• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Gaya Kepemimpinan Terhadap Disiplin Kerja Pegawai Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Bogor

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Gaya Kepemimpinan Terhadap Disiplin Kerja Pegawai Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Bogor"

Copied!
43
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN TERHADAP DISIPLIN

KERJA PEGAWAI DINAS KEBERSIHAN DAN

PERTAMANAN KOTA BOGOR

CITRA ROSA A GURNING

DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengaruh Gaya Kepemimpinan Terhadap Disiplin Kerja Pegawai Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Bogor adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Mei 2013

(4)
(5)

PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN TERHADAP DISIPLIN

KERJA PEGAWAI DINAS KEBERSIHAN DAN

PERTAMANAN KOTA BOGOR

CITRA ROSA A GURNING

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada

Departemen Manajemen

DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2013

(6)
(7)

ABSTRAK

CITRA ROSA A GURNING. Pengaruh Gaya Kepemimpinan Terhadap Disiplin Kerja Pegawai Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Bogor. Dibimbing oleh SITI RAHMAWATI.

Pegawai Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Bogor harus bersedia menaati semua peraturan dan norma-norma yang berlaku agar tetap bisa mencapai sasaran organisasi. Agar pegawai menaati peraturan dan norma-norma yang berlaku dibutuhkan penerapan gaya kepemimpinan yang tepat bagi Kepala Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Bogor. Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi gaya kepemimpinan Kepala Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Bogor, mengidentifikasi disiplin kerja pegawai Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Bogor, menganalisis pengaruh gaya kepemimpinan terhadap disiplin kerja pegawai Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Bogor. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Kepala Dinas menerapkan gaya kepemimpinan kharismatik. Pegawai melaksanakan disiplin kerja yang ditetapkan. Gaya kepemimpinan otokratik, kharismatik, laissez faire berpengaruh positif terhadap disiplin kerja sedangkan gaya kepemimpinan paternalistik dan demokratik berpengaruh negatif terhadap disiplin kerja.

Kata Kunci: Gaya Kepemimpinan, Disiplin Kerja, Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Bogor.

ABSTRACT

CITRA ROSA A GURNING. The Influence of Leadership Style on Employee Discipline Ministry of Cleanness And Landscape Gardening of Bogor. Supervised by SITI RAHMAWATI.

Servant of Ministry of Cleanness And Landscape Gardening of Bogor must be will to obey all regulation and norms that can still achieve organizational goals. In order for employee to obey the regulation and norms required the application of appropriate leadership style to the Head Ministry of Cleanness And Landscape Gardening of Bogor. The purpose of this study is identify the leadership style of the Head Ministry Cleanness And Landscape Gardening of Bogor, identify employee discipline Ministry Cleanness And Landscape Gardening of Bogor, analyze the influence of leadership style on employee discipline Ministry Cleanness And Landscape Gardening of Bogor. Result research shows that the Head of charismatic leadership style. Employee carry out work discipline established. Autocratic style of leadership, charismatic, laissez faire positive effect to the work discipline while paternalistic and democratic leadership style are negative effect to the work discipline.

(8)
(9)

RINGKASAN

CITRA ROSA A GURNING. Pengaruh Gaya Kepemimpinan Terhadap Disiplin Kerja Pegawai Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Bogor. Dibimbing oleh SITI RAHMAWATI

Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Bogor adalah organisasi yang bergerak dalam bidang pelayanan kebersihan dan pertamanan di Kota Bogor. Pegawai Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Bogor harus bersedia menaati semua peraturan dan norma-norma yang berlaku agar bisa mencapai sasaran organisasi. Agar pegawai menaati peraturan dan norma-norma yang berlaku dibutuhkan penerapan gaya kepemimpinan yang tepat bagi Kepala Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Bogor.

Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi gaya kepemimpinan Kepala Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Bogor, mengidentifikasi disiplin kerja pegawai dan menganalisis pengaruh gaya kepemimpinan terhadap disiplin kerja pegawai Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Bogor.

Data yang digunakan pada penelitian ini terdiri dari dua jenis data yaitu data primer dan data sekunder. Data primer berasal dari pegawai Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Bogor. Data sekunder berupa teori-teori mengenai gaya kepemimpinan dan disiplin kerja yang diperoleh dari literatur-literatur seperti buku dan internet.

Penelitian ini dilakukan di Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Bogor Jalan Paledang Kota Bogor pada bulan Januari-Februari 2013. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan metode cluster random sampling. Penentuan jumlah sampel dilakukan dengan berlandaskan pada pendapat Slovin. Pada penelitian ini jumlah sampel yang diambil sebesar 82 sampel. Pengolahan data menggunakan SPSS (Statistical Product and Service Solution) 17.0 for windows pada taraf alpha 5%. Analisis data menggunakan analisis deskriptif dan analisis regresi linear berganda.

(10)
(11)

Judul Skripsi : Pengaruh Gaya Kepemimpinan Terhadap Disiplin Kerja Pegawai Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Bogor

Nama : Citra Rosa A Gurning NIM : H24090054

Disetujui oleh

Dra. Hj. Siti Rahmawati, M.Pd. Pembimbing

Mengetahui, Ketua Departemen

Dr. Ir. Jono M. Munandar, M.Sc. Ketua Departemen

(12)
(13)

PRAKATA

Puji dan syukur dipanjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan pada bulan Januari-Maret 2013 ini ialah gaya kepemimpinan dan disiplin kerja, dengan judul Pengaruh Gaya Kepemimpinan Terhadap Disiplin Kerja Pegawai Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Bogor.

Terima kasih kepada Ibu Dra. Hj. Siti Rahmawati, M.Pd. selaku pembimbing, serta Bapak Prof. Dr. Ir. W.H Limbong, MS dan Bapak Dr. Ir. Muhammad Syamsun, M.Sc yang telah banyak memberi saran. Terima kasih kepada kedua orangtua saya Bapak M. Gurning serta Ibu E.Tarigan atas motivasi dan kasih sayangnya. Terima kasih kepada kakak dan adik saya tercinta Christian Gurning dan Alex Gommer Gurning atas dukungannya. Terima kasih kepada Bulang dan Iting saya atas doa dan motivasinya. Terima kasih kepada seluruh pegawai Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Bogor. Terima kasih juga kepada teman-teman saya Sintong Arion Hutapea, Hanna, Nella, Kristen, Melisa Debby, Annsye, Bella, Wiwik, Santi, Stefan, teman-teman satu bimbingan skripsi Jise, Cipuy, Juwita, Nada dan Anis, serta teman-teman Manajemen 46 Winda, Abet, Lita, Putri Mei Limbong dan teman-teman yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

(14)
(15)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 2

Tujuan Penelitian 3

Manfaat Penelitian 3

Ruang Lingkup Penelitian 3

METODOLOGI PENELITIAN 4

Kerangka Pemikiran 4

Lokasi dan Waktu Penelitian 4

Jenis dan Sumber Data 5

Metode Pengumpulan Data 6

Pengolahan dan Analisis Data 7

HASIL DAN PEMBAHASAN 9

Gambaran Umum Perusahaan 9

Karakteristik Pegawai 9

Persepsi Pegawai Terhadap Gaya Kepemimpinan Kepala Dinas 12

Persepsi Pegawai Terhadap Disiplin Kerja Pegawai 16

Pengaruh Gaya Kepemimpinan Terhadap Disiplin Kerja Pegawai 17

Implikasi Manajerial 22

KESIMPULAN DAN SARAN 23

Kesimpulan 23

Saran 23

(16)
(17)

DAFTAR TABEL

1 Jumlah dan Proporsi Sampel Penelitian Dinas Kebersihan dan

Pertamanan Kota Bogor 6

2 Tingkat Reliabilitas Metode Alpha Crobanch 7

3 Skala Likert Pada Penelitian 7

4 Penilaian Pegawai Mengenai Gaya Kepemimpinan Otokratik 13

5 Penilaian Pegawai Mengenai Gaya Kepemimpinan Paternalistik 14

6 Penilaian Pegawai Mengenai Gaya Kepemimpinan Kharismatik 14

7 Penilaian Pegawai Mengenai Gaya Kepemimpinan Laissez Faire 15

8 Penilaian Pegawai Mengenai Gaya Kepemimpinan Demokratik 15

9 Penilaian Pegawai Mengenai Disiplin Kerja Kehadiran 16

10 Penilaian Pegawai Mengenai Disiplin Kerja Ketepatan Waktu Bekerja 17

11 Penilaian Pegawai Mengenai Disiplin Kerja Ketaatan Terhadap Peraturan 17 12 Hasil Uji Multikolinearitas 18

13 Hasil Analisis Uji t 19

DAFTAR GAMBAR

1 Kerangka Pemikiran 5 2 Jumlah Pegawai Berdasarkan Jenis Kelamin 10 3 Jumlah Pegawai Berdasarkan Usia 11 4 Jumlah Pegawai Berdasarkan Tingkat Pendidikan 11 5 Jumlah Pegawai Berdasarkan Posisi Pekerjaan 11 6 Jumlah Pegawai Berdasarkan Masa Pekerjaan 11

7 Jumlah Pegawai Berdasarkan Status Pernikahan 12

8 Plot Peluang Normal 18

9 Histogram Peluang Normal 18

(18)
(19)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kualitas lingkungan yang baik merupakan salah satu modal dasar yang penting bagi terlaksananya proses pembangunan lahan, kota, bisnis, masyarakat, dan sebagainya yang berprinsip memenuhi kebutuhan sekarang tanpa mengorbankan pemenuhan kebutuhan generasi masa depan. Kualitas lingkungan berpengaruh terhadap kesehatan penduduk lokal, penduduk yang bekerja serta serta penduduk yang berkunjung ke daerah tersebut. Pada saat ini banyak aktivitas manusia yang memiliki dampak buruk terhadap kualitas lingkungan karena pengolahan sampah dan limbah yang kurang baik, kepedulian masyarakat yang rendah terhadap kebersihan lingkungan serta peningkatan jumlah pengguna kendaraan pribadi dan kendaraan umum yang menyebabkan menurunnya kualitas lingkungan. Berdasarkan data terakhir dari Kementerian Lingkungan Hidup Indonesia, pada 2012 sudah 300 kasus kerusakan lingkungan hidup seperti kebakaran hutan, pencemaran lingkungan dan sebagainya. Kerusakan lingkungan pada tahun 2009 sebesar 59,79 persen, tahun 2010 sebesar 61,7 persen, dan tahun 2011 sebesar 60,84 persen (National Geographic, Oktober 2012). Keadaan ini harus menjadi perhatian semua pihak, terutama di era otonomi daerah. Berdasarkan kondisi tersebut, kota Bogor turut aktif meningkatkan kualitas lingkungan yang baik melalui masyarakat yang ada dan dipimpin oleh seorang pimpinan.

Kepemimpinan memegang peranan yang sangat penting dalam pencapaian keberhasilan sebuah organisasi dikarenakan mampu mempengaruhi kinerja organisasi tersebut. Organisasi membutuhkan kepemimpinan yang kuat untuk pencapaian efektivitas yang optimal, pada masa ini dimana dunia memiliki dinamika yang fluktuatif, dibutuhkan pemimpin yang mampu menantang kondisi

status-quo, menciptakan visi yang jauh ke depan, serta mampu menginspirasi para anggota organisasinya untuk mau mencapai visi tersebut, Robbins (2003).

Dinas Kebersihan dan Pertamanan merupakan perangkat daerah sebagai unsur pelaksana teknis di bidang kebersihan dan pertamanan, dipimpin oleh seorang kepala dinas yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Walikota melalui sekretaris daerah. Pembentukan Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Bogor ditetapkan dengan Peraturan Daerah Kota Bogor Nomor 3 Tahun 2010, tentang Organisasi Perangkat Daerah. Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Bogor terdiri dari: (1) bidang kebersihan, (2) bidang pembinaan dan pengembangan sampah, (3) bidang pertamanan, (4) bidang Penerangan Jalanan Umum (PJU) dan dekorasi kota, (5) UPTD pengolahan sampah, (6) UPTD pengolahan air limbah, dan (7) UPTD pemakaman. Adapun sasaran yang ingin dicapai oleh Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Bogor adalah sebagai berikut:

(20)

2

2. Pemeliharaan dan penataan terhadap seluruh taman di Kota Bogor, penimbaan luas taman sebesar 2.072 m2, dan penataan lokasi eks PKL sebanyak 17 titik. 3. Optimalisasi pengelolaan TPA Galuga, TPST Nambo dan Kayumanis,

penambahan rumah tangga bersanitasi 78,86% dan pembangunan serta penataan TPU sebanyak 3 lokasi.

4. Wilayah yang belum terlayani atau yang sulit dijangkau oleh armada pengangkutan sampah melalui peran serta masyarakat.

Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Bogor merupakan organisasi yang menyadari pentingnya penerapan gaya kepemimpinan yang tepat agar pegawai Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Bogor bersedia menaati semua peraturan dan norma-norma yang berlaku. Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Bogor membutuhkan pimpinan yang menerapkan gaya kepemimpinan yang tepat agar pegawai bersedia menaati semua peraturan dan norma-norma yang berlaku di Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Bogor untuk mencapai sasaran organisasi.

Sasaran organisasi dapat tercapai apabila pegawai memiliki disiplin kerja yang baik. Sistem disiplin kerja yang diterapkan di Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Bogor belum sepenuhnya optimal terutama dalam hal kehadiran. Sistem ini masih manual, yaitu sebelum masuk kantor pegawai diharuskan menandatangani daftar hadir yang akan ditarik segera setelah jam masuk kantor lewat. Sistem ini memiliki kelemahan, yaitu adanya pegawai yang datang terlambat menitip tanda tangan kehadiran kepada teman yang sudah datang lebih dulu atau pegawai datang pagi hari untuk memenuhi daftar hadir kemudian meninggalkan kantor dan kembali setelah menjelang kepulangan kantor. Secara administratif pegawai disiplin hadir ke kantor namun kenyataannya pegawai tersebut tidak masuk kerja. Fenomena-fenomena lain permasalahan yang dihadapi oleh Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Bogor yang berhubungan dengan disiplin kerja pegawai diantaranya masih ada pegawai yang tidak disiplin dalam waktu bekerja, masih ada pegawai yang tidak menandatangai absensi pegawai, masih ada pegawai yang terlambat memasuki jam kerja, masih ada pegawai yang tidak mengikuti apel pagi dan masih terjadi pemakaian waktu luang dalam bekerja yang berlebihan.

Ketidakoptimalan penerapan disiplin di Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Bogor dapat mengakibatkan kerugian bagi dinas ini. Guna mewujudkan sasaran organisasi Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Bogor, yang harus segera dibangun dan ditegakkan adalah kedisiplinan pegawainya.

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka dapat dilihat betapa pentingnya gaya kepemimpinan dan disiplin kerja bagi Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Bogor. Hal ini membuat penulis tertarik untuk melakukan penelitian gaya kepemimpinan dan disiplin kerja Pegawai Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Bogor.

Perumusan Masalah

(21)

3 dan norma-norma yang berlaku. Terdapat pegawai yang tidak menaati peraturan dan norma-norma yang berlaku di Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Bogor yang dimana hal ini mengakibatkan kerugian bagi Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Bogor. Agar pegawai menaati peraturan dan norma-norma yang berlaku dibutuhkan penerapan gaya kepemimpinan yang tepat bagi Kepala Dinas.

Berdasarkan perumusan masalah tersebut, maka dapat dirumuskan beberapa hal berikut yang menjadi masalah: (1) Bagaimana gaya kepemimpinan Kepala Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Bogor? (2) Bagaimana disiplin kerja Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Bogor? (3) Bagaimana pengaruh gaya kepemimpinan terhadap disiplin kerja pegawai Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Bogor?

Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang hendak dikaji maka tujuan yang ingin dicapai pada penelitian ini adalah: (1) Mengidentifikasi gaya kepemimpinan Kepala Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Bogor, (2) Mengidentifikasi disiplin kerja pegawai Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Bogor, (3) Menganalisis pengaruh gaya kepemimpinan terhadap disiplin kerja pegawai Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Bogor.

Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah: (1) Memberikan informasi dan gambaran bagi Kepala Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Bo-gor mengenai gaya kepemimpinan Kepala Dinas Kebersihan dan Pertamanan Ko-ta Bogor, (2) Memberikan informasi dan gambaran bagi Kepala Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Bogor mengenai disiplin kerja pegawai Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Bogor, (3) Bahan pertimbangan bagi Kepala Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Bogor dalam usaha peningkatan disiplin kerja.

Ruang Lingkup Penelitian

(22)

4

METODOLOGI PENELITIAN

Kerangka Pemikiran

Sejalan dengan upaya untuk mencapai sasaran organisasi, Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Bogor membangun visi, yaitu: Terwujudnya kota Bogor yang bersih dan indah dengan pelayanan prima. Mencapai visi tersebut dibutuhkan kesungguhan, kerja keras dan kerjasama Pemerintah Daerah, Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Bogor serta seluruh stakeholder melalui pelaksanaan misi Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Bogor, yaitu:

1. Meningkatkan pelayanan dalam bidang kebersihan, pertamanan dan dekorasi kota untuk mewujudkan kota Bogor yang bersih, indah dan nyaman.

2. Meningkatkan penataan, pemeliharaan dan penambahan ruang terbuka hijau

(RTH) menuju kota Bogor sebagai “Green City

3. Meningkatkan pengelolaan sarana dan prasarana Tempat Pembuangan Akhir (TPA), Tempat Pemprosesan dan Pengolahan Akhir Sampah (TPPAS), pengolahan air limbah dan pemakaman umum untuk mendukung sanitasi lingkungan sehat.

4. Meningkatkan peran serta masyarakat dalam menjada lingkungan sehat dengan konsep 3R (re-use, reduce, re-cycle).

Visi Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Bogor dapat diwujudkan secara optimal, apabila pegawai Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Bogor bersedia menaati semua peraturan dan norma-norma yang berlaku dalam melaksanakan misi Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Bogor. Disiplin kerja yang tinggi dalam melaksanakan misi Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Bogor akan tercapai, apabila pegawai didukung oleh pemimpin dengan kepemimpinan yang tepat, dimana kepemimpinan harus mampu melihat, mengamati, memahami keadaan tempat kerjanya, dan situasi penugasannya, sehingga kepemimpinan merupakan salah satu faktor untuk meningkatkan disiplin kerja pegawai dalam upaya mewujudkan visi Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Bogor.

Pengaruh gaya kepemimpinan terhadap disiplin kerja dianalisis agar mampu menghasilkan pertimbangan-pertimbangan yang dapat digunakan Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Bogor dalam membuat keputusan secara manajerial. Kerangka pemikiran dapat dilihat pada Gambar 1.

Lokasi dan Waktu Penelitian

(23)

5 Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua jenis data yaitu data primer dan data sekunder.

Data pada penelitian ini berupa teori-teori mengenai gaya kepemimpinan dan disiplin kerja yang diperoleh dari literatur-literatur seperti buku, dan internet. Data yang memuat informasi tentang Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Bogor diperoleh dari dokumen dan situs resmi Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Bogor

Gambar 1. Kerangka Pemikiran

Teknik penarikan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan cluster random sampling adalah pengambilan sampel berdasarkan pada cluster-cluster tertentu. Cara ini dipakai karena populasi dapat dibagi dalam kelompok-kelompok atau divisi-divisi.

Pada saat menentukan jumlah sampel dalam setiap kelompok, ditentukan secara proporsional. Proporsional adalah jumlah sampel dalam setiap kelompok

Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kepala Dinas dan Disiplin Kerja

Pengaruh Gaya Kepemimpinan terhadap Disiplin Kerja Pada Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota

ogor

(24)

6

sebanding dengan jumlah unsur populasi dalam kelompok tersebut. Rumus perhitungan penentuan jumlah sampel untuk satu divisi yaitu sebagai berikut: n1 =

Metode pengumpulan data pada penelitian ini wawancara dengan pegawai Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Bogor dengan menggunakan instrumen kuesioner. Wawancara lisan dilakukan dengan Kepala Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Bogor. Sebelum kuesioner digunakan kuesioner terlebih dahulu dilakukan uji validitas dan reliabilitas oleh pegawai sebanyak 30.

Rumus uji validitas adalah sebagai berikut:

: ...(3) Keterangan:

r = Nilai Koefisien Korelasi n = Jumlah Responden

X = Skor masing-masing pertanyaan Y = Skor total

Rumus untuk menghitung reliabilitas Alpha Cronbach (r) adalah sebagai berikut:

r = Nilai koefisien reliabilitas Alpha Cronbach

k = Jumlah item pertanyaan = Jumlah varians item = Varians total

Tabel 2. Tingkat Reliabilitas Metode Alpha Crobanch

(25)

7 Hasil uji validitas dilakukan pada seluruh pernyataan gaya kepemimpinan dan disiplin kerja. Hasil uji menunjukkan nilai rhitung untuk seluruh pernyataan 0,406-0,934. Dapat disimpulkan rhitung (0,406-0,934) > rtabel (0,361) pada taraf alpha 5%, yang artinya seluruh pernyataan mampu mengukur apa saja yang ingin diukur.

Hasil uji reliabilitas dilakukan pada seluruh pernyataan gaya kepemimpinan dan pernyataan disiplin kerja. Hasil uji menunjukkan nilai alpha crobanch untuk seluruh pernyataan gaya kepmimpinan sebesar 0,815 dan disiplin kerja sebesar 0,884. Berdasarkan metode alpha crobanch nilai ini menunjukkan pernyataan berada pada tingkat sangat reliabel yang artinya seluruh pernyataan dapat dipercaya dan diandalkan sebagai alat ukur, apabila pengukuran diulang.

Pengolahan dan Analisis Data Analisis Deskriptif

Data yang akan dianalisis deskriptif dikumpulkan dari hasil pengisian kuesioner oleh pegawai dengan menggunakan skala likert. Pembobotan skala

likert pada kuesioner penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 3. Dilakukan analisis deskriptif dengan modus (mode, M0). Mode adalah skor yang mempunyai frekuensi terbanyak dalam sekumpulan distribusi skor. Dengan kata lain mode dianggap sebagai nilai yang menunjukkan nilai-nilai yang lain terkonsentrasi. Mode dapat dicari dalam distribusi frekuensi satuan maupun kategorial.

Tabel 3. Skala Likert pada Penelitian

Pernyataan Sikap Skala Likert

Regresi linear berganda adalah regresi dimana variabel terikatnya (Y) dihubungkan/dijelaskan lebih dari satu variabel bebas (X1, X2, X3,...,Xn) namun masih menunjukkan diagram hubungan yang linear.

Rumus regresi linear berganda adalah sebagai berikut:

Y= α+ b1X1 + b2X2 + b3X3 + ...+ bnXn + ...(5) Keterangan:

Y = Variabel terikat (dependent) b1, b2, b3, bn = Koefisien regresi

X1, X2, X3, Xn = Variabel bebas (independent)

α = Konstanta regresi

Pada analisis regresi linear berganda dilakukan serangkaian uji awal untuk memenuhi asumsi yang berlaku. Asumsi tersebut adalah asumsi dasar dan asumsi klasik. Asumsi dasar diuji dengan uji normalitas, sedangkan asumsi klasik diuji dengan uji multikolineraritas, dan uji autokorelasi.

(26)

8

Data yang baik dan layak digunakan dalam penelitian adalah data yang memiliki distribusi normal. Nilai residual berdistribusi normal merupakan suatu kurva yang berbentuk lonceng yang kedua sisinya melebar sampai tak terhingga.

2. Uji Autokorelasi

Untuk mendeteksi ada tidaknya autokorelasi, melalui metode tabel Durbin-Watson yang dapat dilakukan melalui program SPSS.

3. Uji Multikolinearitas

Multikolinieritas dapat diketahui keberadaanya dengan mendeteksi suatu model, dilihat dari nilai Variance Inflation Factor (VIF) tidak lebih dari 10. Selain itu nilai Tolerance tidak kurang dari 0,1 pada kotak kerja hasil pengolahan data SPSS.

Setelah asumsi dasar dan klasik terpenuhi, maka dapat dilakukan analisis regresi linear berganda. Pada penelitian ini dilakukan uji yaitu uji F dan uji t. 1. Uji Koefisien Regresi secara Bersama-sama (Uji F)

Hipotesis pada penelitian ini, yaitu:

H0 = Gaya kepemimpinan Kepala Cabang tidak berpengaruh secara signifikan terhadap disiplin kerja pegawai.

H1 = Gaya kepemimpinan Kepala Cabang berpengaruh secara signifikan terhadap partisipasi kerja pegawai.

Jika Fhitung >Ftabel maka H0 ditolak, namun jika Fhitung<Ftabel, maka H0 diterima. Fhitung dapat dicari dengan rumus sebagai berikut (Priyanto, 2008):

Fhitung

=

...(6) Keterangan:

R = Koefisien korelasi ganda k = Jumlah variabel independen n = Jumlah anggota contoh

2. Uji Koefisien Regresi Secara Parsial (Uji t) Rumus thitung adalah sebagai berikut:

thitung =

...(7)

Keterangan:

b1 = koefisien regresi variabel i Sb1 = standar error variabel i

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambaran Umum Perusahaan

(27)

9 Kebersihan dan Pertamanan Kota Bogor dipimpin oleh kepala Dinas yang bertanggung jawab kepada Walikota Bogor. Fungsi Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Bogor berdasarkan Peraturan Walikota Bogor Nomor 43 Tahun 2010 adalah sebagai berikut:

1. Perumusan kebijakan teknis di bidang kebersihan dan pertamanan.

2. Penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum di bidang kebersihan dan pertamanan.

3. Pembinaan dan pelaksanaan tugas di bidang kebersihan dan pertamanan. 4. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Walikota sesuai tugas dan

fungsinya.

Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Bogor memiliki tujuan tahun 2010-2014 yang disesuaikan dengan visi dan misi yang telah ditetapkan. Adapun tujuan yang ingin dicapai adalah sebagai berikut:

1. Adanya peningkatan cakupan wilayah bidang kebersihan sebesar 70,4% , penambahan luas taman baru hingga mencapai 398.328,63m2, penataan lokasi eks PKL sebanyak 17 titik, dan penambahan jumlah PJU hingga mencapai 6.862 titik.

2. Mewujudkan kota Bogor hijau lestari melalui penambahan, penataan dan pemeliharaan taman sebagai bagian dari ruang terbuka hijau.

3. Mewujudkan Kota Bogor yang bersih dengan lingkungan sehat melalui optimalisasi pengelolaan sarana dan prasarana.

4. Pembangunan dan penyediaan sarana prasarana pengelolaan sampah 3R sebanyak 40 unit.

Karakteristik Pegawai

Pegawai yang diteliti sebanyak 82 pegawai dari total populasi 452 pegawai. Karakteristik pegawai terdiri dari jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, jabatan, masa kerja dan status pernikahan.

Jenis Kelamin

(28)

10

Gambar 2. Jumlah Pegawai berdasarkan Jenis Kelamin Usia

Mayoritas pegawai berusia 36-40 tahun sebesar 24 persen, selanjutnya berusia 46-50 tahun sebesar 20 persen, pegawai berusia 41-45 tahun sebesar 16 persen, pegawai berusia 31-35 tahun sebesar 15 persen, pegawai berusia 26-30 tahun sebesar 10 persen, pegawai berusia 21-25 tahun sebesar 7 persen, pegawai berusia ≥51 tahun sebesar 6 persen dan pegawai ≤ 20 tahun sebesar 2 persen (Gambar 3). Jumlah pegawai pada usia 36-40 tahun lebih tinggi dibandingkan yang lainnya karena pada usia 36-40 tahun pegawai Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Bogor masih berada pada usia produktif.

Tingkat Pendidikan

Mayoritas pegawai berpendidikan SMA sederajat sebesar 65%, kemudian S1 sebesar 24 persen, diploma sebesar 6 persen, S2 dan SD sebesar 2 persen dan SMP sebesar 1 persen (Gambar 4). Jumlah pegawai yang berpendidikan SMA sederajat lebih tinggi dibandingkan dengan yang lainnya. Pegawai Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Bogor adalah Pegawai Negeri Sipil (PNS), untuk menjadi pegawai dibutuhkan pendidikan minimal SMA sederajat. Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Bogor membutuhkan banyak pegawai dengan posisi sebagai pelaksana yang dimana posisi ini ditempati oleh pegawai yang memiliki pendidikan SMA. Dengan kata lain, tingkat pendidikan tidak mempengaruhi posisi atau jabatan.

Posisi Pekerjaan

Mayoritas pegawai berposisi sebagai pelaksana sebesar 71 persen dan berposisi sebagai staff sebesar 29 persen (Gambar 5). Berposisi sebagai pelaksana lebih tinggi dibandingkan staff, hal ini terjadi karena berposisi pelaksana lebih diperlukan, dimana pelaksana tersebut bekerja di lapangan dan mengontrol lapangan kerja secara langsung. Banyaknya daerah-daerah yang harus ditangani membuat banyaknya pelaksana yang dibutuhkan.

83% 17%

Laki-laki

(29)

11

2% 7%

10%

15%

24% 16%

20% 6%

20 Tahun

21-25 Tahun

26-30 Tahun

31-35 Tahun

36-40 Tahun

41-45

46-50

Gambar 3. Jumlah Pegawai berdasarkan Usia

Gambar 4. Jumlah Pegawai berdasarkan Tingkat Pendidikan

Gambar 5. Jumlah Pegawai berdasarkan Posisi Pekerjaan Masa Kerja

Mayoritas pegawai memiliki masa kerja ≥ 5 tahun sebesar 57 persen, masa kerja <1 tahun sebesar 13 persen, masa kerja 2 dan 3 tahun sebesar 10 persen, masa kerja 1 dan 4 tahun sebesar 5 persen (Gambar 6). Masa kerja ≥ 5 tahun lebih tinggi dibandingkan dengan masa kerja lainnya, hal ini dikarenakan pegawai Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Bogor adalah pegawai negeri sipil yang dimana masa kerja pegawai negeri sipil cukup lama.

2% 1%

65% 6%

24%

2% SD

SMP

SMA Sederajat

DIPLOMA

S1

S2

71% 29%

Pelaksana

(30)

12

Gambar 6. Jumlah Pegawai berdasarkan Masa Pekerjaan Status Pernikahan

Mayoritas pegawai sudah menikah sebesar 84 persen dan belum menikah sebesar 16 persen (Gambar 7). Status pernikahan akan mempengaruhi tujuan seseorang dalam bekerja, pegawai telah menikah tujuan mereka bekerja yaitu memenuhi kebutuhan hidup.

Gambar 7. Jumlah Pegawai berdasarkan Status Pernikahan

Persepsi Pegawai Terhadap Gaya Kepemimpinan Kepala Dinas Penerapan gaya kepemimpinan pada Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Bogor adalah gaya kepemimpinan kharismatik dan gaya kepemimpinan demokratik. Hasil gaya kepemimpinan ini dilihat berdasarkan jumlah mayoritas jawaban pernyataan oleh pegawai.

Gaya Kepemimpinan Otokratis

Pegawai Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Bogor tidak setuju apabila Kepala Dinas menerapkan gaya kepemimpinan otokratis dalam memimpin Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Bogor. Pegawai tidak setuju dikarenakan Kepala Dinas tidak bertindak sendiri dalam pengambilan keputusan pekerjaan, tidak menerapkan cara memerintah kepada pegawai dan memberi perhatian kepada pegawai, akan tetapi dalam hal komunikasi menggunakan komuniasi formal dalam melakukan hubungan dan memberi tugas kepada pegawai.

13% 5%

10%

10%

5% 57%

< 1 Tahun

1 Tahun

2 Tahun

3 Tahun

4 Tahun

5 Tahun

16%

84%

Belum Menikah

(31)

13 Tabel 4. Respon Pegawai Terhadap Gaya Kepemimpinan Otokratik

Gaya Kepemimpinan Otokratis Jawaban Persentase (%) Bertindak sendiri dalam pengambilan keputusan pekerjaan lalu

memberitahukan kepada para bawahannya bahwa keputusan telah diambil

Tidak Setuju 67,07

Menggunakan komunikasi formal dalam melakukan hubungan

dengan pegawai Setuju 57,31

Menggunakan komunikasi formal dalam memberi tugas kepada

pegawai Setuju 71,95

Menggunakan cara memerintah bukan cara mengajak kepada

pegawai Tidak Setuju 58,53

Tidak memberi perhatian kepada pegawainya

Tidak Setuju 48,78

Berdasarkan hal tersebut Kepala Dinas tidak menggunakan gaya kepemimpinan otokratik karena menurut pegawai (1) Kepala Dinas tidak bertindak sendiri dalam pengambilan keputusan karena Kepala Dinas ingin pegawai melaksanakan pekerjaan dengan penuh tanggung jawab atas keputusan yang telah disepakati bersama. (2) Kepala Dinas tidak ingin menerapkan cara memerintah karena cara tersebut tidak sopan dan tidak membangun semangat pegawai untuk bekerja yang mengakibatkan pegawai bekerja karena rasa takut bukan karena rasa tanggung jawab. (3) Kepala Dinas memberi perhatian kepada pegawai karena menurut Kepala Dinas salah satu cara agar pegawai bersemangat bekerja adalah dengan perhatian yang diberikan oleh pimpinan. (4) Kepala Dinas melakukan komunikasi formal yang dilakukan melalui surat atau memo yang diberikan kepada setiap divisi, surat atau memo tersebut berguna sebagai arsip dan catatan kegiatan-kegiatan atau tugas-tugas yang harus dilaksanakan.

Gaya Kepemimpinan Paternalistik

Pegawai Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Bogor tidak setuju, apabila Kepala Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Bogor menerapkan gaya kepemimpinan paternalistik dalam memimpin Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Bogor. Pegawai tidak setuju dikarenakan Kepala Dinas tidak bertindak sendiri dalam pengambilan keputusan pekerjaan, membimbing pegawai dan percaya kepada pegawai.

(32)

14

Tabel 5. Respon Pegawai Terhadap Gaya Kepemimpinan Paternalistik

Gaya Kepemimpinan Paternalistik Jawaban Persentase (%) Menggunakan cara pengambilan keputusan sendiri

lalu berusaha menjual keputusan kepada bawahan Tidak Setuju 60,97 Membimbing pegawai dalam penyelesaian tugas

Cukup Setuju 59,75 Tidak percaya kepada pegawai dalam penyelesaian

pekerjaan Tidak Setuju 50

Gaya Kepemimpinan Kharismatik

Pegawai Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Bogor setuju, apabila Kepala Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Bogor menerapkan gaya kepemimpinan kharismatik dalam memimpin Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Bogor. Pegawai setuju dikarenakan Kepala Dinas melibatkan pegawai dalam pengambilan keputusan pekerjaan, pegawai melaksanakan keputusan yang ditetapkan dengan ikhlas dan Kepala Dinas memiliki daya pikat yang tinggi dalam memimpin.

Tabel 6. Respon Pegawai Terhadap Gaya Kepemimpinan Kharismatik

Gaya Kepemimpinan Kharismatik Jawaban Persentase (%) Melibatkan pegawai dalam pengambilan keputusan

pekerjaan Setuju 65,85

Pegawai melaksanakan keputusan yang ditetapkan

dengan ikhlas Setuju 65,85

Memiliki daya pikat yang tinggi dalam memimpin

Setuju 58,53

Berdasarkan hal tersebut Kepala Dinas menggunakan gaya kepemimpinan kharismatik karena menurut pegawai Kepala Dinas memiliki daya pikat yang tinggi, sehingga kepemimpinannya diterima dan diakui oleh para pegawai. Kepemimpinan Kepala Dinas dengan gaya kharismatik membuat tertanamnya keyakinan dalam diri para pegawai beranggapan bahwa pemimpin memiliki alasan yang benar dan kuat, sehingga para pegawai tetap rela melaksanakan keputusan yang ditetapkan dengan ikhlas. Hal ini merupakan bentuk kesetiaan pegawai dengan cara melaksanakan tugas kedinasan yang dipercayakan kepadanya dengan penuh pengabdian, kesadaran dan tanggung jawab.

Gaya Kepemimpinan Laissez Faire

Pegawai Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Bogor tidak setuju, apabila Kepala Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Bogor menerapkan gaya kepemimpinan laissez faire dalam memimpin Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Bogor. Pegawai tidak setuju dikarenakan Kepala Dinas tidak menyerahkan seluruh pengambilan keputusan pekerjaan kepada pegawai, akan tetapi Kepala Dinas memiliki cara memimpin yang santai dan memiliki rasa tanggung jawab dalam memimpin.

(33)

15 yang akan dijalankan dan dilaksanakan bersama. (3) Kepala Dinas memiliki cara yang santai agar pekerjaan dilakukan tidak terburu-buru yang mengakibatkan hasil yang tidak maksimal.

Tabel 7. Respon Pegawai Terhadap Gaya Kepemimpinan Laissez Faire

Gaya Kepemimpinan Laissez Faire Jawaban Persentase (%) Menyerahkan seluruh pengambilan keputusan pekerjaan

kepada pegawai Tidak Setuju 43,9

Memiliki cara yang santai dalam memimpin

Setuju 64,63 Tidak memiliki rasa tanggung jawab dalam memimpin

Tidak Setuju 47,56

Gaya Kepemimpinan Demokratik

Pegawai Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Bogor setuju, apabila Kepala Dinas menerapkan gaya kepemimpinan demokratik dalam memimpin Dinas Kebersihan dan Pertamanan kota Bogor. Pegawai setuju dikarenakan Kepala Dinas mampu menimbang secara tepat keputusan mana yang harus didahulukan, mendorong pegawai menggunakan daya nalar dalam pemecahan berbagai masalah, menggunakan komunikasi informal dalam memelihara hubungan dengan pegawai, mendorong pegawai untuk kreatif dan mencapai hasil yang terbaik serta adil dalam menetapkan kebijaksanaan.

Tabel 8. Respon Pegawai Terhadap Gaya Kepemimpinan Demokratik

Gaya Kepemimpinan Demokratik Jawaban Persentase (%) Mampu menimbang secara tepat keputusan mana yang

harus didahulukan Setuju 50

Mendorong pegawai menggunakan daya nalar dalam

pemecahan berbagai masalah Setuju 53,65

Menggunakan komunikasi informal dalam memelihara

hubungan dengan pegawai Setuju 60,97

Mendorong pegawai untuk kreatif dalam pelaksanaan

tugas Setuju 69,51

Mendorong pegawai untuk mencapai hasil yang terbaik

Setuju 51,21 Adil dalam menetapkan kebijaksanaan

Sangat Setuju 50

(34)

16

Persepsi Pegawai Terhadap Disiplin Kerja

Pegawai memberi tanggapan setuju dengan kondisi disiplin kerja yang ditetapkan Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Bogor, dimana artinya pegawai bersedia untuk mentaati semua peraturan Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Bogor dan norma-norma yang berlaku.

Kehadiran

Pegawai memberi tanggapan sangat setuju dengan kondisi disiplin kerja kehadiran yang ditetapkan. Pegawai setuju dengan kondisi disiplin kerja kehadiran yang ditetapkan yang artinya pegawai bersedia untuk hadir tepat waktu di kantor setiap hari jam kerja, pegawai setuju dengan adanya absensi kehadiran dan bersedia untuk hadir tepat waktu setiap diadakan apel pagi.

Tabel 9.Respon Pegawai Terhadap Disiplin Kerja Kehadiran.

Disiplin Kerja Kehadiran Jawaban Persentase (%) Hadir tepat waktu dikantor setiap hari jam kerja

Setuju 52,43 Daftar kehadiran sangat penting dalam penegakan

disiplin pekerjaan Setuju 56,09

Hadir tepat waktu setiap diadakan apel pagi

Setuju 54,87

Berdasarkan hal tersebut pegawai setuju dengan kondisi disiplin kerja kehadiran yang ditetapkan karena menurut pegawai (1) Hadir tepat waktu dikantor merupakan hal yang harus dilakukan karena dengan datang tepat waktu banyak hal yang dapat dilakukan dan melakukannya dengan lebih rapi, baik dan teliti dan pasti hasilnya jauh lebih baik dibandingkan datang telat akibatnya melakukan sesuatu yang tergesa-gesa. (2) Daftar kehadiran berguna untuk mencatat waktu hadir pegawai untuk melihat pegawai yang sering datang tidak tepat waktu dan pegawai yang tidak hadir (3) Hadir di apel pagi dapat memberikan semangat baru sebelum menjalani aktivitas sehari-hari dan meningkatkan rasa kebersamaan. Ketepatan Waktu Bekerja

Pegawai memberi tanggapan sangat setuju dengan kondisi disiplin kerja ketepatan waktu bekerja yang ditetapkan. Pegawai setuju dengan kondisi disiplin kerja ketepatan waktu bekerja yang ditetapkan yang artinya pegawai bersedia pulang tepat waktu dari kantor, menyelesaikan pekerjaan tepat waktu dan menyelesaikan pekerjaan dengan penuh tanggung jawab.

(35)

17 Tabel 10. Respon Pegawai Terhadap Disiplin Kerja Ketepatan Waktu Bekerja

Disiplin Kerja Ketepatan Waktu Bekerja Jawaban Persentase (%) Pulang tepat waktu dari kantor setiap hari jam kerja

Setuju 68,29 Menyelesaikan pekerjaan yang diberikan pimpinan

tepat pada waktunya Setuju 62,19

Menyelesaikan pekerjaan dengan penuh tanggung

jawab Setuju 53,65

Ketaatan Terhadap Peraturan

Pegawai memberi tanggapan sangat setuju dengan kondisi disiplin kerja ketaatan terhadap peraturan yang ditetapkan. Pegawai setuju dengan kondisi disiplin kerja ketaatan terhadap peraturan yang ditetapkan yang artinya pegawai bersedia menerima sanksi apabila tidak menyelesaikan tugas tepat pada waktunya dan tidak mematuhi kehadiran, bersedia mengenakan seragam kerja sesuai hari yang ditentukan. Berdasarkan hal tersebut pegawai setuju dengan kondisi disiplin kerja kehadiran yang ditetapkan karena menurut pegawai peraturan diperlukan agar pegawai benar-benar melakukan tugas yang diberikan, agar pegawai yang melakukan kesalahan tidak mengulang kesalahan kembali.

Tabel 11. Respon Pegawai Terhadap Disiplin Kerja Ketaatan Terhadap Peraturan

Disiplin Kerja Ketaatan Terhadap Peraturan Jawaban Persentase (%) Menerima sanksi apabila tidak menyelesaikan tugas tepat pada

waktunya. Setuju 64,63

Menerima sanksi apabila tidak mematuhi kehadiran sesuai yang

telah ditetapkan. Setuju 67,07

Mengenakan seragam kerja sesuai hari yang telah ditentukan.

Setuju 56,09 Peraturan yang ditetapkan membuat saya termotivasi dalam

menyelesaikan tugas dan tanggung jawab yang diberikan

pimpinan. Setuju

53,65

Pengaruh Gaya Kepemimpinan Kepala Dinas Terhadap Disiplin Kerja Pegawai

Pada penelitian ini digunakan analisis regresi linear berganda untuk melihat pengaruh gaya kepemimpinan Kepala Dinas terhadap disiplin kerja pegawai. Pada analisis regresi linear berganda, data diuji terlebih dahulu agar memenuhi asumsi yang berlaku. Uji yang dilakukan adalah uji asumsi dasar dan uji asumsi klasik. Uji asumsi dasar adalah uji normalitas. Sedangkan uji asumsi klasik antara lain uji heteroskedastisitas, autokorelasi dan multikolinearitas. Uji dilakukan dengan menggunakan program SPSS (Statistical Product and Service Solution) 17.0 for windows pada taraf alpha 5%.

Uji Normalitas

(36)

18 .

Gambar 8. Plot Peluang Normal

Gambar 9. Histogram Peluang Normal Uji Autokorelasi

Hasil uji autokorelasi menunjukkan nilai Durbin-Watson sebesar 2,035, dimana nilai ini mendekati 2. Maka dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi autokorelasi.

Uji Multikolinearitas

Pada Tabel 12 dapat diketahui bahwa nilai VIF (Variance Inflation Factor) dari seluruh variabel independen tidak melebihi 10, maka dapat disimpulkan tidak ada indikasi adanya multikolinearitas.

Tabel 12. Hasil Uji Multikolinearitas

No Variabel Independen (Variabel X) Alpha (α) VIF

1 Gaya Kepemimpinan Otokratik 0,05 5,842

2 Gaya Kepemimpinan Paternalistik 0,05 1,261

3 Gaya Kepemimpinan Kharismatik 0,05 5,085

4 Gaya Kepemimpinan Laissez Faire 0,05 6,672

5 Gaya Kepemimpinan Demokratik 0,05 1,233

(37)

19 Uji Koefisien Regresi Secara Bersama-sama (Uji F)

Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah variabel independen secara bersama-sama berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen. Uji F memiliki hipotesis, yaitu: tolak H0 atau terima H1 jika Pvalue < α dan terima H0 atau tolak H1 jika Pvalue > α pada taraf alpha 5%.

H0 = tidak terdapat pengaruh secara signifikan gaya kepemimpinan Kepala Dinas terhadap disiplin kerja pegawai pengaruh gaya kepemimpinan terhadap disiplin kerja pegawai.

Uji Koefisien Regresi secara Parsial (Uji t)

Hasil uji koefisien regresi dapat dilihat pada Tabel 13. Dirumuskan hipotesis pada penelitian ini yaitu: tolak H0 atau terima H1 jika Pvalue < α dan terima H0 atau tolak H1 jika Pvalue > α pada taraf alpha 5%.

H0 = gaya kepemimpinan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap disiplin kerja pegawai.

H1 = gaya kepemimpinan otokratik berpengaruh secara signifikan terhadap disiplin kerja pegawai.

Tabel 13. Hasil Analisis Uji t

No Variabel Independen Alpha (α) Pvalue Kesimpulan

1 Gaya Kepemimpinan Otokratik 0,05 0,000 Berpengaruh 2 Gaya Kepemimpinan Paternalistik 0,05 0,036 Berpengaruh 3 Gaya Kepemimpinan Kharismatik 0,05 0,000 Berpengaruh 4 Gaya Kepemimpinan Laissez Faire 0,05 0,000 Berpengaruh 5 Gaya Kepemimpinan Demokratik 0,05 0,000 Berpengaruh

1. Berdasarkan hasil uji t yang dilakukan pada gaya kepemimpinan otokratik diperoleh nilai Pvalue sebesar 0,000, dimana nilai ini lebih kecil dari nilai alpha yaitu 0,05. Karena nilai Pvalue < α (0,000 <0,05), maka tolak H0 atau terima H1 yang artinya cukup bukti untuk menyatakan gaya kepemimpinan otokratik berpengaruh secara signifikan terhadap disiplin kerja pegawai pada alpha 5%, sehingga dapat disimpulkan gaya kepemimpinan otokratik berpengaruh secara signifikan terhadap disiplin kerja pegawai.

2. Berdasarkan hasil uji t yang dilakukan pada gaya kepemimpinan paternalistik diperoleh nilai Pvalue sebesar 0,036, dimana nilai ini lebih kecil dari nilai alpha yaitu sebesar 0,05. Karena nilai Pvalue < α (0,036 <0,05), maka tolak H0 atau terima H1 yang artinya cukup bukti untuk menyatakan gaya kepemimpinan paternalistik berpengaruh secara signifikan terhadap disiplin kerja pegawai pada alpha 5%, sehingga dapat disimpulkan gaya kepemimpinan paternalistik berpengaruh secara signifikan terhadap disiplin kerja pegawai.

(38)

20

terima H1 yang artinya cukup bukti untuk menyatakan gaya kepemimpinan kharismatik berpengaruh secara signifikan terhadap disiplin kerja pegawai pada

alpha 5%, sehingga dapat disimpulkan gaya kepemimpinan kharismatik berpengaruh secara signifikan terhadap disiplin kerja pegawai.

4. Berdasarkan hasil uji t yang dilakukan pada gaya kepemimpinan laissez faire

diperoleh nilai Pvalue sebesar 0,000, dimana nilai ini lebih kecil dari nilai alpha yaitu sebesar 0,05. Karena nilai Pvalue < α (0,000 <0,05), maka tolak H0 atau terima H1 yang artinya cukup bukti untuk menyatakan gaya kepemimpinan laissez faire berpengaruh secara signifikan terhadap disiplin kerja pegawai pada alpha 5%, sehingga dapat disimpulkan gaya kepemimpinan laissez faire

berpengaruh secara signifikan terhadap disiplin kerja pegawai.

5. Berdasarkan hasil uji t yang dilakukan pada gaya kepemimpinan demokratik diperoleh nilai Pvalue sebesar 0,000, dimana nilai ini lebih kecil dari nilai alpha yaitu sebesar 0,05. Karena nilai Pvalue < α (0,000 <0,05), maka tolak H0 atau terima H1 yang artinya cukup bukti untuk menyatakan gaya kepemimpinan demokratik berpengaruh secara signifikan terhadap disiplin kerja pegawai pada

alpha 5%, sehingga dapat disimpulkan gaya kepemimpinan demokratik berpengaruh secara signifikan terhadap disiplin kerja pegawai.

Analisis lienar berganda digunakan untuk menguji hubungan pengaruh antara satu variabel terhadap variabel lain. Data pada analisis linear berganda merupakan data parametrik. Hasil analisis pengaruh gaya kepemimpinan Kepala Dinas terhadap disiplin kerja pegawai dengan menggunakan analisis regresi linear berganda diperoleh model regresi sebagai berikut:

Y = -1,290 + 0,363X1 – 0,158 X2 + 1,001 X3 + 0,439 X4– 0,166 X5 ...(8) Keterangan:

Y = Disiplin kerja

X1 = Gaya kepemimpinan otokratik X2 = Gaya kepemimpinan paternalistik X3 = Gaya kepemimpinan kharismatik X4 = Gaya kepemimpinan laissez faire X5 = Gaya kepemimpinan demokratik

Berdasarkan hasil analisis regresi linear berganda diperoleh koefisien variabel gaya kepemimpinan otokratik (X1) adalah 0,363, koefisien gaya kepemimpinan paternalistik (X2) adalah -0,158, koefisien gaya kepemimpinan kharismatik (X3) adalah 1,001, koefisien gaya kepemimpinan laissez faire (X4) adalah 0,439 dan koefisien gaya kepemimpinan demokratik (X5) adalah -0,166. Model regresi yang dihasilkan mempunyai arti yaitu:

(39)

21 gaya kepemimpinan otokratik dapat menghasilkan disiplin kerja yang optimal melalui pengawasan efektif yang dapat dilakukan melalui perintah formal, pengawasan secara langsung dan petunjuk rinci. Dengan dilakukannya hal ini pegawai akan mematuhi peraturan yang ada, bekerja dengan penuh tanggung jawab dengan hasil kerja yang memuaskan.

2. Gaya kepemimpinan paternalistik sebesar -0,158 artinya jika gaya kepemimpinan otokratis meningkat sebesar 1 satuan dan variabel independen lainnya (gaya kepemimpinan otokratik, gaya kepemimpinan kharismatik, gaya kepemimpinan laissez faire dan gaya kepemimpinan demokratik) dianggap konstan, maka disiplin kerja pegawai akan menurun sebesar 0,158. Koefisien bernilai negatif artinya terjadi hubungan yang negatif antara gaya kepemimpinan paternalistik dengan disiplin kerja, semakin gaya kepemimpinan diterapkan maka disiplin kerja semakin menurun. Penggunaan gaya kepemimpinan paternalistik dapat menghasilkan disiplin kerja yang tidak optimal apabila pimpinan memandang pegawai sebagai orang yang sudah dewasa yang artinya tidak memerlukan perhatian dalam pelaksanaan tugas. Dengan diterapkan gaya ini maka pegawai beranggapan bahwa pelaksanaan tugas dengan penuh tanggung jawab tidak perlu dilakukan karena pimpinan saja tidak peduli dengan pelaksanaan tugas yang dilakukan oleh pegawai. 3. Gaya kepemimpinan kharismatik sebesar 1,001 artinya jika gaya

kepemimpinan kharismatik meningkat sebesar 1 satuan dan variabel independen lainnya (gaya kepemimpinan otokratik, gaya kepemimpinan paternalistik, gaya kepemimpinan laissez faire dan gaya kepemimpinan demokratik) dianggap konstan, maka disiplin kerja pegawai akan meningkat sebesar 1,001. Penggunaan gaya kepemimpinan kharismatik dapat menghasilkan disiplin kerja yang optimal melalui daya pikat yang tinggi dan kesan yang baik oleh pimpinan, pimpinan menekankan keseimbangan antara pelaksanaan tugas dan pemeliharaan hubungan dengan para bawahan serta pegawai dilibatkan dalam pengambilan keputusan pekerjaan, dengan demikian kepemimpinan diterima dan diakui oleh para pegawai, hal ini membuat tertanamnya keyakinan dalam diri para pegawai bahwa pimpinan memiliki alasan yang benar dan kuat dalam membuat peraturan sehingga pegawai melaksanakan pekerjaan dengan penuh tanggung jawab dan mematuhi peraturan yang telah ditetapkan.

(40)

22

5. Gaya kepemimpinan demokratik sebesar -0,166 artinya jika gaya kepemimpinan demokratik meningkat sebesar 1 satuan dan variabel independen lainnya (gaya kepemimpinan otokratik, gaya kepemimpinan paternalistik, gaya kepemimpinan kharismatik, dan gaya kepemimpinan laissez faire) dianggap konstan, maka disiplin kerja pegawai akan menurun sebesar 0,166. Koefisien bernilai negatif artinya terjadi hubungan yang negatif antara gaya kepemimpinan demokratik dengan disiplin kerja, semakin gaya kepemimpinan diterapkan maka disiplin kerja semakin menurun. Penggunaan gaya kepemimpinan demokratik dapat menghasilkan disiplin kerja yang tidak optimal karena pimpinan memandang pegawai sebagai orang yang sudah dewasa yang artinya tidak dilakukannya perhatian dalam pelaksanaan tugas dan pimpinan beranggapan bahwa pegawai mampu belajar sendiri dari pengalaman mereka. Penerapan gaya kepemimpinan demokratik menimbulkan iklim kerja yang menyenangkan dan bebas, namun para bawahan menunjukkan disiplin kerja yang rendah, karena pimpinan tidak mengetengahkan tuntutan yang wajar untuk penyelesaian tugas yang harus diselesaikan.

Implikasi Manajerial

Hasil penelitian yang dilakukan diketahu bahwa Kepala Dinas menerapkan gaya kepemimpinan kharismatik dan gaya kepemimpinan demokratik dalam mengelola Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Bogor. Gaya kepemimpinan yang diterapkan sudah baik, dimana Kepala Dinas selalu melibatkan para pegawai dalam pengambilan keputusan dan menggunakan komunikasi yang formal dan informal untuk menjalin hubungan dengan pegawai, bersikap adil dan bijaksana dalam pengambilan keputusan, cukup perhatian dan fleksibel, membimbing pegawai dalam pelaksanaan tugas dan menghargai pegawai. Namun sebaiknya Kepala Dinas tetap melakukan monitoring atau pengawasan atas pelaksanaan keputusan yang telah disepekati bersama secara intensif.

Berdasarkan hasil uji analisis regresi semua gaya Kepemimpinan yang berpengaruh signifikan terhadap disiplin kerja pegawai pada penelitian ini. Namun, ada beberapa gaya kepemimpinan yang berpengaruh secara positif dan berpengaruh secara negatif. Adapaun yang berpengaruh secara positif adalah gaya kepemimpinan kharismatik, gaya kepemimpinan laissez faire dan gaya kepemimpinan otokratik. Gaya yang berpengaruh secara negatif adalah gaya kepemimpinan paternalistik dan gaya kepemimpinan demokratik. Hal ini dapat menjadi pertimbangan bagi Kepala Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Bogor memilih alternatif untuk menerapkan gaya kepemimpinan kharismatik. Penerapan gaya kepemimpinan kharismatik akan menghasilkan disiplin kerja yang lebih tinggi. Sebaiknya Kepala Dinas menerapkan gaya kepemimpinan kharismatik, Kepala Dinas dapat melibatkan pegawai dalam pengambilan keputusan, memelihara hubungan yang baik dengan pegawai serta menimbulkan kesan yang baik bagi pegawai agar pegawai merasa bahwa mereka harus patuh terhadap pimpinan dan tetap melakukan pengawasan atas pelaksanaan keputusan yang telah disepakati bersama.

(41)

23 Kebersihan dan Pertamanan Kota Bogor. Namun sebaiknya tetap dilakuakan

monitoring dan evaluasi untuk menilai disiplin kerja pegawai. Kepala Dinas juga dapat melakukan coaching (pengarahan dan membantu mengatasi hambatan dalam mencapai prestasi kerja dan disiplin kerja yang optimal) kepada pegawai yang memiliki tingkat disiplin kerja yang rendah seperti pegawai yang memiliki tingkat kehadiran yang rendah, pegawai yang tidak mengikuti apel pagi dan pegawai yang belum melaksanakan tugasnya dengan maksimal dan penuh tanggung jawab. Selain itu, Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Bogor perlu membuat daftar kehadiran yang berbasis elektronik. Daftar hadir yang berbasis elektronik berguna untuk menilai kehadiran para pegawai. Para pegawai cukup menempelkan ibu jari pada daftar hadir, hal ini dilakukan setiap pagi hari, siang hari pada waktu kembali dari istirahat dan sore pada saat ingin pulang kerja. Dengan sistem seperti ini kita dapat melihat pegawai yang tidak hadir tepat pada waktunya.

Kesimpulan dan Saran

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, kesimpulan yang dapat diambil adalah:

1. Gaya kepemimpinan Kepala Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Bogor adalah gaya kepemimpinan kharismatik.

2. Pegawai hadir dan pulang tepat waktu, hadir apel pagi, menyelesaikan pekerjaan tepat waktu dan penuh tanggung jawab dan taat terhadap peraturan yang berlaku .

3. Gaya kepemimpinan yang memiliki pengaruh positif terhadap disiplin kerja adalah gaya kepemimpinan kharismatik, gaya kepemimpinan laissez faire dan gaya kepemimpinan otokratik, sedangkan gaya kepemimpinan paternalistik dan gaya kepemimpinan demokratik memiliki pengaruh negatif terhadap disiplin kerja.

Saran

Saran yang dapat diberikan kepada Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Bogor adalah:

1. Memperhatikan kebutuhan-kebutuhan tambahan yang mendukung kerja para pegawai seperti ruang kerja para staff yang layak, vitamin atau konsumsi sehat bagi pegawai pelaksana.

2. Monitoring dan evaluasi dan coaching kepada pegawai yang dilakukan langsung oleh Kepala Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Bogor terhadap pelaksanaan keputusan yang telah disepakati bersama.

(42)

24

DAFTAR PUSTAKA

Algifari. 2000. Analisis Regresi Edisi 2: Teori, Kasus dan Solusi. Penerbit BPFE, Yogyakarta.

Brahmasari, Ayu. 2008. Pengaruh Budaya Organisasi, Kepemimpinan Situasional dan Komunikasi terhadap Disiplin Kerja dan Kinerja Karyawan PT Central Proteinaprima Tbk. Jurnal pada Fakultas Ekonomi. Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya.

Irianto, Agus. 2008. Statistik Konsep Dasar dan Aplikasinya. Kencana, Jakarta. Mathis, Robert. Manajemen Sumber Daya Manusia. 2001. Salemba Empat,

Jakarta.

Priyatno, D. 2008. Mandiri Belajar SPSS untuk Analisis Data dan Uji Statistik. MediaKom, Yogyakarta.

Riduwan., E.A. Kuncoro.2008. Cara Menggunakan dan Memakai Analisis Jalur (Path Analysis). Alfabeta, Bandung.

Rivai, Veithzal, dkk. 2010. Manajemen Sumber Daya Manusia untu Perusahaan. RajaGrafindo Persada, Jakarta.

Robbins, S.P. 2003. Organizational Behavior. Prentice Hall. New Jersey.

Siagian, Sondang P. 2005. Fungsi-fungsi Manajerial.Edisi ke-1. Bumi Aksara. Jakarta.

Siswanto, H.B. 2005. Pengantar Manajemen. Bumi Aksara. Jakarta. Sugiyono. 2011. Statistika untuk Penelitian. Alfabeta. Bandung.

Sule, Tisnawati Ernie dan Saefulla. 2006. Pengantar Manajemen. Prenada Media. Jakarta (ID).

Suliyanto. 2005. Analisis Data dalam Aplikasi Pemasaran. Ghalia Indonesia. Ja-karta.

Timpe, Dale A. 2002. Seri Manajemen Sumber Daya Manusia Kepemimpinan. Bumi Aksara. Jakarta.

Umar, H. 2005. Riset Sumber Daya Manusia dalam Organisasi. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

(43)

25

RIWAYAT HIDUP

Citra Rosa A Gurning dilahirkan di Tanah Jawa pada tanggal 12 April 1991 dari Ayah Marolop Gurning dan Ibu Esa Gloria Tarigan. Putri kedua dari tiga bersaudara. Lulus dari SD Negeri 091501 Tanah Jawa pada tahun 2003, lulus dari SLTA Perguruan Kristen Methodist Indonesia Pematangsiantar pada tahun 2006 dan pada tahun 2009 lulus dari SMA Negeri 4 Pematangsiantar dan pada tahun yang sama lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) dan diterima di Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen.

Gambar

Gambar 1. Kerangka Pemikiran
Gambar 2. Jumlah Pegawai berdasarkan Jenis Kelamin
Gambar 4. Jumlah Pegawai berdasarkan Tingkat Pendidikan
Gambar 6. Jumlah Pegawai berdasarkan Masa Pekerjaan
+3

Referensi

Dokumen terkait

tentang perbuatan yang dilarang oleh suatu aturan hukum, larangan mana disertai ancaman (sanksi) yang berupa pidana tertentu bagi barangsiapa melanggar larangan tersebut,

Pada kasus gadai mobil sewa tersebut sebagai pelaku adalah M. Ubaidillah Effendi dan Agus Sumaryanto yang berposisi sebagai penyewa mobil milik Cycilia Cyntia

Peraturan Kapolri ini sebagai peraturan lanjutan dari adanya UU Nomor.2 Tahun 2002 berkenaan dengan Pembinaan profesi. Sebagaimana yang telah disinggung di atas, bahwa

Tabel IV.14 Tahu bahwa program Broadband Goverenment and Educations dilaksanakan untuk mempermudah saya dalam berkomunikasi dengan pembeli

Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap deskripsi sosial budaya wilayah Kabupaten Tegal, latar belakang berdirinya museum Sekolah Slawi, mengetahui koleksi museum

Namun demikian, dalam menangani isu sinkretisme dalam masyarakat Bajau, terdapat manhaj wasatiyyah yang perlu diambil kira khususnya oleh sarjana tempatan khususnya sarjana

Hasil dari pengolahan citra penginderaan jauh tidak terlepas dari adanya kesalahan. Kesalahan tersebut dapat terjadi akibat beberapa hal. Hal-hal yang dapat mempengaruhi

Kajian ini khusus membahas kebijakan politik hukum, yang mengambil pengertian bahwa politik hukum adalah legal policy yang akan atau telah dilaksanakan secara nasional