PEMBUATAN PAPAN PARTIKEL
DARI LIMBAH PLASTIK DAN SEKAM
RIZKA HASNI
DEPARTEMEN HASIL HUTAN
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Judul Skripsi : Pembuatan Papan Partikel dari Limbah Plastik dan Sekam Nama : Rizka Hasni
NRP : E 24104055
Menyetujui: Dosen Pembimbing
Dr. Ir. Dede Hermawan, M.Sc NIP : 131950984
Mengetahui:
Dekan Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor,
Dr. Ir. Hendrayanto, M.Agr NIP :
RINGKASAN
Rizka Hasni, Pembuatan Papan Partikel dari Limbah Plastik dan Sekam, Dibimbing oleh DEDE HERMAWAN
Limbah plastik dan sekam jumlahnya cukup besar di Indonesia. Jumlah sampah plastik telah mencapai 1,6 juta ton per tahun atau sekitar 4.400 ton per hari (harian Sinar Harapan 2001) dan jumlah itu akan terus meningkat seiring dengan meningkatnya produksi plastik setiap tahunnya. Sedangkan menurut BPS (2007) produksi padi sekitar 57,05 juta ton per tahun dan sekam yang dapat dihasilkan sekitar 11,41 juta ton per tahun. Jika jumlah dari limbah plastik dan sekam terus meningkat dikawatirkan akan memberikan dampak yang buruk terhadap lingkungan. Untuk itu perlu ada alternatif untuk menggunakan kembali limbah plastik dan sekam. Alternatif yang dapat digunakan adalah dengan menggunakan kedua bahan tersebut menjadi bahan baku papan partikel. Plastik yang digunakan adalah plastik daur ulang jenis Polypropylene. Disamping dapat
mengurangi limbah plastik dan sekam, papan partikel yang dibuat dapat menjadi subtitusi kayu.
Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui sifat fisis dan mekanis papan partikel plastik daur ulang. Bahan baku yang digunakan adalah sekam dengan ukuran 10 dan 40 mesh dan plastik Polypropylene daur ulang. Proses
pembuatannya adalah 70% berat plastik Polypropylene dicampur dengan partikel
sekam. Sisa berat plastik masing-masing 15% ditabur pada permukaan atas dan bawah. Kemudian dikempa dengan tekanan 25 kg/cm2 pada suhu 1800C selama
20 menit.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sekam dan plastik Polypropylene
daur ulang dapat digunakan sebagai bahan baku papan partikel. Sifat fisis papan partikel daur ulang mempunyai sifat lebih baik dibandingkan dengan JIS A 5908, terutama untuk kadar air dan pengembangan tebal. Namun, sifat mekanisnya tidak memenuhi standar JIS A 5908 untuk papan partikel struktural. Papan yang dibuat dalam penelitian ini adalah papan partikel non struktural.
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pembuatan Papan Partikel dari Limbah Plastik dan Sekam adalah benar-benar hasil karya saya sendiri dengan bimbingan dosen pembimbing dan belum pernah digunakan sebagai karya ilmiah pada perguruan tinggi atau lembaga manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Bogor , September 2008
Rizka Hasni
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan karunia dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi hasil penelitian. Judul dari skripsi adalah “Pembuatan Papan Partikel dari Limbah Plastik dan Sekam”.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa selama penelitian dan proses penyelesaian skripsi banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak, baik yang terlibat secara langsung maupun tidak langsung. Dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dr. Ir. Dede Hemawan, M.Sc, sebagai dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan arahan sehingga skripsi dapat selesai dengan baik 2. Ayah, Ibu, Kakak dan Adik yang selalu mendoakan agar selalu berhasil
3. Dr. Ir. Endes N. Dahlan, M.S dan Ir. Endang A. Husaeni sebagai dosen penguji 4. Teman satu bimbingan, yaitu Ica dan Budi
5. Pak Abdullah dan Pak Amin, yang telah membantu dalam membuat papan partikel dan pengujian papan partikel
6. Galuh, Langlang, Danang, Dinda, Irma, Resmol, Ivon, Lambok, Afwan, dan seluruh anggota IFSA LC IPB.
7. Keluarga besar Pondok D’QAKA, Rahmat, Yoga, Indra, Iwan, Ocit, Fendi, Candra, Fakhrul, Sapto, Tri, Budi, Arie, dll
8. Kusnan, Citra, Putri, Ozo, Nining, Maya, Helmy, Sahroni, Kurkur, Harzan, Niam, Dany, Aswita, Ana, Kaka, dan Rima.
9. Seluruh teman-teman THH 41, BDH 41, KSHE 41, MNH 41 dan teman-teman dari Demak, dan
10.Semua pihak yang telah membantu yang tidak mungkin penulis dapat sebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan skripsi ini masih terdapat kekurangan. Penulis berharap semoga hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi pihak semua yang membacanya.
Bogor, September 2008 Penulis
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Desa Mlatiharjo, Kecamatan Gajah, Kabupaten Demak pada tanggal 16 Juli 1986. Penulis adalah anak kedua dari tiga bersaudara. Orangtua penulis bernama Susanto dan Sumarni. Pekerjaan orang tua penulis adalah Pegawai Negeri Sipil yang mengabdi sebagai Guru Sekolah Dasar.
Pada tahun 2004 penulis lulus dari SMA Negeri 1 Demak dan pada tahun yang sama diterima sebagai mahasiswa Institut Pertanian Bogor lewat jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Program studi yang dipilih oleh penulis adalah Teknologi Hasil Hutan, Departemen Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan IPB. Selama menjadi mahasiswa di IPB, penulis pernah aktif dalam beberapa oraganisasi, yaitu International Forestry Students’ Association Local Committee
IPB (IFSA LC IPB) dan Ikatan Alumni dan Mahasiswa Demak (IKAMADE). Selama berada di IFSA LC IPB, penulis pernah diberikan amanah sebagai ketua Departemen Human Resources Development, delegasi Pemuda dari Youth And Children Major Group di CLI on Support the 7th UNFF, dan delegasi IFSA di IUFRO All Division 5 (Forests Product) Conference di Taipei, Taiwan sebagai
peserta dan volunteer untuk membantu panitia konferensi. Sedangkan di
IKAMADE, penulis pernah menjabat sebagai sekretaris dan bersama teman-teman dari Demak pernah meraih juara I Java Cup. Tahun 2008, penulis pernah
melakukan Praktek Kerja Lapang di PT. Paparti Pertama.
Untuk memperoleh gelar sarjana kehutanan IPB penulis menyelesaikan skripsi dengan judul Pembuatan Papan Partikel dari Limbah Plastik dan Sekam. Penelitian ini dibimbing oleh Dr.Ir.Dede Hermawan, M.Sc.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR... i
DAFTAR ISI... ii
DAFTAR TABEL ... iii
DAFTAR GAMBAR... iv
DAFTAR LAMPIRAN ... v
BAB I PENDAHULUAN... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Tujuan ... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 3
2.1 Papan Partikel ... 3
2.2 Sekam Padi... 4
2.3 Plastik... 5
2.4 Polypropylene ... 7
BAB III METODOLOGI ... 9
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ... 9
3.2 Alat dan Bahan... 9
3.3 Metode Penelitian ... 9
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 17
4.1 Sifat Fisis... 17
4.2 Sifat Mekanis ... 23
BAB V KESIMPULAN ... 29
5.1 Kesimpulan ... 29
DAFTAR TABEL
No. Halaman
1. Karakterisitik Polypropylene………... 8
2. Analisis keragaman kerapatan papan partikel………... 18 3. Analisis keragaman kadar air papan partikel……….………... 19 4. Analisis keragaman daya serap air papan partikel selam 2 jam………… 21 5. Analisis keragaman daya serap air papan partikel selam 24 jam……….. 21 6. Analisis keragaman pengembangan tebal papan partikel selama 2 jam... 22 7. Analisis keragaman pengembangan tebal papan partikel selama 24 jam. 22 8. Analisis keragaman keteguhan patah papan partikel……… 24 9. Analisis keragaman keteguhan lentur papan partikel……… 25 10. Perbandingan sifat fisis dan mekanis papan partikel hasil penelitian…... 26
DAFTAR GAMBAR
No. Halaman 1. Skema pembuatan papan partikel plastik daur ulang………. 11 2. Pola pemotongan contoh uji papan partikel plastik daur ulang..………… 12 3. Histogram kerapatan papan partikel plastik daur ulang………. 17 4. Histogram kadar air papan partikel plastik daur ulang...……… 19 5. Histogram daya serap air papan partikel plastik daur ulang………... 20 6. Histogram pengembangan tebal papan partikel plastik daur ulang……… 22 7. Histogram keteguhan patah papan partikel plastik daur ulang…………... 23 8. Histogram keteguhan lentur papan partikel plastik daur ulang………….. 24 9. Histogram perbandingan nilai keteguhan lentur papan partikel dari
sekam tanpa direndam panas dengan sekam perendaman panas………… 27 10. Histogram perbandingan nilai keteguhan patah papan partikel dari sekam
DAFTAR LAMPIRAN
No. Halaman
1. Hasil pengujian dan perhitungan kerapatan dan kadar air………... 33
2. Hasil pengujian daya serap air (2 dan 24 jam) dan kembang susut (2 dan 24 Jam) ……… 34
3. Hasil pengujian dan perhitungan keteguhan lentur dan keteguhan patah…... 35
4. Uji jarak Duncan kerapatan papan partikel... 36
5. Uji jarak Duncan kadar air papan partikel ……... 36
6. Uji jarak Duncan daya serap air papan partikel selama 24 jam... 37
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Jumlah produk plastik meningkat setiap tahunnya. Jika produk plastik terus bertambah, maka dikhawatirkan sampah dari plastik juga ikut meningkat. Sifat plastik yang tidak mudah terurai secara biologis akan mengakibatkan dampak yang buruk terhadap lingkungan apabila tidak ada penghancuran atau daur ulang terhadap limbah plastik tersebut. Menurut The Indonesian Olefin and Plastic Industry (2007), sampai tahun 2015 permintaan plastik domestik akan
terus meningkat hingga mencapai 3,5 juta ton per tahun. Dilain pihak pada tahun 2001 menurut harian Sinar Harapan (2001), jumlah sampah yang berasal dari produk kemasan plastik mencapai 1.600.000 ton per tahun atau 4.400 ton per hari dan jumlah ini akan terus meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah produksi plastik. Jumlah sampah plastik yang besar ini juga diikuti oleh besarnya jumlah limbah pertanian.
Limbah yang dihasilkan dari pertanian cukup besar, terutama dari sisa pemanenan padi, yaitu sekam. Besarnya jumlah sekam yang dihasilkan dikarenakan jumlah produksi padi yang besar. Badan Pusat Statistik mengumumkan angka ramalan III produksi padi tahun 2007 diperkirakan mencapai 57,05 juta ton Gabah Kering Giling (GKG). Menurut Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian (2006), sekam sebagai limbah penggilingan padi jumlahnya mencapai 20-23% dari gabah. Apabila jumlah produksi padi mencapai 57,05 juta ton maka jumlah sekam yang dapat dihasilkan mencapai 11 juta ton. Sama halnya dengan plastik, apabila sekam tidak didaur ulang atau dimanfaatkan kembali secara cepat maka dapat mengakibatkan pencemaran lingkungan. Untuk itu perlu ada alternatif untuk memanfaatkan kembali limbah plastik dan sekam. Salah satu alternatif yang bisa digunakan adalah memanfaatan limbah plastik dan sekam untuk pembuatan papan partikel.
Pembuatan papan partikel dalam penelitian ini menggunakan plastik daur ulang. Dimana fungsi dari plastik adalah sebagai perekat dan sekam sebagai pengisi. Penggunaan sekam sebagai pengisi diharapkan dapat menjadi pengganti
kayu yang sampai sekarang masih digunakan untuk pembuatan papan partikel. Papan partikel yang dibuat dimaksudkan dapat menjadi subtitusi kayu dimana permintaan kayu dipasaran masih cukup tinggi sekitar 50 juta sampai 60 juta m3 (Departemen Kehutanan 2005). Adanya subtitusi kayu dengan papan partikel diharapkan dapat mengurangi tingginya penggunaan kayu untuk kebutuhan struktural dan non struktural.
Penelitian tentang pembuatan papan partikel yang dibuat dari plastik
Polypropylene daur ulang sudah pernah dilakukan sebelumnya oleh Iswanto
(2002), Putri (2002), Amelia (2003), Kusnadi (2003), Setyawati (2003), dan Affandy (2007). Penelitian sebelumnya menyebutkan bahwa penambahan
compatibilizer dan inisiator yang berupa maleic anhydrid (MAH) dan dycumil peroxide (DCP) dapat meningkatkan kekuatan papan partikel sampai kadar
tertentu. Berdasarkan hal tersebut, pada penelitian ini mencoba menggunakan cara yang berbeda untuk menigkatkan kekuatan kayu, yaitu perlakuan awal berupa perebusan terhadap sekam selama 2 jam dengan suhu ±1000C yang diharapkan dapat meningkatkan kekuatan papan partikel. Dimensi papan yang dibuat juga berbeda dengan papan partikel yang sudah dilakukan di dalam penelitian sebelumnya, yaitu dengan ukuran 25 cm x 25 cm dengan ketebalan 0,5 cm dimana papan partikel dengan ketebalan 0,5 belum ada standar pengujiannya.
1.2 Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sifat fisis dan sifat mekanis dari papan komposit yang terbuat dari sekam dan plastik Polypropylene daur ulang,
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Papan Partikel
Komposit merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan setiap produk kayu yang terbuat dari potongan yang lebih kecil dan direkat bersama-sama (Maloney 1993). Menurut Rowell et al. (1997), komposit didefinisikan
sebagai berbagai kombinasi dari dua atau lebih bahan yang disatukan dengan beberapa tipe matrik. Salah satu jenis papan komposit adalah papan partikel.
Papan partikel merupakan salah satu jenis produk komposit/panel kayu yang terbuat dari partikel-partikel kayu atau bahan-bahan berlignoselulosa lainnya yang diikat dengan perekat sintetis atau bahan pengikat lain kemudian dikempa panas (Maloney 1993). Bahan berlignoselulosa banyak ditemukan dalam tanaman. Hal inilah yang memungkinkan papan partikel dapat dibuat dalam skala industri dimana Indonesia kaya akan bahan bakunya.
Menurut Rowell (1988), bahan baku papan komposit dimasa mendatang sangat bervariasi. Penggunaan berbagai campuran bahan baku dapat dilakukan dalam pembuatan papan komposit. Penggunaan bahan baku dalam produk komposit tidak harus berasal dari bahan yang berkualitas tinggi tetapi juga dapat menggunakan limbah seiring dengan timbulnya isu lingkungan, kelangkaan sumber bahan baku, penguasaan teknologi yang semakin maju, imajinasi, pengetahuan, dan penguasaan ilmu yang semakin tinggi serta berbagai faktor lain yang merangsang terciptanya produk komposit yang berkualitas tinggi dari bahan baku yang berkualitas rendah. Bahan baku dengan kualitas rendah maupun tinggi tidak terlalu menjadi masalah terhadap kualitas papan partikel karena papan partikel dapat dibuat sesuai dengan keinginan pembuatnya, salah satunya adalah kerapatan dari papan tersebut.
Berdasarkan kerapatannya, Maloney (1993) membagi papan partikel menjadi beberapa golongan, yaitu:
a. Papan partikel berkerapatan rendah (low density particleboard), yaitu papan
b. Papan partikel berkeraptan sedang (medium density particleboard), yaitu
papan yang mempunyai kerapatan antara 0,4-0,8 gr/cm3.
c. Papan partikel berkerapatan tinggi (high density particleboard), yaitu papan
yang mempunyai kerapatan lebih dari 0,8 gr/cm3.
Selanjutnya Maloney (1993) menyatakan bahwa dibandingkan dengan kayu asalnya, papan partikel mempunyai beberapa kelebihan seperti:
1. Papan partikel bebas mata kayu, pecah, dan retak.
2. Ukuran dan kerapatan papan partikel dapat disesuaikan dengan kebutuhan. 3. Tebal dan kerapatannya seragam serta mudah untuk dikerjakan.
4. Mempunyai sifat isotropis.
5. Sifat dan kualitasnya dapat diatur.
Beberapa faktor kunci yang berpengaruh terhadap kualitas papan komposit antara jenis kayu, bentuk partikel, kerapatan papan, profil kerapatan papan, jenis dan kadar serta distribusi perekat, kondisi pengempaan (suhu, tekanan, dan waktu), kadar air adonan, kontruksi papan, particle alignment, dan kadar air
partikel (Maloney 1993).
Dalam proses pembuatan papan komposit, semakin tinggi suhu kempa yang digunakan, maka pengembangan tebal dan daya serap air semakin rendah, keteguhan lentur dan kekuatan tarik sejajar permukaan semakin tinggi. Semakin tinggi kadar perekat yang digunakan maka kualitas papan komposit yang dihasilkan semakin baik. Namun karena pertimbangan biaya produksi, biasanya kadar perekat yang digunakan pada industri papan komposit tidak lebih dari 12% (Massijaya 1997).
2.2 Sekam Padi
Sekam padi adalah sisa dari proses penggilingan padi. Sekam padi merupakan bagian terluar yang keras dari butir padi yang terdiri dari atas lapisan
lemma dan pellea. Sifat kekerasan pada sekam padi ini disebabkan oleh tingginya
kandungan silika (Julianto dalam Martana 2002)
Menurut Piliang dalam Irani (2001), sekam padi mengandung komponen
selulosa sebanyak 24%, hemiselulosa 12 %, serta lignin 4,5%. Selama ini, sekam tersebut dimanfaatkan sebagai bahan bakar untuk memasak maupun bahan bakar
5
tambahan dalam pembakaran batu bata, terutama di daerah pedesaan. Selain itu, sekam padi juga digunakan sebagai bahan kompos sebagai pupuk organik.
Jenis yang digunakan dalam penelitian ini adalah padi jenis ciherang. Padi jenis ini termasuk dalam golongan cere. Umur tanaman 116-125 hari. Ciri-ciri dari tanamannya adalah bagian bawah batang berwarna hijau, batang berwarna hijau, daun telinga berwarna putih, lidah daun tidak berwarna, daun berwarna hijau, muka daun kasar pada sebelah bawah, posisi daun tegak, daun bendera tegak, bentuk gabah panjang ramping, warna gabah kuning bersih. Kadar amilosa pada padi adalah 23%, bobot per 1000 butir adalah 27 – 28 gram. Rata-rata produksi dari jenis Ciherang sebesar 5-5,8 ton/ha. Jenis ini cocok ditanam pada musim hujan dan kemarau dengan ketinggian di bawah 200 m dpl (Balai Besar Penelitian Padi 2007).
2.3 Plastik
Menurut Osswald dan Menges (1996) dalam Mulyadi (2001), secara garis
besar plastik dapat dibedakan atas dua tipe yaitu plastik yang bersifat termoplastik dan plastik yang bersifat thermoset.
a. Termoplastik
Termoplastik adalah plastik yang dapat dilunakkan berulang kali (recycling) dengan temperatur tinggi (panas). Termoplastik merupakan
polimer yang akan menjadi keras apabila didinginkan. Jika dipanaskan, material ini memiliki kemampuan untuk mengalir atau mencair kembali. Polimer termoplastik terdiri dari dua tipe struktur yang berbeda yaitu amorf dan semi kristalin.
Polimer amorf merupakan polimer dengan struktur molekul yang tersusun secara acak. Pada suhu di bawah Glass Transition Temperature (Tg),
rantai polimer amorf beku pada keadaan tertentu dan polimer menjadi zat yang keras atau mudah hancur dan rapuh. Dengan naiknya suhu mendekati Tg, polimer menjadi lebih kenyal dan cukup air. Contoh polimer yang termasuk amorf termoplastik adalah polystyrene, polymethyl methacrylate, polycarbonate, unplastikized polyvinyl chloride, dan plastikized polyvinyl chloride.
Sebaliknya polimer semi kristalin memiliki struktur yang tersusun secara lebih teratur daripada amorf. Di atas suhu leleh, bagian semi kristalin akan menjadi cairan yang kental sehingga memungkinkan polimer mampu mengalir. Dengan demikian polimer ini dapat dibentuk dengan teknik yang biasa dipakai untuk termoplastik. Misalnya ketika polimer melunak, dapat disuntikan ke dalam pencetak dan dibiarkan mengeras sesuai dengan bentuk yang diinginkan. Akan tetapi ketika polimer telah dingin, bahan akan kenyal karena tengah rantai polimernya terdapat bagian amorf. Contoh polimer semi kristalin adalah High Density Polyethylene (HDPE), Low Density Polyethylene
(LDPE), Polypropylene (PP), Polyamida dan Polytetrafluoroethylene
(Osswald dan Menges 1996).
Plastik High Density Polyethylene (HDPE) merupakan termoplastik Polyethylene yang dibuat dari petroleum (Wikipedia 2007). HDPE merupakan
jenis polyethylene yang mempunyai kerapatan tinggi. HDPE lebih keras, lebih
kuat dan lebih berat dari Low Density Polyethylene (LDPE), tetapi kurang bisa
diperpanjang. HDPE merupakan salah satu bahan plastik yang sedikit lebih aman untuk digunakan karena kemampuan untuk mencegah reaksi kimia antara kemasan plastik berbahan HDPE dengan makanan atau minuman yang dikemas dengan plastik jenis ini. Walau begitu, plastik jenis ini juga direkomendasikan hanya untuk sekali pakai, karena pelepasan senyawa
antimoni trioksida yang dapat meningkat seiring dengan waktu. Plastik jenis
ini biasanya diberi kode 2 dan biasanya dipakai untuk botol susu yang berwarna putih susu, tupperware, galon air minum, dan lain-lain.
LDPE atau low density polyethylene adalah jenis plastik yang biasa
dipakai untuk tempat makanan (Tupperware), plastik kemasan makanan, dan
beberapa botol-botol yang dipakai untuk kemasan minuman. Jenis plastik ini biasa diberi dengan kode 4. Jenis plastik ini dapat di daur ulang dan baik untuk barang-barang yang memerlukan fleksibilitas tetapi kuat. Jenis plastik dengan kode 4 cukup sulit untuk dihancurkan tetapi tetap baik untuk tempat makanan karena sulit bereaksi secara kimiawi dengan makanan yang dikemas dengan jenis plastik ini.
7
PS atau Polystyrene biasa dipakai sebagai bahan tempat makan jenis styrofoam, tempat minum sekali pakai,dan lain-lain. Bahan Polystyrene bisa
membocorkan bahan styrine ke dalam makanan ketika makanan tersebut bersentuhan. Bahan Styrine sangat berbahaya untuk kesehatan otak,
mengganggu hormon estrogen pada wanita yang berakibat pada masalah reproduksi, dan sistem syaraf. Bahan ini harus dihindari di beberapa negara maju seperti Amerika dan beberapa negara di eropa telah melarang penggunaan plastik ini.
b. Thermoset
Osswald dan Menges (1996) menyatakan bahwa thermoset adalah
bahan-bahan polimer yang memiliki kemampuan untuk berikatan silang sehingga menyebabkan tahan terhadap panas jika sudah mengalami pengerasan. Menurut Syarief et al. (1989), pemanasan yang tinggi
melunakkan plastik thermoset tetapi akan membentuk arang atau terurai.
Karena sifatnya yang demikian, sering digunakan sebagai tutup ketel, seperti jenis melamine. Contoh plastik thermoset adalah epoxy, phenolics, dan unsaturated polyester (Osswwald dan Menges 1996).
Epoxy atau polyepoxide adalah sebuah polimer epoxide thermosetting
yang bertambah bagus bila dicampur dengan sebuah agen katalis atau "pengeras". Kebanyakan resin epoxy diproduksi dari reaksi antara
epichlorohydrin dan bisphenol-A. Percobaan komersial pertama untuk
menyiapkan resin dari epichlorohydrin terjadi pada 1927 di Amerika Serikat
(Wikipedia 2008).
2.4 Polypropylene
Polypropylene merupakan salah satu jenis termoplastik. Plastik jenis ini
dapat digunakan sebagai perekat termoplastik dalam pembuatan papan partikel.
Polypropylene termasuk jenis plastik Olefin dan merupakan polymer dari Propylene. Diantara material plastik lainnya, Polypropylene memiliki kerapatan
yang paling rendah, yaitu berkisar antara 0.9 – 0.915 dengan Tg berkisar -200C,
Dengan sifat yang tahan terhadap panas dan bahan-bahan kimia,
Polypropylene merupakan satu-satunya plastik yang mampu dikombinasikan
untuk berbagai tujuan elektrikal. Rigiditas, kekerasan, stabilitas dimensi, permukaan, dan melt flow lebih baik dibandingkan material termoplastik lainnya.
Selain itu harganya juga lebih murah (Meier 1996 dalam Setyawati, 2003).
Selanjutnya Meier menyatakan karena sifat-sifatnya tersebut, Polypropylene
memiliki potensi sebagai matrik molding dalam pembuatan produk dalam skala
besar.
Karakterisitik Polypropylene menurut Bost (1980) dalam Syarief et al.
(1999) adalah sebagai berikut: Tabel 1 Karakterisitik Polypropylene
Deskripsi Satuan Polypropylene
Densitas pada suhu 200C Suhu melunak Titik lebur Kristalinitas Indeks fluiditas Modulus Of Elasticity Tahanan Volumetrik Konstanta dielektrik Permebealitas gas Nitrogen Oksigen Gas Karbon Uap air gr/cm3 0C 0C % - kg/cm2 ohm/cm3 1000 cycles - - - - - 0,9 149 170 60-70 0,2-2,5 11000-13000 1017 2,3 - 4,4 23 92 600
BAB III
METODOLOGI
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan selama 4 bulan, dimulai pada bulan Maret sampai Juni 2008. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Biokomposit, Laboratorium Rekaya dan Desain Bangunan Kayu, dan Laboratorium Peningkatan Mutu, Departemen Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan IPB dan PAU IPB.
3.2 Alat dan Bahan
Bahan yang digunakan adalah sekam dan plastik Polypropylene (PP) daur
ulang. Jenis sekam padi yang digunakan adalah jenis Ciherang. Sedangkan alat yang digunakan adalah Mesin Hot and Cold Press, alat uji mekanis UTM merk Instron, mesin trimmer, dishmill, caliper, Alumunium foil, oven, timbangan,
baskom, plat alumunium berukuran 50 x 50 cm2, bingkai dari besi dengan ukuran 25 cm x 25 cm x 0,5 cm, cutter, kantong plastik, label, dan alat tulis. Sedangkan
untuk pengolahan data mengunakan perangkat lunak Microsoft Excel 2007 dan SAS.
3.3 Metode Penelitian
3.3.1 Persiapan bahan baku
Sekam yang digunakan dalam pembuatan papan partikel terdiri dari sekam ukuran 10 mesh dan sekam 40 mesh. Sekam dioven untuk menurunkan kadar airnya hingga mencapai 3% sampai 6%. Perekat yang digunakan adalah plastik
Polypropylene (PP) daur ulang dalam bentuk pellet. Plastik Polypropylene daur
ulang digiling menjadi sekitar ukuran 20 mesh. Perbandingan sekam dan plastik PP daur ulang yang digunakan adalah 50/50, 40/60, dan 30/70 terhadap berat papan yang akan dibuat. Pelaburan plastik Polypropylene daur ulang dibagi
menjadi 3 bagian berdasarkan beratnya, yaitu 15 % permukaan atas, 70 % berat plastik dicampur dengan sekam, dan 15% permukaan bawah.
3.3.2 Pembuatan Papan partikel
Partikel sekam dicampur dengan 70% berat Polypropylene dalam bak
plastik dan diaduk secara manual. Adonan tersebut dimasukan ke dalam cetakan dengan ukuran 25 cm x 25 cm yang sebelumnya sudah taburi 15% berat
Polypropylene. Setelah bagian inti sudah ditaburi, kemudian bagian permukaan
atas ditaburi kembali dengan 15% berat plastik. Setelah adonan dicetak, kemudian diletakkan diantara dua plat alumunium. Adonan tersebut dikempa pada suhu 1800C dengan tekanan 25 kg/cm2 selama 20 menit. Setelah pengempaan selesai, papan yang dihasilkan dibiarkan selama 30 menit agar lembaran panil mengeras. Untuk melepaskan tegangan sisa dan mencapai distribusi kadar air, maka dilakukan pengkondisian selama satu minggu. Secara skematis proses pembuatan papan partikel ditampilkan pada Gambar 1.
3.3.3 Pembuatan papan partikel dengan perlakuan awal
Perlakuan awal yang dilakukan adalah pemasakan sekam pada suhu 1000C selama 2 jam. Perlakuan awal hanya dilakukan pada sekam dengan ukuran 40 mesh. Sekam yang akan digunakan untuk bahan pembuatan papan partikel dimasak di atas kompor dengan suhu ±1000C selama dua jam. Selama pemasakan, sekam terus diaduk terus menerus agar sekam yang menempel pada bagian dinding panci tidak gosong. Selanjutnya, pembuatan papan partikel sama dengan papan partikel tanpa perlakuan awal.
Setelah papan partikel dibuat, maka dilakuakan pengujian. Pengujian yang dilakukan hanya pengujian sifat mekanis, yaitu keteguhan lentur dan keteguhan patah.
11
PLASTIK POLYPROPYLENE DAUR ULANG
(50%, 40%, 30%) SEKAM 10 mesh dan 40 mesh
PENCAMPURAN
(50%, 60%, 70%)SIFAT FISIS
PENGEMPAAN
25 kg/cm
2, 180
0C, 20 menit
PENGUJIAN
SIFAT MEKANIS
PENGKONDISIAN
7 hari
PAPAN PARTIKEL
25 cm x 25 cm x 0.5 cm
3.3.3 Pengujian Papan partikel
Papan partikel yang dibuat sebanyak 18 lembar. Pola pemotongan untuk uji papan partikel berdasarkan standar JIS A 5908 (2003). Pola pemotongan untuk pengujian sifat fisis dan mekanis seperti terlihat pada Gambar 2.
10 cm 10 cm A C B 5 cm 20 cm 5cm 25 cm 5 cm
Gambar 2 Pola pemotongan contoh uji papan partikel Keterangan:
A = contoh uji untuk pengujian keteguhan lentur dan keteguhan patah B = contoh uji untuk pengujian kerapatan dan kadar air
13
A. Pengujian sifat fisis papan partikel 1 Kerapatan
Contoh uji berukuran 10 cm x 10 cm x 0,5 cm dalam keadaan kering udara ditimbang beratnya, kemudian diukur panjang, lebar, dan tebal sesungguhnya untuk menghitung volume contoh uji. Nilai kerapatan papan partikel dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Keterangan:
Kr = Kerapatan (g/cm³)
M = Berat contoh uji kering udara (g) V = Volume contoh uji kering udara (cm³) 2 Kadar air
Contoh uji yang digunakan adalah papan partikel yang sama digunakan dengan menentukan kerapatan. Contoh uji berukuran 10 cm x 10 cm x 0,5 cm diukur berat awalnya (BA). Kemudian dikeringkan dalam oven selama 24 jam pada suhu 103±2°C sampai beratnya konstan dan diukur beratnya (BKO). Selanjutnya kadar air papan dihitung dengan menggunakan rumus:
Keterangan:
KA = kadar air (%)
BA = berat awal contoh uji (g)
BB = berat tetap contoh uji setelah pengeringan (g) 3 Daya serap air
Contoh uji berukuran 5 cm x 5 cmx 0,5 cm ditimbang berat awal (B1). Kemudian direndam dalam air dingin selama 24 jam, setelah ditimbang beratnya (B2). Besarnya daya serap air papan dihitung berdasarkan rumus:
Keterangan:
DS = daya serap air (%)
B1 = berat/volume contoh uji sebelum perendaman (g) B2 = berat/volume contoh uji setelah perendaman (g) 4 Pengembangan tebal
Contoh uji pengembangan tebal sama dngan contoh uji daya serap air. Contoh uji berukuran 5 cm x 5 cmx 0,5 cm dalam kondisi kering udara diukur dimensi tebal (T1) pada keempat sisinya kemudian dirata-ratakan. Selanjutnya contoh uji direndam dalam air dingin selama 24 jam, setelah itu diukur kembali dimensi tebalnya (T2). Nilai pengembangan tebal dinyatakan dalam persen yang dihitung dengan rumus:
Keterangan:
S = pengembangan tebal atau linier (%)
T1 = tebal atau panjang contoh uji sebelum perendaman (mm) T2 = tebal atau panjang contoh uji setelah perendaman (mm) B. Pengujian sifat mekanis papan partikel
1 Keteguhan lentur (MOE)
Pengujian keteguhan lentur menggunakan contoh uji yang sama dengan contoh uji keteguhan patah. Pada saat pengujian dicatat besarnya defleksi yang terjadi setiap selang beban tertentu. Nilai keteguhan lentur (MOE) dihitung dengan menggunakn rumus:
15
Keterangan:
MOE = Keteguhan lentur (kg/cm2)
P = Beban sebelum batas proporsi (kg) L = Jarak sangga (cm)
Y = Lentur pada beban P (cm) b = Lebar contoh uji (cm) h = Tebal contoh uji (cm) 2 Keteguhan patah (MOR)
Pengujian keteguhan patah dilakukan dengan menggunakan mesin uji UTM (Universal Testing Machine). Contoh uji berukuran 5 x 20 cm pada kondisi kering udara, lebar bentang 15 kali tebal nominal tetapi tidak kurang dari 15 cm. Nilai MOR papan partikel dihitung dengan rumus:
Keterangan:
MOR = keteguhan patah (kg/cm2) P = beban maksimum (kg) L = jarak sangga (cm) b = lebar contoh uji (cm) h = tebal contoh uji (cm)
3.4 Analisis Data
Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah percobaan faktorial di dalam rancangan acak lengkap dengan 2 faktor perlakuan yaitu:
Faktor A : partikel serbuk sekam 10 mesh dan 40 mesh
Faktor B : plastik polypropylene daur ulang sebagai perekat yang
digunakan terdiri dari 50%, 60% dan 70% dari berat papan partikel
Perlakuan yang diaplikasikan dua taraf, dengan pengulangan 3 kali sehingga untuk penelitian diperlukan 3 x 2 x 3 = 18 papan. Apabila disimbolkan, sekam 10 mesh dengan perbandingan sekam/Polypropylene 50/50 (a1b1), 60/40%
(a1b2), dan 70/30% (a1b3), sekam 40 mesh dengan perbandingan sekam/Polypropylene 50/50 (a2b1), 60/40 (a2b2), 70/30% (a2b3).
Model statistik yang digunakan adalah sebagai berikut: Yijk =μ+α1+βj+(αβ)ij+εijk
Keterangan:
Yijk = nilai pengamatan pada suatu percobaan ke-k yang memperoleh kombinasi perlakuan taraf ke-i faktor A dan taraf ke-j dari faktor B
μ = nilai tengah populasi
αi = pengaruh aditif taraf ke-i dari faktor A
βj = pengaruh aditif taraf ke-j dari faktor B
(αβ)ij = pengaruh interaksi taraf ke-i faktor A dan taraf faktor B
εijk = pengaruh galat dari satuan percobaan ke-k yang memperoleh kombinasi perlakuan ij.
i = 0, 1, 2, 3 j=1, 2 k=1, 2
Untuk mengetahui pengaruh perlakuan perbandingan sekam dengan
Polypropylene dan ukuran sekam terhadap sifat-sifat papan partikel maka akan
dilakukan analisis keragaman. Analisis keragaman menggunakan criteria uji sebagai berikut:
a. Jika F hitung lebih kecil dari F Tabel maka Ho diterima atau perlakuan tidak memberikan pengaruh pada suatu selang kepercayaan.
b. Jika F hitung lebih besar dari F Tabel maka Ho ditolak atau perlakuan memberikan pengaruh pada suatu selang kepercayaan.
Selanjutnya untuk mengetahui faktor yang berpengaruh, maka pengujian dilanjutkan dengan menggunakan uji jarak Duncan. Untuk menentukan kombinasi
papan partikel yang terbaik, sifat fisis dan mekanis papan partikel yang dihasilkan pada setiap perbandingan sekam dengan Polypropylene dan ukuran sekam diberi
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Sifat Fisis
Sifat papan partikel yang diuji terdiri dari sifat fisis dan sifat mekanis. Sifat fisis meliputi kerapatan, kadar air, daya serap air (2 jam dan 24 jam), dan pengembangan tebal (2 jam dan 24 jam). Sifat mekanis yang diuji meliputi Keteguhan Lentur (MOE) dan Keteguhan Patah (MOR). Pengujian papan partikel berdasarkan standar JIS A 5908 (2003).
4.1.1 Kerapatan
Kerapatan digunakan untuk menerangkan massa suatu bahan per satuan volume (Hegreen dan Bowyer 1996). Nilai kerapatan papan partikel hasil penelitian ditunjukan pada Gambar 3.
Gambar 3 Histogram kerapatan papan partikel plastik daur ulang
Berdasarkan hasil pengujian (Gambar 3), kerapatan papan partikel berkisar antara 0,64 g/cm3 sampai 0,76 g/cm3. Hasil pe ngujian tersebut menunjukkan bahwa papan partikel yang dibuat dari sekam ukuran 40 mesh dengan perbandingan sekam/Polypropylene sebesar 50/50 mempunyai nilai kerapatan
papan tertinggi, sedangkan papan partikel yang dibuat dari sekam ukuran 10 mesh dengan perbandingan sekam/polypropylene 40/60 dan 30/70 mempunyai nilai terendah.
Secara keseluruhan, nilai rata-rata kerapatan papan partikel tidak semuanya memenuhi target yang diinginkan yaitu 0,7 g/cm3. Hal ini diduga disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya tidak meratanya penyebaran partikel sekam dan plastik di semua bagian papan partikel, sehingga terjadi variasi kerapatan di setiap bagian papan maupun di antara papan yang dibuat. Ukuran sekam dan Polypropylene yang tidak seragam juga diduga sebagai penyebabnya.
Kedua bahan yang tidak seragam menyebabkan ikatan kedua bahan tersebut tidak kompak. Hal ini terutama terjadi pada papan partikel yang terbuat dari sekam 10 mesh (sekam utuh). Sebab, pada sekam 10 mesh (utuh) masih terdapat ruang kosong, sehingga saat dicampur dengan Polypropylene dan kemudian dikempa,
ruang kosong di dalam sekam tersebut akan mempengaruhi kerapatan dari papan itu sendiri.
Tabel 2 Analisis keragaman kerapatan papan partikel
Sumber Dearjat Bebas Jumlah Kuadran Kuadrat Tengah Nilai F Pr > F A B A*B 1 2 2 0.02814774 0.00892353 0.00045511 0.02814774 0.00446177 0.00022755 25.77 4.09 0.21 0.0003 0.0443 0.8148
Hasil analisis keragaman (Tabel 2) menunjukkan bahwa ukuran sekam dan perbandingan sekam/Polypropylene yang ditambahkan berpengaruh nyata
terhadap kerapatan. Sedangkan interaksi keduanya tidak mempengaruhi kerapatan. Berdasarkan hasil uji jarak Duncan, ukuran sekam 40 mempunyai
kerapatan lebih tinggi daripada sekam 10 mesh. Sedangkan untuk perbandingan sekam/Polypropylene, semakin besar jumlah plastik yang ditambahkan, nilai
kerapatannya semakin menurun. Perbandingan sekam/Polypropylene 40/60 dan
30/70 tidak berbeda nyata. Sedangkan perbandingan sekam/Polypropylene 50/50
berbeda nyata dengan perbandingan sekam/Polypropylene 40/60 dan 30/70.
4.1.2 Kadar air
Kadar air adalah banyaknya air dalam kayu atau produk kayu. Kadar Air dapat juga didefinisikan sebagai berat air yang dinyatakan dalam persen dalam persen berat kayu bebas air atau kering tanur (Heygreen dan Bowyer 1996). Nilai kadar air papan partikel ditunjukan pada Gambar 4.
19
Gambar 4 Histrogram kadar air papan partikel plastik daur ulang Berdasarkan hasil pengujian, kadar air papan partikel berkisar antara 2,47% sampai 4,56%. Dapat dilihat pada Gambar 4, bahwa semakin besar jumlah plastik yang ditambahkan dalam pembuatan papan partikel, kadar air papan partikel semakin kecil. Hal ini disebabkan oleh plastik Polypropylene yang
bersifat hidrophobic menghalangi masuknya uap air ke dalam papan partikel.
Sehingga dengan jumlah plastik Polypropylene semakin besar membuat uap air
yang diserap oleh papan partikel akan semakin kecil. Tabel 3 Analisis keragaman kadar air papan partikel
Sumber Derajat Bebas Jumlah Kuadran Kuadrat Tengah Nilai F Pr > F A B A*B 1 2 2 0.00478894 8.57706397 0.47236658 0.00478894 4.28853198 0.23618329 0.03 25.45 1.40 0.8689 <.0001 0.2838
Hal tersebut juga ditunjang dengan hasil analisis keragaman (Tabel 3), dimana perbandingan sekam/Polypropylene memang memberikan pengaruh nyata
terhadap kadar air papan partikel. Setelah dilakukan uji jarak Duncan, semua
perbandingan sekam/Polypropylene memberikan pengaruh yang berbeda. Terlihat
bahwa semakin besar jumlah plastik Polypropylene, kadar air papan partikel
cenderung menurun. papan partikel dengan perbandingan sekam/Polypropylene
4.1.3 Daya serap air
Daya serap air merupakan sifat fisis yang mencerminkan kemampuan papan partikel untuk menyerap air setelah direndam di dalam air selama 2 jam dan 24 jam. Air yang masuk ke dalam papan partikel dapat dibedakan atas 2 macam yaitu air yang langsung masuk ke dalam papan dan mengisi rongga-rongga kosong di dalam papan dan air yang masuk ke dalam partikel kayu penyusun (Massijaya et al 2000). Nilai daya serap air hasil penelitian dapat dilihat pada
Gambar 5.
Gambar 5 Histogram daya serap air papan partikel plastik daur ulang Nilai daya serap air selama 2 jam perendaman antara 0,99% sampai 7,33%, sedangkan nilai perendaman salama 24 perendaman jam antara 4,33% sampai 17,57%. Dari hasil pengujian dapat dilihat bahwa nilai daya serap air meningkat seiring dengan lamanya waktu perendaman papan partikel.
Perendaman selama 24 jam menunjukkan bahwa papan partikel dengan perbandingan sekam/Polypropylene 50/50 mempunyai nilai daya serap tertinggi,
baik pada papan yang terbuat dari sekam ukuran 10 mesh maupun sekam ukuran 40 mesh. Jumlah plastik Polypropylene yang lebih sedikit pada perbandingan
sekam/Polypropylene 50/50 dari pada perbandingan 40/60 dan 30/70,
menyebabkan air mudah masuk ke dalam papan partikel dan berikatan dengan sekam, sehingga pada papan partikel dengan perbandingan 50/50 mempunyai nilai daya serap air yang lebih tinggi. Pada papan partikel yang dibuat dengan perbandingan 30/70 mempunyai nilai daya serap air paling kecil dikarenakan sifat
21
plastik Polypropylene yang lebih banyak menghalangi jumlah air untuk masuk ke
dalam papan partikel.
Tabel 4 Analisis keragaman daya serap air selama 2 jam
Sumber Derajat Bebas Jumlah Kuadran Kuadrat Tengah Nilai F Pr > F A B A*B 1 2 2 5.45979859 11.30591757 9.59872749 5.45979859 5.65295878 4.79936375 1.38 1.43 1.21 0.2631 0.2779 0.3316
Tabel 5 Analisis keragaman daya serap air selama 24 jam
Sumber Derajat Bebas Jumlah Kuadran Kuadrat Tengah Nilai F Pr > F A B A*B 1 2 2 130.3127396 162.7060026 36.7606215 130.3127396 81.3530013 18.3803107 10.39 6.49 1.47 0.0073 0.0123 0.2694
Hasil analisis keragaman daya serap air selama 24 jam menunjukkan bahwa ukuran sekam dan perbandingan sekam/Polypropylene berpengaruh nyata
terhadap daya serap air. Dari hasil uji jarak Duncan (Lampiran 6) menunjukkan bahwa papan partikel yang dibuat dari sekam ukuran 10 mesh mempunyai penyerapan air yang lebih besar dibandingkan dengan sekam ukuran 40 mesh. Hal ini disebabkan pada papan partikel yang dibuat dengan sekam 10 mesh masih terdapat ruang kosong sehingga air mudah masuk ke dalam papan partikel. Sedangkan pada uji jarak untuk perbandingan sekam/Polypropylene (Lampiran 6),
terlihat bahwa semakin besar jumlah Polypropylene yang ditambahkan,
penyerapan air papan partikel cenderung menurun.
Adanya pengaruh jumlah plastik Polypropylene terhadap penyerapan air
disebabkan oleh sifat Polypropylene yang tidak mudah menyerap air. Dengan
perbandingan sekam/Polypropylene 30/70 peluang papan partikel untuk meyerap
air lebih kecil karena terhalang oleh Polypropylene. Semakin besar luas
permukaan partikel yang dapat ditutupi oleh Polypropylene, sehingga kontak
antara partikel semakin rapat dan air akan sulit untuk masuk ke dalam panel (Mulyadi 2001). Namun demikian, kerapatan papan partikel yang dibuat dari perbandingan sekam/Polypropylene 50/50 tidak berbeda nyata dengan 40/60.
Begitu pula perbandingan sekam/Polypropylene 40/60 dan 30/70 tidak berbeda
4.1.4 Pengembangan tebal
Pengembangan tebal merupakan sifat fisis yang akan menentukan apakah suatu papan partikel dapat digunakan untuk keperluan eksterior atau interior.
Apabila pengembangan tebal papan partikel tinggi, berarti bahwa stabilitas dimensi produk tersebut tidak dapat digunakan untuk penggunaan eksterior atau untuk jangka waktu yang lama, karena sifat mekanis yang dimilikinya akan segera menurun secara drastis dalam jangka waktu yang tidak terlalu lama (Massijaya et al. 2000). Nilai pengembangan tebal dapat dilihat pada Gambar 6.
Gambar 6 Histogram pengembangan tebal papan partikel plastik daur ulang Nilai pengembangan pada perendaman selama 2 jam antara 0,9% sampai 2,47%, sedangkan nilai pengembangan tebal pada perendaman selama 24 jam antara 2.14% sampai 4,44%. Sama halnya dengan daya serap air, nilai pengembangan tebal bertambah seiring dengan lamanya waktu perendaman.
Tabel 6 Analisis keragaman pengembangan tebal papan partikel selama 2 jam Sumber Derajat Bebas Jumlah Kuadran Kuadrat Tengah Nilai F Pr > F
A B A*B 1 2 2 1.54891741 2.92508772 2.83522777 1.54891741 1.46254386 1.41761388 0.64 0.60 0.58 0.4400 0.5633 0.5729
Tabel 7 Analisis keragaman pengembangan tebal papan partikel selama 24 jam Sumber Derajat Bebas Jumlah Kuadran Kuadrat Tengah Nilai F Pr > F
A B
1
2 0.00198505 3.81754678 0.00198505 1.90877339 0.00 1.05 0.9741 0.3786
23
Untuk mengetahui pengaruh dari perlakuan yang diberikan telah dilakukan analisis keragaman (Tabel 6 dan Tabel 7). Hasil analisis keragaman menunjukkan bahwa pada perendaman selama 2 jam dan 24 jam, ukuran sekam, perbandingan sekam/Polypropylene, maupun interaksi keduanya tidak memberikan pengaruh
nyata terhadap pengembangan tebal.
4.2 Sifat Mekanis
4.2.1 Keteguhan patah (Modulus of Rupture)
Hasil pengujian keteguhan patah papan partikel plastik daur ulang ditunjukan pada Gambar 7.
Gambar 7 Histogram keteguhan patah papan partikel plastik daur ulang Hasil pengujian menunjukkan bahwa nilai keteguhan patah terendah terdapat pada papan partikel yang dibuat dari sekam ukuran 10 mesh dengan perbandingan sekam/Polypropylene 30/70, yaitu sebesar 95 kg/cm2. Nilai
keteguhan patah tertinggi terdapat pada papan partikel yang dibuat dari sekam ukuran 10 mesh dengan perbandingan sekam/Polypropylene dengan perbandingan
50/50, yaitu sebesar 116 kg/cm2.
Papan partikel yang dibuat dari sekam 10 mesh dan 40 mesh cenderung menurun dengan jumlah sekam yang semakin sedikit dan jumlah plastik
Polypropylene yang semakin besar. Hal ini disebabkan oleh lemahnya interaksi
(pengaruh timbal balik) antara permukaan Polypropylene dengan partikel, adhesi
Polypropylene, transfer (perpindahan) tegangan antara fase yang rendah
menyebabkan kekompakan atau kesesuaian (compatibility) yang terbatas sehingga
menghasilkan kontak yang lemah antara Polypropylene dengan partikel (Febrianto et al. 1999 dalam Mulyadi 2001).
Tabel 8 Analisis keragaman keteguhan patah papan partikel
Sumber Derajat Bebas Jumlah Kuadran Kuadrat Tengah Nilai F Pr > F A B A*B 1 2 2 132.4860756 657.3023604 178.4593847 132.4860756 328.6511802 89.2296923 0.15 0.36 0.10 0.7085 0.7025 0.9067
Hasil analisis keragaman menunjukkan bahwa ukuran sekam dan perbandingan sekam/Polypropylene dan interaksi keduanya tidak berpengaruh
nyata terhadap nilai keteguhan patah.
4.2.2 Keteguhan Lentur (Modulus of Elasticity)
Hasil pengujian keteguhan lentur papan partikel plastik daur ulang ditunjukan pada Gambar 8.
Gambar 8 Histogram keteguhan lentur papan partikel plastik daur ulang Hasil pengujian menujukan bahwa nilai keteguhan lentur terendah terdapat pada papan partikel yang terbuat dari sekam ukuran 40 mesh dengan perbandingan sekam/Polypropylene 30/70, yaitu sebesar 5462 kg/cm2. Sedangkan
nilai keteguhan lentur tertinggi terdapat pada papan partikel yang terbuat dari sekam ukuran 40 mesh dengan perbandingan sekam/Polypropylene 10 mesh, yaitu
25
sebesar 11068 kg/cm2. Gambar 8 menunjukkan bahwa semakin kecil jumlah sekam yang ditambahkan atau semakin besar penambahan plastik Polypropylene,
nilai keteguhan lentur cenderung menurun. Hal tersebut disebabkan karena semakin lemahnya interaksi antara sekam dan plastik Polypropylene dengan
penambahan jumlah plastik yang semakin besar atau jumlah sekam yang sedikit. Walaupun secara visual keduanya menyatu, tetapi secara kimia tidak ada ikatan yang terjadi antara keduanya (Setyawati dan Massijaya 2005).
Untuk meningkatkan interaksi antara partikel yang bersifat hidrofilik dengan plastik yang bersifat hidrofobik dapat ditambah dengan maleic anhydride
(MAH) pada proses pembuatan papan partikel (Han 1990, Kazayawoko dan Balatinez 1997, Stark dan Berger 1997, Febrianto 1999 dalam Setyawati 2003). Namun, kadar MAH yang berlebihan dapat menyebabkan hasil yang tidak diinginkan pada komposit yang dihasilkan (Setyawati 2003).
Menurut Han (1990) dalam Setyawati (2003), MAH yang berlebih dapat
bereaksi dengan zat-zat lain sehingga menyebabkan terjadinya subtansi dengan berat molekul yang rendah pada komposit, selain itu pada tempertur tinggi kelebihan MAH yang bersifat asam dapat menyebabkan degradasi pada filler dan
RPP pada saat proses pencampuran. Hal tersebut menyebabkan kekuatan komposit menurun.
Tabel 9 Analisis keragaman keteguhan lentur papan partikel Source DF Type III SS Mean Square F Value Pr > F
A B A*B 1 2 2 2802006.46 71146848.51 1957750.65 2802006.46 35573424.26 978875.32 0.32 4.00 0.11 0.5848 0.0466 0.8966
Hasil analisis keragaman menunjukkan bahwa perbandingan sekam/Polypropylene berpengaruh nyata terhadap nilai keteguhan lentur,
sedangkan ukuran sekam dan interaksi keduanya tidak memberikan pengaruh nyata terhadap keteguhan lentur papan partikel. Uji jarak Duncan menunjukkan
bahwa semakin besar penambahan plastik Polypropylene nilai keteguhan lentur
papan partikel semakin kecil. Papan partikel dengan perbandingan sekam/Polypropylene 50/50 mempunyai nilai lebih tinggi dari perbandingan
sekam/Polypropylene 40/60 dan 30/70. Namun demikian, papan partikel yang
dibuat dengan perbandingan sekam/Polypropylene 50/50% tidak berbeda nyata
dengan 40/60. Demikian pula, papan partikel yang dibuat dengan perbandingan sekam/Polypropylene 40/60 tidak berbeda nyata dengan 30/70.
Berdasarkan hasil pengujian sifat fisis dan mekanis papan partikel hasil penelitian, kemudian dilakukan perbandingan hasil penelitian dengan standar JIS A 5908 (2003) pada Tabel 10.
Tabel 10 Perbandingan sifat fisis dan mekanis papan partikel hasil penelitian dengan standar JIS A 5908 (2003)
No Parameter Sifat
Fisis dan Mekanis Standar JIS A 5908
Papan Partikel Hasil Penelitian 1 2 3 4 5 6 Kerapatan (g/cm3) Kadar Air (%) Daya Serap Air (%) Pengembangan Tebal (%) Keteguhan Lentur (kg/cm2) Keteguhan Patah (kg/cm2) 0,4 – 0,9 5 – 13 - Maks 12 Min 20400 Min 82 0,64 – 0,76 2,47 – 4,56 - 0,9 – 4,4 50462 – 11068 95 - 116
4.3 Sifat Mekanis Setelah Perendaman Panas
Papan partikel yang dihasilkan dalam penelitian ini masih mempunyai kekuatan di bawah standar penggunaan papan partikel untuk kontruksi. Hal ini disebabkan karena lemahnya interaksi antara plastik yang bersifat hidrofobik
dengan partikel sekam yang bersifat hidrofilik. Penelitian untuk meningkatkan
kekuatan papan partikel yang menggunakan plastik Polypropylene dengan bahan
yang bersifat hidrofilik sudah pernah dilakukan. Salah satu cara untuk
meningkatkan kekuatan papan partikel adalah penambahan compatibilizer dan inisiator, yaitu berupa maleic anhydride dan dicumyl peroxide. Penelitian Iswanto
dan Febrianto (2005) menunjukkan bahwa penambahan maleic anhydride (MAH)
sebesar 6% dan dicumyl peroxide (DCP) sebanyak 15% dari berat MAH dapat
meningkatkan modulus elastisitas papan komposit dari serbuk kayu sengon dan
Polypropylene daur ulang sebesar 1,7 kali dibandingkan komposit tanpa
penambahan MAH dan DCP. Namun nilainya masih belum memenuhi standar yang digunakan (JIS A 5908). Sama halnya dengan penelitian Affandy (2007)
27
yang menyatakan bahwa penggunaan MAH dan DCP dapat meningkatkan sifat fisis dan mekanis papan partikel.
Penelitian Setyawati et al. (2008) menunjukan bahwa penggunaan
anyaman bambu untuk pelapis dapat meningkatkan nilai keteguhan lentur sebesar 2 hingga 7,5 kali dibandingkan dengan papan komposit tanpa penambahan pelapis. Dalam penelitian ini mencoba untuk menambahkan perlakuan awal berupa perebusan sekam selama 2 jam pada suhu ±1000C untuk meningkatkan kekuatan papan. Perbandingan nilai keteguhan lentur dan keteguhan patah antara papan yang dibuat dengan perebusan sekam dengan papan tanpa perebusan dapat dilihat pada Gambar 9 dan Gambar 10.
Gambar 9 Histogram perbandingan nilai keteguhan lentur papan partikel dari sekam tanpa direndam panas dengan sekam perendaman panas
Gambar 9 menunjukan bahwa nilai keteguhan lentur papan partikel dengan perebusan sekam menunjukan hasil yang berbeda dengan papan partikel tanpa perebusan. Pada papan partikel yang dibuat dengan perbandingan sekam/Polypropylene 50/50 dengan perebusan menunjukan nilai yang lebih kecil
dari papan partikel tanpa perebusan pada sekamnya. Akan tetapi papan partikel dengan perbandingan sekam/Polypropylene 40/60 dan 30/70 dengan perebusan
menunjukan hasil yang lebih tinggi dari papan partikel yang tidak dilakukan perebusan pada sekamnya.
Gambar 10 Histogram perbandingan nilai keteguhan patah papan partikel dari sekam tanpa direndam panas dengan sekam perendaman panas
Gambar 10 menunjukan bahwa nilai keteguhan patah papan partikel dengan perebusan menunjukan nilai yang lebih kecil dari papan partikel tanpa perebusan.
Perebusan panas selama 2 jam pada suhu ± 1000C terhadap sekam
mempengaruhi sifat mekanis papan partikel yang dihasilkan. Berdasarkan hasil pengujian menunjukan bahwa pada nilai keteguhan lentur meningkat setelah dilakukan perebusan terhadap sekam. Sedangkan pada nilai keteguhan patah mengalami penurunan setelah dilakukan perebusan terhadap sekam.
BAB V
KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
Sekam dan plastik Polypropylene daur ulang dapat digunakan sebagai
bahan baku papan partikel. Sifat fisis papan partikel daur ulang mempunyai sifat lebih baik dibandingkan dengan JIS A 5908, terutama untuk kadar air dan pengembangan tebal. Namun, sifat mekanisnya tidak memenuhi dengan standar JIS A 5908 untuk papan partikel struktural. Perebusan sekam sebelum dibuat papan partikel meningkatkan nilai keteguhan lentur, tetapi menurunkan nilai keteguhan patah papan partikel. Papan yang dibuat dalam penelitian ini adalah papan partikel non struktural.
5.2 Saran
Papan partikel yang terbuat dari sekam dan plastik Polypropylene daur
ulang perlu dikembangkan dalam sekala pabrik karena potensi bahan baku yang cukup besar di Indonesia. Papan partikel hasil penelitian tidak disarankan untuk pemakaian struktural. Untuk pemakaian struktural perlu penelitian dan rekayasa teknologi lebih lanjut.
DAFTAR PUSTAKA
Anggie. 2008. KOde-kode dalam Plastik. http://anggiemaya.net/blog/?p=230 [20 Agustus 2008]
Affandy, H.2007. Peningkatan Mutu Papan Komposit dari Limbah Serbuk Kayu Sengon dan Plastik Polypropylene Daur Ulang Dengan Perlakuan Fisik dan Kimia. Skripsi Fakultas Kehutanan IPB. Tidak Dipublikasikan.
Balai Besar Penelitian Padi. 2007. Ciherang
http://72.14.205.104/search?q=cache:PdMwJm5bpJcJ:www.pustaka-deptan.go.id/publikasi/wr282068.pdf+padi+ciherang&hl=id&ct=clnk&cd= 2&gl=id&client=firefox-a [7 Juli 2008]
Departemen Komunikasi dan Informatika Indonesia. 2008. Ramalan BPS Produksi Padi 2007 57,05 juta ton.
http://www.depkominfo.go.id/portal/?act=detail&mod=berita&view=1&id
=BRT071110144501 [31 Juli 2008]
Haygreen, J. G. dan J.L.Bowyer.1989. Hasil Hutan dan Ilmu Kayu, Suatu Pengantar. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta
Japanese Standart Association. 2003. Japanese Industrial standarts Particleboard (JIS A 5908-2003). Japanese Standart Association. Japan
Kompas. 2007. Bahan Baku dan Kapasitas Produksi Jadi Kendala.
http://64.203.71.11/kompas-cetak/0705/31/ekonomi/3568849.htm
[31Juli2008]
Kusnadi, Arif. 2003. Sifat Fisis dan Mekanis Papan Komposit dari berbagai Limbah Serbuk kayu dan Non Kayu dengan Plastik Polyethylene dan Polypropylene Daur Ulang. Skripsi Fakultas Kehutanan IPB.Tidak Dipublikasikan
Maloney, TM. 1993. Modern Particleboard and Dry-Process Fiberboard Manufacturing. San Fransisco: Miller Freeman, Inc
Martana, H.2002. Pengaruh campuran pasir, bentonit, dan sekam padi terhadap kualitas fungsional dan visual rumput Bermuda (Cynodon dactylon cv. Tifdwardf). Skripsi Fakultas Pertanian. IPB. Tidak Dipublikasikan
31
Massijaya, M.Y, Y.S.Hadi, B. Tambunan, E.S. Bakar, W.A.Subari.2000. Penggunaan Limbah Plastik Sebagai Komponen Bahan Baku Papan Partikel. Jurnal Teknologi Hasil Hutan.XIII (2):18-24
Osswald TA, Menges G. 1995. Material Science of Polymer for Engineers. Ohio: Hanser/Gardner Publications, Inc
Rowell RM. 1988. The State of Art and the Future Development of Bio-based Composite Science and Technology Toward the 21st Century. Di dalam: Proceeding of the Fourth Pasific Bio-based Composites Symposium. Bogor
Rowell, R. M, Young Raymond A, Rowell, Judith K. 1997. Paper and composites from Agro-based resources. USA. CRC Press, Inc.
Setyawati, D dan Massijaya, M,Y,. 2005. Pengembangan Papan Komposit Berkualitas Tinggi dari Sabut Kelapa dan Polypropylene Daur Ulang (I): Suhu dan Waktu Kempa Panas. Jurnal Teknologi Hasil Hutan XVIII (2). 91-101
Setyawati, D, Hadi, Y,S, Massijaya, M,Y dan Nugroho N. 2008. Karakteristik Papan Komposit dari Serat Sabut Kelapa dan Plastik Polipropilena Daur Ulang Berlapis Anyaman Bambu. Jurnal Ilmu dan Teknologi Hasil Hutan Vol I No1. 18-26
Sinar Harapan. 2001. Menjadikan Plastik Ramah Lingkungan.
http://www.sinarharapan.co.id/berita/0109/12/fea01.html [31 Juli 2008] Wikipedia.2008.HDPE. http://en.wikipedia.org/wiki/HDPE [20 Agustus 2008]
33
Lampiran 1 Hasil pengujian dan perhitungan kerapatan dan kadar air
Perlakuan Ulangan Berat Awal (gr) Luas
Permukaan Volume Kerapatan BKO KA
A1B1 I 43.248 101.5559813 62.32998 0.69385547 41.445 4.35034383 II 43.876 100.9270625 63.58405 0.690047275 41.918 4.67102438 III 42.066 101.0270625 59.73225 0.704242675 40.633 3.52669013 Rata-rata 43.06333333 0.696048473 4.18268611 A1B2 I 40.043 103.1239688 64.58139 0.633232016 38.523 3.94569478 II 37.896 101.027275 60.61637 0.625177706 36.534 3.72803416 III 35.586 101.35455 54.47807 0.653216966 34.585 2.89431835 Rata-rata 37.84166667 0 0.637208896 3.52268243 A1B3 I 34.394 100.801575 54.30685 0.63332712 33.48 2.72998805 II 36.099 101.2789875 54.18426 0.666226707 35.009 3.1134851 III 36.615 101.203575 58.44506 0.626485748 35.617 2.80203274 Rata-rata 35.70266667 0.642013192 2.8818353 A2B1 I 43.855 101.278875 59.88113 0.73236755 42.029 4.34461919 II 45.653 100.7764625 58.32438 0.782743028 43.608 4.68950651 III 46.604 100.4252625 60.25516 0.773444165 44.538 4.63873546 Rata-rata 45.37066667 0.762851581 4.55762039 A2B2 I 40.842 101.203575 54.64993 0.747338553 39.274 3.99246321 II 40.041 100.8266625 54.69846 0.732031519 38.575 3.80038885 III 34.408 100.92695 48.69725 0.706569624 33.357 3.15076296 Rata-rata 38.43033333 0.728646565 3.64787167 A2B3 I 32.238 100.47555 43.70686 0.737595811 31.378 2.74077379 II 29.545 101.4049 45.75896 0.645665882 28.816 2.52984453 III 35.674 101.379275 45.7474 0.779803916 34.917 2.1679984 Rata-rata 32.48566667 0.72102187 2.47953891
Lampiran 2 Hasil pengujian daya serap air (2 dan 24 jam) dan kembang susut (2 dan 24 Jam)
Perlakuan Ulangan
Daya serap air 2 jam Daya serap air 24 jam Pengembangan tebal 2 jam Pengembangan tebal 24 jam A1B1 I 2.884 18.512 1.879 2.839 II 3.821 21.435 1.353 2.524 III 15.294 30.392 4.170 5.560 Rata-rata 7.333 23.446 2.467 3.641 A1B2 I II 3.084 17.357 2.869 3.675 III 7.236 19.573 1.494 3.555 Rata-rata 5.160 18.465 2.181 3.615 A1B3 I 3.703704 17.28395 0.645161 1.075269 II 1.298701 10.38961 2.816901 1.643192 III 7.901 19.877 0.584 3.696 Rata-rata 4.301 15.850 1.349 2.138 A2B1 I 7.700 20.751 1.969 3.982 II 6.349 15.256 2.098 4.067 III 3.543 18.512 2.191 3.835 Rata-rata 5.864 18.173 2.086 3.961 A2B2 I 6.330 9.442 1.917 2.717 II 7.283 18.701 1.602 2.861 III 2.469136 16.04938 1.272265 4.122137 Rata-rata 5.361 14.731 1.597 3.233 A2B3 I 0 3.658537 0.578035 1.445087 II 1.707 5.488 0.802 0.199 III 1.282051 3.846154 1.41844 2.836879 Rata-rata 0.996 4.331 0.933 1.494
35
Lampiran 3 Hasil pengujian dan perhitungan keteguhan lentur dan keteguhan patah
Perlakuan Ulangan b(cm) h y P1 P2 Y1 Y2 ∆Y ∆P MOE MOR
A1B1 I 4.91 0.49625 0.125x + 0.867 7.035906 14.9442 1.746488 2.735025 0.098854 7.908297 14061.47 160.543 II 4.9025 0.635 0.109x + 0.695 7.026371 14.12316 1.460874 2.234424 0.077355 7.096787 7708.298 86.14188 III 4.775 0.60875 0.146x + 1.280 7.58772 14.04747 2.387807 3.330931 0.094312 6.459753 6706.264 101.7352 Rata-rata 9492.011 116.14 A1B2 I 4.86 0.545 0.162x + 1.692 7.48888 12.04741 2.905199 3.64368 0.073848 4.558526 8275.286 105.1891 II 4.83 0.5825 0.203x + 0.781 7.392671 12.31656 2.281712 3.281261 0.099955 4.923885 5442.43 93.17573 III 4.835 0.54625 0.205x + 1.321 7.070439 11.94908 2.77044 3.77056 0.100012 4.878636 6528.285 98.28511 Rata-rata 6748.667 98.88332 A1B3 I 4.92 0.53125 0.235x + 0.810 7.057417 10.29051 2.468493 3.228269 0.075978 3.233091 6084.067 104.5896 II 4.845 0.565 0.231x + 0.914 7.141774 12.98327 2.56375 4.26431 0.170056 5.8415 4145.884 100.8321 III 4.9425 0.551389 0.203x + 1.056 7.683231 10.23521 2.615696 3.133747 0.051805 2.551975 6270.57 79.75383 Rata-rata 5500.174 95.0585 A2B1 I 4.915 0.58125 0.168x + 0.372 7.955355 10.99128 1.7085 2.218535 0.051004 3.035927 6504.323 91.71748 II 4.9325 0.58375 0.110x + 0.324 7.928661 10.85811 1.196153 1.518392 0.032224 2.929448 9771.997 115.9606 III 4.935 0.5 0.101x + 0.092 7.85401 10.98406 0.885255 1.20139 0.031613 3.130046 16927.98 131.2383 Rata-rata 11068.1 112.9721 A2B2 I 4.905 0.4875 0.191x + 0.857 7.9241 10.64592 2.370503 2.89037 0.051987 2.721816 9716.896 133.0242 II 4.9175 0.52125 0.217x + 0.878 7.791483 10.98736 2.568752 3.262257 0.069351 3.195877 6978.812 110.6294 III 4.9 0.49 0.303x + 0.598 2.075339 7.505481 1.226828 2.872161 0.164533 5.430142 6038.052 76.09406 Rata-rata 7577.92 106.5825 A2B3 I 4.9 0.5 0.343x + 0.552 2.020587 7.356126 1.245061 3.075151 0.183009 5.335539 5020.23 69.07353 II 4.935 0.43125 0.380x + 0.895 7.789316 10.9427 3.85494 5.053225 0.119829 3.153382 7012.384 162.812 III 5.1 0.5 0.380x + 0.800 2.010857 9.821302 1.564126 4.532095 0.296797 7.810445 4353.715 88.52991 Rata-rata 5462.11 106.8051
Lampiran 4 Uji jarak Duncan Kerapatan Papan Partikel
Means with the same letter are not significantly different. Duncan Grouping Mean N a
A 0.73750 9 a2
B 0.65841 9 a1
Means with the same letter are not significantly different. Duncan Grouping Mean N b
A 0.72943 6 b1
B 0.68292 6 b2
B
B 0.68152 6 b3
Lampiran 5 Uji jarak Duncan kadar air papan partikel
Means with the same letter are not significantly different. Duncan Grouping Mean N b
A 4.3701 6 b1
B 3.5853 6 b2
37
Lampiran 6 Uji jarak Duncan daya serap air papan partikel selama 24 jam
Means with the same letter are not significantly different. Duncan Grouping Mean N a
A 14.758 9 a1
B 9.377 9 a2
Means with the same letter are not significantly different. Duncan Grouping Mean N b
A 15.790 6 b1
A
B A 11.984 6 b2
B
B 8.427 6 b3
Lampiran 7 Uji jarak Duncan Keteguhan Lentur papan partikel
Means with the same letter are not significantly different. Duncan Grouping Mean N b
A 10280 6 b1
A
B A 7163 6 b2
B