• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENYEBARAN KLAMPOK (Syzygium) DI MALANG RAYA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENYEBARAN KLAMPOK (Syzygium) DI MALANG RAYA"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

PENYEBARAN KLAMPOK (Syzygium) DI MALANG RAYA

Rony Irawanto*, Dewi Ayu Lestari, Esti Endah Ariyanti, Deden Mudiana

LIPI - Kebun Raya Purwodadi, Jl. Raya Surabaya - Malang Km. 65 Pasuruan *Corresponding author: biory96@yahoo.com

ABSTRACT

Klampok is a common designation for these types of families rose apple (Syzygium) in Malang. Syzygium is Included in the family of Myrtaceae where family Syzygium is one clan that has the highest kind. In Java, there were 52 species Syzygium scattered on various types of habitat, and reportedly as many as 20 species growing in East Java. Inventory Syzygium species that have been collected by the Botanical Gardens Indonesia (Bogor, Cibodas, Purwodadi and Bali) recorded as many as 40 species Syzygium from various regions in Indonesia. If you look at the Botanical Gardens collection Purwodadi, only 15 species and only fi ve species from East Java, the number is still very small if compared with the diversity of Syzygium in East Java. Therefore required additional number of Syzygium collections in East Java, especially Malang Raya. Administratively Malang raya include by Malang city, Malang regency and Batu. This study aims to inventory and map the spread of Syzygium in Malang raya. The results obtained is a map spread of Syzygium in Malang is 620 points with the addition of material collection is 127 number registrations and only 11 species of Syzygium are identifi ed.

Key words: klampok, Malang, Syzygium

PENGANTAR

Klampok adalah sebutan umum untuk jenis keluarga jambu air (Syzygium) di wilayah Malang. Marga Syzygium adalah salah satu marga dengan jenis terbanyak dari suku Myrtaceae yang pusat penyebarannya di kawasan Malesia (Backer dan Van den Brink, 1963; Merrill dan Perry, 1939) dimana Indonesia merupakan salah satu negara yang berada di kawasan ini. Merrill and Perry (1939), menyebutkan sebanyak 156 jenis Syzygium yang terdapat di Borneo sedangkan di Jawa tercatat sebanyak 52 jenis, 20 jenis di antaranya di Jawa Timur (Backer dan Van den Brink, 1963). Menurut Backer dan Van den Brink (1963) marga ini tersebar pada berbagai tipe habitat.

Malang merupakan wilayah Jawa Timur yang terletak tidak jauh dari Kebun Raya Purwodadi (kurang lebih berjarak 20 km). Secara umum wilayah Malang bagian selatan diketahui sebagai daerah kering, berbatu padas dan kurang subur jika dibandingkan dengan wilayah Malang di bagian utara. Faktor geologis dan topografi s tanah menjadi hal pembeda antara Malang bagian selatan dengan di bagian utara. Sukojo dan Wahono (2002), mengemukakan bahwa secara topografi s, di wilayah Malang bagian selatan terdapat daerah perbukitan yang membentang dari barat ke timur dan memisahkan antara Malang bagian utara yang lebih subur dengan wilayah Malang bagian selatan. Kandungan bahan organik tanah di wilayah Malang bagian selatan dalam rentang sedikit hingga sedang. Kondisi alam semacam ini diantisipasi oleh masyarakat dan pemerintah Kabupaten Malang dengan menetapkan sebagian besar kawasan di wilayah Malang bagian selatan sebagai kawasan

yang diperuntukan bagi budidaya jenis tanaman tahunan (Anonim, 2010).

Inventarisasi jenis Syzygium yang telah dikoleksi oleh Kebun Raya Indonesia (Bogor, Cibodas, Purwodadi dan Bali) tercatat sebanyak 40 jenis Syzygium yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia. Jika melihat koleksi Kebun Raya Purwodadi, hanya 15 jenis dan baru 5 jenis yang berasal dari Jawa Timur (Suprapto dkk, 2007; Mudiana, 2006), jumlah ini masih sangat sedikit jika dibandingkan dengan keragaman jenis Syzygium di Jawa Timur. Oleh karena itu diperlukan penambahan jumlah koleksi Syzygium yang ada di Jawa Timur, khususnya Malang Raya. Secara administratif Malang Raya meliputi Kota Malang, Kabupaten Malang dan Kota Batu.

Penelitian ini bertujuan untuk menginventarisasi dan memetakan penyebaran Syzygium di Malang Raya, khususnya Kab Malang. Dari penelitian ini diharapkan dapat diperoleh data dan informasi mengenai penyebaran Syzygium di wilayah Malang.

BAHAN DAN CARA KERJA

Penelitian ini dilakukan di Malang dan sekitarnya, khususnya di Kab. Malang, dan sekitarnya seperti Kota Malang, Kota Batu, serta daerah yang berbatasan langsung dengan Kab Malang yaitu Kab. Blitar dan Kab. Pasuruan. Pelaksanaan kegiatan penelitian sebanyak tiga kali, yaitu survei I tanggal 20–23 April 2010, survei II tanggal 18–23 Mei 2010 dan survei III tanggal 23-28 September 2010.

Bahan dan alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah peralatan eksplorasi lapangan, antara lain:

(2)

alat tulis dan buku lapangan, GPS (Global Positioning System), kompas, hagameter, pH meter, gunting setek, galah pemotong dahan/ranting, peralatan pemrosesan spesimen tanaman/herbarium (alkohol 70%, kertas koran, kantong plastik, label), peta dan kamera digital.

Metode penelitian dilakukan secara eksploratif, dengan mengunjungi beberapa kawasan dan areal hutan di Kab. Malang yang diduga menjadi lokasi tempat tumbuh Syzygium. Data-data yang dikumpulkan meliputi: data jenis/individu, nama lokal, karakter morfologi, data kondisi tempat tumbuh di lapangan (pH tanah, ketinggian tempat dan titik koordinat). Pengambilan data dilakukan pada setiap perjumpaan dengan jenis Syzygium dan dibuatkan spesimen herbariumnya maupun yang dikoleksi material tanamannya (biji, bibit/anakan). Pembuatan material herbarium dilakukan untuk keperluan identifi kasi jenis di Herbarium Pasuruan Hortus Botanicus Purwodadiensis (PHBP). Material tanaman selanjutnya akan dikoleksi sebagai tanaman koleksi di Kebun Raya Purwodadi. Pengambilan titik koordinat lokasi tempat tumbuh Syzygium, dilakukan pada setiap perjumpaan dengan menggunakan GPS.

Berikut merupakan lokasi penelitian penyebaran Syzygium (Gambar 1). Sedangkan Gambar 2 merupakan titik penyebaran Syzygium di Malang. Gambar 3 dan 4 merupakan overlay penyebaran Syzygium di Malang.

Data yang terkumpul kemudian dianalisis secara deskriptif dengan tujuan untuk mengetahui peta penyebarannya. Peta penyebaran jenis Syzygium ditampilkan dengan menggunakan program Mapsource. HASIL

Kegiatan penelitian penyebaran klampok (Syzygium) di Malang dilaksanakan dalam tiga waktu pelaksanaan, yaitu survei pertama pada tanggal 20–23 April 2010, mengitari Malang kabupaten terutama di Kec. Ngantang, Sumberpucung, Pagak, Bantur, Ampelgading,

di Malang

Gambar 1. Lokasi penelitian penyebaran Syzygium di Malang

(3)

Poncokusumo, Tumpang, dan Jabung; Survei kedua tanggal 18–23 Mei 2010, prioritas Malang bagian utara daerah pegunungan seperti Kec. Bumiaji (Tahura-Cangar), dan Malang bagian selatan daerah pantai terutama di Kec. Donomulyo (pantai Jungkring Saloko dan Ngliyep), Kec. Bantur (pantai Balekambang), Kec. Sumbermanjing Wetan (pantai Sendangbiru), Kec. Tirtoyudo (pantai Pujiharjo); Survei ketiga tanggal 23–28 September 2010, pada daerah Malang tengah yang berbatasan dengan kota antara lain Kec. Singgosari, Karangploso, Dau, Wagir, Pakisaji, dan Pakis (Gambar 1).

Dari kegiatan tersebut diperoleh data penyebaran klampok (Syzygium) di Malang sebanyak 620 titik perjumpaan (Gambar 2). Dari 620 titik GPS perjumpaan dengan jenis Syzygium, tercatat sebanyak 127 nomor registrasi material koleksi berdasarkan form A1 - registrasi penerimaan material tanaman kebun raya (Tabel 1). Jumlah tersebut terdiri dari 528 spesimen herbarium (127 nomor koleksi herbarium), dan 175 bibit tanaman koleksi yang berasal dari 88 biji dan 87 anakan.

Dari 127 nomor registrasi tersebut, jika dilihat berdasarkan asal lokasi Kab./Kota, seperti Tabel 2., terbanyak berasal dari Kabupaten Malang sejumlah 113 nomor dengan 17 kecamatan yaitu Kec. Ampel Gading, Bantur, Dau, Donomulyo, Jabung, Karangploso, Ngantang, Pagak, Pakis, Pakisaji, Pujon, Singosari, Sumber Pucung, Sumbermanjing Wetan, Tirtoyudo, Tumpang, dan Wagir. Secara administratif Kabupaten Malang memiliki 33 kecamatan, sehingga baru 52% dari jumlah kecamatan yang dikoleksi jenisnya. Namun jika dilihat dari titik GPS seperti pada Gambar 3. hanya sebagian kecil kecamatan yang belum tercakup, seperti Kec. Kasembon, Kromengan dan Kalipare. Sedangkan Kabupaten/Kota yang lainnya, hanya yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Malang, seperti Kec. Kedung Kandang Kota Malang, Kec. Gadungsari Kab. Blitar, Kec. Tutur Kab. Pasuruan, Kec. Bumiaji dan Junrejo Kota Batu.

Kondisi tempat tumbuh jenis Syzygium pada umumnya berada di lahan pekarangan, halaman rumah, ladang, tegalan, pemakaman, tepi kebun, tepi aliran sungai ataupun tepi hutan. Tempat tumbuhnya beragam, dari tanah berpasir, tanah lempung berpasir hingga tanah berbatu padas terutama di wilayah Malang bagian selatan. Keasaman tanahnya berkisar antara 3,6–7,2 dengan ketinggian yang ditemukan dari pantai sampai dengan pegunungan 18–1631 m dpl.

Hasil identifi kasi diperoleh sebanyak 11 jenis Syzygium, yang dikenal oleh masyarakat di wilayah Malang, yaitu: (1) S. aqueum (Burm.f.) Alst.

(2) S. aromaticum (L.) Merr. & L.M. Perry Gambar 3. Overlay titik penyebaran Syzygium di Malang

a

b

c

d

f

g

h

Gambar 4. (a) S. aqueum, (b) S. aromaticum, (c) S. cumini, (d) S. jambos, (e) S. malaccense, (f) S. polyanthum, (g) S. polycephalum, (h) S. pycnanthum, (i) S. semarangense, (j) S. glabratum

(4)

Tabel 1. Hasil eksplorasi tumbuhan

Survey Titik GPS Material Koleksi Nomor Registrasi Kolektor

Herb Bibit Biji

I 187 85 20 0 P2010043-P20100426 (24 nomor) Deden 1020 s/d 1043 II 228 206 57 30 P20100542-P20100595 (54 nomor) Deden 1044 s/d 1097 III 205 237 10 58 P2010092-P20100950 (49 nomor) Est 323 s/d 371 Total 620 528 87 88 127

S. samarangense (Bl.) Merr. & L.M. Perry, dan (20) S. sexangulatum (Miq.) Amsh.

Kesebelas jenis Syzygium yang dijumpai tersebut diuraikan secara singkat sebagai berikut.

Syzygium aqueum, karakter tanamannya berupa pohon kecil bercabang, dengan tinggi hingga 2–3 meter. Jenis ini dikenal dengan sebutan klampok kancing atau jambu kancing. Sebutan itu mengacu kepada bentuk buahnya yang berukuran kecil menyerupai kancing atau genta pipih. Buahnya berwarna putih, merah muda hingga merah tua. Masyarakat memanfaatkan buahnya untuk dimakan sebagai buah segar, paling umum dikonsumsi sebagai campuran rujak buah.

Syzygium aromaticum, dikenal dengan nama cengkeh, merupakan jenis Syzygium yang telah dibudidayakan. Perawakannya berupa pohon, dengan diameter batang antara 15–20 cm dengan tinggi dapat mencapai 18 meter. Bagian tanaman yang dipanen dan dimanfaatkan untuk keperluan industri adalah kuncup bunganya. Jenis ini digunakan untuk keperluan industri rokok, farmasi, makanan, minuman, dan kosmetik (Nurdjannah, 2004). Kayu pohon cengkeh juga telah dimanfaatkan untuk berbagai keperluan secara terbatas oleh masyarakat, seperti untuk kayu bakar, perkakas rumah tangga dan bahan bangunan.

Syzygium cumini, dikenal dengan sebutan juwet. Perawakannya berupa pohon berukuran sedang hingga besar dengan tinggi dapat mencapai 20 meter. Batang utamanya tidak lurus, dengan diameter batang antara 20–45 cm. Buahnya berbentuk bulat lonjong, berwarna ungu tua hingga hitam. Buah masaknya memiliki rasa manis dan dapat dimakan sebagai buah segar dan biasanya sangat disukai oleh anak-anak. Pada saat musim berbuah, banyak dijual d pasar. Meskipun telah diperdagangkan, namun nilai jualnya tidak terlalu tinggi. Ekstrak daun S. cumini memiliki kandungan fl avonoid dan tanin yang ternyata memiliki potensi sebagai bahan anti bakteri (Nascimento dkk., 2000).

Syzygium jambos, dikenal dengan sebutan jambu mawar. Perawakannya berupa pohon kecil dengan tajuk Tabel 2. Hasil eksplorasi tumbuhan berdasarkan Kab./Kota

Kab/Kota Kecamatan* Jml Kec Jml No Reg

Kota Malang 5 1 1 Kab Malang 33 17 113 Kota Batu 3 2 10 Kab Blitar 22 1 1 Kab Pasuruan 24 1 2 22 127

* Total Kecamatan secara administratif di Kab./Kota

(3) S. cumini (L.) Skells. (4) S. jambos (L.) Alston

(5) S. malaccensis (L.) Merr. & L.M. Perry (6) S. polyanthum (Wight) Walp.

(7) S. polycephallum (Miq.) Merr. & L.M. Perry (8) S. pycnanthum Merr. & L.M. Perry

(9) S. samarangense (Bl.) Merr. & L.M. Perry (10) S. glabratum (DC.) Velkamp.

(11) S. littorale (Blume) Amsh. PEMBAHASAN

Berdasarkan studi literatur yang berkaitan dengan Syzygium diketahui bahwa jumlah yang dikenal masyarakat, lebih sedikit dibandingkan dengan jenis yang tercatat pada Flora of Java. Backer dan Van den Brink (1963) mencatat sebanyak 20 jenis Syzygium, yang tumbuh di Jawa Timur. Jenis-jenisnya adalah sebagai berikut: (1) S. antisepticum (Bl.) Merr. & L.M. Perry, (2) S. polyanthum (Wight) Walp., (3) S. microcymum (K.&V.) Amsh., (4) S. corymbosum (Bl.) DC., (5) S. cumini (L.) Skells., (6) S. syzygoides (Miq.) Amsh., (7) S. rostratum (Bl.) DC., (8) S. pyrifolim (Bl.) DC., (9) S. laxifl orum (Bl.) DC., (10) S. racemosum (Bl.) DC., (11) S. confertum (Korth.) Merr. & L.M. Perry, (12) S. polycephalum (Miq.) Merr. & L.M. Perry, (13) S. aromaticum (L.) Merr. & L.M. Perry, (14) S. malaccense (L.) Merr. & L.M.Perry, (15) S. pycnanthum Merr. & L.M. Perry, (16) S. klampok(Miq.) Amsh., (17) S. litorale (Bl.) Amsh., (18) S. aqueum (Burm.f.) Alst., (19)

(5)

yang rimbun, menjadikan jenis ini digunakan sebagai tanaman pekarangan yang memiliki nilai estetis yang baik. Warna bunganya yang putih kekuningan serta bentuk buahnya yang bulat, menjadi daya tarik jenis ini sebagai tanaman hias di pekarangan. Selain buahnya dapat dimakan, diketahui bahwa ekstrak daunnya memiliki potensi sebagai bahan antiseptik yang dapat menghambat aktivitas bakteri serta sifat racunnya (Mohanty and cock, 2010). Hasil penyulingan bunganya dapat menghasilkan minyak yang digunakan sebagai bahan pembuatan parfum (van Lingen, 1992). Kayunya dapat digunakan sebagai bahan bangunan secara terbatas meskipun tidak terlalu tahan terhadap serangan rayap.

Syzygium malaccensis, jenis ini dikenal dengan sebutan jambu bol atau jambu darsono. Perawakannya berupa pohon dengan batang utama yang jelas. Tingginya dapat mencapai 20 meter dengan diameter batang hingga 45 cm. Banyak dijumpai tumbuh sebagai tanaman pekarangan. Meskipun demikian belum dibudidayakan secara baik sebagai tanaman penghasil buah. Masyarakat memanfaatkan jenis ini sebagai tanaman peneduh pekarangan dan memanfaatkan buahnya untuk dimakan sebagai buah segar.

Syzygium polyanthum, dikenal dengan sebutan daun salam. Perawakannya berupa pohon kecil hingga besar. Pada umumnya yang ditanam di pekarangan atau halaman rumah berukuran pendek/kecil karena sering dipangkas untuk diambil daunnya. Tinggi pohon ini dapat mencapai 30 m, dengan diameter batang dapat mencapai 60 cm. Jenis ini dikenal sebagai bahan bumbu masak. Daun salam dimanfaatkan baik dalam kondisi segar ataupun kering. Ekstrak daun dan kulit batangnya digunakan sebagai obat diare. Campuran dari daun, kulit batang dan akarnya yang ditumbuk digunakan sebagai obat gatal pada kulit (Sarjono, 1999). Kayunya digunakan sebagai bahan bangunan dan dalam perdagangan dikelompokan ke dalam kelompok kayu 'kelat'.

Syzygium polycephallum, perawakannya berupa pohon dengan tinggi dapat mencapai 8–12 meter. Diameter batangnya sekitar 20–30 cm. Daun berhadapan, berbentuk elips-oblong berwarna hijau. Perbungaan muncul di ketiak daun pada cabang dan ranting. Bunganya berwarna putih berukuran kecil. Buahnya berbentuk bulat berwarna hijau, saat masak berwarna merah tua hingga hitam rasanya manis masam. Masyarakat memanfaatkan kayu dan buahnya. Melihat kondisi yang ada, dikhawatirkan keberadaannya semakin berkurang, karena tidak ada masyarakat yang menanamnya kembali. Bahkan beberapa pohon telah ditebang untuk dimanfaatkan kayunya sebagai bahan bangunan dan kayu bakar.

Syzygium pycnanthum, perawakan jenis ini berupa pohon kecil dengan dimater batang dapat mencapai 20 cm dan tinggi dapat mencapai 15–20 m. Secara alami biasanya dijumpai tumbuh dalam hutan primer ataupun sekunder pada ketinggian 50–1600 m dpl. Mudiana (2009) menyatakan bahwa terdapat tiga warna kelopak bunga S. pycnanthum yang dimiliki Kebun Raya Purwodadi, yaitu: putih, hijau keunguan dan keunguan. Memiliki benang sari yang banyak dan tersusun rapat. Tangkai sari berwarna putih pada bagian ujung dan berwarna keunguan pada bagian pangkal. Buahnya termasuk tipe buah buni, berbentuk bulat dengan ukuran diameter 2,5–3,5 cm. Buah mudanya berwarna hijau dan setelah tua berwarna hijau keunguan hingga ungu muda (Mudiana, 2008). Jenis ini sangat jarang dijumpai.

Syzygium samarangense, habitusnya berupa pohon dengan tinggi dapat mencapai 10 meter. Diameter batangnya berkisar antara 15–35 cm. Daun berhadapan, elips-oblong, ujung runcing, warna hijau – hijau tua. Buahnya berbentuk genta besar, hingga genta memanjang. Pada umumnya bentuk buahnya lebih besar dari S. aqueum. Warna buahnya beragam, hijau, putih, merah muda, merah tua, merah kehijauan dan lain-lain. Umumnya jenis ini sengaja ditanam di halaman dan pekarangan rumah sebagai tanaman peneduh, hiasan ataupun untuk dimakan buahnya. Di wilayah Malang, terdapat satu macam jenis ini yang sangat dikenal oleh masyarakat, yaitu "jambu camplong", jenis ini berasal dari daerah Camplong di Pulau Madura. Warna buahnya ada dua macam, yaitu putih dan hijau, namun yang cukup diminati adalah yang berwarna putih, karena rasanya lebih manis. Pada saat musim berbuah, jenis ini sangat mudah dijumpai di sepanjang jalan di kota malang.

Syzygium glabratum, jenis ini hanya dijumpai di Tahura-Cangar, tumbuh di sekitar aliran air panas pegunungan. Kondisi vegetasinya relatif masih baik, dengan kondisi tanah berpasir, gembur dan tempat yang ternaungi. Lokasi tersebut berada pada ketinggian 1607–1609 m dpl, pH tanah 5,2. Berupa pohon dengan tinggi 3 meter dan dbh (diameter setinggi dada) 30 cm, daun oposite, acuminate, hijau tua, daun muda berwarna hijau muda mengkilap; kuncup bunga menyerupai bentuk kuncup cengkeh, berwarna putih kehijauan; bunga berwarna putih, benang sari banyak; buah bulat kecil, warna coklat gelap. Penduduk setempat menyebut jenis ini dengan nama tinggan.

Syzygium littorale, habitusnya berupa pohon dengan tinggi 8–12 meter dengan diameter batang sekitar 15–30 cm. Daunnya berhadapan, elips-oblong berwarna hijau tua, daun muda berwarna lebih cerah. Berdasarkan keterangan

(6)

masyarakat, buahnya berbentuk bulat, berwarna hijau, berdaging tipis dengan biji yang besar. Rasa buahnya sepat. Masyarakat setempat menyebutnya dengan nama klampok watu/klampok alas. Buahnya tidak umum dikonsumsi. Kayu batangnya digunakan oleh masyarakat untuk keperluatan pembuatan peralatan rumah tangga, kusen jendela dan pintu. Karena kayunya cukup awet dan tidak mudah terserang bubuk kayu. Jenis ini tumbuh secara alami, tidak ditanam dan dibudidayakan. Keberadaannya cukup banyak dijumpai, umumnya tumbuh secara alami di sepanjang aliran sungai.

S. polyanthum, S. cumini, S. polycephalum, S. malaccense, dan S. pycnanthum sangat jarang dijumpai. Keberadaannya terutama di areal pekarangan, halaman rumah dan kebun dalam jumlah yang sedikit. Hampir keseluruhan tanaman dari jenis yang dijumpai, merupakan tanaman yang sengaja ditanam, kecuali klampok alas (S. littorale) dan tinggan (S. glabratum) dapat tumbuh sendiri tanpa sengaja ditanam. Tanaman tersebut tumbuh dari biji yang tersebar secara tidak sengaja.

UCAPAN TERIMA KASIH

Ucapan terima kasih ditujukan pada Program Insentif Peneliti dan Perekayasa LIPI Tahun 2010 – Kementrian Riset dan Teknologi yang telah membantu pendanaan sehingga terlaksananya penelitian ini.

KEPUSTAKAAN

Anonim, 2010, Membangun Kabupaten Malang dalam Perspektif tata Ruang, www.malangkab.go.id/imgnews/RTRW.pdf.

diakses tanggal 10 Mei 2010.

Backer CA, and Bakhuizen Van den Brink RC, 1963. Flora of java

(I), N.V.P. Noordhoff – Groningen – The Netherlands.

Merrill ED, dan Perry LM, 1939. The myrtaceous genus Syzygium Gaertner in Borneo, Memories of American Academy of

Arts and Sciences. 13(13): 135–202

Mohanty S, and Cock IE, 2010. Bioactivity of Syzygium jambos methanolic extracts: antibacterial activity and toxicity. Phcog Res [serial online]: (2): 4–9 http://www.phcogres. com/text.asp?2010/2/1/4/60577

Mudiana D, 2006. Koleksi Syzygium Kebun Raya Purwodadi. Makalah dalam Prosiding Seminar Nasional Perhorti. Universitas Brawijaya. Malang. 153–158.

_______, 2008. Potensi Syzygium pycnanthum Merr. & L.M. Perry sebagai tanaman hias: Koleksi Kebun Raya Purwodadi.

Warta Kebun Raya 8(1):17–22.

_______, 2009. Syzygium pycnanthum Merr. & L.M. Perry Koleksi Kebun Raya Purwodadi. Makalah dalam Seminar Nasional Biodiversitas Unsoed.

Nascimento GGF, Locatelli J, Freitas PC, and Silva GL, 2000. Antibacterial activity of plant exstracts and phytochemicals on antibioticresistant bacteria. Brazilian Journal of Microbiology 31: 247–256

Nurdjannah N, 2004. Diversifi kasi Pengunaan Cengkeh, Perspektif V3 (2): 61–70

Sarjono, 1999. Syzygium polyanthum (Wight) Walpres. in de Guzman CC, Siemonsma JS (Eds.) Plant Resources of South-East Asia No. 13 spices. PROSEA Bogor, Indonesia.

Sukojo BM dan Wahono, 2002. Pemanfaatan teknologi pengindraan jauh untuk pemetaan kandungan bahan organik tanah,

Makara teknologi, 6(3): 102–112.

Suprapto A, Narko D, dan Kiswojo (Eds.), 2007. An alphabetical list of plant species cultivated in The Purwodadi Botanic Garden, Purwodadi Botanic Garden, Indonesian Institute of Sciences: 142

van Lingen TG, 1992. Syzygium jambos (L.) Alston in Verheij EWM, Coronel RE (Eds) Plant Resources of South-East Asia No. 2 edible fruits and nuts, PROSEA Bogor, Indonesia.

Gambar

Gambar 2.  Titik penyebaran Syzygium di Malang
Gambar 3.  Overlay titik penyebaran Syzygium di Malang
Tabel 1.  Hasil eksplorasi tumbuhan

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Kegiatan mencari dana (terutama dana besar) yang sangat potensial di pasar internasional dan lembaga pemerintah di Indonesia, serta pengelolaan likuiditas bank, nisbah bagi hasil,

batuan hasil pembekuan magma (termasuk batuan piroklastik) gabro, granit, basalt; tuf ..  ,atuan

Presiden Nomor 35 Tahun 2018 tentang Percepatan Pembangunan Instalasi Pengolahan Sampah Menjadi Energi Listrik Berbasis Teknologi Ramah Lingkungan, pendanaan yang

HARCO PUTRA MANDIRI OLB LULUS Dalam Proses.. 2 002/OLB/14 AMIR

Terdapat kecenderungan, bahwa masalah pertumbuhan anoa yang tidak optimal tersebut disebabkan oleh pakan pucuk yang dikonsumsi anoa mengandung kadar tanin tinggi, yang

Aset keuangan tersedia untuk dijual merupakan aset yang ditetapkan sebagai tersedia untuk dijual atau tidak diklasifikasikan dalam kategori instrumen keuangan yang

Ringkasan Penelitian dilakukan dengan tu- juan untuk mengidentifikasi dan memban- dingkan keragaman jenis ektoparasit pada ikan mas (Cyprinus carpio) dan ikan mas- koki