PENGARUH PERLAKUAN AWAL BAHAN DAN
KONSENTRASI RAGI PADA PRODUK PANGAN
FUNGSIONAL PEUYEUM UBI KAYU (Manihot utilissima)
SKRIPSI
JUWITA MASNIWATI SIALLAGAN
DEPARTEMEN TEKNOLOGI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
PENGARUH PERLAKUAN AWAL BAHAN DAN
KONSENTRASI RAGI PADA PRODUK PANGAN
FUNGSIONAL PEUYEUM UBI KAYU (Manihot utilissima)
SKRIPSI
OLEH
JUWITA MASNIWATI SIALLAGAN 050305013 / TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN
DEPARTEMEN TEKNOLOGI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
PENGARUH PERLAKUAN AWAL BAHAN DAN
KONSENTRASI RAGI PADA PRODUK PANGAN
FUNGSIONAL PEUYEUM UBI KAYU (Manihot utilissima)
SKRIPSI
OLEH
JUWITA MASNIWATI SIALLAGAN 050305013 / TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana di Departemen Teknologi Pertanian Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara
Disetujui Oleh : Komisi Pembimbing
Ir. Setyohadi, M. Sc Prof. Dr. Ir. Zulkifli Lubis, M. App. Sc Ketua Anggota
DEPARTEMEN TEKNOLOGI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
Judul Skripsi : Pengaruh Perlakuan Awal Bahan dan Konsentrasi Ragi Pada Produk Pangan Fungsional Peuyeum Ubi Kayu (Manihot utilissima)
Nama : Juwita Masniwati Siallagan
NIM : 050305013
Departemen : Teknologi Pertanian Program Studi : Teknologi Hasil Pertanian
Disetujui oleh : Komisi Pembimbing
Ir. Setyohadi, M. Sc Prof. Dr. Ir. Zulkifli Lubis, M. App. Sc
Ketua Anggota
Mengetahui,
Ir. Saipul Bahri Daulay, M. Si Ketua Jurusan
ABSTRAK
PENGARUH PERLAKUAN AWAL BAHAN DAN KONSENTRASI RAGI PADA PRODUK PANGAN FUNGSIONAL PEUYEUM UBI KAYU
(Manihot utilissima)
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh perlakuan awal bahan
dan konsentrasi ragi pada produk pangan fungsional peuyeum ubi kayu (Manihot
utilissima). Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan
dua faktor yaitu perlakuan awal bahan (P) : (ubi kayu segar dan ubi gaplek) dan
konsentrasi ragi (K) : (3 %, 4 %, 5 %, 6 %). Parameter analisa adalah pH, total
padatan terlarut, total asam, kadar alkohol, uji tekstur dengan teksturometer, uji
organoleptik aroma dan rasa.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan awal bahan memberi
pengaruh sangat nyata terhadap total padatan terlarut, total asam, kadar alkohol,
uji organoleptik rasa dan berpengaruh tidak nyata pada pH, uji tekstur dan uji
organoleptik aroma. Konsentrasi ragi memberi pengaruh sangat nyata pada pH,
total padatan terlarut, total asam, kadar alkohol, uji tekstur dengan teksturometer,
uji organoleptik aroma dan rasa. Interaksi perlakuan awal bahan dan konsentrasi
ragi memberi pengaruh sangat nyata pada total padatan terlarut, total asam, uji
organoleptik aroma, rasa dan memberi pengaruh tidak nyata pada pH, kadar
alkohol, uji tekstur dengan teksturometer.
ABSTRACT
THE EFFECT OF THE FIRST WOOD TREATMEANT AND YEAST CONSENTRATION ON THE FOOD FUNCTIONAL PRODUCT
PEUYEUM OF CASSAVA (Manihot utilissima)
The research was performed to find the effect of the first wood treatmeant and yeast consentration on the food functional product peuyeum of cassava. The research have been performed using factorial completely randomized design (CRD) with two factors : the first wood treatment (P) : (cassava and dried cassava ) and concentration yeast (K) : ( 3 %, 4 %, 5 %, 6 %). Parameter analysed were pH, total soluble solid, total acid, alcohol content, texture test with texturometere, organoleptic of flavour and taste.
The result showed that the first wood treatmeant had highly significant effect on total soluble solid, total acid, alcohol content, organoleptic of taste and had no significant effect on pH, texture test with texturometere, and organoleptic of flavour. Yeast concentration had highly significant effect on pH, total soluble solid, total acid, alcohol content, texture test with texturometere, organoleptic of flavour and taste. The interaction of the first wood treatmeant and yeast consentration had highly significant effect on total soluble solid, total acid, organoleptic of flavour, taste and had no significant effect on pH, alcohol content and texture test with texturometere.
RINGKASAN
Juwita Masniwati Siallagan, “Pengaruh Perlakuan Awal Bahan dan
Konsentrasi Ragi Pada Produk Pangan Fungsional Peuyeum Ubi Kayu (Manihot utilissima)” . Penelitian ini dibimbing oleh Ir. Setyohadi, M. Sc, selaku
ketua komisi pembimbing dan Prof. Dr. Ir. Zulkifli Lubis, M. App. Sc, selaku
anggota komisi pembimbing.
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode Rancangan Acak
Lengkap (RAL) dengan dua faktor. Faktor pertama yaitu perlakuan awal bahan
(P) yang terdiri dari dua taraf yaitu ubi segar dan ubi gaplek. Dan faktor kedua
yaitu konsentrasi ragi (K) yang terdiri dari empat taraf yaitu 3 %, 4 %, 5 % dan
6 %.
Dari hasil penelitian Pengaruh Perlakuan Awal Bahan dan Konsentrasi
Ragi Pada Produk Pangan Fungsional Peuyeum Ubi Kayu (Manihot utilissima)
yang dilakukan diperoleh bahwa penelitian tersebut memberi pengaruh pada :
pH
Perlakuan awal bahan memberi pengaruh tidak nyata (p>0.05) terhadap
pH peuyeum ubi kayu yang dihasilkan, sehingga uji LSR tidak dilanjutkan. pH
tertinggi diperoleh pada perlakuan kedua (P2) yaitu ubi gaplek sebesar 5,694 dan
pH terendah pada perlakuan pertama (P1) yaitu ubi segar sebesar 5,634.
Konsentrasi ragi (%) memberi pengaruh sangat nyata (p<0,01) terhadap
pH peuyeum ubi kayu yang dihasilkan. pH tertinggi diperoleh pada konsentrasi
ragi 6 % (K4) sebesar 5,772 dan pH terendah pada konsentrasi ragi 3% (K1)
Interaksi perlakuan awal bahan dan konsentrasi ragi (%) memberi
pengaruh tidak nyata (p>0,05) terhadap pH peuyeum ubi kayu yang dihasilkan
sehingga uji LSR tidak dilanjutkan.
TSS (oBrix)
Perlakuan awal bahan memberi pengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap
TSS peuyeum ubi kayu yang dihasilkan. TSS tertinggi diperoleh pada perlakuan
P2 sebesar 24,500 dan terendah pada perlakuan P1 sebesar 18,917.
Konsentrasi ragi (%) memberi pengaruh sangat nyata (p<0,01) terhadap
TSS peuyeum ubi kayu yang dihasilkan. TSS tertinggi diperoleh pada perlakuan
K4 yaitu sebesar 25,500 dan terendah pada perlakuan K1 yaitu sebesar 16,333.
Interaksi perlakuan awal bahan dan konsentrasi ragi (%) memberi
pengaruh nyata (p<0,01) terhadap TSS peuyeum ubi kayu. TSS tertinggi diperoleh
pada perlakuan P2 (ubi gaplek) dan konsentrasi ragi K4 (6 %) yaitu sebesar 29,333
dan terendah pada perlakuan P1 (ubi segar) dan konsentrasi ragi K1 (3 %) yaitu
sebesar 15,333.
Total Asam (%)
Perlakuan awal bahan memberi pengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap
Total Asam (%) peuyeum ubi kayu yang dihasilkan. Total asam (%) tertinggi
terdapat pada perlakuan P1 yaitu sebesar 0,315 dan terendah terdapat pada
perlakuan P2 yaitu sebesar 0,245.
Konsentrasi ragi (%) memberi pengaruh sangat nyata (p<0,01) terhadap
total asam peuyeum ubi kayu yang dihasilkan. Total asam (%) tertinggi terdapat
pada perlakuan K1 yaitu sebesar 0,430 dan terendah pada perlakuan K4 yaitu
sebesar 0,160.
Interaksi perlakuan awal bahan dan konsentrasi ragi (%) memberi
pengaruh sangat nyata (p<0,01) terhadap total asam (%) peuyeum ubi kayu. total
asam tertinggi terdapat pada perlakuan P1 (ubi segar) dengan konsentrasi ragi K1
(3 %) yaitu sebesar 0,460 dan terendah pada perlakuan P2 (ubi gaplek) dengan
konsentrasi ragi K4 (6 %) yaitu sebesar 0,160.
Kadar Alkohol (%)
Perlakuan awal bahan memberi pengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap
kadar alkohol (%) peuyeum ubi kayu yang dihasilkan. kadar alkohol tertinggi
terdapat pada perlakuan P2 (ubi gaplek) sebesar 0,367 dan terendah pada
perlakuan P1 sebesar 0,147.
Konsentrasi ragi (%) memberi pengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap
kadar alkohol (%) peuyeum ubi kayu yang dihasilkan. Kadar alkohol tertinggi
terdapat pada perlakuan K4 sebesar 0,347 dan terendah pada perlakuan K1 sebesar
0,173.
Interaksi perlakuan awal bahan dan konsentrasi ragi (%) memberi
pengaruh tidak nyata (p>0,05) terhadap kadar alkohol (%) peuyeum ubi kayu
yang dihasilkan sehingga uji LSR tidak dilanjutkan.
Uji Teksturometer
Perlakuan awal bahan memberi pengaruh tidak nyata (p>0.05) terhadap uji
teksturometer peuyeum ubi kayu yang dihasilkan, sehingga uji LSR tidak
dilanjutkan. Uji teksturometer tertinggi diperoleh pada perlakuan P2 (ubi gaplek)
yaitu sebesar 7,88 dan uji teksturometer terendah pada perlakuan P1 (ubi segar)
sebesar 7,80.
Konsentrasi ragi (%) memberi pengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap
uji teksturometer peuyeum ubi kayu yang dihasilkan. Uji teksturometer tertinggi
terdapat pada perlakuan K4 yaitu 8,767 dan terendah terdapat pada perlakuan K1
yaitu sebesar 6,748.
Interaksi perlakuan awal bahan dan konsentrasi ragi (%) memberi
pengaruh tidak nyata (p>0,05) terhadap nilai uji teksturometer peuyeum ubi kayu
yang dihasilkan sehingga uji LSR tidak dilanjutkan.
Uji Organoleptik Aroma
Perlakuan awal bahan memberi pengaruh tidak nyata (p>0,05) terhadap
nilai uji organoleptik aroma peuyeum ubi kayu yang dihasilkan sehingga uji LSR
tidak dilanjutkan. Nilai uji organoleptik aroma tertinggi terdapat pada perlakuan
P2 (ubi gaplek) yaitu sebesar 3.04 dan terendah terdapat pada perlakuan P1 (ubi
segar) yaitu sebesar 3,02.
Konsentrasi ragi (%) memberi pengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap
uji organoleptik aroma peuyeum ubi kayu yang dihasilkan. Nilai organoleptik
aroma tertinggi terdapat pada perlakuan K4 yaitu sebesar 3,317 dan terendah pada
perlakuan K1 yaitu sebesar 2,717.
Interaksi perlakuan awal bahan dan konsentrasi ragi (%) memberi
pengaruh sangat nyata (p<0.01) terhadap nilai uji organoleptik aroma peuyeum
ubi kayu yang dihasilkan. Uji organoleptik aroma tertinggi terdapat pada
perlakuan P2 (ubi gaplek) dengan konsentrasi ragi K4 (6 %) yaitu sebesar 3,400
sedangkan yang terendah terdapat pada perlakuan P1 (ubi segar) dengan
konsentrasi ragi K1 (3 %) yaitu sebesar 2,567.
Uji Organoleptik Rasa
Perlakuan awal bahan memberi pengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap
nilai uji organoleptik rasa peuyeum ubi kayu yang dihasilkan. Uji organoleptik
rasa tertinggi terdapat pada perlakuan P2 (ubi gaplek) yaitu sebesar 2,558
sedangkan yang terendah terdapat pada perlakuan P1 (ubi segar) yaitu sebesar
2,292.
Konsentrasi ragi (%) memberi pengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap
uji organoleptik rasa peuyeum ubi kayu yang dihasilkan. Uji organoleptik rasa
tertinggi terdapat pada perlakuan K4 yaitu sebesar 2,483 dan terendah terdapat
pada perlakuan K1 yaitu sebesar 2,100.
Interaksi perlakuan awal bahan dan konsentrasi ragi (%) memberi
pengaruh sangat nyata (p<0.01) terhadap nilai uji organoleptik rasa peuyeum ubi
kayu yang dihasilkan. Uji organoleptik rasa tertinggi terdapat pada perlakuan P1
(ubi segar) dengan konsentrasi ragi K3 (5 %) yaitu sebesar 2,867 sedangkan yang
terendah terdapat pada perlakuan P1 (ubi segar) dengan konsentrasi ragi K1 (3 %)
yaitu sebesar 1,733.
RIWAYAT HIDUP
JUWITA MASNIWATI SIALLAGAN, lahir pada tanggal 31 Januari
1986 di Sidamanik, putri dari Sahat Siallagan dan Gusti Sinaga, anak kedua dari
lima bersaudara.
Penulis memasuki sekolah dasar (SD) 091409 Sidamanik pada tahun 1992,
kemudian melanjutkan pendidikan ke SLTP Negri I Sidamanik pada tahun 1998.
Pendidikan SMU ditempuh penulis di SMU Negri I Sidamanik pada tahun 2001.
Kemudian penulis mengikuti Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru
(SPMB) dan diterima di Program Studi Teknologi Hasil Pertanian, Departemen
Teknologi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.
Penulis melakukan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di PT. Sumber Sawit
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
berkat dan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini tepat
pada waktunya.
Skripsi ini berjudul ”Pengaruh Perlakuan Awal Bahan dan
Konsentrasi Ragi Pada Produk Pangan Fungsional Peuyeum Ubi Kayu (Manihot utilissima)” disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
sarjana di Departemen Teknologi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas
Sumatera Utara, Medan.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ayahanda Sahat Siallagan dan
Ibunda Gusti Sinaga yang telah melimpahkan kasih sayangnya kepada penulis
baik berupa moril maupun material sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
ini dengan baik. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada abang saya
M. Pandapotan Siallagan dan adik-adik saya Noven Siallagan, Helen Siallagan
dan Marthina Siallagan yang telah memberi semangat kepada penulis. Penulis
juga mengucapkan terima kasih teman-teman stambuk 2005 khususnya Nova,
Rut, Fati, Florenta, Imelda dan teman-teman yang lain Ira, Chrisno, Eben, Elim,
Besli, Bastian dan Agus, yang telah membantu penulis.
Akhir kata penulis mengucapkan semoga skripsi ini bermanfaat bagi
pihak yang membutuhkan.
Medan, Juli 2009
Uji Organoleptik Rasa ... 33 Pengaruh Interaksi Perlakuan Awal Bahan dan Konsentrasi
Ragi (%) terhadap pH ... 38
Total Soluble Solid (TSS)
Pengaruh Perlakuan Awal Bahan terhadap TSS ... 39 Pengaruh Konsentrasi Ragi (%) terhadap TSS ... 40 Pengaruh Interaksi Perlakuan Awal Bahan dan Konsentrasi
Ragi (%) terhadap TSS ... 42 Total Asam (%)
Pengaruh Perlakuan Awal Bahan terhadap Total Asam (%) ... 44 Pengaruh Konsentrasi Ragi (%) terhadap Total Asam (%) ... 45 Pengaruh Interaksi Perlakuan Awal Bahan dan Konsentrasi
Ragi terhadap Total Asam (%) ... 47 Kadar Alkohol (%)
Pengaruh Perlakuan Awal Bahan terhadap Kadar Alkohol (%) .... 48 Pengaruh Konsentrasi Ragi (%) terhadap Kadar Alkohol (%) ... 50 Pengaruh Interaksi Perlakuan Awal Bahan dan Konsentrasi
Ragi (%) terhadap Kadar Alkohol (%) ... 51 Uji Teksturometer
Pengaruh Perlakuan Awal Bahan terhadap Uji Teksturometer ... 52 Pengaruh Konsentrasi Ragi (%) terhadap Uji Teksturometer ... 52 Pengaruh Interaksi Perlakuan Awal Bahan dan Konsentrasi
Ragi (%) terhadap Uji Teksturometer ... 53 Uji Organoleptik Aroma
Pengaruh Perlakuan Awal Bahan terhadap Uji Organoleptik
Aroma ... 54 Pengaruh Konsentrasi Ragi (%) terhadap Uji Organoleptik
Aroma ... 54 Pengaruh Interaksi Perlakuan Awal Bahan dan Konsentrasi
Ragi (%) terhadap Uji Organoleptik Aroma ... 56 Uji Organoleptik Rasa
Pengaruh Perlakuan Awal Bahan terhadap Uji Organoleptik
Rasa ... 57 Pengaruh Konsentrasi Ragi (%) terhadap Uji Organoleptik
Rasa ... 59 Pengaruh Interaksi Perlakuan Awal Bahan dan Konsentrasi
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan ... 63 Saran ... 63
DAFTAR PUSTAKA ... 64 lAMPIRAN
DAFTAR TABEL
6. Pengaruh Perlakuan Awal Bahan Terhadap Parameter yang Diamati 35
7. Pengaruh Konsentrasi Ragi (%) terhadap Parameter yang Diamati .. 36
8. Uji LSR Efek Utama Pengaruh Konsentrasi Ragi (%) terhadap pH Peuyeum Ubi Kayu (Manihot utilissima) ... 37
9. Uji LSR Efek Utama Pengaruh Perlakuan Awal Bahan terhadap TSS Peuyeum Ubi Kayu ... 39
10. Uji LSR Efek Utama Pengaruh Konsentrasi Ragi (%) terhadap TSS Peuyeum Ubi Kayu ... 40
11. Uji LSR Efek Utama Pengaruh Inteaksi Perlakuan Awal Bahan dan Konsentrasi Ragi (%) terhadap TSS Peuyeum Ubi Kayu... 42
12. Uji LSR Efek Utama Pengaruh Perlakuan Awal Bahan terhadap Total Asam (%) Peuyeum Ubi Kayu ... 44
13. Uji LSR Efek Utama Pengaruh Konsentrasi Ragi (%) terhadap Total Asam (%) Peuyeum Ubi Kayu ... 45
17. Uji LSR Efek Utama Pengaruh Konsentrasi Ragi (%)
terhadap Uji Teksturometer Peuyeum Ubi Kayu ... 52
18. Uji LSR Efek Utama Pengaruh Konsentrasi Ragi (%)
terhadap Uji Organoleptik Aroma Peuyeum Ubi Kayu ... 54
19. Uji LSR Efek Utama Pengaruh Interaksi Perlakuan Awal Bahan dan Konsentrasi Ragi (%) terhadap Nilai Uji Organoleptik Aroma
Peuyeum Ubi Kayu ... 56
20. Uji LSR Efek Utama Pengaruh Perlakuan Awal Bahan
terhadap Nilai Uji Organoleptik Aroma Peuyeum Ubi Kayu ... 58
21. Uji LSR Efek Utama Pengaruh Konsentrasi Ragi (%)
terhadap Uji Organoleptik Rasa Peuyeum Ubi Kayu ... 59
22. Uji LSR Efek Utama Pengaruh Interaksi Perlakuan Awal Bahan dan Konsentrasi Ragi (%) terhadap Nilai Uji Organoleptik Rasa
DAFTAR GAMBAR
No. Judul Hal
1. Skema Pembuatan Peuyeum Ubi Kayu (Manihot utilissima) ... 34
2. Grafik Hubungan Konsentrasi Ragi (%) dengan pH ... 38
3. Grafik Hubungan Perlakuan Awal Bahan dengan TSS ... 39
4. Grafik Hubungan Konsentrasi Ragi (%) dengan TSS ... 41
5. Grafik Hubungan Interaksi Perlakuan Awal Bahan dan Konsentrasi Ragi (%) dengan TSS ... 43
6. Grafik Hubungan Perlakuan Awal Bahan dengan Total Asam (%) ... 44
7. Grafik Hubungan Konsentrasi Ragi (%) dengan Total Asam (%) ... 46
8. Grafik Hubungan Interaksi Perlakuan Awal Bahan dan Konsentrasi Ragi (%) dengan Total Asam (%) ... 48
9. Grafik Hubungan Perlakuan Awal Bahan dengan Kadar Alkohol (%) 49
10. Grafik Hubungan Konsentrasi Ragi (%) dengan Kadar Alkohol (%) . 51
11. Grafik Hubungan Konsentrasi Ragi (%) dengan Uji Teksturometer ... 53
12. Grafik Hubungan Konsentrasi Ragi (%) dengan Uji Organoleptik Aroma ... 55
13. Grafik Hubungan Interaksi Perlakuan Awal Bahan dan Konsentrasi Ragi (%) terhadap Nilai Uji Organoleptik Aroma... 57
14. Grafik Hubungan Perlakuan Awal Bahan dengan Nilai Uji Organoleptik Rasa ... 58
15. Grafik Hubungan Konsentrasi Ragi (%) dengan Uji Organoleptik Rasa ... 60
DAFTAR LAMPIRAN
No. Judul Hal
1. Data Pengamatan Analisis pH ... 67
2. Data Pengamatan Analisis TSS (oBrix)... 68
3. Data Pengamatan Analisis Total Asam (%) ... 69
4. Data Pengamatan Analisis Kadar Alkohol (%) ... 70
5. Data Pengamatan Analisis Uji Teksturometer... 71
6. Data Pengamatan Analisis Uji Organoleptik Aroma ... 72
7. Data Pengamatan Analisis Uji Organoleptik Rasa ... 73
ABSTRAK
PENGARUH PERLAKUAN AWAL BAHAN DAN KONSENTRASI RAGI PADA PRODUK PANGAN FUNGSIONAL PEUYEUM UBI KAYU
(Manihot utilissima)
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh perlakuan awal bahan
dan konsentrasi ragi pada produk pangan fungsional peuyeum ubi kayu (Manihot
utilissima). Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan
dua faktor yaitu perlakuan awal bahan (P) : (ubi kayu segar dan ubi gaplek) dan
konsentrasi ragi (K) : (3 %, 4 %, 5 %, 6 %). Parameter analisa adalah pH, total
padatan terlarut, total asam, kadar alkohol, uji tekstur dengan teksturometer, uji
organoleptik aroma dan rasa.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan awal bahan memberi
pengaruh sangat nyata terhadap total padatan terlarut, total asam, kadar alkohol,
uji organoleptik rasa dan berpengaruh tidak nyata pada pH, uji tekstur dan uji
organoleptik aroma. Konsentrasi ragi memberi pengaruh sangat nyata pada pH,
total padatan terlarut, total asam, kadar alkohol, uji tekstur dengan teksturometer,
uji organoleptik aroma dan rasa. Interaksi perlakuan awal bahan dan konsentrasi
ragi memberi pengaruh sangat nyata pada total padatan terlarut, total asam, uji
organoleptik aroma, rasa dan memberi pengaruh tidak nyata pada pH, kadar
alkohol, uji tekstur dengan teksturometer.
ABSTRACT
THE EFFECT OF THE FIRST WOOD TREATMEANT AND YEAST CONSENTRATION ON THE FOOD FUNCTIONAL PRODUCT
PEUYEUM OF CASSAVA (Manihot utilissima)
The research was performed to find the effect of the first wood treatmeant and yeast consentration on the food functional product peuyeum of cassava. The research have been performed using factorial completely randomized design (CRD) with two factors : the first wood treatment (P) : (cassava and dried cassava ) and concentration yeast (K) : ( 3 %, 4 %, 5 %, 6 %). Parameter analysed were pH, total soluble solid, total acid, alcohol content, texture test with texturometere, organoleptic of flavour and taste.
The result showed that the first wood treatmeant had highly significant effect on total soluble solid, total acid, alcohol content, organoleptic of taste and had no significant effect on pH, texture test with texturometere, and organoleptic of flavour. Yeast concentration had highly significant effect on pH, total soluble solid, total acid, alcohol content, texture test with texturometere, organoleptic of flavour and taste. The interaction of the first wood treatmeant and yeast consentration had highly significant effect on total soluble solid, total acid, organoleptic of flavour, taste and had no significant effect on pH, alcohol content and texture test with texturometere.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Bumi Indonesia terdiri dari tanah-tanah pertanian yang subur, dengan
pengolahan yang baik sesuai dengan yang dianjurkan oleh para pakar pertanian
akan mampu berproduksi bila ditanami sejenis atau beberapa jenis tanaman
yang memang telah tumbuh di bagian bumi ini sendiri, di daerah-daerah tropis
lainnya, bahkan juga tanaman yang tumbuh di daerah-daerah subtropis.
Tanaman umbi-umbian merupakan bahan pangan yang potensial yang
dapat mencukupi kebutuhan bahan pangan penduduk Indonesia yang dapat
diusahakan di bumi Indonesia sendiri, bahkan kelebihannya dapat diekspor
guna mencukupi kebutuhan bahan pangan dan industri di belahan bumi
lainnya.
Sama halnya dengan ubi kayu, ubi rambat, kentang, dan talas, wortel
juga banyak diperlukan karena banyak mengandung carotene (vitamin A).
Sedangkan umbi-umbian contohnya ubi kayu banyak dikonsumsi karena
mengandung karbohidrat dan merupakan sumber energi yang besar.
Ubi kayu merupakan komoditi pertanian yang utama yang banyak di
tanam oleh masyarakat Indonesia. Ubi kayu (Manihot utilisssima)
menghasilkan umbi yang bagi banyak penduduk di daerah-daerah tropik
merupakan bahan pangan pokok (staple food crop). Tanamannya
berkemampuan memberi hasil yang tinggi walaupun tanah tempat
Umbi tanaman ini sama halnya dengan kebanyakan umbi-umbian
terdiri dari hampir seluruhnya zat tepung yang murni, sedangkan daun-daunnya
berkandung sekitar 17 % protein, oleh karena itu Pemerintah menganjurkan
pula agar penduduk memanfaatkan bahan pangan ini sebagai bahan pangan
pokok di samping beras, jagung dan sagu. Umbi tanaman ini dapat diolah
menjadi berbagai panganan lezat, baik yang serba manis maupun yang serba
asin, selain untuk kepentingan manusia dapat dijadikan pula bahan pangan
ternak dan bahan baku dalam berbagai industri.
Banyaknya ragam makanan yang dapat dibuat dengan bahan baku ubi
kayu menjadikan Indonesia memiliki kekayaan di bidang makanan yang sangat
terkenal dan dapat dijangkau oleh seluruh lapisan masyarakat. Contohnya
adalah makanan dengan bahan dasar ubi kayu dengan teknik fermentasi.
Beberapa contoh adalah tape dan peuyeum.
Tape dan peuyeum merupakan makanan fermentasi dengan
menggunakan ragi tape yang merupakan inokulum campuran kapang, khamir
dan bakteri yang akan mengubah glukosa menjadi etanol dan CO2 dan
menghasilkan energi. Tape atau peuyeum yang dihasilkan dari ubi kayu
cendrung berwarna putih.
Perbedaan antara tape dan peuyeum adalah pada tape akan
menghasilkan cairan kental yang juga merupakan hasil fermentasi di mana
terdapat alkohol, gula dan asam dan memiliki tekstur yang lunak. Sedangkan
pada peuyeum hanya menghasilkan gula dan adanya aroma alkohol dan
Tape dan peuyeum merupakan bahan panganan yang dapat memberikan
energi yang sangat besar bagi tubuh. Namun jika mengkonsumsi tape atau
peuyeum dengan jumlah yang berlebihan dapat mengakibatkan perut kembung
dan mabuk.
Selain menjadi tape, ubi kayu dapat juga diolah menjadi gaplek dalam
bentuk gelondong, pellet, chips atau butiran. Selain dapat meningkatkan lama
penyimpanan, maka ubi kayu juga akan memiliki nilai ekonomis yang tinggi.
Diharapkan dengan pengolahan tersebut ubi kayu dapat bermanfaat bagi tubuh
dan dapat dimanfaatkan oleh masyarakat dalam memenuhi kebutuhan pangan
sehari-hari. Oleh karena itu penulis tertarik untuk meneliti ”Pengaruh
Perlakuan Awal Bahan dan Konsentrasi Ragi pada Produk Pangan Fungsional Peuyeum Ubi Kayu (Manihot utilissima)”.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh perlakuan awal
bahan dan konsentrasi ragi pada produk pangan fungsional peuyeum ubi kayu
(Manihot utilissima).
Kegunaan Penelitian
- Sebagai sumber data untuk penulisan skripsi pada Program Studi
Teknologi Hasil Pertanian, Departemen Teknologi Pertanian, Fakultas
Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.
- Untuk mengetahui hasil penelitian dalam pembuatan produk pangan
fungsional peuyeum ubi kayu yang dipengaruhi oleh perlakuan awal
- Sebagai sumber informasi bagi pihak yang membutuhkan tentang
produk pangan fungsional peuyeum ubi kayu.
Hipotesa Penelitian
- Adanya pengaruh perlakuan awal bahan terhadap mutu peuyeum ubi
kayu (Manihot utilissima).
- Adanya pengaruh konsentrasi ragi terhadap mutu peuyeum ubi kayu
(Manihot utilissima).
- Adanya pengaruh interaksi perlakuan awal bahan dan konsentrasi ragi
TINJAUAN PUSTAKA
Ubi Kayu
Singkong yang juga dikenal sebagai ketela pohon atau ubi kayu adalah
pohonan tahunan tropika dan subtropika dari keluarga Euphorbiaceae.
Umbinya dikenal luas sebagai makanan pokok penghasil karbohidrat dan
daunnya sebagai sayuran. Umbi akar singkong banyak mengandung glukosa
dan dapat dimakan mentah. Umbi yang rasanya manis menghasilkan paling
sedikit 20 mg HCN per kilogram umbi akar yang masih segar (PTP, 2008).
Ubi kayu (Manihot utilissima) menghasilkan umbi setelah tanaman
berumur 6 bulan. Setelah tanaman berumur 12 bulan dapat menghasilkan umbi
basah sampai 30 ton/ha. Kerusakan yang biasa timbul pada ubi kayu adalah
warna hitam yang disebabkan oleh aktivitas enzim polyphenolase atau biasa
disebut dengan kepoyoan (Syarief dan Irawati, 1988).
Akar-akaran dan umbi-umbian kandungan patinya tinggi dan
kenyataannya bahwa ditanam secara melimpah, akar-akaran dan umbi-umbian
merupakan salah satu pangan pokok atau yang utama yang dimakan diberbagai
bagian Asia Tenggara. Di samping sayuran akar-akaran semacam itu seperti
singkong, talas, kentang, ubi jalar dan uwi, buah-buahan yang berpati seperti
pisang untuk dimasak, sukun dan nangka dimasukkkan dalam golongan pangan
di atas. Pangan tersebut merupakan sumber energi yang baik
(Harper, et al, 1987).
Makanan pokok umbi-umbian, antara lain singkong atau cassava yang
kentang bentuk ukuran kecil-kecilan, tales, uwi, gembili, kimpul, suweg dan
ganyong. Singkong merupakan jenis umbi yang paling banyak dikonsumsi
masyarakat (Tarwotjo, 1998).
Makanan pokok adalah jenis makanan yang merupakan makanan utama
suatu menu yang biasanya dihidangkan dalam jumlah banyak. Makanan pokok
kita adalah nasi. Di samping bahan makanan pokok beras, di Indonesia dikenal
bahan makanan pokok lain, yaitu jagung, singkong, ubi, pisang dan sagu
(Marwanti, 2000).
Ketela pohon atau lebih dikenal dengan nama ubi kayu banyak ditanam
di Indonesia. Pada daerah tertentu ubi kayu merupakan makanan pokok. Pada
dasarnya ketela pohon yang banyak ditanam dapat dibedakan menjadi dua
macam yaitu jenis ubi pahit dan manis. Jenis yang pahit biasanya digunakan
untuk membuat pati (aci). Umur pohon untuk dipanen berkisar antara 7 – 12
bulan (Hadiwiyoto dan Soehardi, 1981)
Beberapa varietas tanaman ubi kayu yang banyak memberikan hasil
dari pertanamannya dapat dikemukakan sebagai berikut :
a. Jenis Mangi : hasil umbi yang diberikan dalam pertanaman seluas 1 hektar
adalah 200 kuintal, umbi-umbinya panjang bertangkai, kadar zat tepung
sekitar 37 %, bila direbus rasanya manis.
b. Jenis Valenca : memberikan hasil untuk pertanamannya seluas 1 hektar
sekitar 200 kuintal umbi, keadaan umbi dari sedang sampai gemuk dan
c. Jenis Betawi : hasil umbi dari pertanaman seluas 1 hektar adalah sekitar
300 kuintal, umbi-umbinya gemuk tidak bertangkai, kadar zat tepung 34,4
%, bila direbus rasanya manis.
d. Jenis Bogor : hendaknya diperhatikan agar umbinya tidak perlu dimakan
karena rasanya pahit dan beracun, hanya baik dibuat untuk tepung kanji.
Umbinya memang gemuk-gemuk, bertangkai dengan kadar zat tepung yang
dikandungnya sekitar 30,9 %. Hasil pertanaman 1 hektar sekitar 400
kuintal.
e. Jenis Basiorao : juga umbinya beracun, rasanya pahit, keadaan umbi agak
gemuk dan bertangkai pendek, kadar zat tepung sekitar 31,2 %. Hasil umbi
yang diperoleh untuk penanaman seluas 1 hektar adalah sekitar 300 kuintal,
sebagai bahan untuk industri tepung kanji.
f. Jenis Sao Pedro Petro : keadaan umbi seperti jenis Basiorao dengan kadar
zat tepung 35,4 %, hasil umbi 1 hektar sekitar 400 kuintal.
g. Jenis Muara : hasil umbinya gemuk-gemuk, tetapi sangat beracun, kadar
zat tepung 26,9 %, hasil 1 hektar sekitar 400 kuintal
(Kartasapoetra, 1994).
Ubi kayu (Manihot utilissima) termasuk tumbuhan berbatang pohon
lunak atau getas (mudah patah). Ubi kayu berbatang bulat dan bergerigi yang
terjadi dari bekas pangkal tangkai daun, bagian tengahnya bergabus dan
termasuk tumbuhan yang tinggi. Ubi kayu bisa mencapai ketinggian 1 – 4
meter. Daun ubi kayu memiliki tangkai panjang dan helaian daunnya
lembar. Tangkai daun tersebut berwarna kuning, hijau atau merah
(Iptek, 2009a).
Adapun komposisi kimia ubi kayu atau singkong dapat dilihat dari tabel
berikut ini :
Tabel 1. Daftar Komposisi Kimia Ubi Kayu (Singkong)/ 100 gr bahan
Komponen Kadar
Kalori (kal) 146
Protein (gr) 1,2
Lemak (gr) 0,3
Karbohidrat (gr) 34,7
Kalsium (mg) 33
Fosfor (mg) 40
Besi (mg) 0,7
Vitamin A (S.I) 0
Vitamin B1 (mg) 0,06
Vitamin C (mg) 30
Air (gr) 62,5
BDD (%) 75
Sumber : Departemen Kesehatan R.I, (1992).
Secara alami ada 3 jenis karbohidrat, yaitu monosakarida, oligosakarida
dan polisakarida. Bentuk yang paling umum dari oligosakarida yaitu disakarida
yang terdiri dari 2 monosakarida. Contoh yang paling umum dari disakarida
yaitu sukrosa. Bahan monosakarida yang terdapat diperdagangan umumnya
dibuat melalui proses hidrolisa bahan polisakarida. Bahan monosakarida untuk
makanan dan obat-obatan seperti glukosa dan fruktosa sering dibuat dari
Gaplek
Gaplek adalah produk olahan bahan pangan yang diperoleh dengan cara
pengeringan, baik dengan matahari ataupun dengan alat seperti oven. Pada
pengeringan ketela pohon (gaplek) sering terjadi perubahan warna menjadi
hitam. Perubahan warna tersebut kemungkinan disebabkan oleh enzim
poliphenolase yaitu suatu oksidase yang terdapat pada lendir ketela pohon yang
kontak dengan udara mengubah senyawa polifenol (tanin) menjadi senyawa
yang berwarna hitam. Pencegahan dapat dilakukan dengan mencuci lendir yang
terdapat diantara kulit dan daging ketela segera setelah ketela dikupas atau
dipotong. Ketela pohon biasanya dikeringkan sampai kadar air 14 – 15 %
(Winarno, 1993).
Singkong setelah dikupas, dipotong-potong tipis, dijemur sampai kering
disebut gaplek. Bila gaplek ditumbuk halus disebut tepung gaplek. Tepung
gaplek dapat dimasak menjadi makanan yang disebut ketiwul atau tiwul. Dapat
dimakan sebagai makanan pokok makanan selingan (Tarwotjo, 1998).
Produksi gaplek terbesar di Indonesia adalah di Jawa. Gaplek ini
merupakan makanan pokok bagi mereka. Dalam teknologi ada 4 macam
gaplek, yaitu :
a. Gaplek gelondong yaitu gaplek yang berbentuk memanjang.
b. Gaplek chips mempunyai ukuran kecil 3 cm.
c. Gaplek pellet mempunyai bentuk silindris dengan panjang 2 cm dan
diameter 1 cm.
d. Gaplek butiran (tepung) dengan ukuran 100 mesh
(Rusmarilin dan Purba, 2007).
Gaplek adalah bahan makanan yang diolah dari umbi ketela pohon atau
singkong. Prosesnya sangat mudah, umbi singkong yang telah dipanen
kemudian dikupas dan dikeringkan. Gaplek yang telah kering kemudian bisa
ditumbuk sebagai tepung tapioka yang bisa dibuat bermacam-macam kue.
Tepung tapioka dari gaplek selanjutnya bisa dibuat menjadi nasi tiwul yang
gurih. Nasi tiwul sangat populer di masyarakat yang hidup di pegunungan
sampai kawasan Pacitan (Iptek, 2009b).
Serealia dan umbi-umbian banyak tumbuh di Indonesia. Disamping
serealia, umbi-umbian juga merupakan bahan pangan substitusi (pengganti)
beras yang banyak dihasilkan di Indonesia. Tanaman dengan kadar karbohidrat
tinggi seperti halnya serealia dan umbi-umbian pada umumnya tahan terhadap
suhu tinggi. Serealia dan umbi-umbian sering dihidangkan dalam bentuk segar,
rebusan atau kukusan, hal ini tergantung dari selera. Bentuk olahan dapat
berupa tepung, gaplek, tapai, keripik dan lainnya (Radiyati dan Agusto, 2009).
Gaplek adalah ketela yang dikupas lalu dijemur sampai kering. Salah
satu hasil olahan dari gaplek adalah makanan gatot. Gatot asalnya dari gaplek
lalu ditanak, diberi gula agar manis, lalu setelah matang dihidangkan dan diberi
parutan kelapa dengan diberi garam secukupnya, jadilah gatot yang berasa
manis (Hadiyanta, 2009).
Pengeringan bahan-bahan gaplek dapat dilakukan dengan cara
penjemuran pada teriknya sinar matahari atau dengan menggunakan alat
pengering mekanis (ruang pengering yang dapat diatur temperaturnya sekitar
sekitar 12 – 14 % atau dilakukan pengontrolan lewat pematahan apabila contoh
mudah dipatahkan itu tandanya gaplek telah kering (Kartasapoetra, 1994).
Tepung gaplek diperoleh dengan cara menggiling gaplek dan kemudian
diayak dengan menggunakan saringan 60 mesh atau 80 mesh. Gaplek dibuat
dengan mengiris daging ubi kayu dan dikeringkan hingga kadar air 12 – 13 %.
Tapioka dan gaplek merupakan bahan untuk industri selanjutnya
(Syarief dan Irawati, 1988).
Adapun komposisi kimia dari gaplek dapat dilihat dari tabel yang ada di
bawah ini :
Tabel 2. Daftar Komposisi Kimia Gaplek/ 100 gr bahan
Komponen Kadar
Sumber : Departemen Kesehatan R.I, (1992).
Gaplek dapat dibuat dengan cara mengeringkan bahan, baik dengan
matahari maupun dengan menggunakan alat. Gaplek yang dikeringkan dengan
matahari biasanya berwarna kekuning-kuningan dibandingkan dengan dengan
menggunakan oven. Hal ini disebabkan karena pada saat pengeringan dengan
matahari suhu tidak teratur dan tingkat sanitasi juga kurang terjamin.
Parameter penentu bahwa gaplek tersebut telah kering adalah apabila gaplek
tersebut telah dapat dipatahkan (Setyawan, 2008a)
Ragi Tape
Ragi tape atau ragi pasar adalah inokulum campuran kapang, khamir
dan bakteri. Mikroorganisme yang terdapat dalam ragi tape antara lain adalah
kapang Amylomyces rouxii, Mucor sp dan Rhizopus sp. Khamir
Saccharomycopsis fibuligera, Saccharomycopsis malanga, Pichia burtonii, Saccharomyces cereviceae dan Candida utilis serta bakteri Pediococcus sp,
dan Bacillus sp. Kedua kelompok mikroorganisme tersebut bekerja sama dalam
menghasilkan tape (Milmi, 2008).
Ragi tape dapat dibuat sendiri dari bahan-bahan yang terdiri dari tepung
ketan putih, bawang putih, merica, lengkuas, cabai untuk jamu dan air perasan
tebu secukupnya dengan memanfaatkan peralatan sederhana seperti alat
penumbuk, tampah, jerami, baskom dan daun pisang (Setyawan, 2008a).
Ragi yang mengandung mikroflora seperti kapang, khamir dan bakteri
dapat berfungsi sebagai starter fermentasi. Selain itu juga kaya akan protein
yakni sekitar 40 – 50 %, jumlah protein ragi tersebut tergantung dari jenis
bahan penyusunnya (Susanto dan Saneto, 1994).
Starter yang digunakan untuk produksi tape disebut ragi, yang
umumnya berbentuk bulat pipih dengan diameter 4 – 6 cm dan ketebalan 0,5
cm. Tidak diperlukan peralatan khusus untuk produksi ragi, tetapi formulasi
bahan yang digunakan umumnya tetap menjadi rahasia setiap pengusaha ragi.
Tepung beras yang bersih dicampur dengan air untuk membentuk pasta dan
dilambari dengan merang dan ditutup dengan kain saring. Organisme akan
tumbuh secara alami pada pasta ini pada suhu ruang dalam waktu 2 – 5 hari.
Penambahan rempah-rempah atau bumbu untuk mendukung pertumbuhan
mikroorganisme yang diharapkan. Penambahan sari tebu juga dilakukan untuk
menambah gula. Ragi dipanen setelah 2 – 5 hari tergantung dari suhu dan
kelembapan (Hidayat, 2007e).
Ragi tape adalah starter yang digunakan untuk produksi tape. Ragi tape
berbentuk pipih kering dan dapat disimpan dalam waktu lama. Tidak ada
faktor-faktor lingkungan yang dikendalikan. Mikroorganisme yang diharapkan
maupun kontaminan dapat tumbuh bersama-sama. Pada lingkungan pabrik
ragi, mikroflora yang ada telah didominasi mikroba ragi. Namun demikian, ragi
yang dibuat pada musim hujan akan dijumpai Mucor sp dan Rhizopus sp dalam
jumlah yang lebih banyak dan dibutuhkan waktu pengeringan yang lebih lama
(Laboratorium Bioindustri TIP, 2008).
Ragi adalah tablet yang merupakan starter mikroorganisme untuk
membuat tape atau wine. Tepung beras yang bersih dicampur dengan air,
diaduk dengan tangan dan dicetak berbentuk bola pipih. Ragi tersebut
diletakkan di atas tampah bambu dan ditutup dengan kain saring dan diikuti
dengan fermentasi dan ditempatkan dengan suhu kamar selama 2 – 5 hari.
Campuran dari rempah-rempah akan menyeleksi pertumbuhan mikroorganisme
(ASAIHL, 1985).
Pada proses perombakan pati dibutuhkan suatu bahan dasar tambahan
yaitu ragi tape. Ragi tape adalah suatu produk inokulum campuran yang terdiri
atau yeast Saccharomyces cereviseae, Candida sp dan bakteri asam laktat
Lactobacillus sp heterofermentatif dan homofermentatif. Disamping itu sel
mikroba dan khamir selalu memberi kontribusi senyawa fungsional bioaktif
(Setyawan, 2009).
Tape
Tape adalah sejenis penganan yang dihasilkan dari proses peragian
(fermentasi). Tape bisa dibuat dari ubi kayu dan hasilnya dinamakan tape
singkong. Pembuatan tape memerlukan kecermatan dan kebersihan yang tinggi
agar singkong atau ketan dapat menjadi lunak karena proses fermentasi yang
baik. Ragi adalah bibit jamur yang digunakan untuk membuat tape ubi kayu,
tape ketan dan tape beras dan tape yang lain(Iptek, 2009c).
Tape adalah hasil fermentasi dengan Saccharomyces pastorianus,
Saccaharomyces heterogenicus, Endomycopsis sp, Chlamydomucor sp, Rhizopus sp dan Bacillus sp. Semua mikroorganisme tersebut diinokulasi
dengan ragi. Tape terbuat dari tepung beras (tepung Oryza sativa) atau tapioka
(Manihot esculanta). Sumber karbohidrat tersebut dimasak sepenuhnya
sebelum diinokulasikan. Setelah fermentasi 2 – 3 hari, karbohidrat tersebut
menjadi cairan semi padat atau kental yang merupakan campuran dari gula,
alkohol, aldehid dan asam, dimana akan memberikan rasa dan aroma yang
Adapun komposisi kimia dari tape singkong dapat dilihat dari tabel :
Tabel 3. Daftar Komposisi Kimia Tape Singkong
Komponen Kadar
Sumber : Departemen Kesehatan R.I, (1992).
Tape merupakan makanan fermentasi tradisional yang sudah tidak asing
lagi. Tape dibuat dari beras, beras ketan, atau dari singkong (ketela pohon).
Berbeda dengan makanan-makanan fermentasi lain yang hanya melibatkan satu
mikroorganisme yang berperan utama, seperti tempe, atau minuman alkohol,
pembuatan tape melibatkan banyak mikroorganisme (Milmi, 2008).
Tape dihasilkan dengan cara fermentasi ragi yang merupakan inokulum
biakan dari khamir, kapang dan bakteri. Mikroorganisme tersebut akan
menghasilkan panas dalam keadaan anaerob sehingga akan menghasilkan
enzim yang dapat merombak karbohidrat menjadi komponen yang lebih
sederhana sehingga akan lebih mudah untuk dicerna. Jika tape dikonsumsi
dalam jumlah yang banyak akan menimbulkan rasa panas dalam perut karena
Fermentasi
Fermentasi adalah suatu proses biokimia yang diakibatkan oleh
aktivitas enzim yang dihasilkan oleh mikroorganisme yang terdapat dalam
bahan. Mikroorganisme fermentatif ini umumnya adalah bakteri asam laktat,
yaitu bakteri yang mampu mengubah zat gula dalam bahan menjadi asam,
alkohol, dan karbondioksida. Dengan terjadinya fermentasi ini maka bahan
mengalami perubahan rasa, aroma, tekstur dan warna (Novary, 1999).
Fermentasi adalah proses produksi energi dalam sel dalam keadaan
anaerobik (tanpa oksigen). Secara umum, fermentasi adalah salah satu bentuk
respirasi anaerobik, akan tetapi, terdapat defenisi yang lebih jelas yang
mendefenisikan fermentasi sebagai respirasi dalam lingkungan anaerobik
dengan tanpa akseptor elektron eksternal. Gula adalah bahan umum dalam
fermentasi. Beberapa contoh hasil fermentasi adalah etanol, asam laktat
(Hidayat, 2007a).
Fermentasi juga dapat berfungsi untuk mengawetkan bahan pangan,
peningkatan nilai gizi, perbaikan cita rasa atau pembuatan minuman yang
merangsang telah dilakukan mungkin sejak zaman prasejarah oleh manusia dan
hampir semua peradaban. Praktek fermentasi pada masa mendatang akan
menjadi cara yang semakin penting untuk membuat pengaya pangan dan bahan
baru, di samping itu untuk maksud pengawetan yang bertambah nyata
(Harris and Karmas, 1989).
Dalam proses fermentasi, mikroorganisme akan merombak karbohidrat,
kemudian protein dan kemudian lemak. Namun perombakan karbohidrat
Fermentasi adalah perubahan gradula oleh enzim beberapa bakteri, khamir dan
kapang (Hidayat, 2007a).
Produk fermentasi terdiri dari minuman beralkohol seperti bir, sake,
brem, wine. Produk fermentasi dengan bahan susu seperti keju dan yoghurt.
Produk fermentasi sayuran seperti sourkrout (acar kubis), pikel (acar timun).
Produk fermentasi dengan bahan serealia seperti tape ketan hitam dan ketan
putih. Produk fermentasi dengan bahan kacang kedelai adalah tempe, tauco,
oncom dan kecap. Makanan fermentasi merupakan makanan yang digunakan
dalam menu sehari-hari. Banyak keuntungan yang bisa diambil dari produk
makanan fermentasi baik secara organoleptik (inderawi) maupun dalam
peningkatan nilai gizi. Keunggulannya antara lain memberi penampakan dan
cita rasa yang khas, misalnya pada tempe, tauco dan oncom berbeda dengan
rasa aslinya. Mempunyai aroma yang khas dengan terbentuknya asam, alkohol,
ester dan senyawa lainnya. Fermentasi juga menurunkan senyawa beracun
lainnya seperti tirosin pada kedelai. Fermentasi juga dapat meningkatkan nilai
gizi karena dapat memecah senyawa kompleks menjadi lebih sederhana
sehingga lebih mudah untuk dicerna (Afrianti, 2008).
Kadang-kadang bahan pangan difermentasikan dalam keadaan ada
udara, seperti pada pembuatan susu asam (yoghurt). Fermentasi menghasilkan
asam lemah yang bekerja sebagai zat pengwet. Proses fermentasi (pengasaman)
mempunyai pengaruh kecil pada nilai gizi pangan. Akan tetapi proses itu pada
Beberapa produk hasil metabolit hasil pemecahan asam amino antara
lain :
a. Terbentuk karena dekarboksilasi : lisin menjadi kadaverin, ornitin menjadi
putresin, glutamat menjadi aminobutirat, valin menjadi isobitilamin, tirosin
menjadi tiramin, triptofan menjadi triptamin.
b. Terbentuk karena deaminasi : alanin menjadi piruvat, isoleusin menjadi
β-Metil-α-ketovalerat, triptofan menjadi indol, glutamat menjadi
α-ketoglutarat, aspartat menjadi fumarat, serin menjadi piruvat, treonin
menjadi α-ketobutirat, dan sistein menjadi piruvat dan hidrogen sulfit.
c. Terbentuk karena reaksi Strickland : alanin menjadi asetat, valin menjadi
isobutirat, leusin menjadi isovalerat, isoleusin menjadi α-metilbutirat,
prolin menjadi δ-amino valerat, dan hidroksiprolin menjadi
δ-amino-α-hidroksi valerat.
Karbohidrat yang bermolekul besar (polisakarida) mula-mula akan
mengalami proses perombakan menjadi glukosa (monosakarida) atau maltosa
(disakarida) dengan bantuan enzim selulase dan amilase yang dihasilkan oleh
Bacilli, Streptomyces, Penicillia dan Aspergilli. Perombakan karbohidrat
tersebut menyebabkan komponen yang kompleks menjadi komponen yang
lebih sederhana sehingga akan lebih mudah untuk dicerna oleh tubuh dan
penyerapannya juga akan maksimal. Perombakan tersebut dapat juga disebut
dengan fermentasi. Selain memcah komponen kompleks, fermentasi juga dapat
menurunkan racun dalam bahan pangan. Contohnya tirosin pada kacang
Mikroorganisme dari kelompok kapang akan menghasilkan
enzim-enzim amilolitik yang akan memecah amilum pada bahan dasar menjadi
gula-gula yang lebih sederhana (disakarida dan monosakarida). Proses tersebut
sering dinamakan sakarifikasi (saccharification). Kemudian khamir akan
merubah sebagian gula-gula sederhana tersebut menjadi alkohol. Inilah yang
menyebabkan aroma alkoholis pada tape. Semakin lama tape tersebut dibuat,
semakin tinggi pula kadar alkoholnya (Milmi, 2008).
Proses fermentasi dikenal juga dengan proses perombakan karbohidrat.
Di mana dalam proses ini polisakarida akan dirombak atau dipecah menjadi
disakarida dengan menggunakan panas. Panas yang dihasilkan berasal dari ragi
tape tersebut. Kemudian disakarida akan dipecah menjadi glukosa dan fruktosa
dengan bantuan enzim amilase yang berasal dari kapang. Jika ragi semakin
banyak maka enzim amilase juga akan semakin banyak sehingga glukosa dan
fruktosa juga akan semakin banyak dan rasanya akan semakin manis. Dalam
proses selanjutnya glukosa akan dirombak menjadi alkohol dan CO2 oleh
bantuan invertase yang berasal dari khamir atau bekteri. Semakin banyak
jumlah glukosa maka akan semakin banyak juga alkohol yang dihasilkan.
Apabila fermentasi anaerob berlangsung lebih lama maka produksi alkohol
juga akan semakin banyak. Dan jika dilanjutkan dengan fermentasi aerob
dalam waktu yang cukup lama maka produksi asam asetat atau juga asam laktat
juga akan meningkat. Dan sebaliknya jika fermentasi aerob sangat singkat
Fermentasi Anaerob
Pada proses fermentasi anaerob, bahan dasar yang digunakan adalah
bahan pangan yang banyak mengandung karbohidrat. Bahan dasar
umbi-umbian dapat berupa, ubi kayu, ubi rambat ataupun ubi jalar. Sedangkan bahan
dasar serealia dapat berupa beras biasa atau beras ketan (Desrosier, 1998).
Fermentasi anaerob merupakan fermentasi awal dari suatu bahan yang
difermentasikan yang mengandung energi kimia yang tidak teroksidasi penuh
tetapi tidak dapat mengalami metabolisme lebih jauh tanpa oksigen atau
akseptor elektron lainnya. Fermentasi ini menghasilkan 2 molekul ATP per
molekul glukosa (Hidayat, 2007b).
Saccharomyces cereviceae memiliki daya konversi gula menjadi etanol
yang sangat tinggi. Mikroba tersebut menghasilkan enzim zimase dan
invertase. Enzim zimase berfungsi memecah sukrosa menjadi glukosa dan
fruktosa. Enzim invertase mengubah glukosa menjadi etanol pada fermentasi
anaerob (Judoamidjojo, et al., 1992).
Etanol yang memiliki nama lain alkohol, etanolum dan alkohol
merupakan cairan yang bening, tidak berwarna, mudah mengalir, mudah
menguap, serta mudah terbakar dengan api biru tanpa asap. Etanol dapat juga
larut dalam air, kloroform, eter, gliserol dan hampir dapat larut dalam semua
jenis pelarut organik (Martin, et al., 1983).
Fermentasi anaerob adalah salah satu fermentasi yang pada prosesnya
tidak memerlukan oksigen. Mikroba yang ada dapat mencerna bahan energinya
tanpa oksigen. Adapun reaksi fermentasi anaerob dapat dilihat sebagai berikut :
Fermentasi asam laktat juga merupakan fermentasi anaerob dengan
menggunakan Lactobacillus sp untuk menghasilkan asam laktat. Fermentasi
asam laktat ada dua yaitu :
a. Homofermentatif, yaitu fermentasi asam laktat untuk menghasilkan asam
laktat sebagai produk akhir metabolisme gula atau glukosa. Adapun
reaksinya dapat dilihat sebagai berikut :
C6H12O6 Lactobacillus sp 2 C2H3OH + 2 CO2 + Energi
Atau
C6H12O6 + 2NAD + 2ADP + Pi 2CH3COCOOH + 2NADH +
2ATP + H+
b. Heterofermentatif, yaitu fermentasi asam laktat dengan menggunakan
dehidrogenasi asam piruvat untuk menghasilkan asam laktat. Adapun
reaksinya dapat dilihat sebagai berikut :
2C2H3OH + 2CO2 + 2NADH2 Piruvat dehidrogenasi 2C2H5OCOOH + 2NAD
Atau
CH3COCOOH + NADH + H+ CH3CH2OCOOH + NAD+
c. Ester organik atau ethyl acetat yaitu suatu produk yang dihasilkan dengan
mereaksikan etanol dengan asam asetat sehingga akan menghasilkan
senyawa ester dan air dan dibantu oleh Hansenula anomala. Adapun
reaksinya dapat dilihat sebagai berikut :
2C2H5OH + 2CH3COOH Hansenula anomala 2CH3COOC2H5 + 2H2O
Fermentasi Aerob
Fermentasi aerob adalah fermentasi yang pada prosesnya memerlukan
oksigen. Semua mikroorganisme yang ada memperoleh energi dari oksigen.
Bahan energi yang paling banyak digunakan adalah glukosa. Fermentasi aerob
adalah fermentasi asam asetat atau asam cuka yang dibantu oleh bakteri
Acetobacter aceti dengan menggunakan substrat etanol. Adapun reaksinya
dapat dilihat sebagai berikut :
2 CH3CH2OH + 2 O2 A.aceti 2 CH3COOH + 2 H2O + Energi
(Hidayat, et al., 2006).
Bakteri asam asetat seperti Acetobacter aceti melakukan metabolisme
yang bersifat aerobik. Peranan utamanya dalam fermentasi bahan pangan
adalah mengoksidasi alkohol menjadi asam asetat. Khamir berperan dalam
fermentasi alkohol dengan produk utamanya yaitu etanol (Buckle, et al., 1987).
Pada proses fermentasi akan dihasilkan asam-asam mudah menguap
seperti asam asetat, asam formiat, asam laktat, dan asam propionat. Asam
asetat lebih banyak diproduksi pada konversi gula yang tinggi, sedangkan asam
butirat, asam formiat dan asam propionat dijumpai dalam jumlah kecil. Jumlah
asam asetat yang diperoleh tergantung jenis dan kondisi fermentasi
(Desrosier, 1998).
Fermentasi aerob merupakan fermentasi yang memerlukan adanya
oksigen sebagai energi untuk merombak substrat alkohol yang dihasilkan pada
fermentasi anaerob. Pada fermentasi aerob akan dihasilkan asam asetat atau
Acetobakter aceti. Fermentasi aerob ini juga merupakan oksidasi alkohol
primer (Buckle, et al., 1987).
Peuyeum
Peuyeum adalah makanan yang berasal dari Jawa Barat (daerah Sunda)
dan dibuat dari singkong yang difermentasikan. Makanan ini mirip dengan tape
yang berasal dari Jawa Tengah dan Jawa Timur. Perbedaan utamanya ialah
bahwa peuyeum kering dan tape sedikit agak basah. Sebab pada pembuatan
dan penyimpanannya peuyeum digantung sedangkan tape ditumpuk
(Hidayat, 2007d).
Peuyeum merupakan makanan yang terbuat dari ubi di mana cara
pembuatannya hampir sama dengan pembuatan tape. Namun pada pembuatan
peuyeum, ubi terlebih dulu dicuci kemudian dikukus sampai matang. Setelah
matang ubi tersebut didinginkan dan ditaburi dengan ragi tape sesuai
konsentrasi. Kemudian dibungkus dengan daun pisang dan difermentasikan
secara anaerob selama 1 malam kemudian digantung pada suhu kamar selama 2
hari (Iptek, 2009d).
Pada dasarnya umbi-umbian merupakan bahan pangan yang banyak
mengandung pati. Salah satu contohnya adalah ubi kayu. Hal ini sangat
mendukung terciptanya berbagai jenis bahan pangan. Salah satu contoh adalah
bahan pangan hasil fermentasi, seperti tape dan peuyeum. Dari segi teksturnya,
tape dan peuyeum memang berbeda di mana tekstur peuyeum lebih keras
dibandingkan dengan tekstur tape. Hal tersebut menyebabkan peuyeum
tersebut dapat digantung. Sedangkan tape teksturnya sangat lunak dan berair
Peuyeum merupakan produk pangan fungsional yang difermentasikan
di mana teksturnya agak keras. Rasa dari peuyeum adalah agak manis. Hal ini
dipengaruhi oleh konsentrasi ragi dan lama fermentasi. Fermentasi dalam
pembuatan peuyeum melalui dua tahap yaitu fermentasi anaerob selama 1
malam dan aerob selama 2 malam. Hal inilah yang menyebabkan tekstur
peuyeum tersebut agak keras dan rasanya manis. Selain itu alkohol yang
dihasilkan juga sangat rendah sehingga banyak disukai oleh konsumen
(Dian, 2009).
Konsentrasi ragi yang digunakan sangat menentukan tekstur dan rasa
dari peuyeum yang dihasilkan. Semakin tinggi konsentrasi yang digunakan
maka tekstur juga akan semakin lunak dan rasa akan semakin manis. Tapi tidak
menutup kemungkinan jumlah alkohol yang dihasilkan juga akan semakin
tinggi. Di mana semakin banyak jumlah glukosa maka jumlah alkohol juga
akan semakin tinggi. Oleh karena itu dalam pembuatan peuyeum hanya
dibutuhkan fermentasi anaerob selama 1 malam untuk mencegah proses
perombakan glukosa menjadi alkohol yang berlebih. Dan dilanjutkan dengan
fermentasi aerob selama 2 malam (Retno, 2009).
Peuyeum adalah salah satu produk pangan hasil fermentasi dengan
memanfaatkan ragi tape atau ragi pasar yang merupakan inokulum kapang,
khamir dan bakteri. Peuyeum dihasilkan dengan cara fermentasi anaerob
selama 1 malam dan fermentasi aerob selama 2 malam. Pertama-tama bahan
dikukus selama 30 menit, kemudian didinginkan dan ditambah ragi tape. Lalu
Peuyeum adalah sejenis produk pangan fungsional yang dihasilkan dari
bahan ubi kayu. Proses pembuatannya hampir sama dengan proses pembuatan
tape ubi kayu dengan menggunakan ragi tape atau ragi pasar. Peuyeum
mempunyai tekstur agak keras dan manis sedangkan tape teksturnya lunak dan
BAHAN DAN METODA
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan pada bulan Maret 2009 di Laboratorium Analisa
Kimia Bahan Pangan, Departemen Teknologi Pertanian, Fakultas Pertanian,
Universitas Sumatera Utara, Medan.
Bahan
- Ubi Kayu
- Ubi Gaplek
- Ragi Tape
- Air
Reagensia
- Aquadest
- NaOH 0,1 N
- Phenolpthalen 1 %
Alat
- Timbangan Analitik - Alat Titrasi
- Kertas Saring - Hand-refractometer
- Corong - Teksturometer
- Beaker Glass - pH Meter - Erlenmeyer - Piknometer
- Spatula - Gelas Ukur
- Kain saring
- Mortal
- Alu
- Timbangan Digital
Metode Penelitian (Bangun, 1991)
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri
dari 2 faktor, yaitu :
Faktor I : Perlakuan awal bahan (P)
P1 = Ubi Segar
P2 = Ubi Gaplek
Faktor II : Konsentrasi Ragi (% dari berat bahan) (K)
K1 = 3 %
K2 = 4 %
K3 = 5 %
K4 = 6 %
Banyaknya kombinasi perlakuan (T) adalah 2 x 4 = 8, maka jumlah
ulangan (n) adalah sebagai berikut :
Tc(n-1) > 15
8(n-1) > 15
8n-8 > 15
8n > 23
n > 2,82………dibulatkan menjadi 3
Model Rancangan (Bangun, 1991)
Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dua
faktor dengan model sebagai berikut :
Yijk = µ + αi + βj + (αβ)ij + εijk
dimana :
Yijk : Hasil pengamatan dari faktor P pada taraf ke-i dan faktor K pada taraf ke-j
dalam ulangan ke-k.
µ : Efek nilai tengah
αi : Efek dari faktor P pada taraf ke-i
βj : Efek dari faktor K pada taraf ke-j
(αβ)ij: Efek interaksi dari faktor P pada taraf ke-i dan faktor K pada taraf
ke-j
εijk : Efek galat dari faktor P pada taraf ke-i dan faktor K pada taraf ke-j dalam
ulangan ke-k
Apabila diperoleh hasil yang berbeda nyata dan sangat nyata maka uji
dilanjutkan dengan uji beda rataan dengan menggunakan uji LSR
(Least Significant Ranges).
Pelaksanaan Penelitian Persiapan Ubi Kayu
Ubi kayu yang telah dipilih, kemudian dikupas dan dicuci dengan air
mengalir sampai bersih. Bagian yang telah mengalami kebusukan tidak usah
Perlakuan Awal Ubi Kayu
Ubi kayu yang telah dicuci kemudian dibagi dua. Bagian pertama tetap
dalam keadaan segar dan bagian kedua dikeringkan dalam oven selama 1 hari
dengan suhu 50° C.
Pengukusan Ubi Kayu
Ubi kayu segar dan ubi gaplek hasil pengeringan tersebut kemudian
dikukus dengan air mendidih selama 30 menit.
Pendinginan
Ubi kayu yang telah dikukus kemudian dikeluarkan dan didinginkan
dengan udara mengalir sampai benar-benar dingin.
Penambahan Ragi
Ubi kayu yang telah didinginkan tersebut kemudian ditambahkan dengan
ragi pada setiap perlakuan dengan konsentrasi 3 %, 4%, 5% dan 6% dari berat
bahan yang digunakan.
Pembungkusan
Ubi kayu yang telah ditambahkan ragi kemudian dibungkus dengan
menggunakan daun pisang ataupun plastik dan ditutup rapat.
Fermentasi
Setelah ubi kayu tersebut diberi ragi dan ditutup dengan daun pisang
kemudian disimpan dalam wadah anaerob selama 1 malam kemudian dibiarkan
Pengamatan dan Pengukuran Data
Pengamatan dan pengukuran data dilakukan dengan cara analisa sesuai
dengan parameter sebagai berikut :
1. Pengukuran pH
2. Total Asam
3. TSS (Total Soluble Solid)
4. Kadar Alkohol
5. Uji Tekstur (Teksturometer)
6. Uji Organoleptik (Aroma dan Rasa)
Pengukuran pH
Ditimbang bahan sebanyak 10 gr, kemudian dihaluskan dan dimasukkan
ke dalam beaker glass. Ditambahkan aquadest sampai volume 100 ml. Diaduk
hingga merata dan diukur dengan menggunakan pH meter.
Total Asam (Ranggana, 1978)
Ditimbang contoh sebanyak 10 ml, dimasukkan ke dalam beaker glass dan
ditambahkan aquadest sampai volume 100 ml. Diaduk hingga merata dan disaring
dengan kertas saring. Diambil filtratnya sebanyak 10 ml dan dimasukkan ke
dalam erlenmeyer lalu ditambahkan indikator phenolpthalen 1% sebanyak 2-3
tetes kemudian dititrasi dengan menggunakan NaOH 0,1 N. Titrasi dihentikan
setelah timbul warna merah jambu yang stabil. Dihitung total asam dengan rumus:
TSS (Total Soluble Solid) (Sudarmadji, et al., 1986
Diambil bahan dengan menggunakan pipet tetes, substart diteteskan di atas
kaca handrefractometer lalu dilihat titik terang dan gelapnya. Angka yang tertera
tersebut merupakan total padatan terlarut atau total soluble solid (oBrix).
Kadar Alkohol (Skoog, 1985)
- Peuyeum diperas sampai diperoleh larutan 50 ml dan dimasukkan ke dalam
labu penyuling 250 ml. Dinetralkan dengan NaOH 3 N.
- Disuling dengan alat destilasi dan ditampung sebanyak 50 ml.
- Hasil sulingan dimasukkan ke dalam piknometer 25 ml yang dilengkapi
dengan termometer (yang telah ditimbang berat kosongnya).
- Piknometer dimasukkan ke dalam air pendingin sehingga suhu cairan dalam
piknometer mencapai suhu 20 oC (konstan).
- Permukaan luar piknometer dikeringkan dengan kertas tissu dan ditimbang
beratnya.
- Perhitungan berat jenis dihitung sebagai berikut :
(berat piknometer + destilasi) – berat piknometer kosong (berat piknometer + aquadest) – berat piknometer kosong
- dengan mengetahui berat jenis, kadar alkohol pada suhu 20 oC dapat dicari
dari daftar specific gravity.
Uji Tekstur (Teksturometer)
- Diambil bahan yang akan diukur.
- Ditentukan kekerasan atau tekstur bahan teksturometer. Tekstur atau
bahan adalah rata-rata dari tiga kali pengukuran pada ujung, tengah dan
pangkal.
250 : (a + b + c) 3/10
a : Pengukuran 1 (ujung)
b : Pengukuran 2 (tengah)
c : Pengukuran 3 (pangkal)
250 : Berat beban Teksturometer (gr)
10 : Pembacaan skala pada Teksturometer (1 cm = 10 mm)
3 : Jumlah 3 kali pengukuran
Uji Organoleptik Aroma (Soekarto, 1985)
Penentuan uji organoleptik dilakukan dengan uji kesukaan atau uji
hedonik. Caranya contoh diuji secara acak dengan memberikan kode pada bahan
yang akan diuji kepada 10 panelis yang melakukan penilaian. Pengujian dilakukan
secara inderawi (organoleptik) yang ditentukan berdasarkan skala numerik. Untuk
skala uji hedonik aroma adalah sebagai berikut :
Tabel 4. Skala Uji Hedonik Aroma
Skala Hedonik Skala Numerik
Sangat Suka 4
Suka 3
Agak Suka 2
Uji Organoleptik Rasa (Soekarto, 1985)
Penentuan uji organoleptik dilakukan dengan uji kesukaan atau uji
hedonik. Caranya contoh diuji secara acak dengan memberikan kode pada bahan
yang akan diuji kepada 10 panelis yang melakukan penilaian. Pengujian dilakukan
secara inderawi (organoleptik) yang ditentukan berdasarkan skala numerik. Untuk
skala uji hedonik rasa adalah sebagai berikut :
Tabel 5. Skala Uji Hedonik Rasa
Skala Hedonik Skala Numerik
Sangat Manis 4
Manis 3
Agak Manis 2
SKEMA PEMBUATAN PEUYEUM UBI KAYU (Manihot utilissima)
Gambar 1. Skema Pembuatan Peuyeum Ubi Kayu (Manihot utilissima)
Ubi Kayu
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil penelitian pengaruh perlakuan awal bahan dan konsentrasi ragi pada
produk pangan fungsional peuyeum ubi kayu (Manihot utilissima) terhadap
parameter yang diamati dapat dijelaskan sebagai berikut :
Pengaruh Perlakuan Awal Bahan terhadap Parameter yang diamati
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan awal bahan memberi
pengaruh terhadap pH, Total Soluble Solid (TSS), Total Asam (%), Kadar
Alkohol (%), Nilai Uji teksturometer, Uji Organoleptik Aroma dan Uji
Organoleptik Rasa. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Pengaruh Perlakuan Awal Bahan terhadap Parameter yang diamati
Perlakuan pH TSS Total Asam Kadar Uji Uji Uji Awal (oBrix) (%) Alkohol Teksturometer Organoleptik Organoleptik Bahan (P) (%) Aroma Rasa
P1 5,634 18,917 0,315 0,147 7,797 3,017 2,292 P2 5,694 24,500 0,245 0,367 7,875 3,042 2,558
Dari Tabel 6 hasil penelitian dapat dilihat bahwa pengaruh perlakuan awal
bahan terhadap memberi pengaruh terhadap parameter yang diamati diantaranya
berpengaruh pada pH dimana pH tertinggi terdapat pada P2 dan terendah pada P1.
Total soluble solid (TSS) tertinggi terdapat pada perlakuan P2 dan terendah pada
perlakuan P1. Total asam (%) tertinggi terdapat pada perlakuan P1 dan terendah
terdapat pada perlakuan P2. Kadar alkohol (%) tertinggi terdapat pada perlakuan
P2 dan terendah terdapat pada perlakuan P1. Uji teksturometer tertinggi terdapat
pada perlakuan P2 dan terendah terdapat pada perlakuan P1. Uji organoleptik
aroma tertinggi terdapat pada perlakuan P2 dan terendah terdapat pada perlakuan
P1. Uji organoleptik rasa tertinggi terdapat pada perlakuan P2 dan terendah
Pengaruh Konsentrasi Ragi (%) terhadap Parameter yang Diamati
Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi ragi (%) memberi
pengaruh terhadap pH, Total Soluble Solid (TSS), Total Asam (%), Kadar
Alkohol (%), Nilai Uji teksturometer, Uji Organoleptik Aroma dan Uji
Organoleptik Rasa. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Pengaruh konsentrasi Ragi (%) terhadap Parameter yang diamati
Konsentrasi pH TSS Total Asam Kadar Uji Uji Uji
Dari hasil penelitian diketahui bahwa semakin tinggi konsentrasi ragi (%)
yang digunakan maka nilai pH, TSS, kadar alkohol, uji teksturometer, uji
organoleptik aroma dan uji organoleptik rasa akan semakin tinggi. Namun total
asam (%) yang diperoleh semakin menurun.
Dari Tabel 7 hasil penelitian dapat dilihat bahwa konsentrasi ragi (%)
memberi pengaruh terhadap parameter yang diamati diantaranya berpengaruh
pada pH dimana pH tertinggi terdapat pada K4 dan terendah pada K1. Total
soluble solid (TSS) tertinggi terdapat pada perlakuan K4 dan terendah pada
perlakuan K4. Total asam (%) tertinggi terdapat pada perlakuan K1 dan terendah
terdapat pada perlakuan K4. Kadar alkohol (%) tertinggi terdapat pada perlakuan
K4 dan terendah terdapat pada perlakuan K1. Uji teksturometer tertinggi terdapat
pada perlakuan K4 dan terendah terdapat pada perlakuan K1. Uji organoleptik
aroma tertinggi terdapat pada perlakuan K4 dan terendah terdapat pada perlakuan
K1. Uji organoleptik rasa tertinggi terdapat pada perlakuan K4 dan terendah