• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN KONSEP ZERO DELTA Q POLICY TERHADAP ADANYA KEBIJAKAN PEMEKARAN WILAYAH KOTA BANJAR JAWA BARAT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KAJIAN KONSEP ZERO DELTA Q POLICY TERHADAP ADANYA KEBIJAKAN PEMEKARAN WILAYAH KOTA BANJAR JAWA BARAT"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

1

KAJIAN KONSEP

ZERO DELTA Q POLICY

TERHADAP

ADANYA KEBIJAKAN PEMEKARAN WILAYAH

KOTA BANJAR – JAWA BARAT

Dony Wangsasusana

Program Studi Magister Pengelolaan Sumber Daya Air - Institut Teknologi Bandung

Jl. Ganesha No.10 Bandung 40132, e-mail :

donywsbjr@yahoo.com

Indratmo Soekarno

Kelompok Keahlian Sumber Daya Air Fakultas Teknik Sipil dan LingkunganInstitut Teknologi Bandung

Jl. Ganesha No.10 Bandung 40132, e-mail :

indratmosoekarno@yahoo.com

Heriyadi Dwijoyanto

Kementrian Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Sumber Daya Air

Satuan Kerja Balai Besar Wilayah Sungai Citarum

Jl. Inspeksi Cidurian Soekarno Hatta STA 5600 Bandung 40292, e-mail :

h_dwijo@yahoo.com

Abstract

Banjar city broadly area 13.197,23 Ha, has development from administrative city that reside in administrative territory district of Ciamis, West Java Province. Along with existence of policy referred as then happened resident growth, socio-economic change on society and infrastructure development that expand quickly until affect the happening of displacement of environment balance, and tend to come at minimum boundary threshold.

To anticipate that problem, a technical study that is by compare to channel capacities existing with discharge run-off calculation at Q early (Q in 2003) and Q final (Q in 2012) at some channels in zone region 2 system of Banjar city drainage networks until obtained value ∆Q that must protected in order not to happened amount increase run off as the cause the happening of flood, and study non technical that is with spreading questionnaire to institution and society in study location to know dominant non technical variables that can support effort of flood operation in Banjar City’s.

From the result of technical study need required policy effort from government to apply system Zero Delta Q Policy that is a policy to maintain discharge quantity run off so that not increase from time to time with make infiltration wells alongside area of drainage channel stream counted 231 units, making building ABSAH counted 21 units and 1 unit of retention pond, in other hand can be also conducted by society that constituted by policy from government to make infiltration wells in areas is woke up or in society region each.

Whereas the result of study non technical (questionnaire) obtained that institution related must improve role and all stakeholders, and this condition will be very effective if its approach is conducted at norm aspect/rule at society in participating for make a success of policy Zero Delta Q in Banjar City.

Keyword: Urban Region Expansion, Network of Drainage, Design Discharge, Zero Delta Q Policy

.

Abstrak

Kota Banjar dengan luas area 13.197,23 Ha merupakan pengembangan dari Kota Administratif Banjar yang

berada di wilayah administratif Kabupaten Ciamis, Provinsi Jawa Barat. Seiring dengan adanya kebijakan tersebut maka terjadi pertumbuhan penduduk, perubahan sosial ekonomi masyarakat serta pembangunan infrastruktur yang berkembang cepat yang berdampak terjadinya pergeseran keseimbangan lingkungan, dan cenderung mendekati ke arah ambang batas minimal.

Untuk mengantisipasi hal tersebut diatas, maka dilakukan suatu kajian teknis yaitu dengan membandingkan perhitungan debit limpasan pada Q awal (Q tahun 2003) dengan Q akhir (Q tahun 2012) pada beberapa saluran di wilayah zona 2 sistem jaringan drainase kota Banjar sehingga diperoleh nilai ∆Q yang harus diamankan agar tidak terjadi kenaikan jumlah run off/limpasan sebagai penyebab terjadinya banjir, dan kajian non teknis yaitu dengan penyebaran kuisioner kepada institusi kelembagaan dan masyarakat di lokasi kajian untuk mengetahui variabel-variabel non teknis dominan yang dapat mendukung upaya pengendalian banjir di Kota Banjar.

(2)

2

Dari hasil dari kajian teknis dibutuhkan upaya kebijakan dari pemerintah untuk menerapkan sistem Zero Delta Q Policy yaitu suatu kebijakan untuk mempertahankan besaran debit run off supaya tidak bertambah dari waktu ke waktu dengan membuat sumur-sumur resapan di sepanjang daerah aliran saluran drainase sebanyak 231 buah, pembuatan bangunan Aquifer Buatan Simpanan Air Hujan (ABSAH) sebanyak 21 buah dan 1 buah kolam resapan, selain itu dapat pula dilakukan oleh masyarakat yang didasari oleh suatu peraturan kebijakan dari pemerintah untuk membuat sumur-sumur resapan di kawasan-kawasan terbangun atau di wilayah permukiman masyarakat. Sedangkan hasil dari kajian non teknis (kuisioner) diperoleh bahwa institusi kelembagaan terkait harus meningkatkan peran serta seluruh stakeholder, dan hal ini akan sangat efektif bila pendekatannya dilakukan pada aspek norma/aturan pada masyarakat untuk berpartisipasi mensukseskan kebijakan Zero Delta Q di Kota Banjar

Kata Kunci: Pemekaran Wilayah Kota, Jaringan Drainase, Debit Rancangan, Zero Delta Q Policy.

1.

Pendahuluan

Keterpaduan pada komponen pengelolaan SDA Terpadu di wilayah perkotaan mencakup antara lain yaitu kuantitas air dengan kualitas air, air hujan dengan air permukaan dan air bawah tanah, penggunaan lahan (land use) dengan pendayagunaan air (water use). Dalam implementasinya seiring dengan perkembangan pembangunan di wilayah perkotaan, pada umumnya cenderung akan mengurangi tingkat keterpaduan tersebut dimana kuantitas air sangat fluktuatif antara musim kemarau dan musim hujan, kualitas air semakin menurun, air hujan yang sebagian besar berubah menjadi air permukaan/limpasan dan sedikit sekali yang terinfiltrasi ke dalam tanah, perubahan tataguna lahan yang tidak terkontrol yang kesemuanya akan menyebabkan turunnya kualitas lingkungan di daerah perkotaan. Zero Delta Q Policy (ZDQP) adalah suatu kebijakan untuk mempertahankan besaran debit run off/debit limpasan supaya tidak bertambah dari waktu ke waktu, dan memperbesar kesempatan air untuk berinfiltrasi ke dalam tanah.

Pembentukan Kota Banjar sebagai Kota Otonom berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2002 tentang Pembentukan Kota Banjar di Propinsi Jawa Barat menyebabkan terjadinya perkembangan infrastruktur perkotaan yang relatif cepat. Akibat perkembangan tersebut maka akan merubah keseimbangan lingkungan dan cenderung bergeser kepada ambang batas minimal sehingga akan berpengaruh terhadap berkurangnya lahan terbuka hijau sebagai tempat resapan air ke dalam tanah. Berkurangnya infiltrasi berdampak terhadap banyaknya air limpasan, ditambah dengan kondisi drainase eksisting yang kurang memadai sehingga timbul genangan/banjir yang menimbulkan banyak kerugian bagi masyarakat sekitarnya.

Adapun kondisi-kondisi yang menimbulkan permasalahan lingkungan baik pada lingkungan permukiman maupun ruas jalan di Kota Banjar adalah :

1. Berubahnya tata guna lahan akibat perkembangan pembangunan

2. Pertumbuhan penduduk meningkat secara cepat sehingga meningkatkan jumlah air buangan rumah tangga dan memperkecil daerah resapan air. 3. Kondisi drainase lama kurang memadai baik

ditinjau dari segi kuantitas maupun kualitas. 4. Pemeliharaan jaringan drainase yang ada belum

dilaksanakan secara berkesinambungan sehingga kondisi jaringan kurang terpelihara.

Belum adanya suatu kebijakan untuk mempertahankan besaran debit runoff yang masuk kedalam jaringan drainase supaya tidak bertambah dari waktu ke waktu sebagai upaya pengendalian banjir di daerah perkotaan. Adapun Tujuan dari penulisan ini adalah:

1. Mendapatkan nilai debit banjir rancangan (Qr) dengan kala ulang 5 (lima) tahun.

2. Mendapatkan nilai jumlah penduduk (Pn) Kota Banjar dan nilai buangan air rumah tangga (Qrt) pada perkembangan 5 (lima) tahunan.

3. Mengetahui pengaruh perubahan tataguna lahan terhadap debit limpasan di Kota Banjar sampai tahun 2012.

4. Mengetahui kapasitas drainase exiting untuk prediksi tahun 2012.

5. Mengkaji suatu kebijakan Zero Delta Q terhadap adanya kebijakan pemekaran wilayah Kota Banjar sehingga dapat mengurangi debit limpasan dan wilayah genangan serta akan meningkatkan kualitas lingkungan di daerah perkotaan.

6. Mendapatkan suatu rancangan baik secara struktural maupun pembuatan kebijakan untuk implementasi Zero Delta Q Policy di lapangan dalam bentuk penerapan yang dikaitkan dengan permohonan Ijin Mendirikan Bangunan (IMB) di Kota Banjar.

Sedangkan manfaat dari penulisan ini adalah sebagai tambahan informasi dan pengetahuan bagi para

(3)

3 penentu kebijakan untuk menyusun suatu konsep

penanganan struktural dan penerbitan kebijakan dalam rangka implementasi Zero Delta Q pada suatu wilayah perkotaan yang dikaitkan dengan permohonan Ijin Mendirikan Bangunan dalam perencanaan pembangunan infrastruktur yang ramah lingkungan di wilayah Kota Banjar.

2.

Gambaran Lokasi Kajian

Drainase di Kota Banjar dibagi dalam 5 (lima) Zona didasarkan pada pendekatan pembagian kawasan Sub DAS dan batas Administrasi. Adapun zona yang akan dijadikan studi dalam penulisan ini yaitu zona II dengan pertimbangan bahwa pada zona tersebut merupakan pusat kegiatan perkotaan di wilayah Kota Banjar sehingga pada zona tersebut terjadi perubahan baik tataguna lahan, pertumbuhan penduduk dan

perkembangan pembangunan infrastruktur yang relatif lebih cepat.

2.1.Kondisi Existing Wilayah Zona II

Pada wilayah zona 2 terdapat 8 (delapan) drainase sub makro yaitu Drainase Cinyalindung, drainase Cibeureum, drainase Banjar Kolot, drainase Pagak, drainase Cibulan, drainase Cibentang, drainase Rancasemut serta drainase Cibodas dan mempunyai 3 (tiga) drainase makro yaitu berupa saluran pembuang Ciroas, saluran pembuang Citatah, dan saluran pembuang Cipaingan.

Daerah Tangkapan Air (DTA) masing-masing drainase adalah sebagai berikut :

No Nama DTA Luas (Ha) Peruntukan Jalan Perkerasan (%) Bahu Jalan (%) Permukiman Padat (%) Permukiman Tidak Padat (%) Taman, Kebun (%) Persa wahan (%) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 DTA Cinyalindung DTA Cipaingan DTA Pagak DTA Cibeureum DTA Cibentang DTA Banjarkolot DTA Cibulan DTA Rancasemut DTA Citatah DTA Ciroas DTA Cibodas 268.95 276.86 51.04 110.16 43.51 47.17 55.25 122.18 578.34 122.78 201.62 0.73 2.26 0.35 1.79 2.71 1.80 2.14 1.38 0.63 0.94 2.15 0.18 0.75 0.09 0.45 0.68 0.45 0.53 0.46 0.16 0.23 0.54 17.21 20.51 0 55.43 70.61 22.2 89.46 10.34 1.67 4.56 0 3.44 0 8.33 0 0 59.55 0 9.23 17.83 20.01 13.70 34.48 52.30 91.23 6.05 26.00 7.23 0.07 45.11 53.28 48.64 83.60 43.96 24.18 0 36.28 0 8.78 7.80 33.48 26.42 25.33 0

3.

Tinjauan Pustaka

3.1.Analisis Hidrologi

Data dari berbagai stasiun hujan diuji untuk mengetahui konsistensi data. Metode yang digunakan dengan metode Lengkung Massa Ganda (double mass

curve). Curah hujan yang diperlukan untuk

penyusunan suatu rancangan adalah curah hujan rata-rata daerah, metode yang digunakan adalah metode Polygon Thiessen. n 2 1 n n 2 2 1 1

A

...

A

A

R

A

...

R

A

R

A

R

(1) dimana :

R

= curah hujan rata-rata daerah (mm); R1, R2, Rn = curah hujan di tiap titik pengamatan (mm); A1, A2, An = luas daerah pengaruh pengamatan (km2)

Curah hujan rancangan dihitung dengan menggunakan metode Log Person Tipe III. Untuk mengetahui apakah frekuensi yang dipilih dapat digunakan atau tidak maka analisis uji kesesuaian frekuensi digunakan dua metode

(4)

4 statistik, yaitu Uji Chi Square dan Uji Smirnov

(5)

5 DESA BALOKANG KECAMATAN BANJAR Batugajah Priagung Warungbuah Ciaren Parung Tempo Cilengkong Cipariuk Pangadegan Kulon Sukarame Cimenyan Dua Sumanding Wetan Mundu Sanghiangsri DESA BINANGUN DESA MEKARSARI DESA BANJAR Pangasinan Gardu Pintusinga Banjarkolot  Gardu Sumanding Kulon Gardu Margamulya Pagak Pamongkoran Kedungpulung Buniasih S . Cib od as DESA HEGARSARI Cikabuyutan Barat Ciaren Jelat Adimulya Gudang Cimenyan Satu Katapang Parungsari Cikadu Cimenyan Dua Alba Tunagan Sukahurip Lemburbalong Jelat Tanjungsukur Cikabuyutan Timur Jadimulya Girimukti

ZONE 2

JALAN DESA SUNGAI BATAS DESA JALAN PROVINSI BATAS PROPINSI BATAS KECAMATAN

JALAN KERETA API BATAS KABUPATEN TRANSPORTASI : PERAIRAN : BATAS ADMINISTRASI : LEGENDA B T U S S.CIROA S SD.CIPAIN GAN SD.CINYALINDUNG SD.CIBEUREU M SD.P AGAK SD.CINY ALI NDUNG SD.CITATAH ELEV.+33.846 SD.CITATAH ELEV.+37.263 ELEV.+17.996 ELEV.+26.501 ELEV.+24.011 ELEV.+26.560 ELEV.+21.899 ELEV.+26.089 ELEV.+29.203 ELEV.+44.735 ELEV.+41.639 ELEV.+42.358 ELEV.+23.754          SD. CIBE UREU M ELEV.+28.675 SD.RANCASEMUTELEV.+27.347 ELEV.+28.571 SD.CITATAH SALURAN DRAINASE                 

Gambar 1. Wilayah Zona II Kota Banjar – Jawa Barat

Intensitas hujan dihitung dengan Metode Mononobe (subarkah : 20), dengan persamaan :

3 2 24 24 24       tc R I (2) dimana :

I =intensitas curah hujan (mm/jam); R24=curah hujan maksimum dalam 24 jam (mm); T=lamanya curah hujan (jam) tc= t0+ td (3) d d d V L t dan S n x xL x t 60 28 , 3 3 2 0.167 0 0         (4)

dimana : tc = waktu konsentrasi (menit); t0= waktu pengaliran di permukaan lahan (menit); td= waktu pengaliran dalam saluran (menit); n= angka kekasaran Manning; S= kemiringan lahan; Ld= panjang saluran dari awal sampai titik yang ditinjau (m); Vd= kecepatan rata-rata dalam saluran (m/s)

3.2.Analisis Tataguna Lahan

Koefisien pengaliran merupakan cerminan dari karakteristik daerah pengaliran dan dinyatakan antara angka 0 sampai dengan 1 yaitu bergantung pada banyak faktor.

Jika DAS terdiri dari berbagai macam penggunaan lahan dengan koefisien pengaliran yang berbeda, maka

(6)

6 nilai koefisien pengaliran (C) yang dipakai adalah

koefisien DAS yang dapat dihitung dengan persamaan berikut: . . ... ... . . . 1 1 3 2 1 3 3 2 2 1 1

          n i i n i i i A A C atauC A A A A C A C A C C (5) dimana :

Ci= koefisien pengaliran jenis penutup tanah i; Ai= luas lahan dengan jenis penutup tanah I; n= jumlah jenis penutup lahan

Dalam pengunaannya untuk perhitungan drainase harga koefisien pengaliran (C) didasarkan pada Tata Cara perencanaan Drainase Permukaan Jalan (SNI 03.3424-1994).

3.3.Analisis Pertumbuhan Penduduk

Dalam menghitung debit air buangan dimasa yang akan datang, proyeksi jumlah penduduk diperhitungkan berdasarkan metode geometrik, karena metode ini memberikan harga standart deviasi terkecil dibandingkan dengan metode yang lain (aritmatik dan least square).

Rumus untuk metode Geometrik dapat dituliskan sebagai berikut (Al-Layla,1978) :

(6) dimana : Pn = Jumlah penduduk pada tahun ke n; Po= Jumlah penduduk pada tahun awal; R= Laju pertumbuhan penduduk; n= Jumlah interval tahun

3.4.Analisis Debit Banjir Rancangan

Debit banjir rancangan pada studi ini menggunakan kala ulang 5 (lima) tahun, dengan metode yang digunakan adalah metode rasional.

Q = 0,00278 C.I.A (7)

dimana:Q=debit banjir (m3/s); C=koefisien pengaliran; I= intensitas hujan (mm/jam); A= luas DAS (hektar) Perhitungan jumlah keseluruhan air buangan penduduk untuk luasan per hektar menggunakan persamaan :

Q (ak) = ά x 6,944.10-7 x Kab x A (8) dimana:Q(ak)= debit air kotor (m3/s); Kab= kepadatan penduduk (orang/ha); A= luas wilayah (ha); α= reduksi

3.5.Kapasitas Saluran

Perhitungan dimensi saluran digunakan rumus kontinuitas dan rumus Manning, sebagai berikut:

.

.

A

V

Q

(9) 2 1 3 2

.

1

S

R

n

V

(10)

dengan : Q= debit pengaliran (m3/s); V= kecepatan rata-rata aliran (m/s); A= luas penampang basah saluran (m2); n= keofisien kekasaran Manning; R= jari-jari hidraulis (m); S= kemiringan dasar saluran

3.6.Penentuan nilai ∆ Q

Untuk menentukan besarnya nilai ∆Q yang harus diamankan adalah sbb :

• Jika Qexisting saluran < Qth 2003 maka ∆Q = Qth 2012 - Qexisting saluran

Jika Qexisting saluran > Qth 2003 maka ∆Q = Qth 2012 - Qth 2003

4.

METODOLOGI PENELITIAN

4.1.Langkah Penyelesaian Studi

Langkah-langkah dalam pengerjaan studi ini adalah sebagai berikut:

1. Analisis Curah Hujan

2. Menghitung intensitas curah hujan dengan peresamaan Mononobe

3. Analisis Debit Hujan Rancangan dengan periode 5 (lima) tahun menggunakan metode Rasional 4. Menghitung jumlah penduduk proyeksi tahun 2012

dan debit domestik.

5. Menganalisis kapasitas saluran eksisting dengan debit rencana.

6. Menghitung nilai Koefisien Run-off (C) akibat perubahan Tataguna Lahan.

7. Menghitung nilai ∆Q yang harus diamankan 8. Melakukan upaya Zero ∆Q di lapangan

9. Melakukan penyebaran kuisioner kepada institusi kelembagaan dan masyarakat untuk mengetahui variabel-variabel non teknis yang bersifat dominan yang mendukung suksesnya implementasi Zero ∆Q

Policy di lapangan.

5.

HASIL ANALISIS PEMBAHASAN

5.1.Hasil Analisis Hidrologi

Curah hujan tahunan maksimum yang diperoleh dengan menggunakan metode Thiessen adalah seperti tercantum pada tabel 3 :

n

r Po

(7)

7

Tabel 3. Curah Hujan Maksimun Tahunan

No Tahun R maks (mm) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 72.57 67.39 67.19 43.61 109.92 69.81 117.37 88.51 80.26 58.26 71.12 67.08 53.07

Hasil perhitungan Curah Hujan Rancangan menggunakan Metode Log Person Type III adalah Nilai Kepencengan (Cs) = 0.22 dan Nilai Simpangan Baku (S) = 0.12

Tabel 4. Curah Hujan Rancangan

No Kala Ulang (tahun) Kemen cengan (Cs) K Curah Hujan Rancangan (mm) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1.0101 2 5 10 20 25 50 100 1000 0.22 0.22 0.22 0.22 0.22 0.22 0.22 0.22 0.22 -2.162 0.036 0.829 1.303 1.650 1.824 2.169 2.486 3.408 40.036 72.529 89.853 102.129 112.194 117.593 129.094 140.643 180.430

Tabel 6. Harga Intensitas Curah Hujan

No Nama Saluran Tc (jam) I5 (mm/jam) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 Cinyalindung Cipaingan Pagak Cibeureum Cibentang Banjarkolot Cibulan Rancasemut Citatah Ciroas Cibodas 1.35 1.06 0.35 0.51 0.41 0.29 0.58 0.44 1.33 0.94 0.66 25.44 29.88 50.30 24.30 56.67 50.09 44.54 10.27 11.31 24.39 41.06

5.2.Hasil Analisis Pertumbuhan Penduduk

Perhitungan laju pertumbuhan penduduk menggunakan metode geometrik. Jumlah penduduk

untuk masing-masing kawasan yang dilayani oleh saluran drainase adalah :

Tabel 8. Jumlah Penduduk Tiap Kawasan (Proyeksi Penduduk th. 2008 & th. 2012) No Tata Guna Lahan Luas Areal (Ha) PL (%) Jml. Penduduk (jiwa) Th. 2008 Th.2012 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 Cinyalindung Cipaingan Pagak Cibeureum Cibentang Banjarkolot Cibulan Rancasemut Citatah Ciroas Cibodas 268.95 276.86 51.04 110.16 43.51 47.17 55.25 122.18 578.33 1227.78 201.62 9.02 9.28 1.71 3.69 1.46 1.58 1.85 4.10 19.39 41.16 6.76 5,081 5,230 964 2,081 822 891 1,044 2,308 10,925 23,194 3,809 5,255 5,410 997 2,153 850 922 1,079 2,387 11,301 23,991 3,940 5.3.Tataguna Lahan

Perhitungan koefisien run-off pada masing-masing saluran drainase dari tahun 2003 s/d 2008 adalah sebagai berikut:

Tabel. 9. Rekapitulasi Nilai Koefisien Aliran tahun 2003 s/d 2008 No Tata Guna Lahan Koefisien Pengaliran (C) Tahun 2003 Tahun 2005 Tahun 2008 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 Cinyalindung Cipaingan Pagak Cibeureum Cibentang Banjarkolot Cibulan Rancasemut Citatah Ciroas Cibodas 0.37 0.32 0.23 0.45 0.41 0.49 0.58 0.35 0.32 0.33 0.26 0.38 0.33 0.24 0.46 0.42 0.50 0.59 0.36 0.33 0.34 0.26 0.40 0.36 0.24 0.48 0.45 0.51 0.60 0.37 0.33 0.35 0.27 Untuk menentukan prediksi tataguna lahan pada tahun-tahun mendatang maka dibuat suatu persamaan yang merupakan trendline dari koefisien pengaliran akibat perubahan tataguna lahan di tahun-tahun sebelumnya. Contoh trendline perubahan nilai koefisien pengaliran (C) pada drainase Cinyalindung disajikan seperti tercantum pada gambar 2.

(8)

8

Gambar 2. Grafik Perubahan Nilai Koefisien C pada Drainase Cinyalindung

Prediksi nilai koefisien pengaliran pada tahun 2012 diperoleh dari persamaan trendline pada masing-masing saluran. Adapun hasil dari prediksi nilai koefisien pengaliran pada tahun 2012 adalah sebagai berikut :

Tabel. 10. Prediksi Koefisien Aliran

No Nama Saluran Koefisien Pengaliran (C=y) Persamaan 2003 2005 2008 2012 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 Cinyalindung Cipaingan Pagak Cibeureum Cibentang Banjarkolot Cibulan Rancasemut Citatah Ciroas Cibodas 0.37 0.32 0.23 0.45 0.41 0.49 0.58 0.35 0.32 0.33 0.26 0.38 0.33 0.24 0.46 0.42 0.50 0.59 0.36 0.33 0.34 0.26 0.40 0.36 0.24 0.48 0.45 0.51 0.60 0.37 0.33 0.35 0.27 0.42 0.40 0.25 0.49 0.47 0.54 0.62 0.38 0.34 0.36 0.28 y = 0.0056x + 0.35 y = 0.0091x + 0.28 y = 0.0017x + 0.22 y = 0.0044x + 0.44 y = 0.007x + 0.38 y = 0.007x + 0.38 y = 0.005x + 0.56 y = 0.004x + 0.33 y = 0.0015x + 0.32 y = 0.003x + 0.32 y = 0.0028x + 0.25 5.4.Debit Rancangan

Debit rancangan merupakan penjumlahan debit air kotor (Qak) dan debit air hujan rancangan (Qs). Debit air kotor adalah debit yang berasal dari air buangan atau air limbah hasil aktifitas penduduk yang berasal dari lingkungan permukiman. Untuk mengetahui jumlah debit air kotor, terlebih dahulu

harus diketahui jumlah kebutuhan air rata-rata dan jumlah penduduk Kota Banjar.

Debit air kotor dihitung dengan asumsi 65% dari kebutuhan air bersih 120 ltr/orang/hr, dengan persamaan:

Q (ak) = α x 6,944 x 10-7

x Kab x A

Metode yang digunakan untuk perhitungan debit air hujan adalah metode rasional dengan persamaan Qs = 0,00278 C.I.A

Tabel 12. Debit Air Hujan Rancangan (Qs) kala ulang 5 pada th 2003 No Nama Saluran Koeff. Run-off (C) Luas Areal (A) (Ha) Intensitas Hujan (mm/jam) Debit Hujan (m3/s) I5 Q5 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 Cinyalindung Cipaingan Pagak Cibeureum Cibentang Banjarkolot Cibulan Rancasemut Citatah Ciroas Cibodas 0.37 0.32 0.23 0.45 0.41 0.49 0.58 0.35 0.32 0.33 0.26 268.95 276.86 51.04 110.16 43.51 47.17 55.25 122.18 578.33 1227.78 201.62 24.86 29.06 46.98 23.10 53.54 46.12 42.66 9.68 11.06 23.72 39.47 6.84 7.06 1.54 3.21 2.63 2.95 3.77 1.14 5.76 26.87 5.74

Tabel 13. Debit Air Banjir Rancangan (Qs) kala ulang 5 tahun pada th 2012

No Nama Saluran Qak2012 (m3/s) Debit Hujan (m3/s) Debit Total (m3/s) Q5 Qtot5 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 Cinyalindung Cipaingan Pagak Cibeureum Cibentang Banjarkolot Cibulan Rancasemut Citatah Ciroas Cibodas 0.0024 0.0024 0.0005 0.0010 0.0004 0.0004 0.0005 0.0011 0.0051 0.0108 0.0018 7.78 8.89 1.64 3.49 3.03 3.24 4.06 1.26 6.00 28.90 6.28 7.78 8.89 1.64 3.49 3.03 3.24 4.06 1.26 6.01 28.91 6.28

5.5.Analisis Kapasitas Drainase

Metode perhitungan kapasitas saluran drainase menggunakan rumus pada persamaan (14) dan (15).

(9)

9

Tabel 15. Kemampuan Kap. Sal. Drainase (Existing)

No Nama Saluran Kap. Drainase (Qexiting) (m3/s) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 Cinyalindung Cipaingan Pagak Cibeureum Cibentang Banjarkolot Cibulan Rancasemut Citatah Ciroas Cibodas 0.99 2.03 1.08 1.68 3.25 1.83 4.34 0.55 0.96 19.38 7.53

5.6.Perhitungan Nilai Delta Q

Utk menentukan besarnya nilai delta Q yang harus diamankan adalah sebagai berikut :

 Jika Qexisting < Qth 2003 maka ∆Q = Qth 2012 - Qexisting

 Jika Qexisting > Qth 2003 maka ∆Q = Qth 2012 - Qth 2003

Tabel 16. Total nilai ∆Q yang harus diamankan

No Nama Saluran Kap. Drain. Qexisting (m3/s) Debit yang terjadi (Q2003) (m3/s) Debit Renc. (Q2012) (m3/s) Nilai ∆Q harus diaman kan (m3/s) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 Cinyalindung Cipaingan Pagak Cibeureum Cibentang Banjarkolot Cibulan Rancasemut Citatah Ciroas Cibodas 0.99 2.03 1.08 1.68 3.25 1.83 4.34 0.55 0.96 19.38 7.53 6.84 7.06 1.54 3.21 2.63 2.95 3.77 1.14 5.76 26.87 5.74 7.78 8.89 1.64 3.49 3.03 3.24 4.06 1.26 6.01 28.91 6.28 6.79 6.86 0.56 1.81 0.40 1.41 0.29 0.71 5.04 9.53 0.54

5.7.Hasil Pembahasan Analisis Teknis

Hasil yang diperoleh dari analisis teknik bahwa sebagian besar saluran drainase yang ada tidak mampu menampung debit banjir rancangan maka kondisi jaringan drainase di wilayah Zona 2 Kota Banjar sudah

sangat kritis dan perlu adanya penanganan khusus. Adapun tindakan yang dapat dilakukan untuk menanganinya adalah sebagai berikut :

1. Dilakukan Langsung oleh Pihak Pemerintah

Adapun jenis sarana dan prasarana yang dapat dibangun dengan biaya seluruhnya dari pihak pemerintah untuk mendukung program Zero Delta Q

tersebut adalah seperti tercantum pada tabel 17.

Tabel 17. Jenis sarana dan prasarana yang harus dibangun dalam rangka zero ∆Q

No. Nama Saluran

Jenis sarana dan prasarana yang dibangun 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 Cinyalindung Cipaingan Pagak Cibeureum Cibentang Banjarkolot Cibulan Rancasemut Citatah Ciroas Cibodas

Pembuatan kolam resapan, pembuatan ABSAH 17 buah, pembuatan sumur resapan 43 buah Pembuatan sumur resapan 44 buah Pembuatan ABSAH 4 buah, Pembuatan sumur resapan 4 buah Pembuatan sumur resapan12 buah Pembuatan sumur resapan 3 buah Pembuatan sumur resapan 9 buah Pembuatan sumur resapan 2 buah Pembuatan sumur resapan 5 buah Pembuatan kolam resapan, pembuatan sumur resapan 32 buah Pembuatan sumur resapan 60 buah Pembuatan sumur resapan 4 buah

2. Dilakukan dengan Partisipasi Masyarakat dan Pihak Swasta

Apabila upaya Zero Delta Q ini akan diterapkan kepada masyarakat dan pihak swasta, maka perlu adanya suatu aturan atau kebijakan dari Pemerintah yang mewajibkan pihak masyarakat dan swasta untuk melakukan upaya Zero Delta Q tersebut. Kemudian apabila sumur resapan ini akan diterapkan kepada masyarakat dan pihak swasta, maka sebagai bahan acuan dalam menentukan besarnya volume sumur resapan di lapangan dapat dilihat pada Gambar 4.

(10)

10 Pangadegan Wetan     DESA NEGLASARI DESA BALOKANG KECAMATAN BANJAR Batugajah Priagung Warungbuah Ciaren Parung Tempo Cilengkong Cipariuk Pangadegan Kulon Sukarame Cimenyan Dua Sumanding Wetan DESA BINANGUN DESA MEKARSARI DESA BANJAR Gardu Pintusinga Banjarkolot  Gardu Sumanding Kulon Gardu Margamulya Pagak Pamongkoran Kedungpulung S . Cibo das DESA HEGARSARI Cika buyut an B arat Ciaren Jelat Jadimulya Gudang Cimenyan Satu Katapang Parungsari Cikadu Cimenyan Dua Lemburbalong Jelat Tanjungsukur Cikabuyutan Timur S.C IRO AS SP.CIPAING AN SP.CINYALINDUNG SP.CIBEUREUM SP.PAGAK SP.CITATAH ELEV.+33.846 SP.CITATAH ELEV.+37.263 ELEV.+17.996 ELEV.+26.501 ELEV.+24.011 ELEV.+26.560 ELEV.+21.899 ELEV.+26.089 ELEV.+29.203 ELEV.+44.735 ELEV.+41.639 ELEV.+42.358 ELEV.+23.754         SP.CIBEUREUM ELEV.+28.675 SP. CIN YAL IN DU NG SP.Rancasemut ELEV.+27.347 ELEV.+28.571 SP.CIT ATAH        ELEV.+16.346 ELEV.+23.236 ELEV.+22.971 ELEV.+22.181 1 2 3 4 4 5 LEGENDA JALAN DESA JALAN PROVINSI SUNGAI

JALAN KERETA API KOLAM RESAPAN

LEGENDA

JALAN DESA JALAN PROVINSI SUNGAI

JALAN KERETA API

SUMUR RESAPAN BANGUNAN ABSAH SALURAN DRAINASE S

Gambar 3. Penempatan Sumur Resapan, Bangunan ABSAH dan Kolam Resapan

(11)

11

5.8.Analisis Kuisioner

5.8.1. Kerangka Kuisioner

Gambar 3. Kerangka kuisioner

Dimana :

X1 = Aspek Penerapan Kebijakan Zero ∆Q X2 = Aspek Efektivitas Kebijakan Zero ∆Q

X3 =Aspek Peran Stakeholder terhadap kebijakan Zero ∆Q

X4 = Aspek Sikap terhadap kebijakan Zero ∆ Q X5 = Aspek Norma/Aturan kebijakan Zero ∆ Q X6 = Aspek Persepsi thd kebijakan Zero ∆ Q

Y1 =Aspek Partisipasi Institusi dan Kelembagaan thd kebijakan Zero ∆ Q

Y2 = Aspek Partisipasi Masyarakat terhadap kebijakan Zero Delta Q

5.8.2. Analisis Presentase Garis Kontium

Analisis persentase pada Garis Kontinum dilakukan untuk mendapatkan gambaran singkat profil dan apresiasi responden terhadap kuisioner yang disebarkan.

(12)

12

Tabel 19. Hasil Analisis Garis Kontinum

No Aspek Pengamatan Jumlah Skor (A) Skor Ideal (B) Presentase A terhadap B (%) Kategori pada garis Kontinum 1 2 3 4 1 2 3 4

Hasil Kuisioner Pada Institusi Kelembagaan

Aspek penerapan kebijakan Zero ∆ Q Aspek efektivitas kebijakan Zero ∆ Q

Aspek peran stakeholder terhadap kebijakan Zero ∆ Q Aspek partisipasi institusi kelembagaan terhadap kebijakan Zero ∆ Q

Hasil Kuisioner Pada Masyarakat

Aspek sikap terhadap kebijakan Zero ∆ Q Aspek norma/aturan kebijakan Zero ∆ Q Aspek persepsi terhadap kebijakan Zero ∆ Q Aspek partisipasi masyarakat terhadap kebijakan

Zero ∆ Q 381 373 379 363 1,363 1,371 1,197 1,440 480 480 480 480 1800 1800 1800 1800 79.38 77.71 78.96 75.63 75.72 76.17 66.50 80.00 Baik Baik Baik Baik Baik Baik Cukup Baik Baik

5.8.3. Analisis Korelasi Antar Variabel

Apabila korelasinya bernilai positif maka hubungan kedua variabel tersebut dianggap

saling mendukung, tetapi apabila korelasinya bernilai negatif maka hubungan kedua variabel tersebut dianggap tidak saling mendukung.

(13)

13

5.8.4. Hasil Pembahasan Analisis Kuisioner

 Hasil analisis garis kontinum maka variabel-variabel psikologis responden yang akan dikaji sebagian besar berada pada kategori baik, sehingga data hasil kuisioner dapat digunakan untuk analisis selanjutnya.

Sedangkan dari hasil analisis korelasi antar variabel maka faktor dominan yang paling berpengaruh terhadap partisipasi institusi dan kelembagaan (Y1) adalah peran serta stakeholder (X3), dengan nilai kontribusi sebesar 86,1 %, sedangkan faktor dominan yang paling berpengaruh terhadap partisipasi masyarakat (Y2) adalah Norma/Aturan (X5) terhadap kebijakan Zero Delta Q, dengan nilai kontribusi sebesar 79.2%.

6.

Kesimpulan

Dari beberapa analisis yang telah dilakukan dalam kajian ini, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Perubahan tataguna lahan di Kota Banjar menunjukan adanya trend koefisien pengaliran yang semakin meningkat dari tahun 2003 hingga tahun 2012 yang diiringi dengan meningkatnya debit pada masing-masing saluran drainase.

2. Dari hasil perhitungan maka timbul nilai Delta ∆Q yang harus diamankan sehingga perlu dilakukan upaya yang dapat membatasi agar debit yang masuk kedalam jaringan drainase tidak bertambah dari waktu ke waktu yaitu dengan metode “Zero Delta Q

Policy

3. Adapun tindakan yang dapat dilakukan secara struktural di lapangan untuk merealisasikan program

Zero Delta QPolicy tersebut yaitu sebagai berikut :

A. Upaya yang dilakukan oleh pemerintah setempat 1. Pembuatan sebuah kolam resapan di daerah

Cipantaran

2. Pembuatan Aquifer Buatan Simpanan Air Hujan

(ABSAH) di di wilayah chatment area saluran Cinyalindung sebanyak 17 buah dan di wilayah chatment area saluran Pagak sebanyak 4 buah. 3. Pembuatan sumur resapan dengan kedalaman

sumur = 4 m dan diameter sumur = 0.8 m di sepanjang daerah aliran saluran pada lokasi kajian sebanyak 231 buah.

B. Upaya yang dilakukan dengan partisipasi masyarakat dan pihak swasta

Perlu adanya suatu aturan atau kebijakan dari Pemerintah yang mewajibkan pihak masyarakat

dan swasta untuk melakukan upaya Zero Delta Q tersebut dengan mengaplikasikan teknik pembuatan sumur resapan di lingkungan permukiman masyarakat dan kawasan terbangun lainnya.

4.

Dari hasil analisis non teknik (analisis kuisioner) disimpulkan bahwa faktor dominan yang mendukung suksesnya implementasi Zero Delta Q di Kota Banjar, yang paling berpengaruh terhadap partisipasi institusi dan kelembagaan adalah peran serta seluruh stakeholder di Kota Banjar sedangkan faktor dominan yang paling berpengaruh terhadap partisipasi masyarakat adalah norma/aturan terhadap kebijakan Zero Delta Q.

7.

Ucapan Terima Kasih

Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Kementerian Pekerjaan Umum Sekretariat Jenderal Pusat Pendidikan Dan Pelatihan Balai Pengembangan Sumber Daya Manusia I yang telah memberikan beasiswa kepada penulis untuk menyelesaikan penelitian ini dalam rangka menempuh Program Pasca Sarjana pada Magister Pengelolaan Sumber Daya Air Fakultas Teknik Sipil Dan Lingkungan Institut Teknologi Bandung.

Daftar Pustaka

Arsyad, Sintanala. 1989.Konservasi Tanah dan Air, Bogor : IPB Press

Chow, Ven Te. 1997 Hidroulika Saluran Terbuka, Jakarta: Penerbit Erlangga

Kodoatie, RJ., Roestam Syarif. 2010. Tata Ruang Air, Yogyakarta: Penerbit ANDI.

Soemarto, CD. 1986. Hidrologi Teknik. Usaha Nasional. Surabaya.

Soewarno. 1995. Hidrologi, Aplikasi Metode Statistik Untuk Analisis Data Jilid Ii. Penerbit NOVA. Bandung.

Sosrodarsono, Takeda. 2006. Hydrologi untuk Pengairan, Jakarta: Penerbit Pradaya Pratama Subarkah, Imam. 1980. Hidrologi untuk Perencanaan

Bangunan Air, Bandung: Penerbit Idea Dharma

Suripin. 2003. Sistem Drainase Perkotaan yang Berkelanjutan,Yogyakarta: Penerbit ANDI.

Gambar

Gambar 1. Wilayah Zona II Kota Banjar – Jawa Barat
Tabel 6. Harga Intensitas Curah Hujan  No  Nama Saluran  Tc  (jam)  I 5 (mm/jam)  1  2  3  4  5  6  7  8  9  10  11  Cinyalindung Cipaingan Pagak Cibeureum Cibentang Banjarkolot Cibulan Rancasemut Citatah Ciroas Cibodas  1.35 1.06 0.35 0.51 0.41 0.29 0.58
Tabel  12.  Debit  Air  Hujan  Rancangan  (Qs)    kala  ulang 5 pada th 2003  No  Nama  Saluran  Koeff
Tabel  17.  Jenis  sarana  dan  prasarana  yang  harus  dibangun dalam rangka zero ∆Q
+4

Referensi

Dokumen terkait

Peneliti ini bertujuan untuk menegetahui apakah sektor pertanian menjadi sektor basis dalam perekonomian di Kabupaten Blitar dan untuk mengetahui perubahan posisi

akaadsi baik jantan, betina dari perairan Teluk Amurang, mendeksipsikan hubungan panjang total tubuh ikan dengan panjang dan lebar otolith ikan layang, Decapterus

Pencatatan tingkah laku makan dilakukan dengan metode One Zero interval 15 menit. Tahapan tingkah laku diberi nilai satu bila dilakukan dan nol bila tidak dilakukan, dalam selang

Usia dini merupakan masa yang paling baik untuk menanamkan nilai-nilai yang ada karena anak sedang berada pada tahap pertumbuhan dan perkembangan fisik yang paling pesat

Apabila Karyawan tidak masuk kerja tanpa pemberitahuan yang dapat diterima oleh Perusahaan selama lima hari berturut-turut, atau selama tujuh hari dalam satu

Tujuan yang ingin dicapai dalam program pengabdian masyarakat ini adalah memotivasi warga masyarakat untuk bergabung dalam komunitas pengolah sampah plastik serta mempercepat

Sektor penyedia lapangan kerja di Tuban tidak tumbuh secara berimbang. Sektor penambangan dan penggalian menawarkan tingkat penghasilan yang lebih tinggi dibandingkan dengan

Pemohon, sehingga selisih perolehan suara antara Pemohon dan Pihak Terkait tidak lebih dari 1,5% (satu koma lima persen). 5) Bahwa Petitum dalam permohonan Pemohon halaman 16