• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PEMBERIAN PENYULUHAN PENDIDIKAN SEKS TERHADAP SIKAP SEKSUALITAS REMAJA USIA TAHUNDI SMA NEGERI 3 KABUPATEN PROBOLINGGO PADA TAHUN 2014

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH PEMBERIAN PENYULUHAN PENDIDIKAN SEKS TERHADAP SIKAP SEKSUALITAS REMAJA USIA TAHUNDI SMA NEGERI 3 KABUPATEN PROBOLINGGO PADA TAHUN 2014"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PEMBERIAN PENYULUHAN PENDIDIKAN SEKS TERHADAP SIKAP SEKSUALITAS REMAJA USIA 17-19 TAHUNDI SMA NEGERI 3 KABUPATEN PROBOLINGGO

PADA TAHUN 2014

Fandik Fathur Rohman, Ahmad Rifa’i, Anin Wijayanti

ABSTRACT

Adolescent sexual attitudes today many leads to deviant behavior, sex education often considered taboo to formal school, information about sexuality is important for teens, through counseling information can be transformed to adolescent sexuality. The purpose of this study was to analyze the effect of sex education on the attitudes of sexuality education in adolescents aged 17-19 years in SMA 3 Probolinggo.

This study used a pre-experimental design of one-group pre-post test design. Samples of the research were mostly adolescents aged 17-19 years in SMA 3 Probolinggo regency number of 72 respondents were taken using simple random sampling technique. The samples were given a questionnaire pre-test followed by the provision of sex education counseling and post-test questionnaire was given. Independent variables measured were sex education counseling on sexuality and the dependent variable measured was the attitude of sexuality in adolescents aged 17-19 years.

Based on the analysis using the Wilcoxon match pairs test using SPSS version 16, the error rate of 0.05, the value of ρ = 0.000 is obtained, which means that ρ <α then H1 is accepted, which means there is the effect of giving sex education on sexuality attitudes in adolescents aged 17 -19 years.

In this study it can be concluded that there is effect of sex education on the attitudes of sexuality in adolescents aged 17-19 years in SMA 3 Probolinggo.

Suggested that the results of this study can be served as the foundation for the school which the education programs for youth in order to improve the knowledge, attitudes and even sexual behavior as expected can be implementated.

Keywords : Sex education, Teen Attitudes, Adolescents PENDAHULUAN

Menurut WHO di seluruh dunia setiap tahunnya diperkirakan sekitar 40-60 juta orang melakukan seks bebas, di dunia diperkirakan 1,2 miliar atau sekitar 1/5 dari jumlah penduduk dunia yang hamil diluar nikah (Muliani, 2013). Di amerika latin dan karibia, dan timur tengah prevalensinya 30% dari 1,2 miliar yang hamil diluar nikah. Deparatemen Kesehatan RI pada tahun 2010 menyatakan bahwa angka kehamilan remaja yang masih tinggi yaitu remaja hamil usia 15-19 tahun sebesar 43 juta jiwa. Berdasarkan survey KPA, sudah 26,23 juta remaja Indonesia hidup dalam prilaku seks bebas. Menurut survei terakhir Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional Pusat (BKKBN) tahun 2008, 63% remaja di Indonesia usia sekolah SMP dan SMA sudah melakukan hubungan seksual di luar nikah dan 21% di antaranya melakukan aborsi. Di jawa timur sedikitnya 38.266 remaja diduga pernah berhubungan intim di luar nikah atau melakukan seks bebas dari 765.762 remaja. Sedangkan di kabupaten Probolinggo pada saat ini memang atau bisa dibilang 30-60 % dari 20.288 remaja pernah melakukan hubungan layaknya suami istri sebelum menikah (BPS, 2011).

Sikap seksual remaja saat ini banyak mengarah pada perilaku yang menyimpang. Padahal remaja adalah generasi penerus di masa depan yang akan mempengaruhi cerah tidaknya masa depan bangsa dan negara di kemudian hari,

disamping secara langsung maupun tidak langsung juga akan mempengaruhi perkembangan budaya Indonesia di masa mendatang. Tentu saja hal tersebut akan sangat berbahaya bagi perkembangan jiwa remaja bila tidak didukung dengan pengetahuan dan informasi yang tepat terutama pada remaja akhir usia 17-19 tahun yang mempunyai pasangan yang lebih serius dan banyak menghabiskan waktunya dengan mereka (Aryani, 2010). Rasa ingin tahu terhadap masalah seksual pada remaja sangat penting dalam pembentukan hubungan baru yang lebih matang dengan lawan jenisnya (Glevinno, 2008).

Sering kali pendidikan seks untuk sekolah formal sering dianggap tabu karena merupakan hal yang jorok dan jarang untuk dibicarakan, minimnya pengetahuan remaja tentang seksualitas serta belum adanya pendidikan seks secara reguler hingga formal di sekolah. Pada kondisi tersebut maka upaya untuk meningkatkan pemahaman seks di kalangan remaja menjadi sangat penting dilakukan. Upaya - upaya tersebut dapat dilakukan melalui pemberian informasi baik secara langsung maupun tidak langsung dengan melibatkan media dan metode yang beragam. pendidikan seks juga mengandung nilai-nilai baik atau buruk dan benar atau salah yang harus ditransformasikan kepada remaja. Nilai-nilai inilah (berorientasi pada agama, etika dan susila) yang akan mencegah perilaku seks yang tidak bertanggung jawab. Pemberian informasi masalah seksual menjadi penting

(2)

terlebih lagi mengingat remaja berada dalam potensi seksual yang aktif, karena berkaitan dengan dorongan seksual yang dipengaruhi hormon dan tidak cukupnya informasi mengenai aktifitas seksual mereka sendiri (Glevinno, 2008).

Berdasarkan hasil studi pendahuluan pada tanggal 3 maret 2014 dengan metode wawancara yang dilakukan oleh peneliti terhadap 10 orang remaja usia 17-19 tahun di SMA Negeri 3 Kabupaten Probolinggo didapatkan kebanyakan dari remaja sebanyak 7 orang (70%) telah mendapatkan pelajaran terkait pendidikan seks secara formal dari bimbingan konseling (BK).Dan 3 orang (30%) diantaranya belum pernah mendapatkan informasi tentang pendidikan seks secara formal.

Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti ingin mengetahui adanya “Pengaruh pemberian penyuluhan pendidikan seks terhadap sikap seksualitas pada remaja usia 17-19 tahun di SMA Negeri 3 Kabupaten Probolinggo Tahun 2014”.

BAHAN DAN METODE

Penelitian ini merupakan penelitian pra eksperimental yaitu ditujukan untuk menguji pengaruh (causal) variabel independen terhadap variabel dependen (Nursalam, 2011).

Rancangan penelitian merupakan suatu strategi penelitian dalam mengidentifikasi permasalahan sebelum perencanaan akhir pengumpulan data (Nursalam, 2011). Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pra experimental

dengan metode One Group Pra-test Post-test Design.

Tabel 1Rancangan Pra-Pascates dalam Satu Kelompok (One-group pra-post test design) Sumber : Nursalam, 2011 Keterangan : K : subyek O : observasi (sebelum) I : intervensi O1 : observasi (sesudah)

Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 3 Kabupaten Probolinggo. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 5 Mei – 10 Juni 2014. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh remaja usia 17-19 Tahun di SMA Negeri 3 Kabupaten Probolinggo yang berjumlah 240 orang. dalam penelitian ini jumlah sampel yang digunakan adalah 72 responden. Pada penelitian ini sampel yang diteliti adalah yang sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi.Kriteria inklusi dalam

penelitian ini adalah remaja usia 17-19 tahun, remaja usia 17-19 tahun yang hadir pada saat pendidikan seks secara formal, bersedia menjadi responden.Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah remaja usia 17-19 tahun yang mendapatkan skorsing dari sekolah.

Pada penelitian ini peneliti menggunakan tehnik

simple random sampling yaitu pengambilan sampel secara acak bahwa setiap anggota atau unit dari populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk diseleksi sebagai sampel (Notoatmodjo, 2010).

Pada penelitia ini menggunakan variabel independen dan variabel dependen. Variabel independen adalah suatu variabel yang menjadi sebab perubahan atau timbulnya variable dependen (Hidayat, 2012). Dalam penelitian ini variabel independennya adalah penyuluhan pendidikan seks. Variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat karena variable independen (Hidayat, 2012). Dalam penelitian ini variabel dependennya adalah sikap seksualitas pada remaja usia 17-19 tahun.

Instrumen dalam penelitian ini menggunakan satuan acara penyuluhan (SAP) yang memberikan informasi tentang penyuluhan pendidikan seks yang membahas mengenai seksualitas dengan menggunakan satuan acara penyuluhan dengan metode ceramah dan diskusi dengan durasi waktu 60 menit. Peneliti akan memberikan penyuluhan pendidikan seks dikelas dengan membagi responden menjadi 4 kali penyuluhan dengan jumlah maksimal 20 responden tiap kali penyuluhan. Untuk mengukur sikap seksualitas remaja usia 17-19 tahun menggunakan kuesioner yang pernah digunakan sebelumnya oleh Rizma tahun 2012 dengan jumlah soal sebanyak 15 buah, dengan menggunakan tingkat kesalahan penelitian sebesar 5% atau α = 0,05 dan jumlah sampel sebanyak 15 orang maka nilai r tabelnya adalah sebesar 0,514. Dengan pilihan jawaban : sangat setuju, setuju, tidak setuju, dan sangat tidak setuju.

Analisis univariate

Analisisunivariate bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian, bentuk analisisunivariate tergantung dari jenis datanya. Pada umumnya dalam analisis ini hanya menghasilkan distribusi frekuensi dan presentase dari tiap variabel (Notoatmodjo, 2010). Setelah semua data terkumpul dari hasil kuesioner responden dikelompokkan sesuai dengan sub variabel yang diteliti. Jumlah jawaban responden dari masing-masing pernyataan dijumlahkan dan dihitung dengan skala likert.

Untuk mengetahui mean T (MT) sebagai berikut ( Agus, 2011) :

̅ ∑

Keterangan : Subyek Pretest Perlakuan Post test

K O Waktu

1

X

(3)

̅ : Mean (Rata-Rata skor) ∑xi : Jumlah skor responden N : Jumlah responden

Menentukan standart deviasi (SD) SD = ∑ ̅

Keterangan :

SD : Standart Deviasi

Xi : Masing-masing skor responden ̅ : Rata – rata skor

n : Jumlah sampel ( Agus, 2011)

Untuk mengetahui sikap responden dengan menggunakan skor T (Azwar, 2008).

Rumus skor T = 50+10 ) Keterangan :

Xi : Skor responden

x

: Nilai rata – rata

SD : Standart Deviasi (simpangan baku kelompok)

Kemudian untuk mengetahui kategori sikap responden di cari median nilai (T dan mean T) dalam kelompok maka akan di peroleh :Sikap responden positif, bila skor T responden > mean T Sikap responsen negatif, bila skor T responden < mean T (Azwar, 2008).

Analisis Bivariate

Cara analisis data yang digunakan adalah analisis bivariate yang dilakukan terhadap dua variabel yang diduga berhubungan atau berkolerasi (Notoatmodjo, 2010). Dalam melakukan analisis, khususnya terhadap data penelitian akan menggunakan ilmu statistik terapan yang disesuaikan dengan tujuan yang hendak dianalisis (Hidayat, 2012).

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis bivariate, analisis bevariate

dilakukan terhadap dua variabel yang diduga berhubungan atau berkorelasi (Notoatmodjo, 2010).

Untuk mengetahui hubungan antara variabel, dilakukan uji statistikWilcoxon match pairs test. Datanya berbentuk ordinal (Sugiyono, 2010).Dengan α-5% (0,05) di p-value < α (0,05), yang berarti Ho ditolak dan H1 diterima maka ada pengaruh pemberian penyuluhan pendidikan seks terhadap sikap seksualitas pada remaja usia 17-19 tahun di SMA Negeri 3 Kabupaten Probolinggo.

HASIL

Pada bab ini akan disajikan hasil dari penelitian yang dilaksanakan di SMA Negeri 3 Kabupaten Probolinggo pada tanggal 24 mei 2014 dengan jumlah 72 responden. Hasil penelitian yang diperoleh untuk selanjutnya akan dibahas dan disesuaikan dengan tujuan dan landasan teori.

Tabel 2 Distribusifrekuensiresponden

berdasarkanumur, informasi, sumberinformasi di SMA Negeri 3

Kabupaten Probolinggo tanggal 24 Mei 2014.

No Kategori Frekuensi Persentase

(%) 1 UmurResponden 17 tahun 18 tahun 19 tahun 46 24 2 63,9 33,4 2,7 Total 72 100 2 Informasi Pernah 32 44,4 Tidak pernah 40 55,6 Total 72 100 3 Sumberinformas i Media cetak Tenaga kesehatan TV/Radio,berita Orang lain Pendidikan Lain-lain 7 10 6 3 2 4 21,8 31,3 18,7 9,4 6,3 12,5 Total 32 100

Sumber : Data Primer, 2014

Tabel 3 Distribusi frekuensi sikap seksualitas pada remaja usia 17-19 tahun sebelum diberikan penyuluhan pendidikan seks di SMA Negeri 3 Kabupaten Probolinggo tanggal 24 Mei 2014.

No Kriteria Sikap Frekuensi Persentase (%)

1 Positif 26 36,1

2 Negatif 46 63,9

Total 72 100

Sumber : Data Primer, 2014

Tabel 4 Distribusi frekuensi sikap seksualitas pada remaja usia 17-19 tahun sesudah diberikan penyuluhan pendidikan seks di SMA Negeri 3 Kabupaten Probolinggo tanggal 24 Mei 2014.

No Kriteria Sikap Frekuensi Persentase (%)

1 Positif 43 59,7

2 Negatif 29 40,3

Total 72 100

Sumber : Data Primer, 2014

Tabel 5 Tabulasi pengaruh pemberian penyuluhan pendidikan seks terhadap sikap seksualitas pada remaja usia 17-19 tahun di SMA Negeri 3 Kabupaten Probolinggo Tanggal 24 Mei 2014.

Negatif tif Jumlah Se Be Lum Negatif 28 (38,9%) 18 46 (25,0%) (63,9%) Positif 1 25 26

(4)

(1,4%) (34,7%) (36,1%) Jum Lah 29 (40,3%) 43 72 (59,7%) (100%) α = 5% ρ = 0,000

Sumber : Data Primer, 2014

Dari tabel 5 menunjukkan bahwa responden yang tidak berubah dari sikap negatif ke sikap negatif sejumlah 28 orang (38,9%). Responden yang berubah dari sikap negatif ke positif sejumlah 18 orang (25,0%). Responden yang berubah dari sikap positif ke sikap negatif sejumlah 1 orang (1,4%). Responden yang tidak berubah dari sikap positif ke sikap positif sejumlah 25 orang (34,7%). Berarti hampir setengah dari responden mengalami perubahan dari sikap negatif ke positifsejumlah 18 orang (25,0%). Berarti ada pengaruh pemberian penyuluhan pendidikan seks terhadap sikap seksualitas pada remaja usia 17-19 tahun dengan menggunakan uji Wilcoxon match pairs test pada tingkat kesalahan ρ ≤ 0,05, maka H1 diterima yang artinya ada pengaruh pemberian penyuluhan pendidikan seks terhadap sikap seksualitas pada remaja usia 17-19 tahun.

Tabel 6 Tabelanalisa pengaruh pemberian penyuluhan pendidikan seks terhadap sikap seksualitas pada remaja dengan ujistatistikwilcoxon match pairs test menggunakan bantuan SPSS versi 16.

Sikap Post-Sikap Pre Z

Asymp. Sig. (2-tailed)

-4.025a .000

Sumber : Data Primer, 2014

Berdasarkan hasil analisa menggunakan uji

Wilcoxon match pairs test dengan bantuan SPSSversi 16 pada tingkat kesalahan 0,05 , didapatkannilaiρ = 0.000, yang berartiρ< α makaH1 diterima yang artinya ada pengaruh pemberian penyuluhan pendidikan seks terhadap sikap seksualitas pada remaja usia 17-19 tahun.

PEMBAHASAN

Sikap seksualitas pada remaja usia 17-19 tahun sebelum - sesudah diberikan penyuluhan pendidikan seks (pre-test)

Berdasarkan penelitian yangtelah dilakukan didapatkan bahwa sebagian besar responden memiliki sikap negatif tentang seksualitas sebelum diberikan penyuluhan pendidikan seks. Menurut Sarwono (2007) bahwa pendidikan seks adalah salah satu cara untuk mengurangi atau mencegah penyalahgunaan seks, khususnya untuk mencegah dampak-dampak negatif yang tidak diharapkan. Menurut Hadi (2012) pada penelitian sebelumnya, ada hubungan antara pemberian pendidikan seks secara formal dengan perilaku seksual pada remaja. Berdasarkan penelitian, remaja yang berusia 17-19 tahun yang mengisi kuesioner mempunyai sikap yang positif tentang seksualitas setelah diberikannya penyuluhan. Dengan

demikian berarti ada perubahan sikap setelah diberikan penyuluhan.

Sikap seksualitas pada remaja usia 17-19 tahun dipengaruhi oleh beberapa faktor, yang pertama faktor umur. Berdasarkan tabel 5.1 bahwa sebagian besar responden berusia 17 tahun. Hal ini sesuai menurut pendapat Wawan (2010) yang mengatakan bahwa umur seseorang yang semakin cukup, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir. Menurut Notoatmodjo (2007) menyatakan bahwa umur akan mempengaruhi daya tangkap dan pola pikir seseorang. Pada kenyataannya mereka beranggapan bahwa umur sangat mempengaruhi pengetahuan seseorang, semakin bertambahnya umur maka pengetahuan dan pengalaman seseorang semakin baik dan juga sebagai akibat dari pengalaman dan kematangan jiwanya. Dalam penelitian ini dimana responden yang berusia 19 tahun sebagian besar memiliki sikap positif dibandingkan dengan responden yang memiliki umur 17 tahun. Jadi semakin matang umur seseorang maka pengetahuan dan pengalaman seseorang akan semakin baik.

Faktor kedua yang juga mempengaruhi sikap yaitu informasi. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh peneliti diketahui bahwa sebagian besar responden tidak pernah mendapat informasi. Sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Notoatmodjo (2007) bahwa pengetahuan diperoleh sebagian besar melalui mata dan telinga dengan kata lain melalui penglihatan dan pendengaran, pengetahuan itu akan mempengaruhi sikap dan perilaku seseorang dalam melakukan suatu tindakan. Sikap yang didasari oleh pengetahuan akan bersifat langgeng dari pada sikap yang tidak didasari oleh pengetahuan (Notoatmodjo, 2007). Menurut peneliti kebanyakan dari responden yang belum pernah mendapatkan informasi tentang seksualitas sebagianbesar sikap yang dimilikinya negatif. Hal ini di pengaruhi oleh informasi dan pengetahuan yang kurang, sejalan dengan teori dimana pengetahuan itu akan mempengaruhi sikap dan perilaku seseorang dalam melakukan suatu tindakan. sehingga perlu adanya peningkatan pengetahuan remaja dalam memahami serta menambah kesadaran untuk bersikap sesuai dengan pengetahuan yang telah dimiliki.

Faktor ketiga yang mempengaruhi sikap yaitu sumber informasi. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh peneliti diketahui bahwa

sebagianbesarresponden mendapatkan informasitentangseksual dari tenaga kesehatan.Menurut Notoatmodjo (2007) Pengetahuan yang diperoleh melalui penglihatan dapat dilakukan dengan membaca dari media cetak yang beredar dimasyarakat, baik berupa buku, koran dan majalah-majalah juga dapat diperoleh melalui media massa dan internet. Sedangkan pengetahuan yang diperoleh melalui pendengaran

(5)

dapat diperoleh dari mendengarkan berita dari radio dan televisi dari pengalaman dan penelitian, pengetahuan yang baik akan menimbulkan sikap yang baik pula. Menurut peneliti, semakin banyak pengetahuan yang didapat dari berbagai media massa maka akan semakin bertambah pengetahuan seseorang, sehingga dengan pengetahuan yang luas akan tercipta sikap yang baik.

Pengaruh penyuluhan pendidikan seks terhadap sikap seksualitas pada remaja usia 17-19 tahun

Berdasarkan hasil analisa data ada pengaruh pemberian penyuluhan pendidikan seks terhadap sikap seksualitas pada remaja usia 17-19 tahun.

Berdasarkan hasil tabulasi didapatkan bahwa sebagian besar responden mempunyai sikap negatif sebelum diberikan penyuluhan pendidikan seks, sedangkan sebagian besar responden memiliki sikap positif sesudah diberikan penyuluhan pendidikan seks. Sikap seksualitas pada remaja usia 17-19 tahun di pengaruhi oleh beberapa faktor yang meliputi :yang pertama umur sebagian besar responden berumur 17 tahun, yang kedua informasi sebagian besar responden tidak pernah mendapatkan informasi, yang ketiga

sumber informasi yang mayoritasdidapatkandaritenagakesehatan.

Menurut Notoatmodjo (2012), Hasil yang diharapkan dari suatu pendidikan kesehatan adalah sikap dan perilaku kesehatan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan yang kondusif. Penyuluhan pendidikan seks diberikan dengan metode diskusi dan ceramah, dengan pemberian penyuluhan pendidikan seks yang baik dapat meningkatkan pengetahuan responden sehingga terjadi perubahan sikap pada remaja. Menurut Notoatmodjo (2012), dengan cara penyuluhan kontak klien dengan petugas lebih intensif. Setiap masalah yang dihadapi oleh seseorang dapat diteliti dan dibantu penyelesaiannya. Akhirnya seseorang tersebut dengan sukarela, berdasarkan kesadaran, dan penuh pengertian akan menerima perilaku tersebut (mengubah perilaku). Menurut Anis (2008) pada penelitian sebelumnya didapatkan bahwa ada pengaruh penyuluhan pendidikan kesehatan terhadap sikap ibu dalam membiasakan anak cuci tangan pakai sabun, ini membuktikan bawha dengan diberikannya penyuluhan akan meningkatkan pengetahuan seseorang, dengan pengetahuan yang cukup maka seseorang akan memahami serta menambah kesadaran untuk bersikap sesuai dengan pengetahuan yang telah dimiliki. Menurut peneliti sesudah diberikannya penyuluhan tentang pendidikan seks sikap yang awalnya negatif menjadi positif dikarenakan responden memperhatikan informasi yang diberikan oleh peneliti. Dengan adanya penyuluhan pendidikan

seks, responden lebih tau dan paham tentang seksualitas.

SIMPULAN Kesimpulan

1. Sikap seksualitas pada remaja usia 17-19 tahun di SMA Negeri 3 Kabupaten Probolinggo sebelum diberikan penyuluhan pendidikanseks sebagian besar termasukdalamkategori negatif. 2. Sikap seksualitas pada remaja usia 17-19

tahun di SMA Negeri 3 Kabupaten Probolinggo sesudah diberikan penyuluhan pendidikanseks sebagian besar termasukdalamkategori positif. 3. Ada pengaruh pemberian penyuluhan

pendidikanseks terhadap sikap seksualitas pada remaja usia 17-19 tahun di SMA Negeri 3 Kabupaten Probolinggo.

Saran

1. Bagisekolah,

disarankanhasilpenelitianinidapat

ditingkatkan lagi pemahaman pada parameter yang ke 5 yaitu membicarakan seks dalam konteks ilmiah atau dalam belajar untuk memahami diri dan orang lain, serta pemanfaatan secara baik dan benar sesuai dengan fungsi dan tujuann sakralnya,

dikarenakandalampenelitianpoinnyalebihr endahdaripada parameter yang lain.

KEPUSTAKAAN

Arikunto, S, 2010. Prosedur Penelitian Suatu pendekatan Praktik. Jakarta: PT Rineka Cipta

Azwar Saifuddin, 2011. Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya, Yogyakarta: Pustaka Belajar

Aryani, 2010. Kesehatan remaja problem dan solusinya, Jakarta: Salemba medika

Effendi, 2004.

Dasar-DasarKeperawatanKesehatanMasyar akat. Jakarta: EGC

Eny kusmiran , 2011. Kesehatan Reproduksi Remaja danWanita, Jakarta: Salemba Medika

Hidayat, A. 2012. Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah. Jakarta: Salemba Medika

http://probolinggokota.bps.go.id/?hal=publikasi_d etil&id=1 diaksestgl 10 maret 2014Jam21.00 wib

Kumalasari, 2012. Kesehatan Reproduksi, Jakarta: Salemba Medika

(6)

Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT Rineka Cipta

Notoatmodjo, Soekidjo. 2012. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Jakarta: PT Rineka Cipta

Nursalam, 2011. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan Pedoman Skripsi, Tesis dan Instumen Penelitian Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika

Nursalam, 2008. Pendidikan Dalam Keperawatan.

Jakarta: Salemba Medika

Poerwodarminto, 2008.Kamusbesarbahasa Indonesia.Jakarta: ALFABETA RiyantoAgus, 2010. PengolahandanAnalisa Data

Kesehatan.Yogyakarta: NuhaMedika

RiyantoAgus, 2011.

AplikasiMetodologiPenelitianKesehat an. Yogyakarta: NuhaMedika

Susilo Rakhmat, 2011. Pendidikan Kesehatan Dalam Keperawatan.Yogyakarta: Nuha Medika

Suyanto, 2011. Metodologi dan Aplikasi Penelitian Keperawatan. Yogyakarta Nuha Medika

Sujono, 2011. Pedoman Penulisan Karya Tulis Ilmiah Bidang Kesehatan, Yogyakarta: Samudera Ilmu

Sarwonoprawihardjo, 2011.PsikologiRemaja. Jakarta:RajawaliPers

Sulistyaningsih, 2011. Metodologi Penelitian Kebidanan Kuantitatif-Kualitatif,

Yogyakarta: Graha Ilmu.

Tirisma, 2013. Unsafe Abortion, http://tugastirisma.blogspot.com/2013 /05/unsafe-abortion-di-kabupaten-probolinggo.html diaksestgl 10 maret 2014 jam21.00 wib

Wawan, 2010. Teori dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Manusia. Yogyakarta: Nuha Medika.

Gambar

Tabel 2  Distribusifrekuensiresponden
Tabel  6 Tabelanalisa pengaruh pemberian  penyuluhan pendidikan seks terhadap  sikap seksualitas pada remaja  dengan  ujistatistikwilcoxon match pairs test  menggunakan bantuan SPSS versi 16

Referensi

Dokumen terkait

Artikel ini juga berisi mengenai konsep perubahan energi dalam berbagai bentuknya (radiasi elektromagnetik, panas, dan kimia) adalah konsep yang sulit dipahami oleh

Aktivitas Musyawarah Guru Mata Pelajaran MGMP adalah kegiatan yang diprogramkan untuk meningkatkan profesional guru-guru Pendidikan Agama Islam yang tergabung dalam organisasi

o Secara kelompok siswa melakukan diskusi tentang contoh-contoh perubahan bentuk energi pada alat-alat di sekitarnya dengan kelompok

penelitian ini merupakan upaya untuk meningkatkan hasil belajar Bahasa Indonesia materi menulis karangan narasi pada siswa kelas IV MI NU A Hidaah ancuran Kecamatan Bawen

ABSTRAK: Penelitian Tindakan Kelas ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa melalui penggunaan media power point. Objek penelitian adalah siswa kelas IV

Mereka menggunakan sejumlah asumsi, khususnya tentang ketiadaan pajak dan biaya pialang, leverage keuangan tidak memiliki pengaruh terhadap biaya modal, para investor dan

Artinya semakin besar komisaris yang ada dalam perusahaan akan membuat tata kelola perusahaan yang baik, sehingga kecil kemungkinan terjadi masalah kesulitan

Berlatarbelakangkan fenomena peng-agenda-an isu Cagub dalam Pilgub Sulsel 2018 pada TRIBUN- TIMUR.COM edisi Rabu, 23 Maret 2016, penelitian ini mempertanyakan