• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penentuan Zat Organik

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Penentuan Zat Organik"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

I. Judul Percobaan : Penentuan Zat Organik

II. Hari, Tanggal Percobaan : Rabu, 6 April 2016 pukul 09.40 WIB III. Selesai Percobaan : Rabu, 6 April 2016 pukul 12.00 WIB IV. Tujuan Percobaan : Untuk mengetahui zat organik dalam air

V. Dasar Teori :

A. Air

Air secara kimiawi merupakan senyawa polar yang mempunyai sifat-sifat tertentu, seperti bersifat-sifat pelarut, dapat berikatan hidrogen dengan senyawa organik dan sifat-sifat lain dalam mekanisme reaksi tubuh. Air untuk keperluan minum tidak sama persis dengan pengertian air secara kimiawi, karena air minum merupakan air (kimiawi) yang mengandung unsur-unsur tertentu (termasuk mineral) yang diperlukan tubuh. Bahan-bahan mineral tersebut antara lain kalsium, magnesium, natrium, besi dan lainlain. Namun jumlah mineral yang terlarut dalam air minum tidak boleh melebihi ambang batas yang diperlukan tubuh. Jika mineral-mineral tersebut jumlahnya sangat tinggi dan melebihi nilai ambang batas, dapat menggangu proses dan mekanisme dalam tubuh (Suyanta, 2010).

Air minum isi ulang adalah air minum yang diperoleh dari tempat-tempat isi ulang yang berasal dari sumber air pegunungan yang telah diolah dengan cara: kloirinasi, aerasi, filtrasi, dan penyaringan dengan sinar ultra violet. Selain itu, ada beberapa macam air yang sering digunakan sebagai sumber air minum antara lain: air laut, air sungai, air telaga, air waduk, dan air tanah. Air yang digunakan untuk minum harus bebas dari logam berat, zat organik maupun mikroorganisme yang dapat membahayakan tubuh manusia. Oleh sebab itu, semakin banyak limbah buangan sampah organik rumah tangga dan limbah beracun dari industri yang meresap ke dalam tanah, mengakibatkan banyaknya zat organik maupun anorganik yang terkandung di dalam air (Nelson, 2008).

B. Zat Organik

Zat organik adalah suatu senyawa yang tersusun dari senyawa ataukombinasi Carbon (C), Hidrogen (H), dan Oksigen (O), bersama dengan Nitrogen (N). Dalam beberapa kasus elemen yang penting seperti Sulfur,Phospor, Iron dan lain-lain juga ada. Zat organik dalam air atau air limbahdalam bentuk Protein, Karbohidrat, serta minyak dan lemak. Zat

(2)

lain yangada dalam air limbah dapat berupa garam, mineral renik, pestisida dan logam. Zat organik mudah sekali mengalami pembusukan oleh bakteri dengan menggunakan oksigen terlarut.Keberadaan zat organik di dalam air menimbulkan warna dan bau sertadapat membantu pertumbuhan bakteri.Makintinggi kandungan zat organik didalam air,maka semakin jelas bahwa air tersebut telah tercemar.

Penentuan kandungan zat organik dalam air biasanya dilakukan dengan mengukur kebutuhan oksigen dalam air untuk mendegradasi zat organik, baik dengan bantuan mikroorganisme, zat kimia dan cara lainnya. Saat ini telah ada dua metode standar dalam pengukuran kebutuhan oksigen di air, yaitu biological oxygen demand (BOD) dan chemical oxygen demand (COD). Kedua metode tersebut berhubungan dengan kebutuhan oksigen untuk mendegradasi zat organik yang ada pada contoh air. Pada metoda BOD digunakan proses oksidasi melalui bantuan mikroorganisme. Sedangkan pada metoda COD, proses oksidasi zat organik dalam sampel menggunakan pereaksi kimia, seperti dikromat, sebagai oksidatornya.Zat organik juga dapat diidentifikasikan sebagai angka permanganat yaitu banyaknya jumlah mg/l KMnO4 yang diperlukan untuk mengoksidasi zat organik yang terkandung dalam satu liter sampel air dengan dididihkan selama 10 menit. Pada prinsipnya penentuan bilangan permanganat dalam sampel air sama dengan penentuan bilangan COD, hanya penyajian data dalam bilangan permanganat dinyatakan sebagai mg KmnO4/l sedangkan COD dinyatakan dalam mg O2/l.

Air minum harus memenuhi standar yang berlaku baik kualitas maupun kuantitas sesuai denganPeraturan Menteri Kesehatan Nomor 492/Menkes/Per/IV/2010 tanggal 19 April 2010 tentang persyaratan kualitas air minum. Menurut peraturan menteri kesehatan tersebut menyatakan bahwa kadar zat organik sebagai angka permanganat dalam air minum maksimal 10 mg/L, tetapi parameter tersebut adalah parameter tambahan bukan parameter pokok dalam analisis air minum.

(3)

Penetapan kadar zat organik sebagai KMnO4 dapat dilakukan dengan titrasi permanganometri. Titrasi permanganometri adalah salah satu contoh titrasi oksidimetri, yaitu titrasi yang berhubungan dengan reaksi oksidasi-reduksi (redoks). Titrasi ini menggunakan oksidator KMnO4 sebagai larutan baku sekunder. Titrasi dengan KMnO4 dilakukan dalam suasana asam dan biasanya menggunakan H2SO4 2 N encer, karena H2SO4 2 N tidak mudah teroksidasi dan juga tidak dapat berfungsi sebagai oksidator (Parwata, 2009).

Zat organik sebagai KMnO4 dalam suasana asam, setelah penambahan H2SO4 2 N dan dengan pemanasan pada suhu 60–70 C,ᵒ dioksidasi oleh KMnO4 berlebih, sisa KMnO4 direduksi dengan larutan asam oksalat berlebih, kemudian kelebihan asam oksalat dititrasi kembali dengan larutan KMnO4, sampai terjadi perubahan warna dari bening menjadi merah muda (Hidayati dan Yusrin, 2010). KMnO4 tidak dapat digunakan sebagai larutan baku primer karena sulit didapatkan dalam keadaan murni dan hampir selalu bercampur dengan endapang mangan (IV) oksida (MnO2), serta mudah tereduksi oleh reduktor organik yang terdapat dalam air suling. KMnO4 dapat bereaksi cepat dengan banyak zat pereduksi, tetapi beberapa zat memerlukan pemanasan atau katalis untuk mencapai reaksi tersebut. Jika reaksi berlangsung lambat, maka akan dijumpai banyak kesulitan dalam memakai reagensia tersebut, oleh karena itu, KMnO4 harus dibakukan terlebih dahulu, biasanya dilakukan dengan larutan baku primer yaitu asam oksalat dan natrium oksalat (Underwood, 2009). Penentuan Jumlah mg Zat organic dalam air dapat dihitung menggunakan rumussebagai berikut:

mgKMnO4/L=([10+a

]

b

[10

× c

]

)×31,6×1000

d

Dimana:

a = mL KMnO4 0,01 N yang dibutuhkan untuk titrasi. b = Normalitas KMnO4.

c = Normalitas asam oksalat. d = mL sampel yang digunakan.

(4)

D. Kondisi Air Laut Pantai Kenjeran

Limbah yang dihasilkan oleh kegiatan perkotaan di Indonesia sebagian besar tanpa melalui proses pengolahan sebelum dibuang langsung ke saluran pematusan. Sehingga sungai sebagai saluran pembuangan terakhir menuju ke laut memiliki beban yang berat, selain sebagai saluran pembuangan kegiatan perkotaan juga menjadi saluran yang membawa sedimentasi dari daerah hilir. Terlebih di wilayah muara sungai (estuari), dimana hampir seluruh limbah perkotaan dan sedimentasi yang dibawa aliran sungai mengendap dan mengumpul di wilayah ini. Besarnya limbah domestik di sungai perkotaan yang dihasilkan oleh rumah tangga, dengan ciri utama berupa tingginya nilai BOD yang disebabkan oleh keberadaan kandungan bahan organik yang berkisar Antara 50 – 75 %, sedang sisanya berasal dari kegiatan industry.

Besarnya prosentase kandungan BOD pada limbah domestik rumah tangga di aliran sungai/saluran pematusan berkisar 50 – 75 % dengan volume limbah dari sumber domestik yang dihasilkan di Propinsi Jawa Timur tahun 1995 berkisar antara 200 – 204 liter/orang/hari (BTKL Pos Surabaya, 1995). Volume limbah yang begitu besar tanpa melalui proses pengolahan terlebih dahulu akan menimbulkan dampak/pengaruh yang buruk terhadap badan sungai dan muara sungai, dan tentunya keberadaan perairan laut yang menjadi tempat pembuangan akhir.

Kondisi pesisir Kenjeran merupakan daerah estuari yang subur, tempat berbiaknya berbagai biota karena adanya suplai nutrisi yang terus-menerus dibawa ombak. Di sepanjang pesisir Kenjeran sekarang ini telah dikuasai oleh pengembang yang ingin membangun atau memperluas usaha dibidang properti. Perumahan-perumahan baru dan megah akan menjejalah wajah pesisir Kenjeran yang jelas ini merupakan pelanggaran tata ruang karena peruntukkannya untuk konservasi.

Kerusakan pesisir Pantai Kenjeran dipicu oleh pencemaran yang berasal dari pembuangan limbah industri, rumah tangga, maupun sampah yang dibuang sembarangan disekitar pantai. Pembuangan limbah cair misalnya dari industri berdampak pada matinya organisme didalam air

(5)

apabila parah dapat menyebabkan dekomposisi anaerobik. Sampah yang banyak menimbulkan permukaan pantai tertutup sehingga menutupi penetrasi matahari dan mempersulit proses pengambilan oksigen yang berguna dalam proses fotosintesa oleh klorofil.

Setiap pemanfaatan sumberdaya wilayah pesisir dapat menyebabkan terjadinya perubahan ekosistem dengan skala tertentu. Pemanfaatan dengan tidak mempertimbangkan prinsip-prinsipe kologi dapat menurunkan mutu lingkungan dan berlanjut dengan terjadinya kerusakan ekosistem wilayah pesisir yang bersangkutan. Dengan demikian masalah utama dalam pengelolaan dan pengembangan sumberdaya wilayah pesisir adalah pemanfaatan ganda daripada sumberdaya tanpa adanya koordinasi.

Secara garis besar gejala kerusakan lingkungan yang mengancam kelestarian sumberdaya pesisir dan lautan di pesisir Pantai Kenjeran yaitu: pencemaran, degradasi fisik habitat, over eksploitasi sumber daya alam. Sumber pencemaran perairan pesisir Pantai Kenjeran terdiri dari limbah industri, limbah cair pemukinan (sewage), limbah cair perkotaan (urban stormwater), pelayaran (shipping), pertanian, dan perikanan budidaya. Bahan pencemar utama yang terkandung dalam buangan limbah tersebut berupa: sediment, unsure hara (nutriens), logam beracun (toxic metals), pestisida, organisme eksotik, organisme pathogen, sampah dan oxygen depleting substances (bahan-bahan yang menyebabkan oksigen yang terlarut dalam air laut berkurang). Permasalahan yang dihadapi dalam pengelolaan wilayah pesisir, khususnya di Pantai Kenjeran yaitu Pemanfaatan ganda, pemanfaatan tak seimbang, pengaruh kegiatan manusia, dan pencemaran wilayah pesisir.

VI. Alat dan Bahan :

1. Alat

- Labu erlenmeyer 250 mL 3 buah

- Stopwatch 1 buah

- Kompor listrik 1 buah

(6)

- Termometer 1 buah

- Gelas ukur 25 mL 1 buah

- Buret 1 buah

- Statif dan klem 1 set

- Pipet tetes secukupnya

2. Bahan

- Air sampel berasal dari pantai Kenjeran - KMnO4 0,01 N

- H2SO4 8 N - Asam oksalat - Aquades - Batu didih

VII. Prosedur Percobaan :

1. Standarisasi KMnO4 dengan asam oksalat

2. Penentuan kadar zat organik

50 mL aquanesa

- Dimasukkan ke dalam erlenmeyer

- + 2,5 mL H2SO4 - + 1 batu didih

- Dipanaskan pada suhu 60 Cᵒ

- +5 mL asam oksalat

- Dititrasi KMnO4 sampai timbul warna merah jambu Volume titrasi 50 mL sampel air - Dimasukkankedalamerlenmeyer - +2 tetes KMnO4 0,01 N - +2,5 mL H2SO4 - + 1 batu didih

- Dipanaskan hingga tak berwarna (larutan mendidih)

- +5 mL KMnO4 0,01 N - Dipanaskan 10 menit

- +5 mL asam oksalat 0,01 N

- Dititrasi KMnO4 sampai timbul warna merah jambu

(7)
(8)

VIII. Hasil Percobaan : No

.

Prosedur Percobaan Hasil Pengamatan Dugaan / Reaksi Kesimpulan

Sebelum Sesudah

1. Standarisasi KMnO4 dengan asam oksalat - Aquanesa: larutan tak berwarna - H2SO4: larutan tak berwarna - Asam oksalat: larutan tak berwarna - KMnO4: larutan berwarna ungu - Aquanesa+ H2SO4: larutan tak berwarna - Dipanaskan 60 C:ᵒ larutan tak berwarna - +asam oksalat: larutan tak berwarna - Dititrasi dengan KMnO4: larutan berwarna merah jambu - Volume: 5,8 mL 5C2H2O4 (aq) + 2MnO4- + 16H+10 CO 2 + 2Mn2+ + 8H2O Standarisasi KMnO4 dengan menggunakan 5C2H2O4didapatk an normalitas KMnO4 sebenarnya adalah 8,62 x 10-3 N 50 mL aquanesa

- Dimasukkan ke dalam erlenmeyer

- + 2,5 mL H2SO4 - + 1 batu didih

- Dipanaskan pada suhu 60 Cᵒ

- +5 mL asam oksalat

- Dititrasi KMnO4 sampai timbul warna merah jambu

(9)

2. Penentuan kadar zat organik - Air sampel: sedikit keruh - H2SO4: larutan tak berwarna - Asam oksalat: larutan tak berwarna - KMnO4: larutan berwarna ungu - Sampel+ 2 tetes KMnO4: larutan berwarna soft pink

- +batu didih dan dipanaskan sampai mendidih: larutan tak berwarna - + KMnO4: larutan berwarna pink - Dipanaskan 10 menit: larutan tak berwarna - +asam okaslat: larutan tak berwarna - Dititrasi dengan KMnO4: larutan berwarna pink - V1 : 4,9 mL - V2 : 4,6 mL - Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 492/Menkes/Per/IV/201 0 tanggal 19 April 2010 tentang persyaratan kualitas air minum, menyatakan bahwa kadar zat organik

sebagai angka

permanganat dalam air minum maksimal 10 mg/L

- Standart Nasional Indonesia (SNI) 01-3553-2006 bahwa kadar zat organik sebagai angka permanganat dalam air minum 1,0 mg/l.

Kadar zat organik air laut Pantai Kenjeran sebesar 15,589 mg/L. kadar tersebut melewati ambang batas kadar zat organik yaitu 10 mg/L.

50 mL sampel air

- Dimasukkan ke dalam erlenmeyer

- +2 tetes KMnO4 0,01 N - +2,5 mL H2SO4

- + 1 batu didih

- Dipanaskan hingga tak berwarna (larutan mendidih)

- +5 mL KMnO4 0,01 N - Dipanaskan 10 menit

- +5 mL asam oksalat 0,01 N

- Dititrasi KMnO4 sampai timbul warna merah jambu

(10)
(11)

IX. Analisis dan Pembahasan :

Percobaan ini bertujuan untuk menentukan kadar zat organik yang terkandung dalam air sampel berdasarkan bilangan permanganate melalui titrasi permanganometri. Adanya kadar permanganat yang digunakan dalam titrasi menunjukan jumlah KMnO4 yang dibutuhkan untuk mengoksidasi zat organik yang terkandung dalam air sampel.

Air sampel yang dipakai berasal dari pantai kenjeran Surabaya. Air diambil dari pantai dengan jarak sekitar 3 meter dari bibir pantai dengan kedalaman 30cm dari permukaan air laut diambil pada tanggal 27 Maret 2016 sekitar pukul 07.40 WIB. Kondisi air pantai saat itu berwarna keruh dengan sampah yang berserakan dipinggir pantai dan tumpukan cangkang kerang yang terdapat bibir pantai. Saat dianalisis air sampel telah didiamkan selama satu setengah minggu membuat air berwarna sedikit keruh dan terdapat endapan yang berada didasar botol penyimpan.

a. Standarisasi larutan KMnO4

Sebelum dilakukan analisis kadar zat organik dalam sampel, larutan KMnO4 yang akan digunakan dalam titrasi permanganometri harus distandarisasi terlebih dahulu menggunakan aquades dan asam oksalat. Pertama 50 ml aquades dimasukan dalam erlenmeyer, ditambah H2SO4 8N, dipanaskan sampai suhu 60oC kemudian dimtambah 5 ml asam oksalat dan dititrasi menggunakan KMnO4 yang akan distandarisasi. Penambahahan H2SO4 adalah adalah sebagai pendonor H+ yang nantinya akan melepas oksigen dari ion oksalat agar bilangan oksidasinya turun, sehingga asam oksalat lebih mudah bereaksi dengan kalium permanganate. H2SO4 juga membuat larutan dalam suasana asam serta Penambahan asam sulfat juga berfungsi sebagai katalis untuk mempercepat reaksi, karena kekuatan oksidator kalium permanganate bergantung pada pH larutan.

Pada larutan asam lemah dimana [H+] < 0,1N, maka akan terbentuk endapan coklat mangan oksida yang mengganggu reaksi.

MnO4- + 4H+ + 3e- → MnO2 + 2H2O

Adanya endapan mangan oksida akan mengkatalisis autoda komposisi permanganat. Bila dibiarkan maka akan terbentuk lebih banyak mangan oksida sehingga jumlah permanganate akan semakin berkurang karena mengalami dekomposisi dengan adanya mangan oksida. Hal yang sama

(12)

juga terjadi pada suasana netral karena akan terbentuk endapan mangan oksida dalam reaksinya.

Fungsi dari pemanasan bertujuan untuk mempercepat reaksi yang terjadi. Dan penambahan Larutan baku primer asam oksalat 0,01 N digunakan untuk standarisasi larutan baku sekunder kalium permanganate karena Asam oksalat merupakan standar primer yang baik untuk permanganate dalam larutan asam.

Dari titrasi yang dilakukan larutan berubah warna menjadi merah jambu pada volume titran 5,8 ml. warna merah jambu menunjukan bahwa titik akhit titrasi telah tercapai. Karna warna merah jambu yang ditimbulkan sebagai akibat reaksi redoks antara KMnO4 dengan asam oksalat. Larutan KMnO4 merupakan salah satu larutan auto indikator yang artinya bentuk teroksidasi dan tereduksi dari kalium permanganat memiliki warna yang berbeda sehingga tidak perlu menambahkan indikator lagi.

Dari volume titrasi yang diperoleh dapat dihitung normalitas KMnO4 dari mol KMnO4 yang ekivalen dengan mol asam oksalat sesuai dengan rumus:

N1 x V1 = N2 x V2

0,01 N x 5ml = N2 x 5,8 ml

N2=0,05

5,8 =0,00862N

Jadi normalitas KMnO4 yang akan digunkan untuk penentuan kadar zat organik sampel adalah 0,00862 N

b. Penentuan zat organik dalam sampel

Air sampel diambil sebanyak 50 ml dimasukan dalam erlenmeyer, ditambah 2 tetes KMnO4, ditambah 2,5 ml H2SO4 8N, danbatu didih dimasukan erlenmeyer kemudian dipanaskan dalam penangas yang mendidih hingga larutan yang berada dalam erlenmeyer tak berwarna. Penambahan 2 tetes KMnO4 di awalini bertujuan untuk mengoksidasi ion– ion yang dapat mengganggu proses analisis zat organik seperti ion Fero, nitrit, sulfida, clorida dll. Karena zat organik hanya dapat dioksidasi oleh permanganat pada suasana asam dan pada kondisi panas. Penambahan H2SO4ini sama halnya pada tahap standarisasi yaitu sebagai katalis untuk

(13)

mempercepat reaksi, karena kekuatan oksidator kalium permanganat pada zat organik bergantung pada pH larutan. Kemudian larutan yang telah panas dan tidak berwarna ditambah 5 ml KMnO4, dipanaskanlagiselama 10 menit, ditambah 5 ml larutan asam okslat 0,01 N kemudian dititrasi menggunakan KMnO4. Larutan KMnO4 sebanyak 5 ml yang ditambahkan ini merupakan KMnO4 berlebih yang digunakan untuk mengoksidasi zat organik yang terdapat pada sampel. Kelebihan KMnO4 yang digunakan untuk mengoksidasi zat organik dalam sampel direduksi oleh 5 ml asam oksalat (berlebih) kemudian kelebihan asam oksalat ini dioksidasi menggunakan titrasi permanganometri (KMnO4).

Sebagaimana reaksi redoks yang terjadi dalam percobaan ini dapat ditunjukkan sebagai berikut:

 Reduksi: 10e + 2MnO4- + 16H+ → 2Mn2+ + 8H2O  Oksidasi: 5C2O42- → 10CO2 + 8H2O  Reaksi total: 2MnO4- + 16H+ + 5C2O42- → 2Mn2+ + 10CO2 + 8H2O

Sehingga pada percobaan ini kadar zat organik yang terkandung dalam sampel sama dengan kadar KMnO4 yang digunakan dalam titrasi untuk mengoksidasi kelebihan asam oksalat. Volume KMnO4 yang diperoleh dalam titrasi sebesar V1= 4,9 ml ; V2=4,6 ml ; V3=4,1 ml.

Dengan menggunakan rumus

mg KMn O4

L =

[

(10+a)b−(10xc)

]

x31,6x1000

d

dengan:

a: volume KMnO4 0,01 N yang dibutuhkan pada saat titrasi (mL) b: normalitas KMnO4 yang sebenarnya (hasil standarisasi) (N) c: normalitas asam oksalat (0,01N)

d: volume sampel yang digunakan (50 mL)

Kadar zat organik dalam sampel air laut pantai kenjeran dapat ditentukan yaitu sebesar 15,589 mg/L. Kadar ini melebihi ambang batas syarat mutu yang telah ditetapkan oleh Standar Nasional Indonesia (SNI) 01-3553-2006 yaitu sebesar 1,0 mg/L dan menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 492/Menkes/Per/IV/2010 tanggal 19 April 2010 tentang persyaratan kualitas air minum, menyatakan bahwa kadar zat organik sebagai angka permanganat dalam air minum maksimal 10 mg/L.

(14)

Hal ini mengindikasikan bahwa air laut pantai kenjeran Surabaya telah tercemar zat organik yang melebihi batas dan tidak layak untuk dikonsumsi.

X. Kesimpulan :

Dari praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa :

1. Pada tahap standarisasi KMnO4 dengan asam oksalat (H2C2O4) didapatkan normalitas KMnO4 yang sebenarnya adalah 0,00862 N.

2. Kadar zat organik yang terdapat di dalam sampel air laut pantai Kenjeran Surabaya yang telah didiamkan selama satu setengah minggu adalah 15,589 mg/L. Kadar zat organik ini melewati ambang batas yang telah ditetapkan oleh negara dalam SNI 01 -3553 - 2006 tentang Syarat Mutu Air bahwa kadar zat organik yang diperbolehkan maksimal 1,0 mg/L dan juga menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 492/Menkes/Per/IV/2010 tanggal 19 April 2010 tentang persyaratan kualitas air minum, menyatakan bahwa kadar zat organik sebagai angka permanganat dalam air minum maksimal 10 mg/L. Hal inimenunjukan air laut pantai Kenjeran Surabaya telah tercemar zat organik dan tidak layak untuk dikonsumsi.

DaftarPustaka

Ana H. M. dan Yusrin, 2010a. Pencemaran air oleh zat orgaik sebaga KMnO4 dan padatan tersuspensi. (Online),(http.repository.usu.ac.id., diaksestanggal 24 Maret 2016).

Nelson, E., 2008. Analisis Kualitas Air Minum Isi Ulang di Kota Pekanbaru, (Online),(http.analysys_kualitas_air.ac.id,diakses pada 09 April 2016) Parwata, MOA., 2009. Penuntun Praktikum Laboratorium Kimia Analitik.

Denpasar: STIKes Wira Medika Bali.

PermenkesRI. 2010. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 492/Menkes/Per/IV/2010.(online),(http://pppl.depkes.go.id diakses pada 24 Maret 2016).

Rahmawan, Komang Peri Sukma, dkk. 2015. Perbedaan Zat Organik sebagai KMnO4 Berdasarkan Pembuatan Titran KMnO4. Jurnal Kimia, (online),

Jilid 2 No. 1, (http://stikeswiramedika.ac.iddiunduh 24 Maret 2016)

Suyanta. 2010. Pengolahan Air Sumur untuk Bahan Baku Air Minum.(online), (http://staff.uny.ac.id; diakses pada 09 April 2016)

(15)

Lampiran 1. Dokumentasi

No .

Perlakuan Dokumentasi Keterangan

1. Aquades Tak berwarna

Aquaes + H2SO4 8N Larutan tak berwarna

Dipanaskan sampai suhu 60oC

(16)

No .

Perlakuan Dokumentasi Keterangan

+asam oksalat Larutan tak berwarna

Dititrasi dengan KMnO4

Larutan merah jambu

2. Air sampel Sedikit keruh

+ 2 tetes KMnO4 Larutan tak berwarna

+ 2,5 ml H2SO4 8N Dipanaskan dalam penangas sampai mendidih

(17)

No .

Perlakuan Dokumentasi Keterangan

+ 5ml KMnO4 Larutan berwarna pink

Dipanaskan dalam penagas selama 10 menit

Larutan tak berwana

+ 5 ml asamoksalat

Dititrasi dengan KMnO4

Larutan berwarna merah jambu

(18)

Lampiran 2. Perhitungan

a. Standarisasi KMnO4 Diketahuti V titrasi = 5,8 ml

molekivalen C2H2O4 = molekivalen KMnO4 N1 x V1 = N2 x V2

0,01 N x 5 ml = N2 x 5,8 ml

N2=0,05

5,8 =0,00862N

Jadi normalitas KMnO4 adalah 0,0086 N b. Penentuan kadar zat organic dalam sampel

Diketahui V1 = 4,9 ml V2 = 4,6 ml V3 = 4,1 ml

Karena kadar zat organic yang terkandung dalam sampel = dengan kadar KMnO4 yang digunakan untuk menitrasi kelebihan asam oksalat maka digunakan rumus sebagai berikut:

mg KMn O4

L =

[

(10+a)b−(10xc)

]

x31,6x1000

d

dengan:

a: volume KmnO4 0,01 N yang dibutuhkan pada saat titrasi (mL) b: normalitas KmnO4 yang sebenarnya (hasil standarisasi) (N) c: normalitas asam oksalat (0,01N)

d: volume sampel yang digunakan (50 mL) 1. V1 = 4,9 mL mg KMn O4 L =

[

(10+4,9)0,00862−(10x0,01)

]

x31,6x1000 50 mg KMn O4 L =

[

0,128−0,1]x31600 50 =17,696 mg L 2. V2 = 4,6 mL mg KMn O4 L =

[

(10+4,6)0,00862−(10x0,01)

]

x31,6x1000 50 mg KMn O4 L =

[

0,125−0,1]x31600 50 =15,8 mg L 3. V3 = 4,1 mL mg KMn O4 L =

[

(10+4,9)0,00862−(10x0,01)

]

x31,6x1000 50

(19)

mg KMn O4 L =

[

0,121−0,1]x31600 50 =13,272 mg L

rata – rata kada rzat organic dalam sampel

ratarata=17,769+15,8+13,272 3

ratarata=15,589mg

L

Referensi

Dokumen terkait

karbohidrat, protein, zat besi dan sifat organoleptik pada beras organik.. dan beras non organik, dan sebagai bahan

Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan konsentrasi vinase maksimum di mana eceng gondok masih dapat tumbuh dan kecepatan penyerapan zat organik vinase menggunakan eceng

Tujuan pada praktikum ini adalah untuk mengetahui cara menentukan nilai C- Organik dalam sampel air limbah menggunakan metode spektrofotometri

COD COD menunjukkan zat organik dan jumlah oksigen yang COD menunjukkan zat organik dan jumlah oksigen yang dibutuhkan untuk mengoksidasi zat organik dengan bahan dibutuhkan

juga proses oksidasi kimia lanjut dapat ditawarkan untuk mengolah air gambut dengan menghandalkan sifat reaktif radikal hidroksil (HO * ) berasal dari eksitensi H 2 O 2

Penelitian ini mengaplikasikan proses oksidasi menggunakan ozon serta kombinasinya dengan sinar UV sebagai teknologi Advanced Oxidation Process, (AOP) untuk menyisihkan kandungan

Kultivasi mikroalga dilakukan untuk menurunkan zat organik (nutrien) dalam POME pada konsentrasi yang berbeda menggunakan pencahayaan dan aerasi terhadap pertumbuhan biomassa

Kolorimetri merupakan suatu metoda analisa kimia yang didasarkan pada tercapainya kesamaan besaran warna antara larutan sampel dengan larutan standar dengan menggunakan sumber