• Tidak ada hasil yang ditemukan

makalah siklus estrus

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "makalah siklus estrus"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

I

PENDAHULUAN

Siklus estrus sangat berpengaruh dalam reproduksi ternak, didalam siklus esterus dapat diketahui fase-fase yang dapat menentukan kapankah waktu perkawinan atau inseminasi dilakukan pada betina. Siklus estrus merupakan interval antara timbulnya suatu periode berahi ke permulaan periode berahi berikutnya pada hewan ternak yang memiliki pola yang khas pada betina yang tidak bunting. Interval-interval ini disertai perubahan fisiologik di dalam saluran betina.

Siklus estrus erat kaitannya dengan reproduksi dan merupakan hal yang sangat penting dalam kelangsungan hidup ternak. Dalam makalah akan dibahas berbagai macam penjelasan tentang siklus estrus agar pembaca dapat mengetahui tahapan-tahapan siklus estrus, bagaimana siklus estrus bekerja, dan gejala yang terjadi pada ternak saat mengalami estrus.

(2)

II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Siklus Estrus

Estrus atau birahi adalah periode atau waktu hewan betina siap menerima pejantan untuk melakukan perkawinan. Interval waktu antara timbulnya satu periode estrus kepermulaan periode estrus berikutnya disebut siklus estrus. Saluran reproduksi hewan betina akan mengalami perubahan-perubahan pada interval-interval tersebut. Siklus estrus dikontrol secara langsung oleh hormon-hormon ovarium dan secara tidak langsung oleh hormon-hormon-hormon-hormon adenohipofise.

Berdasarkan frekuensi terjadinya siklus estrus, hewan dibedakan menjadi tiga golongan. Golongan pertama,hewan monoestrus yaitu hewan yang hanya satu kali mengalami periode estrus per tahun, contohnya beruang, srigala, dan kebanyakan hewan liar. Golongan kedua, hewan poliestrus yaitu hewan-hewan yang memperlihatkan estrus secara periodik sepanjang tahun, contohnya sapi, kambing, babi, kerbau dan lain-lain. Golongan ketiga, hewan poliestrus bermusim yaitu hewan-hewan yang menampakkan siklus estrus periodik hanya selama musim tertentu dalam satu tahun, contohnya domba yang hidup di negara dengan empat musim.

2.2 Periode Siklus Estrus

Menurut perubahan-perubahan yang terlihat maupun yang tidak terlihat selama siklus estrus maka siklus estrus dibedakan menjadi empat periode yaitu proestrus, estrus, metestrus/postestrus, dan diestrus.

(3)

Proestrus

Proestrus merupakan periode sebelum hewan mengalami estrus yaitu periode pada saat folikel de Graff sedang tubuh akibat pengaruh FSH dan menghasilkan estradiol dengan jumlah yang semakin bertambah. Sistem reproduksi melakukan persiapan-persiapan untuk melepaskan ovum dari ovarium. Folikel atau folikel-folikel (tergantung spesiesnya) mengalami pertumbuhan yang cepat selama 2 atau 3 hari, kemudian membesar akibat meningkatnya cairan folikuler yang berisi hormon estrogenik.

Estrogen yang diserap oleh pembuluh darah dari folikel akan merangsang saluran reproduksi untuk mengalami perubahan-perubahan. Sel-sel dan lapisan bersilia pada tuba falopii pertumbuhannya meningkat, mukosa uteri mengalami vaskularisasi, epitel vagina mengalami penebalan dan terjadi vaskularisasi, serta serviks mengalami elaksasi secara gradual. Banyak terjadi sekresi mukus yang tebal dan berlendir dari sel-sel goblet seriks, vagina bagian anterior, dan kelenjar-kelenjar uterus. Pada sapi dan kuda terjadi perubahan dari mukus yang lengket dan kering menjadi mukus kental seperti susu, dan pada akhir proestrus berubah lagi menjadi mukus yang terang, transparan, dan menggantung pada vulva. Corpus luteum dari periode sebelumnya mengalami vakuolisasi, degenerasi, dan pengecilan secara cepat.

Estrus

Estrus merupakan periode yang ditandai oleh keinginan kelamin dan penerimaan pejantan oleh hewan betina. Selama periode estrus, umumnya betina akan mencari dan menerima pejantan untuk kopulasi. Folikel de Graff menjadi matang dan membesar, estradiol yang dihasilkan folikel de Graff akan menyebabkan perubahan-perubahan pada saluran reproduksi yang maksimal. Selama atau segera setelah periode ini terjadi ovulasi akibat penurunan FSH dan meningkatka LH dalam darah.

Pada periode ini, tuba falopii mengalami perubahan yaitu menegang, berkontraksi, epitelnya matang, cilianya aktif, dan sektesi cairan bertambah. Ujung oviduk yang berfimbria merapat ke folikel de Graff untuk menangkap

(4)

ovum matang. Uterus akan berereksi, tegang, dan pada beberapa spesies akan mengalami oedematus. Suplai darah meningkat, mukosa tumbuh dengan cepat dan lendir disekresikan. Serviks mengendor, agak oedematus, dan sekresi cairanya meningkat. Mokosa vagina sangat menebal, sekerinya bertambah, epitel yang berkornifikasi tanggal. Vulva mengendor dan oedematus pada semua spesies, pada babi sangat jelas. Pada sapi terdapat leleran yang bening dan transparan seperti seutas tali menggantung pada vulva. Pada akhir estrus terjadi peningkatan leukosit yang bermigrasi ke lumen uterus.

Metestrus

Metestrus merupakan periode segera setelah estrus, ditandai dengan pertumbuhan cepat korpus luteum yang berasal dari sel-sel granulosa yang telah pecah di bawah pengaruh LH. Metestrus sebagian besar berada di bawah pengaruh hormon progesteron yang dihasilkan korpus luteum. Kehadiran progesteron akan menghambat sekresi FSH sehingga tidak terjadi pematangan folikel dan estrus tidak terjadi.

Pada periode ini, uterus mengadakan persiapan untuk menerima dan memberi makan embrio. Pada awal postestrus, epitelium pada karunkula uterus sangat hiperemis dan terjadi hemoragis kapiler yang menyebabkan terjadinya pendarahan. Sekresi mukus menurun dan diikuti pertumbuhan yang cepat dari kelenjar-kelenjar endometrium. Pada pertengahan sampai akhir metestrus, uterus agak melunak karena otot-ototnya mengendor. Apabila tidak terjadi kebuntingan maka uterus dan saluran reproduksi yang lain akan beregresi kekeadaan kurang aktif.

Diestrus

Diestrus merupakan fase terakhir dan terlama dalam siklus estrus ternak-ternak mamalia. Korpus luteum menjadi matang dan pengaruh progesteron menjadi dominan. Endometrium menebal, kelenjar uterina membesar, dan otot uterus menunjukkan peningkatan perkembangan. Perubahan ini ditunjukkan untuk mensuplai zat-zat makanan bagi embrio bila terjadi kebuntingan. Kondisi ini akan

(5)

terus berlangsung selama masa kebuntingan dan korpus luteum akan dipertahankan sampai akhir masa kebuntingan.

Serviks menutup rapat untuk mencegah benda-benda asing memasuki lumen uterus, mukosa vagina menjadi pucat, serta lendirnya mulai kabur dan lengket. Apbila tidak terjadi kebuntingan, maka endometrium dan kelenjar-kelenjarnya beratrofi atau berregresi keukuan semula. Folikel-folikel mulai berkembang dan akhirnya kembali ke fase proestrus.

Pada beberapa spesies yang tidak termasuk golongan poliestrus atau poliestrus bermusim, setelah periode diestrus akan diikuti anestrus. Anestrus yang normal akan diikuti oleh proestrus. Secara fisiologis, aneastrus ditandai oleh ovarium dan saluran kelamin yang tenang dan tidak berfungsi. Anestrus fisiologis dapat diobservasi pada negara-negara yang mempunyai 4 musim, yaitu musim semi dan panas pada domba serta selama musim dingin pada kuda. Selama anestrus, uterus kecil dan kendor, mukosa vagina pucat, lendirnya jarang dan lengket, serta serviks tertutup rapat dengan mukosa yang pucat. Aktivitas folikuler dapat terjadi dan ovum dapat berkembang tetapi tidak terjadi pematangan folikel dan ovulasi.

Pembagian yang lain berdasarkan perkembangan folikel dan pengaruh hormon maka siklus estrus dibedakan menjadi fase folikuler atau estrogenic (meliputi proestrus dan estrus), serta fase luteal atau progesteronik (meliputi metestrus dan diestrus).

Fase Luteal

Pada ovarium didapatkan corpus luteum yang aktif, corpus luteum telah berkembang dan progesterone merupakan hormone yang dominan. Pada domba dan kambing berlangsung selama 14-15 hari, sedangkan pada sapi dan babi 16-17 hari.

(6)

Fase Folikuler

Fase ini dimulai dari regresi corpus luteum sampai terjadinya ovulasi. Pada domba dan kambing 2-3 hari, sedangkan pada sapi dan babi 3-6 hari.

2.3 Pengaturan Hormonal pada Siklus Estrus

Pada dasarnya, pola siklus estrus sama tetapi berbeda antar spesies. Siklus estrus secara langsung diatur oleh hormon-hormon tetapi secara tidak langsung oleh hormon adenohipofise. Pengaturan hormon pada siklus estrus tergantung sirkulasi hormon di dalam pembuluh darah hewan betina dan reaksi organ target dari hormon yang bersangkutan.

Sapi

Pengaturan hormonal diawali oleh hormon hipotalamus yaitu GnRHyang disekresikan oleh hipotalamus akan menstimuli FSH dan LH dilepaskan dari adenohipofise, selama proestrus terjadi peningkatan, mencapai puncaknya pada fase estrus, dan akhirnya menurun pada akhir metestrus. Pada periode diestrus akan tetap rendah sampai periode proestrus.

Hormon-hormon hipofise yang ikut dalam pengaturan siklus estrus adalah FSH dan LH. FSH dihasilkan oleh adenohipofise akan merangsang perkembangan folikel pada ovarium yang akhirnya mengasilkan estrogen. FSH ada di dalam darah dan jumlahnya meningkat pada hari ke-4 sampai hari ke-6, akan terus meningkat dan merangsang perkembangan folikel sampai terjadinya ovulasi. Hormon lainnya adalah LH yang menyebabkan ruptur (pecah) folikel dan memulai perkembangan korpus luteum. LH mencapai puncaknya pada awal estrus dan ovulasi akan terjadi 30 jam kemudian. Konsentrasi GnRH, FSH, dan LH. Dua hormon ovarium yang langsung mengatur siklus estus adalah estrogen dan progesteron. Estrogen dihasilkan oleh folikel yang sedang tumbuh akbatnya

(7)

rangsangan FSH. Perubahan konsentrasi estrogen sesuai dengan perkembangan folikel dan mencapai puncaknya pada awal estrus. Estrogen menyebabkan libido hewan menjadi kelihatan dan organ-organ reproduksi mempersiapkan terjadinya konsepsi.

Progsteron dihasilkan oleh sel-sel luteal dari korpus luteum yang mulai berfungsi pada hari ke-3 sampai ke-4 siklus estrus dan mulai meningkat dalam hal konsentrasi dan reproduksi sampai pada hari ke-8 siklus. Konsentrasi progesteron akan bertahan sampai hari ke-16, pada saat korpus luteum mulai mengalami regresi sehingga konsentrasi progesteron sangat menurun. progesteron akan tetap dipertahankan dan berfungsi apabila terjadi kebuntingan pada ternak.

Domba

Pengaturan hormon selama siklus estrus hampir sama dengan pengaturan hormon pada sapi. Perbedaan terdapat pada lamanya siklus estrus yang lebih pendek (16—17 hari) tetapi periode estrus lebih panjang (30 jam) dan ovulasi terjadi 24—27 jam setelah awal estrus. Korpus luteum ada sejak hari ke-4 sampai hari ke-14. Konsentrasi progesteron meningkat pada hari ke-3 sampai hari ke-11.

Babi

Satu periode siklus estrus pada babi menghasilkan ovum matang dalam jumlah banyak (12—20) kemudian diovulasikan. Pengaruh FSH berlangsung selama 5—6 hari sampai folikel menjadi matang, kemudian pengaruh LH menyebabkan terjadinya reptur ovum yang matang. Ovulasi terjadi 35—40 jam setelah awal estrus dan konsentrasi LH mencapai puncaknya. Ovum yang pecah akan membentuk korpus luteum. Sel-sel luteal akan menghasilkan progesteron yang mencapai puncaknya pada pertengahan siklus dan menurun pada hari ke-15 dab 16 siklus.

Kuda

Pada kuda sering mengalami periode anestrus pada musim dingin. Periode estrus dapat berlangsung 5—7 hari terutama setelah anestrus musim dingin.

(8)

Perilaku birahi pada kuda berbeda dengan ternak lain, yaitu lambat laun meningkat intensitasnya dalam beberapa hari. Fase perkembangan folikel berkepanjangan, sekresi FSH mempunyai dua puncak dan puncak yang kedua tercapai pada hari ke-15 siklus dan kadang-kadang terjadi ovulasi. Puncak konsentrasi FSH yang pertama terjadi pada hari ke-7 siklus dan akan tetap meningkat telah terjadi ovulasi. Ovulasi terjadi 24—48 jam sebelum akhir estrus. Pada ternak lain, konsentrasi LH mencapai puncaknya yang tajam sebelum ovulasi menjelang estrus. Pada kuda, konsentrasi LH naik secara perlahan dan membentang eaktu ovulasi, mencapai puncaknya setelah ovulasi terjadi.

2.4 Gejala Estrus

Bila perkawinan tidak diikuti perubahan, mamalia betina dengan siklus reproduksi yang normal akan mengalami rangkaian perubahan ovarium yang berulang termasuk sekresi hormon yang berpengaruh terhadap perilaku kelamin dan saluran reproduksi. Panjang siklus estrus dan lamanya birahi bervariasi antar jenis hewan.

Sapi

Siklus estrus pada sapi, panjangnya 20 hari untuk sapi dara dan 21—22 hari untuk sapi dewasa, dengan kisaran 18—24 hari. Fase luteal siklus berlangsung 17 hari dan fase folikuler 3—4 hari. Lama birahi berlangsung 12—28 jam, cenderung lebih singkat pada musim dingin dan laktasi yang berat. Pada saat estrus menjadi tidak tenang, kurang nafsu makan, kadang-kadang menguak, dan memisahkan diri untuk mencari pejantan. Sapi tersebut akan diam bila dinaiki betina lain dan mencoba menaiki betina-betina lain, serta mengangkat dan menggoyangkan ekornya. Sapi betina juga akan diam menerima pejantan untuk kopulasi. Vulva sapi yang sedang estrus akan membengkak, memerah, dan mengeluarkan sekresi mukus transparan (terang dan tembus) yang menggantung. Kadang-kadang vulvanya akan diciumi oleh betina lain.

(9)

Domba

Pada domba, siklus estrus panjangnya mencapai 14—20 hari dengan rata-rata 16,5 hari. Fase luteal berlangsung selama 14 hari dan fase folikuller 3—4 hari. Panjang periode birahi 30—36 jam dan ovulasi terjadi 12—24 am sebelum berakhirnya estrus. Domba yang birahi akan mendekati dan memperhatikan pejantan, menggoyang-goyangkan ekornya, menggesek-gesekkan leher dan badannya ke tubuh pejantan, berjalan mengelilingi pejantan, dan menciumi alat genetalia pejantan. Akhirnya akan diam bila dinaiki pejantan untuk perkawinan. Vulva domba yang estrus tidak oedematus dan tidak mengeluarkan lendir.

Babi

Lama siklus birahi pada babi adalah 18—24 hari dengan rata-rata 21 hari. Fase estrus rata-rata berlangsung selama 2—3 hari dan ovulasi terjadi 30— 40 jam pada awal estrus. Fase estrus lebih lama pada babi akan berdiam diri, tegak, kaku, dan mengambil posisi kawin bila disentuh atau ditekan punggungnya oleh dagu pejantan atau tangan pekerja. Babi yang sedang estrus sering mengeluarkan suara-suara singkat dan rendah, nafsu makannya hilang, serta akan memisahkan diri dari kelompoknya untuk berkelana mencari pejantan. Vulvanya mengalami pembengkakkan tetapi tidak mengeluarkan lendir selama estrus.

Kuda

Panjang siklus estrus pada kuda rata-rata adalah 21 hari. Lama siklus akan bertambah lama apabila ada siklus yang lowong akibat musim dingin. Rata-rata panjangnya fase estrus adalah 5,5 hari. Betina yang seang birahi akan membiarkan pejantan menciumi dan menggigit tanpa perlawanan, sering mengangkat ekor, merentangkan kaki, dan merendahkan punggungnya. Seperti ternak lain, kuda akan diam berdiri bila dinaiki pejantan untuk kopulasi. Bibir vulva membengkak dan sebagian terkuak. Leleran dalam jumlah sedikit akan keluar dari vulva.

(10)

III KESIMPULAN

Estrus adalah periode saat ternak betina siap menerima pejantan untuk melakukan perkawinan Interval waku antara timbulnya satu periode estrus ke permulaan periode estrus berikutnya disebut siklus estrus/siklus birahi. Siklus estrus dibedakan menjadi empat fase yaitu : proestrus, estrus, metestrus, dan diestrus.

Pembagian berdasarkan perkembangan folikel dan pengaruh hormon, siklus estrus dibedakan menjadi dua fase yaitu :

 Folikuler atau estrogenic

Fase folikuler atau estrogenik adalah fase terjadinya perkembangan folikel menjadi matang dan siap di ovulasikan dan pengaruh hormon estrogen menjadi dominan, fase ini meliputi proestrus dan estrus.

 Luteal atau progestational

Fase luteal atau progestational adalah fase terjadinya pembentukan korpus luteum setelah terjadinya ovulasi dan pengaruh hormon progesteron menjadi dominan, fase ini terjadi dari metestrus dan diestrus.

Perubahan-perubahan yang terlihat maupun yang tidak terlihat terjadi pada siklus estrus. Perubahan yang dapat dilihat adalah terjadinya perubahan kelakuan atatu perilaku betina yang memasuki periode estrus. Perubahan yang sama pada setiap hewan adalah betina akan berdiam diri bila dinaiki pejantan untuk kopulasi. Perubahan yang tidak terlihat adalah terjadinya perubahan-perubahan pada ovarium dan saluran produksi hewan betina. Perubahan yang terjadi pada saluran reproduksi adalah perubahan dalam rangka mempersiapkan apabila terjadi kebuntingan.

Pengaturan siklus estrus dilakukan oleh hormon ovarium, estrogen dan progesteron, hormon hipothalamus, GnRH, serta hormon adenohypofise, FSH dan LH. Pola pengaturan hormon pada dasarnya sama, namun berbeda antar hewan.

(11)

Bearden, J. and Fuquay John W. 1997. Applied Reproductoin Fourth Edition. Printice Hall, Inc : USA.

Hardjopranjoto, S. 1995. Ilmu Kemajiran pada Ternak. Airlangga University Press : Surabaya.

Partodihardjo. 1992. Ilmu Reproduksi Hewan. Mutiara Sumber Widya : Jakarta. Salisbury, G.W. dan N.L. VanDenmark. 1985. Fisiologi Reproduksi dan

Inseminasi Buatan Pada Sapi. Gadjah Mada University Press : Yogyakarta.

Referensi

Dokumen terkait

Konsentrasi periode estrus dalam 2 atau 3 hari akan menghemat tenaga kerja, memungkinkan inseminasi pada banyak hewan betina dengan semen seekor pejantan unggul pada satu

Pemberian perlakuan ekstrak daun andaliman selama 9 hari terhadap data histologis berupa jumlah folikel primer, sekunder, De Graff, dan atretik mengalami perubahan yang

Corpus luteum menghasilkan progesteron yang dapat menghambat pertumbuhan folikel dominan mencapai ovulasi sehingga akan mengurangi pengaruh negatif dari inhibin dan

Pakan dengan kualitas yang baik akan meningkatkan metabolisme tubuh, dan akan mempengaruhi fungsi kelenjar adenohipofisa dalam mensekresikan FSH dan FSH tersebut berfungsi

Tikus pada kelompok dosis 3 menunjukkan persentase yang mengalami peningkatan adalah pada fase estrus dan diestrus sedangkan pada fase proestrus dan metestrus

Lama periode estrus anoa yang diperoleh dalam penelitian ini berkisar satu hari (Tabel 3).Lama estrus lebih banyak dipengaruhi oleh faktor bangsa, musim, umur,

SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian pengembangan panduan praktikum perkemabangan hewan berbasis inkuiri pada materi siklus estrus diperoleh beberapa kesimpulan, yaitu kelayakan

| 35 Sekolah Kedokteran Hewan & Biomedis IPB - Asosiasi Rumah Sakit Hewan Indonesia ARSHI Vet Lett, 2023, 7 2: 35-36 Pemendekan waktu siklus estrus pada luwak Jawa Paradoxurus