• Tidak ada hasil yang ditemukan

UNIVERSITAS INDONESIA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "UNIVERSITAS INDONESIA"

Copied!
103
0
0

Teks penuh

(1)

UNIVERSITAS INDONESIA

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

DI CORPORATE BUSINESS DEVELOPMENT

PT. KALBE FARMA TBK JL. LETJEN SUPRAPTO KAV 4,

CEMPAKA PUTIH TIMUR, JAKARTA

PERIODE 6 JANUARI – 28 FEBRUARI 2014

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

FRANSISKA LILIANI NUGROHO, S. FARM.

1306343605

ANGKATAN LXXVIII

PROGRAM PROFESI APOTEKER

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS INDONESIA

DEPOK

(2)

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

DI CORPORATE BUSINESS DEVELOPMENT

PT. KALBE FARMA TBK JL. LETJEN SUPRAPTO KAV 4,

CEMPAKA PUTIH TIMUR, JAKARTA

PERIODE 6 JANUARI – 28 FEBRUARI 2014

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Apoteker

FRANSISKA LILIANI NUGROHO, S. FARM.

1306343605

ANGKATAN LXXVIII

PROGRAM PROFESI APOTEKER

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS INDONESIA

DEPOK

(3)

iii

Saya yang bertanda tangan di bawah ini dengan sebenarnya menyatakan bahwa laporan praktek kerja profesi ini saya susun tanpa tindakan plagiarisme sesuai dengan peraturan yang berlaku di Universitas Indonesia.

Jika di kemudian hari ternyata saya melakukan tindakan Plagiarisme, saya akan bertanggung jawab sepenuhnya dan menerima sanksi yang dijatuhkan oleh Universitas Indonesia kepada saya.

Depok, 21 Juni 2014

(4)

Laporan praktek kerja profesi ini adalah hasil karya sendiri, dan semua baik yang dikutip atau dirujuk telah saya nyatakan dengan benar.

Nama : Fransiska Liliani Nugroho

NPM : 1306343605

Tanda Tangan :

(5)

v

TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Fransiska Liliani Nugroho

NPM : 1306343605

Fakultas : Farmasi

Jenis Karya : Laporan kerja praktek profesi

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-exclusive Royalty Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul :

Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Corporate Business Development PT. Kalbe Farma, Tbk Jl. Letjen Suprapto Kav. 4, Cempaka Putih Timur, Jakarta Periode 6 Januari – 28 Februari 2014

beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Noneksklusif ini Universitas Indonesia berhak menyimpan, mengalihmedia/format-kan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat, dan mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Depok Pada tanggal : 21 Juni 2014

Yang menyatakan

(6)
(7)

vii

Segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah Yang Maha Kuasa atas rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) Angkatan LXXVIII Universitas Indonesia, yang diselenggarakan pada tanggal 6 Januari – 28 Februari 2014 di PT. Kalbe Farma, Tbk. Jl. Letjen Suprapto Kav 4, Cempaka Putih Timur, Jakarta.

Kegiatan Praktek Kerja Profesi Apoteker dan penyusunan laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker merupakan bagian dari kegiatan perkuliahan program pendidikan profesi Apoteker dengan tujuan untuk meningkatkan pemahaman, pengetahuan, dan keterampilan mahasiswa. Setelah mengikuti kegiatan Praktek Kerja Profesi Apoteker, diharapkan Apoteker yang lulus nantinya dapat mengaplikasikan pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki kepada masyarakat pada saat memasuki dunia kerja. Dalam pelaksanaan kegiatan Praktek Kerja Profesi Apoteker ini, penulis mendapat banyak bantuan, bimbingan, dan saran-saran dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini dengan penuh ketulusan dan kerendahan hati penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada : 1. Drs. Sie Johan selaku Director of Corporate Business Development and Management System yang telah memberikan kesempatan untuk melaksanakan Praktek Kerja Profesi Apoteker di PT. Kalbe Farma, Tbk. 2. FX Widiyatmo, Apt. selaku General Manager of Corporate Business

Development sekaligus pembimbing penyusunan laporan di PT Kalbe Farma Tbk yang telah memberikan bimbingan, pengarahan, saran, dan informasi yang sangat bermanfaat selama pelaksanaan Praktek Kerja Profesi Apoteker dan penyusunan laporan ini

3. Antonio Hariman, S.T, M.M. selaku Business Development Manager sekaligus pembimbing penyusunan laporan di PT Kalbe Farma Tbk yang telah memberikan bimbingan, pengarahan, saran, dan informasi yang sangat bermanfaat selama pelaksanaan Praktek Kerja Profesi Apoteker dan penyusunan laporan ini.

(8)

mengarahkan dan membimbing penulis.

5. Dr. Mahdi Jufri, M.S., Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Indonesia.

6. Dr. Hayun, M.Si., Apt. selaku Ketua Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Indonesia

7. Seluruh staf dan karyawan di PT Kalbe Farma Tbk khususnya Corporate Business Development yang telah banyak membantu dan memberikan informasi yang bermanfaat selama pelaksanaan Praktek Kerja Profesi Apoteker.

8. Seluruh dosen pengajar, staf, dan karyawan Fakultas Farmasi, Universitas Indonesia.

9. Papa, Mama, Koko Yudhi, dan Koko Mario, serta teman-teman dan keluarga tercinta yang selalu mendukung serta mendoakan penulis.

10.Teman-teman PKPA di PT. Kalbe Farma, Tbk yakni Hansen, Joseph, Esther, Alfredo, dan Donny yang telah berjuang bersama dengan penulis. 11.Semua pihak yang telah memberikan bimbingan, pengarahan, informasi

yang sangat bermanfaat, dan dukungan kepada penulis selama pelaksanaan Praktek Kerja Profesi Apoteker dan penyusunan laporan ini.

Penulis menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dan kesalahan dalam penyusunan laporan ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Penulis berharap semoga pengetahuan dan pengalaman yang penulis dapatkan selama pelaksanaan Praktek Kerja Profesi Apoteker ini dapat memberikan manfaat bagi rekan-rekan sejawat dan semua pihak yang membutuhkan.

Penulis

(9)

ix

Nama : Fransiska Liliani Nugroho, S. Farm

NPM : 1306343605

Program Studi : Profesi Apoteker

Judul : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Corporate Business Development PT. Kalbe Farma, Tbk Jl. Letjen Suprapto Kav. 4, Cempaka Putih Timur, Jakarta Periode 6 Januari – 28 Februari 2014

Praktek Kerja Profesi Apoteker dilaksanakan di PT Kalbe Farma Tbk Jl. Letjen Suprapto Kav. 4, Cempaka Putih, Jakarta. Kegiatan PKPA ini bertujuan agar mahasiswa profesi apoteker dapat memahami peranan apoteker di industri yang bergerak di bidang farmasi, khususnya pada bagian Corporate Business Development, serta mempelajari peran dan tahapan pengembangan bisnis dalam kelangsungan pertumbuhan perusahaan farmasi. Tugas khusus yang diberikan berkaitan dengan upaya pengembangan perusahaan farmasi dengan cara mengelola intellectual capital sebagai sumber keunggulan kompetitif dan inovatif. Infrastruktur dan faktor kunci keberhasilan implementasi knowledgemanagement dianalisis dengan studi kasus PT Unilever Indonesia Tbk untuk penerapannya pada PT Kalbe Farma Tbk.

Kata kunci : Kalbe Farma, manajemen pengetahuan, Unilever Indonesia Tugas umum : xii + 27 halaman; 4 gambar

Tugas khusus : v + 59 halaman; 10 gambar Daftar Acuan Tugas Umum : 7 (2002-2011) Daftar Acuan Tugas Khusus : 48 (1993-2013)

(10)

Name : Fransiska Liliani Nugroho, S.Farm

NPM : 1306343605

Program Study : Apothecary profession

Title : Report of Apothecary Profession Internship at Bussiness Development PT Kalbe Farma Tbk Jl. Letjen Suprapto Kav. 4, Cempaka Putih Timur, Jakarta Period 6th January - 28th February 2014

Pharmacists Professional Practice implemented in PT Kalbe Farma Tbk Jl. Letjen Suprapto Kav. 4, Cempaka Putih, Jakarta. This activity is intended for the students to understand the roles of the pharmacist in pharmaceutical industry, particularly in Corporate Business Development, as well as learn about the roles and steps of business development in the continual growth of pharmaceutical companies. Assigned specific task is associated with the development of the pharmaceutical industry by managing intellectual capital as the source of competitive and innovative advantage. The infrastructure and key success factors of knowledge management are analyzed with the case study of PT Unilever Indonesia Tbk to be applied and implemented in PT Kalbe Farma application on Tbk.

Keywords :Kalbe Farma, knowledge management, Unilever Indonesia General Assignment : xii + 27 pages; 4 pictures

Specific Assignment : v + 59 pages, 10 pictures Bibliography of General Assignment: 7 (2002-2011) Bibliography of Specific Assignment: 48 (1993-2013)

(11)

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ... i

HALAMAN JUDUL ... ii

SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME ... iii

SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS ... iv

LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... v

HALAMAN PENGESAHAN ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

ABSTRAK ... ix

ABSTRACT ... x

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Tujuan ... 2

BAB 2 TINJAUAN UMUM ... 3

2.1 PT. Kalbe Farma, Tbk ... 3

2.2 Corporate Business Development ... 9

BAB 3 TINJAUAN KHUSUS ... 13

3.1 Business Development ... 13

3.2 Tahapan Business Development ... 14

3.3 Tim Business Development ... 15

BAB 4 PEMBAHASAN ... 21

4.1 Corporate Business Development PT Kalbe Farma Tbk ... 21

4.2 Tahapan Business Development di PT Kalbe Farma Tbk ... 23

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN ... 26

5.1 Kesimpulan ... 26

5.2 Saran ... 26

(12)

Gambar 2.1. Skema Bisnis PT Kalbe Farma Tbk. ... 8 Gambar 2.2. Struktur organisasi PT Kalbe Farma Tbk ... 9 Gambar 3.1. Skema Proses Business Development ... 15 Gambar 4.1. Skema pengembangan bisnis dan produk yang dilakukan oleh

Corporate Business Development. ... 23

(13)

1 Universitas Indonesia

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kesehatan merupakan salah satu hal yang penting dan diperlukan bagi seluruh warga negara Indonesia. Pemenuhan kebutuhan kualitas kesehatan di dalam masyarakat tidak terlepas dari produk-produk yang berkaitan seperti obat, makanan, alat kesehatan, dan produk lainnya. Saat ini PT Kalbe Farma Tbk telah menjadi perusahaan produk kesehatan publik terbesar di Asia Tenggara yang memiliki nilai kapitalisasi pasar sebesar 6,45 triliun rupiah pada akhir tahun 2013. Menurut data IMS Health 2013, PT Kalbe Farma Tbk mampu mempertahankan posisinya sebagai pemimpin pasar obat resep Indonesia dengan pangsa 15% di antara sekitar 200 perusahaan farmasi di Indonesia (Kalbe, 2014).

Agar tetap dapat bertahan dalam persaingan perusahaan produk kesehatan yang ketat, suatu perusahaan harus menjalankan bisnis yang kompetitif, yaitu bisnis yang dapat merespon atas berbagai tekanan baik dari internal maupun eksternal, sehingga perlu dilakukan suatu inovasi sebagai respon terhadap berbagai tekanan tersebut (Hugos, 2009). Dalam mengembangkan bisnisnya, PT Kalbe Farma Tbk memiliki corporate business development yang berfungsi menciptakan dan mengembangkan bisnis dan produk baru dari PT Kalbe Farma Tbk. Business development akan melakukan evaluasi strategis dan eksplorasi potensi manfaat dari bisnis yang sedang dijalankan tersebut. Business development ini dapat mengembangkan bisnisnya dari celah produk lama dengan market lama, produk lama dengan market baru, produk baru dengan market lama atau produk baru dengan market baru. Business development PT Kalbe Farma Tbk di Gedung 1 Cempaka Putih menangani 5 divisi berdasarkan produk yang dihasilkan, yaitu consumer health, personal care, beverage, total solution, dan service.

Pekerjaan kefarmasian seorang apoteker dalam industri farmasi meliputi pembuatan dan pengendalian mutu obat, pengadaan obat, penyimpanan obat, distribusi obat, serta pengembangan obat. Berdasarkan pertimbangan tersebut, kompetensi, pengalaman, dan keterampilan yang berkaitan dengan pekerjaan

(14)

kefarmasian di industri farmasi dapat dipahami lebih baik melalui adanya kesempatan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA). Oleh sebab itu Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, khususnya Program Apoteker Unversitas Indonesia, bekerja sama dengan PT Kalbe Farma Tbk menyelenggarakan PKPA dalam rangka pembinaan terhadap generasi tenaga apoteker baru di bidang industri farmasi pada tanggal 6 Januari 2014 hingga tanggal 28 Februari 2014. Diharapkan dengan adanya praktik kerja ini calon apoteker mengetahui gambaran di kemudian hari mengenai peranannya terhadap masyarakat di bidang industri, khususnya di bagian Business Development, sehingga memperoleh keterampilan dan pengalaman praktis yang kelak dapat membantu dunia kerja, terutama di industri farmasi.

1.2. Tujuan

Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di PT Kalbe Farma Tbk, khususnya di Business Development, bertujuan agar para calon Apoteker :

1. Memahami peranan apoteker di industri yang bergerak di bidang farmasi, khususnya pada bagian Corporate Business Development.

2. Mempelajari peran pengembangan bisnis dalam kelangsungan pertumbuhan perusahaan farmasi.

(15)

3 Universitas Indonesia

TINJAUAN UMUM

2.1. PT. Kalbe Farma Tbk

2.1.1. Sejarah dan Perkembangan

Kalbe Farma didirikan oleh dr. Boenyamin Setiawan pada tanggal 10 September 1966 di Jalan Simpang I No. 1 Tanjung Priok, Jakarta Utara. Sejarah Kalbe Farma diawali dari garasi pendiri Perseroan tahun 1966 sebagai perusahaan produk kesehatan dengan prinsip-prinsip dasar: inovasi, merek yang kuat dan manajemen prima. Kalbe Farma menempati pabrik yang lebih luas di Jalan Ahmad Yani, Pulomas, Jakarta Timur dan memperoleh status PMDN pada tahun 1974.

Kalbe Farma meraih kemajuan melalui semangat, tekad kuat, dan kerja keras. Dimulai pada tahun 1977, Kalbe Farma mengakuisisi PT. Dankos Laboratories. Pada tahun 1981, bisnis distribusi dialihkan kepada PT. Enseval sesuai dengan ketentuan peraturan pemerintah. Selanjutnya pada tahun 1985, Kalbe Farma melakukan ekspansi usaha produk kesehatan melaui akuisisi PT. Bintang Toedjoe dan PT. Hexpharm Jaya. Kemajuan Kalbe Farma semakin pesat dengan diakuisisinya PT. Sanghiang Perkasa pada tahun 1992 dan konsolidasi bisnis nutrisi dilakukan dalam anak perusahaan ini. Kalbe Farma group kembali mempertajam fokus bisnisnya pada produk kesehatan lainnya yang memiliki tingkat pertumbuhan menjanjikan seperti produk suplemen makanan dan obat tradisional melalui akuisisi 80% saham PT. Saka Farma pada tahun 1997.

Pada tahun 1998, pabrik Kalbe Farma berpindah lokasi ke Cikarang Bekasi dengan luas area dan bangunan yang lebih luas sehingga dapat menampung kegiatan industri yang makin berkembang secara menyeluruh. Pada tanggal 16 Desember 2005, dilakukan penggabungan usaha antara PT. Kalbe Farma, Dankos Laboratories (yang telah berubah nama menjadi Dankos Farma), dan PT. Enseval menjadi satu perusahaan terintegrasi dalam rangka menciptakan suatu perusahaan farmasi terbesar di kawasan Asia Tenggara. Fokus PT. Kalbe Farma di tahun berikutnya yaitu untuk memperluas cakupan regional, membangun

(16)

merek dan infrastruktur global, meningkatkan pengembangan penemuan obat, dan membangun jaringan dan kemitraan global.

Logo Kalbe Farma diluncurkan pada tahun 2007 dengan bentuk DNA Helix yang menunjukkan bahwa perusahaan memfokuskan diri untuk masyarakat, peduli, dan berbagi juga warna hijau yang diasosiasikan sebagai lambang kehidupan, pertumbuhan dan inovasi. Di tahun yang sama, PT. Kalbe Farma, Tbk. juga mendirikan Stem Cell and Cancer Institute (SCI) yang bergerak di bidang riset sel punca dan kanker, yang memiliki potensi besar menjadi terapi masa depan menggantikan obat-obatan konvensional saat ini. Di tahun 2010, Manajemen Perseroan juga telah mengambil satu langkah besar yakni divestasi divisi kemasan Kalbe yaitu PT. Kageo Igar Jaya, Tbk. beserta anak perusahaannya. Hal ini dilakukan sehingga Kalbe dapat kembali fokus pada bisnis inti serta dapat mengalokasikan sumber daya yang ada ke bisnis inti Kalbe yakni menyediakan solusi kesehatan yang lengkap.

Dengan pedoman “Panca Sradha Kalbe” sebagai nilai dasar Perseroan, Kalbe berhasil meraih pertumbuhan yang solid dan mencatatkan sebagai perusahaan publik tahun 1991 di Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya (sekarang bergabung menjadi Bursa Efek Indonesia). Melalui proses pertumbuhan organik dan penggabungan usaha & akuisisi, kegiatan usaha Kalbe berkembang meliputi 22 anak perusahaan, dalam empat kelompok divisi usaha: divisi obat resep dengan kontribusi sebesar 24% terhadap pendapatan total, divisi produk kesehatan dengan kontribusi 16%, divisi nutrisi dengan kontribusi 24%, serta divisi distribusi dan logistik dengan kontribusi 36% dihitung pada akhir tahun 2013. Dengan dukungan lebih dari 17.000 karyawan, termasuk 6.000 tenaga penjualan dan pemasaran, kegiatan usaha Perseroan mencakup seluruh wilayah kepulauan Indonesia dan keberadaan di pasar internasional yang terus berkembang. Di pasar internasional, Perseroan telah hadir di pasar Asia Tenggara dan Afrika, serta menjadi perusahaan produk kesehatan nasional yang dapat bersaing di pasar ekspor. PT Kalbe Farma Tbk telah menjadi perusahaan produk kesehatan publik terbesar di Asia Tenggara yang memiliki nilai kapitalisasi pasar sebesar 6,45 triliun rupiah pada akhir tahun 2013 (Kalbe, 2014).

(17)

Universitas Indonesia

2.1.2. Visi dan Misi Perusahaan

Visi dari PT Kalbe Farma Tbk adalah “Menjadi perusahaan produk kesehatan Indonesia terbaik yang didukung oleh inovasi, merek yang kuat dan manajemen yang prima” (to be the best Global Health Care Company driven by innovation, strong brands and excellent in management), sedangkan misi dari Kalbe Farma adalah “Meningkatkan kesehatan untuk kehidupan yang lebih baik” (to improve health for a better life).

2.1.3. Nilai Kalbe Panca Sradha

PT Kalbe Farma Tbk memiliki lima nilai perusahaan di dalam menjalankan perusahaannya yang dikenal dengan Kalbe Panca Sradha. Lima nilai tersebut adalah :

1. Trust is the glue of life

Saling percaya adalah perekat di antara kami. Berlandaskan saling percaya, saling menghargai dengan menjunjung tinggi keterbukaan dan kejujuran, kami mengelola Perseroan untuk memberikan yang terbaik bagi sesama.

2. Mindfulness is the foundation of our action

Kesadaran penuh adalah dasar setiap tindakan kami. Kesadaran penuh merupakan landasan kami dalam mengambil tindakan yang selaras dengan nilai-nilai Perseroan agar senantiasa tanggap terhadap kebutuhan semua pemangku kepentingan, masyarakat, dan lingkungan.

3. Innovation is the key to our success

Inovasi adalah kunci keberhasilan kami. Berawal dari kesederhanaan disertai semangat untuk terus berinovasi, kami bertumbuh untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat.

4. Strive to be the best

Bertekad untuk menjadi yang terbaik. Kami memberi kesempatan yang sama kepada setiap individu untuk mengembangkan potensinya agar menjadi insan yang handal melalui budaya belajar dan perbaikan yang berkesinambungan.

(18)

Saling keterkaitan adalah panduan hidup kami. Sebagai bagian dari kehidupan, kami berperan serta memelihara keragaman dan keharmonisan dengan melakukan usaha-usaha yang bermanfaat bagi sesama hingga generasi mendatang.

2.1.4. Motto Perusahaan

Motto perusahaan adalah "The Scientific Pursuit of Health for a Better Life", yang menunjukkan bahwa perusahaan melakukan usaha pencarian di bidang kesehatan melalui ilmu pengetahuan sains dan teknologi untuk meraih kehidupan yang lebih baik.

2.1.5. Unit Bisnis PT. Kalbe Farma Tbk.

Unit Bisnis yang dimiliki oleh PT Kalbe Farma Tbk terdiri dari: a. Divisi Obat Resep (Prescription Pharmaceuticals Division).

Divisi obat resep Kalbe memiliki rangkaian obat resep yang lengkap untuk seluruh segmen ekonomi masyarakat, dimulai dari obat generik, obat generik bermerek hingga obat lisensi; yang didistribusikan ke rumah sakit, apotik hingga toko obat di seluruh Indonesia melalui jaringan distribusi yang terintegrasi. Kalbe juga memiliki tim pemasaran yang kuat yang dibagi menjadi kelompok-kelompok pada masing-masing segmen dan kelas terapi untuk menjamin kegiatan pemasaran yang terfokus dan efektif. Beberapa produk unggulan Kalbe antara lain adalah Brainact, Cefspan, Mycoral, Cernevit, Cravit, Octalbin, Neuralgin, Broadced, Neurotam, dan CPG.

b. Divisi Produk Kesehatan (Consumer Health Division).

Divisi Produk Kesehatan Kalbe meliputi kategori produk obat bebas bersifat kuratif serta produk-produk konsumsi kesehatan yang memiliki manfaat kesehatan seperti suplemen dan produk bersifat preventif lainnya, minuman energi serta produk minuman kesehatan. Pada kategori produk obat bebas, portofolio Kalbe mencakup lebih dari 6 kelas terapi obat bebas dengan merek-merek yang dominan menguasai pangsa pasar dalam beberapa dekade terakhir. Beberapa produk unggulan Kalbe antara lain adalah Promag, Komix,

(19)

Universitas Indonesia Mixagrip dan Entrostop telah menerima berbagai penghargaan dari berbagai institusi. Produk unggulan Kalbe lainnya antara lain adalah Woods, Fatigon, Procold, Mextril, Extra Joss, Hydro Coco dan Original Love Juice.

c. Divisi Nutrisi (Nutritionals Division).

Divisi Nutrisi Kalbe menawarkan ragam produk-produk nutrisi yang lengkap untuk setiap tahapan penting dalam kehidupan konsumen, mulai dari bayi, balita, anak-anak, pra-remaja, dewasa, ibu hamil dan menyusui, hingga usia senja; serta produk-produk nutrisi untuk konsumen dengan kebutuhan khusus. Beberapa produk unggulan Kalbe antara lain adalah Morinaga Chil Kid, Morinaga Chil School, Morinaga Chil Mil, Morinaga BMT, Prenagen, Milna dan Diabetasol yang diluncurkan sejak lebih dari 20 tahun yang lalu dan menguasai pangsa pasar yang dominan di Indonesia dan telah memperoleh beberapa penghargaan antara lain Reader’s Choice Award untuk Prenagen dari majalah Mother & Baby dan Top Brand for Kids 2012 untuk Milna dari Frontier dan Majalah Marketing. Kalbe terus melengkapi portofolio produknya dengan meluncurkan beberapa produk baru yang menawarkan manfaat kesehatan bagi konsumen seperti Zee, Fitbar, Entrasol dan Nutrive Benecol.

d. Divisi Distribusi dan Logistik (Distribution & Logistics Division).

Untuk menjamin ketersediaan produk di seluruh wilayah Indonesia, Kalbe mempunyai Divisi Distribusi dan Logistik yang dijalankan oleh anak perusahaannya PT Enseval Putera Megatrading Tbk. yang bertanggung jawab atas distribusi produk-produk Kalbe dan produk prinsipal pihak ketiga ke lebih dari 1 juta outlet di seluruh pelosok Indonesia. Di samping itu, Kalbe juga telah memperluas portofolio bisnis Divisi tersebut dengan perdagangan bahan baku kimia, peralatan kesehatan serta layanan jasa kesehatan secara ritel. Jaringan distribusi dan logistik Kalbe merupakan jaringan distribusi yang paling luas di Indonesia untuk produk farmasi. Dengan dukungan 2 Pusat Distribusi Regional (Regional Distribution Center atau RDC) di kota Jakarta dan Surabaya serta 65 cabang yang tersebar di 47 kota, Kalbe mampu

(20)

menjangkau lebih dari 1 juta outlet di seluruh Indonesia secara langsung dan tidak langsung bekerja sama dengan perusahaan distribusi lokal. Beberapa prinsipal pihak ketiga utama antara lain adalah PT Abbott Indonesia, PT Mead Johnson Indonesia, PT L’Oreal Indonesia, PT Kara Santan Pertama dan PT Beiersdorf Indonesia.

Keterangan :

[www.kalbe.co.id, 20 Januari 2014, telah diolah kembali]

(21)

Universitas Indonesia

Gambar 2.2. Struktur organisasi PT Kalbe Farma Tbk.

2.2. Corporate Business Development

2.2.1 Regulatory Affairs

Regulatory Affairs (RA) adalah unit fungsi yang melakukan registrasi produk ke badan pengawas Obat dan Makanan (BPOM) ataupun Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (KemenKes RI). Produk-produk yang registrasikan oleh RA adalah Produk-produk dari PT. Kalbe Farma Tbk., PT. Dankos Farma, PT. Hexpharm Jaya, dan PT. Finusolprima Farma Internasional. RA dipimpin oleh seorang General Manager dan membawahi Senior Regulatory Manager, Regulatory Manager, dan

(22)

Clinical Research Senior Manager. Senior General Manager bertanggung jawab terhadap Director dan Director bertanggung jawab kepada pimpinan tertinggi operasional yaitu Director In Charge. Berdasarkan standar yang ditetapkan oleh PT Kalbe Farma, Tbk., maka para pemangku jabatan di Regulatory Affairs (Regulatory Officer) harus memiliki pendidikan minimal Sarjana Farmasi.

Peran dan fungsi Regulatory Officer (RO), yaitu :

a. Mengkoordinasikan dan memonitor kegiatan pendaftaran dan memperole persetujuan produk dan perizinan lain yang dilakukan agar sesuai dengan jadwal yang ditetapkan.

b. Mengevaluasi dan menindaklanjuti proses pendaftaran produk dan perizinan melalui koordinasi dengan bagian terkait di dalam perusahaan maupun dengan pihak luar.

c. Memonitor pendaftaran SMF (Site Master File) dan memperoleh perizinan SMF tepat waktu.

d. Memonitor perolehan CPP (Certificate of Pharmaceutical Product), GMP (Good Manufacturing Practice), PPUB (Persetujuan Pelaksanaa Uji Bioekivalensi), PPUK (Persetujuan Pelaksanaan Uji Klinik), pemasukan obat jalur khusus atau SAS (Special Access Scheme), dan izin impor.

e. Memonitor perolehan persetujuan rancangan iklan dan promosi lainnya.

f. Membina hubungan baik dengan semua instansi terkait registrasi, yaitu BPOM, Kemenkes RI, dan Direktorat Jenderal Hak kekayaan Intelektual (Ditjen HAKI).

g. Memastikan perusahaan update mengenai peraturan terbaru di bidang kesehatan yang berhubungan dengan bisnis perusahaan.

2.2.1. Business Development

Business Development merupakan unit fungsi yang berperan dalam memberikan layanan pengembangan berbagai bisnis, servis, maupun produk baru (obat, alat kesehatan, nutrisi, dan suplemen kesehatan) untuk meningkatkan pertumbuhan perusahaan serta sebagai sarana inovasi

(23)

Universitas Indonesia perusahaan dalam persaingan bisnis. Business Development (BD) juga harus memastikan bahwa produk baru yang dikembangkan sejalan dengan kebijakan dan strategi bisnis. BD dipimpin oleh seorang GeneralManager yang membawahi beberapa Senior Manager BD yang harus memiliki jiwa pengembangan bisnis yang baik. Hal ini sesuai dengan tujuan jabatannya, yaitu mampu mengembangkan bisnis dengan melihat trend perkembangan pengobatan sehingga dapat memberikan kontribusi penjualan untuk produk baru dan memaksimalkan nilai jual suatu produk.

Peranan dan tugas BD antara lain :

a. Menganalisis peluang usaha terhadap produk-produk yang akan dikembangkan oleh PT Kalbe Farma Tbk sesuai dengan kondisi marketing perusahaan dan kebijakan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) selaku pihak evaluator.

b. Menganalisis paten, profil produk, penerimaan konsep produk oleh dokter dan konsumen, kompetitor, potensi pasar, dan pengembangannya ke depan.

c. Melakukan studi pre-marketing termasuk survei dari business case. d. Melakukan negosiasi dan persetujuan dengan principal baru yang

potensial, baik dalam bentuk lisensi maupun impor bahan baku material dan produk jadi.

e. Mengikuti trend penyakit, pengobatan, tindakan pencegahan, gaya hidup, dan lain-lain yang berhubungan dengan kesehatan.

f. Menentukan dan mengusulkan kriteria delisting product.

g. Berkomitmen terhadap implementasi kebijakan mutu, kesehatan, dan keselamatan kerja dan lingkungan.

Salah satu fungsi penting dalam BD ialah product planning (PPO) yang menangani persiapan peluncuran produk baru dan melakukan pengawasan status perkembangan produk baru, serta mengevaluasi kelayakannya sehingga dapat diluncurkan pada jadwal yang ditetapkan dan sesuai dengan strategi perusahaan. Kompetensi yang diperlukan untuk jabatan ini adalah kemampuan bernegosiasi

(24)

dan komunikasi karena berhubungan dengan produk baru. Peran dan fungsi PPO dalam perusahaan antara lain :

a. Melakukan koordinasi persiapan peluncuran produk baru dengan merencanakan rapat penjadwalan peluncuran produk dan rapat koordinasi produk baru.

b. Melakukan pengawasan dan menindaklanjuti status perkembangan produk baru mulai dari penjadwalan sampai produk tersebut dapat diluncurkan ke pasar sesuai jadwal yang telah direncanakan bersama dengan departemen terkait.

c. Melakukan koordinasi review sales, delisting product (pelaksanaan produk yang akan dimatikan peredarannya), transfer (pemindahan), dan rejuvinasi.

d. Berkomitmen terhadap implementasi kebijakan mutu, kesehatan, dan keselamatan kerja dan lingkungan.

(25)

13 Universitas Indonesia

TINJAUAN KHUSUS

3.1. Business Development

Bisnis hadir bukan untuk vakum, melainkan menjadi bisnis yang kompetitif, yaitu dengan merespon terhadap beragam tekanan, baik dari internal dan eksternal, maupun kebutuhan akan inovasi (Hugos, 2009). Menurut Dransfield, Needham, dan Hough (2006), business development terdiri dari dari product development dan business development. Product development sendiri menangani pembentukan suatu produk baru atau pengembangan dari produk sebelumnya dengan tampilan (kemasan) atau image yang sedikit atau jauh berbeda. Sementara, business development mengurus pengembangan model bisnis baru. Bisnis baru bukanlah selalu produk baru. Begitu pula produk baru, bukanlah selalu bisnis baru. Jika suatu perusahaan memunculkan produk brand baru, maka hal tersebut bukanlah bisnis baru, tetapi produk baru. Sebaliknya, jika misalnya perusahaan tersebut melebarkan sayap ke luar negeri dan membuat sebuah anak perusahaan di negeri tersebut, maka itu adalah bisnis baru. Bisa jadi produk yang dijual adalah produk yang sama dan nama produk yang sama.

Business development juga secara tidak langsung mempengaruhi bagian marketing (pemasaran) suatu perusahaan. Kegiatan pemasaran sebagian besar melakukan apa yang disebut dengan 4P, yaitu Product, Price, Place dan Promotion (produk, harga, tempat, dan promosi). Bisnis yang akan dilakukan biasanya sudah jelas, hanya bagaimana cara membentuk produk dengan harganya tepat sasaran, didistribusikan di daerah yang sesuai target pasar dan pesan yang disampaikan mengenai produk ini dapat dimengerti oleh calon konsumen. Business development kemudian melakukan pengembangan bisnis dengan mencari kesempatan baru sehingga nantinya akan tercipta suatu bisnis baru yang dapat di-"marketing"-kan. Selama terjadi proses pemasaran, business development team terus melakukan pengembangan. Jadi, jika keduanya berada di dalam proses value chain, maka dapat dikatakan bahwa business development memiliki posisi sebelum dan juga paralel dengan marketing (Rickman, et al., 2011).

(26)

Prinsip dasar business development adalah melakukan evaluasi strategis dan eksplorasi potensi manfaat dari bisnis tersebut yang maksimal, tentu perlu dilakukan evaluasi yang paling tidak meliputi marketing, finance, knowledge management dan customer service. Hasil analisis inilah yang akan menjadi bekal tim yang terdiri dari fungsi-fungsi marketing, engineering, operations, legal, sales, dan lainnya, dalam membangun bisnis baru tersebut (Dransfield, Needham, dan Hough, 2006). Oleh karena itu, definisi dari business development adalah berbagai aktivitas yang akan membawa “status quo” suatu bisnis. Aktivitas tersebut meliputi planning (perencanaan), adding for growth (penambahan untuk pertumbuhan), substracting for profit (mengurangi keuntungan), business process improvement (kemajuan proses bisnis), dan competitive awareness and advantage (kesadaran kompetitif dan keuntungan) (Austin, 2008).

3.2 Tahapan Business Development

Semua produk dan layanan memiliki siklus hidup tertentu. Siklus hidup ini diartikan sebagai waktu selama produk pertama kali diluncurkan ke pasar hingga akhir penarikan kembali dan hal ini terbagi menjadi beberapa fase. Selama periode ini perubahan yang signifikan dibuat dengan jalan bahwa produk berperilaku di pasar, misalnya refleksinya dalam penjualan menunjukkan perusahaan yang memperkenalkannya ke pasar. Karena peningkatan keuntungan merupakan tujuan yang utama dari perusahaan yang memperkenalkan produk ke pasar, manajemen siklus hidup produk sangatlah penting. Beberapa perusahaan menggunakan rencana strategis dan mengikuti peraturan dasar lainnya dari fase siklus hidup yang dianalisis selanjutnya (Komninos, 2002).

Imajinasi dibutuhkan dalam aktivitas ini karena industri farmasi berada pada puncak inovasi, ilmiah, dan teknologi yang dibawanya ke pasar dan hal inimembutuhkan kreativitas dan aplikasi. Business development harus menggali pengetahuan teknologi dan masa depan. Hal ini membutuhkan perkiraan yang tepat untuk melihat kombinasi dari produk atau proses, bahkan industri itu sendiri untuk menciptakan nilai yang dibutuhkan untuk mengembangkan bisnis (Austin, 2008).

(27)

Universitas Indonesia Aspek terpenting dalam business development adalah mengikuti proses bagaimana mengakses ide bisnis atau konsep (proyek). Berikut adalah langkah-langkah dasar suatu business development (Hofstrand, 2009) :

a. Mengawali dengan eksplorasi ide, mengidentifikasi dan menaksirkan

b. Ide/konsep dan skenario/model dengan pertimbangan mendalam dan penafsiran c. Keputusan jalan/tidak

d. Persiapan perencanaan bisnis dan implementasi e. Pengoperasian bisnis

[Hofstrand, 2009, telah diolah kembali]

Gambar 3.1. Skema Proses Business Development.

3.2 Business Development Team

Dalam bukunya, Austin (2008) mengungkapkan bahwa business developer memiliki peranan penting dalam strategi dan arah perusahaan. Mereka harus memiliki keahlian mengumpulkan dan mengorganisir data untuk menganalisis dan membayangkan sehingga dapat melihat mengapa perusahaan berada di posisi saat ini, dan apa yang dapat dilakukan untuk mengembangkan serta meningkatkan perusahaan menjadi lebih baik. Keahlian dasar untuk seseorang bekerja di

(28)

business development perusahaan farmasi terbagi menjadi 3 area tertentu, yaitu pengetahuan, analisis, dan komunikasi.

a. Pengetahuan

Pengetahuan spesifik mengenai industri dibutuhkan dalam enam kunci area, yaitu :

1. Penelitian

Pengetahuan akan proses penelitian bukan berarti orang business development haruslah seorang ilmuwan atau menunjukkan perannya dalam hal ini. Sedikit pengetahuan dasar biologi dan aksi obat, serta perbandingan kekuatan dan kelemahan yang mampu membawa sesuatu menjadi produk layak pasar merupakan hal penting untuk mengevaluasi dan menilai suatu produk ketika akan dijual atau didaftarkan nanti.

2. Produksi

Kekompleksan yang melekat dalam proses pembuatan dapat menjadi perlindungan terhadap perusahaan jika prosedur spesifik tetap terjaga kerahasiaannya atau jika akan dipatenkan. Namun, ketika mempertimbangkan sisi produk, kesadaran akan kemudahan produksi adalah komponen utama untuk seorang business developer. Oleh karena itu, pengetahuan produksi cukup penting.

3. Rantai Persediaan

Rantai persediaan, khususnya manajemen logistik, adalah komponen lain yang berpengaruh terhadap nilai suatu produk dan terkadang hal ini sering diabaikan.

4. Pengembangan

Pengembangan bergerak dalam hal tahapan dan uji klinis seperti desain uji coba awal dan toksikologi, studi karsinogenitas, bukti coba pada hewan, pengujian ke manusia, desain uji klinis, statistik untuk studi kekuatan, persetujuan regulasi dan persetujuan proses untuk pasar.

5. Penjualan dan Pasar

Pengetahuan dibutuhkan untuk membuat label produk sehingga harus datang dari pengetahuan pasar yang mendalam. Pasar dibuat oleh

(29)

Universitas Indonesia pelanggan dengan kebutuhannya dan bagaimana mengarahkan kebutuhannya pada produk perusahaan.

6. Keuangan

Seorang business developer harus memahami konsekuensi pendanaan dan keuangan dari berbagai elemen dalam suatu rantai, dimana dimulai dengan gambaran perusahaan hingga distribusi dari keuntungan dan pembagian ke pemegang saham. Business developer harus memahami implikasi dari satu pilihan diantara pilihan lain dalam hal pelaksanaan persetujuan pendaftaran, penerimaan perusahaan, pembelanjaan negara dan perpajakan.

b. Kemampuan Analisis

Area kedua dari kemampuan yang dibutuhkan adalah kemampuan menganalisis yang terbagi menjadi empat komponen dasar, antara lain : 1. Kemampuan Analisis Proses

Analisis proses memiliki prinsip dasar menggunakan rangkaian logika untuk memprediksi produk yang dapat diperoleh dari seperangkat data (seperti kumpulan data epidemiologis, kemungkinan penyakit insidental, prevalensi atau kecepatan kematian) yang sebelumnya diolah terlebih dahulu menjadi informasi yang bermakna.

2. Kemampuan Analisis Pola

Analisis pola sebagian merupakan kemampuan bawaan dan sebagian dapat dikembangkan dalam praktik dan pengalaman. Suatu tema dapat disadari dari kumpulan data, rencana produk atau suatu hubungan eksternal, dimana dapat menstimulasi ide atau digunakan dalam bentuk suatu rencana. Pola dalam data, pola dalam tingkah laku, dan pola dalam pasar adalah informasi yang penting dan harus disadari dan dicari sebisa mungkin.

3. Keahlian angka

Teknik statistik dan metode penghitungan untuk business development memiliki kekuatan untuk berpenetrasi ke data mentah dan mempersuasi (atau disuasi) jika digunakan dengan bijaksana.

(30)

4. Keahlian heuristik

Analisis heuristik lebih didasarkan pada insight yang merupakan intuisi yang terbentuk akibat pengalaman dan pengetahuan.

c. Komunikasi

1. Komunikasi linguistik

Berbagai karakter dalam populasi yang besar dan bahkan orang-orang dengan kecerdasan tinggi dan memiliki pendidikan yang tinggi, dalam hal ilmiah ataupun keuangan, mungkin memiliki kosakata yang terbatas. Hal ini merupakan tugas seorang business development untuk mampu menjembatani gap tersebut ketika muncul. Dalam business development, terdapat suatu tantangan untuk berpikir dalam istilah kompleks, untuk dapat berkomunikasi jelas dan tidak ambigu.

2. Komunikasi Hukum

Kosakata hukum adalah area waspada lain dalam business development. Ketika tergabung dalam suatu negosiasi dan kontrak, kata yang salah atau penyusunan yang salah dapat merugikan. Hal ini penting untuk mencegah kelalaian juga pernyataan salah. Salah satu cara mengurangi resiko adalah menggunakkan checklist untuk setiap transaksi dan untuk setiap bagian dalam transaksi. Meskipun sebagai ahli busines development, tidak memungkinkan untuk mendapatkan pelatihan hukum sehingga harus familiar dengan bentuk-bentuk terminologi dan ekspresi hukum. Selain itu juga harus dipahami struktur dari berbagai jenis transaksi yang berbeda. Bagian lain dari hukum yang harus familiar adalah hukum akan hal-hal intelektual, dalam industri farmasi, di bawah sebagian besar nilai suatu produk.

3. Komunikasi budaya

Komunikasi lintas budaya adalah bentuk kerumitan lain yang digeluti dunia business development. Kerumitan budaya dapat menunjukkan budaya nasional, atau kelompok yang lebih kecil, seperti ahli akademis dibandingkan ahli di industri, atau produksi dan teknisi dibandingkan dengan marketing atau keuangan. Masing-masing kelompok memiliki

(31)

Universitas Indonesia kata-kata dan frasa yang serupa (dalam bahasa yang sama) dan arti yang belum sangat berbeda. Business development tidak harus meluruskan dengan siapapun dalam kelompok ini, tetapi harus mampu memahami dan menginterpretasikan komunikasi antar budaya dalam perusahaan dan antar perusahaan.

4. Komunikasi psikologi

Dominasi sifat manusia melebihi pemikiran wajar dalam sebagian besar literatur dan bahkan dalam konteks industri ilmu pengetahuan (dengan begitu banyak masyarakat rasional). Permasalahannya adalah berupa arogansi, gengsi dari pemimpin, yang berasal dari pembalasan dendam kekalahan masa lampau, persaingan antar teman lama, terkadangan hanyalah sisi jahat biasa.

Selain tiga keahlian dasar yang disebutkan di atas, keahlian utama lain untuk seseorang yang bekerja di business development di antaranya adalah :

a. Manajemen Proyek

Salah satu keahlian utama untuk setiap business developer adalah manajemen proyek. Manajemen proyek terstruktur dibandingkan dengan yang fleksibel dalam business development akan lebih membantu mengarahkan, juga memastikan suatu transaksi dapat diatasi secara efektif dan bernilai. Pemahaman intelektual dari suatu area produk dan kemampuan analisis dan mampu menggerakkan proyek sesuai rencana membutuhkan keahlian kepemimpinan, memotivasi, mendorong, dan negosiasi serta kepribadian yang kuat. Kesuksesan dalam business development adalah suatu proses pengalaman.

b. Pengembangan Proses

Pendapatan atau penjualan produk yang melebihi, juga sebuah kesempatan untuk dikembangkan dalam bisnis melalui pengembangan proses. Pengembangan ini dapat dilakukan dalam distribusi, pendapatan perbekalan, pengatasan dokumen atau apapun dari area dalam bisnis lain dimana kompetisi dapat dikembangkan. Seorang business developer yang baik sebaiknya berada di pusat bisnis, dengan kesadaran penuh terhadap pengaruh dan interaksi. Diwujudkan dengan berada dalam inti hubungan informasi dan mampu berkomunikasi antar kolega, proaktif

(32)

mengajukan dan mengambil tindakan dari suatu masalah, belajar dan memprediksi lingkungan kompetisi, merencanakan dan menginformasikan forum dengan mengevaluasi pilihan secara seksama dan bertanggung jawab terhadap proses perubahan organisasi. Untuk melakukan semua hal ini membutuhkan tanggung jawab, wewenang dan kebebasan dalam bertindak.

(33)

21 Universitas Indonesia

PEMBAHASAN

4.1. Corporate Business Development PT Kalbe Farma Tbk.

Semua staf, manager hingga general manager dalam corporate business development mempunyai misi bersama, yaitu bertugas mengembangkan bisnis corporate dengan melihat trend kesehatan sehingga memiliki daya saing yang tinggi di tengah kompetisi yang ketat dan menjaga sustainable growth corporate. Corporate business development (BD) PT Kalbe Farma Tbk dipimpin oleh seorang general manager yang memiliki tanggung jawab sebagai berikut :

a. Menganalisa dan mengikuti perkembangan bisnis kesehatan (farma, consumer health, medical device dan lain-lain) ntuk perkembangan bisnis kesehatan

b. Menganalisa dan mengikuti perkembangan yang terjadi dalam masyarakat untuk mendapatkan consumer insight melalui market research.

c. Menyusun blue print perkembangan bisnis perusahaan (farma, consumer health, medical device) untuk mendapatkan persetujuan BOD & bisnis unit yang bersangkutan.

d. Koordinasi corporate BD dan BD dimasing-masing bisnis unit dalam menentukan arah pengembangan bisnis masing-masing unit

e. Menyusun dan mempersiapkan sistem untuk melakukan planning dan monitoring pada siklus hidup produk (new product maupun delisting product).

f. Mengembangkan networking dengan perusahaan-perusahaan dalam negeri maupun luar negeri, key opinion leader, institusi yang terkait untuk pengembangan dan kepentingan bisnis perusahaan.

General manager BD membawahi secara langsung beberapa orang manager yang memiliki lingkup kerja berdasarkan pembagian divisi maupun unit bisnis yang dimiliki Kalbe Group. Manager BD sendiri memiliki tanggung jawab sebagai berikut :

(34)

a. Menganalisa dan mengikuti perkembangan bisnis farma untuk pengembangan bisnis perusahaan.

b. Menganalisa dan mengikuti perkembangan yang terjadi dalam bidang farma (key opinion leader, research company, maupun perusahaan-perusahaan yang lain.

c. Menyusun blue print pengembangan bisnis farma untuk mendapatkan persetujuan BOD dan atau bisnis unit yang bersangkutan.

d. Koordinasi dengan corporate BD dan BD di masing-masing unit bisnis dalam menentukan arah perkembangan bisnis farma masing-masing bisnis unit.

e. Mengembangkan networking dengan perusahaan dalam maupun luar negeri untuk pengembangan bisnis perusahaan.

Selanjutnya tiap manager BD akan dibantu oleh assistant manager BD dan officer/supervisor BD yang memiliki tugas, antara lain :

a. Membantu atasan dalam menganalisa dan mengikuti perkembangan bisnis farma untuk pengembangan bisnis perusahaan.

b. Membantu atasan dalam menganalisa dan mengikuti perkembangan yang terjadi dalam bidang fama (research company maupun perusahaan-perusahaan yang lain, trend penyakit, dan terapi).

c. Membantu atasan dalam menyusun blue print pengembangan bisnis farma untuk mendapatka persetujuan BOD dan atau bisnis unit yang bersangkutan d. Koordinasi dengan corporate BD dan BD di masing-masing bisnis unit

dalam menentukan arah perkembangan bisnis farma masing-masing bisnis unit.

e. Membantu atasan dala mengembangkan networking dengan perusahaan dalam maupun luar negeri untuk pengembangan bisnis perusahaan.

Selain itu, ada pula project manager BD yang memiliki tanggung jawab sebagai berikut :

(35)

Universitas Indonesia a. Mengembangkan networking dengan perusahaan dalam negeri, luar negeri, key opinion leader, institusi yang terkait untuk kepentingan pengembangan bisnis perusahaan (license in, license out, proyek tertentu).

b. Mengikuti dan menganalisa perkembangan bisnis kesehatan untuk mendapatkan bisnis model sesuai dengan projek dan kompetensi corporate. c. Menyusun bisnis model proyek-proyek business development.

d. Koordinasi dengan business development (project specialist) unit bisnis lainnya dalam menentukan atau mengusulkan bisnis model tertentu.

4.2. Tahapan Business Development PT Kalbe Farma Tbk

Tahapan secara sederhana pengembangan bisnis oleh corporate business development akan dijelaskan dalam skema berikut.

Gambar 4.1. Skema pengembangan bisnis dan produk yang dilakukan oleh Corporate Business Development.

Suatu produk tidak hanya stagnan saja, tetapi mereka memiliki siklus hidup yang dikenal dengan product lifecycle. Dari siklus ini bisa diketahui apakah

(36)

suatu produk akan dipertahankan, dikembangkan, atau dihapus dan diganti dengan produk lain. New product (Produk Baru) adalah produk inovasi, produk copy yang dikembangkan sendiri atau kerjasama, diproduksi sendiri atau kerjasama dengan pihak lain, termasuk perubahan komposisi zat aktif yang menambah jumlah item produk (stock keeping unit), baik untuk unit bisnis consumer-Kalbe OTC, maupun unit bisnis Medical Device (EMP).

Ide mengenai inovasi produk dapat berasal dari hasil analisis data market research. Data market research terdiri dari dua jenis, yaitu data primer (data hasil survei yang dilakukan PT Kalbe Farma Tbk sendiri) dan data sekunder (data yang dibeli dari jasa perusahaan survei eksternal, pemerintah, business intelligence, dsb). Selain itu, seluruh departemen dan Board of Director dapat memberikan idenya dengan mengisi idea form. Idea form ini merupakan suatu program dalam komputer yang bisa diakses oleh seluruh karyawan PT Kalbe Farma Tbk untuk berkontribusi memberikan ide. Program ini aman dan berisi formulir sederhana mengenai ide yang diusulkan salah satunya latar belakang pengusulan ide tersebut. Pengaju ide tidak diminta untuk menuliskan ide secara detail karena hal tersebut dapat mematikan kreativitas ide yang mungkin hadir akibat rasa malas.

Ide-ide ini akan dikelompokkan dalam sistem dan di-review oleh tim yang ada misalkan terdiri dari marketing, market insight, production, dan sebagainya. Selanjutnya ide yang diterima dilakukan screening awal atau filtering oleh tim Business Development (BD) agar sesuai dengan arahan BD dengan mempertimbangkan aspek-aspek berikut :

a. Potensi pasar dan existing market b. Pola persaingan

c. Sinergisme dengan model bisnis perusahaan d. Profil Produk

e. Dukungan ilmiah/literatur f. Potensi pengembangan produk

g. Persyaratan registrasi, dan sebagainya

Untuk ide yang berasal dari luar tim BD, ide yang telah disetujui akan masuk ke summary desk dengan formulir yang lebih detail sehingga lebih bisa

(37)

Universitas Indonesia membayangkan produk akan seperti apa, bagaimana analisis kompetitor, analisis pelanggannya, dan apakah produk ini bisa bertahan di pasar nantinya. Dalam tahap summary desk akan dibimbing oleh tim BD untuk menyusun ide menjadi lebih detail. Usulan ini lalu harus melalui fase approval I, yaitu persetujuan oleh 1 level jabatan di atas pengaju ide, misalkan officer yang mengajukan, maka manager yang akan menyetujui, apabila manager yang mengajukan maka senior manager yang menyetujui, begitu seterusnya. Ide ini selanjutnya dibuat ke dalam FUPB (Formulir Usulan Produk Baru). FUPB ini lalu masuk ke tahap approval II yang lebih kompleks, yaitu departemen-departemen yang berhubungan seperti registrasi, marketing, consumer insight, BU operation, dan lain sebagainya. Hasil approval ini menyatakan apakah usulan produk memungkinkan atau tidak untuk diproduksi. Namun, untuk usulan bisnis baru, departemen yang berhubungan tidak akan sebanyak departemen untuk usulan produk baru sehingga lebih sederhana. Apabila Board of Director telah menyetujui maka bisa langsung dilakukan studi kelayakan dan dipelajari lebih mendalam dan siap untuk dijalankan.

Tahap selanjutnya adalah eksekusi usulan yang akan dimonitor oleh product planning officer. Product planning officer ini yang akan meng-handle jalannya usulan tersebut. Tiap bulan akan dilakukan meeting koordinasi yang membahas perkembangan usulan tersebut, misalkan target launching, desain, kemasan, bahan baku, produksi, dan sebagainya. Sementara BD akan terus mengeluarkan usulan bisnis baru, BD juga akan terus mengawasi usulan-usulan baru yang sedang berjalan tersebut. Business development team merupakan pihak yang lebih mempersiapkan dalam segi konsep, sedangkan production team lebih menguasai dalam hal eksekusi. Oleh karena itu, product planning officer yang akan meng-handle jalannya suatu usulan ide.

(38)

5.1. Kesimpulan

Setelah dilakukan pengamatan, pembelajaran, dan pembahasan mengenai corporate business development di PT Kalbe Farma, Tbk, maka dapat diambil kesimpulan bahwa:

a. Apoteker di corporate business development berperan sebagai konseptor ide-ide segar yang harus terus mengembangkan ilmu pengetahuan, kreativitas, dan wawasan.

b. Pengembangan bisnis sangat diperlukan dalam suatu perusahaan untuk mengembangkan produk, bisnis, dan pelayanan baru sehingga meningkatkan pertumbuhan perusahaan.

c. Tahapan utama dalam menjalankan pengembangan bisnis adalah penyampaian ide, evaluasi dan seleksi ide, persetujuan dari berbagai divisi dan unit bisnis yang terkait, dan eksekusi ide.

5.2. Saran

Ruang lingkup pengembangan bisnis yang dijalankan oleh corporate business development ialah bidang consumer, personal care, beverage, total solution, dan service. Tiap bidang tersebut ditangani oleh supervisor atau assistant manager yang berbeda. Agar tiap karyawan corporate business development memiliki pengetahuan dan pemahaman yang komprehensif mengenai lingkup bisnis yang dikembangkan PT Kalbe Farma Tbk, maka perlu diadakan sharing pengetahuan antara masing-masing karyawan dalam satu departemen atau dengan departemen business development dari unit bisnis PT Kalbe Farma Tbk yang lain. Dengan begitu, apabila karyawan menemui masalah dalam proyek bisnis atau produk yang dikembangkan, mereka dapat mengambil intisari pembelajaran dari pengalaman karyawan lainnya yang mungkin pernah menangani masalah serupa. Usulan lainnya ialah adanya rotasi jabatan supervisor atau assistant manager secara berkala, sehingga tiap supervisor atau assistant manager setidaknya mendapat pengalaman menangani bidang pengembangan bisnis yang berbeda-beda.

(39)

Universitas Indonesia

DAFTAR ACUAN

Austin, Martin. (2008). Business Development for The Biotechnology and Pharmaceutical Industry. Hampshire: Gower House.

Dransfield, R., Needham, D., dan Hough, K. (2006). Business Development : A2 Level for Edexcel Applied Business. Oxford: Heinemann Educational Publisher.

Hoffstrand, Don. (2009). Idea Assessment/Business Development Process.

Hugos, M. H. (2009). Business Agility: Sustainable Prosperity in a Relentlessly Competitive World. New York : John Wiley and Sons.

Komninos, I. (2002). Product Life Cycle Management (Tesis, University of Thessaloniki Aristotle, 2002)

Rickman, et al. (2011). Guides for Marketing and Business Development Departments in the A/E/C Industry. Virginia : Society for Marketing Professional Services.

(40)

ANALISIS INFRASTRUKTUR DAN FAKTOR KUNCI

KEBERHASILAN IMPLEMENTASI KNOWLEDGE

MANAGEMENT UNTUK PENERAPANNYA

DI PT KALBE FARMA TBK DENGAN STUDI KASUS

PADA PT UNILEVER INDONESIA TBK

TUGAS KHUSUS PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

FRANSISKA LILIANI NUGROHO, S. FARM.

1306343605

ANGKATAN LXXVIII

PROGRAM PROFESI APOTEKER

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS INDONESIA

DEPOK

(41)

ii

UNIVERSITAS INDONESIA

ANALISIS INFRASTRUKTUR DAN FAKTOR KUNCI

KEBERHASILAN IMPLEMENTASI KNOWLEDGE

MANAGEMENT UNTUK PENERAPANNYA

DI PT KALBE FARMA TBK DENGAN STUDI KASUS

PADA PT UNILEVER INDONESIA TBK

TUGAS KHUSUS PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Apoteker

FRANSISKA LILIANI NUGROHO, S. FARM.

1306343605

ANGKATAN LXXVIII

PROGRAM PROFESI APOTEKER

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS INDONESIA

DEPOK

(42)

HALAMAN SAMPUL ... i HALAMAN JUDUL ... ii DAFTAR ISI ... iii DAFTAR GAMBAR ... v

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1 1.2. Tujuan ... 4

BAB 2 TINJAUAN UMUM ... 5

2.1. Pengetahuan (Knowledge) dan Pengelolaan Pengetahuan

(Knowledge Management) ... 5 2.2. Faktor yang mempengaruhi penerapan knowledge

management... 12 2.3. Strategi Penerapan Knowledge Management ... 17 2.4. Sistem dan Infrastruktur dari Knowledge Management ... 18 2.5. Tahapan Penerapan Sistem Knowledge Management ... 18 2.6. Peranan Knowledge Management dalam Inovasi Perusahaan .... 27

BAB 3 TINJAUAN KHUSUS ... 30

3.1. Gambaran Umum PT Unilever Indonesia Tbk... 30 3.2. Implementasi Strategi Knowledge Management (KM)

pada PT Unilever Indonesia Tbk ... 25

BAB 4 PEMBAHASAN ... 41

4.1 Identifikasi Infrastruktur Dasar yang Dibutuhkan dalam Penerapan Knowledge Management (KM) pada

PT Unilever Indonesia Tbk ... 41 4.2. Identifikasi Faktor Kunci Keberhasilan Penerapan Knowledge

(43)

iv

5.1 Kesimpulan ... 54 5.2 Saran ... 54

(44)

Gambar 2.1. Skema dari The Spiral Of Knowledge atau dikenal juga

dengan model SECI ... 6

Gambar 2.2. Level operasional dari definisi pengetahuan ... 8

Gambar 2.3. Tiga elemen fundamental dalam penerapan sistem

knowledge Management ... 17

Gambar 2.4. Tahapan implementasi sistem knowledge management ... 19

Gambar 2.5. Model umum dari struktur departemen manajemen ... 24

Gambar 2.6. Area KM yang dinilai dalam kuisioner Bukowitz &

William (2002) ... 27

Gambar 2.7. Skema proses berlangsungnya knowledge management padaorganisasi agar terciptas keunggulan kompetitif

berupa inovasi. ... 29

Gambar 4.1. Hubungan antara tiap infrastruktur yang mendukung implementasipengelolaan pengetahuan di PT Unilever Indonesia Tbk yang berperan dalam menghasilkan

inovasi yang kompetitif ... 26

Gambar 4.2. Hubungan antara tiap dimensi faktor kunci keberhasilan

(45)

1 Universitas Indonesia

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada akhir abad ke-20, dunia memasuki era ekonomi pengetahuan. Jika era industri sebelumnya memusatkan perhatian pada pengelolaan sumber daya utama (manusia, uang, mesin, material, dan metodologi) seoptimal mungkin agar berhasil menciptakan nilai tambah, maka sekarang kekayaan perusahaan bisnis dan non-bisnis terletak pada para knowledge-worker dan produktivitasnya. Era ekonomi pengetahuan (knowledge economy) ditandai dengan globalisasi pasar dan teknologi, demokratisasi informasi, keterhubungan yang universal, tumbuhnya persaingan secara deret ukur, penciptaan kekayaan melalui uang bergeser menjadi melalui orang, dan adanya free agency (knowledge-worker market). Infrastruktur utama yang digunakan dalam era ini ialah ICT (information and communication technology), hal ini disebabkan karena sumber daya utama yang diperebutkan ialah talenta individu yang memiliki pengetahuan dan informasi disertai dengan perilaku yang mau berbagi (sharing) dan berkolaborasi dengan orang lain (Drucker, 1999).

Pengetahuan individu maupun organisasi menjadi faktor penting dan strategis dalam era ekonomi pengetahuan karena menjadi kontributor utama dalam menciptakan intellectual capital. Intellectual capital inilah yang membuat suatu perusahaan lebih unggul dibandingkan perusahaan kompetitornya, terutama pada era ekonomi pengetahuan abad ke-21 di mana persaingan di dunia bisnis semakin kompleks dan menantang akibat dipicu globalisasi, perkembangan teknologi yang begitu pesat dan cepat, serta perkembangan dan penyebarluasan arus informasi dan pengetahuan yang begitu cepat ke setiap individu. Secara spesifik, perusahaan yang mampu bertahan lama menghadapai persaingan bahkan mampu berkembang dari tahun ke tahun adalah perusahaan yang mampu menunjukkan kapasitas beradaptasi yang lebih cepat terhadap perubahan kondisi tuntutan lingkungannya, terus menerus melakukan inovasi, dan mengambil keputusan tepat untuk menggerakkan perusahaannya ke arah tujuan yang diinginkan. Kemampuan perusahaan tersebut hanya mungkin terwujud apabila perusahaan dengan efektif

(46)

mampu menyerap dan menggunakan sumber daya pengetahuan yang dimiliki oleh para anggotanya, memberi ruang yang kondusif bagi setiap individu, tim, antar tim, dan bahkan antar perusahaan untuk melakukan pengakuisisian, penciptaan, pentransferan, dan penggunaan kembali pengetahuan untuk diaktualkan ke dalam bentuk produk atau jasa yang inovatif (Sangkala, 2007).

Sistem yang mengeksplorasi kekayaan pengetahuan yang eksis di setiap anggota organisasi, kemudian mengumpulkan dan merumuskannnya menjadi knowledge-base, dan memanfaatkannya secara efektif untuk membantu kinerja organisasi serta menghasilkan produk atau jasa yang inovatif dan kompetitif disebut sebagai knowledge management (Du Plessis dan Boon, 2004). Organisasi yang menerapkan knowledge management (KM) akan mampu meningkatkan human capital dan structural capital yang secara langsung menciptakan intellectual capital melalui transformasi pengetahuan individu maupun organisasi menjadi produk, jasa dan solusi berkelas dunia. Hal ini terbukti dari strategi perusahaan-perusahaan besar di dunia bisnis global, seperti Google, Microsoft, Samsung Group, Toyota dan Unilever, dalam mempertahankan kesuksesan mereka tidak hanya fokus pada hal-hal yang bersifat pencapaian target dan revenue semata, tetapi membangun perusahaan berbasis pengetahuan ( knowledge-based enterprise) melalui integrasi KM ke dalam proses bisnis sehari-hari (Human Capital Magazine, 2007). Teleos, perusahaan penelitian independen di bidang KM global dari Inggris, mengungkapkan bahwa penerapan KM dapat mendukung performa organisasi secara keseluruhan dan memberikan dividen yang signifikan. Profit yang diperoleh oleh perusahaan global yang sukses mengimplementasikan KM terbukti meningkat lebih dari delapan kali di atas rata-rata perusahaan yang ada di Forbes Top 500 (Fatwan dan Denni, 2009).

PT Unilever Indonesia Tbk. merupakan salah satu perusahaan besar di Indonesia yang telah sukses menerapkan KM dan menjadi knowledge-based enterprise terkemuka di dunia. Pengakuan atas kesuksesan tersebut dibuktikan dengan memenangkan penghargaan Indonesian Most Admired Knowledge Enterprise (MAKE) pada PT Unilever Indonesia Tbk sebanyak empat kali sejak tahun 2005 sampai 2009, bahkan menjadi wakil Indonesia yang mampu menjadi pemenang di tingkat Asia. Panelis juri Indonesian MAKE Study mengungkapkan

(47)

3

Universitas Indonesia bahwa keunggulan PT Unilever Indonesia Tbk. dalam membangun dan mengembangkan intellectual capital perusahaan terletak pada kemampuannya dalam menciptakan lingkungan untuk berbagi pengetahuan secara kolaboratif dan memberikan nilai tambah berdasarkan pengetahuan pelanggan. Perusahaan ini dinilai mampu menciptakan nilai vitalitas pada lingkungan sosial, di mana orang-orang yang memiliki semangat, kreativitas dan komitmen bekerja bersama-sama untuk mencapai tujuan perusahaan. Organisasi ini secara berkesinambungan memelihara dan membangun orang-orang yang bekerja di dalamnya, secara proaktif menyediakan solusi strategis yang unggul terhadap setiap permasalahan seputar Human Resources (HR), memberikan energi semangat untuk memiliki kehidupan yang seimbang dalam memenuhi tujuan bisnis, menjadi fasilitator perubahan kepada orang-orang di dalamnya dan kemajuan bisnis serta memberikan pelayanan HR yang unggul.

Dengan sederetan prestasi tersebut, PT Unilever Indonesia Tbk dianggap perusahaan yang paling tepat untuk dijadikan acuan pembelajaran mengenai penerapan KM sebagai penunjang kinerja perusahaan agar semakin inovatif dan kompetitif. Tidak hanya itu, dibandingkan dengan perusahaan pemenang Indonesian MAKE Study lainnya seperti PT United Tractors Tbk, PT Astra International Tbk, atau Bank Indonesia, PT Unilever Indonesia Tbk bergerak di kategori bisnis yang kurang lebih serupa dengan PT Kalbe Farma Tbk, yaitu industri consumer product. Namun dibandingkan dengan PT Unilever Indonesia Tbk, penerapan KM di PT Kalbe Farma Tbk sendiri belum terorganisir dengan baik. Oleh sebab itu, diharapkan hasil analisis infrastruktur dasar yang diperlukan dan faktor kunci keberhasilan dalam implementasi KM di PT Unilever Indonesia Tbk dapat berguna bagi upaya pengembangan intellectual capital dengan tujuan penciptaan keunggulan kompetitif pada PT Kalbe Farma Tbk.

1.2 Tujuan

Sejalan dengan permasalahan yang dirumuskan, maka tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Mengidentifikasi infrastruktur dasar yang dibutuhkan dalam penerapan knowledge management pada PT Unilever Indonesia Tbk.

(48)

2. Mengidentifikasi faktor-faktor yang krusial (faktor kunci keberhasilan) dalam penerapan knowledge management pada PT Unilever Indonesia Tbk.

(49)

5 Universitas Indonesia

TINJAUAN UMUM

2.1. Pengetahuan (Knowledge) dan Pengelolaan Pengetahuan (Knowledge Management)

Pengetahuan (knowledge) kini sudah disadari oleh para pelaku bisnis dan akademisi sebagai sumber daya yang lebih penting dibandingkan dengan sumber daya fisik perusahaan seperti sumber daya finansial, bangunan, tanah, mesin, dan sumber daya yang bersifat tangible lainnya (Sangkala, 2007). Nonaka dan Toyama (2005) mengungkapkan bahwa sebelum sampai pada penguasaan pengetahuan dan kebijaksanaan, orang perlu menerjemahkannya dari informasi yang merupakan hasil analisis dari data. Dari rangkaian data – informasi – pengetahuan – kebijaksaan, yang paling menyita waktu ialah proses mengubah informasi menjadi pengetahuan, karena terkait dengan kemampuan mengambil tindakan. Pengetahuan merupakan campuran dari pengalaman, nilai, informasi kontekstual, pandangan pakar dan intuisi mendasar yang memberikan suatu lingkungan dan kerangka untuk mengevaluasi dan menyatukan pengalaman baru dengan informasi (Davenport & Prusak, 1998). Menurut Nonaka dan Takeuchi (1995), pengetahuan terdiri dari dua jenis, yaitu explicit knowledge dan tacit knowledge. Explicit knowledge adalah jenis pengetahuan yang dapat diformulasikan dalam bentuk kata-kata dan angka, serta dapat dikomunikasikan atau disajikan dalam bentuk data, formulasi ilmiah, spesifikasi, manual, peraturan, prosedur standar operasional, buku, suplemen, literatur, dan sebagainya. Pengetahuan jenis ini dapat segera diteruskan dari satu individu ke individu lainnya secara formal dan sistematis.

Sementara itu, tacit knowledge adalah pengetahuan bersifat spesifik, personal yang didapatkan dari pengalaman atau kegiatan yang dilakukan, dan umumnya sulit untuk diekspresikan serta disampaikan kepada orang lain. Tacit knowledge biasanya dibagikan lewat diskusi atau cerita, dan dibagi menjadi dimensi teknik dan dimensi kognitif. Dimensi teknik meliputi jenis-jenis keahlian atau keterampilan informal personal yang biasa disebut dengan "know-how". Dimensi kognitif meliputi kepercayaan, ideal dan model mental yang sangat

Gambar

Gambar 2.1.  Skema Bisnis PT Kalbe Farma Tbk. ..........................................
Gambar 2.1.  Skema Bisnis PT Kalbe Farma Tbk.
Gambar 2.2.  Struktur organisasi PT Kalbe Farma Tbk.
Gambar 3.1. Skema Proses Business Development.
+7

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil analisis sidik keragaman menunjukkan perlakuan media tanam dan konsentrasi pupuk organik cair memberikan pengaruh nyata terhadap rerata diameter

Dalam penelitian ini akan mengkaji tingkat kesehatan vegetasi mangrove berdasarkan nilai Normalized Difference Vegetation Index (NDVI) menggunakan teknik penginderaan

Tesis yang berjudul “Efektivitas Teknik Restrukturisasi Kognitif Dalam Konseling KelompokUntuk Meningkatkan Konsep Diri Siswa(Penelitian Eksperimen Kuasi pada Siswa

•• Substri Substring string ng string %  %  adalah string yang dihasilk  adalah string yang dihasilkan dari string an dari string %  %   dengan menghil   dengan

Penelitian yang dilakukan terdiri dari dua tahap yaitu penelitian pendahuluan memilih perbandingan edamame dengan air dengan uji organoleptik dan penelitian utama

“A nggota panitia yang diangkat dari unit kerja/instansi/ departemen/lembaga lain karena di instansi yang sedang melakukan pengadaan barang/jasa tidak mempunyai

At the time the researcher did the observation, the Minimum Exhaustiveness Criterion (KKM) score was 72, so the students should be able to obtain the KKM value of ≥ 72

Kualitas atau mutu, berkaitan dengan kualitas produk barang yang ditawarkan oleh produsen dengan merek tertentu Membentuk suatu citra positif merupakan hal yang tidak