• Tidak ada hasil yang ditemukan

Identifikasi Siklus Estrus pada Luwak Jawa (Paradoxurus hermaphroditus) melalui Pengamatan Gambaran Epitel Vagina.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Identifikasi Siklus Estrus pada Luwak Jawa (Paradoxurus hermaphroditus) melalui Pengamatan Gambaran Epitel Vagina."

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

IDENTIFIKASI SIKLUS ESTRUS PADA LUWAK JAWA

(Paradoxurus hermaphroditus) MELALUI PENGAMATAN

GAMBARAN EPITEL VAGINA

NELDA FIZA ZORA

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul “Identifikasi Siklus Estrus

pada Luwak Jawa (

Paradoxurus hermaphroditus

) melalui Pengamatan Gambaran

Epitel Vagina “ adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan

belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber

informasi yang berasal atau dikutip dari yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan

dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka

di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.

Bogor, Agustus 2014

(3)

ABSTRAK

NELDA FIZA ZORA. Identifikasi Siklus Estrus pada Luwak Jawa (Paradoxurus hermaphroditus) melalui Pengamatan Gambaran Epitel Vagina. Dibimbing oleh ARYANI SISMIN SATYANINGTIJAS dan NASTITI KUSUMORINI.

Luwak jawa (Paradoxurus hermaphroditus) merupakan salah satu hewan liar yang dapat dimanfaatkan sebagai penyeleksi biji kopi. Data fisiologis tentang luwak ini belum banyak didapatkan. Data ini penting untuk diketahui agar dapat dipakai dalam pencegahan kepunahan luwak karena berbagai macam faktor seperti pemanfaatan luwak yang tinggi atau karena penyakit. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui panjang total siklus estrus dan waktu dari setiap fase estrus yaitu fase proestrus, estrus, metestrus dan diestrus pada 2 ekor luwak jawa (Paradoxurus hermaphroditus) betina umur 1 tahun. Manfaat pengetahuan tentang siklus estrus ini akan berguna dalam pelestarian. Data diperoleh dari pembuatan ulas vagina selama 21 hari. Jenis sel epitel diperiksa di bawah mikroskop dan dianalisa secara kuantitatif. Hasil pengamatan rata-rata panjang total siklus estrus pada luwak jawa (Paradoxurus hermaphroditus) yaitu 121,5 ± 7,54 jam. Rata-rata waktu siklus proestrus yaitu 12 ± 0,00 jam, waktu siklus estrus yaitu 22,5 ± 3,00 jam, waktu siklus metesrus 25,5 ± 3,00 jam dan waktu siklus diestrus yaitu 61,5 ± 3,00 jam.

Kata kunci : luwak jawa (Paradoxurus hermaphroditus), siklus estrus

ABSTRACT

NELDA FIZA ZORA. Identification of Estrus Cycle in Palm Civet (Paradoxurus hermaphroditus) by Imaging Vagina Epithelial Observation. Under supervision of ARYANI SISMIN SATYANINGTIJAS and NASTITI KUSUMORINI.

Common palm civet (Paradoxurus hermaphroditus) is one of wild animals that can be used as best coffee selector. Physiologic information of this animal is still rare to be found. This information is used to prevent the extinction of palm civet caused by

several factors such as disease or increasing the used of luwak for human’s need. The

aim of this research was to get the information about total length of estrus cycle and each time of proestrus, estrus, metestrus and diestrus phase of two common palm civet one year old. Information collected could be used for conservation by knowing the right time to be mated. Vaginal swab had been done for 21 days to determine the phase of estrus cycle based on quantitative of vaginal cells and were examined under microscope. Based on observation, average total length of estrus cycle in palm civet was 121,5 ± 7,54 hours. Average cycle of proestrus phase was 12 ± 0,00 hours, estrus phase was 22,5 ± 3,00 hours, metestrus phase was 25,5 ± 3,00 hours and diestrus phase was 61,5 ± 3,00 hours.

(4)

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2014

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan pustaka suatu masalah; dan dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB

(5)

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Hewan

Program Studi Kedokteran Hewan

IDENTIFIKASI SIKLUS ESTRUS PADA LUWAK JAWA

(Paradoxurus hermaphroditus) MELALUI PENGAMATAN

GAMBARAN EPITEL VAGINA

NELDA FIZA ZORA

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(6)
(7)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan dengan baik. Tema yang dipilih dalam penelitian yang telah dilaksanakan sejak bulan Juni sampai Juli 2013 ini ialah siklus estrus, dengan judul “Identifikasi Siklus Estrus pada Luwak Jawa (Paradoxurus hermaphroditus) melalui Pengamatan Gambaran Epitel Vagina“.

Pada kesempatan kali ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang terlibat secara langsung ataupun tidak langsung dalam menyelesaikan skripsi ini, yaitu :

1. Dr Drh Aryani Sismin Satyaningtijas, MSc dan Dr Dra Nastiti Kusomorini sebagai dosen pembimbing yang penuh dengan kesabaran memberikan bimbingan, motivasi, waktu dan pemikiran selama proses penelitian dan penyusunan skripsi ini.

2. Dr Drh Sri Murtini, MSi dan Drh Budy Jasa Widiananta, MSi selaku dosen penguji yang telah memberikan bimbingan, arahan dan masukan dalam menyelesaikan skripsi ini.

3. Dr Drh Hadri Latif, MSi sebagai pembimbing akademik yang telah memberikan nasihat, motivasi, dan bimbingan moral selama penulis menempuh pendidikan sarjana di Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor.

4. Ayah Faisal Latif, Ibu Nur Farida Aryani, SPd, kakak Fathur Istiqlal, kakak Sri Wahyuni Rahayu, keluarga besar di Lampung dan Yogyakarta yang senantiasa mendoakan dan memberi dukungan dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Serda Heru Winando atas doa, kasih sayang, dukungan dan motivasi selama menyelesaikan skripsi ini.

6. Kak Purnomo, Kak Mursyid, Agvinta Nilam Wahyu Yudhicia, Yulita Mardiani, Ira Agustina Dewi Gandasari, Rinasti Rida Pangesti dan Anisa Rahma yang telah membantu menyelesaikan penelitian dan skripsi ini.

7. Keluarga Acromion FKH 47 yang memberikan banyak arti kehidupan dan kebersamaan dalam menggapai cita-cita.

Semoga skripsi ini bermanfaat.

Bogor, Agustus 2014

(8)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vii

DAFTAR GAMBAR vii

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan Penelitian 1

Manfaat Penelitian 1

TINJAUAN PUSTAKA 2

Penyebaran Luwak 2

Taksonomi dan Biologi Luwak 2

Reproduksi Luwak 3

METODE PENELITIAN 4

Waktu dan Tempat Penelitian 4

Alat dan Bahan Penelitian 5

Hewan Coba 5

Prosedur Penelitian 5

Pengamatan 6

Analisa Data 7

HASIL DAN PEMBAHASAN 7

SIMPULAN DAN SARAN 10

Simpulan 10

Saran 10

(9)

DAFTAR TABEL

1 Jenis-jenis sel yang terdapat pada preparat ulas vagina tikus putih 6 2 Rataan total waktu siklus estrus dan waktu setiap fase siklus estrus

(proestrus, estrus, metestrus, diestrus) dari 2 ekor luwak selama 21 hari 7

DAFTAR GAMBAR

1 Organ urogenitalia luwak betina terdiri atas ovarium, tuba uterina,

kornua uterus, korpus uterus, vulva, dan vesika urinaria 3

2 Luwak Jawa (Paradoxurus hermaproditus) betina 5

3 Bagan protokol penelitian 6

4 Perubahan sel epitel ulas vagina luwak jawa (Paradoxurus hermaproditus) pada fase (A) proestrus, (B) estrus,

(10)
(11)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Luwak jawa (Paradoxurus hermaphroditus) merupakan salah satu jenis mamalia liar yang bersifat nokturnal (beraktivitas dimalam hari). Spesies ini tersebar luas di hutan primer dan sekunder di Indonesia (Patou et al. 2008). Saat ini pemanfaatan luwak menjadi semakin tinggi sebab hewan ini dapat dimanfaatkan sebagai penyeleksi biji kopi dan penghasil parfum (Mudappa et al. 2010). Luwak juga dapat dimanfaatkan sebagai hewan penelitian di laboratorium untuk beberapa penyakit zoonosis, seperti Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS) dan Rabies. Beberapa penelitian di Philipina dan Singapura menyatakan bahwa luwak merupakan hewan yang potensial untuk menyebarkan kedua penyakit zoonosis ini (Pristiyanto 2003). Pemanfaatan luwak yang semakin meningkat dan penebangan hutan yang semakin merajalela dikhawatirkan dapat menyebabkan terjadinya kepunahan di habitat aslinya.

Status konservasi luwak menurut International Union for Conservation of Nature and Natural Reserves (2011) adalah Risiko Rendah (Least Concern), tetapi bila luwak terus menerus dieksploitasi maka status konservasi ini dapat berubah. Pembudidayaan luwak jawa (Paradoxurus hermaphroditus) ini harus dilakukan agar tidak terjadi kepunahan di habitat aslinya. Pembudidayaan ini dapat dilakukan secara alami melalui proses reproduksi. Reproduksi merupakan suatu proses untuk menghasilkan individu baru dari spesies yang sama. Dengan berkembang biak, makhluk hidup dapat mempertahankan spesiesnya sehingga sedikit kemungkinan untuk punah karena individu baru yang dihasilkan secara morfologi dapat serupa dengan induknya.

Proses reproduksi untuk mendapatkan individu baru akan berjalan lebih cepat jika hewan sedang berada pada fase estrus. Pada fase ini, hewan betina dapat menerima pejantan untuk dikawini secara alamiah. Namun hingga saat ini belum ada data ilmiah yang mengetahui tentang siklus estrus pada luwak jawa (Paradoxurus hermaphroditus), oleh karenanya penelitian ini dilakukan untuk mengetahui siklus estrus pada luwak jawa (Paradoxurus hermaphroditus) melalui gambaran epitel vagina. Perubahan epitel vagina dapat menggambarkan adanya siklus estrus pada luwak betina. Manfaat dari hasil penelitian ini yaitu informasi tentang siklus estrus luwak sehingga dapat dijadikan acuan untuk pembudidayaan luwak agar tidak terjadi kepunahan di habitat aslinya.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui total waktu siklus estrus dan waktu dari setiap fase (proestrus, estrus, metestrus dan diestrus) pada luwak jawa (Paradoxurus hermaphroditus).

Manfaat Penelitian

(12)

2

TINJAUAN PUSTAKA

Penyebaran Luwak

Menurut Schreiber et al. 1989 dalam International Union for Conservation of Nature ( IUCN ) Genus Paradoxurus diklasifikasikan ke dalam empat spesies yaitu Paradoxurus hermaphroditus yang menyebar luas mulai dari India dan bagian utara Pakistan, Sri Lanka, Bangladesh, Burma, Asia Tenggara, Tiongkok Selatan, Semenanjung Malaya, Filipina, dan Indonesia. Spesies yang kedua yaitu Paradoxurus zeylonensis yang menyebar terbatas di Sri Lanka,Paradoxurus jerdoni yang menyebar terbatas di negara bagian Kerala, India selatan. Paradoxurus lignicolor yang menyebar terbatas di Kepulauan Mentawai.

Luwak dapat hidup di hutan, area pertanian, atau bahkan di sekitar pemukiman penduduk. Persebaran luwak sebagian besar di Asia Tenggara dari Timor sampai India yaitu tersebar di beberapa negara meliputi India, Nepal, Bangladesh, Bhutan, Myanmar, Sri Lanka, Thailand, Singapura, Semenanjung Malaysia, Sabah, Sarawak, Brunei Darussalam, Laos, Kamboja, Vietnam, Cina, Filipina. Persebaran luwak di Indonesia yaitu terdapat di pulau–pulau Indonesia dari Sumatera, Jawa, Kalimantan, Nusa Tenggara, Bawean, dan Siberut. Musang luwak juga terdapat di Papua, Kepulauan Sunda Kecil, Taliabu dan Seram di Maluku, Sulawesi bagian selatan, dan Jepang (Duckworth et al. 2008).

Taksonomi dan Biologi Luwak

Taksonomi Paradoxurus hermaproditus menurut IUCN (2011) adalah sebagai berikut, yaitu :

Spesies : Paradoxurus hermaphroditus

Nama spesies luwak adalah Paradoxurus hermaphroditus, yang dikenal dengan sebutan Asian palm civet. Luwak memiliki bobot badan rata–rata 3,5 kg, panjang tubuh 54 cm (Jackson 2004) dan panjang ekor mencapai 40.6-66 cm (Shiroff 2002). Hewan ini memiliki tanda khusus yaitu adanya garis hitam di punggung dan sebagian rambut berwarna putih di wajah yang menyerupai topeng. Luwak jantan maupun betina memiliki kelenjar anal yang terletak di bawah ekor yang menyerupai testis. Pada spesies lain, kelenjar ini hanya berkembang pada jantan, sedangkan pada luwak kelenjar ini berkembang pada jantan maupun betina (Baker dan Kelvin 2008).

(13)

3

persediaan. Luwak mencari makan khususnya pada malam hari atau disebut juga hewan nokturnal (Jackson 2004).

Reproduksi Luwak

Luwak dapat hidup sampai 22–24 tahun. Dewasa kelamin luwak betina yaitu sekitar umur 11–12 bulan. Lama kebuntingan luwak yaitu 60 hari. Luwak betina biasanya melahirkan 2–5 anak per siklus masa kebuntingan (Weigl 2005). Luwak beranak sepanjang tahun, walaupun pernah ada catatan bahwa anak luwak lebih sering ditemukan antara bulan Oktober hingga Desember. Biasanya anak– anak luwak diletakkan di dalam lubang pohon atau gua. Perilaku reproduksi luwak selama mating (perkawinan), pasangan musang luwak biasanya tetap tinggal bersama sampai anak–anak tersebut lahir. Luwak betina memiliki tiga pasang puting susu (Grassman 1998).

Organ reproduksi betina luwak dapat dibedakan menjadi organ reproduksi internal dan eksternal (Gambar 1). Organ reproduksi internal berada di dalam rongga pelvis dan terdiri atas sepasang ovarium, sepasang tuba uterina, sepasang kornua uterus, korpus uterus, serviks, dan vagina. Organ reproduksi eksternal terdiri atas vestibula dan vulva (Apriliani 2012)

f uterina, (c) kornua uterus, (d) korpus uterus, (e) vulva, dan (f) vesika urinaria. (Bar: 1 cm) (Sumber : Apriliani 2012).

(14)

4

Uterus terdiri dari kornua uterus (tanduk uterus), korpus uterus (badan uterus), serviks uterus (leher uterus). Ovum yang diovulasikan akan berada pada kornua uterus tepatnya pada bagian tuba falopii untuk menunggu sperma sehingga terjadi fertilisati. Serviks uterus luwak memiliki lumen yang sempit. Mukosa serviks dilapisi oleh sel epitel silindris sebaris bersilia dan juga terdapat sel penghasil mukus. Sel penghasil mukus meningkat saat estrus dan dikeluarkan lewat vagina (Dellmann dan Eurell 1998).

Vagina adalah bagian saluran dari alat reproduksi betina yang terdapat di dalam pelvis di antara uterus (arah kranial) dan vulva (caudal). Vagina merupakan alat kopulasi atau koitus. Membran mukosa dari vagina adalah epitel squamosa berstrata yang tak berkelenjar, dimana terdapat sel mukosa pada bagian kranial dari vagina yang berdekatan dengan serviks. Lamina propria atau lapis submukosa vagina terdiri atas jaringan ikat. Pada lapisan ini ditemukan juga pembuluh darah. Lapis muskularis juga ditemukan pada vagina bagian superfisial yang terdiri atas otot polos (Apriliani 2012). Epitel yang menyusun mukosa vagina adalah epitel pipih banyak lapis. Vagina dengan epital pipih banyak lapis yang mengalami keratinisasi juga dapat ditemukan pada musang luwak. Hormon estrogen pada saat estrus dapat mempengaruhi epitel vagina yang mengakibatkan terjadinya proliferasi sel epitel vagina. Estrogen juga menyebabkan terjadinya kornifikasi sel epitel vagina (Frandson 1992 ).

Siklus pemasakan atau pematangan telur pada mamalia disebut siklus estrus. Pada hewan yang mengalami siklus estrus, selama satu siklus hewan betina siap menerima pejantan untuk kawin hanya dalam waktu yang singkat yaitu pada masa ovulasi. Siklus estrus terdiri atas empat fase atau tahap yaitu tahap proestrus, estrus, metestrus dan diestrus. Tahapan atau fase estrus yang dialami hewan dapat dikenali dari gambaran sel yang diperoleh melalui hasil apus vagina (Isnaeni 2006). Tahap perkembangan folikel pada ovarium bersamaan dengan terjadinya siklus proestrus dan estrus sedangkan tahap luteal bersamaan dengan terjadinya siklus metestrus dan diestrus. Proestrus merupakan periode persiapan yang ditandai dengan pemacuan pertumbuhan folikel oleh FSH sehingga folikel tumbuh dengan cepat (Heffner et al. 2006). Pada fase estrus, pertumbuhan folikel meningkat dengan cepat, uterus mengalami vaskularisasi dengan maksimal, ovulasi terjadi dengan cepat, dan sel-sel epitelnya mengalami akhir perkembangan yang terjadi dengan cepat (Shearer 2008). Fase metestrus ditandai dengan terhentinya birahi, ovulasi terjadi dengan pecahnya folikel, rongga folikel secara berangsur-ansur mengecil dan pengeluaran lendir terhenti (Campbell et al. 2004). Diestrus adalah periode terakhir dari siklus estrus, pada fase ini korpus luteum berkembang dengan sempurna dan menghasilkan progesteron (Isnaeni 2006).

METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat Penelitian

(15)

5

Alat dan Bahan Penelitian

Alat-alat yang digunakan pada penelitian ini yaitu objek gelas, mikroskop dan seperangkat alat pewarna Giemsa. Penelitian ini menggunakan bahan- bahan antara lain yaitu, Methanol, pewarna Giemsa, NaCl fisiologis 0,9%, tisue dan cotton bud.

Hewan Coba

Hewan coba yang digunakan pada penelitian ini yaitu 2 ekor luwak betina yang diperoleh dari pasar Pramuka, Jatinegara, Jakarta (Gambar 2). Selama penelitian, luwak berada di kandang dengan penerangan yang cukup, kondisi lingkungan dan sirkulasi udara yang baik. Luwak diberi pakan berupa dogfood, kepala ayam, pisang dan air minum ad libitum.

Gambar 2 Luwak Jawa (Paradoxurus hermaproditus) betina. Prosedur Penelitian

Penelitian dilakukan setelah luwak diadaptasi selama 2 minggu. Pengambilan sampel ulas vagina dilakukan selama 3 minggu (Gambar 3). Ulas vagina diambil 2 kali sehari yaitu pagi hari pukul 06.00 - 07.00 WIB dan sore hari pukul 18.00 – 19.00 WIB .

(16)

6

Tahap perlakuan penelitian ini dapat dilihat pada bagan berikut :

Gambar 3 Bagan protokol penelitian

Pengamatan

Pengamatan terhadap siklus estrus dilakukan dengan cara melihat preparat ulas secara berurutan sesuai waktu pengambilan. Untuk menetapkan fase-fase pada siklus estrus, gambaran preparat ulas yang mencakup gambar sel epitel dan sel leukosit serta komposisinya disesuaikan dengan yang telah ditetapkan oleh Baker et al. (1979) Tabel 1 dan Gambar 4.

Tabel 1 Jenis-jenis sel yang terdapat pada preparat ulas vagina tikus putih

Fase Durasi Ulasan Vagina

Proestrus

Sel kornifikasi ( sel tanduk ) 25% Sel kornifikasi 75 %

Sel pavement ( menumpuk ) 25% Sel pavement 100%

Sel pavement dan leukosit Leukosit

Leukosit dan sel berinti mulai muncul Sumber : Baker et al. (1979)

Penentuan waktu siklus estrus dan waktu setiap fase siklus estrus dihitung berdasarkan sel epitel yang sudah diamati seperti yang ditampilkan pada Gambar 4.

Gambar 4 Perubahan sel epitel ulas vagina luwak jawa (Paradoxurus hermaproditus) pada fase (A) proestrus, (B) estrus, (C) metestrus, (D) diestrus dengan perbesaran mikroskop 40x.

Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4 Minggu 5

Adaptasi Pengambilan sampel

(17)

7

Analisa Data

Data yang diperoleh dari 2 ekor luwak betina akan dirata-rata dan ditampilkan dalam satuan waktu (jam) secara kuantitatif.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Luwak betina yang digunakan pada penelitian ini memiliki bobot badan berkisar 4 kg.Berdasarkan Shiroff (2002), umur dewasa kelamin luwak yaitu 11 sampai 12 bulan dan memiliki bobot badan 2 sampai 5,5 kg. Luwak yang sudah dewasa kelamin akan mampu bereproduksi karena telah menunjukkan siklus estrus yang terdiri dari fase proestrus, estrus, metestrus dan diestrus. Fase-fase tersebut dapat dilihat melalui gambaran epitel vagina. Waktu total siklus estrus dan waktu setiap fase siklus estrus (proestrus, estrus, metestrus, diestrus) dari 2 ekor luwak selama 21 hari dapat dideskripsikan dalam Tabel 2.

Tabel 2 Rataan total waktu siklus estrus dan waktu setiap fase siklus estrus (proestrus, estrus, metestrus, diestrus) dari 2 ekor luwak selama 21 hari Periode siklus

Proestrus Estrus Metestrus Diestrus

I 12 ± 0,00 24 ± 0,00 24 ± 0,00 60 ± 0,00 120 ± 0,00

II 12 ± 0,00 18 ± 8,48 24 ± 0,00 60 ± 0,00 114 ± 8,48

III 12 ± 0,00 24 ± 0,00 24 ± 0,00 60 ± 16,97 120 ±16,97

IV 12 ± 0,00 24 ± 0,00 30 ± 8,48 66 ± 8,48 132 ± 0,00

Rata-rata ± SD 12 ± 0,00 22,5 ± 3,00 25,5 ± 3,00 61,5 ±3,00 121,5±7,54

(18)

8

melakukan aktivitas perkawinan (mating) di bulan Maret pada waktu siang hari (Borah & Deka 2011). Waktu kawin tersebut menunjukkan bahwa tidak menutup kemungkinan perkawinan dapat dilakukan sepanjang tahun. Menurut Panggabean (2011) luwak hanya memiliki satu sampai dua hari masa birahi (fase estrus). Proses reproduksi luwak di habitat aslinya dipengaruhi oleh faktor pakan dan pasangannya (Khairina 2013).

Fase proestrus merupakan periode persiapan yang ditandai dengan pemacuan pertumbuhan folikel oleh FSH (folicle stimulating hormone) sehingga folikel tumbuh dengan cepat. Folikel-folikel ini mensekresikan hormon estrogen yang akan menyebabkan kandungan air pada uterus meningkat dan mengandung banyak pembuluh darah dan kelenjar-kelenjar endometrial mengalami hipertrofi. Pada fase ini kadar estrogen akan terus mengalami peningkatan seiring dengan pertumbuhan folikel. Gambaran sel yang ada pada fase ini yaitu ditandai dengan adanya 75% sel epitel berinti dan 25% sel kornifikasi (sel tanduk) (Baker et al. 1979). Estrogen akan merangsang vaskularisasi dan pertumbuhan sel genitalia tubular yang menyebabkan adanya epitel beinti pada gambaran epitel ulas vagina. Fase proestrus pada luwak Jawa (Paradoxurus hermaproditus) yaitu terjadi sekitar (12 ± 0,00) jam.

(19)

9

stimulasi serviks akan diteruskan melalui sistem saraf ke hipotalamus. Selanjutmya hipotalamus mengeluarkan GnRH (Gonadotropin Releasing Hormone) yang dapat mengertak kelenjar hipofisa anterior untuk menghasilkan gonadotropin. GnRH ini yang menggertak LH adalah LHRH (LH-Releasing Hormone) yang dikeluarkan oleh hipotalamus. Hormon ini akan sampai pada kelenjar hipofisa anterior melaui sistem portal sehingga hormon LH akan dihasilkan.

Fase metestrus adalah fase pasca ovulasi dimana korpus luteum menjadi berfungsi yang ditandai dengan terhentinya birahi. Ovulasi terjadi dengan pecahnya folikel dan rongga folikel secara berangsur-ansur mengecil, pengeluaran lendir terhenti serta terjadi penurunan ukuran dan vaskularitasnya. Pada fase metestrus ini hormon estrogen mengalami penurunan. Setelah ovulasi, folikel vesikuler ditutupi oleh jaringan khusus yang disebut korpus luteum. Jika terjadi fertilisasi korpus luteum tetap aktif sampai akhir masa kebuntingan terjadi. Korpus luteum ini menghasilkan progesteron mencegah perkembangan selanjutnya dari folikel dan kemudian mencegah terjadinya periode estrus lebih lama. Sekresi dari korpus luteum fungsional penting untuk implantasi bagi ovum yang telah dibuahi di dalam uterus, pemberian makanan untuk embrio serta perkembangan alveoli kelenjar mamari. Akan tetapi jika fertilisasi tidak terjadi hormon progesteron berkurang sehingga korpus luteum mengalami degenerasi dan dinding endometrium luruh (Watson 2002). Korpus luteum yang telah berkembang sempurna memberikan pengaruh yang menonjol pada uterus. Selaput endometrium yang melapisi uterus menebal, kelenjar uterin membesar dan otot uterin juga menunjukkan peningkatan perkembangan. Semua reaksi diarahkan pada usaha mensuplai zat-zat makanan untuk embrio. Apabila tidak terjadi kebuntingan, korpus luteum akan regresi sehingga hormon progesteron yang dihasilkan oleh korpus luteum mengalami penurunan (Campbell et al. 2004). Panjangnya siklus metestrus dapat tergantung pada panjang waktu LTH (luteotropik hormon) disekresi oleh adenohipofisis. Selama fase ini terdapat penurunan estrogen dan penaikan progesteron yang dibentuk oleh ovarium. Hal tersebut dapat mempengaruhi gambaran epitel vagina. Ditemukannya leukosit yang banyak pada gambaran epitel ulas vagina merupakan ciri atau tanda hewan sedang berada pada fase metestrus. Pada luwak Jawa (Paradoxurus hermaproditus) gambaran ini dapat terlihat selama (25,5 ± 3,00) jam.

(20)

10

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Luwak jawa (Paradoxurus hermaproditus) memiliki siklus estrus yang berlangsung selama (121,5 ± 7,54) jam dengan lama proestrus (12 ± 0,00) jam, lama estrus (22,5 ± 3,00) jam, lama metestrus (25,5 ± 3,00) jam dan diestrus (61,5 ± 3,00) jam.

Saran

Pengamatan siklus estrus pada luwak jawa (Paradoxurus hermaproditus) sebaiknya tidak hanya dilakukan dengan pengamatan melalui gambaran epitel ulas vagina saja, tetapi dapat dilakukan pengamatan secara langsung terhadap tingkah lakunya atau dengan analisa hormonal.

DAFTAR PUSTAKA

Apriliani F. 2012. Morfologi organ reproduksi betina musang luak (Paradoxurus hermaproditus). [ skripsi ]. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor.

Baker DEJ. 1979. The laboratory rat vol.1 : Biology and disease, pp. 154-168. Eds. H.J. Baker, J.R Lindsey dan S.H. Weisbroth. California (US): Academic Press Inc.

Baker N, Kelvin L. 2008. Wild Animals of Singapore: A Photographic Guide to Mammals, Reptiles, Amphibians, and Freshwater Fishes. Singapura: Vertebrate Study Group, Nature Society. 180 hlm.

Borah J dan Deka K. 2011. An observation of common palm civet Paradoxurus hermaphroditusmating. Small Carnivore Conservation. Vol. 44: 32–33, June 2011

Busman H. 2013.Histologi ulas vagina dan waktu siklus estrus masa subur mencit betina setelah pemberian ekstrak rimpang rumput teki. Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung.

Campbell NA, Reece JB, Mitchell LG. 2004. Biologi Jilid 2. Penerjemah Wasmen Menalu. Cet. V. Jakarta (ID): Erlangga.

Corbet GB and Hill JE. 1992. The Mammals of the Indomalayan Region: a systematic review. Nat. Hist. Mus. Publ. and Oxford Univ. Press.

Dellmann HD, Eurell J. 1998. Textbook of Veterinary Histology Ed ke–5. Baltimore, Maryland: Lippincott Williams and Wilkins.

Duckworth JW, Widmann P, Custodio C, Gonzalez JC, Jennings A, Veron G. 2008. Paradoxurus hermaphroditus. IUCN red list of threatened species. Version 2010.4. International Union for Conservation of Nature.

Fledman EC dan Richard WN. 2004. Canine and Feline Endrocrinology and Reproduction, Third Edition. New York (US): Elsevier

(21)

11

Grassman LI. 1998. Movements and fruit selection of two Paradoxurinae species in a dry evergreen forest in Southern Thailand. Small Carnivore Conservation 19: 25–29.

Harjdopranjoto S. 1995. Ilmu Kemajiran pada Ternak. Surabaya (ID) : Airlangga University Press

Heffner, Linda J dan Dhanny JS. 2006. At a Glance: Sistem Reproduksi. Jakarta (ID): Erlangga

Isnaeni W. 2006. Fisiologi Hewan. Yogyakarta ( ID ): Penerbit Kanisius.

[IUCN] International Union for the Conservation of Nature. 2011. IUCN Red List of Threatened Species. Versi 2011.2 [diunduh 2013 November 30]. http://www.iucnredlist.org.

Jackson T. 2004. Animals of Asia & Australia. London (GB): Southwater (Anness Publishing Company).

Karlina Y. 2003. Siklus estrus dan struktur histologi ovarium tikus putih setelah pemberian alprazolam [skripsi]. Surakarta (ID): Jurusan Biologi FMIPA Universitas Sebelas Maret.

Khairina N. 2013. Manajemen Penangkaran dan Aktivitas Harian Musang Luwak (Paradoxurus hermaphroditus) di Penangkaran CV Kopi Luwak Indonesia Pangalengan, Bandung [skripsi]. Bogor : Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor.

Mudappa D, Kumar A, Chellam R. 2010. Diet and fruit choice of brown palm civet Paradoxurus jerdoni, a viverrid endemic to the western ghats rainforest, India. J.Tropic Cons Sci.3(3):282-300.

Najamudin, Rusdin, Sriyanto, Amrozi, Srihadi A, dan Tuty LY. 2010. Penentuan siklus estrus pada kancil (Tragulus javanicus) berdasarkan perubahan sitologi vagina. Jur vet 2010 vol. 11 No. 2: 81-86.

Nalley WMM, Ristika H, Muhammad R, Iis A, Tuty LY, Bambang P. 2011. Penentuan siklus estrus berdasarkan gambaran sitologi vagina dan profil hormon pada rusa timor. Jur vet Vol. 12 No. 2 :98-106.

Panggabean E. 2011. Mengeruk Untung dari Bisnis Kopi Luwak. Jakarta (ID) : PT Agromedia Pustaka.

Patou ML, Debruyne R, Jennings AP, Zubaid A, Ryan JJR, Veron G. 2008. Phylogenetic relationships of the Asian palm civets (Hemigalinae & Paradoxurinae, Viverridae, Carnivora). Molecular Phylogenetics and Evolution. 47: 883-892

Prayogo Y. 2013. Cat Lover’s Book. Jakarta : Gagas Media

Pristiyanto D. 2003. Virus SARS Nampaknya Berasal Dari Musang [Internet].[diunduh 2012 Januari 12]. Tersedia pada : http://www.mediaindo.co.id/ beritakhusus.asp?id=946.

Schreiber A, Wirth R, Riffel M, Rompaey HV. 1989. Weasels, Civets, Mongooses, and their Relatives An Action Plan for the Conservation of Mustelids and Viverrids. Switzerland (NZ): International Union for Conservation of Nature and Natural Resources.

[SCTAG] Small Carnivore Taxon Advisory Group. 2010. Viverirds (Viverridae) Care Manual. Silver Spring : Assosiation of Zoos and Aquarium.

(22)

12

Shiroff A. 2002. Paradoxurus hermaphroditus. Animal diversity.ummz. umich. edu/site/accounts/information/Paradoxurus_hermaphroditus.html.

Watson R. 2002. Anatomy and Physiology for Nurses. Jakarta (ID) : EGC

(23)

13

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Yogyakarta pada tanggal 25 Mei 1992 dari ayah Faisal Latif dan dan ibu Nur Farida Aryani SPd. Penulis merupakan putri kedua dari 2 bersaudara. Penulis lulus dari sekolah menegah atas SMA Negeri 1 Pesisir Tengah tahun 2010 dan pada yang sama penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan Seleksi Masuk (USMI) IPB dan diterima di Fakultas Kedokteran Hewan. Selama mengikuti perkuliahan penulis aktif sebagai anggota Himpunan Profesi Satwa Liar Fakultas Kedokteran Hewan IPB, anggota Divisi Eksitu organisasi Uni Konservasi Fauna (UKF) IPB dan anggota Organisasi Mahasiswa Daerah (OMDA) Keluarga Mahasiswa Lampung (KEMALA) IPB. Sebagai tugas akhir untuk menyelesaikan studi sarjana di Fakultas Kedokteran Hewan, penulis menyusun skripsi yang berjudul

“Identifikasi Siklus Estrus pada Musang Luwak (Paradoxurus hermaphroditus )

Gambar

Gambar 1 Organ urogenitalia luwak betina terdiri atas (a) ovarium, (b) tuba uterina, (c) kornua uterus, (d) korpus uterus, (e) vulva, dan (f) vesika urinaria
Gambar 2 Luwak Jawa (Paradoxurus hermaproditus) betina.
Gambar 3 Bagan protokol penelitian
Tabel 2 Rataan total waktu siklus estrus dan waktu setiap fase siklus estrus (proestrus, estrus, metestrus, diestrus) dari 2 ekor luwak selama 21 hari

Referensi

Dokumen terkait

Oleh karena jumlah ion Ni(II) yang diadsorpsi oleh kulit buah kopi Arabika ( Coffea arabica ) maksimum pada pH 6, penelitian lebih lanjut untuk menentukan kapasitas adsorpsi

Fungsi keanggotaan dalam kasus ini dinyatakan dengan [3 3 3 3 3 3 3] sesuai variabel dari data input penilaian pegawai terhadap kinerja yang terdiri dari tujuh

Untuk perencanaan kegiatan ekstrakurikuler sepak bola ini dilaksanakan pada awal tahun ajaran baruyang diikuti oleh wakil kepala bidang kesiswaan, guru olahraga,

Guru menutup pertemuan dengan mengajak peserta didik berdoa yang dipandu oleh seorang peserta didik yang dapat mengucapkan doa dengan baik dan dijawab oleh peserta didik lain

Berdasarkan terhadap fakta tersebut diatas, dalam rangka sinkronisasi regulasi terhadap dampak / efek - efek yang akan terjadi pada lingkungan, maka Pemerintah Kota

Siswa hendaknya bersikap kritis dalam menerima pelajaran Siswa harus memiliki dorongan dan semangat yang kuat untuk maju, memiliki sifat ingin tahu dan ingin menguasai

Izan ere, erroaren ondo-ondoan (eta bere eskumatara) espero di- tugun komunztadura hizkiak printzipioz ergatibokoak dira, ez datibokoak, eta are gehiago,

Selain pemukiman penduduk, di sekitar pantai yang mengalami penggerusan tersebut terdapat akses jalan umum yang letaknya sangat dekat dengan garis pantai.. Hal ini