• Tidak ada hasil yang ditemukan

ABSTRACT ELECTRICAL ENERGY POTENTIAL RESULTING FROM METHANE GAS EMISSIONS IN SUWUNG LANDFILL BALI PROVINCE

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ABSTRACT ELECTRICAL ENERGY POTENTIAL RESULTING FROM METHANE GAS EMISSIONS IN SUWUNG LANDFILL BALI PROVINCE"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRACT

ELECTRICAL ENERGY POTENTIAL RESULTING FROM METHANE GAS EMISSIONS IN SUWUNG LANDFILL BALI PROVINCE Waste is one source of greenhouse gas emissions (GHG) that has methane gas form which caused an early multi-dimensional, massive and complex problems. The rapid increase of garbage volume entering landfill, annually result a high garbage dumps in the Suwung Landfill area. It should have been considered a handing solution for example by converting the methane gas content in the waste into a useful value added product. The objective of this research is determining the amount of electrical energy that can be produced through methane gas emission at Suwung Landfill. The characteristic and composition of waste could give effect to the formation of methane emissions. The research on the composition and characteristic of waste were done by sorting 1 m3 of garbage sample from new garbage entering landfill. Garbage is divided based on the source of DLHK waste, market waste, and private waste. The volume of waste that went to Suwung Landfill in 2016 calculated 1.296.438 m3 which was dominated by organic waste (78,1%). The density of the waste that went into Suwung Landfill, based on the research's results, amounted to 135,09 kg / m3, there fore could be assumed that the weight of waste that went to Suwung Landfill in 2016 was 175.135,81 tons. Based on these data, the number of 136.785,13 tons of waste, which was organic waste, could increase the concentration of greenhouse gases in the atmosphere if this situation does not manage properly. Gravimeter method is using for measures the dry matter content value of waste. From the measurement, the results obtained the waste components that have the highest dry matter content is from rubber and leather garbage (76,52%) while the lowest dry matter is food waste (19,13%). By using calculations based on IPCC 2006, it was found that the amount of methane emissions could be generated by the waste at the Suwung Landfill in 2016, amounted to 3.535,06 tons. Based on the energy equivalence table, the electrical power that is generated from the potential methane emissions at the Suwung Landfill is 6,66 MW.

Keywords: waste composition, waste characteristics, methane emissions, ipcc2006, electrical power.

(2)

ABSTRAK

POTENSI ENERGI LISTRIK YANG DIHASILKAN DARI EMISI GAS METANA DI TPA SUWUNG PROVINSI BALI

Sampah yang merupakan salah satu sumber emisi GRK (Gas Rumah Kaca) berupa gas metana telah menimbulkan permasalahan yang bersifat multi dimensi, masif serta kompleks. Pesatnya peningkatan volume sampah yang masuk ke TPA setiap tahun mengakibatkan timbunan sampah yang tinggi di area TPA Suwung. Perlu dipikirkan suatu solusi untuk penanganannya misal dengan menjadikan kandungan gas metana dalam sampah memiliki nilai tambah yang bermanfaat. Tujuan dari dilakukannya penelitian untuk menentukan besarnya energi listrik yang mampu dihasilkan melalui emisi gas metana di TPA Suwung. Penelitian komposisi dan karakteristik sampah dilakukan dengan cara memilah sample sampah sebanyak 1 m3 dari sampah baru yang masuk ke TPA. Sampah tersebut dibagi berdasarkan sumber sampah yaitu sampah DLHK, PD Pasar, dan Swakelola/Swasta. Volume sampah yang masuk ke TPA Suwung pada tahun 2016 adalah sebesar 1.296.438 m3 dan didominasi oleh sampah organik (78,1%). Densitas sampah yang masuk ke TPA Suwung berdasarkan hasil penelitian adalah sebesar 135,09 kg/m3 sehingga dapat diasumsikan bahwa berat sampah yang masuk ke TPA Suwung pada tahun 2016 adalah 175.135,81 ton. Dari jumlah tersebut, sebanyak 136.785,13 ton merupakan sampah organik yang dapat meningkatkan konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer apabila tidak dikelola dengan baik. Nilai kandungan bahan kering sampah diukur dengan menggunakan metode gravimetry. Dari hasil pengukuran didapatkan komponen sampah yang memiliki kandungan bahan kering tertinggi adalah dari sampah karet dan kulit (76,52%) sedangkan bahan kering terendah adalah sampah makanan (19,13%). Dengan menggunakan perhitungan berdasarkan IPCC 2006, didapatkan besarnya emisi metana yang dapat dihasilkan oleh sampah di TPA Suwung pada tahun 2016 adalah sebesar 3.535,06 Ton. Berdasarkan tabel kesetaraan energi, daya listrik yang dapat dihasilkan dari potensi emisi metana di TPA Suwung adalah sebesar 6,66 MW.

Kata kunci : komposisi sampah, karakteristik sampah, emisi metana, ipcc2006, tenaga listrik.

(3)

RINGKASAN

Sampah merupakan salah satu faktor penyebab emisi GRK dan saat ini telah dipandang sebagai sumber daya yang mempunyai nilai ekonomi yaitu memanfaatkan sampah sebagai pembangkit listrik. Komponen gas metana dari sampah dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar mesin pembangkit listrik yang apabila tidak dikelola dengan baik dapat menyebabkan terjadinya efek rumah kaca. Besarnya jumlah emisi metana dari sampah ditentukan oleh berbagai faktor seperti berat sampah, karakteristik sampah yang meliputi komposisi, kandungan bahan kering, dan kandungan C, H, N, O sampah. Salah satu faktor dilakukannya penelitian ini adalah belum ada data karakteristik sampah yang representatif dan update untuk dapat digunakan sebagai referensi dalam perhitungan estimasi emisi GRK di Bali .

Proses pengambilan sample penelitian dan penentuan komposisi sampah dilakukan di area pembuangan sampah baru yang ada di TPA Suwung Provinsi Bali. Waktu pengambilan sample komposisi sampah dilakukan selama 30 hari berturut-turut, sedangkan waktu pengambilan sample untuk pengukuran kandungan bahan kering sampah dilakukan selama 8 hari berturut-turut. Metode yang digunakan untuk proses pengambilan sampel komposisi sampah, karakteristik sampah, pengukuran berat kering sampah dan perhitungan besarnya emisi metana adalah SNI 19-3694-1994 (Metode Pengambilan dan Pengukuran Contoh Timbulan dan Komposisi Sampah Perkotaan) dan metode IPCC 2006 Guidelines. Sample yang akan dibawa ke laboratorium untuk pengukuran berat kering diambil dari sampel yang digunakan untuk menetukan komposisi sampah dengan menggunakan metode quartering. Penentuan kandungan bahan kering hanya diterapkan untuk komponen-komponen sampah sisa makanan, kayu, kebun, kertas/karton, nappies, kain /produk tekstile, dan karet/ kulit.

Kendaraan pengangkut sampah dalam penelitian ini dibagi menjadi 3 (tiga) sesuai dengan sumber sampahnya yaitu kendaraan milik Dinas LHK, truk sampah PD Pasar, dan truk sampah milik swasta/swakelola . Rerata jumlah kendaraan yang masuk ke TPA Suwung adalah sebanyak 486 kendaraan per hari.

(4)

Terbatasnya waktu untuk mengumpulkan sample sampah dari tiap-tiap sumber mengakibatkan jumlah kendaraan yang dijadikan sample hanya 10% (48 unit kendaraan). Volume sampah yang masuk ke TPA Suwung tahun 2016 berdasarkan data yang diperoleh melalui DLHK Kota Denpasar adalah sebesar 1.296.438 m3 sehingga dapat dihitung rata-rata volume sampah yang masuk ke TPA Suwung adalah sebesar 3.551,88 m3/hari yang berasal dari wilayah Kota Denpasar dan sebagian Kabupaten Badung.

Komposisi sampah yang paling dominan dari ketiga sumber sampah yang masuk ke TPA Suwung tersebut adalah adalah dari jenis sampah kebun/taman dengan presentase sebesar 45,71%. Jenis sampah plastik ada di urutan kedua dengan presentase rata-rata sebesar 19,26% untuk sampah yang bersumber dari DKLH dan Swakelola/swasta. Sedangkan urutan kedua untuk sampah yang bersumber dari PD Pasar berasal dari jenis sampah sisa makanan. Sampah yang masuk kategori sampah organik seperti sampah sisa makanan, sisa kebun/taman, karet, kertas, kayu, nappies, dan kain merupakan komponen terbesar yang masuk ke TPA Suwung sebesar 78,10% dan presentase sampah anorganik sebesar 21,90%. Massa jenis/densitas adalah salah satu karakteristik fisika sampah yang merupakan berat material per unit volume (kg/m3). Dari hasil penelitian, massa jenis sampah di TPA Suwung adalah sebesar 135.09 kg/m3. Karakteristik kimia dari sampah di TPA Suwung dapat diketahui dari hasil pengukuran bahan kering dengan metode gravimetry. Hasil uji bahan kering sampah di TPA Suwung mengalami fluktuasi setiap harinya. Rata-rata % berat kering komponen sampah di TPA Suwung yang terendah adalah bersumber dari sampah sisa makanan (19,13%) yang kedua adalah sampah sisa kebun/taman (30,19%), dan ketiga adalah nappies (31,76%). Hasil ini berlaku untuk ketiga sumber sampah, baik sampah yang bersumber dari DLHK, PD Pasar, dan Swakelola/Swasta. Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh potensi daya listrik yang dihasilkan dari emisi metana sebesar 3.427,44 Ton/tahun adalah sebesar 6,66 MW/tahun.

(5)

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR SAMPUL DALAM ... i

LEMBAR PRASYARAT GELAR MAGISTER ... ii

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

LEMBAR PENETAPAN PANITIA PENGUJI ... iv

SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT... v

UCAPAN TERIMA KASIH ... vii

ABSTRACT ... viii

ABSTRAK ... ix

RINGKASAN ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR GAMBAR ... xviii

DAFTAR LAMPIRAN ... xix

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 6

1.3 Tujuan Penelitian ... 6

(6)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Sampah ... 8

2.2 Karakteristik Sampah ... 9

2.2.1 Karakteristik kimia ... 9

2.2.2 Karakteristik fisika ... 10

2.3 Komposisi Sampah dan Klasifikasi Sumber Sampah ... 10

2.3.1 Komposisi sampah ... 10

2.3.2 Klasifikasi sumber sampah ... 12

2.4 Efek Rumah Kaca ... 13

2.4.1 Jenis GRK dari sektor persampahan ... 14

2.4.2 Sumber emisi GRK dari pengelolaan sampah ... 16

2.5 Metode IPCC 2006 untuk Menentukan Nilai Emisi ... 17

2.5.1 Pemilihan Tier berdasarkan IPCC 2006-GL ... 17

2.5.2 Pengumpulan data komposisi sampah dan frekuensi Sampling ... 19

2.5.3 Degradable Organic Carbon (DOC) dari sampah ... 19

2.5.4 Pengertian Dry Matter Content (kandungan bahan kering) Sampah ... 21

2.5.5 Perhitungan emisi metana dengan menggunakan worksheet IPCC 2006 GL ... 22

2.6 Pemanfaatan Sampah Sebagai Energi Terbarukan ... 24

(7)

BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP PENELITIAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

3.1 Kerangka Berpikir ... 28

3.2 Konsep Penelitian... 30

3.3 Hipotesis Penelitian ... 31

BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 32

4.2 Rancangan Penelitian ... 33

4.3 Variabel Penelitian ... 33

4.4 Alat dan Bahan Penelitian ... 35

4.5 Metode Pelaksanaan Penelitian ... 35

4.5.1 Metode pelaksanaan penentuan komposisi sampah ... 37

4.5.2 Metode penentuan kandungan bahan kering (dry matter content) ... 39

4.5.3 Menghitung nilai DOC ... 42

4.5.4 Pengolahan data dengan menggunakan software IPCC Waste Calculation ... 43

4.5.5 Mengkonversi besarnya emisi CH4 dalam energi listrik ... 44

BAB V HASIL PENELITIAN 5.1 Sumber Sampah di TPA Suwung ... 45

5.2 Data Volume Sampah yang Masuk ke TPA Suwung ... 46

5.3 Hasil Penelitian Komposisi dan Karakteristik Sampah ... 47

5.4 Berat Kering Masing-Masing Komponen Sampah ... 51 BAB VI PEMBAHASAN

(8)

6.1 Komposisi dan Karakteristik Sampah di TPA Suwung ... 54

6.1.1 Komposisi sampah di TPA Suwung ... 54

6.1.2 Karakteristik sampah di TPA Suwung ... 61

6.1.2.1 Karakteristik fisik ... 61

6.1.2.2 Karakteristik kimia ... 62

6.2 Estimasi Emisi Metana di TPA Suwung ... 65

6.3 Nilai Berat Kering Sampah di TPA Suwung ... 70

6.4 Menghitung Besarnya Potensi Energi Listrik yang dapat Dihasilkan dari Emisi Metana di TPA Suwung ... 72

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan ... 74

7.2 Saran ... 75

(9)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1 Klasifikasi Komponen Sampah Berdasarkan IPCC 2006 GL

dan SNI 19-3964-1994 ... 12

2.2 Contoh Perhitungan Fraksi DOC Sampah Bulk yang Ditimbun Di TPA ... 21

2.3 Data Angka Default DOC dan Dry Matter Content Sampah Kota ... 22

2.4 Kesetaraan Energi Dari Gas Metana ... 27

4.1 Alat dan Bahan Penelitian ... 35

5.1 Jumlah Kendaraan yang Masuk ke TPA Suwung dan Jumlah Sample Penelitian ... 45

5.2 Volume Sampah yang Masuk ke TPA Suwung Tahun 2016 ... 46

5.3 Rerata Berat Masing-Masing Komponen Sampah dari Keseluruhan Sumber Sampah ... 49

5.4 Hasil Pengukuran Berat Kering Sampah DLHK ... 51

5.5 Hasil Pengukuran Berat Kering Sampah PD Pasar ... 52

5.6 Hasil Pengukuran Berat Kering Sampah Swakelola/Swasta ... 53

6.1 Volume Sampah Masuk ke TPA Suwung Tahun 2012 – 2016 ... 55

6.2 Hasil Pengukuran Dry Matter Content (Pilot Project) ... 63

6.3 Nilai Rerata Dry Matter Content Sampah di TPA Suwung ... 64

6.4 Komposisi Sampah di TPA Suwung tahun 2016 ... 66

6.5 Perhitungan Nilai DOC Sampah di TPA Suwung ... 67

6.6 Perbandingan Nilai DOC TPA Suwung dan DOC Default IPCC... 68 6.7 Hasil Perhitungan Potensi Emisi Metana untuk Masing –

(10)

Masing Komponen Sampah ... 69 6.8 Perbandingan Kandungan Bahan Kering Tiap Komponen Sampah ... 70

(11)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Posisi Bahan Pada Temperatur Pembakaran ... 10

3.1 Kerangka Berpikir Penelitian ... 12

4.1 Wilayah TPA Suwung Denpasar ... 32

5.1 Proses Pengambilan Sample dari Kendaraan DKLH ... 48

5.2 Proses Pemilahan Berdasarkan Komponen Sampah ... 48

5.3 Proses Penimbangan Komponen Sampah ... 50

5.4 Proses Pemilahan Sample Sampah Untuk Dibawa ke Laboratorium . 50 6.1 Grafik Volume Sampah di TPA Suwung Tahun 2012-2016 ... 56

6.2 Diagram Perbandingan Komposisi Sampah di TPA Suwung ... 59

6.3 Presentase Komposisi Sampah Organik di TPA Suwung ... 59

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman 1 Berat Masing-Masing Komponen Sampah dari DLHK, PD Pasar,

dan Swakelola/Swasta ... 78 2 Hasil Pengukuran Kandungan Bahan Kering Sampah ... 85 3 Dokumentasi Penelitian Komposisi dan Karakteristik Sampah... 90

(13)

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang

Pesatnya pertumbuhan penduduk saat ini telah memberikan tekanan dan dampak negatif terhadap lingkungan. Aktivitas penduduk mengakibatkan terjadinya pencemaran baik terhadap tanah, air dan udara yang berasal dari emisi gas buang. Penurunan kualitas lingkungan juga diakibatkan oleh kurangnya kesadaran dari masyarakat untuk menjaga kelestarian dan kebersihan lingkungan. Bagi masyarakat yang bermukim di wilayah perkotaan, tingkat pencemaran akan semakin terasa karena pesatnya mobilisasi dan tingginya aktivitas yang dilakukan. Salah satu permasalahan utama dalam wilayah perkotaan adalah masalah persampahan yang apabila dibiarkan dapat menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan dan sanitasi masyarakat (Kiswandayani, 2016). Sampah yang tidak terkelola dengan baik merupakan salah satu sumber emisi GRK (Gas Rumah Kaca) berupa gas metana yang dihasilkan dari proses dekomposisi sampah organik dalam kondisi anaerobik (Khatulistiwa, 2015).

Gas rumah kaca (GRK) merupakan gas di atmosfer yang berfungsi menyerap radiasi infra merah dan ikut menentukan suhu atmosfer. Adanya berbagai aktivitas manusia khususnya sejak era pra-industri berdampak pada peningkatan emisi gas rumah kaca yang sangat tinggi ke atmosfer sehingga menyebabkan timbulnya masalah pemanasan global dan perubahan iklim. Untuk mengatasi masalah ini pada KTT Bumi di Rio tahun 2002, dilahirkan konvensi perubahan iklim dengan tujuan untuk mestabilisasi konsentrasi gas-gas rumah

(14)

kaca di atmosfer pada tingkat yang tidak membahayakan sistem iklim (Astra, 2010).

Sampah yang merupakan salah satu faktor penyebab emisi GRK bukan lagi sebuah masalah sederhana dan berdiri sendiri, namun telah menjadi sebuah masalah yang bersifat multi dimensi, masif serta kompleks. Pengertian sampah dalam UU No. 18 tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah dinyatakan bahwa sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau proses alam yang berbentuk padat. Sedangkan pengelolaan sampah adalah kegiatan yang sistematis dan berkesinambungan yang meliputi pengurangan dan penanganan sampah (UU No. 18 thn 2008). Metode pengolahan sampah yang ada saat ini belum optimal dalam meredam laju timbulan sampah sehingga menyebabkan volume sampah terus mengalami peningkatan yang tajam. Upaya untuk mengurangi sampah (reduce) dari sumber penghasil sampah belum berhasil dilakukan karena kesadaran masyarakat untuk berperilaku mengurangi sampah, apalagi memilah sampah masih jauh dari harapan (Kholil, 2005). Hal ini tentu saja mengakibatkan berbagai jenis sampah akan terangkut dan tertimbun di lokasi pemrosesan akhir yang disebut TPA (Tempat Pemrosesan Akhir). Diperlukan upaya yang komprehensif dan sistemik yang bersifat multidimensi dalam merespons dan mengelola persoalan persampahan di masa yang akan datang.

Sampah apa pun jenis dan sifatnya, mengandung senyawa kimia yang sangat diperlukan manusia baik secara langsung maupun tidak langsung (Saputro, 2006). Saat ini telah berkembang paradigma baru yang memandang sampah

(15)

sebagai sumber daya yang mempunyai nilai ekonomi karena sampah dapat diproses menjadi berbagai produk seperti menjadi energi (listrik), kompos, pakan ternak, atau berbagai produk lainnya. Pengelolaan sampah dengan paradigma baru tersebut bertujuan untuk mengurangi tumpukan sampah sehingga pencemaran dan emisi GRK dapat dikendalikan. Dalam menghitung besarnya potensi emisi GRK, karakteristik sampah berupa komposisi dan kandungan bahan kering sampah organik yang dapat terurai menjadi hal yang sangat penting untuk diketahui (KLH, 2012).

Komponen metana merupakan salah satu gas penyebab terjadinya efek rumah kaca. Besarnya jumlah emisi metana (CH4) dari sampah ditentukan oleh berbagai faktor seperti berat sampah, karakteristik sampah yang meliputi komposisi, kandungan bahan kering, dan kandungan C, H, N, O sampah (KLH, 2012). Gas dengan kandungan metana yang tinggi memiliki potensi meledak dan juga memicu terjadinya kebakaran. Sebelumnya di TPA Suwung pun pernah terjadi beberapa kali kebakaran yang diakibatkan oleh tingginya kandungan gas metana ditimbunan sampah. Potensi pemanasan global oleh metana juga 21 kali lebih berat bila dibandingkan gas CO2 (Khatulistiwa, 2015).

Penelitian yang akan dilakukan untuk menghitung emisi gas metana di TPA Suwung menggunakan pedoman pendekatan IPCC 2006. Pedoman IPCC (Intergovermental Panel on Climate Change) merupakan suatu metode yang telah memiliki standar perhitungan emisi dari berbagai sektor dan merupakan rujukan yang telah diakui secara internasional untuk menghitung emisi gas rumah kaca.

(16)

IPCC 2006 memiliki tingkat ketelitian perhitungan emisi GRK (Tier) yang dapat disesuaikan dengan ketersediaan data yang dimiliki oleh suatu negara. Belum adanya data karakteristik sampah yang representatif dan update untuk dapat digunakan sebagai referensi dalam perhitungan estimasi emisi GRK di Bali merupakan salah satu faktor dilakukannya studi ini. Dalam konteks potensi emisi GRK, karakteristik sampah memberikan informasi mengenai banyaknya komponen sampah yang dapat menghasilkan emisi metana, yaitu dari studi komposisi dan kandungan bahan kering sampah (fraksi Degradable Organic Carbon) (KLH, 2012). Hasil penelitian komposisi dan kandungan bahan kering sampah juga dapat digunakan sebagai parameter dalam perencanaan penerapan teknologi pengolahan sampah menjadi sumber energi terbarukan (renewable energy) yang membutuhkan perencanaan matang.

TPA Suwung merupakan TPA terbesar di Provinsi Bali dan saat ini menjadi tempat penimbunan sampah yang dihasilkan dari dua kabupaten/kota, yaitu Kota Denpasar dan Kabupaten Badung. TPA Suwung pada awalnya di desain dengan sistem sanitary landfill, namun hingga saat ini masih menerapkan sistem open dumping dalam pengoperasiannya. Sampah yang masuk ke TPA Suwung dibiarkan terbuka dan menumpuk pada suatu lokasi pembuangan akhir tanpa mengalami proses lebih lanjut. Dengan meningkatnya tumpukkan sampah di TPA Suwung, maka perlu dipikirkan solusi untuk penanganannya misal dengan menjadikan kandungan gas metana dalam sampah memiliki nilai tambah yang bermanfaat. Salah satu cara pemanfaatan gas metana yang berasal dari sampah

(17)

adalah untuk penyediaan energi, misalnya saja sebagai bahan bakar penggerak mesin pembangkit listrik.

Berdasarkan penelitian kelayakan pembangunan PLTSa (Pembangkit Listrik Tenaga sampah) di TPA Banda Aceh pada tahun 2013 memaparkan bahwa dengan jumlah sampah yang masuk sebanyak 54.763,13 ton dapat menghasilkan listrik sebesar 1,7 MW dan dengan menggunakan metode least cost hasil perhitungan NPV (Nett Present Value) Rp. 18.607.329.579. Hal ini menunjukkan bahwa pembangunan PLTSa ini menguntungkan dan telah sesuai dengan kriteria kelayakan proyek NPV > 0 (Ikhsan dkk., 2014). Sedangkan penelitian potensi energi listrik di TPA Cilowong dengan komposisi sampah organik sebesar 70,99% dan jumlah sampah yang masuk setiap harinya sebanyak 120 ton/hari dapat menghasilkan listrik sebesar 2,19 MW dengan menggunakan teknologi berbasis konversi thermokimia dan sebesar 1,09 MW apabila menggunakan konversi biokimia (Faridha dkk, 2015). Sampah yang masuk ke TPA Suwung di tahun 2016 memiliki jumlah yang lebih banyak dari TPA Banda Aceh maupun TPA Cilowong yakni sebesar 1.296.438 m3. Berdasarkan banyaknya jumlah sampah yang masuk, bila dibandingkan dari hasil penelitian yang telah dilakukan di kedua TPA tersebut maka potensi untuk pembangunan PLTSa di TPA Suwung sangat besar.

Dalam pembangunan suatu PLTSa, ada banyak aspek yang perlu untuk dikaji secara menyeluruh antara lain aspek teknis, ekonomi, dan juga lingkungan. Upaya untuk memanfaatkan gas metana di TPA Suwung menjadi energi listrik

(18)

pernah dilakukan oleh suatu perusahaan swasta, namun hal tersebut juga belum dapat berjalan maksimal. Meskipun dalam pembangunan PLTSa memperoleh income dari penjualan listrik, namun biaya investasi dan biaya operasional yang harus dikeluarkan sangat tinggi sedangkan jasa pengelolaan sampah atau tipping fee dari pemerintah tidak ada. Kajian dari segi aspek teknis yaitu mengetahui besarnya daya listrik yang dihasilkan oleh emisi metana dari sampah yang masuk ke TPA Suwung penting untuk dilakukan, karena merupakan salah satu pertimbangan awal untuk menentukan layak atau tidaknya merealisasikan sebuah pembangkit listrik tenaga sampah berdasarkan potensi sampah yang tersedia. Berdasarkan uraian tersebut, penelitian tentang besarnya potensi energi listrik yang dihasilkan melalui emisi gas metana di TPA Suwung menjadi hal yang menarik untuk dilaksanakan.

1.2Rumusan Masalah

1. Bagaimana karakteristik dan komposisi sampah di TPA Suwung?

2. Bagaimana nilai kandungan bahan kering sampah yang ada di TPA Suwung?

3. Berapa besar potensi energi listrik yang dapat dihasilkan melalui emisi gas metana di TPA Suwung?

1.3Tujuan Penelitian

1. Menentukan komposisi dan karakteristik sampah yang dibuang ke TPA Suwung.

(19)

sampah di TPA Suwung.

3. Menentukan besarnya energi listrik yang mampu dihasilkan melalui emisi gas metana di TPA suwung.

1.4Manfaat Penelitian

Dari penelitian ini diharapkan dapat menunjukkan presentase komposisi sampah penghasil emisi metana di TPA Suwung sehingga pihak terkait, dalam hal ini pemerintah, diharapkan mampu mengambil langkah/kebijakan yang dapat mengurangi komponen sampah tersebut misalnya dengan metode 3R (Reduce, Reuse, Recycle). Penelitian mengenai besarnya potensi energi listrik dari sampah yang dijadikan sebagai suatu sumber energi alternatif di TPA Suwung juga mampu menjadi suatu solusi agar sampah dapat memberikan dampak positif terhadap aspek lingkungan, kesehatan, dan juga dari aspek ekonomi.

(20)

Referensi

Dokumen terkait

dalam istilah feit adalah mencakup dua kategori perbuatan, baik perbuatan tersebut aktif maupun pasif, pembagian tindakan hukum ini sesuai dengan pendapat Ahmad

selain itu mereka tak lupa untuk menggosok gigi menggunakan sikat gigi yang diberi pasta gigi sehingga gigi mereka menjadi putih dan kuat bobi dan nita juga terhindar dari

mendukung round-trip engineering dan reserve engineering pada kode bahasa pemrograman seperti Visual Basic 6.0, dapat memberikan gambaran visual mengenai sistem yang akan

Penentuan lokasi penelitian ini didasarkan pada beberapa pertimbangan, yakni: (1) Desa Adat Penglipuran merupakan salah satu Desa Bali Aga yang memiliki keunikan baik dari

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa jumlah individu di stasiun Bahowo jauh lebih banyak dibanding- kan dengan jumlah individu di stasiun Batu meja dan Rap-Rap,

Sama halnya dengan model di atas bahwa pada umur kehamilan 28 minggu, penduga berat bayi lahir berdasarkan lingkar pinggang dan berat badan yang diukur pada minggu ke-28

Sampel dalam penelitian ini ialah data rekam medik penderita gastritis dengan diagnosa utama gastritis tanpa mengalami komplikasi yang menjalani rawat inap di

Firma sebagai badan usaha merupakan bagian dari persekutuan (maatschap) sebagaimana disebut dalam pasal 1618 Kitab Undang-undang Hukum Perdata, yang menentukan,