• Tidak ada hasil yang ditemukan

... ( "C)... (%).. - *.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "... ( "C)... (%).. - *."

Copied!
85
0
0

Teks penuh

(1)

HASIL

DAN

PEMBAaASAN Penelitian T a h a ~ Kesatu

Rataan Tem~eratur Minimum dan Maksimum

Rataan temperatur minimum dan maksimum serta kelem- baban udara relatif harian selama tiga minggu penelitian

berlangsung dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5 . Rataan Temperatur harian dan Kelembaban Udara Relatif Salama Tiga Minggu Penelitian

Rataan Temperatur Harian Kelembaban

Minggu Minimum Maksimum Udara Relatif

. . .

.

.

( " C ) .

. . .

.

.

. .

. .

( % ) .

.

-

* .

Rataan 24.64 28.35 8 3 . 3 6

Dari Tabel 5 terlihat bahwa rataan temperatur udara

kandang harian minimum dan maksimum masing-masing adalah 2 4 . 6 4 O C dan 28.35 OC serta kelembaban udara relatif

8 3 . 3 6 % .

Menurut Calvert ( 1 9 7 6 ) bahwa temperatur yang optimal

untuk ayam petelur agar menghasilkan produksi yang baik berkisar antara 1 8 - 2 1 ° C ( t h e r m c m e u t r a l z o n e ) , dan akan me- nurun produksinya di bawah atau di atas kisaran tersebut. Bila ha1 ini dikaitkan dengan temperatur pada kandang percobaan maka terlihat bahwa suasana temperatur kandang di atas zona thermonetral. Hal ini berarti bahwa ayam

(2)

tersebut telah mengalami cekaman panas, sehingga kemung- kinan ayam tidak berproduksi secara optimal.

Rataan kelembaban udara relatif kandang percobaan d i

lingkungan tempat percobaan berlangsung adalah 8 3 . 3 6 %

(Tabel 5). Hasil yang diperoleh pada pengamatan ini me- nunjukkan bahwa kelembaban udara relatif kandang lebih tinggi dibandingkan dengan kelembaban udara relatif untuk menghasilkan produksi secara optimal seperti dinyatakan

oleh Rowland (1978) yaitu kelembaban u d a r a relatif yang

baik untuk ayam petelur berkisar antara 55 sampai 75%.

Rataan kandungan kortisol dalam plasma darah selama tiga minggu penelitian dari masing-masing perlakuan disa-

jikan pada Tabel 6.

Tabel 6. Rataan Kandungan Kortisol Dalam Plasma Darah selama Tiga Minggu Penelitian

Ulangan Perlakuan

Rataan

(3)

Hasil uji statistik seperti terlihat pada Lampiran 3

menunjukkan bahwa suplementasi vitamin C nyata menurunkan

(P(0.05) kandungan kortisol dalam plasma darah dibanding-

k a n dengan tanpa suplementasi vitamin C. Uji beda nyata

terkecil seperti terlihat pada Tabel 7 menunjukkan bahwa

suplementasi vitamin C 100 ppm tidak menunjukkan perbedaan

yang nyata dibandingkan dengan suplementasi vitamin C 200

ppm, 300 ppm, 400 ppm dan 500 ppm. Hasil yang diperoleh

pada penelitian ini sesuai dengan pendapat Scheming dan

Nockels (1978) yang melaporkan bahwa ayam petelur yang

mendapat suplementasi 300 ppm total kortisol dalam tubuh

nyata lebih rendah dibandingkan dengan tanpa suplementasi

vitamin C.

Tabel 7. Uji Boda Nyata Terkecil Pengaruh Suplemen- tasi Vitamin C terhadap Kandungan Kortisol

(ug/lOO ml).

Suplementasi Vitamin C Rataan Kortisol

( PPm (ug/100 ml)

o

0.1533 a 100 0.0633 b 200 0.0733 b 3 06 0.0500 b 400 0.0600 b 500 0.0566 b

Keterangan : huruf yang berbeda menunjukkan perbedaan

yang nyata (P(0.05)

Bila dikaitkan dengan teori yang diajukan oleh Selye

( 1 9 5 6 ) terhadap fisiologi cekaman panas (heat stress)

(4)

ternak, maka tubuh akan berusaha untuk meningkatkan laju sintesis kortisol, Vitamin C mempunyai peranan untuk m e n g -

hambat laju produksi kortisol dengan cara menghambat

aktivitas enzim C-21 hodroksilase dan 11- R hidroksilase

dalam tapak jalan sintesis hormon steroid (Kitabchi, 1967).

Pen~aruh Perlakuan terhadao Kandun~an Tiroksin

Rataan kandungan tiroksin dalam plasma darah selama tiga minggu penelitian dari masing-masing perlakuan disa-

jikan pada Tabel 8.

Tabel 8 . Rataan Kandungan Tiroksin Dalam Plasma Dsrah selama Tiga Minggu penelitian

Ulangan Perlakuan

-

0 100 2 0 0 300 400 500

. . . - p g / 100 ml

...

Rataan

1.44i0.05 1.65i0.10 1.7420.20 1.80i0.28 1.90i0.12 2.00f0.18

Hasil uji statistik seperti terlihat pada Lampiran 5

menunjukkan bahwa suplernentasi vitamin C nyata (P<0.05)

meningkatkan kandungan tiroksin dalam plasma darah. Selanjutnya dilakukan uji beda nyata terkecil.

(5)

Tabel 9. U j i Beda Nyata Terkecil Pengaruh Suplamenta-

si Vitamin C terhadap Kandungan Tiroksin

(ug/ioo ml)

Suplementasi Vitamin C Rataan Tiroksin

( P P ~ ) ( ~ g / 1 0 0 ml)

o

1.443 a 100 1.653 a 200 1.740 ab 300 1.797 b 400 1.897 b 500 2.003 b

Keterangan : huruf yang berbeda menunjukkan perbedaan

yang nyata (P<O.OS)

Berdasarkan analisis seperti terlihat pada T a b e l 9

terlihat bahwa suplementasi vitamin C 100 ppm dan 200 ppm

tidak menunjukkan perbedaan yang nyata dibandingkan dengan

tanpa suplementasi vitamin C. Suplementasi vitamin C 200

ppm tidak menimbulkan perbedaan yang nyata dibandingkan

dengan 300 ppm, 400 ppm dan 500 ppm. Hasil yang dicapai

pada penelitian ini memberikan indikasi bahwa suplementasi

vitamin C mulai 300 ppm secara fisiologis telah mampu me-

ngembalikan aktifitas kelenjar tiroid untuk memperoduksi tiroksin lebih baik dibandingkan dengan tanpa suplementasi

vitamin C yang dalam keadaan normal berkisar 1.70 pg/100

ml.

Bila dikaitkan dengan temperatur lingkungan tempat

penelitian yaitu minimum 24.64 OC dan maksimum 28.35 OC

nampaknya bahwa rendahnya kandungan tiroksin dalam plasma

(6)

pada penelitian ini sesuai dengan penelitian Huston,

Edward dan Williams (1961) yang menyatakan bahwa pada tem-

peratur lingkungan tinggi laju sekresi tiroid akan menu- run. Atmomarsono (1989) memperoleh hasil pengukuran kan- dungan tiroksin pada ayam broiler yang dipelihara pada

temperatur 28 OC yaitu 2.66 pg/dl dibandingkan dengan 1.58

pg/dl pada temperatur 31 OC.

Pengamh Perlakuan terhada~ Kandun~an Kolesterol

Rataan kandungan kolesterol dalam plasma darah selama tiga minggu penelitian dari masing-masing perlakuan disa-

jikan pada Tabel 10.

Tabel 10. Rataan Kandungan Kolesterol Dalam Plasma Darah selama Tiga Hinggu Penelitian

P e r l a k u a n Ulangan

0 100 200 300 4 0 0 500

Rataan 93.8f1.6 86.3f17 82.45f9 75.27f4 68.92r1 70.92i11

Hasil uji statistik seperti terlihat pada Lampiran 7

menunjukkan bahwa suplementasi vitamin C tidak menunjukkan

(7)

plasma darah. Untuk mendapatkan gambaran lebih jauh penga-

ruh suplementasi vitamin C terhadap kandungan kolesterol

dalam plasma darah disajikan pada Tabel 11.

Tabel 11. Uji Beda Nyata Terlcecil Pengaruh Sup- lementasi Vitamin c terhadap Kandungan Kolesterol (mg/100 ml)

Suplementasi Vitamin C Rataan Kolesterol

( P P ~ ) (mg/100 ml)

o

93.82 a 100 86.26 a 200 82.45 a 300 75.27 a 4 0 0 68.92 a 500 70.92 a

Keterangan : Huruf yang sama tidak menunjukkan perbedaan yang nyata

Hasil yang dicapai pada penelitian ini menunjukkan bahwa suplementasi vitamin C tidak memberikan pengaruh

terhadap kandungan kolesterol dalam plasma darah. Hal ini

berarti bahwa suplementasi vitamin C sampai dengan dosis

500 ppm pada kondisi temperatur kandang penelitian belum memberikan pengaruh terhadap penurunan kandungan koleterol dalam plasma darah.

Siege1 (1962) melaporkan bahwa penyuntikan ACTH seba-

gai stressor pada ayam menyebabkan penurunan kolesterol

dalam kelenjar adrenal. Sebaliknya Thaxton (1983) mela-

porkan bahwa kandungan kolesterol pada kelenjar adrenal

(8)

menit tidak menunjukkan pengaruh terhadap kandungan ko- lesterol dibandingan dengan ayam yang tidak didedah.

Hasil yang dicapai pada penelitian ini nampaknya se- jalan dengan hipotesis yang diajukan Sulimovichi dan Boyd

(1967) bahwa vitamin C dapat menghambat sistem enzim yang

mengubah kolesterol menjadi pregnanolon. Sedangkan fungsi

dari kolesterol adalah sebagai prekursor dari hormon ste- roid. Pada temperatur lingkungan yang tinggi kolesterol diproduksi lebih banyak karena digunakan sebagai prekursor hormon steroid mengantisipasi cekaman panas.

Penelitian Kedua

Rataan temperatur minimum dan maksimum serta kelem-

baban udara relatif harian selama penelitian I 1 berlang-

sung dapat dilihat pada Lampiran 8 dan 9 .

Data pada Tabel 12 memperlihatkan rataan temperatur

minimum adalah 21,64 " C dan temperatur maksimum 3 0 , 5 5 OC.

Hasil yang diperoleh pada penelitian ini menunjukkan bahwa temperatur kandang percobaan terdapat di atas temperatur

optimal bagi ayam petelur. Hal ini berarti bahwa ayam

tersebut kemungkinan telah mengalami cekaman panas sesuai

dengan pendapat NRC (1977) yang menyatakan bahwa tempera-

tur optimal untuk ayam petelur berkisar antara 16

-

24 OC.

Rataan kelembaban udara relatif kandang percobaan

minimum adalah 76.15 persen dan maksimum 90.84 persen.

(9)

maka semakin sulit ayam mengeluarkan beban panas melalui

evapotranspirasi. Sesuai pernyataan Card dan Nesheim

( 1 9 7 2 ) melaporkan bahwa kelembaban relatif udara yang

tinggi akan menyebabkan pembuar~gan uap air yang berlebihan

atau "panting" tidak berhasil dengan baik.

Tabel 12. Rataan Temperatur harian dan Kelembaban

Udara Relatif Belama 11 Minggu Penelitian

Jam Rataan Temperatur Harian Kelembaban

Udara R e l a t i f

...("

C )

...

. . . .

.

( % ) .

.

- - -

Hasil yang dicapai pada penelitian ini sejalan dengan

pernyataan Rowland (1978) bahwa untuk menghasilkan produk-

si telur yang optimal kelembaban udara relatif berkisar

antara 5 5

-

7 5 persen. Fenomena ini merupakan beban

yang sangat berat bagi ternak ayam untuk menghilangkan panas tubuh melalui evapotranspirasi.

Bila ditelaah lebih lanjut sesuai dengan data pada

Tabel 12 terlihat bahwa ayam yang dipelihara pada kandang

(10)

yaitu mulai dari jam 08.00 sampai dengan jam 16.00. Hal ini didasarkan pada pendapat El Boushy ( 1 9 7 8 ) bahwa ayam a k a n mengalami cekaman panas apabila d i p e l i h a r a d i a t a s temperatur 24 OC.

Penearuh Perlakuan terhadan Kandun~an Vitamin C Dalam Plasma Damh R a t a a n k a n d u n g a n vitamin C d a l a m p l a s m a d a r a h pada ayam fase I dan fase I11 dari masing-masing perlakuan se- lama ll minggu penelitian dapat dilihat pada Tabel 13.

Tabel 13. Rataan Kandungan Vitamin C dalam Plasma Darah pada Ayam Fase I dan F a s e 111 dari Masing-masing Perlakuan selama 11 Minggu Penelitian (mg/100 ml)

Ulangan Per lakuan

Ayam Petelur Fase I

...

mg/100 ml

...

1 0.73 0.99 1.17 1.36 1.63

2 0.82 1.05 1.21 1.17 1.50

Rataan 0.78 1.02 1.19 1.26 1.56

Ayam Petelur Fase I11

1 0.78

2 0.71 Rataan 0.75

Rataan 0.775 0.04 1.12+0.11 1.22k0.04 1.30k0.09 1.59+0.06

Pada Tabal 13 terlihat bahwa kandungan vitamin C da- lam p l a s m a d a r a h ayam petelur f a s e I d a n f a s e I 1 1 y a n g t i d a k mendapat suplementasi vitamin C lebih r e n d a h dari

(11)

pada ayam petelur yang mendapat suplementasi vitamin C.

Hasil uji statistik seperti terlihat pada Lampiran 11

menunjukkan bahwa suplementasi vitamin C nyata memberikan

pengaruh yang sangat nyata (P<0.01) terhadap kandungan vi-

tamin C dalam plasma. Untuk mengetahui perbedaan akibat

tingkat suplementasi vitamin C selanjutnya dilakukan uji

beda nyata terkecil seperti terlihat pada Tabel 14.

Tabel 1 4 . Uji Beda Nyata Terkecil Pengaruh Tingkat

suplementasi vitamin C terhadap Rataan

Kandungan Vitamin C B a l m Plasma Darah

Suplementasi Vitamin C Rataan Vitamin C Plasma

...pp m...

...

mg/100 ml...

.

Keterangan : Huruf yang berbsda menunjukkan perbedaan

yang nyata (PC 0.01).

Dari tabel tersebut terlihat bahwa semakin tinggi

tingkat suplementasi vitamin C, maka semakin tinggi pula

kandungan vitamin C dalam plasma darah. Hasil yang dica-

pai pada penelitian ini nampaknya sejalan dengan

pernyataan Thornton (1961) bahwa ayam petelur yang didedah pada temperatur lingkungan tinggi memiliki kapasitas

biosintesis vitamin C yang rendah. Demikian pula Ichsan

(1990) melaporkan bahwa ayam broiler ayam didedah pada

(12)

darah semakin rendah. Hunt dan Aitken (1962) melaporkan

bahwa kandungan vitamin C dalam plasma darah ayam pete-

lur yang didedah pada temperatur 35 OC nyata lebih rendah

dibandingkan dengan yang dipelihara pada temperatur 21 OC.

Kechik dan Sykes (1979) menyimpulkan bahwa pada kondisi

cekaman panas ayam membutuhkan vitamin C dari luar karena

kapasitas biosintesis di dalam tubuhnya telah mengalami gangguan. Hasil yang dicapai pada penelitian ini menunjuk-

kan bahwa kenaikan vitamin C dalam plasma darah propor-

sional dengan meningkatnya suplementasi vitamin C.

Hasil analisis statistik seperti terlihat pada Lam-

piran 11 menunjukkan bahwa umur ayam tidak memberikan pe-

ngaruh terhadap kandungan vitamin C dalam plasma darah.

Untuk mendapatkan gambaran lebih jauh selanjutnya disaji-

kan data pada Tabel 15.

Tabel 15. U j i Beda Nyata Terkecil Pengaruh Umur Ayam terhadap Rataan Vitamin C Plasma Darah

Umur Ayam Rataan Vitamin C Plasma Darah

...-...

mg/100 ml...

...

Ayam Petelur Fase I

Ayam Petelur Fase I11

Keterangan : Huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata.

Dari data tersebut terlihat bahwa baik ayam petelur

fase I maupun ayam petelur fase I 1 1 mempunyai respons yang

(13)

Cheng et al., (1990) menyatakan bahwa kapasitas bio- sintesis ayam tua sudah menurun, sehingga diperlukan suplementasi dari luar. Sebaliknya pada ayam petelur muda

biosintesis vitamin C dalam tubuhnya masih berjalan dengan

normal. Apabila dikaitkan dengan temperatur tempat pene-

litian ini yaitu selama 8 jam berada di atas zona termone-

tral, maka kemungkinan suplementasi vitamin C pada ayam

petelur fase I sebagian dibuang, sedangkan suplementasi

vitamin

c

pada ayam petelur fase I11 seluruhnya digunakan

oleh tubuhnya.

Untuk mendapatkan gambaran lebih jauh pengaruh suple-

mentasi vitamin C dan fase produksi terhadap kandungan vi-

tamin C dalam plasma darah dapat dilihat pada Ilustrasi 3

dan 4 yang dilanjutkan dengan analisis profil. Hasil

analisis profil seperei terlihat pada Tabel 16 menunjukkan

bahwa profil suplementasi vitamin C tidak menunjukkan

kesejajaran dengan sumbu horizontal. Hal ini berarti bahwa ada pengaruh waktu yang menimbulkan respons peningkatan

kandungan vitamin C dalam plasma darah selama 1 1 minggu

penelitian. Apabila dilihat dari kesejajaran dan keberhim-

pitan antar profil terlihat kandungan vitamin C dalam

plasma darah pada fase produksi ayam petelur menimbulkan kesejajaran garis dan tidak berhimpitan. Hal ini berar- ti bahwa fase produksi I dan fase produksi 111 memberikan perubahan respons yang berbeda dengan pola perubahan respons yang searah selama 11 minggu penelitian. Demikian

(14)

I l u s t r a s i 3. Pengaruh S u p l e m e n t a s i V i t a m i n C T e r h a - dap R a t a a n V i t a m i n C D a l a m P l a s m a D a r a h

I l u s t r a s i 4 - P e n g a r u h U m u r A y a m T e r h a d a p R a t a a n Eandungan V i t a m i n C D a l a m P l a s m a D a r a h

(15)

Tabel 16. Analisis Profil Pengaruh Suplementasi

Vitamin C terhadap Kandungan Vitamin C

Sumber dhl db2 Fhit P

Kesejajaran Antar Profil

-

Fase Produksi 4 7 2.2622 0.1629

-

suplementasi Vitamin C 16 4 0 1.2028 0.3076

-

Interaksi 16 4 0 1.1063 0.3817

Kesejajaran Sumbu Horizontal 4 7 16.2580 0.0012

*

Keberhimpitan

-

Fase Produksi 1 1 0 0.1122 0.0418

**

-

Suplementasi Vitamin C 4 1 0 1.8015 0.0001

* *

-

Interaksi 4 1 0 0.0312 0.2706

Keterangan : * ) Tidak sejajar dengan sumbu horizontal

**)

Tidak berhimpit

pula halnya tingkat suplementasi vitamin C menghasilkan

kesejajaran garis dan ketidak berhimpitan. Hal ini ber-

arti bahwa masing-masing tingkat suplementasi vitamin C

memberikan perubahan r.espons yang berbeda dengan pola

perubahan respons yang searah terhadap kandungan vitamin C

dalam plasma darah selama 1 1 minggu penelitian

.

Sedangkan

interaksi antara tingkat suplementasi vitamin C dengan

fase produksi menunjukkan kesejajaran garis dan keberhim-

pit. Hal ini berarti bahwa interaksi antara tingkat suple-

mentasi vitamin C dengan fase produksi memberikan respons

yang tidak berbeda dengan pola perubahan respons tidak

berbeda terhadap kandungan vitamin C dalam plasma darah.

Analisis statistik seperti dicantumkan pada Lampiran 11

menunjukkan bahwa tidak ada interaksi antara suplementasi

(16)

tingkat suplementasi vitamin C dengan umur ayam tidak

saling mempengaruhi terhadap kandungan vitamin C dalam

plasma darah.

Pen~aruh Perlakuan t e r h a d a ~ Kandun~an Kortisol dalam Plasma Darah

Rataan kandungan kortisol dalam plasma darah ayam

fase I dan fase I11 dari masiny-masing perlakuan selama 11

minggu penelitian dapat dilihat pada Tabel 17. Data pada

Tabel 17 menunjukkan bahwa semakin tinggi suplementasi

vitamin C maka kandungan kortisol semakin rendah.

Tabel 17. Rataan Kandungan Xortisol pada Ayam Fase I dan Fase 111 dari Masing-masing Perlakuan selama 11 Minggu Penelitian

Perlakuan Ulangan

0 300 600 9 0 0 1200

. . . - . ( p p m)

...

. . . p g / 100 ml

...

Ayam Petelur Fase I

1 0.485 0.475 0.459 0.379 0 - 2 4 7

2 0.381 0.427 0.338 0.350 0.203

Rataan 0.433 0.451 0.399 0.365 0.225

Ayam Petelur Fase 111

1 0.732 0.626 0 - 6 5 8 0.585 0.457

2 0.745 0.743 0.450 0.781 0.403

Rataan 0.738 0.685 0 - 5 5 4 0.683 0.430

Tot. 0.586+0.18 0.568f0.14 0.477k0.13 0.524f0.2 0.328+0.12

(17)

Uji statistik seperti kerlihat pada L a m p i r a n 13

menunjukkan bahwa suplementasi vitamin C sangat nyata

menurunkan (P<0.01) kortisol dalam .plasma darah.

Untuk mengetahui perbedaan tingkat suplementasi vi-

tamin C terhadap kandungan kortisol dilakukan uji beda

nyata terkecil seperti terlihat pada Tabel 18.

Tabel 18. Uji Beda Nyata Terkecil Pengaruh Tingkat Suplementasi Vitamin C terhadap Rataan Kandungan Kortisol

Suplementasi Vitamin C Hataan Kandungan Kortisol

...pp m... . . . f i g / 100 ml..

...

Keterangan : Huruf yang berbedn menunjukkan perbedaan yang sangat nyata ( P < 0.01).

Hasil yang dicapai pada penelitian ini menunjukkan

bahwa ayam yang mendapatkan sz~plementasi vitamin C 0 ppm,

300 ppm, 600 ppm, 900 pprn tidak menunjukkan perbedaan yang

nyata terhadap kandungan kortisol dalam plasma. Sedangkan

ayam yang mendapat suplementasi vitamin C 900 ppm dan 1200

pprn tidak menunjukkan perbedaan yang nyata.

Suplementasi vitamin C 1200 pprn sangat nyata (P<).01) menurunkan kandungan kortisol dalam plasma darah diban- dingkan dengan ayam yang mendapatkan suplementasi vitamin C 0 ppm, 300 pprn dan 600 ppm. Itendahnya kandungan kortisol

(18)

pada ayam yang mendapatkan suplementasi vitamin C 1200 ppm

diakibatkan oleh kandungan vitamin C dalam plasma darah

pada ayam tersebut sangat tinggi (Tabel 1 4 ) . Sesuai dengan

pernyataan Kitabchi (1967) bahwa vitamin C mempunyai

peranan untuk menghambat laju produksi kortisol dengan

card menghambat aktivitas enzim C-21 hidroksilase dan 11-l3

hidroksilase dalam tapak jalan sintesis hormon steroid.

Hasil uji statistik seperti terlihat pada Lampiran 13

menunjukkan bahwa umur ayam sangat nyata (P<O.Ol) memberi-

kan pengaruh terhadap kandungan kortisol dalam plasma da- rah. Untuk mengetahui perbedaan kandungan kortisol terse- but selanjutnya dilakukan analisis dengan uji beda nyata

terkecil seperti terlihat pada Tabel 19.

Tabel 19. Uji B e d a Nyata Terkecil Pengaruh Umur Ayam terhadap Rataan Kortisol Plasma Darah

Umur Ayam Rataan Kortisol Plasma Darah

. . . p g / 100 ml

...

Ayam Petelur Fase I

Ayam Petelur Fase I11

Ketarangan : Huruf yang berbeda menunjukkan perbedaan yang sangat nyata (P<0.01).

Untuk mendapatkan gambaran lebih jauh pengaruh suple-

mentasi vitamin C dan fase produksi terhadap kandungan

kortisol dalam plasma darah dapat dilihat pada Ilustrasi 5

dan 6 yang dilanjutkan dengan analisis profil. Hasil

(19)

M inggu I l u s t r a s i 5. Pengaruh S u p l e m e n t a s i V i t a m i n C T e r h a - dap K o r t i s o l D a l a m P l a s m a D a r a h Selana 11 Hinggu P e n e l i t i a n 300 ppm 600 ppm 900 ppm M ingqu I l u s t r a s i 6. Pengaruh U m u r A y a m T e r h a d a p K o r t i s o l Selama 11 H i n g g u P e n e l i t i a n

(20)

bahwa profil rataan kortisol menunjukkan kesejajaran dengan sumbu horizontal. Hal ini berarti bahwa ada tidak pengaruh waktu yang menimbulkan respons perubahan kandung-

an kortisol dalam plasma darah selama 11 minggu peneli-

tian. Apabila dilihat dari kesejajaran dan keberhimpitan antar profil terlihat bahwa kandungan kortisol dalam plasma darah pada fase produksi ayam petelur menimbulkan

kesejajaran garis dan tidak berhimpit. Hal ini berarti

bahwa fase produksi I dan fase produksi 1 1 1 memberikan

perubahan respons yang berbeda dengan pola perubahan

respons yang searah selama 11 minggu penelitian. Demikian

pula halnya tingkat suplernentasi vitamin C menghasilkan

kesejajaran garis dan ketidak berhimpitan. Hal ini be-

rarti bahwa masing-masing tingkat suplementasi vitamin C

memberikan perubahan respons yang berbeda dengan pola per- ubahan respons yang searah terhadap kandungan kortisol da-

lam plasma darah selama 11 minqgu penelitian. Sedangkan

interaksi antara tingkat suplementasi vitamin C dengan

fase produksi menunjukkan kesejajaran garis dan keberhim-

pitan. Hal ini berarti bahwa interaksi antara tinqkat

suplementasi vitamin C dengan fase produksi memberikan

respons yang tidak berbeda dengan pola perubahan respons tidak berbeda terhadap kandungan kortisol dalam plasma

darah. Analisis statistik seperti dicantumkan pada L a m -

p i r a n 13 menunjukkan bahwa tidak ada interaksi antara

(21)

bahwa antara tingkat suplementasi vitamin C dengan umur ayam tidak saling mempengaruhi terhadap kandungan kortisol dalam plasma darah.

Tabel 20. Analisis Profil Pengaruh Suplementasi Vita- tamin C terhadap Kandungan Kortisol

sumber dbl db2 Fhit P

Kesejajaran Antar Profil

-

Fase Produksi 4 7 1.6984 0.2536

-

Suplementasi Vitamin C 16 40 1.1355 0,3581

-

Interaksi 16 40 0.6479 0.8247

Kesejajaran Sumbu Horizontal 4 7 2.0415 0.1927

Keberhimpitan

-

Fase Produksi 1 10 35.5300 0.0001

* *

-

Suplementasi Vitamin C 4 10 0.1859 0.0173

* *

-

Interaksi 4 10 0.0175 0.7542

Keterangan : * ) Tidak sejajar dengan sumbu horizontal

* * )

Tidak berhlmpit

Penearuh Perlakuan t e r h a d a ~ Kandun~an Tiroksin

Rataan kandungan tir0ksi.n dalam plasma darah ayam

fase I dan fase I11 dari masinq-masing perlakuan selama 11

minggu penelitian dapat dilihat pada Tabel 21.

Hasil uji statistik seperti terlihat pada Lampiran 15

menunjukkan bahwa suplementasi vitamin C tidak memberikan

pengaruh yang nyata terhadap kandungan tiroksin dalam

plasma darah. Untuk mengetahui gambaran selanjutnya maka

dilakukan uji beda nyata terkecil seperti terlihat pada

Hasil yang dicapai pada penelitian ini menunjukkan

(22)

m a u p u n yang m e n d a p a t k a n suplernentasi vitamin C

,

3 0 0 p p m ,

6 0 0 ppm, 9 0 0 ppm d a n 1 2 0 0 ppm t i d a k menunjukkan perbedaan y a n g n y a t a terhadap k a n d u n g a n t i r o k s i n dalam plasma.

Tabel 21. Kandungan Tiroksin pada Ayam Petelur Fasa I dan Fase I11 dari Masing-masing Perlakuan selama 11 Minggu Penelitian (pgr/100 m l )

U l a n g a n P e r lakuan

0 3 0 0 6 0 0 9 0 0 1 2 0 0

...

.--....--....--...--(pp m )

Ayam Petelur Fase I

p g / 1 0 0 ml

...

...--

1 1 . 4 0 9 1 . 4 0 3 1 . 7 8 7 1 . 5 5 8 1 . 5 9 1

2 1 . 3 7 5 1 . 4 5 8 1 . 4 5 4 1 . 6 6 9 1 . 5 8 8

R a t a a n 1 . 3 9 2 1 . 4 3 0 1 . 6 2 0 . 1 . 6 1 3 1 . 5 8 9

Ayam P e t e l u r Fase I11

1 1 . 4 7 2 1 . 6 5 9 1 . 8 7 1 1 . 8 5 6 1 . 8 1 1

2 1 . 8 3 6 1 . 5 9 1 1 . 7 5 4 1 . 7 7 4 1 . 9 1 6

R a t a a n 1 . 6 5 4 1 . 6 2 5 1 . 8 1 3 1 . 8 1 5 1 . 8 6 4

T o t a l Rataan

1 . 5 2 3 k O . 2 1 1 . 5 2 8 + 0 . 1 1 1 . 7 1 7 k 0 . 1 8 1 . 7 1 4 + 0 . 1 3 1 . 7 2 7 k 0 . 1 6

Tabel 22. Uji Beda Nyata Terkecil Pengaruh Tingkat Suplementasi Vitamin C terhadap Rataan Kandungan ~ i r o k s i n (pgr/100 ml)

Suplementasi V i t a m i n C R a t a a n Kandungan Tiroksin . . . p p m... ....pg/ 1 0 0 ml..

...

0 1 . 5 2 3 a 3 0 0 1 . 5 2 8 a 6 0 0 1 . 7 1 6 a 9 0 0 1 . 7 1 4 a 1 2 0 0 1 . 7 2 6 a

Keterangan : Huruf yang s a m a t i d a k menunjukkan perbedaan yang nyata.

(23)

Hasil yang diperoleh pada penelitian ini berbeda dengan

penelitian sebelumnya, yaitu bahwa suplementasi vitamin C

300 ppm memberikan pengaruh yang nyata dibandxngkan de-

ngan tanpa suplementasi vitamin C terhadap kandungan

tiroksin dalam plasma darah. Terjadinya perbedaan tersebut mungkin dapat dijelaskan sesuai dengan konsep adaptasi

yang diajukan Selye (1956). Seperti diketahui bahwa lama

penelitian tahap pertama adalah tiga minggu, sedangkan

lama penelitian tahap kedua dilakukan selama 11 minggu.

Oleh karena itu kemungkinan suplementasi vitamin C pada

suasana temperatur lingkungan penelitian tahap kedua tidak memberikan respons terhadap kandungan tiroksin dibanding- kan pada tahap penelitian pertama. Oleh karena ayam telah mampu mengadaptasikan diri terhadap temperatur lingkungan, terbukti dengan kandungan tiroksin yang tidak berbeda

nyata. Sebaliknya pada tahap penelitian pertama, suple-

mentasi vitamin C masih memberikan respons yang baik ter-

hadap perubahan kandungan tiroksin dalam plasma darah.

Ichsan (1990) melaporkan hasil yang sama pada ayam

broiler, yaitu suplementasi vitamin C tidak memberikan

pengaruh terhadap kandungan tiroksin pada suhu penelitian 21 OC, 27 OC dan 3 1 O C .

Hasil uji statistik seperti terlihat pada Lampiran 15

menunjukkan bahwa umur sangat nyata (P<0.01) memberikan

pengaruh terhadap kandungan tiroksin dalam plasma darah. Untuk mengetahui perbedaan kandungan tiroksin selanjutnya

(24)

dilakukan analisis dengan u j i beda nyata terkecil seperti

terlihat pada Tabel 23.

Tabel 23. Uji Beda Nyata Terkecil Pengaruh Umur Ayam terhadap Rataan Tiroksin Plasma Darah

Umur Ayam Rataan Tiroksin Plasma Darah

Ayam Petelur Fase I 1.529 A

Ayam Petelur Fase I11 1.754 B

Keterangan : Huruf yang berbeda menunjukkan perbedaan

yang sangat nyata (P<0.01).

Dari Tabel 23 terlihat bahwa kandungan tiroksin pada

ayam petelur fase 111 sangat nyata (P<0.01) lebih tinggi

dibandingkan dengan ayam petelur fase I. Clark dan Das

(1974) menyatakan aktivitas kelenjar tiroid sangat di- pengaruhi oleh musim, temperatur lingkungan, umur dan kua- litas ransum. Ayam petelur fase I sangat sensitif terha- dap perubahan temperatur lingkungan yang tinggi dibanding-

kan dengan ayam petelur fase 111. Lebih lanjut dinyatakan

bahwa ukuran tiroid menurun sejalan dengan meningkatnya

temperatur lingkungan.

Untuk mendapatkan gambaran lebih jauh pengaruh suple-

mentasi vitamin C dan fase produksi terhadap kandungan

tiroksin dalam plasma darah dapat dilihat pada Ilustrasi 7

dan 8 yang dilanjutkan dengan analisis profil seperti

(25)

300 ppm 600 ppm 900 ppm 2 4 6 8 1 0 Minggu I l u s t r a s i 7. P e n g a r u h S u p l e n e n t a s i V i t a m i n C T e r h a - dap T i r o k s i n D a l a m P l a s m a D a r a h S e l a m a 11 U i n g g u P e n e l i t i a Minggu I l u s t r a s i 8 . P e n g a r u h Umur Ayam T e r h a d a p T i r o k s i n S e l a n a 11 k i i n g g u P e n e l i t i a n

(26)

Tabel 24. Analisis Profil Pengaruh suplementasi Vitamin C terhadap Tiroksin .

Sumber dbl db2 Fhit P

Kesejajaran Sumbu Horizontal 4 7 11.5023 0.0034

*

Kesejajaran Antar Profil

-

Fase Produksi 4 7 1.4645 0.3089

-

Suplementasi Vitamin C 16 40 0.9362 0.5379

-

Interaksi 16 40 0.6745 0.8008 Keberhimpitan

-

Fase Produksi 1 10 16.9200 0.0021

* *

-

Suplementasi Vitamin C 4 10 3.0800 0.0681

-

Interaksi 4 10 0.1000 0.9805

Keterangan :

* )

Tidak sejajar dengan sumbu horizontal

* * )

Tidak berhimpit

Hasil analisis profil menunjukkan bahwa profil rataan tiroksin tidak menunjukkan kesejajaran dengan sumbu hori- zontal. Hal ini berarti bahwa ada pengaruh waktu yang me- nimbulkan respons perubahan kandungan tiroksin dalam

plasma darah selama 11 minggu penelitian. Apabila dilihat

dari kesejajaran dan keberhimpitan antar profil terlihat bahwa kandungan tiroksin dalam plasma darah pada rase produksi ayam petelur menimbulkan kesejajaran garis dan

tidak berhimpit. Hal ini berarti bahwa fase produksi I

dan fase produksi I11 masing-masing memberikan perubahan respons yang berbeda dengan pola perubahan respons yang

searah selama 11 minggu penelitian. Demikian pula tingkat

suplementasi vitamin C menghasilkan kesejajaran garis dan

tidak berhimpit. Hal ini berarti bahwa tinqkat suplemen-

(27)

dengan pola perubahan respons yang searah terhadap kan-

dungan tiroksin dalam plasma darah selama 11 minggu pene-

litian. Sedangkan interaksi antara tingkat suplementasi

vitamin C dengan Ease produksi menunjukkan kesejajaran

garis dan keberhimpitan. Hal ini berarti bahwa interaksi

antara tingkat suplementasi vitamin C dengan fase produksi

membe-rikan respons yang tidak berbeda dengan pola peruba- han respons tidak berbeda terhadap kandungan tiroksin dalam plasma darah.

Berdasarkan analisis statistik seperti terlihat pada Lampiran 15 menunjukkan bahwa tidak ada interaksi antara

tingkat suplementasi vitamin C dengan umur ayam terhadap

kandungan tiroksin dalam plasma darah. Hasil yang dicapai pada penelitian ini berarti bahwa tingkat suplementasi

vitamin C dan umur tidak saling mempengaruhi terhadap

kandungan tiroksin dalam plasma darah.

P%naaruh Perlakuan tarhadam Kandunaan Kolasterol Dalam Plasma Darah

Rataan kandungan kolesterol dalam plasma darah ayam

petelur fase I dan fase I11 dari masing-masing perlakuan

selama 11 minggu penelitian disajikan pada Tabel 25.

Dari Tabel 25 terlihat bahwa semakin tinggi tingkat suple-

mentasi vitamin C, maka semakin rendah kolesterol dalam

plasma darah. Kandungan kolesterol dalam plasma darah

(28)

mendapat suplementasi vitamin C. Semakin tinggi koleste- rol dalam plasma darah memberikan indikasi bahwa ayam ter- sebut mengalami cekaman, oleh karena kolesterol diperguna- kan sebagai prekursor hormon steroid.

Tabel 25. Rataan Kolesterol Dalam Plasma Ayam Pete- lUr Fase I dan Fase 111 dari Masing-masing Perlakuan selama 11 Minggu Penelitian

U l a n g a n P e r l a k u a n 0 3 0 0 6 0 0 9 0 0 1 2 0 0

...

( p p rn)

...

~ ~

...

m g / l 0 0 m l

...

Ayam P e t e l u r F a s e I 1 1 3 9 . 8 0 1 1 5 . 2 0 1 0 3 . 2 0 9 3 . 8 0 8 4 . 4 0 2 1 5 0 . 6 0 1 1 7 . 8 0 8 9 . 4 0 9 3 - 4 0 8 8 - 2 0 R a t a a n 1 4 5 . 2 0 1 1 6 . 5 0 9 6 . 3 0 9 3 . 6 0 8 6 . 5 0 Ayam P e t e l u r F a s e I 1 1 1 1 6 3 . 2 0 1 4 5 . 2 0 1 3 1 . 8 0 1 1 3 . 2 0 8 9 . 8 0 2 1 5 8 . 4 0 1 6 9 . 6 0 1 1 4 . 0 0 1 2 1 . 6 0 8 5 . 8 0 R a t a a n 1 6 0 . 8 0 1 5 7 . 4 0 1 2 2 . 9 0 1 1 7 . 4 0 8 7 . 8 0 T o t a l R a t a a n 1 5 3 . 0 0 1 9 . 3 2 1 3 6 . 9 5 + 2 3 . 8 1 1 0 9 . 6 0 f 1 6 . 2 1 1 0 5 . 5 0 i 1 3 . 3 4 8 7 . 1 5 + 1 . 9 1

U j i statistik seperti terlihat pada Lampiran 31 me-

nunjukkan bahwa suplementasi vitamin C memberikan pengaruh

yang sangat nyata (P<0.01) terhadap kandungan kolesterol

dalam plasma darah. Untuk melihat perbedaan antar perla-

(29)

Dari Tabel 26 terlihat bahwa rataan kandungan koles-

terol ayam yang mendapat suplementasi vitamin C 600 ppm,

900 ppm dan 1200 ppm memperlihatkan perbedaan yang sangat nyata (P<0.01) lebih rendah dibandingkan dengan ayam

petelur yang tidak mendapatkan suplementasi vitamin C.

Tabel 26. Uji Beda Nyata Terkecil Pengaruh Tingkat

suplementasi Vitamin C terhadap Kandungan

Kolesterol Plasma Darah

Vitamin C

(PPm)

Kandungan

Kolesterol Plasma (mq/100 ml)

Keterangan : Huruf yang berbeda menunjukkan perbedaan

yang sangat nyata (P<0.01).

Kandungan kolesterol plasma ayam petelur yang memperoleh

suplementasi vitamin C 600 pprn dan 900 pprn tidak me-

nunjukkan perbedaan yang nyata. Demikian pula kandungan kolesterol pada ayam yang memperoleh suplementasi vitamin

C 900 ppm dan 1200 ppm tidak menunjukkan perbedaan yang

nyata. Tingginya kandungan kolesterol dari ayam yang tidak

mendapatkan suplementasi vitamin C dapat dijelaskan seba-

gai berikut. Pada kondisi suhu lingkungan yang tinggi

produksi kortisol sangat tinqgi, yaitu untuk membentuk glukosa dalam darah dalam peristiwa glukoneogenesis. Sedangkan kolesterol dibutuhkan sebagai prekursor hormon

(30)

steroid tersebut. Oleh karena itu maka kandungan koleste- rol dalam plasma darah pada ayam yang tidak mendapatkan

suplementasi vitamin C tinggi.

Hasil uji statistik seperti terlihat pada Lampiran 31

memperlihatkan bahwa umur ayam memberikan pengaruh yang

sangat nyata (P<0.01) terhadap kandungan kolesterol dalam plasma darah.

Untuk mendapatkan gambaran pengaruh perlakuan terha- dap kandungan kolesterol selanjutnya dilakukan uji beda

nyata terkecil seperti terlihat pada Tabel 27.

Data pada Tabel 27 menunjukkan bahwa kandungan koles-

terol ayam petelur fase I sangat nyata (P<0.01) lebih

rendah dibandingkan dengan ayam petelur fase 111.

Tabel 27. Uji Beda Nyata Terkecil Pengaruh Umur

terhadap Kandungan Kolesterol Plasma Darah

Umur Ayam Kandungan Kolesterol

( PPm) Plasma Darah (mg/100 ml)

Fase I 107.6 A

Fase 111 129.3 B

Keterangan : Huruf yang berbeda menunjukkan perbedaan yang nyata ( P < O . 01)

.

Rendahnya kandungan kolesterol pada ayam petelur fase I dapat dijelaskan sesuai dengan konsep cekaman (stres).

Seperti terlihat pada Tabel 19 bahwa kandungan kortisol

pada ayam petelur rase I nyata lebih rendah dibandingkan

(31)

erat kaitannya dengan status kolesterol dalam plasma

darah. Makin banyak kortisol dibutuhkan, maka semakin ba-

nyak pula kolesterol dibutuhkan sebagai prekursor hormon kortisol dalam peristiwa glukoneogenesis. Dalam ha1 ini kandungan kolesterol pada ayam petelur fase I kebutuhan kolesterol adalah lebih rendah dibandingkan dengan ayam petelur fase III, oleh karena kandungan kortisol pada ayam petelur Ease I nyata lebih rendah dibandingkan dengan ayam

petelur fase 111.

Untuk mendapatkan gambaran lebih jauh pengaruh suple-

mentasi vitamin C dan rase produksi terhadap kandungan

kolesterol dalam plasma darah dapat dilihat pada Ilustrasi

9 dan 10 yang dilanjutkan dengan analisis profil seperti

disajikan pada Tabel 28.

Tabel 28. Analisis Profil Pengaruh Suplementasi

Vitamin C terhadap Kandungan Kolesterol

dalam Plasma Darah

Sumber dbl db2 Fhit P

Kesejajaran Antar Profil

-

Fase Produksi 4 7 1.0043 0.4654

-

Suplementasi Vitamin C 16 40 0.7361 0.7417

-

Interaksi 16 40 0.9072 0.5671

Kesejajaran Sumbu Horizontal 4 7 8 -3972 0.0083

*

Keberhimpitan

-

Fase Produksi 1 10 34.7600 0.0002

* *

-

Suplementasi Vitamin C 4 10 40.9900 0.0001

* *

-

Interaksi 4 10 3.1600 0.0639

Keterangan : * ) Tidak sejajar dengan sumbu horizontal

(32)

70 2 4 6 8 7 0 Minggu I l u s t r a s i 9 . P e n g a r u h S u p l e m e n t a s i V i t a m i n C T e r h a - dap K o l e s t e r o l D a l a m P l a s m a D a r a h Selana 11 H i n g g u P e n e l i t i a n 50' 2 4 6 8 1 0 M inggu 300 ppm 600 ppm 900 ppm ~ l u s t r a s i 10- P e n g a r u h U n u r A y a m Terhadap K o l e s t e r o l Selana 11 H i n g g u P e n e l i t i a n

(33)

~ a s i l analisis profil menunjukkan bahwa profil rataan kolesterol tidak menunjukkan kesejajaran dengan sumbu horizontal. Hal ini berarti bahwa ada pengaruh waktu yang menimbulkan respons perubahan kandungan kolesterol dalam

plasma darah selama 11 minggu penelitian. Apabila dilihat

dari kesejajaran dan keberhimpitan antar profil terlihat bahwa kandungan kolesterol dalam plasma darah pada fase produksi ayam petelur menimbulkan kesejajaran garis dan

tidak berhimpit. Hal ini berarti bahwa fase produksi I

dan fase produksi I11 masing-masing memberikan perubahan

respons yang-berbeda dengan pola perubahan respons yang

searah selama 11 minggu penelitian. Demikian pula tingkat

suplementasi vitamin C menghasilkan kesejajaran garis dan

tidak berhimpit. Hal ini berarti bahwa tingkat suplemen-

tasi vitamin C memberikan perubahan respons yang berbeda

dengan pola perubahan respons yang searah terhadap kan-

dungan koleterol dalam plasma darah selama 11 minggu pe-

nelitian. Sedangkan interaksi antara tingkat suplementasi

vitamin C dengan fase produksi menunjukkan kesejajaran ga-

ris dan keberhimpitan. Hal ini berarti bahwa interaksi an-

tara tingkat suplementasi vitamin C dengan fase produksi

memberikan respons yang tidak berbeda dengan pola peruba- han respons tidak berbeda terhadap kandungan kolesterol dalam plasma darah.

Analisis statistik dicantumkan pada L a m p i r a n 31

(34)

vitamin C dengan umur ayam terhadap kandungan kolesterol

dalam plasma darah. Hal ini berarti bahwa antara tingkat

suplementasi vitamin C dengan umur.ayam tidak saling mem-

penqaruhi terhadap kandungan kolesterol dalam plasma da-

rah.

Penzamh Perlakuan Terhada~ Kandunran Kolesterol Dalani K u ~ i i n ~ Telur Rataan kandungan kolesterol dalam kuninq telur ayam

petelur fase I dan fase I 1 1 dari masinq-masing perlakuan

disajikan pada Tabel 29.

Tabel 29. Rataan Kolesterol Dalam Kuning Telur Ayam Petalur Fase I dan Fase I11 dari Masing- masing Perlakuan selama 11 Minggu Peneli tian Perlakuan U l a n g a n 0 300 6 0 0 9 0 0 1200

...

( p p r n )

...

...

...

-

-

...

mg/gr

...

Ayam Petelur Fase I

1 24.41 24.12 22.73 26.04 20.91

2 25.42 23.60 23.70 22.36 20.16

3 24.97 24.67 23.70 20.72 20.03

4 24.42 22.76 2 3 - 5 7 22.56 20.75

Rat. 24.80 23.79 23.42 22.92 20.96

A y a m Petelur Faee I11

1 23.05 20.10 21.61 22.86 19.01 2 23.69 20.84 20.53 18.86 19.65 3 22.63 24.09 19.72 20.79 18.50 4 23.86 21.21 20.68 19.67 19.88 Rat.23.31 21.56 20.64 20.55 19.26 Rat a a n 23.67i0.94 22.68k1.74 22.03i1.60 21.74+1.89 20.11+0.81 -

(35)

Hasil uji statistik seperti terlihat pada Lampiran 33

menunjukkan bahwa suplementasi vitamin C memberikan penga-

ruh yang sangat nyata (Pe0.01) terhadap kandungan koles-

terol dalam kuning telur. Untuk melihat perbedaan terse-

but dilakukan uji beda nyata terkecil seperti dicantumkan

pada Tabel 30.

Tabel 30. Uji Beda Nyata Terkecil Pengaruh Tingkat Suplementasi Vitamin C terhadap Kandungan Kolesterol Dalam Kuning Telur

Vitamin C (PPm)

Kandungan Kolesterol Dalam Kuning Telur (mg/gr)

Keterangan : Huruf yang berbeda menunjukkan perbedaan yang sangat nyata (P<0.01).

Dari Tabel 30 terlihat bahwa rataan kolesterol dalam

kuning telur pada ayam yang mendapat suplementasi vitamin

C 600 ppm,900 ppm dan 1200 ppm memperlihatkan perbedaan

yang sangat nyata (Pe0.01) lebih rendah dibandingkan de-

ngan ayam petelur yang tidak mendapatkan suplementasi vi-

tamin C. Kandungan kolesterol dalam kuning telur yang

memperoleh suplementasi vitamin C 300 ppm, 600 ppm dan 900

ppm tidak menunjukkan perbedaan yang nyata. Demikian pula kandungan kolesterol kuning telur pada ayam yang mempero-

(36)

menunjukkan perbedaan yang nyata. Tingginya kandungan kolesterol dalam kuning telur dari ayam yang tidak menda-

patkan suplementasi vitamin C dapat dijelaskan sebagai

berikut. Pada kondisi suhu lingkungan yang tinggi produk-

si kortisol sangat tinggi, yaitu untuk membentuk glukosa dalam darah dalam peristiwa glukoneogenesis. Sedangkan kolesterol dibutuhkan sebagai prekursor hormon steroid tersebut. Oleh karena itu maka kandungan kolesterol dalam plasma darah pada ayam yang tidak mendapatkan suplementasi vitamin C tinggi. Tingginya kandungan kolesterol dalam plasma darah kemungkinan sebagian dideposit dalam kuninq telur. Oleh karena itu maka kolesterol dalam kuning telur

dari ayam yang tidak mendapatkan suplementasi vitamin C

tinggi. Sebaliknya kandungan kolesterol dalam kuning telur

pada ayam yang mendapatkan suplemenentasi vitamin C ren-

dah, ha1 ini menyebabkan sekresi kolesterol kedalam telur

men jadi rendah pula.

Hasil uji statistik seperti terlihat pada Lampiran 33

memperlihatkan bahwa umur ayam memberikan pengaruh yang sangat nyata (Pe0.01) terhadap kandungan kolesterol dalam kuning telur.

Untuk mendapatkan gambaran pengaruh perlakuan terha- dap kandungan kolesterol selanjutnya dilakukan uji beda

(37)

Tabel 31. U j i Beda Nyata Terkecil Pengaruh Umur terhadap Kandungan Kolesterol Kuning Telur

Umur Ayam Kandungan Kolesterol

( PPm Kuning Tizlur (mg/gr)

Fase I Fase 111

Keterangan : Huruf yang berbeda menunjukkan perbedaan yang nyata (Pc0.01).

Data pada Tabel 31 menunjukkan bahwa kandungan koles-

terol dalam kuning telur ayam petelur fase I sangat nyata (Pc0.01) lebih tinggi dibandingkan dengan ayam petelur

fase 111. Rendahnya kandungan kolesterol kuning telur

pada ayam petelur fase I dapat dijelaskan sesuai dengan

konsep cekaman (stress). Seperti terlihat pada Tabel 17

bahwa kandungan kortisol pada ayam petelur fase I nyata

lebih rendah dibandingkan dengan ayam petelur fase 111. Rendahnya kandungan kortisol erat kaitannya dengan status kolesterol. Oleh karena kolesterol dibutuhkan seba-

gai prekursor hormon tersebut untuk mengantisipasi ceka-

man.

Untuk mendapatkan gambaran lebih jauh pengaruh suple-

mentasi vitamin C dan fase produksi terhadap kandungan

kolesterol dalam kuning telur dapat dilihat pada Ilustrasi

(38)

Tabel 32. Analisis Profil Pengaruh Suplementasi

Vitamin C terhadap Kandungan Kolesterol

dalam Kuning Telur

Sumber dbl

Kesejajaran Antar Profil

-

Fase Produksi 4

-

Suplementasi Vitamin C 16

-

Interaksi 16

Kesejajaran Sumbu Horizontal 4

Keberhimpitan

-

Fase Produksi 1

-

Suplementasi Vitamin C 4

-

Interaksi 4 -db2 Fhit P Keterangan Tidak

Tidak se berhlmpit j a jar dengan sumbu horizontal

Hasil analisis profil seperti terlihat pada Tabel 32

menunjukkan bahwa rataan kandungan kolesterol dalam kuning telur tidak menunjukkan kesejajaran garis dengan sumbu ho- rizontal. Hal ini berarti bahwa ada pengarub periode wak- tu yang menimbulkan respons perubahan kandungan kolesterol

dalam kuning telur selama 11 minggu penelitian. Sedangkan

dilihat dari kesejajaran antar profil seperti terlihat pa-

da Tabel 32 bahwa kandungan kolesterol dalam kuning telur

pada fase produksi telur menimbulkan ketidak sejajaran ga-

ris serta tidak berhimpitan. Hal ini berarti bahwa rase

produksi I dan fase produksi 111 masing-masing memberikan

respons yang berbeda dengan pola perubahan respons yang

searah selama 1 1 minggu penelitian. Sedangkan tingkat

(39)

300 ppm 600 ppm 900 ppm I l u s t r a s i 1 1 - P e n g a r u h S u p l e m e n t a s i V i t a m i n C T e r h a - dap K o l e s t e r o l D a l a n K u n i n g T e l u r S e l a m a 11 Minggu P e n e l i t i a n I l u s t r a s i 1 2 - P e n g a r u h U m u r Ayam T e r h a d a p K o l e s t e r o l D a l a n K u n i n g T e l u r S e l m a 11 ninggu P e n e l i t i a n

(40)

tidak berhimpitan. Hal ini berarti bahwa masing-masing

tingkat suplementasi vitamin C memberikan respons yang

tidak berbeda dengan pola perubahan yang searah terhadap

kandungan kolesterol dalam kuning telur selama 11 minggu

penelitian. Interaksi antara suplementasi vitamin C de-

ngan fase produksi menunjukkan kesejajaran garis dan ke- berhimpitan. Hal ini berarti bahwa interaksi antara ting- kat suplementasi vitamin C dengan fase produksi memberikan

respons yang tidak berbeda dengan pola perubahan yang t i -

dak berbeda terhadap kandungan kolesterol dalam kuning te-

lur selama 11 minggu penelitian.

Uji statistik seperti terlihat pada Lampiran 31 bahwa

tidak terdapat interaksi antara tingkat suplementasi vi-

tamin C dan umur ayam terhadap kandungan kolesterol dalam

kuning telur. Hal ini berarti tidak ada faktor yang sa-

ling mempengaruhi antara faktor fase produksi dan tingkat suplementasi terhadap kandungan kolesterol dalam kuning telur.

Pensaruh Perlakuan terhadaD Imbancran H e t e r o f i l dan L i m f o s i t Berdasarkan pengamatan terhadap kandungan heterofil

dan limfosit seperti terlihat pada Tabel 33 bahwa suple-

mentasi vitamin C menaikkan kandungan limfosit.

Rendah kandungan limfosit dalam darah merupakan salah

satu fenomena umum dari cekaman. Hal ini berarti bahwa

(41)

mengalami cekaman. Rendahnya kandungan limfosit dalam da-

rah dapat dijelaskan sebagai berikut. Sel-sel limfosit

adalah sel leukosit yang non granuler bertindak sebagai pembentuk dan mendistribusikan antibodi keseluruh tubuh.

Tabel 33. Rataan Jumlah Heterofil den Limfosit pada Ayam Patelur Fase I dan Fase I11

Suplementasi Vitamin C Jumlah

( PPm H/L Rasio

Heterofil Limfosit Ayam Petelur Fase I

Ayam Petelur Fase 111

Apabila ayam mendapat cekaman maka sel-sel limfosit dibu- tuhkan lebih banyak lagi untuk membentuk antibodi yang di- gunakan untuk melawan atau mematikan mikroorganisme atau berbagai macam gangguan penyakit yang masuk kedalam tubuh

atau mengeluarkan partikel yang mengganggu tubuh. Oleh

karena itu jumlah limfosit dalam darah menjadi menurun (Hodges, 1974). Terlihat bahwa pada ayam petelur fase I

(42)

suplementasi vitamin C 1200 ppm H/L ratio 0.34. Fenomena

yang sama terlihat pula pada ayam petelur fase I 1 1 yaitu

dari H/L 2.00 menjadi 1.13 pada ayam yang mendapatkan sup-

lementasi vitamin C . Hasil yang dicapai pada penelitian

ini sejalan dengan yang dilaporkan Gross (1990) yang mela-

kukan penelitian pada ayam petelur dengan menggunakan bu- nyi-bunyian sebagai sumber stressor.

P e n ~ a m h Perlakuan t e r h a d a ~ Efisiensi Penewunaan Protein

Pada akhir penelitian dilakukan pengujian efisiensi

penggunaan protein. Hasil yang dicapai pada penelitian

dicantumkan pada Tabel 3 4 .

Tabel 3 4 . Pengaruh Perlakuan terhadap Efisiensi Peng-

gunaan Protein

Vitamin C

( PPm

Efisiensi Penggunaan Protein

( a ) Fase I 0 300 600 900 1200 Fase I11 0 3 00 600 900 1200

(43)

Hasil yang dicapai pada penelitian ini menunjukkan bahwa baik ayam petelur fase I maupun ayam petelur fase

111 yang mendapat suplementasi vitamin C meningkatkan efi-

siensi penggunaan protein. Sernakin tinggi efisiensi peng- gunaan protein, berarti semakin baik ayam tersebut menggu-

nakan protein untuk tujuan produksi telur. Hasil yang di-

capai pada penelitian ini menunjukkan bahwa efisiensi

penggunaan protein pada ayam petelur fase I dan fase I 1 1

yang mendapat suplementasi vitamin C 1200 ppm masing-ma-

sing adalah 5 7 . 9 % dan 58.45%

.

Sebaliknya nilai ef isiensi

penggunaan protein ayam petelur fase I dan fase I 1 1 yang

tidak mendapat suplementasi vitamin C masing-masing adalah

5 3 , 7 6 % dan 5 3 , 2 5 % . Bila dikaitkan dengan dengan pernya-

taan Scott et al. (1982) bahwa efisiensi penggunaan pro-

tein pada ayam petelur berkisar 5 5 % , ternyata bahwa nilai

efisiensi penggunaan protein pada ayam petelur yang tidak

mendapat suplementasi vitamin C lebih rendah sehingga

mengakibatkan rendahnya produksi telur (Tabel 36).

Pen~aruh Perlakuan terhadao Produksi Telur "Hen Dav

Rataan produksi telur "hen day" ayam fase I dan fase

111 dari masing-masing perlakuan selama 11 minggu peneli-

tian dapat dilihat pada Tabel 35.

Dari Tabel 35 terlihat bahwa ayam petelur yang tidak

(44)

produksi telur lebih rendah dibandingkan dengan ayam pete-

lur yang mendapat suplementasi vitamin C.

Tabel 35. Rataan Produksi Telur "Hen Day" Ayam Fase I dan Fase I11 dari Masing-masing Perlakuan selama 11 Minggu Penelitian ( % I

Perlakuan Ulangan

0 300 600 9 0 0 1200

...(pp m)

...

Ayam Petelur Fase I

1 72,93 66,97 77,08 76,39 80,95

2 76,79 83,93 72,91 72,64 82,74

3 64,78 77,34 66,96 78,17 85,12

4 71,73 76,98 85,71 72,02 69,84

Rat. 71,55 76,30 75,67 74,81 79,66

Ayam Petelur Fase I11

1 63,39 73.81 69,94 75.30 7 7 , 9 7 2 76.49 69,65 74,40 77,98 8 1 , 2 5 3 75.00 76,79 7.3, 81 80,06 80,65 4 59.82 77,68 78,87 75,89 77,38 Rat. 68,67 74,48 74,26 77,31 79,31 Total Rataan 70,11+6.54 75,39+5.25 74,96+5.74 76,06f2.75 79,48&4.61

Hasil analisis statistik pada Lampiran 17 menunjukkan

bahwa suplementasi vitamin C memberikan perbedaan yang

nyata (P<0.05) terhadap rataan produksi telur "hen dayu.

Untuk melihat perbedaan antar perlakuan dilakukan uji beda

nyata terkecil seperti terlihat pada Tabel 36.

Dari Tabel 36 dapat dilihat bahwa ayam yang mempe-

roleh suplementasi vitamin C mulai dari 300 ppm, 6 0 0 ppm,

(45)

9 0 0 ppm dan 1 2 0 0 ppm tidak menunjukkan perbedaan yang nyata terhadap rataan produksi telur "hen daym*. Ayam yang memperoleh suplementasi vitamin C 9 0 0 ppm dan 1 2 0 0 ppm nyata (P<O. 0 5 ) menun jukkan produksi telur "hen day" lebih tinggi dibandingkan dengan ayam yang tidak memperoleh

suplementasi vitamin C.

Tabel 36. Uji Beda Nyata Terkecil Pengaruh Tingkat Suplementasi Vitamin C terhadap Rataan Produksi Telur "Hen Day" Hasil Transfor- masi Arcsin

Suplementasi Vitamin C Rataan Produksi Telur

Keterangan : Huruf yang berbeda menunjukkan perbedaan yang nyata (P< 0.05)

.

Hasil yang diperoleh pada penelitian ini apabila di- kaitkan dengan rataan temperatur kandang percobaan dilaku-

kan yaitu minimum 2 4 , 6 4 OC dan maksimum 30,55 OC ternyata

bahwa temperatur tersebut berada di atas temperatur ter-

monetral. Apabila dikaitkan dengan lamanya ayam menerima

beban panas setiap hari seperti terlihat pada T a b e l 12

bahwa setiap hari ayam menerima beban panas selama 10 jam

dimulai jam 8.00 sampai jam 16.00. Beban panas ini yang

(46)

petelur yang tidak mendapatkan suplementasi vitamin C ,

tercermin dari kandungan kortisol dalam plasma darah yang

tinggi ( T a b e l 18) sehingga menyebabkan rataan produksi

telur "hen day" yang nyata (P<0.05) lebih rendah diban-

dingkan dengan ayam yang menerima suplementasi vitamin C

900 ppm dan 1200 ppm. Sebaliknya ayam yang mendapatkan

suplementasi vitamin C telah mampu mengatasi cekaman pa-

nas, tercermin dari kandungan kortisol yang lebih rendah.

Apabila dikaitkan dengan efisiensi penggunaan protein se-

perti dicantumkan pada Tabel 3 4 terlihat bahwa ayam yang

mendapatkan suplementasi vitamin C menjadi naik. Itulah

sebabnya ayam yang mendapatkan suplementasi vitamin C 900

ppm dan 1200 ppm menghasilkan rataan produksi telur "hen day

"

yang nyata lebih tinggi (Pc0.05) dibandingkan dengan

tanpa suplementasi Vitamin C. Hasil ini sejalan dengan

pernyataan oluyemi dan Ade Banja (1979) yang melaporkan

bahwa suplementasi vitamin C pada dosis tinggi (2000 ppm)

mampu menghilangkan cekaman panas sehingga produksi telur

meningkat sekitar 6,5 persen dibandingkan dengan ayam tan-

pa suplementasi vitamin C. Sebaliknya ayam yang tidak

mendapat suplementasi vitamin C menghasilkan rataan pro-

duksi telur "hen day" yang sangat rendah. Hal ini dapat dipahami, oleh karena ayam tersebut telah mengalami ceka- man panas yang membawa implikasi terhadap naiknya tempera-

tur tubuh. Hal ini ditandai dengan usaha ayam untuk meng-

(47)

sayap atau melakukan evapotranspirasi. Usaha lain adalah

dengan cara mengurangi aktifitas makan. Adapun ransum

yang dikonsumsi sebagian besar digunakan untuk tujuan hi- dup pokok yaitu untuk memelihara agar temperatur tubuh te-

tap konstan. Itulah sebabnya pada ayam yang tidak menda-

patkan suplementasi vitamin C ditandai dengan produksi

yang rendah karena sebagian besar ransum digunakan untuk tujuan mempertahankan teperatur tubuh agar temperatur tu-

buh tetap normal, sehingga hanya sebagian kecil digunakan

untuk produksi. Payne (1966) nenyatakan bahwa antara tem- peratur lingkungan 21"

-

30 " C terjadi penurunan konsurnsi ransum sebesar 1 , 5 persen setiap peningkatan 1°C dan

antara temperatur lingkungan 32"

-

38 OC terjadi penurunan

konsumsi ransum sebesar 4,6 persen setiap kenaikan 1 " C .

Tabel 37. Uji Beda Nyata Terkecil Pengaruh Umur Ayam terhadap Rataan Produksi Talur "Hen Daya1

Umur Ayam Rataan Produksi 'Hen Day'

Ayam Muda (Fase I)

Ayam Tua (Fase 111)

Keterangan : Huruf yang berbeda menunjukkan perbedaan yang nyata (P<O. 05)

.

Hasil uji statistik seperti pada Lampiran 17 terlihat

bahwa fase produksi memberikan p e n g a r u h yang nyata (P<0.05) terhadap rataan produksi telur "hen day". Untuk

(48)

mengetahui perbedaan pengaruh fase produksi terhadap ra- taan produksi telur "hen day" dilakukan dengan uji beda

nyata terkecil dapat dilihat pada Tabel 3 7 .

Dari tabel tersebut d i atas terlihat bahwa produksi telur ayam petelur fase produksi I nyata P < 0 . 0 5 ) lebih

rendah dibandingkan dengan ayam petelur fase 111.

Untuk mendapatkan gambaran lebih jauh pengaruh suple-

mentasi vitamin C dan fase produksi terhadap rataan pro-

duksi telur "hen day" dapat dilihat pada Ilustrasi 13 dan

14 yang dilanjutkan dengan analisis profil.

Hasil analisis profil seperti terlihat pada Tabel 38

menunjukkan bahwa suplementasi vitamin C tidak menunjukkan

kesejajaran garis dengan sumbu horizontal. Hal ini ber-

arti bahwa ada pengaruh periode waktu yang menimbulkan respons perubahan rataan produksi telur "hen day" selama

11 minggu penelitian. Sedangkan dilihat dari kesejajaran

antar profil seperti terlihat pada T a b e l 38 bahwa fase

produksi telur menimbulkan ketidak sejajaran garis serta

tidak berhimpitan terhadap rataan produksi telur "hen

day". Hal ini berarti bahwa fase produksi I dan fase pro-

duksi 111 masing-masing memberikan respons yang berbeda

.

dengan pola perubahan respons yang berbeda selama 11

minggu penelitian. Sedangkan tingkat suplementasi vitamin

C menghasilkan kesejajaran garis dan tidak berhimpitan.

Hal ini berarti bahwa masing-masing tingkat suplementasi

(49)

pola perubahan yang searah terhadap rataan produksi telur

"hen dayw selama 11 minggu penelitian. Interaksi antara

suplementasi vitamin C dengan fase produksi menunjukkan

kesejajaran garis dan keberhimpitan. Hal ini berarti

bahwa interaksi antara tingkat suplementasi vitamin C

dengan fase produksi memberikan respons yang tidak berbeda dengan pola perubahan yang tidak berbeda terhadap rataan

"produksi telur hen day" selama 11 minggu penelitian.

Tabel 38. Analisis Profil Pengaruh suplementasi

Vitamin C terhadap Produksi Telur "Hen

D a y 8 *

Sumber dbl db2 Fhit P

Kesejajaran Antar Profil

-

Fase Produksi 1 0 2 1 4 . 6 8 5 1 0 . 0 0 1 4

*

-

Suplementasi Vitamin C 4 0 9 6 0 . 8 8 2 3 0 . 6 6 5 6

-

Interaksi 4 0 96 0 . 7 1 6 7 0 . 8 8 1 0

Kesejajaran Sumbu Horizontal 1 0 2 1 3 . 6 2 9 1 0 . 0 0 6 2

*

Keberhimpitan

-

Fase Produksi 1 3 0 4 . 4 9 0 0 0 . 0 4 2 5

* *

-

Suplementasi Vitamin C 4 3 0 3 . 4 1 0 0 0 . 0 2 0 6

* *

-

Interaksi 4 3 0 0 . 1 8 0 0 0 . 9 4 9 3

Keterangan : * ) Tidak sejajar dengan sumbu horizontal

* * ) Tidak berhlmpit

Uji statistik seperti terlihat pada Lampiran 17 bahwa

tidak terdapat interaksi antara tingkat suplementasi

vitamin C dan umur ayam terhadap rataan produksi telur

"hen day". Hal ini berarti tidak ada faktor yang saling

mempengaruhi antara faktor fase produksi dan tingkat sup- lementasi terhadap rataan produksi telur "hen day" selama

(50)

I l u s t r a s i 13- Pengaruh S u p l e m e n t a s i Vitamin C Terha- dap P r o d u k s i T e l u r "Hen D a y " S e l a n a

11 Winggu P e n e l i t i a n

I l u s t r a s i 1 4 . P e n g a r u h U m u r A y a m T e r h a d a p P r o d u k s i T e l u r " H e n day*'

(51)

11 minggu penelitian.

Untuk mendapatkan gambaran lebih lanjut apakah dosis

vitamin C yang diberikan pada ayam petelur fase produksi I

dan I11 telah memberikan hasil yang optimal terhadap pro-

duksi telur "hen day" selanjutnya dilakukan analisis

regresi seperti dicantumkan pada Tabel 39.

Tabel 39. Uji Regresi Pengaruh Suplementasi Vitamin C

terhadap Rataan Produksi Telur **hen dayw Ayam Petelur Fase I Fase X I 1

Variabel db Parameter Standar Error Probabilitas

Estimasi Fase I Intersep 1 75.3674 1.4198 Linear 1 0 -0054 0.0019 Fase I11 Intersep 1 70.6488 0.8202 Linear 1 0.0075 0 -0011

Berdasarkan data tersebut di atas dibuat suatu persa-

maan garis penduga pengaruh tingkat suplementasi vitamin C

terhadap rataan produksi telur "hen d a y w pada fase I adalah sebagai berikut : Y

=

7 5 . 3 6 7 4

+

0 . 0 0 5 4 X sedangkan

untuk fase I11 mengikuti persamaan garis linear sebagai

berikut, yaitu Y

=

7 0 . 6 4 8 8

+

0 . 0 0 7 5 X .

Untuk mendapatkan gambaran yang lebih terperinci

pengaruh tingkat suplementasi vitamin C terhadap rataan

(52)

I l u s t r a s i 15 Pendugaan P e n g a r u h T i n g k a t S u p l e m e n t a s i V i t a m i n C t e r h a d a p P r o d u k s i T e l u r p a d a U a s i n g - n a s i n g F a s e P r o d u k s i 86 85 84 83 82 a1 52 U 80

:

79 I- 78 - UI 77

g

76 a 75 74 73 7 2 7 1 7 0 - - -

-

- - - - - - - - - -

-

I I I I I o 300 mo goo *eon SURLRENTASI VITAMIN C C P R O F e I + F E € I l l

Gambar

Tabel  13.  Rataan Kandungan Vitamin  C  dalam Plasma  Darah pada  Ayam  Fase  I  dan F a s e   111  dari  Masing-masing  Perlakuan selama  11  Minggu  Penelitian  (mg/100 ml)
Tabel  1 4 .   Uji Beda Nyata Terkecil Pengaruh Tingkat  suplementasi vitamin  C  terhadap Rataan  Kandungan Vitamin  C  B a l m   Plasma Darah
Tabel  15.  U j i   Beda Nyata Terkecil  Pengaruh Umur Ayam  terhadap Rataan Vitamin  C  Plasma Darah
Tabel  17.  Rataan Kandungan  Xortisol pada  Ayam  Fase  I dan Fase  111  dari Masing-masing  Perlakuan  selama 11 Minggu  Penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kombinasi hormon IAA 3 mg/l dan BA 7 mg/l menghasilkan pertambahan diameter paling rendah dapat disebabkan oleh imbangan hormon IAA dan BA yang diberikan pada eksplan

Suatu zat yang memiliki koefisien muai lebih besar menunjukkan bahwa benda tersebut akan mengalami pemuaian yang pertambahan panjang/luas/volume yang lebih besar

Prognosis pada kasus ini adalah baik, dubius ad bonam karena tindakan kuretase yang telah dilakukan berhasil mengeluarkan semua sisa jaringan yang tertinggal di

lecanii , penerapan AP trips, penerapan AP penyakit embun tepung serta penggunaan pestisida selektif dapat mengurangi penggunaan pestisida sebesar 84,60%, residu pestisida pada

Menurut Arikunto (2006:98) Penelitian Tindakan Kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh guru (peneliti) di dalam kelas melalui refleksi diri dengan fokus

Saran-saran yang dapat digunakan untuk aplikasi industri atau penelitian selanjutnya yaitu : (1) penggunaan pengawet Na-asetat teknis dengan konsentrasi maksimal yang

3). Penilaian yang telah dilakukan sesuai dengan ketentuan Pasal- 6, termasuk informasi yang berkaitan, sebagaimana tertuang pada Pasal tersebut. Apabila WHO menerima informasi

Model penelitian berupa studi eksperimen terhadap 2 balok kastella (kiri dan kanan) dan 2 balok kastella komposit (kiri dan kanan) panjang 2 meter yang disambungkan pada kolom