• Tidak ada hasil yang ditemukan

B9_P7_PBL_1

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "B9_P7_PBL_1"

Copied!
59
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN HASIL DISKUSI PEMICU 7

LAPORAN HASIL DISKUSI PEMICU 7

BLOK 9 (ILMU KEDOKTERAN GIGI KLINIK 5)

BLOK 9 (ILMU KEDOKTERAN GIGI KLINIK 5)

HARAPAN IBU RITA

HARAPAN IBU RITA

””

DISUSUN OLEH: DISUSUN OLEH:

KELOMPOK 1 KELOMPOK 1

Adeka Julita

Adeka Julita Sari (1006658556)Sari (1006658556) Ajrina Busri (1006658562) Ajrina Busri (1006658562) Anantaria Okawati Rambe

Anantaria Okawati Rambe (1006658575(1006658575)) Annisa Dwi

Annisa Dwi Puspita (1006658581)Puspita (1006658581) Annisa Luthfia Yandri

Annisa Luthfia Yandri (1006658594(1006658594)) Dellyan Putra (1006658625) Dellyan Putra (1006658625) Dina Ariani Dina Ariani (10066586(1006658631)31) Dominikus Fernandi Dominikus Fernandi (100665864(1006658644)4) Farida Ervintari (1006658650) Farida Ervintari (1006658650) Febia Karunia Febia Karunia (1006658663(1006658663))

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA

2012 2012

(2)
(3)

KATA PENGANTAR

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan hasil diskusi skenario 7 dalam bentuk makalah Blok 9 rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan hasil diskusi skenario 7 dalam bentuk makalah Blok 9 Ilmu

Ilmu Kedokteran Kedokteran Gigi Klinik Gigi Klinik 5 5 dengan dengan judul judul ““ Harapan  Harapan Ibu Ibu RitaRita”.”. Kami mengharapkanKami mengharapkan laporan ini dapat bermanfaat dan digunakan sebagaimana mestinya..

laporan ini dapat bermanfaat dan digunakan sebagaimana mestinya..

Kami berterima kasih kepada semua pihak yang telah membimbing dan membantu Kami berterima kasih kepada semua pihak yang telah membimbing dan membantu kami menyelesaikan masalah dalam Skenario 7 ini, di antaranya:

kami menyelesaikan masalah dalam Skenario 7 ini, di antaranya: 1.

1. drg. Siti Fardaniah Sp. Pros, fasilitator yang telah dan senantiasa memberikan arahandrg. Siti Fardaniah Sp. Pros, fasilitator yang telah dan senantiasa memberikan arahan kepada kami selama berlangsungnya diskusi.

kepada kami selama berlangsungnya diskusi. 2.

2. Para penulis yang telah membantu kami menjawab persoalan-persoalan yang ada diPara penulis yang telah membantu kami menjawab persoalan-persoalan yang ada di dalam skenario 2 ini melalui buku-buku maupun tulisan mereka.

dalam skenario 2 ini melalui buku-buku maupun tulisan mereka. 3.

3. Orangtua dan teman-teman yang selalu memberikan dukungan kepada kami dalamOrangtua dan teman-teman yang selalu memberikan dukungan kepada kami dalam menyelesaikan tugas-tugas ini.

menyelesaikan tugas-tugas ini.

Sebagai manusia biasa, kami menyadari masih terdapat banyak kekurangan di dalam Sebagai manusia biasa, kami menyadari masih terdapat banyak kekurangan di dalam makalah ini dan jauh dari kesempurnaan. Namun, kami tetap berharap makalah ini dapat makalah ini dan jauh dari kesempurnaan. Namun, kami tetap berharap makalah ini dapat  bermanfaat dan meningkatkan pengetahuan

 bermanfaat dan meningkatkan pengetahuan para pembaca.para pembaca.

Jakarta, Oktober 2012 Jakarta, Oktober 2012 Penyusun Penyusun Kelompok 1 Kelompok 1

(4)

BAB I

BAB I

PENDAHULUAN

PENDAHULUAN

A.

A. Latar BelakangLatar Belakang

Penyusunan laporan ini berdasarkan pada kasus berikut: Penyusunan laporan ini berdasarkan pada kasus berikut:

Satu bulan kemudian , Ibu Rita berkunjung kembali ke drg. Tatia untuk melanjutkan Satu bulan kemudian , Ibu Rita berkunjung kembali ke drg. Tatia untuk melanjutkan  perawatan

 perawatan kehilangan kehilangan gigi gigi 26 26 dengan dengan gigi gigi tiruan tiruan yang yang tidak tidak dapat dapat dilepas. dilepas. Ibu Ibu RitaRita bersedia menjalani tahap-tahap perawatan yang sudah ditetapkan, dengan harapan bersedia menjalani tahap-tahap perawatan yang sudah ditetapkan, dengan harapan mendapatkan gigi tiruan yang estetis dan nyaman.

mendapatkan gigi tiruan yang estetis dan nyaman.

B.

B. TujuanTujuan

Tujuan penyusunan laporan ini adalah untuk mengetahui: Tujuan penyusunan laporan ini adalah untuk mengetahui:

1.

1. Jenis-jenis gigi tiruan jembatan.Jenis-jenis gigi tiruan jembatan. 2.

2. Indikasi dan kontraindikasi gigi tiruan jembatan dan persyaratan gigi abutment.Indikasi dan kontraindikasi gigi tiruan jembatan dan persyaratan gigi abutment. 3.

3. Komponen-kompoKomponen-komponen pada gigi tiruan jembatanen pada gigi tiruan jembatan dan tipe-tipenya.n dan tipe-tipenya. 4.

4. Material yang digunakan pada pembuatan gigi tiruan jembatan.Material yang digunakan pada pembuatan gigi tiruan jembatan. 5.

5. Tata laksana klinis perawatan gigi tiruan jembatan.Tata laksana klinis perawatan gigi tiruan jembatan. 6.

6. Komunikasi dokter gigi dengan laboratorium dentalKomunikasi dokter gigi dengan laboratorium dental

C.

C. Rumusan MasalahRumusan Masalah 1.

1. Apa saja jenis-jenis gigi tiruan jembatan dan bagaimana indikasi sertaApa saja jenis-jenis gigi tiruan jembatan dan bagaimana indikasi serta kontraindikasinya?

kontraindikasinya? 2.

2. Apa saja komponen yang ada pada gigi tiruan jembatan?Apa saja komponen yang ada pada gigi tiruan jembatan? 3.

3. Apa saja syarat yang diperlukan sebuah gigi untuk dijadikan gigi penyangga pada gigiApa saja syarat yang diperlukan sebuah gigi untuk dijadikan gigi penyangga pada gigi tiruan jembatan?

tiruan jembatan? 4.

4. Apa saja syarat dan prinsip preparasi gigi tiruan jembatan?Apa saja syarat dan prinsip preparasi gigi tiruan jembatan? 5.

(5)

D.

D. Mind MapMind Map

E.

E. HipotesisHipotesis

Ibu Rita akan dibuatkan gigi tiruan jembatan tipe conventional bridge dengan gigi 25 Ibu Rita akan dibuatkan gigi tiruan jembatan tipe conventional bridge dengan gigi 25 dan 27 sebagai gigi penyangga. Sebelumnya dilakukan perawatan prepostetik pada gigi 24 dan 27 sebagai gigi penyangga. Sebelumnya dilakukan perawatan prepostetik pada gigi 24 dan 25 berupa pembuatan restorasi onlay.

dan 25 berupa pembuatan restorasi onlay.

Gigi Tiruan Jembatan Gigi Tiruan Jembatan Komponen GTJ Komponen GTJ Tata laksana Tata laksana Klinis Klinis Syarat gigi Syarat gigi Indikasi dan Indikasi dan kontraindikasi kontraindikasi Komunikasi Komunikasi Laboratorium Laboratorium

Jenis Gigi Tiruan Jenis Gigi Tiruan konektor pontik

konektor pontik

retainer retainer

(6)

BAB II

BAB II

PEMBAHASAN

PEMBAHASAN

1.

1. Jenis-jenisJenis-jenisBridge Bridge  a)

a) Gigi tiruan Gigi tiruan jembatan konvensionaljembatan konvensional 

 RigiRigi d fid fi xexed bd brr ii dgedge

Sesuai namanya, GTJ jenis ini secara

Sesuai namanya, GTJ jenis ini secara fixed fixed terhubung satu sama lain, baikterhubung satu sama lain, baik melalui solder masing-masing mahkota maupun sebagai satu kesatuan melalui solder masing-masing mahkota maupun sebagai satu kesatuan casting

casting (GTJ logam tuang).Dengan kata lain, tekanan yang diterima GTJ ini(GTJ logam tuang).Dengan kata lain, tekanan yang diterima GTJ ini akan terdistribusi secara merata ke semua unit mahkota. GTJ jenis ini sering akan terdistribusi secara merata ke semua unit mahkota. GTJ jenis ini sering digunakan untuk

digunakan untuk GTJ yangGTJ yang ll ong spong span an , namun jarang digunakan untuk yang, namun jarang digunakan untuk yang  short

 short spanspan, karena diperlukan retensi yang sangat baik dari kedua retainer., karena diperlukan retensi yang sangat baik dari kedua retainer. Jika gagal risiko

Jika gagal risiko lepaslepas sangat tinggi. Dengan kata lain, dalam pembuatansangat tinggi. Dengan kata lain, dalam pembuatan GTJ jenis ini perlu preparasi gigi abutment yang cukup ekstensif.

GTJ jenis ini perlu preparasi gigi abutment yang cukup ekstensif. -- All acrylicAll acrylic  GTJ sementara, tekanan kunyah ringan GTJ sementara, tekanan kunyah ringan

-- All metalAll metal  tidak memerlukan estetis, gigi penyangga pendek tidak memerlukan estetis, gigi penyangga pendek -- All porcelainAll porcelain  ukuran abutment besar dan tekanan kunyah ringan ukuran abutment besar dan tekanan kunyah ringan -- KombinasiKombinasi indikasi luas, kekuatan dan estetis baik indikasi luas, kekuatan dan estetis baik

Indikasi

Indikasi →→  Penggantian 1  Penggantian 1 –  –   3 gigi yang saling bersebelahan; Pasien yang  3 gigi yang saling bersebelahan; Pasien yang  punya

 punya tekanan tekanan kunyah kunyah normalnormal –  –   kuat; Gigi penyangga tidak terlalu besar.;  kuat; Gigi penyangga tidak terlalu besar.; Gigi penyangga derajat goyangnya 1 (normal).

Gigi penyangga derajat goyangnya 1 (normal).

Kontra-Indikasi

Kontra-Indikasi →→  Pontics/span yang terlalu panjang; Gigi penyangga  Pontics/span yang terlalu panjang; Gigi penyangga memiliki kelainan periodontal atau karies esktensif; Pasien yang masih muda memiliki kelainan periodontal atau karies esktensif; Pasien yang masih muda dengan ruang pulpa besar.

dengan ruang pulpa besar.

Keuntungan

Keuntungan →→ Memiliki indikasi terluas dari semua jenis GTJ; Punya efek Memiliki indikasi terluas dari semua jenis GTJ; Punya efek splinting terbaik dan karenanya sering digunakan sebagai perawatan splinting terbaik dan karenanya sering digunakan sebagai perawatan  penunjang periodontal.

 penunjang periodontal.

Kerugian

Kerugian →→  Jika span terlalu panjang terjadi resiko adanya gaya  Jika span terlalu panjang terjadi resiko adanya gaya ungkit/

ungkit/bent bent /efek flexural. Hal ini terjadi pada saat makan, bolus makanan/efek flexural. Hal ini terjadi pada saat makan, bolus makanan  berada baik di gigi penyangg

(7)

 Semi fixed bridge

Pada GTJ jenis ini distribusi tekanan dibagi ke masing-masing unit pontik & retainer. Disini GTJ dibagi menjadi 2 bagian, yaitu satu retainer dan gabungan pontik & retainer menggunakan desain dovetail & slot (minor & major retainer – male & female counterpart ). Jarang sekali menggunakan mahkota tiruan penuh dan lebih kepada inlay atau onlay. GTJ ini lebih diindikasikan untuk yang shor t span   di regio posterior dikarenakan pada GTJ ini tidak perlu preparasi yang ekstensif (sifat abutmentnya inlay/onlay). Disini bagian yang bersifat non-rigid diletakkan pada bagian distal unit GTJ dengan tujuan untuk mencegah tertariknya kunci (yang menghubungkan minor & major retainer) ke arah anterior akibat adanya efek  Anterior Component Force saat terjadi oklusi. Hal ini membuat tekanan oklusal diberikan pada masing-masing pontik/retainer.

Syarat  Tekanan kunyah normal/ringan dan ukuran abutment normal.

Konstruksi   Non-rigid Connector   di mesial diastema untuk mencegah tertariknya key karna gaya ACF.

Indikasi →  Salah satu abutment miring >20° atau intermediate abutment; Kehilangan 1 atau 2 gigi dengan salah satu gigi penyangga vital; Kehilangan 2 gigi dengan gigi penyangga intermediate.

Keuntungan → Adanya konektor non-rigid mencegah terjadinya gaya ungkit sebagaimana yang terjadi pada GTJ rigid-fixed; Preparasi tidak terlalu ekstensif sehingga pasien yang ruang pulpanya besar tidak menjadi masalah; Prosedur sementasi bertahap sehingga jika terjadi kesalahan tidak semua unit harus diulang.

Kerugian → Pembuatan r elatif sulit, terutama keakuratan kedua unit retainer; Harganya relatif lebih mahal; Efek splinting kurang; Risiko fraktur  pada kunci tinggi.

 Canti lever bri dge

GTJ ini merupakan jenis yang paling sederhana karena hanya punya satu abutment/retainer. Meskipun demikian, apabila proses dan preparasinya

(8)

dilakukan dengan baik, desain ini memiliki kesuksesan tertinggi. Bentuk desainnya adalah pontic secara langsung terhubung/disangga oleh 1 gigi abutment. Hal ini menyebabkan tekanan yang diterima jaringan  periodonsium menjadi lebih besar daripada jenis lainnya sehingga area akar

dari gigi penyangga harus cukup lebar untuk menyerap tekanan tersebut. Indiaksinya untuk gigi anterior yang memiliki daya gigi ringan seperti I2, sedangkan untuk C harus menggunakan semi rigid atau rigid-fixed. Di regio  posterior jaranga digunakan karena beban oklusalnya terlalu tinggi dan  berisiko terjadi gaya mengungkit.

Syarat  tekanan kunyah ringan, abutment sehat, dukungan tulang baik.

Keuntungan → Desain sederhana, pembuatannya mudah namun hasil maksimal; Jaringan yang rusak tidak banyak; Estetika paling baik karena kesederhanaan desainnya serta menggunakan full-porcelain crown.

Indikasi → Regio anterior, khususnya gigi I2 yang beban oklusal kecil.

Kontra-Indikasi → Regio posterior, kecuali pada P2 bawah yang beban oklusalnya tidak terlalu besar.

Kerugian → Punya daya mengungkit yang dapat merusak jaringan  periodonsium (baik tulang maupun mukosa); Terjadi rotasi palato-labial, namun hal ini jarang terjadi karena adanya keseimbangan jaringan mukosa  bibir, pipi, dan lidah; Indikasi sangat terbatas.

 Spri ng Bri dge

Disini pontics teerhubung dengan retainer melalui palatal bar yang panjang dan fleksibel, dengan kata lain GTJ ini merupakan kombinasi antara retainerp oleh dan potesa jaringan dimana tekanan mastikasi yang seharusnya diterima oleh pontic akan diserap oleh mukoperiosteum via palatal bar tersebut. Hal ini sangat menguntungkan terutama bagi pasien yang memiliki beban oklusal dan daya gigit yang kuat serta menginginkan estetika tertinggi (  full- porcelain). Selain itu, preparasi gigi hanya perlu satu karena retainer yang akan digunakan hanya 1 serta faktor diastema bukan menjadi persoalan

(9)

sebagaimana pada GTJ jenis lainnya. Namun, pembuatannya sangat sulit dan  perlu keakuratan yang tinggi.

Indikasi → Dimana estetika merupakan hal utama, GTJ jenis ini menjadi  pilihan terbaik karena letak gigi penyangga tidak tepat disebelah pontics sehingga tidak terlalu terlihat jika menggunakan logam; Gigi dalam 1 regio tidak memungkinkan untuk digunakan sebagai gigi penyangga, baik karena faktor anatomis (akar & periodontal) maupun karena faktor fisik retainernya; Jika diperlukan adanya diastema (umumnya faktor estetik).

Kontra-Indikasi → Pasien muda yang mahkota klinisnya terlalu pendek sehingga kurang retentif untuk dijadikan penyangga; Pada gigi di mandibula; Bentuk palatal tidak memungkinkan, entah karena adanya torus atau  bentuknya yang terlalu dangkal/dalam. Selain alasan fungsional, faktor

estetik juga menjadi masalah; Gigi penyangga tidak memiliki kontak  proksimal, menyebabkan gigi berisiko bergerak.

Keuntungan → Mendapat hasil estetika yang sangat baik; Waktu kunjungan relatif lebih singkat; Desain umumnya disambut baik oleh pasien karena faktor estetika dan kekuatan yang tahan lama; Tingkat kegagalan rendah selama preparasi dan pembuatannya benar.

Kerugian → Palatal bar dapat membengkok/patah suatu saat jika ada gaya yang cukup besar seperti trauma atau sering bergerak atau bahkan secara alami; Meskipun waktu kunjungan singkat, waktu pembuatan cukup lama dan kompleks serta butuh keahlian.

 Compoun d Br idge

Merupakan kombinasi dari 2 jenis GTJ atau lebih dengan tujuan untuk membuat suatu unit yang dapat saling membagi/mendistribusi tekanan kunyah diantara pontik ke retainernya. Beberapa jenisnya antara lain: rigid-fixed & semi-rigid, rigid-rigid-fixed & spring, rigid-rigid-fixed & cantilever. GTJ ini digunakan karena tidak mungkin hanya menggunakan 1 jenis/unit GTJ saja  pada satu kasus disebabkan oleh banyaknya gigi yang hilang ( flexural effect ).

(10)

kompleks menjadi beberapa unit fungsional dan mencegah kegagalan restorasi seperti contoh diatas.

 Telecospic Br idge  Gigi tiruan jembatan yang umumnya dibuat pada gigi yang miring (drifting ). Preparasi tetap sesuai dengan sumbu giginya tetapi  pada pembuatan coping di sisi mesialnya sejajar dengan sumbu gigi  penyangga lain dengan kombinasi backing-facing  metal-porselen.

b) Gigi tiruan jembatan“sophisticated”

 Resin bonded prosth eses / adhesive br idge 

Retainer hanya berupa pelat metal yang dilekatkan pada bagian lingual/oklusal dengan sistem etsa tanpa/sedikit preparasi.

-  Rochette bridge -  Maryland bridge -  Implant bridge

 Removable br idge

Tujuan  menanggulangi masalah sulitnya membersihkan periodonsium di  bawah pontik dan antara gigi penyangga dengan pontik. GTJ ini dapat

dilepas namun kelemahannya tidak tahan lama.

c) Perbandingan Desain Conventi onal Br idge  Fixed-fixed 

No. Kelebihan Kekurangan

1. Desain yang kuat dengan retensi maksimum dan kuat.

Preparasi gigi yang paralel/sejajar, menyebabkan kehilangan jaringan yang lebih banyak, dapat membahayakan  pulpa, dan mengurangi retensi; kekuatan

gigi juga dapat berkurang. 2. Gigi penyangga dapat splint , khususnya

saat gigi geligi bergerak karena kehilangan tulang saat periodontitis.

Preparasinya sulit, khususnya jika  space  pada gigi sangat luas; kesejajaran harus

selalu diperhatikan.

(11)

bridges. retainer   dan require extensive  (luas),  preparasi destruktif gigi penyangga.

4. Konstruksinya kuat. Sementasinya sulit. 5. Jangka waktu lama.

Fixed-movable 

No. Kelebihan Kekurangan

1. Preparasinya tidak membutuhkan kesejajaran antara gigi yang satu dengan yang lain.

Masa penggunaannya terbatas, khususnya karena terdapat pergerakan gigi  penyangga.

2. Karena preparasinya tidak harus sejajar/paralel, maka desain preparasi dapat berbeda.

Konstruksinya lebih sulit dibandingkan dengan fixed-fixed .

3. Dapat melindungi jaringan gigi karena  preparasi dilakukan untuk minor

retainers yang kurang destruktif.

Sulit untuk membuat temporary bridges.

4. Mentolerir pergerakan gigi minor. 5. Sementasinya mudah.

Cantilever Br idge 

No. Kelebihan Kekurangan

1. Desain konservatif diperlukan bila gigi  penyangganya hanya satu.

Masa waktu penggunaannya lebih terbatas daripada penggunaan satu pontik karena  pengaruh tekanan terhadap gigi  penyangga.

2. Bila gigi penyangganya hanya satu, tidak membutuhkan preparasi yang  paralel/sejajar. Bila gigi penyangganya

dua atau lebih, preparasi paralel akan lebih mudah karena letak gigi tersebut  berdekatan.

Konstruksi bridgenya harus kuat (rigid ) untuk mencegah distorsi.

3. Konstruksinya kuat. Tekanan oklusal pada pontik

menyebabkan tilting   dari gigi penyangga, 4. Paling sesuai untuk menggantikan gigi

(12)

anterior yang hilang/rusak. khususnya pada gigi penyangga yang terletak di distal pontik dan sudah  berpotensi untuktilting  ke mesial.

d) Perbandingan Desain Bridge dengan Preparasi Minimal Fixed-fixed 

No. Kelebihan Kekurangan

1. Permukaan area retensinya luas. Kecenderungan gigi penyangga untuk dislodged  dari retainer nya karena tekanan oklusal dari gigi antagonis.

2. Menggunakan  single casting   dan relatif lebih mudah.

Bila gigi penyangganya tilting , sulit mendapatkan retensi yang kuat.

3. Retensi kedua gigi harus sama, hal ini sulit

dicapai bila gigi penyangga yang satu merupakan gigi molar dan gigi yang lain merupakan gigi premolar.

 Fixed-movable 

No. Kelebihan Kekurangan

1.  Independent tooth movement  kemungkinan dapat terjadi, khususnya  pada gigi penyangga untuk alat lepasan. Major retainer  dapat didesain untuk retensi optimum.

Tidak sesuai untuk anterior bridges.

2. Retensi pada minor retainer  (pada alat lepasan) tidak perlu terlalu kuat.

Pembuatannya sulit.

3. Retensi major dan minor retainer  dapat berbeda-beda.

Tidak sesuai untuk pemakaian yang lama karena alat lepasannya kurang mampu untuk menahan tekanan lateral .

4. Alat lepasan dapat mencegah gigi  penyangga yang terletak di posterior

(13)

 Cantilever Br idge 

No. Kelebihan Kekurangan

1. Menggunakan preparasi konservatif  pada seluruh desainnya, biasanya hanya disertai single preparasi minimal untuk retainer nya.

Area retensinya kecil dan rentan untuk debonding   bila terkena tekanan putar (torquing forces).

2. Cocok untuk menggantikan gigi insisif lateral, menggunakan gigi kaninus sebagai gigi penyangga.

3. Cocok untuk pemakaian dalam waktu singkat untuk gigi posterior.

4. Memudahkan pasien untuk

membersihkan daerah di antara pontik dan gigi yang sehat dengan floss.

5. Tidak perlu preparasi yang sejajar. 6. Konstruksinya mudah.

2. Indikasi dan Kontraindikasi Bridge serta Persyaratan Gigi Abutment a) Pertimbangan Umum

 Sikap pasien terhadap kesehatan gigi dan jaringan pendukung miliknya serta keinginannya untuk bisa sembuh, dengan kata lain sabar dan mau bekerja sama dengan dokter gigi selama perawatan berlangsung. Mengingat dalam  pembuatan GTJ perlu waktu yang cukup lama dan kunjungan berkala.

 Pasien dari kalangan yang cukup mampu karena harga GTJ cukup mahal.  Memiliki OH yang tinggi. Pasien yang memiliki risiko karies tinggi

menyebabkan GTJ tidak bertahan lama, khususnya pada retainer/abutment dari GTJ tersebut.

b) Indikasi Umum

 Secara psikologis,  pasien (terutama yang mampu) menganggap GTL  bukanlah bagian dari tubuh mereka sehingga mereka menganggap GTC (dalam hal ini GTJ) merupakan pilihan yang terbaik untuk menggantikan gigi

(14)

mereka yang hilang. Selain itu segi estetika dan higiensi juga diperhatikan karena pandangan umum menganggap GTL membuat mulut menjadi bau dan dari segi estetik kurang.

 Pada pasien yang punya penyakit sistemik,  terutama yang menyebabkan sinkop/kolaps/ketidaksadaran, maka penggunaan GTL umumnya dikontraindikasikan karena berisiko lepas dan patah, sehingga untuk mengurangi rasa khawatir ini digunakan GTC sebagai alternatifnya.

 Pasien pasca-perawatan ortodontik   seringkali kehilangan giginya akibat faktor kebutuhan ruang. Seringkali kepercayaan diri pasien menjadi turun karena faktor ini dan karenanya perlu gigi pengganti. Penggunaan GTJ diindikasikan karena kestabilan dan ketahanannya untuk menjaga agar gigi tidak bergerak lagi.

 Dalam pasien yang memerlukan perawatan periodontal, gigi-gigi yang goyang atau kurang stabil akan dirawat dengan splinting , disini penggunaan GTJ diindikasikan untuk  splinting cekat sehingga pergerakan/kegoyangan gigi tidak makin parah dan gaya/tekanan mastikasi dapat tersebar secara merata. Namun penting untuk diingat bahwa GTH bukanlah sebagai  perawatan utama namun sebagai penunjang karena gigi yang goyang  bukanlah gigi yang baik untuk digunakan sebagai gigi abutment.

 Dari aspek bicara, penggunaan GTL dirasa kurang nyaman karena sering  bergerak sehingga mengganggu fungsi bicara. Penggunaan GTC dapat

menghilangkan rasa tidak nyaman ini dan memperbaiki fungsi bicaranya.  Membuat kestabilan proses mastikasi & membantu menyebarkan beban

oklusal secara merata ke jaringan periodonsium dan tulang rahang, dimana kedua faktor tersebut jarang dicapai di dalam GTL.

c) Kontra-Indikasi Umum

 Pasien yang tidak bisa diajak bekerjasama, seperti pada pasien anak-anak ataupun pasien yang lanjut usia karena sulit untuk bersabar serta komunikasi yang sulit. Selain itu, pada pasien yang secara medis mengalami penyakit seperti kejang-kejang mendadak atau gangguan otak juga dikontraindikasikan karena dapat mengganggu proses preparasi.

(15)

 Pasien yang masih muda karena ruang pulpanya masih besar. Sama seperti

dengan pembuatan mahkota tiruan, pembuatan GTJ perlu preparasi yang cukup ekstensif karena menggunakan bahan PFM.

 Pasien yang tidak bisa diadministrasi anestesi lokal (e.g. hipertensi, gangguan

 jantung, dll.). Apabila masih memungkinkan gunakan obat yang tidak memakain epinefrin.

 Pasien yang memiliki risiko karies tinggi serta penyakit periodontal.

 Pasien yang memerlukan pontik gigi dalam jumlah besar, membuat length of  span  tinggi dan menyebabkan beban GTJ makin besar, terutama pada  jaringan periodontal dan gigi penyangganya.

 Pasien yang memiliki abutment teeth yang karies ekstensif dan merusak

 jaringan mahkota seluruhnya atau terlalu parah. Selain itu gigi yang mengalami deformitas kongenital juga tidak bisa digunakan.

 Gigi penyangga mengalami rotasi/tilting  –  tidak dalam satu bidang sejajar. d) Persyaratan Gigi Abutment

Tiap restorasi harus mampu menahan beban oklusal yang diterimanya. Pada

bridge, gaya yang seharusnya diterima gigi hilang akan didistribusikan melalui

 pontic, connector, & retainer , ke gigi abutment . Jadi gigi abutment   akan menerima beban oklusal tambahan. Sebisa mungkin, gigi yang akan dijadikan

abutment   haruslah gigi yang vital. Namun gigi yang telah dirawat endo dengan  baik dan asimtomatik juga bisa dijadikan abutment   dengan syarat masih ada sebagian struktur mahkota yang tersisa. Pada gigi seperti ini bisa dipasangkan

dowel crown. Jaringan periodontal disekitar calon gigi abutment  harus sehat dan  bebas inflamasi sebelum memulai tahapan perawatan prostho. Bakal gigi

abutment   juga seharusnya tidak mengalami kegoyangan. Selain itu kita harus mengevaluasi beberapa faktor terkait kondisi akar gigi dan jaringan  penyangganya yaitu rasio mahkota-akar, bentuk akar, & luas daerah perlekatan

ligamen periodontal (  Ante’sL aw  ).  Rasio mahkota-akar

Merupakan perbandingan antara panjang gigi yang berada oklusal dari tulang alveolar dengan panjang gigi yang tertanam di tulang alveolar. Bila panjang gigi yang tertanam di tulang alveolar makin berkurang, maka kemungkinan gigi tersebut untuk menerima gaya lateral akan meningkat. Rasio

(16)

mahkota-akar yang optimal untuk calon gigi abutment   untuk bridge adalah 2:3 dan minimal 1:1 dalam kondisi normal (jaringan perio sehat, tidak ada kegoyangan, gigi abutment  utuh dan kuat).

 Namun rasio yang lebih besar dibanding 1:1 juga bisa digunakan apabila gigi-gigi antagonis dari bakal bridge terdiri dari gigi tiruan, karena beban oklusalnya akan lebih sedikit sehingga beban yang diterima abutment   juga  berkurang. Beban oklusal yang diterima dari gigi tiruan jauh lebih sedikit dibandingkan beban oklusal dari gigi asli (26.0 lb untuk GTSL, 54.5 lb untuk  bridge, 150.0 lb untuk gigi asli).

 Bentuk akar

Bentuk akar gigi yang lebih lebar ke arah labiolingual dibandingkan mesiodistalnya akan lebih baik dibandingkan dengan akar gigi yang membulat. Gigi posterior berakar jamak dengan akar yang divergen akan memiliki penjangkaran yang lebih baik dibandingkan gigi dengan akar-akar yang konvergen, berfusi, atau bentuknya konus. Gigi-gigi dengan akar yang konus dapat digunakan sebagai abutment   untuk bridge  short-span  jika kondisi faktor-faktor lain optimal. Gigi berakar tunggal dengan bentuk akar yang ireguler atau melengkung di 1/3 apikal juga lebih baik sebagai abutment  dibandingkan gigi dengan bentuk akar yang rapi.

 Luas daerah perlekatan ligamen periodontal

Disebut juga dengan luas permukaan akar. Menggambarkan seberapa luas daerah perlekatan ligamen periodontal antara akar gigi dan tulang alveolarnya. Gigi yang lebih besar memiliki luas daerah akar yang lebih  besar dan lebih mampu menahan beban oklusal tambahan. Jika tulang

alveolar telah mengalami kerusakan akibat penyakit periodontal, maka kemampuan gigi tersebut sebagai abutment  akan berkurang.

Panjang pontic dibatasi oleh gigi abutment nya dan kemampuan abutment  untuk menerima beban oklusal tambahan. Berdasarkan Hukum Ante, luas  permukaan akar dari gigi abutment  harus sama atau melebihi luas permukaan akar gigi yang akan digantikan oleh  pontic. Dari hukum tersebut, bisa ditentukan berapa gigi yang bisa digantikan. Namun, semua gigi tiruan cekat yang menggantikan lebih dari dua gigi hilang dianggap berisiko tinggi.

(17)

GTCS dengan panjang pontic yang pendek akan memiliki prognosis lebih  baik dibandingkan dengan GTCS dengan pontic yang cukup panjang. Hal ini  bukan hanya ditentukan oleh luas permukaan akar saja. Kerusakan pada

GTCS akibat beban abnormal juga dipengaruhi oleh leverage  dan torsi. Selain itu faktor biomekanis dan faktor dari material yang digunakan juga  berperan dalam ketahanan GTCS.

GTCS long-span  selain memberikan beban lebih banyak pada ligamen  periodontal ternyata juga lebih kaku. Deflection  yang bisa terjadi pada GTCS  berbanding lurus dengan panjangnya dan berbanding terbalik dengan ketebalan

oklusogingival dari pontic.

Faktor Pengaruh terhadap deflection

 Pontic span  1 gigi  2 gigi  3 gigi  Deflection = x  Deflection = 8x  Deflection = 27x Ketebalan oklusogingival pontic

 t  ½ t

 Deflection = x  Deflection = 8x

 Pontic  yang lebih panjang juga memproduksi torsi lebih besar, terutama pada  bridge dengan gigi abutment   yang lemah. Untuk mengurangi deflection  akibat  pontic yang panjang dan/atau tipis, pontic harus didesain dengan ketebalan oklusogingival yang cukup. Selain itu gigi tiruan juga bisa dibuat menggunakan logam dengan yield strength yang tinggi seperti nikel-kromium.

Karena gaya oklusal pada bridge diteruskan dari pontic  ke gigi abutment , gaya yang bekerja pada crown gigi abutment  berbeda dengan gaya yang bekerja pada crown  untuk restorasi satu gigi. Gaya pada crown  gigi abutment   di bridge cenderung bekerja dalam arah mesiodistal dibandingkan dalam arah bukolingual seperti pada crown biasa. Oleh karena itu, preparasi mahkota untuk gigi abutment  harus mempunyai resistensi dan ketahanan struktural yang lebih. Hal ini bisa diperoleh dengan membentuk beberapa groove termasuk di permukaan bukal dan lingual pada preparasi mahkota.

(18)

Kadangkala pada bridge juga digunakan abutment sekunder apabila abutment   primernya kurang dari ideal. Ada beberapa syarat untuk memilih abutment

sekunder ini.  Abutment   sekunder harus memiliki luas permukaan akar yang minimal sama dengan luas permukaan akar pada abutment   primernya. Panjang mahkota giginya juga harus memadai dan harus ada ruang diantara abutment   primer dan sekunder untuk mencegah tertekannya gingiva. Nantinya saat pontic

menerima gaya, gaya tegangan akan didistribusikan ke abutment sekunder. Kelengkungan rahang juga memiliki

 pengaruh terhadap stres yang terjadi  pada bridge. Jika posisi pontic berada diluar dari garis sumbu antar-abutment , maka pontic akan berperan sebagai lengan pengungkit yang mampu menghasilkan torsi. Torsi ini bisa diatasi dengan memasang retensi tambahan pada arah yang berlawanan

dengan arah lengan pengungkit serta dalam jarak yang sama dengan jarak antara lengan pengungkit dengan garis sumbu antar-abutment .

3. Komponen-komponen pada Bridge  dan Tipe-tipenya a) Retainer 

Adalah bagian dari gigi tiruan jembatan yang menghubungkan gigi tiruan tersebut dengaan gigi penyangga. Fungsi:

- memegang/ menahan supaya gigi tiruan tetap stabil ditempatnya

- menyalurkan beban kunyah (dari gigi yang diganti) ke gigi penyangga Macam-macam retainer:

 Extr a coronal retain er : meliputi bagian luar makota gigi i. F ul l -veneer Cr own Retainer

Indikasi:

- Tekanan kunyah normal/ besar - Gigi-gigi geligi yang pendek - Intermediare abutment paska

(19)

 perawatan periodontal

- Untuk gigi tiruan jembatan yang pendek maupun panjang Keuntungan:

- Indikasi luas

- Memberikan retensi dan resistensi yang terbaik - Memberikan efek splinting yang terbaik

Kerugian:

- Jaringan gigi yang diasah lebih banyak

- Estetis kurang optimal (terutama bila terbuat dari all metal) i i. Parti al-veneer Cr own Retain er

Indikasi:

- Gigi tiruan jembatan yang pendek - Tekanan kunyah ringan / normal - Bentuk dan besar gigi penyangga

harus normal

- Salah satu gigi penyangga miring Keuntungan:

- Pengambilan jaringan gigi lebih sedikit - Estetis lebih baik daripada FVC retainer Kerugian:

- Indikasi terbatas

- Kesejajaran preparasi antara gigi penyangga sulit - Kemampuan dalam hal retensi dan resitensi kurang - Pembuatannya sulit (dalam hal ketepatan)

 I ntr a Coronal Retainer: meliputi bagian dalam mahkota gigi penyangga Bentuk: Inlay MO/DO/MOD dan Onlay

Indikasi:

- Gigi tiruan jembatan yang pendek - Tekanan kunyah ringan atau normal

- Gigi penyangga dengan karies klass II yang besar

(20)

Keuntungan:

- Jaringan gigi yang diasah sedikit - Preparasi lebih mudah

- Estetis cukup baik Kerugian:

- Indikasi terbatas

- Kemampuan dalam hal retensi dan resistensi - Mudah lepas/patah

 Dowel r etain er

Retainer yang meliputi saluran akar gigi, dengan sedikit atau tanpa jaringan mahkota gigi dengan syarat tidak sebagai retainer yang berdiri sendiri

Indikasi:

- Gigi penyangga yang telah mengalami perawatan syaraf

- Gigi tiruan jembatan yang pendek - Tekanan kunyah ringan

- Gigi penyangga perlu perbaikan  posisi/inklinasi

Keuntungan: - Estetis baik

- Posisi dapat disesuaikan Kerugian:

- Sering terjadi fraktur akar

b) Pontik dan Edentu lous Ri dge 

Desain gigi prosthetic akan mempengaruhi estetis, fungsi, mudah dalam  pembersihan, menjaga kesehatan jaringan pada edentulous ridge, dan

kenyamanan pasien. Pontik dapat metal-ceramic, cast-metal, atau, resin processed to metal . Beberapa studi klinis telah menunjukkan bahwa semua material digunakan untuk pontik ditolerir dengan sama, meskipun inflamasi dapat terjadi di jaringan gingival dalam respon terhadap beberapa diantaranya.

(21)

Porcelain telah diamati kemudahan pembersihannya dan hygienic, dan banyak klinisi menyarankan glazed porcelain sebagai the preferred, atau hanya, material yang seharusnya menyentuh edentulous ridge. Karena sifat porus resin, dan kesulitan dalam menjaga highly polished surface on it, resin sebaiknya tidka digunakan pada pontik di dekat jaringan. Glazed atau highly polished porcelain dan gold diutamakan untuk kontak jaringan. Desain yang pantas lebih penting untuk cleanability dan kesehatan yang baik dari jaringan dibanding pemilihan material. Perubahan jaringan disekitar dengan kehilangan gigi untuk itu pontik tidak dapat dengan tepat mejiplak gigi yang hilang. Resorpsi alveolar dan remodeling membentuk kembali area edentulous yang mengelilingi puncak tulang dan mengisi soket tulang. Ada trauma atau penyakit periodontal berhubungan dengan kehilangan gigi, bentuk akhir ridge yang telah sembuh bahkan mungkin lebih greater departure dari bentuk aslinya. Karena beberapa jaringan penyokong hilang ketika ketika gigi tanggal, dan karena pontik ada terletak diatas jaringan dibanding tumbuh sana, modifikasi harus dibuat pada morfologi gigi dasar unruk memastikan bahwa pontik akan dapat dibersihkan dan tidak melukai jaringan.

(22)

Ti ssue Contact

Besar dan bentuk kontak pontik dengan ridge adalah sangat penting. Kontak  jaringan yang berlebihan telah dikutip sebagai factor utama dalam kegagalan

fixed partial denture. Telah banyak kesepakatan menyatakan bahwa area kontak antara pontik dan ridge sebaiknya kecil (fig 26-6,A) dan bagian  pontik menyentuh rigde sebaiknya secembung mungkin. Bagaimanapun juga,  jika ada kontak sepanjang sudut gingivo-facial pontik, harus tidak ada ruang antara pontik dan jaringan lunak di bagian facial ridge (fig 26-6 A). Jika ujung pontik meluas melebihi mucogingival junction, maka akan terjadi ulcer disana (fig 26-7 A). Pontik sebaiknya berkontak hanya pada attached keratinized gingiva (fig 26-7 B).

Mendapatkan adaptasi yang dekat dari pontik dengan kompresi jaringan tidak diindikasikan, karena tekanan yang dihasilkan pada ridge mungkin menyebabkan inflamasi. Sudah menjadi suatu pengetahuan umum bagi dokter gigi bahwa pontik sebaiknya mengusahakan tidak ada tekanan pada ridge. Bagaimanpun juga, pontik tidak berkontak dengan ridge pada saat insersi prosthesis dapat menjadi dikelilingi oleh jaringan hypertrophied setelah waktu di mulut. Meskipun satu studi menunjukkan bahwa jaringan dibawah pontik dapat dijaga agar berada dalam keadaan bebas-inflamasi jika  pasien flossing setidaknya sekali sehari, akan ada cetakan atau jejak pontik di ridge bahkan tanpa inflamasi. Ada peningkatan resiko kegagalan klinis jika kesuksesan bergantung terlalu banyak pada kooperasi pasien.

Posti nser ti on H ygi ene

Embrasure mesial, distal dan lingual gingival dari pontik sebaiknya terbuka lebar untuk mengijinkan akses yang mudah bagi pasien untuk pembersihan, dan kontak antara pontik dan jaringan harus mengijinkan lewatnya floss dari

(23)

satu retainer ke retainer lainnya. Setelah FPD disemen, ajari pasien teknik yang sesuai yang dapat dikuasai. Motivasi individual untuk melatih oral hygiene disekeliling dan dibawah pontik dengan dental floss (fig 26-8), interproksimal brushes (fig 26-9) atau pipe cleaners. Metode yang digunakan  bergantung pada ukuran embrasure, aksesibilitas, dan kemampuan pasien.

Berikan pasien waktu untuk mempelajari teknik dan peragakan kemampuan untuk membersihkan sisi bawah pontik dan area yang berdekatan dari abutment gigi. Bahkan permukaan terhalus pontik harus dibersihkan dengan  baik dan cegah akumulasi plak. Jika pembersihan tidak dilakukan seringkali, regular interval, jaringan disekeliling pontik akan menjadi terinflamasi.

Pontik yang didesain untuk peletakan di “appearance zone ” harus

memberikan ilusi akan gigi, secara estetis, tanpa membahayakan

cleaning-ability. Pontik yang ditempatkan di “nonappearance zone ” (biasanya

mandibular posterior replacements) ada untuk memperbaiki fungsi dan mencegah pergeseran/drifting gigi. Karena estetik biasanya merupakan  pertimbangan yang minor/tidak utama di area ini, mungkin tidak perlu menggunakan material atau kontur yang meniru anatomi dan warna gigi. Pontik sebaiknya segaris lurus mungkin antara retainer unutk mencegah torquing/putaran dari retainer dan/atau abutment.

(24)

Desain pontik

Jenis Design Pontik Keterangan

1. Saddle (ridge lap) o Pontik ini mirip dengan gigi, menggantikan gigi yang hilang. o Overlap antara aspek facial dan lingual terhadap ridge.

o Terdapat kontak antara pontik dan edentulous area o Saddle tidak dapat dibersihkan

o Saddle dapat menyebabkan inflamasi

2. Modified Ridge Lap o Desain ini memberikan ilusi gigi, namun mengejar seluruh  permukaan yang konveks untuk memudahkan pembersihan.

o Permukaan lingual harus memiliki kontur deflektif untuk mencegah impaksi makanan dan meminimalisasi akumulasi plak.

o Mungkin akan ada sedikit konkavitas fasiolingual pada sisi fasial ridge, yang dapat dibersihkan dan ditoleransi oleh jaringan sepanjang kontak jaringan terbatas secara mesiodistal dan fasiolingual. (narrow mesiodistally and faciolingually).

o Ridge contact tidak boleh diperluas lebih lingual daripada midline edentulous ridge, bahkan pada gigi posterior.

o Ketika dimungkinkan, kontur area jaringan yang berkontak pada  pontik harus konveks, bahkan pembuangan operatif sejumlah kecil  jaringan lunak untuk memfasilitasi hal ini pun dimungkinkan.

o Dengan porcelain veneer, adalah desain pontik yang paling sering digunakan pada appearance zone fixed partial dentures RA dan RB. 3. Hygienic (Sanitary) o Istilah hygienic digunakan untuk menggambarkan pontik yang tidak

berkontak  dengan edentulous ridge.

o Desain ini sering disebut ’sanitary pontic’, yang beberapa tahun lalu merupakan nama dagang untuk pontik mandibular yang  prefabricated, dan memiliki permukaan cembung dengan slot back. o Hygienic pontic digunakan pada nonappearance zone, khususnya

untuk menggantikan M1 RB. Ia merestorasi fungsi oklusal dan menstabilisasi gigi tetangga dan antagonis.

o Tidak ada syarat estetis, dan dapat dibuat dari metal sepenuhnya. o Ketebalan oklusogingival tidak boleh kurang dari 3 mm, dan harus

(25)

o Pontik hygienic umumnya dibuat dari semua konfigurasi yang konveks secara fasiolingual dan mesiodistal.

o Pembuatan permukaan bawah yang membulat tanpa sudut memudahkan pembersihan (flossing) yang lebih mudah. Akan lebih sulit melewatkan floss di bawah permukaan yang datar, atau sudut fasiogingival dan linguogingival yang tajam. Desain yang bulat digambarkan sebagai ”fi sh bell y ”.

o Desain alternatif, di mana pontik dibuat dalam bentuk concave archway mesiodistally, telah disarankan.

o Permukaan bawah pontik konveks fasiolingual, memberikan konfigurasi hyperbolic paraboloid di bagian pontik yang menghadap  jaringan. Ada penambahan bulk untuk kekuatan di konektor, dan

akses untuk pembersihan.

o Stress dikurangi pada konektor, dan defleksi dikurangi pada pusat  pontik, dengan lebih sedikit emas yang digunakan.

o Versi estetik pontik ini dapat dibuat dengan mem-veneer dengan  porselen bagian pontik yang akan tampak, bagian oklusal dan setengah oklusal permukaan fasial, yang merupakan semua  permukaan fasial pontik ini. Desain ini disebut ”arc-fi xed par tial

denture ”, ”modif ied sanitar y ponti c ”, atau ”Per el Pontic ”.

4. Conical o Conical pontic bulat dan dapat dibersihkan, namun ujungnya kecil dibandingkan ukuran keseluruhan pontik.

o Cocok untuk digunakan pada ridge mandibula yang tipis.

o Ketika digunakan pada ridge yang luas dan datar, space embrasure segitiga yang besar sekitar kontak jaringan memiliki tendensi untuk  pengumpulan debris.

o Pontik ini disebut juga ”sanitary dummy ”, sebagaimana digambarkan oleh Tinker di tahun 1918.

(26)

tipis pada sisi yang tidak terlihat.

5. Ovate o Pontik ovate memiliki desain round-end yang digunakan ketika estetis menjadi perhatian utama.

o Pendahulunya adalah porcelain root-tipped pontic, yang digunakan sebelum tahun 1930 sebagai pengganti saddle pontic yang estetis dan sanitary.

o Segmen yang berkontak dengan jaringan dari ovate pontic tumpul dan membulat, dan di-set ke dalam konkavitas ridge. Dengan mudah dapat di-floss.

o Konkavitas dapat dibuat dengan menempatkan provisional fixed  partial denture dengan pontik meluas 1¼ jalan ke soket segera

setelah ekstraksi gigi.

o Dapat juga dibuat secara surgikal pada waktu belakangan. Pontik ini  bekerja baik dengan ridge yang luas dan datar, memberikan

tampakan seolah tumbuh dari ridge.

6. Prefabricated Pontic Facings

o Pada 1 waktu, preformed porcelain facings lebih popular untuk membuat pontik. Mereka membutuhkan adaptasi terhadap specific edentulous space, setelah mereka di-reglaze.

o Beberapa, seperti Trupontics, sanitary pontics, dan steeles facings  bergantung pada lug pada custom cast metal backing untuk

melibatkan celah pada permukaan oklusal atau lingual dari facing. o Sejumlah besar porselen menghasilkan thin gold backing yang dapat

dengan mudah mengalami flexing. Harmony dan Trubyte facings menggunakan pin horizontal yang pas dengan gold backing. Mereka sulit digunakan pada pasien dengan space oklusogingival yang terbatas, dan refitting pin ke backing setelah casting diperlukan. o Porcelain denture teeth juga dimodifikasi untuk dapat digunakan

sebagai pontic facings.

o Multiple pin holes, sedalam 2 mm, dibuat dengan drill press pada  permukaan lingual dari reverse pin facing. Pin came out dari  backing, menyediakan retensi di mana deep overbite dapat memendekkan conventional pins. Sayangnya, pin hole pada facing

(27)

merupakan stress points yang dapat menyebabkan fraktur. 7. Metal Ceramic

Points

o Dengan penggunaan yang luas dari metal-ceramic restorations, metal-ceramic pontics telah menggantikan tipe pontik lain yang menggunakan porselen.

o Ia memiliki potensial estetis terbaik sebagai penggantian prostetik gigi yang hilang.

o Sebagai tambahan, metal-ceramic pontics leih kuat, karena porselen di-bond ke substrat metal, tidak hanya sekedar disementasi.

o Lebih mudah digunakan karena backing custom made  untuk space (tidak perlu mengadaptasi premade porcelain facing ke space).

Th e Edentul ous Ri dge

Modifikasi Pontik

Perkembangan dalam teknik bedah mempermudah perubahan konfigurasi ridge untuk menciptakan bentuk yang lebih estetik dan lebih mudah dibersihkan. Ketidakmampuan pasien dalam melakukan bedah memaksa klinisi untuk memikirkan bentuk alternatif dari pontik. Pada ridge dengan defek yang parah, dimana 2 atau lebih pontik harus ditempatkan, adalah hal  biasa untuk mengeliminasi ruang embrasure gingival di antara pontik. “Black triangle ” akan sangat tidak estetik. Plak yang ter kumpul mempengaruhi jalur floss, dan bisa mengurangi rigiditas pontic span. Pink porcelain bisa ditambahkan ke embrasur gingiva pontik untuk menstimulasi papila interdental. Tambahan porselen harus didukung metal framework. Jika tidak, maka berisiko fraktur. Eliminiasi embrasur gingiva bisa membatasi atau mengeliminasi proliferasi jaringan lunak.

Klasifikasi

Deformitas ridge telah dibagi dalam 3 kategori oleh Slebert, dan klasifikasi ini telah diterima dengan luas: Kelas 1: Loss of lebar ridge fasiolingual, dengan tinggi apikokoronal yang normal.

Kelas 2: Loss of ridge height, dengan lebar yang normal. Kelas 3: Loss of both ridge width dan height.

(28)

Lebih sulit untuk mendapatkan hasil estetik dengan memodifikasi ruang embrasur pada high-profile area seperti regio I maksila. Pontik yang tidak dimodifikasi akan meninggalkan embrasur gingiva yang besar dan  penambahan gingival flange  akan terlihat menyolok. Solusi untuk restorasi  pada defek ridge yang besar, terutama di segmen anterior, adalah sistem Andrews bridge. Ini menyediakan fixed retainers yang dihubungkan bar segi  panjang yang mengikuti lekukan ridge di bawahnya. Protesa ini meliputi set gigi pada patient-removable flange of gingiva-colored acrylic resin yang tersatukan dan distabilisasi oleh bar segi panjang. Sayangnya, flange tersebut adalah tempat makanan dan plak berkumpul dan sulit dibersihkan.

c) Konektor

Bagian dari gigi tiruan jembatan yang menghubungkan pontik dengan retainer,  pontik dengan pontik/ retainer dengan retainer, sehingga menyatukan bagian- bagian tersebut untuk dapat berfungsi sebagai splinting dan penyalur beban

(29)

 Rigi d Connector

Sifat hubungan dari konektor ini kaku, tidak ada pergerakan Diindikasikan  bila memerlukan bridge  efek splinting yang maksimal. Keuntungannya

adalah konektor kuat dan mudah dibersihkan.Cara pembuatan ada 2, yaitu: - Dengan pengecoran (casting)

- Dengan pematrian (soldiering)

Perbedaan cara pembuatan ini tergantung dari tujuan dan indikasinya, pada  pembuatan gigi tiruan jembatan yang panjang kemungkinan ketepatan sukar didapat karena sifat kontraksi logam, maka proses soldering merupakan  pilihan. Untuk keadaan jarak serviko oklusal yang pendek baik pada ruang  protesa atau gigi penyangganya sehingga ketebalan yang konektor yang optimal sukar dicapai, maka proses dengan pengecoran akan lebih baik karena hasilnya lebih kuat dan homogenik.

 Non-r igi d Connector

Konektor ini mempunyai gerak terbatas, karena umumnya berbentuk key dan key way atau male dengan  female  yang tidak disemen. Merupakan konektor pada  Non-rigid  Bridge. Indikasinya:

- Salah satu gigi penyangga tidak sejajar inklinasinya

- Menggunakan intermediate abutment paska perawatan periodontal

Keuntungan konektor ini adalah mengurangi efek ungkit yang merugikan gigi penyangga, sedangkan kerugiannya antara lain:

- Efek splinting tidak optimal

- Pembuatan lebih sulit dan memerlukan ketepatan yang tinggi - Kemungkinan patah lebih besar

Umumnya diletakan disebelah anterior/ mesial dari gigi yang diganti untuk mengurangi patahnya konektor akibat anter ior component of f orce .

(30)

d) Gigi Penyangga (Abutment )

Dari definisi gigi tiruan jembatan, jelas bahwa gigi tiruan jembatan ini adalah suatu tooth borne denture yang berarti seluruh beban kunyah yang diterima oleh gigi tiruan ini didukung sepenuhnya oleh gigi-gigi penyangga beserta jaringan  periodontal. Sesuai dengan jumlah, letak, dan fungsinya dikenal istilah :

 Singl e abutment  :hanya mempergunakan satu gigi penyangga.  Doubl e abutment  : bila memakai dua gigi penyangga.

 M ul tiple abutment  : bila memakai lebih dari dua gigi penyangga.

 Ter min al abutment  : merupakan gigi penyangga paling ujung dari diastema.  I ntermedi ate / pier abutment : gigi penyangga yang terletak diantara dua

diastema (pontics).

 Spl inted abutment  : penyatuan dua gigi penyangga pada satu sisi diastema  Double splinted abutment : splinted abutment pada kedua sisi diastema.

Dalam persiapan penggunaan gigi-gigi penyangga ditemukan beberapa masalah khusus yang dapat mengganggu kerja GTC. Berikut adalah contoh-contohnya dan solusi mengatasinya:

 Pier Abutment

Kadangkala ada gigi hilang pada sebelah mesial dan distal dari suatu gigi dan bila gigi-gigi hilang itu diganti dengan bridge, akan ada satu gigi abutment  yang berdiri bebas diantara dua pontic yang dikenal dengan pier abutment . Biasanya bridge yang memiliki pier abutment  melibatkan gigi anterior dan posterior. Gerakan gigi pada segmen anterior dan posterior mempunyai perbedaan. Gerakan arah fasiolingual gigi anterior lebih besar dibanding gerakan arah fasiolingual gigi molar. Gaya dari gerakan seperti ini ditambah pontic span  yang panjang akan menghasilkan stress pada  bridge yang akan diteruskan ke gigi abutment   dan mahkotanya. Lama-kelamaan crown  pada gigi abutment   akan cenderung terlepas/longgar, kemudian daerah tepian restorasi akan sangat rawan terkena karies.

Untuk mengatasi efek dari gaya gerakan gigi tersebut, salah satu cara yang  bisa digunakan adalah menggunakan konektor rigid. Konektor non-rigid ini bisa berperan sebagai stress-breaker , yang mencegah distribusi stress dari satu segmen pada bridge ke segmen yang lainnya. Bentuk

(31)

umum konektor non rigid adalah tenon  (komponen pada pontic)  berbentuk mirip T serta mortise  (komponen pada crown abutment )  berbentuk dovetail . Konektor non-rigid akan mendistribusikan gaya ke

tulang alveolar sehingga konektor ini tidak boleh digunakan bila kondisi gigi abutment  mengalami kerusakan jaringan periodontal.

Penempatan konektor non-rigid sebagai  stress breaker   juga penting. Biasanya konektor diletakkan pada pier abutment , karena bila diletakkan  pada abutment  yang ujung akan menghasilkan efek pengungkit. Mortise diletakkan pada sebelah distal dari  pier abutment , sementara tenon diletakkan pada sebelah mesial dari pontic. Posisi ini membantu konektor agar tetap terkunci pada posisinya karena adanya kecenderungan mesial movement  dari gigi posterior saat diberikan beban oklusal.

(32)

 Molar yang tipping sebagai abutment

Contoh kasusnya adalah pada kehilangan gigi 6, dan gigi 7 mengalami tipping ke arah mesial untuk menutup ruang gigi hilang. Hal ini juga bisa diikuti dengan mesial tipping   gigi 8. Permukaan mesial gigi 8 yang tipping akan menghalangi insersi bridge sehingga tidak mungkin  perawatan menggunakan bridge dilakukan.

 Jika hambatannya hanya sedikit, hal ini bisa diatasi dengan

recontouring  permukaan mesial gigi 8.

 Jika kemiringannya parah, maka bisa dilakukan uprighting  gigi yang tipping melalui alat ortho cekat. Umumnya gigi 8 akan diekstraksi untuk menyediakan ruang bagi pergerakan distal gigi 7.

 Jika koreksi secara orthodontik tidak bisa dilakukan atau hasil  perawatan ortho hanya sebatas koreksi sebagian, GTCS bisa tetap

digunakan asalkan derajat kemiringan tidak lebih dari 25-30o.

 Bisa juga dipasangkan bridge dengan crown ¾ pada gigi 7 (gigi

abutment ) yang miring. Hal ini bisa dilakukan asal permukaan distal gigi 7 tidak terkena defek (karies, erosi, dll) serta pasien memilki kemampuan menjaga OH yang sangat baik. Jika ada perbedaan tinggi marginal ridge  yang mencolok antara distal gigi 7 dengan mesial gigi 8, penggunaan crown ¾ dikontraindikasikan

 Bisa juga digunakan telescope crown  dan coping   pada gigi 7. Preparasi yang dibutuhkan cukup ekstensif.

 Alternatif lain adalah menggunakan GTCS dengan konektor non-rigid. Arah insersinya adalah sesuai sumbu axial gigi 7 yang miring. Penggunaan konektor non rigid untuk abutment  yang miring sangat  berguna apabila gigi molar yang miring memiliki inklinasi yang

(33)

 Cani ne-replacement F DP

FDP untuk menggantikan gigi kaninus biasanya sulit dilaksanakan karena kaninus sering berada diluar sumbu antar-abutment . Calon gigi abutment  adalah gigi 2 (umumnya gigi terlemah di mulut) dan gigi 4 (gigi posterior terlemah). Bridge untuk menggantikan gigi 3 RA akan mengalami stress lebih besar dibandingkan bridge yang menggantikan gigi 3 RB. Hal ini dikarenakan gaya ke gigi 3 RA akan didistribusikan ke arah labial sehingga pontic  akan makin menjauhi sumbu antar-abutment . Sementara gaya pada gigi 3 RB didistribusikan ke arah lingual sehingga pontic akan mendekati sumbu antar-abutment . Bridge untuk menggantikan gigi 3  jangan juga dipakai untuk menggantikan gigi tambahan lain (seperti gigi 2 atau 4). Untuk menggantikan gigi 3 serta gigi tambahan lain paling baik menggunakan GTSL.

 Cantilever F DP

Cantilever FDP   adalah bridge dengan abutment   pada satu sisi pontic, dengan sisi lain pontic bebas. Pontic akan berperan sebagai lengan  pengungkit apabila menerima beban oklusal, sehingga kemampuan

(34)

retentif dari abutment   akan sangat penting dalam penggunaan cantilever  FDP . Bakal gigi abutment   untuk bridge cantilever harus memiliki akar yang cukup panjang dengan bentuk yang mendukung, mahkota klinis yang panjang, rasio mahkota-akar yang baik, dan didukung jaringan  periodontal yang sehat. Umumnya bridge cantilever dipakai untuk

menggantikan hanya satu gigi dan paling tidak memiliki dua gigi abutment .Cantilever FDP  bisa dipakai untuk:

 Menggantikan gigi insisif lateral  Menggantikan gigi 4

(35)

4. Material yang digunakan dalam pembuatan Bridge  a) Pontik dan Retainer 

Pontik dapat terbuat dari metal-keramik, cast metal ,  dan yang sudah jarang dipakai adalah resin akrilik yang dilapisi metal. Semua bahan material pontik dapat toleran dengan jaringan gigi walaupun terkadang terjadi inflamasi pada  jaringan gingival. Porselen mudah dibersihkan dan higienis, dan beberapa klinisi telah menganjurkan glazed porcelain  yang harus menyentuh edentulous ridges. Karena sifat porus resin, dan kesulitan dalam pemeliharaan permukaan yang terpolis, resin tidak digunakan pada pontik dekat jaringan. Porselen yang terpolis  baik dan emas dengan tampilan seperti kaca dianjurkan untuk kontak jaringan.

A: Pontik metal-keramik B: Pontik metal

C: Pontik metal-resin

Kerangka logam untuk gigi tiruan sebagian logam-keramik harus dengan  persyaratan: (1) harus ada jumlah logam yang memadai untuk menjamin kekakuan untuk kekuatannya (2) porselen harus memiliki ketebalan yang hampir sama untuk menghindari kemungkinan melemahnya porselen melalui konsentrasi

 stress. Untuk memenuhi persyaratan ini, harus ada kepingan logam yang kontinu  pada permukaan lingual, memanjang dari bagian logam pada satu retainer ,

melewati pontik lingual, dan ke bagian logam  padaretainer  lainnya.

Konfigurasi insisal dari aspek lingual  pembatas mungkin saja lurus (A), atau  berbentuk seperti bergigi (B). Desain bergigi atau "trestle" diindikasikan ketika konektor  berkurang dalam dimensi faciolingual untuk memungkinkan porselen di embrasur. Dengan

meningkatkan ketinggian topangan incisogingival, kekuatan konektor akan meningkat. Ini memberikan sebagian besar logam untuk kekakuan dalam daerah

(36)

konektor antara pontik dan masing-masing retainer. Jika solder harus diperlukan, ia memberikan logam yang memadai untuk solder bersama yang kuat.

Cakupan porselen retainer   adalah sama dengan yang untuk unit tunggal, kecuali di wilayah yang berdekatan dengan  pontik tersebut.  Porcelain veneer  di  pontik tersebut kontinu dengan lapisan  porselen retainer  yakni mencakup bagian insisal dari permukaan lingual,  permukaan labial, dan daerah yang

 berdekatan atau kontak dengan ridge. Porselen berakhir pada permukaan lingual, sekitar 1 mm insisal ke ridge. Kontak jaringan porselen memungkinkan untuk estetika yang lebih baik dan menghapus junction porselen-metal yang kasar dari kontak dengan jaringan, karena bisa menyebabkan iritasi.

Pengecualian terhadap cakupan porselen yang direkomendasikan pada aspek gingiva pontik terjadi pada situasi di mana semua permukaan oklusal porselen digunakan dan ruang occlusogingival terbatas. Untuk memastikan sokongan kaku untuk porselen, aspek gingiva pontik harus tetap dalam logam, dengan  junction

 porselen-logam terletak pada aspek gingivofacial dari pontik tersebut.

Upaya menghasilkan gigi tirun cekat sebagian  posterior yang estetik akan memerlukan penggunaan  permukaan oklusal all-porcelain  terutama di lengkung mandibula, karena hanya aspek oklusal gigi premolar dan molar yang terlihat. Setiap kali  permukaan ini digunakan pada sebuah pontik, sebuah pertimbangan harus dibuat mengenai ketebalan occlusogingiva dari logam di pontik tersebut. Untuk memastikan kekakuan yang

memadai, bagian permukaan bawah dari pontik mungkin harus menjadi logam untuk mengimbangi logam yang dihilangkan dari oklusal.

(37)

b) Solder J oin t 

Solder adalah gabungan komponen logam oleh filler metal, atau solder, yang menyatu dengan masing-masing bagian. Sebenarnya, jika pengisi logam memiliki titik leleh yang lebih besar dari 450 °C (840 ° F), proses ini disebut mematri (brazing ). Istilah soledering umum digunakan dalam kedokteran gigi. Bonding 

adalah kesatuan pada welting  dari permukaan yang bergabung dengan solder, dan  bukan pada mencairnya komponen logam. Ketika solder sendi dilakukan dengan  benar, tidak boleh ada fusi atau perubahan dari dua komponen yang bergabung.

Soldering   berbeda dalam hal ini dari pengelasan, arti lain dari bergabungnya logam. Dalam pengelasan fusi, potongan-potongan yang bergabung mencair atau menyatu bersama-sama, tanpa solder. Fluks ditempatkan pada permukaan yang akan disolder sebelum mereka dipanaskan. Fluks dapat memberikan perlindungan  permukaan, mengurangi oksida, atau melarutkan oksida. Fluks digantikan oleh solder, yang kemudian dapat membentuk sebuah interface  dan ikatan ke  permukaan yang disolder. Soldering flux  untuk logam mulia didasarkan pada senyawa borat. Mereka membentuk kaca low-fusing  yang melindungi permukaan logam, dan mereka juga mengurangi oksida seperti oksida tembaga. Mereka sering terlalu cair untuk soldering pre-keramik. Fluorida digunakan pada paduan logam dasar untuk melarutkan oksida stabil dari kromium, kobalt, dan nikel. Selain bertindak sebagai pelarut, fluks juga melayani peran protektif.

Fluks  lebih mudah diaplikasikan jika dalam bentuk pasta. Pasta fluks dapat dibuat dengan alkohol, bentuk yang paling popular digunakan dengan paduan logam mulia menggunakan petrolatum sebagai kendaraan, karena lebih mudah ditangani. Ini menjaga udara dari fluks, dan ketika dipanaskan, petrolatum hilang tanpa meninggalkan residu. Fluks terbuat dari boraks umum, atau pasta yang dibuat dengan air, cenderung berkembang ketika mereka dipanaskan, menghasilkan lubang pada solder sendi.

Antifluks  adalah bahan yang digunakan untuk menguraikan daerah yang akan disolder untuk membatasi aliran solder. Antifluks yang paling umum adalah tanda dari pensil grafit lunak, yang tidak memiliki polesan baik. Polesan rouge (oksida  besi) yang bergantung dalam kloroform juga dapat dicat di sekitar wilayah solder  bersama untuk mencegah penyebaran yang tidak diinginkan dari solder.

(38)

Solder emas  diklasifikasikan berdasarkan kehalusan dan oleh karat. Kehalusan mengacu pada bagian per seribu dari solder yang emas. Misalnya, 600 solder baik akan menjadi 600 bagian emas per 1.000, atau 60% emas. Ketika digunakan untuk menandai pengecoran paduan logam, karat mengacu pada bagian per 24 dari logam emas. Sebagai contoh, sebuah paduan 18 K adalah 18 bagian emas per 24, atau 75% emas. Bila digunakan dengan solder, karat memiliki arti yang  berbeda. Sebuah solder yang ditandai sebagai 18 K tidak memiliki kandungan 75% dari emas. Sebaliknya, penunjukan 18 K berarti bahwa itu dirumuskan untuk digunakan dengan 18 K paduan pengecoran. Isi noble metal   dari solder yang sebenarnya akan diberikan berdasarkan kehalusan bukan oleh karatnya. Semakin tinggi kehalusan solder, semakin tinggi titik lelehnya dan semakin besar tahan korosi. Sementara solder dengan kehalusan yang lebih rendah memiliki titik leleh yang lebih rendah, juga memiliki karakteristik aliran yang lebih buruk.

c) Bahan Cetak & Prosedur Pencetakan

Pada istilah GTC, cetakan merupakan sebuah hasil cetak negatif dari satu atau  beberapa gigi, dan struktur di sekitarnya, yang diperoleh dari insersi dari sebuah  baki berisi (loaded tray) dengan bahan plastis pada mulut pasien yang akan diubah menjadi bahan elastis atau keras (hard material compound impression material) pada waktu yang tepat setelah setting (perubahan kimia atau fisika) yang jika dicampur dengan bahan die yang sesuai akan menghasilkan cetakan duplikat positif atau replika, sebuah model atau working cast yang disebut sebagai indirect technique wax pattern fabrication. Bahan cetak telah dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan dokter gigi atas konstruksi pola malam indirek daripada teknik direk berkaitan dengan keterbatasan  penggunaannya, dan beberapa keperluan penting lainnya yang harus ada pada  bahan cetak untuk menghasilkan cetakan yang akurat.

 Syarat Bahan Cetak

 Kemampuan menghasilkan detil yang baik  Stabilitas dimensi

 Tanpa toksisitas baik sebelum ataupun sesudah setting baik pada operator maupun pasien

(39)

 Cukup elastis untuk dilepas dari undercut tanpa deformasi permanen dan robekan

 Warnanya sesuai

 Waktu penyimpanannya sesuai  Mudah dimanipulasi dan dipreparasi  Terjangkau secara ekonomis

 Klasifikasi Bahan Cetak yang digunakan pada Restorasi Cekat  Bahan termoplastis

 Elastis

- Reversible & Irreversibel hydrocolloid - Silicon (conventional condensations)

- Silicon new presentations (additional type) - Polyether (hanya memiliki satu konsistensi)

Saat ini bahan cetak rubber elastis dipertimbangkan sebagai bahan cetak yang  paling ideal jika dibandingkan dengan jenis lainnya karena memiliki persyaratan yang paling memenuhi sebagai bahan cetak. Kelebihan ini membuatnya menjadi yang terlarus dan akan dijelaskan jenis material rubber yang akan digunakan yakni rubber base dengan sedikit penjelasan mengenai hidrokoloid.

5. Tata Laksana Klinis Perawatan Bridge 

a) Tahapan Klinik I (Preparasi & Pembuatan GTJ)

 Pemeriksaan, diagnosis, rencana perawatan, prognosis  Preparasi gigi abutment

Dalam setiap preparasi, selalu ingat mengenai prinsip dan syarat preparasi seperti yang sudah dibahas pada pemicu sebelumnya. Alat-alat seperti bur, handpiece, dan alat standar secara umum sama seperti preparasi mahkota tiruan penuh, perbedaan hanya terletak pada prinsip utama pembuatan GTJ, yaitu prinsip kesejajaran  pada gigi penyangganya. Berbeda dengan  full crown, preparasi gigi abutment tetap harus mengingat fungsi utamanya dalam GTJ, sehingga harus memenuhi prinsip:

(40)

- Kesejajaran antar gigi penyangga dan arah insersi - Pengambilan jaringan seoptimal mungkin

Prinsip kesejajaran ini sangat memengaruhi kestabilan dari kedudukan GTJ nantinya, kecuali pada GTJ yang sifatnya konektor non-rigid, cantilever  bridge, atau telescopic bridge. Sedangkan prinsip pengambilan jaringan  berhubungan dengan kemampuan memegang retainer dan kemampuan gigi dalam menerima beban kunyah tambahan (distribusi tekanan dari pontik). Pada keadaan tertentu:

- Pada gigi yang pendek , untuk memperoleh retensi optimal dan mendapatkan kekuatan untuk menahan beban, maka pengambilan oklusal pada daerah supporting cusp lebih banyak. Bila perlu dengan tambahan groove sebagai penambah kemampuan resistensi.

- Pada diasteme yang sempit,  pengambilan proksimal harus lebih  banyak, agar konektor bisa lebih tebal dan kuat.

- Pada span yang panjang, preparasi servikal sebaiknya mempunyai ketebalan optimal, misalnya minimal dengan bentuk chamfer.

Ada beberapa tindakan khusus berupa modifikasi preparasi abutment untuk mendapatkan kesejajaran, antara lain:

 Jika salah satu terminal abutment miring

Penyesuaian dengan kurva oklusal, mengharuskan pengambilan lebih banyak pada distooklusal. Analisa arah pemasukan dengan dental suveyor atau garis khayal, berupa garis sejajar dengan garis  bagi sudut yang terbentuk yang terbentuk oleh kedua sumbu kedua

gigi penyangga.

 Terminal abutment dan gigi tetangganya miring

Kemungkinan jaringan mahkota gigi tetangga bagian mesial harus diambil sedikit agar tidak menghalangi insersi bridge.

 Setiap terminal abutment miring dengan kedua sumbu konvergen Sisi yang berhadapan dengan diastema dipreparasi sejajar garis bagi sudut yang dibentuk oleh kedua sumbu gigi. Sedang disisi lain dipreparasi sesuai dengan sumbu gigi masing-masing. Tetapi bila

(41)

kedua sumbu gigi divergen tidak bisa ditolerir dengan pengasahan, sehingga harus dilakukan dulu perbaikan posisi / inklinasinya atau dibuat non-vital (merupakan terapi pendahuluan)

 Posisi gigi diluar lengkung karena sedikit rotasi

Pada keadaan demikian perlu pengambilan jaringan yang lebih  banyak. Daerah yang keluar dari lengkung lebih banyak dipreparasi.  Salah satu abutment sedikit palatoversi/labioversi

Pada keadaan gigi penyangga miring ke lingual maka lebih banyak terjadi pengambilan di daerah lingual, pada gigi penyangga yang  protrusi maka lebih banyak terjadi pengambilan di daerah labial.

 Retraksi gingiva

Tindakan ini merupakan tindakan yang mendahului tahap pencetakan gigi. Merupakan tindakan penarikan/pemisahan sementara free gingiva dari gigi yang dipreparasi dengan tujuan mendapatkan tepi preparasi servikal yang  jelas saat pencetakan serta menghindari luka pada gusi saat preparasi gigi di sulkus gingiva. Sebelum diretraksi, dilakukan pemeriksaan gigi tetangga apakah karies atau drifting  sehingga harus diperbaiki serta dilanjutkan denganpembersihan debris. Ada 4 cara retraksi gingiva, yaitu:

- Mekanis (benang surgical silk 0,3 mm atau copper band atau MTS) - Kimia (larutan kimia hemostatik dan tidak ada vasokonstriktor) - Kombinasi (Benang yang mengandung larutan kimia)

- Bedah elektrosurgikal

Kesalahan pada retraksi gingiva dapat menyebabkan resesi gusi, atrofi gusi, ekspos akar gigi, atau shock tekanan darah jika retraction cord

mengandung vasokonstriktor (e.g. adrenalin).

 Pencetakan dan pembuatan die model

Setelah dilakukan retraksi, maka pencetakan dan pembuatan die model dapat dimulai. Pilih jenis ( stock/individual ) dan ukuran sendok cetak sesuai dengan ukuran rahang dan material cetak apa yang akan digunakan. Untuk  pembuatan GTJ umumnya material yang digunakan bersifat elastomer

(42)

dengan tujuan mendapatkan detail yang akurat. Ingat selalu bahwa sebelum dicetak, gigi harus dalam keadaan kering dan bebas dari cairan saliva.

 Pembuatan catatan gigit

Tahap ini ditujukan untuk mendapatkan hubungan dari model RA & RB sebagaimana hubungan tersebut didapat di dalam mulut pasien, sehingga didapatkan GTC yang stabil oklusinya (oklusi sentris). Umumnya catatan gigit dibuat menggunakan bite registration paste/bitewax.

 Penentuan warna (shade )

Penentuan warna GTC dilakukan untuk mendapat warna gigi yang sesuai dengan warna gigi-gigi tetangganya. Umumnya cara yang paling banyak dipakai saat ini adalah dengan menggunakan shade gui de dari pabrik yang mengeluarkan bahan GTC yang kita gunakan. Kesamaan pabrik antara  shade guide dengan material yang kita gunakan di labroatorium sangat  penting karena tiap-tiap pabrik memiliki warna yang berbeda untuk satu kode yang sama (Contoh: untuk kode A1 antara pabrik A dan pabrik B bisa ada perbedaan warna). Dalam penentuan warna gigi harus:

- Dalam keadaan basah (sehari-hari gigi itu berada nantinya)

- Pencahayaan terang dari lampu neon (bukan lampu DU) dan tidak  boleh tertutupi oleh bayangan.

 Pembuatan Mahkota Sementara gigi abutment  dan pontik sementara  Mahkota Sementara

Pembuatannya bisa secara direct atau indirect. Jika secara direct, maka saat sebelum dipreparasi, jika gigi mengalami karies/fraktur, ditutupi dengan malam membentuk kontur anatomis normal, kemudian dilakukan pencetakan. Setelah dipreparasi, cetakan negatif (alginat) pada gigi itu diisi dengan resin akrilik kemudian dipasangkan di gigi hasil preparasi yang sudah diberi vaselin agar tidak menempel di gigi. Setelah mengeras sedikit, resin akrilik dirapikan seperlunya (dipotong bagian yang berlebih) dan setelah  full setting   cetakan dilepas dan MTS dipoles. Jika secara indirect,

maka tahap-tahap tersebut dilakukan pada model gigi dan kemudian setelah jadi MTS dicobakan di gigi pasien.

Referensi

Dokumen terkait