• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP TRADISI BIRAU DI KABUPATEN BULUNGAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP TRADISI BIRAU DI KABUPATEN BULUNGAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

……….. http://ejurnal.binawakya.or.id/index.php/MBI Vol.15 No.9 April 2021

PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP TRADISI BIRAU DI KABUPATEN BULUNGAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA

Oleh

Kartini Maharani Abdul1) & Masruri2) 1,2Universitas Kaltara

Email: 1kartinimaharani92@gmail.com & 2masrurichan.mr@gmail.com Abstract

Birau tradition, which is held annually, has various perceptions among the community, seeing from the phenomenon of the Birau Tradition which is increasingly quiet every year, not as busy as the years before due to lack of budget for implementation and public interest in participating in enlivening the Birau tradition. The purpose of this research is to analyze public perceptions of Birau, to analyze the implication of Birau in public lives and the factors of the Birau tradition which are still maintained. This research method uses a descriptive approach and uses a qualitative analysis method which is often called a qualitative descriptive approach. Data observation techniques using observation, interviews ,and documentation. The results of this study indicate the public perceptions of the Birau tradition in Bulungan Regency are seen from the selection, interpretation ,and perception that have positive results and are highly approved by the community in the implementation process because they have a very good impact on society, and have a very influential effect on people’s lives. Then the factors and by the objectives of implementing the Birau tradition, efforts to preserve and increase the potential of the indigenous customs and culture of Bulungan Regency, provide community entertainment and deliver information on the results of regional development and as a tourism promotion medium is and efforts to attract tourists.

Keywords: Public Perception & Birau Tradition PENDAHULUAN

Secara geografis Kabupaten Bulungan merupakan salah satu Kabupaten di sebelah utara dari pulau Kalimantan dengan luasnya mencapai 18.010.50 km2 yang letaknya antara 116004’41” – 117057’56” Bujur Timur dan 2009’19” – 3034’49” Lintang Utara. Menurut UU No. 34 tahun 2007 mengenai pembentukan Kabupaten Tana Tidung di Provinsi Kalimantan Utara maka luas dari Kabupaten Bulungan sekarang berkurang jadi 13.181.92 km2. Berikut ini adalah perbatasan dari Kabupaten Bulungan, dibagian Utara batasnya adalah Kabupaten Tana Tidung dan Kabupaten Nunukan, dibagian Timur batasnya adalah laut Sulawesi dan Kota Tarakan, dibagian Selatan batasnya adalah Kabupaten Berau dan dibagian Barat batasnya adalah Kabupaten Malinau. Keadaan Kabupaen Bulungan mempunyai beragam pulai, yang terdapat sungao besr

ataupun kecil dan dilihat dari topografi mempunyai daratan yang berbukit, bergunung dengan tebingnya yang terjal dengan kemiringan yang sangat tajam. Pulau yang paling luas yaitu pulau mandul yang letaknya di Kecamatan Bunyu (38.737,413 ha) dan sungai yang paling panjang yaitu sungai Kayan (576 km) termasuk yang terdapat di daerah Kabupaten Malinau dan Kabupaten Tana Tidung. Sementara gunugn yang paling tinggi yaitu Gunung Kundas yang terletak di Kecamatan Peso yang tingginya mencapai 1.670 mdpl. (K. Bulungan 2020)

Bulungan adalah sebuah Kabupaten yang berada di Provinsi Kaltara di kenal dengan kergaman suku, budaya dan adat istiadat yang masih asli dari nenek moyang terdahulu. Salah satu kebudayaan dan adat istiadat yang masih dipertahankan sampai sekarang yakni Tradisi Birau yang dilaksanakan setiap tahunya dengan

(2)

……….. Vol.15 No.9 April 2021 http://ejurnal.binawakya.or.id/index.php/MBI Open Journal Systems menggunakan adat semenjak Kabupaten

Bulungan dulunya masih menjadi wilayah Kesultanan Bulungan.

Birau merupakan suatu pertunjukkan budaya yang jadi agenda rutin setiap tahun yang di selenggarakan di Kabupaten Bulungan. Penetapan Birau dilaksanakan setiap tanggal 12 Oktober dan ketetapannya itu diputuskan pada Perda Tk II Bulungan No. 02 tahin 1991. Sesudah disahkan kembali dengan SK Gubernur Kepala Daerah TK I Kaltim No 003-3-IV.2-144. Birau sendiri merupakan suatu kata dalam bahasa Bulungan yang mempunyai makna “Pesta Besar”, sebuah tradisi pesta adat yang di selenggrakan oleh para Sultan Bulungan dari dulu sampai sekarang. Awalnya Birau dilaksanakan untuk acara kawinan putra dan putri Sultan, Khataman Al-Qu’an, kitanan, naik ayun, injak tanah dan penobatan sultan. (P. K. Bulungan 2014)

Seiring berjalannya waktu dari masa Kesultanan hingga menjadi Kabupaten Bulungan, terdapat fenomena-fenomena perubahan tradisi yang dulunya perayaan tersebut lebih kepada kalangan kesultanan, kini Tradisi Birau yang dilaksanakan setiap tahunya itu digelar untuk memperingati hari jadi Kabupaten Bulungan.

Pada istilah psikologi bahwa “persepsi merupakan proses mencari informasi untuk didalami, instrument untuk mendapatkan informasinya yakni dengan pengindraan. Kebalikannya instrument dalam memahami ialah dengan kesadaran ataupun kognisi. Jadi persepsi bisa diartikan dengan sebuah mekanisme yang diawali dengan pengidraan. Pengindraan ialah sebuah mekanisme yang diterima oleh stimulus seseorang dengan menggunakan alat yang disebut dengan indra”. Sehingga bisa disampaikan jika persepsi tersebut adalah proses pengelolaan dan pemahaman pada rangsangan yang didapatkan oleh seseorang. Karena sebagai sebuah kegiatan yang integral, jadi semua orang dan semua apa yang terdapat dalam disi seseorang

turut berkontribusi dalam proses persepsi. (Indriani 2016)

Berdasarkan hal tersebut fenomena dan permasalahannya terlihat disetiap tahun pelaksanaa Birau mengalami perbedaan yakni perayaan Birau yang dilaksanakan tidak semeriah tahun-tahun sebelumnya dan hanya dilaksanakan secara sederhana dikarnakan menurut masyarakat umum anggaran yang diglontorkan Pemerintah Kabupaten Bulungan tidak sebanyak tahun-tahun sebelumnya yang mengakibatkan kurangnya minat masyarakat untuk ikut serta memeriahkan perayaan tersebut. Padahal momen saat Tradisi Birau dilaksanakan dapat dijadikan pembelajaran bagi generasi muda agar tidak melupakan kebudayaan, adat istiadat dan sejarah daerah tersebut.

Sehingga berdasarkan permasalahan tersebut terdapat tujuan dalam penelitian ini yakni untuk menganalisi Pesepsi Masyarakat Terhadap Tradisi Birau di Kabupaten Bulungan serta menganalisis Implikasi Birau Dalam Kehidupan Masyarakat Kabupaten Bulungan dan Mengetahui Faktor-faktor yang mempengaruhi Tradisi Birau masih di pertahankan di Kabupaten Bulungan.

LANDASAN TEORI Pengertian Persepsi

Persepsi adalah kata serapan dari bahasa Inggris yakni “perceptions” yang bermakna penilaian ataupun tanggapan. Kata persepsi umumnya dipakai dalam mengutarakan mengenai pengalaman pada sebuah benda maupun sebuah peristiwa yang terjadi. Pada kamus disampaikan jika persepsi dipandang menjadi seuatu dampak maupun suatu kesan dari benda yang memakai indera penglihatan. Persepsi tersebut diartikan dengan langkah yang menyatukan dan mengintegrasikan berbagai data indera untuk ditingkatkan dengan begitu kita bisa merespon di sekitar kita. Termasuk kesadaran akan pribadi kita sendiri (Indriani 2016)

(3)

Persepsi merupakan langkah penilaian pada sebuah rangsangan. Apabila rangsangannya berwujud benda dinyatakan dengan persepsi objek dan apabila rangsangannya berwujud seseorang dikatakan dengan persepsi sosial. Berdasarkan perndapat dari Desiderato, persepsi merupakan pengalaman mengenai objek, fenomena ataupun korelasi yang didapatkan melalui penyimpulan sebuah informasi dan penafsiran pesan. Persepsi yaitu memberikan arti dalam stimulus indrawi. Kaitannya sensasi dengan persepsi sudah jelas. Sensasi merupakan dimensi dari persepsi. Oleh sebab itu dalam mengartikan makna informasi indrawi bukan cuma menyertakan sensasi, namun juga perhatian, keinginan, motivasi dan memori (Wulandari 2016)

Pendapat dari Abdul Rahman (2010: 110), persepsi merupakan mekanisme menyatukan dan mengintegrasikan berbagai data indra supaya bisa ditingkatkan dengan begitu kita bisa mengetahui apa yang ada di sekitar kita. Pendapat lain dari Matsimoto dan Juang, menyatakn jika persepsi merupakan mekanisme pengumpulan informasi tentang dunia dengan menggunakan indera yang dimiliki. (Wulandari 2016)

Menurut pendapat dari Sarlito W Sarwono (2009: 24) menyatakan jika pada dasarnya persepsi adalah sebuah langkah dalam memndapatkan, menafsirkan, memilih serta mengatur informasi inderawi. Timbulnya persepsi ketika seorang individu menyiram stimulus dari luar yang direspon oleh organ bantu yang selanjutnya nasuk ke dalam otaknya. Persepsi adalah proses mencari informasi supaya bisa memahami dengan mempergunakan alat indera (Listyana and Hartono 2015)

Pengertian Masyarakat

Pada KBBI dinayatakan jika “Masyarakat merupakan sekumpulan individu dalam artian yang luas dan terikat dengan sebuah kebudayaan yang dianggap sama ataupun kumpulan individu yang mempunyai bahasa yang serupa, yang menyadari masuk dalam

kumpulan tersebut, ataupun yang mempunyai dasar bahasa yang serupa”. Koentjaraningrat menuturkan jika :Masyarakat merupakan sebuah organisasi sosial yang saling “bergaul” ataupun dengna bahasa ilmiah “berinteraksi”. Sebuah kumpulan seseorang bisa memiliki fasilitas supaya masyaraktnya bisa saling melakukan interaksi”. (Wulandari 2016)

Selo Sumardjan menjelaskan jika masyarakat ialah seseorang yang hidup berdampingan yang mempunyai sebuah kebudayaan”. Sehingga, tidak ada masyarakat yang tak memiliki kebudayaan dan kebalikannya tidak ada kebudayaan tanpa masyarakat yang merupakan tempat serta yang mendukungnya. Biarpun secara teoritik dan untuk kebutuhan analisa, kedua permasalahannya itu bisa dipisahkan serta dipelajari dengan terpisah. (Wulandari 2016)

Istilah yang umum digunakan untuk menyatakan kesatuan hidup manusia, baik dalam karya ilmiah ataupun pada ranah bahasa keseharian yakni “Masyarakat”. Pada bahasa inggris memakai society yang asal katanya dari bahasa latin yakni Socius, yang artinya “kawan”. Kata masyarakat sendiripin asalnya dari bahasa Arab yakni syaraka yang artinya “turut serta, berkontribusi”. Masyarakat adalah sekelompok individu yang saling “bergaul” ataupun istilah ilmiahnya saling “berinteraksi”. Sebuah kesatuan manusia bisa memiliki fasilitas supaya masyarakatnya bisa saling melakukan interaksi. Masyarakat merupakan sekumpulan individu dalam artian luas dan terjerat oleh sebuah kebudayaan yang dianggapnya sama ataupun sekumpulan yang merasa mempunyai bahasa yang sama, yang merasa masuk dalam kriteria kelompok tersebut ataupun yang mempunyai landasan bahasa yang serupa. (Indriani 2016)

Proses Terjadinya Persepsi

Pendapat Walgito (2010;102) proses adanya persepsi dimulai dari sebuah subjek yang merangsang lalu bersentuhan dengan indra atau reseptor, yang disebut proses kealaman atau fisik. Selanjutnya, rangsangan yang didapatkan indra akan dibawa ke otak

(4)

……….. Vol.15 No.9 April 2021 http://ejurnal.binawakya.or.id/index.php/MBI Open Journal Systems oleh saraf sensoris, yang disebut proses

fisiologis. Di dalam otak inilah terjadi suatu proses selaku pusat kesadaran. Sehingga seseorang dengan sadar terhadap yang ia lihat, dengar atau raba, yang disebut dengan proses psikologi. Hal ini sebagai akhir rangkaian prosesnya dan membentuk persepsi yang sesungguhnya. Tanggapan yang diakibatkan oleh persepsi bisa didapatkan seseorang dalam beragam jenis bentuknya. (Huda 2017)

Pendapat Sobur (2003:447), proses persepsi meliput 3 kompen pokok yakni: a. Seleksi ialah tahap memfilter oleh indra terhadap stimulus dari luar, intensitas dan jenis bersangkutan bisa banyak atau sedikit.

b. Interpretasi ialah tahap pengelolaan informasi agar mengandung arti bagi individu. Faktor yang mempengaruhi interpretasi yakni pengalaman terdahulu, sistem nilai yang diyakini, motivasi, karakter dan kecerdasaan. Selain itu, tergantung pada kemampuan individu dalam mengkategorisasi informasi yang ia terima, yakni tahap reduksi informasi yang kompleks ke yang simple.

c. Interpretasi dan Persepsi selanjutnya terlihat dari perilaku selaku reaksinya. Maka proses persepsi ialah menyeleksi, menginterpretasi dan membulatkan berkaitan informasi diterima.(Huda 2017)

Kedua pendapat bersangkutan pada hakikatnya berpandangan serupa namun dengan pengistilahan yang tidak sama. Disamping itu, Walgito mengungkapkan dengan detail dan yang membedakan yakni terkait tanggapan atau reaksi yang terjadi. Pendapat Walgito, proses persepsi diakhiri dengan proses pikologis yakni proses psikologis sebagai interpretasi dari objek individu yang terima. Sedangkan sobur melibatkan respon menjadi bagian dari proses persepsi.

Pendapat Harvey dan Smith, respon ialah wujud kesiapan dalam mengambil sikap, yang berbentuk positif ataupun negative pada sebuah objek atau keadaan. Respon positif ialah wujud respon, perbuatan atau sikap yang

menggambarkan, menerima, meyakini, menyepakati dan melakukan kaidah yang ada di lingkungan sekitarnya. Respon negative ialah wujud respon, pebuatan atau sikap yang menggambarkan penampikan atau tidak setuju dengan kaidah yang ada di lingkungan sekitarnya.

Pengertian Implikasi

Berdasar KBBI implikasi dimaknai keikutsertaan atau kondisi turut serta. Maka tiap kata imbuhan asalnya dari implikasi, misalnya berimplikasi atau mengimplikasikan artinya membawa hubungan keikutsertaan atau mengikutsertakan hal tertentu.

Pendapat Islamy (2003:114-115), implikasi ialah semua hal yang sudah dihasilkan melalui penyusunan kebijakan. Atau implikasi ialah dampak dan konsekuensi yang timbul dari pelaksanaan suatu kebijakan atau aktivitas. (Pendidikan 2020)

Pendapat Winarno (2002:171-174), minimal ada 5 aspek yang perlu diperhatikan dalam memperkirakan implikasi dari suatu kebijakan, yakni 1) implikasi kebijakan terkait permasalahan public dan terhadap pihak berkepentingan. 2) kebjikan kemungkinan berimplikasi pada kondisi atau kumpulan selain yang dituju atau tujuan kebijakannya. 3) kebijakan kemungkinan akan berimplikasi kondisi saat ini dan mendatang, 4)

Evaluasi berkaitan dengan aspek lainnya seperti pengeluaran biaya langsung untuk keperluan program kebijakan public, 5) biaya tak langsung yang dibebankan masyarakat atau sebagian masyarakat yang diakibatkan oleh kebijakan publik. (Pendidikan 2020)

Pendapat silalahi (2005:43), implikasi ialah efek yang timbul dari penyelenggaraan atau sebuah program atau kebijakan, yang sifatnya positif atau negative terhadap sasaran penyelenggaran program atau kebijakan bersangkutan. (Pendidikan 2020)

Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Persepsi

Pendapat David Krech dan Richard S. Krutch dalam AK Huda,2017, hal yang

(5)

mempengaruhi persepsi ialah pertama faktor fungsional yang bersumber dari kebutuhan, pengalaman terdahulu, dan lainnya yang sifatnya individu misalnya proses belajar, cakrawala dan pengetahuan, latar belakang budayanya, pendididkan, yang semuanya tidak lepas dari nilai kepribadian yang dimiliki. Faktor ini biasa dinamakan kerangka rujukan (frame of reference), yang berpengaruh pada bagaimanakah seseorang memaknai terhadap pesan yang ia terima atau menanggapinya. (Huda 2017)

Keduam faktor structural ialah faktor yang berasal dari luar individu, yakni stimulus dan lingkungannya. Supaya rangsangan bisa dirasakan seseorang, maka rangsangannya harus kuat dikarenakan dari waktu ke waktu seseorang mendapat berbagai rangsangan. Artinya rangsangan harus mendapat perhatian dikarenakan sifatnya yang dominan yakni gerakan, intensitas stimuli, sesuatu yang baru dan sesuatu yang berulang (Rahmat, 2007:52 dalam AK Huda,2017). Selanjutnya lingkungan yang berdampak pada rangsangan juga mempengaruhi persepsinya, terutama jika objeknya manusia. Jika objeknya sama namun keadaan sosialnya tidak sama akan berbuah persepsi yang tidak sama (Walgito, 1990:55) dalam AK Huda,2017). Adapun objek persepsinya meliputi benda, situasi dan orang. Jika berwujud benda dinamakan persepsi benda (things perception) atau non social perception, sementara jika objeknya orang dinamakan persepsi sosial (Heider dalam Walgito, 1990:56) (Huda 2017)

Pendapat Sobur, persepsi dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal (Sobur, 2003:452) dalam AK Huda,2017. Faktor internal meliputi kebutuhan psikologi seseorang, latar belakang, pengalaman terdahulu, kepribadian, sikap dan keyakinan umum beserta penerimaan diri. Sementara faktor dari luarnya yakni intensitas stimulus, ukuran, kontras dan tidaknya stimulus, gerakan, perulangan, kedekatan hubungan dan hal yang baru (Huda 2017.

Pendapat Robbins dan Judge dalam Wibowo (2013:60) dalam Jurnal AK Huda,2017 persepsi terbentuk dari 3 faktor yang meliputi: 1) perceiver yakni pihak yang memberi persepsi, 2) objek/target yakni orang/objek sebagai sasaran dari persepsinya dan 3) situasi, yakni keadaan sewaktu persepsi dilaksanakan. Adapun komponen perceiver meliputi sikap, tujuan, minat, pengalaman dan asa. Sementara komponenny target ialah hal yang baru, latar belakang, keakraban dan kesamaan. Selanjutnya komponennya situasi ialah waktu, pengorganisasian kerja dan sosial (Huda 2017). Jika seseorang mengetahui target dan berupaya menginterpretasi yang ia lihat, maka intepretasi bersangkutan bergantung dari ciri khusus tiap perorangan yang berupa sikap, pribadinya, motif, kebutuhan, pengalaman terdahulu dan asa. Kebalikannya, ciri khusus target yang dicermati akan berpengaruh terhadap yang dirasa seseorang. Disamping itu, kondisi juga berperan yang mempengaruhi persepsinya. Berdasar paparan bersangkutan, maka simpulannya yakni faktor yang berpengaruh pada persepsi meliputi faktor fungsional, structural dan situasional. (Huda 2017).

Faktor yang berpengaruh pada persepsi individu yakni:

1. Faktor Internal

Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri seseorang dalam menciptakan dan menemukan sesuatu yang kemudian bermanfaat untuk orang banyak misalnya. Dalam hal ini faktor internal yang mempengaruhi persepsi, yaitu usia, pendidikan dan pekerjaan.

a. Usia, pendapat (Nursalam, 2003) ialah umur seseorang yang semenjak lahir hingga ulang tahunnya. Makin cukup umurnya, maka kemantapan dan kekuatannya dalam berpikir dan bekerjanya juga lebih baik. Makin menua usia individu makin konstruktif dalam mengolah pengetahuannya. Pendapat Nursalam dan Pariani, 2001), umur sangat berpengaruh pada taraf pengetahuan dan pengalamannya individu, dan makin cukup umurnya, maka kemantapan dan kekuatannya

(6)

……….. Vol.15 No.9 April 2021 http://ejurnal.binawakya.or.id/index.php/MBI Open Journal Systems dalam berpikir dan bekerjanya juga lebih baik

(Chabib 2017).

b. Pendidikan, pendapat (Notoadmodjo, 2007) mengungkapkan yakni seseorang yang pendidikannya tinggi akan menanggapi cenderung rasional daripada yang pendidikannya rendah atau tidak memperoleh pendidikan. (Chabib 2017)

c. Pekerjaan, berdasar (Notoadmodjo, 2003) ialah hal yang dilaksanakan untuk memperoleh nafkah. Orang yang lebih padat waktu bekerjanya hanya memiliki waktu yang singkat untuk mendapatkan informasi. Melalui bekerja akan melakukan tindakan yang memiliki nilai, manfaat dan mendapat pengetahuan yang baik berkaitan hal tertentu sehingga lebih memahami dan menanggapi segala sesuatunya dengan baik. (Chabib 2017) 2. Faktor Eksternal

Faktor eksternal adalah kebalikan dari faktor internal, yaitu faktor yang berasal dari luar diri seseorang dalam menciptakan dan menemukan sesuatu. Dalam hal ini faktor eksternal yang mempengaruhi persepsi yaitu informasi dan pengalaman.

a. Informasi berdasar (Notoadmodjo, 2003), makin banyak informasinya bisa mempengaruhi atau meningkatkan pengetahuan seseorang dan dengan pengetahuan menimbulkan kesadaran yang akhirnya seseorang akan berperilaku sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya. (Chabib 2017)

b. Pengalaman berdasar (Azwar, 2005) ialah sesuatu peristiwa yang pernah dialami seseorang. Tidak hanya suatu pengalaman sama sekali dengan suatu objek cenderung bersifat negative terhadap objek tertentu, untuk jadi suatu dasar pembentukan sikap pengalaman pribadi haruslah meninggalkan kesan yang kuat. Sikap akan lebih mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi tersebut terjadi dalam situasi yang melibatkan emosi, pengahayatan akan lebih mendalam dan membekas. Kemudian menurut (Notoatmodjo, 2005), pengalaman yang dimiliki seseorang

merupakan faktor yang sangat berperan dalam menginterpretasikan stimulus yang kita peroleh. Pengalaman masa lalu atau apa yang kita pelajari akan menimbulkan adanya ketaksamaan interpretasi. Menurut (Rachmat, 2005) Pengalaman mempengaruhi kecematan persepsi, pengalaman tidak selalu lewat proses belajar formal. Pengalaman dapat bertambah melalui rangkaian peristiwa yang pernah di hadapai. (Chabib 2017)

Tradisi Birau

Istilah Birau berasal dari bahasa Bulungan “Pesta Besar”. Merupakan tradisi adat yang diadakan oleh pihak Sultan Bulungan dengan turun temurun. Dahulu, Birau diadakan dalam pernikahan, sunat, naik ayun dan injak tanah anak Sultan serta Khatam Quran dan pengukuhan Sultan. Penerapan acara Birau sebagai kegiatan resmi Pemerintah yang berlangsung per tanggal 12 Oktober sekaligus memperingati HUT kota Tanjung Selor dan Kabupaten Bulungan. Birau menjadi parade budaya yang diagendakan tiap tahun yang tertuang dalam Perda Tk II Bulungan No.02 tahun 1991 dan diperkuat dengan Sk Gubernur Kepala Daerah Tk.I Kaltim No.003.3-IV.2_144.

Berdasar data yang diarsipkan di Museum Kesultanan Bulungan di Tanjung Palas, Birau dengan intens diadakan sewaktu dipimpin Ali Kahar yakni Sultan Bulungan V dengan gelar Sultan Kaharuddin II atau Puen Tua yang memegang jabatan periode 1875-1889. Birau ini seolah sebagai pesta syukuran dan kebahagiaan bagi masyarakat Bulungan yang meliputi beragam etnik dan suku sehingga penyelenggaraan yang paling akhir di tahun 1955 dalam acara Khatam dan Sunat Datuk Ali putera Sultan Maulana Djalaluddin. Berdasar data bersangkutan, pengadaan Birau paling ramai dan akbar dalam waktu 40hari 40malam pada tahun 1946. Kala itu, Sultan Bulungan X yakni Sultan Maulana Djalaluddin diberi gelar “Letnan Kolonel Tituler” oleh Ratu Belanda Wlihelmina. Tetapi, semenjak meninggalnya Sultan Djalaluddin tertanggal 12 Desember

(7)

1958, sudah tak ada lagi yang mengkisahkan pengadaan Birau di Bulungan atau eks Kesultanan Bulungan seperti Tarakan, Nunukan, Malinau dan Tana Tidung, yang saat ini dikembangkan sebagai Kota dan Kabupaten. Selanjutnya sesudah H. Jusuf Dali menjabat Bupati tahun 1991, beliau memutuskan mengadakan Birau per 2 tahun sekali, lalu oleh Bupati RA Bessing menjadi per tahun, guna meningkatkan produk wisatadi kawasan Utara Kaltim, yang kala itu belum dirubah ke Provinsi Kalimantan Utara.

Penyelenggaran Birau bertujuan untuk 1) usaha pelestarian dan konstruksi potensial adat dan kesenian budaya asli Kabupaten Birau, 2) menghibur masyarakat dan menyampaikan informasi hasil pembangunan daerah, 3) sarana mempromosikan pariwisata daerah dan usaha untuk memikat pengunjung wisata. Berdasar tujuan bersangkutan, maka penyelenggaraan Birau disertai penampilan atraksi adat dan kesenian budaya daerah, tari kreasi, hiburan modern dan agenda pameran pembangunan beserta pasar malam (P. K. Bulungan 2014) METODE PENELITIAN

Jenis Penelitian

Untuk memperoleh gambaran yang mendalam pada penelitian ini, maka diterapkan pendekatan yang sifatnya deskriptif dan akan dianalisis secara kualitatif. Penelitian deskriptif akan menggambarkan secara lebih dalam terkait keadaan atau proses yang dikaji, dikarenakan tujuannya untuk memberi gambaran hubungan suatu kejadian atau fenomena untuk mendapatkan informasi berkenaan gejala yang terjadi dengan permasalahan yang ditelaah. Maksud dari deskriptif ini ialah untuk memperoleh informasi lebih rinci tekait gejala yang diarahkan unruk memutuskan sifat informan di lapangan. Penelitian deskriptif kualitatif biasanya tidak bertujuan untuk mengujikan hipotesis yang tujuannya untuk menberikan deskripsi varibel atau kondisi dalam keadaan tertentu.

Dalam penelitian ini menggunakan diri sendiri dan anggota tim peneliti untuk

mengumpulkan data yang bertujuan untuk menambah wawasan kedalam dunia informasi. Dalam kaitanya dengan focus penelitiannya, maka secara kualitatif bisa menggambarkan masalaha yang bersangkutan dengan Persepsi Masyarakat terhadap Tradisi Birau di Kabupaten Bulungan. Provinsi Kaltim

Objek Penelitian

Objek yang diteliti yakni masyarakat umum, tokoh masyarakat, tokoh adat dan Pemerintah Daerah sebagai penyelenggara dan yang dianggap mengetahui tentang tradisi Birau. Parameter yang akan diteliti yakni Persepsi Mayarakat Terhadap Tradisi Birau. Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Kabupaten Bulungan, yang mana dalam pengumpulan data penulis mengunjungi masyarakat umum, tokoh ada, tokoh masyarakat serta Pemerintah Daerah sebagai pemegang kebijakan. Penelitian ini berlangsung selama satu tahun.

Teknik Pengumpulan Data

Data yang peneliti kumpulkan yakni data primer dan sekunder. Data primer ialah data yang langsung didapatkan sewaktu penelitian berlangsung di lokasi melalui wawancara dan obervasi langsung terkait inti permasalahannya. Sementara data sekunder ialah data yang dikumpulkan dari seseorang atau instansi yang dipublikasikan, berbentuk laporan dokumen, jurnal atau artikel dan buku terkait tema yang diteliti (Idrus 2009).

Teknik pengumpulan data digunakan untuk memperoleh data yang akurat dan dapat dipercaya, dalam hal ini dilaksanakan dengan 3 proses yakni:

1. Mendatangi lokasi penelitian (Getting In)

Yakni peneliti terlebih dahulu menyampaikan surat penelitian kepada Dinas terkait di Kabupaten Bulungan guna mendapatkan informasi dan data pendukung yang peneliti inginkan dalam rangkaian penelitian. Hal ini dilakukan guna menghindari rekayasa data dan mencoba subyektif.

2. Ketika Berada di Lokasi Penelitian (Getting Allong)

(8)

……….. Vol.15 No.9 April 2021 http://ejurnal.binawakya.or.id/index.php/MBI Open Journal Systems Dalam hal ini mengumpulkan data secara

empiris pada semua lini dan melakukan cros data secara berjenjang mulai dari Dinas terkait. Melakukan penggalian informasi dan informan. Hasil diskusi selanjutnya diolah peneliti kemudian ditafsirkan berdasarkan metode, teori dan pandangan sendiri. Sehingga didapatkan informasi yang lengkap sesuai focus penelitiannya.

3. Pengumpulan data (Longging The Data)

Dalam mengumpulkan data dengan teknik yang meliputi:

a. Wawancara (interview)

Jenis wawancaranya terbuka dan berstruktur yakni pertanyaannya difokuskan pada pokok masalahnya sehingga informasi yang dihimpun lebih lengkap dan lebih dalam. Terbuka mengarahkan untuk jujur dan objektif dari informannya agar bisa menginformasikan apa adanya.

b. Obervasi

Dalam hal ini dilakukan pengamatan langsung dan tak langsung untuk mencermati prosesnya. Tujuannya ialah sebagai pelengkap dari data primer di lokasi dan data sekunder yang dihimpun sebelumnya.

c. Dokumentasi

Adapun pengumpulan datanya bermaksud untuk memperoleh data sekunder seperti aturan, putusan, arsip dan dokumen lainnya terkait dengan pokok penelitiannya. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data berguna untuk mengkaji data yang didapatkan dari sumber yang berupa hasil wawancara, observasi lapangan dan dokumen pribadi ataupun resmi. Secara substantive terkait prosedur pemikiran yang diungkapkan sebelumnya, akan dipaparkan di bawah.

1. Mengumpulkan Data

Pengumpulan data adalah data pertama/data mentah yang dikumpulkan melalui sumber informasi, baik yang bersifat primer maupun sekunder.

2. Data Kondensasi

Data kondensasi mengacu pada proses pemilihan, focus, penyederhanaan, abstrak dan/atau mengubah data yang muncul dalam korpus penus dari catatan lapangan yang ditulis, transkrip wawancara, dokumen dan bahan-bahan empiris lainya. Dengan kondensasi dapat membuat data yang lebih kuat.

3. Menyajikan Data

Penyajian data sebagai sekumpulan informasi tersusun yang kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Penyajian data dalam penelitian akan dituangkan dalam bentuk grafik, jaringan atau bagan. Semuanya dirancang guna menggabungkan informasi yang tersusun dalam suatu bentuk yang padu, mudah diraih dan dipahami. Sebagaimana dengan reduksi data, penciptaannya menggunakan penyajian data tidakah terpisah dari analisis, karena merupakan bagian dari analisis.

4. Menyimpulkan

Dari permulaan pengumpulan data peneliti akan memulai mencari arti benda-benda, mencatat keteraturan, pola-pola penjelasan, konfigurasi yang mungkin alur sebab yang mungkin serta proposisi. Kesimpulan juga di verivikasi selama penelitian berlangsung, makna yang muncul dari data juga harus diuji kebenarannya, kecocokanya yang merupakan validitasnya.

Dalam menyajikan datanya dengan memberikan deskripsi data yang sederhana, utuh dan integrative yang dipergunakan sebagai pedoman dalam mengambil langkah selanjutnya, apakah perlu ditelusuri lebih lanjut ataukah tidak, agar dalam menyajikan datanya tetap sejalur dengan arah penelitiannya.

Dalam mengambil kesimpulan secara tentative berdasar verifikasi melalui serentetan aktivitas tinjauan catatan tertulis di lokasi penelitiannya dan terhadap peran informan untuk mengujikan keabsahan dan kesesuaian data serta kekuatan maknanya dari hasil yang diteliti di lokasinya.

Selanjutnya diambil simpulannya khususnya jika data yang terkumpul sudah

(9)

jenuh, dikarenakan informasinya sudah habis atau datanya memperlihatkan topic yang sama yang diulang. Pengambilan simpulan secara tentative maksudnya supaya peneliti bersikap netral dan objektif berkaitan data hasil yang ia teliti di lokasinya. Dalam menganalisis datanya dari pembuatan usulan penelitian hingga menyusun laporan penelitiannya dilaksanakan dengan runtut dan saling berkaitan sehingga didapatkan data yang semakin memperluas informasi untuk menguatkan simpulan yang dibuat.

Data yang sudah terkumpul akan dilakukan analisis dengan pendekatan kualitatif secara interaktif, yang meliputi reduksi dan penyajian data serta pengambilan simpulan sebagai hal yang saling berhubungan pada pra, sewaktu dan pasca mengumpulkan datanya yang berbentuk sejajar untuk membentuk wawawasan umum yang dinamakan analisis model interaktif. (Miles, Huberman, and Saldana 2014)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambaran Umum Kabupaten Bulungan Kabupaten bulungan termasuk daerah otonomi di Provinsi Kalimantan Utara (Kaltara) yang meliputi 10 kecamatan, dengan pusat pemerintahannya dikecamatan Tanjung Selor. Sehingga Tanjung Selor sebagai pusat perkembangan dari 9 kecamatan lainnya. Kabupaten Bulungan terdiri 71 desa dan 10 kelurahan, 3 kelurahan di kecamatan Bunyu, 3 kelurahan di kecamatan Tanjung Selor dan 4 kelurahan di kecamatan Tanjung Palas. Tanjung Selor berkedudukan selaku Ibu Kota Provinsi Kaltara, yang dalam rencananya akan berstatus sebagai kota otonom.

Wilayah Kabupaten Bulungan seluas 13.181.92 Km2, dengan penduduknya sejumlah 150.655 jiwa. Sehingga kepadatan penduduknya yakni 11-12 jiwa tiap Km2. Sebesar 26,15% penduduknya kabupaten Bulungan bertempat tinggal di kecamatan Tanjung Selor selaku Ibu Kota, pusat pemerintahan dan perekonomian Kabupaten Bulungan. Kabupaten Bulungan berbatasan

dengan Kabupaten Tana Tidung dan Nunukan untuk bagian utaranya, bagian timur dengan Selat Beligau, Kota Tarakan dan Laut Sulawesi, bagian Selatan dengan Provinsi Kaltim (Kab. Barau) dan bagian barat dengan Kab. Malinau.

Adapun letak astronomisnya, Bulungan berada diantara 20 09’ 19” – 30 34’ 48” LU dan 1160 04’ 41” – 1170 57’ 56” BT. Sementara sesuai letak geografis dengan batas wilayahnya yakni utara – Kab. Tana Tidung dan Nunukan, Selatan – Kab. Berau, barat – Kab. Malinau, timur – laut Sulawesi dan Kota Tarakan. Badan Pusat Statistik sudah mendat Potensi Desa (Podes) mulai tahun 1980. Semenjak itulaj Podes dilakukan berkala sejumlah 3x dalam 10tahun untuk menunjang penyelenggaraan Sensus Penduduk, Pertanian ataupun Ekonomi. Sehingga realitas penting berkaitan keberadaan infrastruktur dan potensial tiap wilayahnya bisa dimonitor perubahannya dengan rutin dan berkesinambungan. Semenjak tahun 2008, pendataan Podes terjadi perubahan karena ditambahkan kuesioner suplemen kecamatan.

Hal tersebut, dengan tujuan untuk menambah kemanfaatan data Podes bagi pengguna datanya dan Pemda berkaitan rencana pembangunan wilayahnya. Data Podes sebagai sumber data pokok kewilayahan dengan berbagai muatan dan menggambarkan terkait keadaan pembangunan wilayah tertentu (regional). Data ini tidak sama dengan data pendekatan rumah tangga yang cenderung menitikberatkan pada aspek kegiatan sektoral. Kedua data tersebut sangat penting dan sebagai kekayaan BPS.

Lingkup wilayah pendataan Podes diselenggarakan dengan sensus kepada semua wilayah adiministrasi pemerinntahan paling kecil di tingkat desa yakni desa, kelurahan, nagari, Unit Permukiman Transmigrasi (UPT) atas pembinaan dari kementrian bersangkutan. Sesuai data Podes 2014, tercatat 82.190 wilayah tingkat desa yang menyebar di 511 kecamatan. Pengambilan data Podes 2014 dengan cara wawancara langsung dari petugas yang dilatih dengan informan yang relevan. Petugas ialah pejabat atau rekanan BPS kecamatan, dengan

(10)

……….. Vol.15 No.9 April 2021 http://ejurnal.binawakya.or.id/index.php/MBI Open Journal Systems narasumbernya ialah Kepala desa/lurah atau

informan lainnya yang berpengetahuan cukup terkait wilayah yang sasaran pendataannya. (BPS 2020)

Gambaran Umum Birau

Istilah Birau berasal dari bahasa Bulungan “Pesta Besar”. Merupakan tradisi adat yang diadakan oleh pihak Sultan Bulungan dengan turun temurun. Dahulu, Birau diadakan dalam pernikahan, sunat, naik ayun dan injak tanah anak Sultan serta Khatam Quran dan pengukuhan Sultan. Penerapan acara Birau sebagai kegiatan resmi Pemerintah yang berlangsung per tanggal 12 Oktober sekaligus memperingati HUT kota Tanjung Selor dan Kabupaten Bulungan.

Birau menjadi parade budaya yang diagendakan tiap tahun di Kab. Bulungan, Kaltara. Birau diputuskan per tanggal 12 Oktober yang tertuang dalam Perda Tk II Bulungan No.02 tahun 1991 dan diperkuat dengan Sk Gubernur Kepala Daerah Tk.I Kaltim No.003.3-IV.2_144.

Berdasar data yang diarsipkan di Museum Kesultanan Bulungan di Tanjung Palas, Birau dengan intens diadakan sewaktu dipimpin Ali Kahar yakni Sultan Bulungan V dengan gelar Sultan Kaharuddin II atau Puen Tua yang memegang jabatan periode 1875-1889. Birau ini seolah sebagai pesta syukuran dan kebahagiaan bagi masyarakat Bulungan yang meliputi beragam etnik dan suku sehingga penyelenggaraan yang paling akhir di tahun 1955 dalam acara Khatam dan Sunat Datuk Ali putera Sultan Maulana Djalaluddin. Berdasar data bersangkutan, pengadaan Birau paling ramai dan akbar dalam waktu 40hari 40malam pada tahun 1946. Kala itu, Sultan Bulungan X yakni Sultan Maulana Djalaluddin diberi gelar “Letnan Kolonel Tituler” oleh Ratu Belanda Wlihelmina. Tetapi, semenjak meninggalnya Sultan Djalaluddin tertanggal 12 Desember 1958, sudah tak ada lagi yang mengkisahkan pengadaan Birau di Bulungan atau eks Kesultanan Bulungan seperti Tarakan,

Nunukan, Malinau dan Tana Tidung, yang saat ini dikembangkan sebagai Kota dan Kabupaten. Persepsi Masyarakat Terhadap Tradisi Birau di Kabupaten Bulungan

Persepsi masyarakat pada dasarnya merupakan sebuah proses berfikir dan pemberian pemaknaan terhadap sebuah objek maupun pristiwa – pristiwa yang dapat dilihat, dirasakan maupun diraba oleh panca indra, sehingga menghasilkan sebuah stimulus dalam berfikir untuk menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan yang diterima sesuai dengan persepsi masing – masing yang dirasakan.

Salah satunya yakni Persepsi masyarakat terhadap Tradisi Birau di Kabupaten Bulungan. Adanya kegiatan kebudayaan setiap tahunnya yang di selenggarakan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Bulungan ini menimbulkan beragam persepsi di masyarakat, yakni tiap orang memiliki persepsi atau pandangan yang tidak sama, dengan diadakanya pekan budaya yang di selenggarakan tiap tahun ini sebagai peringatan hari jadi Kota Tanjung Selor dan Kabupaten Bulungan.

Dalam persepsi masyarakat terdapat proses munculnya suatu persepsi, pendapat Walgito, 2010, persepsi bermula dari sebuah objek yang menumbuhkan rangsangan, lalu bersentuhan dengan alat indra atau reseptor. Maka dalam proses inilah yang membawa proses fisik untuk berfikir dan menstimulus alat indra untuk menerima informasi – informasi yang bisa diamati dan dirasa oleh alat indra manusia sehingga proses terjadinya persepsi bisa terlaksana dengan baik.

Dari hasil penelitian persepsi masyarkat terhadap tradisi Birau di Kabupaten Bulungan sangat berdampak baik bagi masyarakat, yang mana dalam proses terjadinya sebuah persepsi menggunakan proses trjadinya oersepsi berdasar Sobur, 2003 yakni 3 komponen proses persepsi meliputi seleksi, interpretasi serta Interpretasi dan persepsi, yang mana ketiga proses tersebut yang dibahas dalam penelitian ini dengan menghubungkan keadaanya di lapangan. Seleksi ialah suatu proses memfilter

(11)

oleh indra terhadap stimulus eksternal, intensitas dan jenis yang beragam atau sedikit. Pada tahapan seleksi informasi yang diterima melalui alat indra di proses dalam pemikiran yang akan menghasilkan beragam persepsi sesuai dengan apa yang diterima oleh alat indra manusia masing-masing.

1. Seleksi

Seleksi ialah suatu proses memfilter oleh indra terhadap stimulus eksternal, intensitas dan jenis yang beragam atau sedikit. Pada tahapan seleksi informasi yang diterima melalui alat indra di proses dalam pemikiran yang akan menghasilkan beragam persepsi sesuai dengan apa yang diterima oleh alat indra manusia masing-masing. Dalam persepsi masyarakat terhadap Tradisi Birau di Kabupaten Bulungan juga terdapat beragam persepsi masyarakat yang berbeda-beda sesuai dengan yang dirasakan masing-masing masyarakat terhadap pelaksanaan pekan budaya tahunan tersebut. Seleksi proses berfikir dan mengeluarkan pendapat, mempunyai padangan yang hampir sama dalam pelaksanaan Birau di Kabupaten Bulungan. Pada dasarnya sangat setuju untuk dilaksanakanya Tradisi Birau di Kabupaten Bulungan karna mempunyai manfaat yang cukup baik bagi masyarakat dan juga menjaga serta melestarikan kebudayaan yang sudah ada semakin dikenal lagi dan tidak dilupakan oleh anak cucu masyarakat yang ada di kabupaten Bulungan. Dengan adanya tradisi Birau yang dipringati tiap tahunnya ini guna menjaga sisa-sisa kebudayaan kesultanan bulungan yang harus dilestarikan agar tidak luput dimakan oleh zaman.

2. Interpretasi

Interpretasi ialah proses pengaturan informasi sehingga bermakna bagi individu. Faktor yang mempengaruhi interpretasi yakni pengalaman terdahulu, sistem nilai yang diyakini, motivasi, karakter dan kecerdasaan. Selain itu, tergantung pada kemampuan individu dalam mengkategorisasi informasi yang ia terima, yakni tahap reduksi informasi yang kompleks ke yang simple. Berdasarkan penjelasan diatas dari tahap seleksi informasi

kemudian masuk kepada tahap kemampuan memberikan interpretasi dari sebuah objek yang dilihat maupun dirasakan oleh indra manusia itu sendri sehingga dalam penelitian persepsi masyarakat terhadap tradisi Birau di Kabupaten Bulungan ini menimbulkan interpretasi yang berbeda-beda pula sesuai dengan kemampuan mereka dalam menerima dan mengategorikan informasi tersebut.

Selanjutnya menggunakan Interpretasi yang merupakan proses pengorganisasian informasi sehingga bermakna bagi individu. Faktor yang mempengaruhi interpretasi yakni pengalaman terdahulu, sistem nilai yang diyakini, motivasi, karakter dan kecerdasaan. Selain itu, tergantung pada kemampuan individu dalam mengkategorisasi informasi yang ia terima, yakni tahap reduksi informasi yang kompleks ke yang simple. Interpretasi yang diberikan namum dengan pemahaman yang sama dalam mengeluarkan pendapat tentang Tradisi Birau yang ada di Kabupaten Bulungan, pada dasarnya dari kalangan Pemerintahan Daerah maupun masyarakat umum semua sangat mendukung dalam pelaksanaan Tradisi Birau di Kabupaten Bulungan ini guna melestarikan dan menjaga budaya yang telah di bangun oleh nenek moyang dan mempersatukan suku-suku yang ada di Kabupaten Bulungan ini serta dari segi ekonomi menambah pemasukan bagi pedagang saat ada perayaan tersebut.

3. Interpretasi dan Persepsi

Interperetasi dan Persepssi merupakan sebuah terjemahan perilaku selaku reaksinya. Maka proses persepsi ialah menyeleksi, menginterpretasi dan membulatkan berkaitan informasi diterima. Berdasarkan penjelasan tersebut untuk memberikan sebuah persepsi harus melalui tahap seleksi dan intrpretasi terlebih dahulu baru dapat memberikan pembularan informasi yang diterima dan memberikan persepsi masing-masing sesuai yang diterima oleh inda manusia. Sehingga dalam tahap ini akan ada persepsi yang beragam, baik dapat mengemukakan setuju atau tidak setuju pada suatu objek maupun

(12)

……….. Vol.15 No.9 April 2021 http://ejurnal.binawakya.or.id/index.php/MBI Open Journal Systems mampu mengategorikan dampak positif

maupun negative dari objek yang dilihat maupun dirasakan oleh indra manusia.

Interperetasi dan Persepsi yang merupakan sebuah terjemahan perilaku selaku reaksinya. Maka proses persepsi ialah menyeleksi, menginterpretasi dan membulatkan berkaitan informasi diterima. pada dasarnya Pemerintah Daerah sangat setuju dan senang jika dilaksanakanya Tradisi Birau di Kabupaten Bulungan karena memberikan dampak positif yang banyak kepada masyarakat dan melestarikan kearifan lokal yang ada di Kabupaten Bulungan.

Hanya saja dari kegiatan tersebut tentunya memerlukan biaya atau anggaran tidak sedikit yang harus dikeluarkan oleh Pemerintah Daerah khusunya Pemerintah Kabupaten Bulungan itu sendri, serta adanya pandangan lain yang mengatakan bahwa dengan adanya tradisi Birau maka akan terjadi pemborosan anggaran yang dikeluarkan oleh Pemerintah Daerah. Sejauh ini menurut penulis walaupun membutuhkan anggaran yang besar dan pemborosan dalam anggaran daerah, setidaknya kita dapat menjaga budaya yang sudah dilestarikan dari nenek moyang kita. Sehingga budaya dan tradisi-tradisi yang ada tidak hilang dimakan oleh waktu dan kemoderenan sebuah bangsa.

Berdasarkan hal tersebut dapat dilihat bahwa persepsi masyarakat terhadap Tradisi Birau di Kabupaten Bulungan mendapat sambutan baik dan sangat antusias diinginkan oleh masyarakat sebagai bahan hiburan dan menambah prekonomian dari masyarakat itu sendiri. Selain itu tradisi Birau tersebut juga menampilkan adat-adat yang ada seperti berlayarnya perahu Biduk Bebandung yang merupakan salah satu ritual penyambutan saat tradisi Birau tersebut. Walaupun terkesan banyak mengeluarkan biaya, akan tetapi biaya tersebut juga dinikmati oleh masyarakat itu sendri, selain itu adanya perayaan Tradisi Birau ini dapat menaikan pariwisata di Kabupaten Bulungan dengan banyaknya orang yang dating

untuk menyaksikan perta rakyat tersebut, serta dapat menyatukan suku-suku yang ada di Kabupaten Bulungan.

Sesuai dengan pengertianya Birau merupakan sebuah pesta besar tradisi adat yang awalnya digelar oleh para Sultan Bulungan terdahulu secara turun temurun sebagai rasa syukur terhadap apa yang diberikan oleh yang maha kuasa. Akan tetapi sekarang Birau jadi rutinitas Pemda Bulungan di selenggarakan tiap tanggal 12 Oktober bersama dengan peringatan HUT Kota Tanjung Sinaar dan Kabupaten Bulunga.

Berdasarkan penjelasan tersebut sudah jelas bahwa persepsi masyarakat terhadap Tradisi Birau mendapatkan tanggapan yang positif untuk tetap dilaksanakan tiap tahunnya karena melihat dari faktor positifnya sangat banyak, selain untuk menjaga dan melestarikan budaya, masyarakat dari segi sosial mampu beradaptasi dan mendapatkan ilmu baru dari adanya perayaan tersebut, serta dari segi ekonomi sangat membantu masyarakat yang berdagang guna mendapatkan penghasilan lebih dan membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat yang ikut melaksanakan dan mendukung tradisi Birau tersebut.

Implikasi Birau Dalam Kehidupan Masyarakat Kabupaten Bulungan

Secara teori implikasi mempunyai beberapa pengertian menurut para ahli, menurut KBBI implikasi adalah keterlibatan atau suasana terlibat. Kemudian pendapat dari Islami, implikasi ialah semua hal yang sudah didapatkan dikarenakan sebuah proses merumuskan kebijakan. Makna lainnya dari implikasi yakni dampak serta konsekuensi yang muncul dikarenakan implementasi kebijakan ataupun aktivitasnya tersebut. Adapun pendapat dari Silalahi, implikasi merupakan efek yang timbul dari penggunaan sebuah program ataupun kebijakan yang sifatnya baik dan tidak pada berbagai pihak yang jadi target implementasi program ataupun kebijakannya.

Dari pengertian tersebut dapat diketahui jika implikasi merupakan sebuah dampak yang

(13)

muncul dari sebuah program ataupun kebijakan yang ada, sehingga implikasi tersebut dapat bersifat baik atau pun buruk bagi masyarakat atau pihak-pihak yang terdampak dalam sebuat program tersebut. Dari hasil penelitian tersebut kemudian dihubungkan dengan teori bahwa sebuah implikasi merupakan dampak laangsung yang dirasakan oleh masyarakat, dalam hal ini implikasi terhadap kehidupan masyarakat dari tradisi Birau tersebut yakni masyarakat dapat merasakan rasa cinta terhadap daerahnya, adanya pemaksimalan potensi diri yang semakin tinggi yang mampu dikembangkan dari pelaksanaan Birau tersebut. Secara tidak langsung berdampak positif bagi kehidupan masyarakat Kabupaten Bulungan dengan adanya tradisi Birau tersebut, adanya hiburan masyarakat yang dirasakan serta dapat memberikan pemahaman kepada anak-anak muda betapa pentingnya melestarikan sebuah kebudayaan yang ada. Serta rasa memiliki yang semakin meningkat dirasakan oleh masyarakat untuk melestarikan dan merawat peninggalan sejarah seperti tradisi adat dan kesultanan Bulungan itu sendri. Terdapat beragam persepsi masyarakat serta implikasinya yang dirasakan secara langsung bagi kehidupan sehari-hari. Pada dasarnya kegiatan Birau sangat berdampak baik bagi kehidupan masyarakat di Kabupaten Bulungan karena dapat menghasilkan pengetahuan, perbaikan dalam segi sosial dan menghasilkan pendapatan dari segi prekonomian.

Menurut penulis implikasi yang dirasakan oleh masyarakat lebih banyak berdampak baik dan positif dari pada buruk dan negatifnya. Oleh karena itu pelaksanaan Tradisi Birau di Kabupaten Bulungan harus didukung oleh semua kalangan, baik dukungan langsung dari Pemerintah Daerah sebagai pelaksana kegiatan, maupun dukungan dari masyarakat yang ikut serta dan berdampak langsung dalam pelaksanaan kegiatan tersebut.

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tradisi Birau Masih Dipertahankan

Terdapat faktor yang mempengaruhi sehingga sampai saat ini Tradisi Birau masih

dipertahankan untuk dilaksanakan di Kabupaten Bulungan Provinsi Kaliamantan Utara. Terkait hal ini terdapat faktor internal dan faktor ekternal yang dapat memperngaruhi Tradisi Birau masih dipertahankan, yakni : 1. Faktor Internal

Merupakan faktor yang bersumber dari dalam diri individu untuk memmbentuk dan mencari sebuah hal yang bisa mempunyai nilai kemanfaatan bagi publik. Disini faktor internal yang berpengaruh terhadap persepsi seseorang yakni umur, pendidikan dan pekerjaan yang akan dibahas satu persatu dalam penelitian ini. a. Usia

Usia adalah umur individu yang dihitung mulai saat dilahirkan sampai ulang tahunnya. Semakin cukup umur, kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja. Semakin tua umur seseorang semakin konstruktif dalam menggunakan pengetahuan yang diproleh (Nursalam,2003 dalam M. Chabib,2017). Dalam penelitian ini penulis juga mengambil data dengan teknik wawancara ke beberapa orang dengan beragam usia, sehingga dihasilkanya sebuah persepsi yang berbeda-beda sesuai dengan usia dan pemahaman mereka tentang Birau itu sendiri. Berikut table usia responden :

(14)

……….. Vol.15 No.9 April 2021 http://ejurnal.binawakya.or.id/index.php/MBI Open Journal Systems Dari data diatas terdapat 93 orang

responden yang sudah diwawancarai menggunakan teknik wawancara secara acak di sekitar Kecamatan yang ada di Kabupaten Bulungan. Dari 94 orang tersebut usia paling kecil 16 tahun dengan status pelajar dan yang paling tua usia 70 tahun dengan setatus pensiunan dan sebagai tokoh masyarakat.

Berdasarkan data tersebut dapat dilihat beragam usia yang menjadi responden yakni usia 24 tahun terdiri dari 4 responden, berusia 55 tahun 4 responden, berusia 70 tahun 2 responden, , berusia 53 tahun 4 responden, berusia 49 tahun 2 reponden, berusia 25 tahun 8 responden, berusia 43 tahun 3 responden, berusia 22 tahun 5 responden, berusia 31 tahun 1 responden, berusia 30 tahun 3 responden, berusia 26 tahun 3 responden, berusia 18 tahun 3 responden, berusia 39 tahun 1 responden, berusia 27 tahun 4 responden, berusia 68 tahun 2 responden, berusia 36 tahun 2 responden, berusia 52 tahun 3 responden, berusia 21 tahun 6 responden, berusia 45 tahun 3 responden, berusia 44 tahun 2 responden, berusia 28 tahun 2 responden, kemudian berusia 47 tahun terdiri dari 1 responden, selanjutnya berusia 29 tahun 2 responden, berusia 15, 16, 17 tahun masing-masing terdiri dari 1 orang, usia 41 dan 32 tahun masing-masing 1 responden, usia 35 dan 65 tahun masing-masing 3 orang, kemudian usia 42, 54, 29, 34, 25 tahun masing-masing terdiri dari 1 responden, selanjutnya berusia 19 tahun 2 responden, berusia 57 dan 61 tahun masing-masing 1 orang, usia 20 tahun terdiri dari 6 orang, dan terakhir usia 40 tahun dan 23 tahun masing-masing terdiri dari 2 responden.

Mengacu dari datanya bisa diberikan kesimpulan jika sesuai teori yang digunakan bahwa usia sangat berpengaruh terhadap kemampuan seseorang dalam memberikan sebuah persepsi terhadap objek yang dilihat maupun dirasakan oleh indara setiap individu. b. Pendidikan

Notoatmojo, 2007 dalam M. Chabib, 2017. Mejelaskan jika individu yang mempunyai jenjang pendidikannya tinggi akan

memberik tanggapan yang bisa lebih diterima di bandingkan seseorang berpendidikan rendah atau tidak perpendidikan sama sekali. Dari penjelasan tersebut dapat diketahui bahwa jenjang pendidikan individu pun mempengaruhi setiap individu dalam memberi sebuah persepsi pada objek yang dilihat maupun dirasakannya.

Berdasarkan kesimpulan tersebut dalam penelitiain ini penulis juga mengambil data dari responden yang beragam timkat pendidikannya, dari sekolah dasar dampai strata 2 yang mempunyai persepsi yang berbeda tetapi dengan maksud yang sama terhadap Tradisi Birau yang ada di Kabupaten Bulungan Provinsi Kalimantan Utara.

Dari tebal tersebut dapat dilihat samplenya sejumlah 93 orang respondeh yang meliputi Pemerintah Daerah, Tokoh Adat, Tokoh Masyarakat dan juga Masyarakat Umum yang berdampak langsung dalam kegiatan pesta rakyat yang di sebut dengan Birau tersebut. Dari 93 orang tersebut terbagi menjadi 6 kategori pendidikan terakhir setiap respondenya, mulai dari sekolah dasar sampai strata 2, yang mana pada tingkat SD terdiri dari 6 orang, kemudian tinkat SMP terdiri dari 7 orang, yang selanjutnya paling banyak dari tingkat SLTA.SMA/SMK/MAN yang terdiri dari 38 orang, tingkat D3 terdiri dari 5 orang dan selanjutnya S1 terdiri dari 32 orang, kemudian ada S2 yang terdiri dari 5 orang. Berdasarkan penjelasan dan data tersebut dapat diketahui dan relevan dengan teori yang digunakan jika taraf pendidikannya memberikan pengaruh dalam melontarkan

(15)

sebuah pendapat serta persepsi terhadap tradisi Birau di Kabupaten Bulungan.

Dikarnakan makin tinggi taraf pendidikannya maka makin baik juga dalam memproses sebuah informasi dalam pemikiran melalui indra.

c. Pekerjaan

Merupakan sesuatu yang dikerjakan untuk menafkahi keluarga. Seseorang yang disibukan dengan pekerjaan cuma mempunyai waktu yang sedikit untuk mendapatkan informasi. Melalui pekerjaan manusia bisa bertindak sesuatu yang bermakna dan berguna, mendapatkan kompetensi yang baik mengenai sesuatu yang bermakna, berguna, mendapatkan pengetahuan akan sesuatu dengan begitu lebih memahami dan nantinya akan mempersepsikannya dengan baik (Notoatmodjo, 2003 dalam M. Chabib, 2017).

Dari tabel tersebut dalap dilihat bahwa terdapat 13 jenis pekerjaan responden dengan total 93 orang yang memeberikan sebuah persepsi terhadap Tradisi Birau di Kabupaten Bulungan yang mempunyai pendapat yang berbeda-beda dengan maksud yang sama sesuai dengan keahlian dan pengalaman masing-masing dari segi pekerjaanya. Berdasarkan data diatas terdapat 13 orang dari mahasiswa, kemudian jenis pekerjaan buruh terdiri dari 1 orang, 2 orang dari petani, IRT terdapat 7 orang, kemudian jenis pekerjaan wiraswasta terdiri dari 26 orang, seniman ada 1 orang, PNS terdiri dari 15 orang, honorer terdiri dari 4 orang, serta jenis pekerjaan swasta ada 11

orang, guru terdapat 5 orang, pelajar ada 2 orang, TNI/Polisi terdapat 2 orang dan adapula pensiunan yang terdiri dari 1 orang.

Dari penjelasan diatas dapat diketahui bahwa jenis pekerjaan seseorang juga berpengaruh dalam memperikan sebuah persepsi secara positif maupun negative sesuai dengan informasi yang diterima di oleh indra atau informasi yang diterima di tempat kerja. Bahkan Pemerintah yang menjadi pelaksana sebuah kegiatan tersebut tentunya mempunyai persepsi yang positif terhadap kegiatan Birau tersebut.

Berdasarkan hasil penelitian dalam melihat berbagai faktor yang memberikan pengaruh terhadap persepsi masyarakat akan tradisi Birau masih di pertahankan sampai sekarang dapat dilihat dengan dua faktor, yakni faktor instrinsik yang terdiri dari umur, pendidikan dan pekerjaan serta faktor internal yang terdiri dari informasi dan pengalaman. Jika dilihat dari hasil penelitiannya sudah sesuai dengan teori yang digunakan dalam faktor intrinsik dan ekstrinsik mempunyai jawaban yang sama dengan tujuan dilaksanakannya Birau di Kabupaten Bulungan. Berikut ini faktor yang berpengaruh pada Tradisi Birau masih dilestarikan sampai sekarang sesuai dengan tujuan dilaksanakannya Birau, yakni; 1. Upaya untuk melestarikan dan menggali potensi adat dan seni budaya asli Kabupaten Bulungan.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilihat dari faktor internal dan eksternal dan sesuai dengan tujuan dilaksanakanya Birau dan sejalan dengan hasil wawancara di hasil penelitian kepada masyarakat, tokoh adat serta Pemerintah Daerah sangat yang mendukung adanya kegiatan Birau tersebut dikarnakan dengan adanya kegiatan tersebut dapat melestarikan serta dapat menggali potensi-potensi adat dan seni budaya asli yang sudah dijaga dan dipertahankan dari dulu.

Kabupaten Bulungan mempunyai potensi adat dan seni budaya yang banyak dan mempunyai ciri khas tersendiri, oleh karena itu dengan adaya Birau masyarakat lokal maupun

(16)

……….. Vol.15 No.9 April 2021 http://ejurnal.binawakya.or.id/index.php/MBI Open Journal Systems luas yang belum mengetahui tentang potensi

adat dan seni budaya dapat mengetahui tarian-tarian, ritual-ritual yang ada saat pelaksanaan Tradisi Birau di Kabupaten Bulungan. Dengan adanya Birau tarian, ritual dan acara lain akan ditampilkan bergantian selama perayaan berlangsung, walaupun dilaksanakan secara sederhana akan tetapi tidak mengurangi dari seni budaya yang telah dipertahankan secara turun-temurun.

2. Memberikan hiburan kepada masyarakat dan penyampaian informasi hasil pembangunan daerah.

Sejalan dengan hasil wawancara dengan masyarakat, tokoh adat dan Pemerintah Daerah. Selain upaya untuk melestarikan dan menggali potensi adat dan seni budaya di Kabupaten Bulungan, berdasarkan hasil penelitian dari faktor internal dan eksternal bahwa sesuai dengan tujuan yang kedua yakni dapat memberikan hiburan kepada masyarakat dan menyampaikan informasi hasil pembangunan daerah, hal tersebut dapat dilihat dari tetap diselenggarakannya kegiatan Birau dengan mengadapak pameran atau ekspo-ekspo terkait pembangunan daerah serta memberikan hiburan kepada masyarakat dengan mengundang artis lokal maupun ibu kota serta tari-tarian adat asli Kabupaten Bulungan.

Selain itu memberikan peluang usaha bagi masyarakat yang ingin berjualan dengan disediakannya stand-stand untuk berjualan setiap perayaan Birau dilaksanakan. Dengan begitu Birau di Kabupaten Bulungan ini sangat besar dampaknya terhadap masyarakat dan pemerintah daerah, oleh sebab itu mengapa sampai sekarang masih dipertahankan.

3. Sebagai media promosi pariwisata daerah dan upaya menarik wisatawan.

Selain usaha untuk merawat dan mengekplorasi pontensi adat dan seni budaya serta menghibur masyarakat serta sebagai sarana informasi hasilnya pembangunan yang sudah dilakukan, sejalan dengan hasil wawancara di hasil penelitian oleh masyarakat, tokok adat dan pemerintah daerah, jika melihat

hasil dari faktor internal dan faktor eksternal maka sesuai dengan tujuan ketiga mengapa sampai sekarang Tradisi Birau masih dipertahankan yakni salah satunya sebagai media promosi pariwisara daerah dan upaya menarikn wisatawan.

Hal ini dapat dilihat dari iklan layanan promosi daerah tentang pelaksanaan Birau dan kegiatan-kegiatan saat Birau, hal tersebut dilakukan agar dapat menarik wisataawan lokal maupun mancanegara, dengan begitu dapat menambah pemasukan daerah apabila banyak wisatawan yang ingin menyaksikan Tradisi Birau, salah satunya yang paling ditunggu yakni berlayarnya perahi Biduk Bebandung yang secara adat dilaksanakannya di sungai kayan Kabupaten Bulungan.

PENUTUP Kesimpulan

Berdasar pada hasil penelitian dan pembahasan yang dijelaskan dibagian sebelumnya, maka peneliti bisa memberikan simpulan antara lain;

1. Persepsi masyarakat terhadap tradisi Birau di Kabupaten Bulungan Provinsi Kalimantan Utara melihat pada proses terjadinya sebuah persepsi berdasarkan tiga komponen yakni seleksi, interpretasi, interpretasi dan persepsi yang menghasilkan sebuah persepsi bahwa tradisi Birau yang diselenggarakan di Kabupaten Bulungan tersebut sangat setuju untuk tetap dilaksanakan setiap tahunnya dan mendapatkan tanggapan positif dari masyarakat, baik itu Pemerintah Daerah, Tokoh Adat, Tokoh Masyarakat dan masyarakat umum itu sendri walaupun setiap tahunnya hanya diselenggarakan secara sederhana karena mengingat anggaran daerah yang minim untuk pelaksanaan Birau tersebut. Akan tetapi hal tersebut tidak menyurutkan antusias masyarakat bulungan dalam melaksanakan tradisi Birau yang diselenggarakan setiap tahunya di Kabupaten Bulungan.

(17)

2. Implikasi Birau dalam kehidupan masyarakat di Kabupaten Bulungan mempunyai dampak positif dan berdampak langsung kepada masyarakat karena selain menambah hiburan kepada masyarakat juga dapat menambah prekonomian masyarakat dengan berjualan saat Birau diselenggarakan serta implikasinya sebagai bahan pelajaran bagi anak-anak muda untuk dapat menjaga serta menjaga kebudayaan dan adat istiadat yang sudah ada.

3. Faktor yang mempengaruhi tradisi Birau masih dipertahankan dengan melihat dari faktor internal dan faktor eksternal sebuah persepsi serta mengacu pada tujuan dilaksanakannya Birau yakni, adanya upaya Pemerintah Daerah, Tokoh Adat, Tokoh Masyarakat serta masyarakat umum untuk menjaga serta mengekplorasi potensi adat dan seni budaya asli yang ada di Kabupaten Bulungan dengan selalu menampilkan tari-tarian adat dan seni budaya di peyaraan tradisi Birau, kemudian memberikan hiburan kepada masyarakat yang diselenggarakan setiap tahunya serta menyampaikan informasi hasil pembangunan daerah dan menjadi sarana pemasaran destinasi wissata daerah dan mendatangkan wisatawan lokal maupun luar untuk berkunjung di Kabupaten Bulungan Provinsi Kalimantan Utara.

Saran

Untuk mengembalikan kegunaan trotoar ataupun sarana yang relevan dengan ketentuan yang sudah disuse, maka harus dilakukan berbagai perbaikan yang dilaksanakan oleh Pemda, yaitu;

a. Pemerintah wajib mempunyai sikap yang tegas dalam menjunjung tinggi aturan yang ada tata cara pengelolaan PKL yang menjual barang dagangannya di pasar sore dengan menerapkan pemberian sanksi pidana baik berupa denda ataupun kurungan penjara jika terdapat pedagang yang tidak mau dipindahkan kelokasi yang sudah disiapkan untuk berjualan.

b. Apabila kebijakannya tidak bisa dilaksanakan bahkan sama sekali tidak

dipatuhi, alangkah baiknya peraturan tersebut diganti ataupun diperbaiki oleh Pemda relevan dengan realita dilapangan, supaya peraturannya tersebut bukan cuma tulisan belaka.

c. Pemerintah perlu mempertimbangkan wilayah-wilayah yang jadi hak pejalan kaki dan depan rumah masyarakat yang tertupi penjual supaya bisa dikembalikan sebagaimana mestinya.

Ucapan Terimakasih

Peneliti mengucapkan terima kasih kepada Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM), Ditjen Penguatan Riset dan Pengembangan, Kemenristekdikti atas dukungan yang diberikan kepada peneliti berupa bantuan dana penelitian dengan skema Penelitian Dosen Pemula tahun 2020 yang menunjang berlangsungnya penelitian ini dengan baik.

DAFTAR PUSTAKA

[1] Badan Pusat Statistik, Kabupaten Bulungan. 2020. Kabupaten Bulungan Dalam Angka. Tanjung Selor: BPS Kabupaten Bulungan.

[2] Bulungan, Kabupaten. 2020. “SIMTARU Prov. Kaltara.” Sistem Informasi Tata Ruang Prov. Kaltara: 1.

[3] Bulungan, Pemerintah Kabupaten. 2014. “552-Kilas-Balik-Birau.”

https://bulungan.go.id/v5/index.php/konta k-kami/552-kilas-balik-birau.

[4] Bungin, Burhan. 2008. Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT. Raja Grafindo Perkasa.

[5] Chabib, Muhamad. 2017. “Persepsi Perempuan Tentang Penyakit Jantung Koroner Di Puskesmas Jenangan, Kecamatan Jenangan Kabupaten Ponorogo.” Repository Muhammadiyah University of Ponorogo.

[6] Huda, Alfan Khoirul. 2017. “Persepsi Direktur Dan Tenaga Medis Terhadap Layanan Bimbingan Rohani Islam Dan Relevansinya Dalam Meningkatkan Kualitas Layanan Di RSUD Ambarawa.” walisongo.

(18)

……….. Vol.15 No.9 April 2021 http://ejurnal.binawakya.or.id/index.php/MBI Open Journal Systems [7] Idrus, Muhammad. 2009. Metode

Penelitian Ilmu Sosial - Pendekatan Kualitatif Dan Kuantitatif. Yogyakarta: Edisi Kedua, Erlangga.

[8] Indriani, irma. 2016. “Persepsi Masyarakat Terhadap Eksistensi Bissu Di Bontomateni Kelurahan Bontomatene Kecamatan Segeri Kabupaten Pangkep.” Tomalebbi Vol III: 143–56.

[9] Listyana, Rohmaul, and Yudi Hartono. 2015. “Persepsi Dan Sikap Masyarakat Terhadap Penanggalan Jawa Dalam Penentuan Waktu Pernikahan (Studi Kasus Desa Jonggrang Kecamatan Barat Kabupaten Magetan Tahun 2013).” AGASTYA Vol. 05: 118–36.

[10] Miles, Mathew B, Michael Huberman, and Johnny Saldana. 2014. Qualitative Data Analysis-Third Edition. London: Sage Publication Ltd.

[11] pendidikan, guru. 2020. “Implikasi.” https://www.gurupendidikan.co.id/pengert ian-implikasi/.

[12] Wulandari, Wilda. 2016. “Persepsi Masyarakat Terhadap Tradisi Massorong Di Desa Maroneng Kecamatan Duampanua Kabupaten Pinrang.” Tomalebbilebi 93–106.

Referensi

Dokumen terkait

Menganalisa perhitungan struktur bangunan atas yang meliputi perhitungan tulangan transversal untuk plat lantai pada box girder, tendon prestressed untuk box

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dikemukakan rumusan masalah dalam penelitian ini adalah 1). Bagaimana profesionalisme auditor Laki- laki dalam menjalankan pekerjaannya?

digital yang telah dirubah keasalnya menjadi sinyal analog , perekaman suara digital dengan cara pengkodean angka biner hasil dari. perubahan sinyal

[r]

34,1 persen variabel independen lain yang berpengaruh terhadap job stress namun tidak dijelaskan pada penelitian ini. Kata Kunci : Job Stress, Tekanan Anggaran Waktu, Tingkat

PENDAHULUAN BIOAKTIVITAS SENYAWA KOMPLEKS CISPLATIN Efek samping SENYAWA KOMPLEKS BARU KOMPLEKS LOGAM NON- PLATINUM LIGAN ORGANIK LOGAM TRANSISI ESENSIAL Toksisitas ↑... LOGAM

Pada masalah ini diasumsikan bahwa PUNA sudah terbang dan posisi awal yang digunakan adalah koordinat tangent exit dan posisi akhirnya adalah tangent entry sehingga untuk

[r]