• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU MARTABAK MANIS DENGAN PENDEKATAN MODEL PROBABILISTIK (Studi Kasus Martabak Air Mancur, Bogor, Jawa Barat)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU MARTABAK MANIS DENGAN PENDEKATAN MODEL PROBABILISTIK (Studi Kasus Martabak Air Mancur, Bogor, Jawa Barat)"

Copied!
80
0
0

Teks penuh

(1)

i

PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU MARTABAK

MANIS DENGAN PENDEKATAN MODEL PROBABILISTIK

(Studi Kasus Martabak Air Mancur, Bogor, Jawa Barat)

SKRIPSI

ADE PERMANA H34096001

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(2)

ii

RINGKASAN

ADE PERMANA. Pengendalian Persediaan Bahan Baku Martabak Manis dengan Pendekatan Model Probabilistik (Studi Kasus Martabak Air Mancur, Bogor, Jawa Barat). Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (Di Bawah Bimbingan SUHARNO).

Permintaan akan makanan jadi seperti halnya produk olahan makanan cenderung mengalami fluktuatif dan tidak konstan yang menyebabkan terjadinya

shortage maupun over stock. Kondisi yang sama juga dialami oleh Martabak Air

Mancur. Sebagai gambaran berdasarkan data akhir (September-Desember 2011) di gudang bahan baku terjadi kekurangan bahan baku pada tepung terigu sebanyak 37,8 persen dan juga gula pasir terjadi kekurangan bahan baku sebesar 43,2 persen. Kekurangan bahan baku terjadi karena meningkatnya secara signifikan tingkat penjualan martabak manis, sehingga persediaan bahan baku cenderung mengalami kekurangan.

Persediaan bahan baku yang cenderung mengalami kekurangan maupun kelebihan stok berawal dari tidak terkontrolnya tingkat pemesanan bahan baku karena tingkat penjualan martabak manis yang cenderung fluktuatif, sehingga bila kendala ini tidak ditanggulangi maka akan mengakibatkan penumpukan biaya persediaan bila kelebihan bahan baku dan akan mengakibatkan penurunan omset karena terjadi loss penjualan bila terjadi kekurangan bahan baku karena perusahaan tidak dapat memenuhi permintaan konsumen.

Pengusahaan olahan makanan martabak manis pada Martabak Air Mancur (MAM) ini cenderung fluktuatif baik itu dapat menyebabkan penumpukan bahan baku maupun kekurangan bahan baku dapat membuat tiga pertanyaan masalah 1) Bagaimana penerapan perencanaan dan pengendalian bahan baku yang dilakukan perusahaan, 2) bagaimana kinerja pengendalian bahan baku secara konvensional maupun dengan model probabilistik, 3) bagaimana rekomendasi yang terbaik bagi perusahaan untuk penerapan pengendalian bahan baku yang terbaik. Dengan demikian tujuan penelitian adalah 1) mempelajari penerapan pengendalian persediaan bahan baku pada perusahaan, 2) membandingkan penerapan pengendalian persediaan bahan baku syng dilakukan perusahaan denga model probabilistik, 3) menentukan dan merekomendasikan penerapan perencanaan dan pengendalian persediaan bahan baku yang optimal dan cocok.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode persediaan konvensional yang dilakukan pesusahaan yaitu two bin system tanpa kendala investasi, sedangkan metode persediaan ideal yang digunakan adalah model probabilistik.

Berdasarkan hasil pengamatan pada perusahaan, perencanaan target penjualan perusahaan MAM didasarkan dari penjualan sebelumnya yang diramalkaan secara sederhana dengan mengumpulkan semua informasi baik penjualan, harga, tren penjualan kemudian dirumuskan secara sederhana menjadi sebuah keputusan perencanaan produksi kedepan. Pengendalian persediaan yang dilakukan perusahaan dilakukan dengan metode two bin system tanpa kendala investasi. Manajemen persediaan yang dilakukan belum terorganisir dengan baik,

(3)

iii namun penumpukan dan kekurangan bahan baku sudah terlihat tinggi. Dari segi pengadministrasian perusahaan masih kurang rapih dalam penyimpanan data namun pada pencatatan data sudah cukup baik walaupun masih dalam catatan tertulis.

Berdasarkan perhitungan persediaan baik menggunakan metode perusahaan maupun metode persediaan ideal, perusahaan dapat memilih metode persediaan ideal yaitu model probabilistik, karena berdasarkan hasil perhitungan model persediaan probabilistik dapat menghasilkan jumlah pemesanan optimal dan dapat menghemat biaya persediaan bahan baku untuk tepung terigu sebesar Rp 1.890.590, untuk gula pasir penghematan sebesar Rp 1.194.548, untuk telur ayam juga terjadi penghematan sebesar Rp 563.000.

(4)

iv

PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU MARTABAK

MANIS DENGAN PENDEKATAN MODEL PROBABILISTIK

(Studi Kasus Martabak Air Mancur, Bogor, Jawa Barat)

ADE PERMANA H34096001

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada

Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(5)

v Judul Skripsi : Pengendalian Persediaan Bahan Baku Martabak Manis dengan Pendekatan Model Probabilistik (Studi Kasus Martabak Air Mancur, Bogor, Jawa Barat)

Nama : Ade Permana

NIM : H34096001

Disetujui, Pembimbing

Dr. Ir. Suharno, M.Adev

NIP. 19610610 198611 1 001

Diketahui

Ketua Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen

Institut Pertanian Bogor

Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS

NIP. 19580908 198403 1 002

(6)

vi

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “Pengendalian Persediaan Bahan Baku Martabak Manis dengan Pendekatan Model Probabilistik (Studi Kasus Martabak Air Mancur, Bogor, Jawa Barat)” adalah karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Juni 2012

Ade Permana H34096001

(7)

vii

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta tanggal 03 Februari 1988. Penulis adalah anak ketiga dari tiga bersaudara dari pasangan bapak Imam Purnomo dan ibu Ani Suryani.

Penulis menyelesaikan pendidikan di SDN 02 PG Lebak Bulus, Jakarta Selatan pada tahun 2000 dan pendidikan menengah pertama diselesaikan pada tahun 2003 di SLTP Negri 68 Jakarta Selatan. Pendidikan lanjutan menengah atas di SMA Cenderawasih 1 Jakarta Selatan diselesaikan pada tahun 2006. Pada tahun yang sama, penulis diterima sebagai mahasiswa Program Keahlian Teknologi Produksi dan Manajemen Perikanan Budidaya, Direktorat Program Diploma Institut Pertanian Bogor, melalui jalur Undangan Seleksi Masuk Institut Pertanian Bogor (USMI).

Penulis diterima pada Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Insitut Pertanian Bogor melalui Program Sarjana Alih Jenis Agribisnis pada tahun 2009.

(8)

viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada ALLAH SWT atas kasih dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengendalian Persediaan Bahan Baku Martabak Manis dengan Pendekatan Model Probabilistik (Studi Kasus Martabak Air Mancur, Bogor, Jawa Barat)” sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Program Sarjana Alih Jenis Agribisnis, Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengendalian persediaan bahan baku martabak manis dengan pendekatan probabilistik di Martabak Air Mancur Bogor.

Penulis menyadari bahwa penelitian ini masih terdapat kekurangan karena keterbatasan dan kendala yang dihadapi. Namun, dengan segala keterbatasan yang ada, skripsi ini diharapkan dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Bogor, Juni 2012 Ade Permana

(9)

ix

UCAPAN TERIMAKASIH

Penyelesaian skripsi ini juga tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Sebagai bentuk rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan kepada:

1. Dr. Ir. Suharno, M.Adev selaku dosen pembimbing atas bimbingan, waktu, dan kesabaran kepada penulis selama penyusunan skripsi ini.

2. Amzul Rifin, PhD selaku dosen penguji dan Siti Jahroh, PhD selaku dosen komisi akademik pada sidang penulis yang telah meluangkan waktunya serta memberikan kritik dan saran demi perbaikan skripsi ini.

3. Tintin Sarianti, SP, MM sebagai dosen evaluator pada kolokium proposal penulis, yang telah meluangkan waktunya serta memberikan kritik dan saran demi perbaikan proposal dahulu.

4. Vivi Angeline Chatarine sebagai pembahas pada waktu seminar skripsi yang telah meluangkan waktunya serta memberikan kritik dan masukan demi perbaikan skripsi ini.

5. Orangtua dan keluarga tercinta untuk setiap dukungan cinta kasih dan doa yang diberikan. Semoga ini bisa menjadi persembahan yang terbaik.

6. Pihak Restoran Martabak Air Mancur dan staf atas waktu, kesempatan, informasi, dan dukungan yang diberikan.

7. Teman-teman seperjuangan dan teman-teman Program Sarjana Alih Jenis Agribisnis angkatan 7 (Devi MP, Nurdin, Iman W, Yuni H, bombom, dan yang lainnya) atas semangat dan sharing selama penelitian hingga penulisan skripsi, serta seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu, terima kasih atas bantuan dan doanya.

Bogor, Juni 2012

(10)

x

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 4

1.3 Tujuan ... 5

1.4 Manfaat Penelitian ... 5

1.5 Ruang Lingkup Penelitian ... 5

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 6

2.1 Penelitian mengenai Pengendalian Persediaan Bahan Baku ... 6

2.2 Penelitian mengenai Martabak Manis Air Mancur... 8

2.3 Penelitian Pengendalian Persediaan dengan Penerapan Metode MRP (Teknik LFL, EOQ, POQ, PPB), Metode Simulasi Monte Carlo, dan Metode Probabilistik ... 9

III. KERANGKA PEMIKIRAN ... 16

3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis ... 16

3.2 Kerangka Pemikiran Operasional ... 25

IV. METODE PENELITIAN ... 28

4.1 Lokasi dan Waktu ... 28

4.2 Jenis dan Sumber Data... 28

4.3 Metode Pengumpulan Data ... 28

4.4 Teknik Analisis Data ... 29

V. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ... 33

VI. MANAJEMEN PERSEDIAAN BAHAN BAKU MARTABAK MANIS ... 39

6.1 Penjualan Martabak Manis ... 39

6.2 Perencanaan Produksi ... 41

6.3 Perencanaan Persediaan Bahan Baku ... 41

6.4 Penyimpanan Persediaan Bahan Baku ... 42

VII. ANALISIS BIAYA PERSEDIAAN MELALUI PENDEKATAN MODEL PROBABILISTIK ... 49

VIII. KESIMPULAN DAN SARAN ... 56

(11)

xi

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Grafik Total Penjualan Perusahaan ... 2

2. Persediaan Sebagai Penyangga Antara Penawaran dan Permintaan ... 17

3. Pola Tipikal Tingkat Persediaan terhadap Waktu ... 18

4. Ilustrasi Model Two Bin System untuk air dalam tangki ... 23

(12)

xii

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Total Biaya Persediaan dan Kendala Asumsi Dari Semua

Model Ideal ... 13

2. Jenis dan Sumber Data... 28

3. Penjualan Martabak Manis MAM 2011 ... 40

4. Biaya Pemesanan Kembali Bahan Baku Martabak Manis ... 43

5. Total Biaya Pemesanan Kembali Bahan Baku Martabak Manis ... 44

6. Biaya Penyimpanan Bahan Baku Martabak Manis (September-Desember 2011) ... 45

(13)

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Struktur Organisasi MAM... 61 2. Tabel Kesesuaian Model Persediaan yang Dilakukan Perusahaan Terhadap Asumsi yang Sesuai dengan Model Ideal ... 62 3. Grafik Hasil Pemakaian Olahan Standar Deviasi Menggunakan Minitab 14 untuk Tepung Terigu, Gula Pasir dan Telur Ayam ... 63 4. Perhitungan Persediaan dengan Pendekatan Model Probabilistik ... 64

(14)

1

I.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kota Bogor adalah salah satu kota dengan pilihan sajian kuliner yang beragam. Kota yang identik dengan sebutan kota hujan ini memberikan karakteristik keunikan tersendiri dalam imagenya sebagai kota tujuan kuliner. Ini ditunjukkan dari banyaknya jumlah kuliner di kota Bogor, diantaranya adalah Talas Bogor, Asinan, Roti Unyil, Toge Goreng, Macaroni Panggang, Apple Pie dan Martabak 1).

Martabak merupakan salah satu jenis kuliner yang termasuk cemilan yang cenderung mengenyangkan seperti halnya roti. Martabak ini juga sudah menjadi makanan cemilan khas kota Bogor yang digemari, ini bisa dilihat dari berkembangnya tempat-tempat menjual martabak seperti Martabak Air Mancur, Martabak Fatmawati, Martabak Bolu Mirah, Martabak “AA” Warung Jambu, Martabak Apin dan martabak kaki lima di wilayah kota Bogor. Martabak Air Mancur (MAM) merupakan salah satu tempat kuliner yang menyediakan Martabak dengan cita rasa yang nikmat dan lezat serta terkenal di kota Bogor ini. Menurut pengelola ada beberapa keunggulan martabaknya antara lain bukan hanya sebagai pioner martabak pertama di kota Bogor, MAM ini juga memiliki ukuran yang relatif besar dibandingkan dengan martabak lainnya yaitu memiliki ukuran diameter loyang (untuk martabak manis) sebesar 28 cm bila dibandingkan rata-rata martabak yang lain antara 24-26 cm, selain itu memiliki banyak variasi menu martabak manis seperti martabak buah (pisang, strawberry, nanas dll), martabak manis biasa (keju, coklat, kacang), martabak special Romadhan (martabak kurma), kemudian martabak telur special seafood. Selain dari variasi rasa ada juga keunggulan lainnya adalah rasa dan kualitas yang prima serta kemasan dus dan plastik yang khusus brand MAM yang hanya ada di MAM, sehingga banyak menarik pengunjung baik lokal maupun dari luar kota. Pada tahun 2004 restoran ini membuka cabang di Jl. Pajajaran yang terkenal sebagai

1

(15)

2 lokasi transit wisatawan dan lokasi wisata kuliner yang selalu ramai baik hari libur maupun hari biasa yang diharapkan dapat meningkatkan penjualan.

Segala peluang ini tentu akan sangat dimanfaatkan oleh perusahaan dengan meningkatkan prioritas produk serta hasil produk yang optimal yang disukai oleh konsumen. Pada perjalanannya MAM ini tidak pernah sepi dari pengunjung, banyaknya pengunjung pada hari tertentu membuat MAM ini terlihat penuh dengan konsumen. Tingginya jumlah konsumen ini berarti dapat meningkatkan penjualan dan faktor penting yang harus diperhatikan adalah tersedianya stok bahan baku yang cukup. Seandainya stok bahan baku pada saat seperti ini habis maka efek langsung yang akan terjadi pada perusahaan yaitu tidak dapat melaksanakan produksinya serta efek lain yaitu terhadap konsumen, kemudian selanjutnya akan berdampak kepada omset perusahaan yang menurun. Gambar satu menampilkan grafik omset perusahaan dari data penjualan total selama 5 tahun.

Gambar 1. Grafik total penjualan perusahaan

Sumber: Martabak Air Mancur (olahan data primer) Dari grafik total penjualan selama 5 tahun terlihat trend meningkat pada tahun 2006-2008 dan cenderung turun dari tahun 2008 ke tahun 2009. Menurut pemaparan pengelola, penurunan omset ini sebesar 201 juta rupiah, salah satunya dikarenakan oleh masalah persediaan bahan baku yang tidak terkontrol baik itu kekurangan maupun berlebihan. Maka dengan penelitian ini diharapkan mampu membantu dalam hal perencanaan manajemen persediaan yang optimal sehingga mampu menanggulangi dan mempertahankan atau menekan penurunan omset perusahaan. Rp0 Rp500.000.000 Rp1.000.000.000 Rp1.500.000.000 Rp2.000.000.000 Rp2.500.000.000 Rp3.000.000.000 Rp3.500.000.000 Rp4.000.000.000 2006 2007 2008 2009 2010 Omset

(16)

3 Persediaan bahan baku memberikan fleksibilitas dalam hal pengadaan. Tanpa persediaan yang cukup perusahaan harus selalu menyiapkan dana yang besar agar setiap waktu dapat membeli bahan baku yang diperlukan sama seperti halnya yang terjadi di martabak air mancur ini. Sebaliknya persediaan bahan baku pada suatu saat akan dapat menjadi lebih tinggi karena bagian pengadaan memanfaatkan potongan pembelian.

Menurut Heni (2005), setiap bagian dalam perusahaan memandang persediaan dari berbagai sisi dengan berdasarkan pada tingkat kepentigan berbeda. Misalnya bagian Marketing menghendaki tingkat persediaan yang tinggi agar dapat melayani permintaan pelanggan sebaik mungkin. Persediaan bahan baku yang cukup akan dapat menjamin efektifitas kegiatan produksi dan pemasaran, karena bila persediaan kurang bisa jadi perusahaan akan kehilangan kesempatan untuk merebut pasar. Pada bagian produksi diperlukan persediaan yang tinggi untuk mencegah terhentinya produksi karena kekurangan bahan baku.

Mengendalikan persediaan yang tepat bukan hal yang mudah. Bila persediaan terlalu besar, berakibat dana menganggur yang besar tertanam dalam persediaan, meningkatnya biaya simpan dan risiko kerusakan barang yang lebih besar. Selain itu persediaan yang terlalu besar akan mengakibatkan perputaran persediaan rendah sehingga keuntungan perusahaan menurun. Sebaliknya, bila persediaan terlalu kecil akan mengakibatkan risiko terjadinya stock out karena barang tidak dapat didatangkan secara mendadak dan seseuai dengan yang dibutuhkan. Hal tersebut mengakibatkan terhentinya proses produksi, tertundanya keuntungan, bahkan hilangnya pelanggan sampai perusahaan tidak dapat melanjutkan usahanya. Mengingat pentingnya arti persediaan dan dampaknya bila kekurangan persediaan, maka perlu dilakukan pengelolaan dan pengendalian persediaan yang baik.

Berdasarkan kondisi yang melatarbelakangi hal tersebut, terlihat bahwa peran persediaan dalam suatu usaha pengolahan atau manufaktur sangat penting. Secara nyata perlu dilakukan perbaikan terhadap pola perencanaan dan pengendalian persediaan agar tingkat persediaan mencapai tingkat optimal.

Hal-hal yang perlu dihindari dalam sistem perencanaan dan pengendalian bahan baku adalah terjadinya over stock atau sebaliknya shortage yang

(17)

4 mengakibatkan stock out terhadap produk yang dihasilkan. Kondisi-kondisi ini juga sering dikeluhkan oleh pengelola martabak air mancur dalam perencanaan dan pengendalian bahan baku yang digunakan.

1.2 Perumusan Masalah

Perkembangan bisnis yang cepat dan ketat menuntun perusahaan untuk bekerja keras, guna mempertahankan dan keberlanjutan usahanya. Perusahaan harus dapat berbenah dari segala aspek agar dapat beroperasi secara lebih efektif dan efisien. Salah satu hal yang penting dalam usaha manufaktur adalah mengendalikan persediaan bahan baku, agar dapat optimal dalam berproduksi. Dalam kegiatan perusahaan makanan, tentu sangat membutuhkan suplai bahan baku yang tepat waktu dan kontinyu. Ketidaktepatan waktu dan stok yang kontinyu pada produksi di suatu perusahaan makanan akan berujung kepada risiko produksi, salah satunya yaitu terhambatnya kegiatan produksi sehingga tidak dapat melanjutkan kegiatan produksi. Selain itu persediaan bahan baku yang melebihi maupun kurang akan merugikan perusahaan dengan biaya-biaya yang meningkat. Kekurangan persediaan akan menyebabkan terganggunya proses produksi, yaitu tidak tercapainya target produksi sesuai dengan permintaan konsumen. Sedangkan kelebihan persediaan mengakibatkan meningkatnya biaya penyimpanan, disamping timbulnya risiko kerusakan bahan baku akibat penyimpanan yang terlalu lama, dan dapat merugikan perusahaan. Dalam perusahaan MAM hal tersebut sering terjadi terutama pada saat permintaan terjadi cukup banyak pada waktu tertentu, hal itu menyebabkan persediaan bahan baku martabak manis terjadi kehabisan stok, dan persediaan itu belum tentu dapat dipesan dan diantar pada saat itu juga, karena MAM memesan dari distributor produk bahan baku yang terikat hubungan kontrak kerjasama, jadi MAM tidak bisa membeli produk diluar kerjasama tersebut di pasar lokal. Dari data pemakaian dan pemesanan bahan baku utama martabak manis terdapat gap yang signifikan selama 4 bulan (September-Desember 2011) berdasarkan data yang digunakan yaitu terjadi kelebihan bahan baku berupa tepung terigu pemesanan sebesar 277 ball sedangkan pemakaian sebesar 201 ball sehingga terjadi kelebihan bahan baku sebesar 76 ball atau sebesar 37,8 persen dan untuk bahan baku gula pasir jumlah pemesanan sebesar 57 ball dan pemakaian sebesar 39,8 ball sehingga

(18)

5 terjadi kelebihan bahan baku sebesar 17,2 ball atau sebesar 43,2 persen. Dari sejumlah kelebihan bahan baku tersebut mengidentifikasikan bahwa kegiatan persediaan bahan baku yang dilakukan MAM masih belum baik.

Dari uraian diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :

1. Bagaimana penerapan pengendalian bahan baku yang dilakukan perusahaan? 2. Bagaimana kinerja pengendalian bahan baku antara metode konvensional

yang dilakukan perusahaan dan metode Probabilistik?

3. Bagaimana rekomendasi yang terbaik untuk perusahaan untuk penerapan pengendalian bahan baku?

1.3 Tujuan

Tujuan yang ingin dicapai oleh penelitian ini adalah:

1. Mempelajari penerapan pengendalian persediaan bahan baku pada perusahaan 2. Membandingkan kinerja penerapan secara konvensional yang dilakukan

perusahaan dengan metode probabilistik

3. Menentukan dan merekomendasikan penerapan perencanaan dan pengendalian persediaan bahan baku yang perlu dipertimbangkan.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian adalah sebagai berikut :

1. Bagi perusahaan adalah sebagai bahan rujukan mengenai manajemen persediaan bahan baku martabak yang dilakukan selama ini.

2. Bagi penulis adalah untuk mengetahui manajemen persediaan bahan baku martabak manis.

3. Bagi pembaca adalah sebagai bahan rujukan mengenai manajemen persediaan bahan baku martabak manis.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Adapun ruang lingkup penelitian ini adalah manajemen pengendalian persediaan bahan baku utama martabak manis, yaitu tepung terigu, gula pasir, dan telur ayam pengambilan data penelitian mulai dari bulan September sampai Desember 2011. Penelitian ini mempelajari pengendalian persediaan bahan baku pada perusahaan dan metode persediaan ideal berupa pendekatan probabilistik.

(19)

6

II.

TINJAUAN PUSTAKA

2.1Penelitian Mengenai Pengendalian Persediaan Bahan Baku

Febrina (2002) menganalisis sistem pengendalian persediaan bahan baku tepung terigu Cakra dan Segitiga Biru pada PT. Kuala Pangan. Pada perusahaan tersebut dalam hal pemakaian bahan baku kedua tepung tersebut didasarkan kepada permintaan mi dari konsumen yang nantinya akan menjadi perencanaan produksi. Dalam penelitiannya terdapat daftar pemakaian kedua tepung terigu tersebut dalam data bulanan selama setahun sehingga terlihat pola data yang selanjutnya dapat merencanakan pembelian bahan baku tersebut. Namun data tersebut dalam penelitiaannya tidak diolah sebagai data ramalan dengan metode peramalan sehingga peramalan pemakaian kedua tepung yang akan datang tidak dapat diketahui secara ilmiah, dan hanya berupa perkiraan saja. Dalam penelitiannya terdapat analisis biaya persediaan bahan baku yang terdiri dari biaya pemesanan terigu berupa biaya telepon, biaya administrasi (surat,faktur, dll) dan biaya upah. Komponen biaya terbesar yaitu biaya pembeliaan melalui transfer bank yang akan memotong biaya administrasi rekening perusahaan sebesar Rp. 13.000 dan biaya terkecil adalah biaya administrasi sebesar Rp. 3000. Adapun biaya penyimpanan tepung Cakra sebesar Rp.10.846, dan tepung Segitiga sebesar Rp. 10.467. Kemudian waktu tunggu kedua tepung tersebut selama 3 hari.

Ruslan (2002) menganalisis tentang sistem pengendalian persediaan bahan baku kecap asin di PT. Alam Aneka Aroma, Sukabumi. Pada penelitian ini digunakan beberapa bahan baku kecap yaitu, karamel, kacang kedelai, garam, MSG, Benzoat, Pekak, dan bahan lainnya. Proses pengendalian bahan baku pada penelitian ini terdiri dari dua pokok utama yaitu peramalan pemakaian bahan baku untuk menentukan ramalan penjualan kemudian merencanakan produksi selanjutnya, serta persediaan pengaman. Pada analisis peramalan pemakaian bahan baku, penulis menggunakan data time series penjualan selama 3 tahun dari tahun 1995 hingga 1998, sebelum penulis melakukan peramalan tersebut terlebih dahulu menentukan beberapa faktor pendukung yaitu faktor musiman, faktor trend dan faktor siklus. Dari hasil data ramalan yang dianalisis terdapat data perencanaan produksi yang sama dengan jumlah penjualan pada bulan

(20)

7 sebelumnya. Selain itu untuk menentukan kebutuhan bahan baku diperlukan juga persediaan pengaman. Hal itu dilakukan karena pemakaian bahan baku dan waktu tunggu (Lead Time) di PT. Alam Aneka Aroma tidak konstan sejalan dengan tingkat produksi. Untuk mengatasi hal tersebut maka, perlu dilakukan persediaan pengaman dengan menggunakan pendekatan berdasarkan tingkat pelayanan. Untuk menghitung persediaan pengaman penulis menggunakan data yang dibutuhkan berupa pemakaiaan bahan baku dan waktu tunggu rata-rata, deviasi standar dari pemakaian bahan baku dan waktu tunggu, dan deviasi standar dari penggunaan selama pengisian. Biaya-biaya yang terkait dengan persediaan bahan baku kecap asin pada penelitian ini adalah biaya kesempatan (opportunity cost) dan biaya bersama (joint cost), kedua biaya ini nantinya akan menentukan biaya total persediaan yang terdiri dari biaya pemesanan, dan biaya penyimpanan. Jadi pada penelitian yang dilakukan Ruslan (2002), metode pengendalian persediaan bahan baku yang digunakan masih sangat kompleks yang terkadang metode ini belum tentu dapat diterapkan pada beberapa perusahaan lain.

Pamela (2011) meneliti tentang menejemen persediaan usaha tanaman hias Adenium yang dilaksanakan di PT. Godongijo Asri, Depok Jawa Barat. Pada penelitian ini Pamela menganalisis dengan beberapa model ideal untuk pengendalian persediaan sebagai berikut: Pada sistem persediaan tidak bebas memiliki model dengan metode material requirement planning (MRP) dan

just-in-time(JIT), sedangkan pada sistem persediaan bebas memiliki model ideal

seperti metode 1) Economic Order Quantity (EOQ) klasik, 2) EOQ dengan kendala investasi, 3)EOQ dengan two bin system tanpa kendala investasi, 4)EOQ dengan two bin system dengan kendala investasi, 5) Probabilistik, 6) peramalan permintaan. Dari seluruh model persediaan ideal tersebut tidak ada satupun yang cocok untuk digunakan karena karakteristik usaha tanaman hias masih belum bisa memenuhi asumsi-asumsi dasar untuk setiap model tersebut. Model ini dikarenakan karakteristik tanaman hias terutama dalam hal faktor produksi yang masih belum terpisah dari penggunaan faktor-faktor yang mandiri sehingga secara parsial pun masih sangat sulit dilakukan untuk perhitungannya. Hal ini disebabkan karena dalam usaha tanaman hias ini tidak hanya memproduksi tanaman adenium akan tetapi ada tanaman lain yang menggunakan faktor produksi yang sama.

(21)

8 Maka perlu ada perkembangan penelitian lebih lanjut yang khusus mengkaji untuk menejemen persediaan bahan baku usahatani dengan perumusan model metode matematis yang cocok.

2.2Penelitian Mengenai Martabak Manis Air Mancur

Sari (2006) menganalisis perilaku konsumen Martabak Air Mancur Bogor. Dalam penelitiannya Sari menggunakan metode analisis secara deskriptif yaitu IPA (Importance Performance Analisys). Melalui teknik tersebut dapat dihasilkan bahwa konsumen Martabak Air Mancur di cabang Jl. Sudirman dan di cabang Jl. Pajajaran mempunyai kuantitas konsumen laki-laki dan kuantitas konsumen perempuan yang sama dengan tingkat umur 16 sampai 35 tahun. Sebagian besar pendidikan terakhir konsumen di cabang Jl. Sudirman adalah SMU dan pendidikan terakhir sarjana pada konsumen di cabang Jl. Pajajaran. Pekerjaan yang dimiliki oleh sebagian besar konsumen di dua cabang tersebut adalah staf swasta dengan pendapatan lebih kecil dari Rp 1.000.000 dan lebih besar dari Rp 2.000.000 - Rp 3.000.000 per bulan. Alasan konsumen membeli martabak manis sama didua lokasi penjualan yaitu sebagai makanan hiburan dan hobi. Rasa yang enak merupakan alasan yang dipilih untuk mengkonsumsi di Martabak Air Mancur dari konsumen di kedua cabang dan manfaat yang didapat dari mengkonsumsi martabak adalah sebagai makanan selingan. Sebagian besar konsumen mengatakan faktor budaya mempunyai pengaruh biasa saja terhadap pembelian Martabak Air Mancur. Faktor keluarga dapat mempengaruhi pembelian Martabak Air Mancur bagi konsumen di cabang lama, namun dicabang baru pembelian dipengaruhi oleh konsumen sendiri. Sebagian besar konsumen membeli martabak pada hari libur dan rasa lapar adalah biasa saja bagi konsumen. Rasa lezat yang dimiliki Martabak Air Mancur merupakan persepsi bagi konsumen di cabang baru dan martabak yang bervariasi adalah persepsi bagi konsumen cabang lama. Sebagian besar konsumen pernah membeli martabak di tempat lain. Dan sebagian besar mengetahui keberadaan cabang Martabak Air Mancur di cabang lain selain cabang yang sedang dikonsumsi. Dan alasan yang menyebabkan konsumen baik di cabang lama maupun di cabang baru membeli di cabang yang sedang dibeli adalah sekalian lewat.

(22)

9

2.3Penelitian Pengendalian Persediaan dengan Penerapan Metode MRP (Teknik LFL (Lot For Lot), EOQ (Economic Order Quantity), POQ (Period Order Quantity), PPB (Part Period Balancing)), Metode Simulasi Monte Carlo, dan Metode Probabilistik

Kurniawan (2008) menganalisis persediaan bahan baku Kecap Segitiga Majalengka. Sistem pengendalian bahan baku yang digunakan adalah dengan menggunakan metode perencanaan bahan baku (Material Requirement

Planning/MRP), teknik yang digunakan dalam metode ini adalah Lot For Lot

(LFL), Economic Order Quantity (EOQ), dan Periode Order Quantity (POQ). Dengan teknik LFL yang dilakukan peneliti ternyata hasil frekuensi pemesanan jauh lebih besar dari frekuensi yang dilakukan perusahaan pada biasanya, sehingga akan menimbulkan peningkatan biaya pemesanan. Ini terjadi karena perusahaan tidak memiliki persediaan pada awal periode namun hanya melakukan persediaan bersih pada setiap periodenya. Dari jumlah persediaan dengan metode LFL itu maka total biaya persediaan lebih tinggi dari teknik perusahaan yaitu sebesar Rp. 27.659.749. Dengan menggunakan teknik EOQ perusahaan melakukan pemesanan bahan baku yang lebih rendah dibandingkan dengan teknik yang biasa dilakukan perusahaan. Biaya total yang dikeluarkan perusahaan dengan menggunakan teknik ini adalah sebesar Rp. 9.365.809 dari biaya yang ditanggung perusahaan sebesar Rp. 14.106.010, di sini terjadi penghematan mencapai hampir setengahnya, maka teknik ini optimal bila dilakukan perusahaan. Maka nilai hasil EOQ ini dapat digunakan sebagai acuan teknik LFL sebagai persediaan bersih. Sedangkan dengan teknik POQ menghasilkan biaya total persediaan sebesar Rp. 8.278.409 dan merupakan penghematan biaya terbesar bila dibandingkan dengan teknik EOQ, hal ini terjadi karena pada teknik POQ dapat mengurangi biaya penyimpanan sediaan kebutuhan yang tidak seragam.

Ruslan (2002) menganalisis tentang pengendalian persediaan bahan baku kecap asin di PT. Alam Aneka Aroma Sukabumi. Analisisnya menggunakan model MRP dengan teknik analisis PPB (Part Period Balancing) dan EOQ dan tidak menggunakan teknik LFL, karena menurutnya perusahaan perlu memiliki data perencanaan bahan baku yang akurat untuk setiap kali proses produksi, padahal dalam penelitiaanya Ruslan juga menganalisis tentang peramalan

(23)

10 penjualan yang kemudian dilakukan analisis perencanaan produksi. Oleh karena itu teknik LFL tidak digunakan. Dari hasil analisis menggunakan model MRP dengan teknik analisis PPB total persediaan bahan baku caramel yang dihemat dalam setahun sebesar 74,25 persen, sedangkan dengan teknik EOQ total persediaan bahan baku caramel yang dapat dihemat selama setahun adalah sebesar 70,75 persen. Sedangkan untuk persediaan bahan baku kedelai biaya persediaan yang bisa dihemat dengan PPB adalah sebesar 88,23 persen sedangkan dengan teknik EOQ sebesar 85,11 persen. Kemudian untuk bahan baku garam, biaya persediaan yang dapat dihemat dengan teknik PPB adalah sebesar 57,53 persen sedangkan dengan teknik EOQ sebesar 52,62 persen. Jadi dengan teknik PPB memperoleh penghematan terbesar dibandingkan dengan teknik EOQ.

Heni (2005) dalam penelitiannya menganalisis tentang “Perencanaan dan Pengendalian Persediaan Bahan Baku Melalui Pendekatan Simulasi”. Dalam penelitiannya Heni menggunakan alat analisis dengan simulasi Monte Carlo dan tidak menggunakan model penelitian MRP karena analisis tersebut pada kondisi nyata sulit untuk diterapkan terutama teknik EOQ, karena ketatnya asumsi yang membatasi berlakuknya teknik EOQ, antara lain permintaan dan lead time yang harus diketahui dengan pasti dan konstan. Maka digunakanlah simulasi Monte

Carlo yang sesuai dengan kondisi perusahaan yang melayani job order yang

sifatnya tidak pasti. Cara analisis yang dilakukan peneliti adalah dengan mengumpulkan data yang dibutuhkan untuk menjawab permasalahan yang terkait dengan tujuan penelitian. Data yang dibutuhkan diambil dari PT Cedefindo yang berupa data bulanan tahun 2002 dan tahun 2003. Untuk menganalisis data digunakan metode peramalan time series yang meliputi Metode Moving Average,

Metode Single Exponential Smoothing dan Metode Double Exponential

Smoothing, serta Simulasi Monte Carlo. Berdasarkan rencana produksi dihitung

kebutuhan bahan baku tahun 2004 menggunakan metode konvensional yang digunakan perusahaan, metode rata-rata kebutuhan berdasar simulasi, metode simulasi dengan target pesimis dan metode simulasi dengan target optimis. Stok bahan baku akhir tahun 2004 dihitung dengan metode konvensional menghasilkan nilai Rp 619.887.971,-. Nilai stok akhir dengan metode konvensional adalah nilai 176 bahan baku yang digunakan untuk memproduksi 32

(24)

11 produk pareto A di tahun 2004. Dari 389 bahan baku yang ada, dilakukan simulasi khusus untuk 176 bahan yang digunakan oleh produk pareto A. Kebutuhan berdasarkan metode simulasi ini adalah berdasarkan realisasi pemakaian bahan tahun 2002 dan 2003 khusus untuk 176 bahan yang selain digunakan oleh 32 produk pareto A juga digunakan oleh sebagian besar produk non pareto A yang berjumlah 196 produk. Nilai stok bahan di akhir tahun 2004 bila dihitung dengan metode rata-rata kebutuhan berdasarkan hasil simulasi diperoleh nilai Rp 634.677.257. Berdasarkan perhitungan tersebut terdapat selisih Rp 14.789.286 antara stok yang dihitung dengan metode konvensional yang saat ini digunakan perusahaan dan metode rata-rata hasil simulasi. Dengan kata lain terdapat selisih sebesar Rp 14.789.286,- yang menunjukkan kebutuhan untuk pembelian bahan baku di luar bahan-bahan yang digunakan pada produk pareto A. Nilai tersebut cukup kecil, terbukti bila dihitung rencana produksi rata-rata penjualan enam bulan terakhir dan kebutuhan bahan baku untuk 20 produk non pareto A dibutuhkan 53 jenis bahan baku, dan diperoleh nilai stok bahan baku akhir tahun 2004 yang jauh lebih besar, yaitu Rp 88.854.054. Perhitungan stok akhir bahan baku dengan metode simulasi dengan target pesimis menghasilkan nilai Rp 465.915.596,- Kebutuhan dengan target pesimis adalah kebutuhan dengan rata-rata hasil simulasi dikurangi dengan standar deviasi dari pemakaian bahan baku. Perhitungan kebutuhan bahan baku dengan target optimis menghasilkan kebutuhan bahan baku tiap bulan dengan rata-rata hasil simulasi ditambah standar deviasi yang menghasilkan nilai stok akhir sebesar Rp 886.525.514.

Hira (2001) meneliti tentang perencanaan pengendalian persediaan bahan baku ikan Tuna Loin di PT. Bonecom Jakarta. Metode penelitian yang digunakan dengan Simulasi Monte Carlo dan metode persediaan Probabilistik. Metode ini digunakan untuk menghitung jumlah tiap pemesanan (Q), tingkat persediaan (SS), dan total biaya persediaan. Berdasarkan hasil simulasi tingkat penjualan ekspor tuna loin untuk periode 2000 hingga 2005, rata rata tingkat penjualan perbulannya adalah 28.504,92 kg (tahun 2000), 26.128,75 kg (tahun 2001), 16.624,08 kg (tahun 2002), 30.881,08 kg (tahun 2003), 27.316,83 kg (tahun 2004) dan 30.881,08 kg (tahun 2005). Dengan menggunakan metode persediaan

(25)

12 probabilistik, dapat diketahui bahwa jumlah pemesanan bahan baku yang optimal dan jumlah ikan tuna sebagai bahan baku penyangga (buffer stock) yang harus tersedia guna menjaga kelancaran berproduksi. Pemesanan optimal bertujuan untuk menentukan jumlah pembelian bahan baku yang optimal dalam setiap kali pemesanan dilakukan. Adanya perubahan pada setiap jumlah pemesanan disebabkan oleh adanya perubahan pada tingkat penjualan, karena hubungan keduanya berbanding lurus. Rata rata pemesanan optimal untuk setiap pemesanan adalah 1.477,81 kg, angka ini merupakan rata pelaksanaannya. PT. Bonecom mengalami over stock sebesar 32,38 persen dari yang seharusnya tersedia, karena secara teoritis, tingkat persediaan disediakan sebesar 10 - 20% dari total kebutuhan bahan baku selama kegiatan proses produksi. Ikan tuna yang tersimpan sebagai persediaan berdasarkan data tahun 1998-1999 adalah sebanyak 1.560.315,35 kg atau rata-rata persediaan 65.013,14 kg, sedangkan hasil perhitungan bahwa jumlah ikan tuna sebagai bahan baku yang sebaiknya tersedia adalah sebesar 43.960 kg. Selain itu jumlah pemesanan yang dilakukan oleh PT. Bonecom selama ini melebihi kebutuhan (berdasarkan pada tingkat penjualan) sebesar 1.935,24 kg/pesanan yang bernilai Rp. 24.771.072. Berdasarkan data aktual tahun 1998-1999, total pembelian ikan tuna adalah sebanyak 2.491.529,19 kg, dengan perhitungan 1 tahun adalah 365 hari kerja, maka rata rata pembelian ikan tuna adalah sebanyak 3.413,05 kg/pesanan yang bernilai Rp. 43.687.040. Hasil perhitungan dengan menggunakan metode persediaan probabilistik jumlah pemesanan optimal adalah 1.477,81 kg/pesanan yang bernilai Rp. 18.951.968, dengan demikian PT. Bonecom dapat menekan biaya investasi sebanyak Rp. 24.771.072 untuk kelebihan bahan baku.

Pamela (2011) meneliti tentang manajemen persediaan usaha tanaman hias Adenium yang dilaksanakan di PT. Godongijo Asri, Depok Jawa Barat. Pada penelitian ini Pamela membagi pengendalian persediaan ke dalam dua sistem utama yang merujuk kepada buku karangan Watters (1992), dengan judul

Inventory Control and Manajement” dua sistem tersebut adalah sistem

persediaan permintaan tidak bebas (Dependent Demand System) dan sistem persediaan bebas (Independent Demand System). Perbedaan kedua sistem ini mengindentifikasikan nantinya pada penggunaan model ideal pengendalian

(26)

13 persediaan yang cocok dan sesuai dengan asumsi-asumsi yang ada. Pada sistem persediaan tidak bebas memiliki model ideal seperti metode material requirement

planning (MRP) dan just-in-time(JIT), sedangkan pada sistem persediaan bebas

memiliki model ideal sepeti metode 1) Economic Order Quantity (EOQ) klasik, 2) EOQ dengan kendala investasi, 3) EOQ dengan two bin system tanpa kendala investasi, 4) EOQ dengan two bin system dengan kendala investasi, 5) Probabilistik, 6) peramalan permintaan. Pada penelitian ini perusahaan menggunakan model persediaan EOQ dengan two bin system. Berikut hasil penelitian pengendalian persediaan dilihat dari biaya total dan kendala dari setiap model ideal dan model yang digunakan perusahaan :

Tabel 1. Total Biaya Persediaan dan Kendala Asumsi Dari Semua Model Ideal

Model ideal Asumsi Model

Kondisi Perusahaan Terhadap Asumsi

Model

Biaya Total (Rp)

Two bin system (perusahaan/konve nsional) Batas persediaan harus dalam keadaan maksimal Apabila stok berkurang maka perusahaan harus segera berproduksi sedangkan permintaan terhadap produk akhir belum tentu sesuai karna karakteristik permintaan yang tidak konstan

2.550.000 (340 unit)

EOQ klasik Permintaan diketahui secara pasti, kontinu, sepanjang waktu Permintaan tidak konstan , asumsi pemenuhan kembali persediaan instan seketika waktu tidak dapat digunakan karena waktu produksi yang lama, 1.800.000 (240 unit) EOQ dengan kendala investasi Permintaan diketahui secara pasti, kontinu, sepanjang waktu Kesulitan dalam penetapan jumlah investasi maksimal karena permintaan tidak diketahui secara konstan

1.905.000 (340 unit)

EOQ metode two

bin system tanpa

kendala investasi Permintaan diketahui secara pasti, kontinu, sepanjang waktu Permintaan tidak kostan, pemenuhan kembali investasi secara instan tidak bisa dilakukan karena

2.304.400 (194 unit)

(27)

14

Model ideal Asumsi Model

Kondisi Perusahaan Terhadap Asumsi

Model

Biaya Total (Rp)

masa produksi yang lama

EOQ metode two

bin system dengan

kendala investasi

Persediaan dipesan pada persediaan awal harus nol

Nilai persediaan awal tidak nol

2.283.200 (216 unit)

Probabilistik Tidak boleh ada kekurangan persediaan atau harus ada safety

stock yang optimal Terjadi kekurangan persediaan karena perusahaan memenuhi permintaan 1.394.000 (579 unit) Peramalan Proyeksi permintaan atau penjualan akan semakin mengikuti tren, kasus tren menurun Keinginan perusahaan yang menginginkan penjualan yang terus meningkat 1.978.100 (260 unit) MRP Untuk mengendalikan persediaan bahan baku (barang setengah jadi) Untuk mengendalikan persediaan bahan baku produk akhir

150 unit

Just in time Kondisi

lingkungan yang stabil, produk dengan sedikit varian, kontinu pada tingkat yang tetap, untuk produksi volume besar, persediaan minimum, waktu tunggu pendek, pemasok handal, kualitas persediaan konsisten

Semua asumsi tidak dapat dipenuhi

-

Sumber: Pamela (2011) diolah.

Berdasarkan hasil perhitungan pada model persediaan ideal di atas dan terhadap asumsi-asumsi yang ada maka tidak ada satupun model persediaan ideal yang cocok untuk dilakukan dalam manajemen persediaan tanaman hias, karena

(28)

15 karakteristik permintaan adenium yang tidak konstan dan karakteristik produksi usaha tanaman hias adenium. Namun yang mungkin diterapkan hanyalah model konvensional perusahaan yaitu model EOQ dengan metode two bin system karena menejemen persediaan yang sudah dilakukan selama ini oleh perusahaan melakukan dengan metode ini.

Dari penelitian-penelitian sebelumnya, yang telah dijelaskan di atas, dapat diperoleh informasi bahwa, MAM merupakan restoran yang menyediakan martabak dengan rasa yang enak, dan merupakan makanan selingan yang biasanya dibeli konsumen pada saat hari libur (Sary, 2006). Sehingga diperlukan stok bahan baku yang cukup, terutama saat hari libur. Dalam menganalisis persediaan bahan baku, dapat menggunakan beberapa sistem analisis persediaan bahan baku, diantaranya sistem permintaan persediaan bebas (independent demand system) dan sistem permintaan persediaan terikat (dependent demand system). Pada penelitian ini akan digunakan adalah sistem permintaan persediaan bebas

(independent demand system) yaitu model probabilistik karena sesuai dengan

kondisi perusahaan yang melayani job order yang sifatnya tidak pasti dan juga mampu melihat kondisi persediaan bahan baku sesuai kondisi nyata pada perusahaan.

(29)

16

III.

KERANGKA PEMIKIRAN

3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Manajemen Persediaan

Manajemen persediaan adalah menentukan keseimbangan antara investasi persediaan dengan pelayanan pelanggan (Heizer dan Render, 2010). Sistem persediaan adalah serangkaian kebijaksanaan dan pengendalian yang memonitor tingkat persediaan dan menentukan tingkat persediaan yang harus dijaga, kapan harus diisi, dan berapa besar pesanan harus dilakukan. Sistem ini bertujuan untuk menetapkan dan menjamin tersedianya sumberdaya yang tepat, dalam kuantitas yang tepat dan pada waktu yang tetap. Istilah persediaan adalah istilah umum yang menunjukan segala sesuatu atau sumberdaya organisasi yang disimpan dalam antisipasinya pemenuhan permintaan (Handoko, 1997). Persediaan merupakan hal penting bagi suatu perusahaan manufaktur, dalam menjaga keberlangsungan proses produksi. Karena persediaan dalam hal ini adalah bahan baku, maka persediaan memiliki persentase terbesar dari modal kerja. Menurut Handoko (1997) jenis-jenis persediaan adalah sebagai berikut :

1. Persediaan bahan mentah

Yaitu persediaan yang berwujud yang digunakan dalam proses produksi. Sumber bahan mentah tersebut dapat diperoleh dari sumber alam atau dibeli dari

supplier atau dibuat sendiri oleh perusahaan.

2. Persediaan komponen rakitan

Persediaan barang yang terdiri dari komponen-komponen yang diperoleh dari perusahaan lain, dimana langsung dirakit menjadi suatu produk.

3. Persediaan bahan pembantu atau penolong

Persediaan barang yang diperlukan dalam proses produksi, tetapi tidak merupakan bagian atau komponen barang jadi.

4. Persediaan barang dalam proses

Persediaan barang yang merupakan keluaran dari tiap-tiap bagian dalam proses produksi atau yang telah diolah menjadi suatu bentuk, tetapi masih perlu diproses lebih lanjut menjadi barang jadi.

(30)

17 5. Persediaan barang jadi

Persediaan barang yang telah selesai diproses atau diolah dalam pabrik dan siap untuk dijual atau dikirim ke pelanggan.

Waters (1992) mengatakan alasan pokok penyimpanan persediaan digunakan sebagai penyangga (buffer) antara penawaran dan permintaan. Sebagai contoh ilustrasi yang dikemukakan Waters (1992) yaitu persediaan roti pada stok roti, jika stok roti tersebut mengetahui dengan tepat jumlah roti yang akan terjual, maka stok roti tentunya akan memangggang roti sejumlah yang diperlukan, dan tentu saja akan menghilangkan persediaan, dan memiliki keuntungan yaitu konsumen akan mendapatkan roti yang segar dan tidak akan ada roti basi dan terbuang. Namun dalam kenyataannya, bagaimanapun stok roti tidak akan tahu dengan pasti kapan konsumen akan meminta roti, jadi mereka menjaga persediaan untuk ketidakpastian tersebut. Persediaan berperan sebagai penyangga antara penawaran dan permintaan secara sistematis dapat dilihat pada gambar dibawah ini:

Gambar 2. Persediaan Sebagai Penyangga Antara Penawaran dan Permintaan Sumber : Waters (1992)

Persediaan perlu dikelola dengan baik, dengan tujuan untuk dapat memenuhi permintaan konsumen dengan cepat sehingga menjaga kontinuitas produksi, serta menjaga agar biaya persediaan tidak membesar, biaya persediaan juga terkendali, untuk mempertahankan atau meningkatkan laba, dan dalam jangka panjang manajemen persediaan dapat mempengaruhi daya saing perusahaan. Penawaran dengan segala variasi dan ketidakpastian dalam jumlah dan waktu Persediaan berperan sebagai penyangga (buffer) Permintaan dengan segala variasi dan ketidakpastian dalam jumlah dan waktu

(31)

18 Tingkat persediaan dari suatu jenis barang dapat bervariasi sepanjang waktu dengan sebuah pola tipikal yang ditunjukan pada gambar dibawah ini. Tingkat persediaan bervariasi sepanjang waktu mengikuti permintaan konsumen. Selain itu persediaan bervariasi sepanjang waktu dikarenakan barang bahan baku maupun penyangga menjadi langka sehingga sulit untuk diperoleh, dan keterlambatan pemasok dalam pengiriman barang yang dipesan.

Gambar 3. Pola Tipikal Tingkat Persediaan terhadap Waktu Sumber : Waters (1992)

Keterangan gambar :

A : Delivery Arrives G : Order Placed

B : Order Placed H : Delivery Arrives

C : Delivery Arrives D : Order Placed E : Stock out F : Delivery Arrives Stock level A B C D E F G H Time

(32)

19

3.1.2 Perencanaan Persediaan

Dalam perencanaan ditentukan usaha-usaha atau tindakan-tindakan yang akan perlu diambil oleh pimpinan perusahaan untuk mencapai tujuan perusahaan, dengan mempertimbangkan masalah-masalah yang mungkin timbul dimasa mendatang (Assauri, 1999). Menentukan kebutuhan kapasitas/persediaan masa depan bisa menjadi prosedur yang rumit, yang sebagian besar didasarkan permintaan di masa yang akan datang. Jika permintaan barang dapat diramalkan dengan tingkat ketepatan yang memadai, maka penentuan kebutuhan persediaan dapat langsung dilakukan. Menurut Heizer dan Render (1999), penentuan kapasitas persediaan biasanya membutuhkan dua tahap, tahap pertama adalah permintaan masa depan diramalkan dengan metode tradisional dan tahap kedua peramalan ini digunakan untuk menentukan kebutuhan kapasitas persediaan serta peningkatan ukuran untuk setiap penambahan kapasitas persediaan.

3.1.3 Model Persediaan Permintaan Ideal

Model–model persediaan dibagi menjadi dua yaitu, model permintaan persediaan bebas (independent demand inventory system) yaitu permintaan terhadap satu jenis barang tidak tergantung dari permintaan barang lain, dan model persediaan tidak bebas (dependent demand inventory system) yaitu permintaan satu jenis barang secara langsung berkaitan dengan permintaan barang lain (Waters, 1992). Model–model persediaan mengasumsikan bahwa permintaan untuk sebuah barang independent dari atau dependent pada permintaan akan barang lain (Heizer dan Render, 2010). Sebagai contoh permintaan mesin mixer independent terhadap permintaan mesin timbangan. Akan tetapi permintaan komponen-komponen mesin mixer dependent terhadap permintaan mesin mixer. Jadi model permintaan persediaan bebas prinsipnya adalah yang paling cocok untuk persediaan barang jadi (finished

goods) contohnya telur, gula, mentega, tepung terigu, butter merupakan bahan

baku untuk martabak manis, sedangkan model permintaan persediaan terikat prinsipnya adalah paling cocok untuk bahan baku dan barang setengah jadi contohnya serat kayu merupakan bahan baku untuk kertas dan kertas adalah bahan setengah jadi untuk diolah lanjut menjadi barang jadi.

(33)

20

3.1.4 Sistem Persediaan Permintaan Bebas

Sistem persediaan permintaan bebas adalah permintaan satu permintaan jenis bahan tidak terikat (bebas) pada jenis barang lainnya. Sehingga permintaan terhadap satu jenis barang persediaan dibangun oleh permintaan konsumen. Menurut Waters (1992) sistem persediaan permintaan bebas dapat dianalisis dengan enam model yaitu :

1. Economic Order Quantity (EOQ) klasik

2. EOQ dengan kendala investasi

3. EOQ dengan two bin system tanpa kendala investasi 4. EOQ dengan two bin system dengan kendala investasi 5. Probabilistik

6. Peramalan Permintaan

3.1.5 Pengendalian Persediaan

Pengendalian persediaan merupakan kegiatan untuk menentukan tingkat dan komposisi persediaan komponen rakitan, bahan baku dan produk hasil, sehingga perusahaan dapat melindungi kelancaran produksi dan penjualan serta kebutuhan-kebutuhan pembelajaran perusahaan dengan efektif dan efisien (Assauri, 1999).

3.1.6 Fungsi Persediaan

Efisiensi dan efektivitas kegiatan produksi dari suatu perusahaan dapat ditingkatkan dengan mengoptimalkan persediaan bahan baku. Hal tersebut disebabkan karena persediaan memiliki beberapa fungsi penting. Fungsi-fungsi tersebut menurut Handoko (1992) meliputi :

1. Fungsi Decoupling

Merupakan fungsi persediaan bahan baku yang memungkinkan perusahaan dapat memenuhi permintaan pelanggan tanpa tergantung pemasok. Persediaan bahan baku diadakan agar perusahaan tidak sepenuhnya tergantung pada pengadaannya dalam hal kuantitas dan waktu pengiriman.

2. Fungsi Economic Lot Sizing

Merupakan fungsi yang menyimpan persediaan sehingga perusahaan dapat membeli bahan baku dalam kuantitas yang dapat mengurangi biaya-biaya per unit.

(34)

21 Persediaan ini mempertimbangkan potongan pembelian dan biaya pengangkutan yang lebih murah karena perusahaan melakukan pembeliandalam jumlah yang besar.

3. Fungsi Anticipation

Yaitu fungsi yang berguna bagi perusahaan dalam menghadapi ketidakpastian waktu kedatangan barang selama periode pemesanan kembal isehingga memerlukan persediaan pengaman. Fungsi ini menjadi pelengkap bagi fungsi

decoupling.

3.1.7 Biaya – Biaya Persediaan

Dalam pembuatan setiap keputusan yang akan mempengaruhi besarnya jumlah persediaan, biaya-biaya variabel berikut ini harus dipertimbangkan diantaranya (Handoko, 1997):

a. Biaya penyimpanan

Merupakan biaya yang dikeluarkan berkenaan dengan diadakannya persediaan barang. Biaya ini terdiri atas biaya-biaya yang bervariasi secara langsung dengan kuantitas persediaan. Biaya penyimpanan per periode akan semakin besar apabila kuantitas bahan yang dipesan semakin banyak, atau rata-rata persediaan semakin tinggi. Biaya ini meliputi biaya pemeliharaan, biaya kerusakan dan penyusutan, biaya asuransi, dan biaya opportunity.

b. Biaya pemesanan (pembelian)

Merupakan biaya yang dikeluarkan sehubungan dengan kegiatan pemesanan bahan sejak bahan dipesan sampai bahan tersedia di gudang. Setiap kali barang dipesan, perusahaan menanggung biaya pemesanan (order cost).

c. Biaya kehabisan atau kekurangan bahan

Merupakan biaya yang timbul sebagai akibat tidak tersedia bahan pada waktu yang diperlukan, bukan biaya nyata melainkan biaya kehilangan kesempatan. Biaya ini merupakan biaya yang sulit diperkirakan. Biaya ini timbul bila persediaan tidak mencukupi adanya permintaan bahan.

3.1.8 Persediaan Pengaman

Dalam kondisi actual perusahaan sering dihadapkan dengan fluktuasi permintaan. Persediaan penyangga (safety stok) selama periode waktu

(35)

22 tenggang merupakan tindakan penanggulangan yang logis dalam mengatasi permintaan yang fluktuatif. Service level adalah peluang untuk dapat memenuhi permintaan selama periode waktu tenggang.

3.1.9 Bahan Baku

Bahan baku merupakan bahan yang membentuk bagian menyeluruh dari produk jadi. Masalah yang sering terjadi pada produsen adalah ketersediaan bahan baku, baik jumlah dan kualitasnya. Menurut Assauri (1999), pengertian bahan baku meliputi semua bahan yang dipergunakan dalam perusahaan pabrik, kecuali terdapat bahan-bahan yang secara fisik akan digabungkan dengan produk yang dihasilkan oleh perusahaan yang dimiliki pabrik tersebut.

3.1.10 Pengendalian Persediaan Metode Konvensional

Metode perencanaan dan pengendalian persediaan yang digunakan pada perusahaan atau metode konvensional menggunakan model persediaan

independen yaitu berupa Economic Order Quantity (EOQ) dengan model Two Bin

System tanpa kendala investasi. Metode ini diasumsikan untuk memenuhi

kebutuhan persediaan dimana waktu pemenuhan persediaan terbatas. Pada dasarnya penggunaan model EOQ dengan model Two Bin System tanpa kendala investasi sama saja dengan pengguaan model EOQ klasik, yang berbeda hanyalah pada model ini pemenuhan persedian relatif tidak instan atau pemenuhan persediaan tidak dapat cepat dilakukan. Teknis model two bin system ini yaitu suatu jenis barang bahan baku dimasukkan ke dalam satu tempat atau modifikasi dari sistem bin seperti ilustrasi sistem tangki air, bila batas persediaan sudah mencapai posisi level batas pemesanan maka akan dilakukan pemesanan untuk pemenuhan kembali persediaan garang tersebut (Waters. 1992). Berikut ilustrasi dalam bentuk gambar tangki air :

(36)

23 Batas garis dimana reorder level

Gambar 4. Ilustrasi Model Two Bin System untuk air dalam tangki Sumber : Waters (1992)

3.1.11 Distribusi Probabilitas

Menurut Hanke, et al.(2003), suatu variabel diskrit acak dapat mengasumsikan hanya nilai-nilai dari himpunan yang telah ditentukan sebelumnya. Hasilnya sering disebut bilangan bulat, maka distribusi probabilitas acak adalah semua kemungkinan nilai yang dapat dipergunakan variabel bersamaan dengan peluang terjadinya masing-masing. Salah satu cara menentukan distribusi probabilitas bagi variabel tertentu adalah dengan menguji hasil historis (data) dan distribusi probabilitas dapat ditemukan, atau frekuensi relatif, untuk setiap variabel yang mungkin dengan cara membagi jumlah pengamatan dengan jumlah pengamatan total (Heizer dan Render, 2010).

3.1.12 Model Probabilistik

Model probabilistik merupakan salah satu model persediaan ideal yang dibangun berdasarkan ketidakpastian dimana variabel tidak diketahui secara pasti tetapi mengikuti sejumlah distribusi kemungkinan dalam variabel (probability distribution).

Menurut Waters (1992), ketidakpastian dalam persediaan yaitu: 1. Permintaan.

Permintaan keseluruhan untuk suatu jenis barang dari sejumlah besar konsumen individu. Fluktuasi acak dalam angka dan ukuran dari pesanan-pesanan tersebut diterjemahkan kepada kedalam suatu variabel ketidakpastian keseluruhan permintaan.

(37)

24 2. Biaya.

Pada umumnya biaya memiliki kecenderungan meningkat secara kontinu dalam beberapa tahun. Ukuran dan waktu dari peningkatan tidak dapat diprediksi, sehingga biaya persediaan yang akan datang menjadi tidak pasti. 3. Waktu tunggu.

Waktu tunggu terdiri dari beberapa bagian, termasuk masa persiapan, lokasi dan produksi jenis barang tersebut dari pemasok, pengemasan, dokumentasi, pengepalan, transportasi, pengecekan pada saat kedatangan dan sebagainya. Begitu banyak aktivitas dalam rantai ini yang beberapa variasi pasti terjadi. Bila jenis barang tersebut harus dibuat dan dikapalkan secara internasional, ketidakpastian menjadi tinggi, tetapi bila dipasok dari pemasok lokal, ketidakpastian menjadi rendah.

4. Kuantitas pasokan.

Meskipun pesanan dikirimkan sesuai dengan jumlah unit yang dipesan, namun ada kala jumlah yang dikirimkan berbeda dengan yang dipesan. Alasan jelas ini adalah pengecekan kualitas dengan membatalkan beberapa unit yang telah dikirimkan, kehilangan atau kerusakan selama pengapalan, dan kesalahan-kesalahan lainnya. Sebaliknya pemasok mungkin mengizinkan beberapa tambahan atau kelebihan dan mengirimkan beberapa unit dari yang dipesan.

Dalam model probabilistik terdapat dua sistem yaitu periodic review

system dan kuantitas pemesanan tetap. Keuntungan sistem periodic review system

adalah dari segi kemudahan untuk dikelola. Terdapat kegiatan rutin untuk mengecek persediaan di waktu yang ditentukan, pemesanan dilakukan, pengiriman dilakukan, barang tiba dan diperiksa dan sebagainya. Periodic review

system khususnya sangat bermanfaat untuk jenis persediaan yang murah dengan

permintaan tinggi. Kegiatan rutin juga berarti tingkat persediaan diperiksa pada interval yang spesifik dan tidak harus dimonitor secara kontinyu. Sistem kuantitas pesanan tetap membutuhkan persediaan diperiksa secara kontinyu ketika persediaan telah mencapai reorder level (ROL). Keuntungan lain yaitu kemudahan pemesanan untuk beberapa pemesanan jenis persediaan dalam satu

(38)

25 kali pemesanan. Hal ini memberikan pemesanan yang lebih banyak dan memungkinkan perusahaan mendapatkan diskon dari pemasok.

Sebaliknya, keuntungan utama dari sistem kuantitas tetap adalah memesan sejumlah pemesanan persediaan dalam jumlah yang konstan. Pemasok juga dapat mengetahui berapa banyak yang akan dikirim dan administrasi serta transpotasi dapat lebih diatur dalam kebutuhan yang spesifik. Keuntungan lainnya adalah bahwa sistem dapat menyelenggarakan pesanan secara optimal untuk beberapa jenis persediaan yang memiliki karakter masing-masing. Dengan demikian jenis persediaan dengan permintaan yang sedikit akan dipesan sesering dengan jenis persediaan dengan permintaan yang banyak. Sistem kuantitas pemesanan tetap lebih fleksibel menyesuaikan frekuensi terhadap permintaan. Keuntungan lainnya pada sistem kuantitas pemesanan tetap ini yaitu sistem ini dapat memberikan persediaan yang lebih sedikit, karena pada kuantitas tetap terdapat pula persediaan pengaman yang dapat membantu mengatasi ketidakpastian dalam waktu tunggu.

Dalam model probabilistik dengan sistem kuantitas pemesanan tetap, secara garis besar terdiri dari dua model yaitu model untuk permintaan yang terpisah (biasanya untuk produk yang musiman), dan model untuk permintaan yang kontinyu (untuk produk yang diproduksi secara kontinyu). Model untuk permintaan yang terpisah untuk selanjutnya disebut model for diskrit demand dan untuk permintaan kontinyu disebut service level models.

3.2Kerangka Pemikiran Operasional

Perusahaan martabak manis Air Mancur yang memiliki kendala dalam hal ketersediaan bahan baku yang masih belum optimal, membuat perusahaan terganggu dalam hal berproduksi sehingga mengalami kerugian baik dari biaya yang harus ditanggung akibat pemesanan bahan baku yang tidak tentu dan hilangnya kesempatan berpoduksi lebih disaat permintaan konsumen meningkat. Permintaan konsumen terhadap martabak manis tidak tentu dan cenderung berfluktuatif dan ini menjadi faktor sulitnya perusahaan dalam manajemen persediaan yang optimal.

Menganalisa manajemen persediaan perusahaan dapat dilakukan dengan memulai identifikasi kebijakan perusahaan dalam sistem pengadaan bahan baku

(39)

26 sehingga dapat diketahui volume pemakaian bahan baku, biaya-biaya persediaan bahan baku, harga bahan baku, dan waktu tunggu (lead time). Setelah identifikasi diketahui, maka dapat dilakukan analisis pengendalian persediaan bahan baku.

Analisis persediaan bahan baku terbagi menjadi dua yang berfungsi untuk mengetahui dan membandingkan antara pengendalian persediaan bahan baku yang dilakukan perusahaan dengan pengendalian persediaan bahan baku yang akan dianalisis oleh penulis. Model pengendalian persediaan bahan baku yang dilakukan berupa model EOQ model Two Bin System dimana sistem pemenuhan kembali stok bahan baku dilakukan perusahaan pada saat jumlah stok bahan baku berada pada posisi dimana perusahaan harus melakukan pemesanan untuk pemenuhan kembali bahan baku yang habis (reorder level). Titik dimana perusahaan menentukan saat kapan harus melakukan pemesanan kembali adalah pada saat stok bahan baku tersisa sebesar 10 sampai 20 persen. Akan tetapi perusahaan tidak melakukan perencanaan persediaan bahan baku secara tertulis namun hanya melakukan perencanaan biasa dimana bila melihat beberapa hari kedepan terdapat hari libur nasional maka perusahaan akan merencanakan pemesanan bahan baku yang dilebihkan dari pemesanan biasa sebesar 10 sampai 20 persen. Peneliti akan melakukan analisis pengendalian bahan baku yang berbeda dengan yang dilakukan perusahaan untuk dibandingkan yang nantinya akan dipilih mana yang lebih efisien, metode analisis tersebut adalah model persediaan probabilistik dengan model service level model. Metode probabilistik dengan model service level models ini dipilih karena berdasarkan dengan kondisi perusahaan yang melayani job order yang sifatnya tidak pasti dan juga mampu menggambarkan kondisi nyata pada perusahaan. Kondisi yang tidak pasti ini berawal karena perusahaan tidak bisa memprediksi berapa permintaan konsumen setiap harinya (tidak konstan) maka dilakukan analisis probabilistik dengan model

service level model. Kemudian dari data hasil olahan ini akan dilakukan

perhitungan nilai persediaan akhir yang akan dibandingkan dengan nilai persediaan akhir yang dilakukan oleh perusahaan sehingga dapat menghasilkan rekomendasi perusahaan mana yang akan disarankan untuk diterapkan.

(40)

27

Gambar 5. Kerangka Pemikiran Operasional

Pengendalian Persediaan Ideal Metode Probabilistik

Rekomendasi alternatif pengendalian persediaan bahan baku

Kondisi actual

perusahaan / metode

two bin sistem

Biaya persediaan bahan baku Harga bahan baku Lead time

Analisis Pengendalian Persediaan Bahan Baku

Volume pemakaian bahan baku

Identifikasi kebijakan perusahaan dalam pengadaan bahan baku martabak manis Masalah perusahaan :

Ketersediaan bahan baku yang belum optimal/manajemen persediaan yang belum optimal

(41)

28

IV.

METODE PENELITIAN

4.1Lokasi dan Waktu

Lokasi penelitian dilaksanakan di Martabak Air Mancur lokasi Jl. Sudirman Bogor, dan telah dilaksanakan sejak bulan September 2011 – Maret 2012.

4.2Jenis dan Sumber Data

Jenis dan sumber data yang digunakan pada penelitian ini diambil menggunakan data primer maupun data sekunder berupa data-data yang dimiliki perusahaan antara lain dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 2. Jenis dan Sumber Data

No Jenis Data Sumber Data

1. Kebijakan operasional perusahaan Manajemen

2. Sejarah perusahaan Manajemen

3. Struktur organisasi Manajemen 4. Produk yang dihasilkan Bagian produksi 5. Penjualan bulanan Bagian pemasaran

6. Bahan baku yang digunakan Bagian produk development

7. Lead time pembelian bahan baku Bagian purchasing

8. Mesin-mesin produksi Bagian mesin produksi

4.3Metode Pengumpulan Data

Teknik yang digunakan untuk memperoleh data primer maupun data sekunder dilakukan dengan dua pendekatan sebagai berikut:

a. Studi Pustaka

Studi pustaka dilakukan dengan melakukan sudi literatur dan tulisan ilmiah yang berkaitan dengan topik penelitian ini. Untuk menambah informasi dan data sekunder yang dikumpulkan, pustaka yang dikaji tidak terbatas hanya pada pustaka yang dipublikasikan tetapi juga pustaka yang digunakan secara terbatas.

(42)

29 b. Studi Lapang

Studi lapang dilakukan dengan mengumpulkan data yang berhubungan dengan objek kajian, guna menunjang penelitian ini. Dalam penelitian ini peneliti melakukan sampling dalam pengambilan data primer dengan menggunakan teknik

non-probability berupa purposive sampling karena objek secara personal telah

ditetapkan yaitu yang sudah dijelaskan pada tabel di atas. Data primer ini dilakukan dengan menggunakan kuisioner kepada sumber yang akan diwawancara yang berisi tentang pertanyaan yang terkait dengan jenis data yang akan di ambil pada tabel di atas. Sedangkan dalam pengambilan data sekunder berasal dari data penjualan bulanan martabak manis pada tahun 2009-2011 serta data pembelian bahan baku selama September-Desember 2011.

4.4Teknik Analisis Data

Penelitian ini dilakukan untuk menjawab tiga tujuan pada pendahuluan sesuai dengan tujuan-tujuan tersebut, maka teknik analisis data yang digunakan juga disesuaikan dengan ke-3 tujuan tersebut. Penelitian ini akan dianalisis dengan cara kuantitatif yaitu dengan mengolah data sekunder yang digunakan peneliti untuk mendapatkan model dari hasil olahan data interval/ratio yang ditabulasikan menggunakan software komputer yaitu SpredSheet (Microsoft Excell 2007) dan

Minitab 14 untuk menghitung standar deviasi dam rataan dalam pendekatan

probabilistik. Model persediaan konvensional yang akan di analisis adalah model EOQ dengan two bin system tanpa kendala investasi, sedangkan model persediaan ideal yang akan digunakan adalah metode probabilistik dengan model service

level model yang pada akhirnya akan dipilih dan digunakan sebagai alternatif yang

sesuai dengan perusahaan dalam perencanaan pengendalian bahan baku produksi.

4.4.1 Identifikasi Sistem Pengendalian Persediaan Bahan Baku Perusahaan/Konvensional

Identifikasi awal meliputi identifikasi proses produksi dalam perusahaan dan kebijakan dalam proses produksi. Selain itu juga identifikasi pengendalian persediaan yang ada di perusahaan, jenis-jenis persediaan bahan baku yang dimiliki perusahaan, kebijakan dalam pengendalian persediaan bahan baku, cara perusahaan mengatur persediaan, cara pembelian bahan baku ke pemasok, harga

Gambar

Tabel 1. Total Biaya Persediaan dan Kendala Asumsi Dari Semua Model Ideal  Model ideal  Asumsi Model
Gambar 3. Pola Tipikal Tingkat Persediaan terhadap Waktu  Sumber : Waters (1992)
Tabel 2. Jenis dan Sumber Data
Grafik Hasil Pemesanan (kali) Olahan Standar Deviasi Menggunakan Minitab 14  untuk Tepung Terigu, Gula Pasir dan Telur Ayam

Referensi

Dokumen terkait

Produksi serasah daun Homalanthus populneus dan Macaranga hypoleuca (g/m 2 /minggu) di Deleng Macik, Taman Hutan Raya Bukit Barisan Kabupaten Karo Sumatera

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kesadarannya composmentis atau sadar penuh 84,4 % dengan penanganan tanggap darurat tepat dan 15,6 % samnolent sedangan 32,3

Apakah usulan Sejalan dengan Rancangan Awal RKPD; Apakah Sesuai Dengan Arah Kebijakan Daerah;. Prioritas 2, Kegiatan Rancangan

Untuk memastikan jenis senyawa yang terkandung dalam buah mengkudu dan hubungan antara hasil analisis dengan senyawa-senyawa yang telah dilaporkan terkandung dalam

Yang dimaksud dengan syariah di sini adalah dalam melaksanakan prinsip 5C di atas Bank Syariah Mandiri KCP Ulee Kareng harus sudah sesuai dengan

Responden merasa harga ditawarkan pihak produsen Martabak Air Mancur termasuk harga yang standar yaitu tidak murah dan tidak mahal, terbukti dari hasil olahan data yang diperoleh

Air Mancur pada gudang bahan baku harus dilakukan pengelolaan dengan baik agar tidak terjadi adanya over stock yang dapat menyebabkan tingginya biaya penyimpanan. Penelitian

Ketika menjalankan salah satu pengabdian ini itu diawali dengan observasi terlebih dahulu, melihat kondisi masyarakat setempat, setelah observasi telah dilakukan