didaktis pedagogis (tindakan yang akan dilakukan guru berdasarkan prediksi respon siswa terhadap situasi didaktis yang tercipta) untuk mencapai kompetensi yang diharapkan [3]. Berikut merupakan langkah-langkah yang digunakan untuk pengembangan desain pembelajaran ini:

(4)

9

ojs.serambimkekkah.ac.id/index.php/JEK J. Edu. Kim. 2016, 1(1), 6-11

1. Perumusan, validasi, dan revisi indikator beserta tujuan pembelajaran aspek kognitif dan sikap pada didaktis yang telah dikembangkan.

2. Pemproduksian wacana dan lesson squence map.

3. Perumusan desain didaktis dan antisipasi didaktis pedagogis. 4. Perancangan dan validasi RPP dan perangkat penunjang RPP.

Penilaian Terhadap Desain Pembelajaran

Angket diberikan kepada 15 guru kimia berupa penilaian terhadap desain pembelajaran yang telah dikembangkan. Penilaian disesuai dengan skala yang telah ditentukan berdasarkan rating scale.

Berdasarkan pengolahan data angket tanggapan guru kimia, desain pembelajaran hidrolisis yang dikembangkan dapat dikualifikasikan sangat baik.

0 53.33% 0 46.67% 1 2 3 4

Gambar 1. Persentase guru yang memberikan nilai angket sesuai dengan penilaian rating scale. 1) baik, 2) kurang baik, 3) sangat baik, dan 4) cukup baik.

Adapun jumlah skor rata-rata total hasil pengumpulan data adalah 430. Dengan pemetaan, 7 guru yang memberikan nilai sebesar 360 - 420 dan 8 guru memberikan nilai angket sebesar 421 - 480 (gambar 1). Dengan demikian kualitas desain pembelajaran hidrolisis yang dikembangkan menurut persepsi 15 responden itu adalah 430 : 480 = 89,58 %. Nilai 430 termasuk dalam kategori interval “baik dan sangat baik”. Namun, lebih mendekati sangat baik. Sehingga desain pembelajaran yang telah dikembangkan dapat dikategorikan sangat baik dan layak untuk diimplementasikan.

Komentar dan Saran Guru Kimia Terhadap Desain Pembelajaran

Secara umum semua guru memberikan komentar yang baik terhadap pengembangan didaktis ini, semua guru setuju dengan didaktis tersebut sebagai upaya mengatasi permasalahan belajar siswa. Namun, 25% guru kimia masih merasa sulit memberi penilaian terhadap desain didaktis pembelajaran karena belum melihat secara langsung

(5)

10

ojs.serambimkekkah.ac.id/index.php/JEK J. Edu. Kim. 2016, 1(1), 6-11

pada saat proses pembelajaran. Selanjutnya, saran perbaikan didaktis pembelajaran dikategorikan menjadi 5 bagian yaitu, aspek materi pembelajaran, prosedur pembelajaran,

pretest, tugas, dan penilaian (gambar 2).

Sebanyak 28% responden menyatakan agar peneliti menyiapkan materi yang lebih luas untuk bekal siswa dalam memahami konsep hidrolisis. MW menyarankan, pembahasan hidrolisis tidak hanya sebatas garam yang ada dilaboratorium saja seperti NaCl, CH3COONa, dan NH4Cl saja. Namun ada keterkaitan dengan alam seperti, obat tablet,

sabun mandi, pemutih pakaian, dan sebagainya. HP menambahkan, memperbanyak konteks berupa contoh yang terbarukan dan dirasakan langsung dalam kehidupan.

Mengenai prosedur pembelajaran, 23% guru kimia menyarankan agar diperbanyak metode praktikum menggunakan berbagai indikator buatan maupun indikator alami. Menurut CO, hal ini perlu karena topik hidrolisis merupakan materi abstrak, sehingga perlu ada pembuktian secara langsung melalui eksperimen sehingga menguatkan konsep yang diterima oleh siswa.

1 2 3 4 5 0 10 20 30 40 50 60 Pers en tase Aspek Saran

Gambar 2. Persentase guru yang memberikan masukan saran ditinjau dari 5 aspek. 1) materi, 2) prosedur, 3) pretest, 4) tugas, dan 5) penilaian.

Pretest diperlukan pada awal pembelajaran. Menurut SC, pretest berfungsi merespon kembali pembelajaran yang telah didapat pada pertemuan sebelumnya. 60% guru kimia menyarankan perlu adanya pretest pada awal pembelajaran, dengan jumlah soal maksimal 3. Dalam hal ini, soal pretest haruslah soal dengan level mudah, karena tujuannya sebagai pengingat materi sebelumnya.

Kepada peneliti, 33,33% guru kimia menyarankan agar peneliti menyusun tugas kimia yang menuntut siswa untuk mengkonstruk pengetahuannya yaitu tugas berupa LKS dan tugas rumah yang akan merefleksi hasil pembelajaran di kelas. HP dan MW menyarankan

(6)

11

ojs.serambimkekkah.ac.id/index.php/JEK J. Edu. Kim. 2016, 1(1), 6-11

soal pada tugas didesain dengan mengaitkan topik sub bab hidrolisis sebelumnya, atau mengkaitkan dengan materi lain diluar hidrolisis. Hal ini supaya pemahaman siswa terhadap penyelesaian soal semakin luas.

12% guru kimia menyarankan alat ukur dapat diperbaiki, SR menyarankan agar pada alat ukur ditambahkan soal pilihan ganda.

SIMPULAN

Adapun kesimpulan yang didapat dari penelitian ini adalah yang pertama disusunnya suatu peta jalan dalam langkah membuat didaktis terbaik dari suatu pembelajaran yaitu:

a. Perumusan, validasi, dan revisi indikator beserta tujuan pembelajaran aspek kognitif dan sikap pada didaktis yang telah dikembangkan.

b. Pemproduksian wacana dan lesson squence map.

c. Perumusan desain didaktis dan antisipasi didaktis pedagogis. d. Perancangan dan validasi RPP dan perangkat penunjang RPP.

Dan yang kedua adalah didaktis yang telah dibuat mendapat klasifikasikan sangat baik oleh para guru-guru kimia, sehingga desain pembelajaran ini layak untuk diimplementasikan.

DAFTAR PUSTAKA

(1) Rizki, S., Mudzakir, A., Hernani. 2013. Desain Pembelajaran Elektrokimia Menggunakan Konteks Keris Sebagai Kearifan Lokal Indonesia Untuk Meningkatkan Literasi Sains Siswa Sma. Jurnal Riset Dan Praktik Pendidikan Kimia, Vol. 1 No. 1. (2) Irawan, A. 2015. Desain Didaktis Bahan Ajar Problem Solving Pada Konsep

Persamaan Linear Satu Variabel. Seminar Nasional Matematika Dan Pendidikan Matematika UNY.

(3) Shabir, M. 2015. Kedudukan Guru Sebagai Pendidik: (Tugas Dan Tanggung Jawab, Hak Dan Kewajiban, Dan Kompetensi Guru). AULADUNA, Vol. 2 No. 2: 221-232. (4) Damayanti, D, R., Catur, A, N., Yamtinah, S. 2014. Upaya Peningkatan Kreativitas

Dan Prestasi Belajar Melalui Penerapan Model Pembelajaran Problem Solving Disertai Hierarki Konsep Pada Materi Hidrolisis Garam Siswa Kelas Xi Semester Genap Sma Negeri 1 Ngemplak Tahun Pelajaran 2013/2014. Jurnal Pendidikan Kimia (JPK), Vol. 3 No. 4.

(5) Muslimah, Y. 2012. Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Hidrolisis Garam Melalui Model Student Teams Achievement Division (STAD).

Gambar

Gambar 1. Persentase guru yang memberikan nilai  angket sesuai  dengan penilaian  rating
Gambar  2.  Persentase  guru  yang  memberikan  masukan  saran  ditinjau  dari  5  aspek

Referensi

Dokumen terkait

PERAHU SEBAGAI OBJEK UNTUK PENCIPTAAN KARYA FOTOGRAFI BERDASARKAN PRINSIP-PRINSIP

[r]

Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh bauran pemasaran dengan kepuasan pengunjung obyek wisata menara kudus secara parsial maupun berganda. Metode penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menemukan gaya mengajar guru di kelas regular dan kelas uggulan pada kelas sepuluh di MA NU Banat Kudus tahun ajaran 2016/2017 dan juga

Observasi Sekitar kegiatan Sejak penerimaan sampai berakhirnya tahap pasca operasi, setiap

 Instansi Pengawas yaitu Badan Lingkungan Hidup Kab. Barito Kuala, Dinas PU dan Perumahan Kab. Barito Kuala, Dinas Kebersihan Kab.. Sumber dampak Jenis Dampak Besaran Dampak

INSTRUMEN IMPLEMENTASI KURIKULUM PENDIDIKAN KEAKSARAAN (STUDI EVALUASI PADA WARGA BELAJAR KEAKSARAAN FUNGSIONAL)..

Penelitian ini dilakukan untuk menguji pengaruh variabel Profitabilitas, Cash Position dan Keputusan Investasi terhadap Kebijakan Dividen dengan Kebijakan Utang