• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS STRATEGI PENGELOLAAN HUTAN MANGROVE (KASUS DI DESA TONGKE-TONGKE KABUPATEN SINJAI)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS STRATEGI PENGELOLAAN HUTAN MANGROVE (KASUS DI DESA TONGKE-TONGKE KABUPATEN SINJAI)"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS STRATEGI PENGELOLAAN HUTAN MANGROVE (KASUS DI DESA TONGKE-TONGKE KABUPATEN SINJAI)

Mangrove forest management strategy analysis (cases in the Tongke-Tongke Village, Sinjai Regency)

Patang

Politeknik Pertanian Negeri Pangkep patangdr@yahoo.co.id

ABSTRAK

Hutan mangrove harus selalu dijaga kelestariannya agar fungsi ekologinya tetap lestari. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis potensi hutan mangrove serta strategi pengelolaan hutan mangrove yang terbaik untuk dilaksanakan di Kabupaten Sinjai. Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian survai yang bersifat deskriptif analisis melalui pendekatan studi kasus. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Tongke-Tongke, Kecamatan Sinjai Timur, Kabupaten Sinjai. Penelitian dilaksanakan selama 3 (tiga) bulan yaitu bulan April sampai Juli 2010. Data yang dikumpulkan terdiri atas data primer dan dan sekunder dan dianalisis dengan pendekatan Analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, and Threat). Hasil penelitian menunjukkan stretegi dalam pengelolaan hutan mangrove di Kabupaten Sinjai yaitu masyarakat melakukan penanaman berdasarkan potensi yang ada, membentuk kawasan hutan lindung mangrove yang tidak dapat diganggu, lebih meningkatkan peran organisasi masyarakat, lebih memberdayakan masyarakat, sosialisasi kepada masyarakat tentang bahaya penebangan mangrove, perlu sentuhan teknologi dalam pengembangan mangrove, masyarakat dilibatkan dalam setiap pengambilan kebijakan tentang mangrove peningkatan peran pemerintah, penyuluhan tentang lingkugan dan ekosistem mangrove, memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang pemanfaatan mangrove, peningkatan pendidikan/pelatihan kepada masyarakat, serta melakukan musyawarah antara masyarakat dan pemerintah tentang pemanfaatan dan pengelolaan mangove, sosialisasi penerapan peraturan pemerintah tentang lingkungan, melibatkan masyarakat dalam penyusunan perencanaan dan pelaksanaan pengelolaan mangrove, pemerintah dan masyarakat bersama-sama mendukung pengelolaan mangrove, peningkatan penanaman mangrove di sekitar pesisir pantai serta. Pada prinsipnya posisi model pengelolaan hutan mangrove yang di Kecamatan Sinjai Timur Kabupaten Sinjai masuk dalam kategori pertumbuhan dan stability strategy yaitu suatu strategi yang diterapkan tanpa mengubah arah strategi yang telah ditetapkan sebelumnya.

Kata kunci: strategi, pengelolaan, dan mangrove

ABSTRACT

Mangrove forests should always be preserved in order to remain sustainable ecological functions. This study aims to analyze the potential of mangrove forest and mangrove forest management strategies are best implemented in Sinjai Regency. The design study is a survey research is descriptive analysis through a case study approach. This research was conducted in the Tongke-Tongke village of Sinjai Regency. Research was carried out for 3

(2)

(three) months, April to July 2010. The data was collected consists of secondary and primary data and analyzed with the approach and SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, and Threat). The results of research showed strategy in the management of mangrove forests in Sinjai Regency is the community planting based on the existing potential, forming a protected mangrove forest which can not be bothered, further enhancing the role of community organization, empower, socialization to the public about the dangers of mangrove harvesting, need to touch technology in the development of mangrove, the community is involved in any decision-making on mangrove increase the role of government, and of environmental education on mangrove ecosystems, provide insight to the community on mangrove utilization, increase education/training to the community, and to conduct meetings between citizens and government about the use and management mangove, socialization of the application of government regulations on the environment, involve the community in the preparation of the planning and implementation of mangrove management, government and community together to support the management of mangroves, increased planting around the coast as well. In principle, the position of the mangrove forest management in the Eastern District of Sinjai, Sinjai Regency in the category of growth and stability strategy is a strategy that is applied without changing the direction of a predetermined strategy.

Keywords: Strategy, management and mangrove

PENDAHULUAN

Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki hutan mangrove terluas di dunia (Onrizal, 2010). Hutan mangrove umumnya terdapat di seluruh pantai Indo-nesia dan hidup serta tumbuh berkembang pada lokasi-lokasi yang mempunyai hu-bungan pengaruh pasang air (pasang su-rut) yang merembes pada aliran sungai yang terdapat di sepanjang pesisir pantai (Tarigan, 2008). Hutan mangrove merupa-kan suatu ekosistem yang mempunyai peranan penting ditinjau dari sisi ekologis maupun aspek sosial ekonomi. Hutan mangrove adalah tipe hutan yang ditum-buhi dengan pohon bakau (mangrove) yang khas terdapat di sepanjang pantai atau muara sungai dan dipengaruhi oleh pasang surut air laut (Hogarth, 1999). Hutan mangrove mempunyai fungsi ganda dan merupakan mata rantai yang sangat penting dalam memelihara keseimbangan siklus biologi di suatu perairan (Waas dan Nababan, 2010).

Sebagai suatu ekosistem dan sumberdaya alam, pemanfaatan mangrove diarahkan

untuk kesejahteraan ummat manusia dan untuk mewujudkan pemanfaatannya agar dapat berkelanjutan, maka ekosistem mangrove perlu dikelola dan dijaga ke-beradaannya. Kerangka pengelolaan hutan mangrove terdapat dua konsep utama. Per-tama, perlindungan hutan mangrove yaitu suatu upaya perlindungan terhadap hutan mangrove menjadi kawasan hutan mang-rove konservasi. Kedua, rehabilitasi hutan mangrove yaitu kegiatan penghijauan yang dilakukan terhadap lahan-lahan yang dulu merupakan salah satu upaya rehabi-litasi yang bertujuan bukan saja untuk mengembalikan nilai estetika, tetapi yang paling utama adalah untuk mengembali-kan fungsi ekologis kawasan hutan mang-rove yang telah ditebang dan dialihkan fungsinya kepada kegiatan lain.

Walters et al. (2008) menyatakan bahwa hutan mangrove di sepanjang pesisir pan-tai dan sungai secara umum menyediakan habitat bagi berbagai jenis ikan. Hutan mangrove sebagai salah satu lahan basah di daerah tropis dengan akses yang mudah serta kegunaan komponen biodiversitas

(3)

dan lahan yang tinggi telah menjadikan sumberdaya tersebut sebagai sumberdaya tropis yang kelestariannya akan terancam (Valiela et al., 2001) dan menjadi salah satu pusat dari isu lingkungan global. Konversi hutan mangrove terus meningkat untuk dijadikan lahan pertanian atau tam-bak ikan/udang, sehingga menyebabkan penurunan produktivitas ekosistem ter-sebut (Dave, 2006).

Salah satu daerah di Sulawesi Selatan yang masih memiliki hutan mangrove yang cukup luas adalah Kabupaten Sinjai. Pengelolaan hutan mangrove di daerah ini telah dilakukan oleh masyarakat secara swadaya, mengingat beberapa waktu yang lalu ketika mereka melaut ke berbagai daerah, maka pada saat kembali mereka membawa bibit mangrove untuk selanjut-nya ditanam di sekitar pantai karena me-reka meyakini bahwa tanaman mangrove memiliki banyak fungsi, di antaranya da-pat menahan angin kencang, ombak yang besar dan sebagainya. Selanjutnya, wila-yah di Kabupaten Sinjai yang masih me-miliki hutan mangrove yang cukup luas adalah Desa Tongke-Tongke dan Kelurah-an Samataring. Pada tahun 1995 Desa Tongke-Tongke dan Lingkungan Pangasa Kelurahan Samataring Kecamatan Sinjai Timur Kabupaten Sinjai telah melakukan penanaman kembali terhadap hutan mang-rove yang telah mengalami degradasi aki-bat penebangan secara sembarangan. Hutan mangrove yang telah ditanam oleh masyarakat tersebut tumbuh dan berkem-bang sesuai dengan yang diharapkan, dan setelah 18 tahun kemudian, tanaman mangrove tersebut sudah dapat dimanfaat-kan, dan setelah tanaman tersebut ingin dimanfaatkan oleh masyarakat, timbul Peraturan Pemerintah Kabupaten Sinjai tentang pelarangan penebangan hutan mangrove. Luas hutan di Kelurahan Tong-ke-Tongke merupakan hutan terluas yang ada di Kabupaten Sinjai, ternasuk hutan mangrove-nya.

Meningkatnya kecenderungan pengrusa-kan ekosistem hutan mangrove seiring dengan meningkatnya kebutuhan hidup masyarakat lokal seperti, penebangan po-hon mangrove yang dijadikan kayu bakar untuk kebutuhan rumah tangga dan bara arang untuk diperdagangkan, tanpa mem-perhatikan daya dukung dan daya pulih-nya, serta meningkatnya aktivitas pencari kepiting (pasodok) yang mencari kepiting ke wilayah ekosistem mangrove juga me-micu peningkatan kerusakan hutan mang-rove.

Upaya pelestarian kembali hutan mang-rove yang telah mengalami kerusakan be-berapa waktu lalu, telah menjadi per-hatian oleh masyarakat Desa Tongke-Tongke, Kecamatan Sinjai Timur, Kabu-paten Sinjai dengan melakukan penanam-an kembali terhadap hutpenanam-an mpenanam-angrove ypenanam-ang rusak melalui swadaya masyarakat. Masalah berikutnya adalah penebangan secara liar baik digunakan sebagai kayu bakar, atau dijadikan arang untuk dijual, perluasan areal tambak secara tidak ter-kendali, sehingga apabila hal ini tidak segera dihentikan, maka suatu saat kita tidak melihat lagi hutan mangrove di Ka-bupaten Sinjai dan hal ini merupakan ben-cana besar. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis potensi hutan mang-rove serta strategi pengelolaan hutan mangrove yang terbaik untuk dilaksana-kan di Kabupaten Sinjai.

BAHAN DAN METODE Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan untuk menjawab permasalahan dalam penelitian ini adalah penelitian survai yang bersifat deskriptif analisis yang dilanjutkan de-ngan analisis kuantitatif yang berusaha mengungkap hubungan antara satu varia-bel dengan variavaria-bel lainnya. Format

(4)

pe-nelitian yang digunakan adalah pendekat-an studi kasus.

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di desa Desa Tongke-Tongke, Kecamatan Sinjai Timur, Kabupaten Sinjai. Penelitian ini dilaksana-kan selama 3 (tiga) bulan yaitu bulan April sampai Juli 2010, yang terdiri atas 1 (satu) bulan persiapan, dan 2 (dua) bulan penelitian inti termasuk pengolahan data, analisis data sampai penyusunan laporan akhir.

Teknik Pengumpulan Data

Sebelum dilakukan pengumpulan data, maka akan dilakukan terlebih dahulu pengamatan lapangan yang meliputi ke-seluruhan kawasan hutan dengan tujuan untuk melihat secara umum keadaan fitososiologi dan komposisi tegakan hu-tan serta keadaan pasang surut daerah setempat dan sebagainya. Data yang di-kumpulkan terdiri atas data primer dan dan sekunder. Data primer dikumpulkan melalui observasi langsung di lapangan, serta wawancara dengan menggunakan daftar kuesioner secara terstruktur. Se-dangkan data sekunder diperoleh dari dinas terkait dengan penelitian ini.

Analisis data

Untuk mengetahui bagaimana upaya dan strategi dalarn pengelolaan hutan mang-rove, di Kabupaten Sinjai dianalisis de-ngan pendekatan Analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, and Threat). Me-tode ini bertujuan untuk mengidentifikasi berbagai faktor internal dan eksternal secara sistematis yang hasilnya akan digunakan dalam perencanaan an untuk merumuskan strategi pengelola-an mpengelola-angrove. Model-model pengelola-analisis ypengelola-ang dipakai dalam mengolah data-data yang telah terkumpul adalah matrik IFAS dan matrik EFAS, sedangkan untuk mengana-lisis hasil pengolahan data tersebut

di-gunakan model matrik IE dan matrik TOWS.

HASIL DAN PEMBAHASAN Strategi Pegelolaan Mangrove di Kabu-paten Sinjai

Dalam membahas mengenai strategi-stra-tegi dalam pengelolaan mangrove di Ka-bupaten Sinjai, maka terlebih dahulu di-kemukakan faktor-faktor internal dan eks-ternal yang diperoleh dari hasil analisis yang selanjutnya ditransfer ke dalam matriks TOWS untuk membuat berbagai alternatif strategi (SO, ST, WO, WT), seperti yang ditunjukkan pada Tabel 1.

1. Strategi SO (Stength-Oportunity) Kabupaten Sinjai memiliki potensi pe-ngembangan mangrove yang sangat besar. Desa Tongke-tongke merupakan salah satu desa yang memiliki potensi mangrove yang cukup besar yaitu sekitar 152,5 ha. Apabila hutan mangrove tersebut dikelola dengan baik, maka akan memberikan manfaat yang sangat besar baik terhadap lingkungan sekitar (sebagai tempat hidup beberapa jenis biota flora dan fauna) maupun dapat melindungi masyarakat dari abrasi pantai. Hasil penelitian Onrizal et al., (2009) yang melakukan penelitian di Pantai Timur Sumatera Utara menyebut-kan bahwa kerusamenyebut-kan hutan mangrove dapat berdampak pada penurunan volume dan keragaman jenis ikan yang ditangkap (65,7% jenis ikan menjadi langka/sulit didapat, dan 27,5% jenis ikan menjadi hilang/tidak pernah lagi tertangkap) serta penurunan pendapatan nelayan sebesar 40,5%.

Salah satu cara untuk mengurangi pene-bangan hutan mangrove adalah memben-tuk suatu kawasan yang dinamakan ka-wasan hutan lindung yaitu suatu kaka-wasan dimana hutan mangrove dilindungi dan tidak dapat ditebang karena dengan pe-nebangan yang tida terkendali dapat

(5)

menyebabkan menurunnya kualitas dan kuantitas hutan mangrove. Onrizal dan kusmana, 2008), menyatakan bahwa me-nurunnya kualitas dan kuantitas hutan mangrove telah mengakibatkan dampak

yang sangat mengkawatirkan, seperti ab-rasi yang meningkat, penurunan tang-kapan perikanan pantai, intrusi air laut yang semakin jauh ke arah darat, malaria dan lainnya (Onrizal & Kusmana, 2008).

Tabel 1. Matrik TOWS IFAS EFAS Strengths (S) 1.Masyarakat melakukan penanaman mangrove 2.Penanaman melalui

swa-daya masyarakat 3.Peran pemerintah dalam

pengelolaan mangrove 4.Terdapat organisasi

kema-syarakatan yang menge-lola mangrove

5.Dapat memperbaiki per-ekonomian daerah

Weaknesses (W)

1.Masyarakat melakukan pe-nebangan mangrove 2.Mangrove digunakan untuk

kayu bakar

3.Belum tersentuh teknologi 4.Bantuan yang diberikan

masyarakat dalam penge-lolaan mangrove

5.Masyarakat tidak dilibat-kan dalam penyusunan peraturan pemerintah Oportunities (O)

1.Potensi pengembangan mang-rove besar

2.Adanya larangan penebangan hutan mangrove

3.Penanaman mangrove tidak melanggar kebiasaan dan adat istiadat

4.Memperbaiki ekonomi ma-syarakat

5.Peran lembaga masyarakat

Stretegi SO :

a.Masyarakat melakukan penanaman berdasarkan potensi yang ada

b.Perlunya membentuk ka-wasan hutan lindung mangrove yang tidak dapat diganggu

c.Lebih meningkatkan peran oraganisasi masyarakat d.Lebih memberdayakan

masyarakat

Strategi WO :

a. Sosialisasi kepada masya-rakat tentang bahaya pene-bangan mangrove

b. Perlu sentuhan teknologi dalam pengembangan mangrove

c. Masyarakat dilibatkan da-lam setiap pengambilan kebijakan tentang mang-rove

d. Peningkatan peran peme-rintah

Threats (T)

1.Pengetahuan masyarakat tentang pengelolaan ling-kungan masih kurang 2.Masyarakat melakukan

pena-naman hanya untuk memba-ngun tambak

3.Adanya ketidakpatuhan ma-syarakat terhadap peraturan pemerintah tentang pelarang-an penebpelarang-angpelarang-an hutpelarang-an mpelarang-ang- mang-rove

4.Tingkat pendidikan masya-rakat masih rendah

5.Munculnya komplik peman-faatan hutan mangrove

Strategi ST :

a.Penyuluhan tentang ling-kugan dan ekosistem mangrove

b.Memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang pemanfaatan mangrove c.Peningkatan pendidikan/

Pelatihan kepada masya-rakat

d.Melakukan musyawarah antara masyarakat dan

Pe-merintah tentang peman-faatan dan pengelolaan mangove

Strategi WT :

a. Sosialisasi penerapan per-aturan pemerintah tentang lingkungan

b. Melibatkan masyarakat da-lam penyusunan peren-canaan dan pelaksanaan pengelolaan mangrove c. Pemerintah dan

masya-rakat bersama-sama men-dukung pengelolaan mang-rove

d. Peningkatan penanaman mangrove di sekitar pesisir pantai

(6)

Penanaman mangrove di Kabupaten Sinjai telah dibangun berdasarkan swadaya ma-syarakat, namun saat ini yang menjadi kendala adalah pemeliharaan hutan mang-rove yang telah dibangun tersebut sehing-ga dapat menjadi ekosistem yang mampu bermanfaat bagi masyarakat di sekitarnya.

2. Strategi ST (Strength-Threat)

Penyuluhan merupakan salah satu metode yang dapat digunakan untuk menyampai-kan sesuatu hal yang baru, baik mengenai pengelolaan mangrove, lingkungan terma-suk hal-hal yang berkaitan dengan pem-bangunan kepada masyarakat. Namun de-mikian, yang sering menjadi kendala ada-lah kurangnya informasi hasil-hasil riset yang diterima penyuluh untuk disampai-kan kepada masyarakat atau pengalaman lapangan yang dapat menunjang keberha-silan penyuluhan.

Pemanfaatan mangrove harus dilakukan secara dinamis dan berkesinambungan de-ngan mempertimbangkan dimensi ekolo-gis, sosial ekonomi, sosial budaya, sosial politik, peraturan dan kelembagaan. Ada beberapa kemungkinan pemanfaatan hu-tan mangrove di Kabupaten Sinjai, di antaranya sebagai obyek wisata (ekotour-isme), sylvofishery, sumber benih ber-bagai komoditas, hutan pendidikan, pe-manfaatan kayu terbatas serta berbagai pemanfaatan lainnya. Menurut Onrizal (2010), perubahan luas hutan mangrove primer menjadi hutan mangrove sekunder terutama disebabkan oleh aktivitas. Pene-bangan, baik untuk industri kayu arang maupun kayu bakar dan perancah. Per-ubahan dari hutan mangrove primer dan sekunder menjadi areal non hutan mang-rove diakibatkan oleh konversi, terutama pembukaan areal untuk pertambakan dan pertanian (Onrizal, 2010).

Dalam pengelolaan dan pengembangan hutan mangrove juga diperlukan

musya-warah antara pihak pemerintah dan ma-syarakat tentang model pengelolaan hutan mangrove yang dapat dikembangkan.

3. Strategi WO (Weakness-Oportunity) Sosialisasi kepada masyarakat tentang ba-haya yang dapat ditimbulkan akibat pe-nebangan hutan mangrove perlu senan-tiasa dilakukan. Adanya kerusakan terha-dap hutan mangrove di Kabupaten sinjai dapat terjadi sebagai akibat keinginan memiliki luas lahan yang lebih besar, kurangnya pengetahuan tentang kegunaan ekosistem mangrove, keinginan memiliki areal tambak yang lebih luas, tekanan ekonomi masyarakat, pemanfaatan kayu mangrove untuk kayu bakar secara tidak terkendali, perburuan fauna yang memiliki peluang pasar tertentu, hambatan dalam pengamanan dan penegakan hukum. Dalam pengelolaan dan pengembangan hutan mangrove diperlukan teknologi te-pat guna, misalnya bagaimana mendate-pat- mendapat-kan mutu bibit mangrove yang berkua-litas, metode pemeliharaan melalui ka-jian/penelitian dari para peneliti serta hal-hal lain yang bernuansa ilmu pengetahuan dan teknologi.

Keterlibatan masyarakat dalam setiap ke-giatan pengelolaan hutan mangrove di kabupaten Sinjai utlak diperlukan, meng-ingat hampir seluruh kawasan hutan mangrove yang ada di Kabupaten Sinjai merupakan hasil swadaya masyarakat, se-hingga dengan melibatkan masyarakat, maka mereka merasa ikut dilibatkan dan bertanggung jawab terhadap pelestarian dan pengelolaan hutan mangrove di Ka-bupaten Sinjai.

Berbagai upaya yang telah dilakukan oleh pemerintah di atas dirasakan masih perlu dilanjutkan dan ditingkatkan lagi supaya apa yang telah dicapai saat ini dapat berlanjut dan berkesinambungan.

(7)

Tabel 2. Matriks IFAS

Faktor-faktor Strategi Internal Bobot Rating Skor Komentar Kekuatan :

1. Masyarakat melakukan pena-naman mangrove melalui swadaya masyarakat 2. Peran Dinas Kehutanan

da-lam pengelolaan mangrove 3. Peran organisasi

kemasyara-katan dalam pengelolaan mangrove

4. Pengaruh keberadaan mang-rove terhadap perekonomian 5. Kegiatan penelitian

mang-rove semakin berkembang

0.11 0.11 0.09 0.10 0.09 4 4 3 4 3 0.44 0.44 0.27 0.40 0.27  Masyarakat melaku-kan penanaman  Penanaman melalui swadaya masyarakat  Peran pemerintah belum optimal  Pengelolaan dilakukan secara terorganisir melalui kelompok  Belum tampak secara

nyata meningkatkan PAD

Kelemahan :

1. Masyarakat melakukan pene-bangan mangrove untuk dija-dikan tambak

2. Mangrove digunakan untuk kayu bakar

3. Belum tersentuh teknologi

4. Bantuan yang diberikan ma-syarakat dalam pengelolaan mangrove

5. Masyarakat tidak dilibatkan dalam penyusunan peraturan pemerintah 0.11 0.09 0.10 0.11 0.09 1 2 2 3 2 0.11 0.18 0.20 0.33 0.18

 Dengan semakin inten-sifnya penjagaan Di-nas Kehutanan, kegiat-an penebkegiat-angkegiat-an mkegiat-ang- mang-rove untuk dijadikan tambak menjadi berku-rang, bahkan sudah tidak kelihatan lagi  Penggunaan mangrove

sebagai kayu bakar semakin terkendali  Perlu teknologi tepat

guna

 Bantuan umumnya be-rupa tenaga

 Perlu melibatkan ma-syarakat dalam setiap pengambilan kebijak-an dkebijak-an keputuskebijak-an

Jumlah 1.00 2.82

4. Strategi WT (Weakness-Threat) Pada saat ini Pemerintah kabupaten Sinjai telah berupaya mensosialisasi peraturan pemerintah tentang pengelolaan lingku-ngan dan pelaralingku-ngan penebalingku-ngan hutan mangrove sedang digiatkan. Namun demi-kian, dalam pelaksanaan ini tentu tidaklah mudah karena akan bersentuhan langsung

dengan kepentingan masyarakat yang juga ingin memanfaatkan hutan mangrove yang telah mereka tanam. Sosialisasi yang telah dilakukan antara lain melalui penyuluhan maupun pertemuan dengan masyarakat yang bermukim di sekitar hutan mang-rove.

(8)

Tabel 3. Matriks EFAS

Faktor-faktor Strategi Eksternal Bobot Rating Skor Komentar Peluang :

1. Potensi pengembangan mangrove besar

2. Adanya larangan penebangan hu-tan mangrove

3. Penanaman mangrove tidak me-langgar kebiasaan dan adat isti-adat

4. Memperbaiki ekonomi masya-rakat

5. Peran lembaga masyarakat

0.11 0.09 0.10 0.09 0.11 4 4 3 3 4 0.44 0.36 0.30 0.27 0.44  Pengembangan se-cara berkelanjutan  Sosialisasi dan

pe-nyuluhan

 Dapat dijalankan menurut norma-norma dalam masya-rakat

 Pengelolaan diikuti kegiatan ke arah usaha

 Lebih mengoptimal-kan peran organisasi Ancaman

1. Pengetahuan masyarakat tentang pengelolaan lingkungan masih kurang 2. Masyarakat melakukan

penanaman hanya untuk membangun tambak 3. Adanya ketidakpatuhan

masya-rakat terhadap

peraturan pemerintah tentang pelarangan penebangan hutan mangrove

4. Tingkat pendidikan masya-rakat masih rendah

5. Munculnya komplik

pemanfaatan hutan mangrove

0.11 0.11 0.10 0.09 0.09 2 1 1 2 1 0.22 0.11 0.10 0.18 0.09  Pelatihan, penyuluh-an secara berkala  Menumbuhkan

kesa-daran dan peran serta masyarakat

 Melibatkan masya-rakat pada setiap ke-giatan pengelolaan mangrove

 Pemberantasan buta aksara

 Melibatkan semua pihak dalam peng-ambilan kebijakan dan keputusan

Jumlah 1.00 2.51

Salah satu penyebab munculnya komplik antara masyarakat yang telah menanam mangrove dengan pihak pemerintah bebe-rapa waktu yang lalu karena masyarakat kurang dilibatkan dalam setiap pengam-bilan keputusan tentang pengelolaan hutan mangrove.

Langkah yang paling tepat dalam penge-lolaan hutan mangrove di Kabupaten Sinjai adalah jika pemerintah dan masya-rakat secara bersama-sama dalam

menge-lola dan mengembangkan hutan mang-rove.

Dengan semakin menurunnya mutu dan jumlah tanaman mangrove di sekitar pe-sisir pantai, maka perlu dilakukan pena-naman mangrove secara berkelanjutan yang dilakukan oleh masyarakat yang be-kerjasama dengan pihak pemerintah. De-ngan demikian ekosistem mangrove akan tetap terjaga. Selain itu, pihak pemerintah dan masyarakat juga perlu secara

(9)

sama-sama dalam memelihara dan meles-tarikan hutan mangrove.

Analisis berdasarkan Matrik Internal Eksternal (IE)

Adapaun nilai yang diperoleh dari hasil analisis terhadap faktor strategi internal dan faktor eksternal dalam pengelolaan hutan mangrove di Kabupaten Sinjai, akan dianalisis menggunakan matrik internal

eksternal (IE) dapat dilihat dengan jelas pada Gambar 1.

Berdasarkan Gambar 1 menunjukan bah-wa pada prinsipnya posisi model penge-lolaan hutan mangrove di Kecamatan Sinjai Timur Kabupaten Sinjai termasuk dalam kategori pertumbuhan dan stability strategy, yaitu suatu strategi yang di-terapkan tanpa mengubah arah strategi yang telah ditetapkan sebelumnya.

TOTAL SKOR FAKTOR STRATEGI INTERNAL

4.0 3.0 2.82 2.0 1.0 1 PERTUMBUHAN Konsentrasi melalui integrasi vertikal 2 PERTUMBUHAN Konsentrasi melalui integrasi horisontal 3 PENCIUTAN Turnaround 4 STABILITAS Hati-hati 5 PERTUMBUHAN Konsentrasi melalui integrasi horisontal 6 PENCIUTAN Captive company atau

divestment 7 PERTUMBUHAN Diversifikasi Konsentrik 8 PERTUMBUHAN Diversifikasi konglomerat 9 LIKUIDASI

Bangkrut atau likuidasi

Gambar 1. Matrik internal eksternal (IE)

KESIMPULAN

Stretegi pengelolaan hutan mangrove di Kabupaten Sinjai yaitu masyarakat me-lakukan penanaman berdasarkan potensi yang ada, membentuk kawasan hutan lin-dung mangrove yang tidak dapat digang-gu, lebih meningkatkan peran oraganisasi masyarakat dan lebih memberdayakan

masyarakat, sosialisasi kepada masyarakat tentang bahaya penebangan mangrove, perlu sentuhan teknologi dalam pengem-bangan mangrove, masyarakat dilibatkan dalam setiap pengambilan kebijakan ten-tang mangrove serta peningkatan peran pemerintah, penyuluhan tentang lingkugan dan ekosistem mangrove, memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang 3.0 2.0 Tinggi Menengah rendah 2.5 TOT AL SKO R F AK TO R S TRATEG I EKSTERNAL

(10)

pemanfaatan mangrove, peningkatan pen-didikan/pelatihan kepada masyarakat, ser-ta melakukan musyawarah anser-tara masya-akat dan pemerintah tentang pemanfaatan dan pengelolaan mangove, sosialisasi pe-erapan peraturan pemerintah tentang ling-ungan, melibatkan masyarakat dalam yusunan perencanaan dan pelaksanaan pe-gelolaan mangrove, pemerintah dan ma-yarakat bersama-sama mendukung penge-olaan mangrove, peningkatan penanaman mangrove di sekitar pesisir pantai.

Pada prinsipnya posisi model pengelolaan hutan mangrove yang di Kecamatan Sinjai Timur Kabupaten Sinjai masuk dalam ka-egori pertumbuhan dan stability strategy yaitu suatu strategi yang diterapkan tanpa mengubah arah strategi yang telah di-etapkan sebelumnya.

DAFTAR PUSTAKA

Dave, R., 2006. Mangrove ecosystem of south, west Madagascar: an ecolo-ical, human impact, and subsistence value assessment. Tropical Res. Bulletin 25: 7 – 13

Harold, J. D., H.J.D. Waasp, dan B. Nababan, 2010. Pemetaan dan ana-lisis index vegetasi mangrove di Pulau Saparua, Maluku Tengah. e - J. Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis 2 (1): 50 – 58,

Hogarth, P.J., 1999. The Biology of Mangroves. Oxford University Press, Oxford.

Onrizal, 2010. Perubahan tutupan hutan mangrove di Pantai Timur Sumatera Utara Periode 1977-2006. J. Biologi Indonesia 6(2): 163 – 172.

Onrizal, A. Purwoko, dan M. Mansor. 2009. Impact of mangrove forests degradation on fisherman income and fish catch diversity in eastern coastal of North Sumatra, Indonesia. International Conference on Natural and Environmental Sciences 2009 (ICONES’09) at the Hermes Palace Hotel Banda Aceh on May 6-8, 2009.

Tarigan, M. S. 2008. Sebaran dan luas hutan mangrove di Wilayah Pesisir Teluk Pising Utara Pulau Kabaena Provinsi Sulawesi Tenggara. Bidang Dinamika Laut, Pusat Penelitian Oseanografi, LIPI, Jakarta 14430, Indonesia. Makara, Sains 2: 108 – 112.

Valiela, I., J.L. Bowen, dan J.K. York. 2001. Mangrove Forest: One of the World’s Threatened Major Tropical Environments. Bioscience 51 (10): 807 – 815.

Walters, BB., P. Ronnback, JM. Kovacs, B. Crona, S.A. Hussain, R. Badola, J.H. Primavera, E. Barbier, dan F. Dahdouh-Guebas, 2008. Ethnobio-logy, Socio-Economic and Manage-ment of Mangrove Forests: a review. Aquatic Botany 89: 220 – 236.

Gambar

Tabel 1. Matrik TOWS                                                                                IFAS  EFAS  Strengths (S)  1
Tabel 2. Matriks IFAS
Tabel 3. Matriks EFAS
Gambar 1. Matrik internal eksternal (IE)

Referensi

Dokumen terkait

Rekomendasi diberikan kepada guru agar lebih memperhatikan dan mempersiapkan kegiatan senam irama sebelum pelaksanaan, ketika pelaksanaan senam irama guru perlu lebih bersabar

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) semakin lengkap fasilitas belajar yang dimilki oleh siswa maka semakin tinggi pula hasil belajar siswa, dengan r hitung= 0,549

Kripik Kulit Singkong dengan aneka rasa yang kaya akan insoluble fiber (serat yang tidak larut dalam air) yang bermanfaat untuk memperlancar proses buang air

Apabila pembinaan usaha yang diberikan oleh dinas terkait berupa bantuan akses permodalan dan program pendidikan dan pelatihan dapat membantu pemilik UKM batik Pesindon dalam

Pemberian balikan dapat dikembangkan dalam pembelajaran dalam bentuk simbol: pemberian informasi guru kepada siswa secara tertulis yang dituangkan pada lembar

Pengarahan kelamin (sex reversal) dengan hormone steroid dapat dilakukan melalui perendaman, penyuntikan atau secara oral melalui pakan, namun pada penelitian ini yaitu

Penelitian ini tentang Prospek Pengembangan Usaha Budidaya Ikan Hias di Kota Pekanbaru penelitian ini telah dilaksanakan pada 27 Februari - 23 Maret 2016 ditempat pembudidayaan

Hasil uji coba instrumen tes prestasi menunjukkan bahwa dari 30 soal yang diuji cobakan terdapat 2 butir soal dengan tingkat kesukaran diluar. Setelah dilakukan perhitungan