• Tidak ada hasil yang ditemukan

KERAGAAN GALUR HARAPAN KEDELAI UMUR GENJAH DAN BIJI BESAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KERAGAAN GALUR HARAPAN KEDELAI UMUR GENJAH DAN BIJI BESAR"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

KERAGAAN GALUR HARAPAN KEDELAI

UMUR GENJAH DAN BIJI BESAR

Suyamto

Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi Jl. Raya Kendalpayak km 8 Kotak Pos 66 Malang 65101

e-mail: yamto_kabi@yahoo.com

ABSTRAK

Preferensi petani terhadap varietas kedelai adalah berumur genjah dan berbiji besar. Eva-luasi terhadap 27 galur harapan kedelai berumur genjah dan berbiji besar ditambah tiga varie-tas pembanding (SHR-W60, Burangrang, dan Grobogan) dilaksanakan di KP Ngale, Ngawi pada MK II (Juli hingga Oktober) 2011. Percobaan menggunakan rancangan acak kelompok, diulang tiga kali. Ukuran petak adalah 2,0 m x 4,5 m, dengan jarak tanam 40 cm x 15 cm, dua tanaman per rumpun. Pupuk Urea 50 kg, SP36 100 kg, dan KCl 75 kg diberikan seluruhnya pada saat tanam. Pengendalian hama, penyakit dan gulma dilakukan secara intensif. Tolok ukur penelitian adalah jumlah galur harapan terpilih dengan kriteria berumur genjah (<80 hari), hasil tinggi (>2,5 t/ha), dan berbiji besar (>14.00 g/100 biji). Data pengamatan meliputi umur berbunga, umur masak, tinggi tanaman, jumlah cabang, jumlah polong isi/tanaman, jumlah polong hampa/tanaman, berat biji/tanaman, hasil biji (t/ha), dan bobot 100 biji (g). Hasil penelitian menunjukkan keragaman karakter umur masak (77–84 hari), ukuran biji (0,94– 2,99 g/100 biji), dan hasil biji (10,36–16,43 t/ha). Terpilih 10 galur harapan yang masing-masing memiliki umur 77–79 hari, hasil biji 2,73–2,99 t/ha, dan berukuran biji 15,2–16,4 g/100 biji. Dari 10 galur terpilih terdapat empat galur (Anjasmoro/Argomulyo-200-22; Anjasmoro/ Argomulyo-188-19; Anjasmoro/ Argomulyo-169-15; dan Anjasmoro/Malabar-134-9) yang memiliki umur masak setara dengan pembanding SHR-W60 (78 hari), ukuran biji setara Gro-bogan (16,73 g/100 biji), dan hasilnya lebih tinggi dibanding tiga varietas pembanding. Enam galur (Sinabung/Malabar-474-49; Anjasmoro/Argomulyo-235-27; 199-21; 232-26; Sinabung/Malabar-461-45; dan Anjasmoro/Argomulyo-231-25) memiliki umur masak setara dengan SHR-W60 (78 hari), daya hasilnya setara dengan Burangrang (2.71 t/ha), dan ukuran biji setara dengan Grobogan (16,4 g/100 biji). Galur-galur harapan terpilih perlu diuji lebih lanjut di berbagai sentra produksi kedelai di Indonesia.

Kata kunci: Glycine max, umur genjah, hasil tinggi, biji besar

ABSTRACT

Performance of soybean promising lines which early maturing, and large seed size. Farmer’s preference are early maturing and large seed size soybean varieties. Research to evaluate to 27 promising lines soybean early maturing soybean and large seed size, and three check varieties (SHR-W60, Burangrang, and Grobogan) at Ngale (Ngawi) experimental stations at dry seaseon II 2011 (Juli to October). Randomize complete block design with three repli-cation was applied. The plot size was 2.0 x 4.5 m (3.6 m2), 40 x 15 cm plant distance, two

plants/hill, and fertilized by 50 kg Urea, 100 kg SP36, and 75 kg KCl per ha, and applied at planting time. Plant control was conducted intensively as recommended. The research bench-mark was selected promising lines with criterion early maturity (<80 day), high yield (>2.5 t/ha), and large seed size (>14.00 g/100 seed). The parameters observed consistent of age

(2)

size (10.36–16.43 g/100 seed), and seed yield (0.94–2.99 t/ha). Chosen as much as 10 promi-sing lines each has age maturing between 77–79 day, the seed yield between 2.73–2.99 t/ha, and large seed size 15.19–16.43 g/100 seed. Four lines of 10 lines (Anjasmoro/Argomulyo-200-22; Anjasmoro/Argomulyo-188-19; Anjasmoro/Argomulyo-169-15; and Anjasmoro/Malabar-134-9) has early maturity equal with SHR-W60 (78 days), the seed size is equivalent with Grobogan (16.73 g/100 seed), but have higher yield than three check varieties. Six lines (Sina-bung/Malabar-474-49; Anjasmoro/Argomulyo-235-27; Anjasmoro/Argomulyo-199-21; Anjas-moro/Argomulyo-232-26; Sinabung/Malabar-461-45; and Anjasmoro/Argomulyo-231-25) has maturity equivalent with SHR-W60 (78 days), the seed yield equivalent with Burangrang (2.71 t/ha), and the seed size equivalent with Grobogan (16.37 g/100 seed). The selected promising lines necessary to be tested at various soybean production centers in Indonesia.

Keywords: soybean, early maturity, high yield, large seed-size

PENDAHULUAN

Penggunaan kedelai impor berbiji besar (>14,00 g/100 biji) sebagai bahan baku industri tempe meningkat setiap tahunnya. Hal ini mengakibatkan perubahan preferensi pengguna terhadap ukuran biji kedelai. Varietas kedelai berbiji besar umumnya rentan terhadap penyakit virus daun dan memerlukan persyaratan tumbuh yang optimal. Indo-nesia (tropis) memiliki lingkungan budidaya kedelai yang sangat beragam dan terjadi gangguan hama penyakit cukup tinggi, apalagi sebagian besar kedelai dibudidayakan pada MK II. Kedelai berumur genjah (<80 hari), berdaya hasil tinggi (>2,5 t/ha), dan berbiji besar (>14,00 g/100 biji) memiliki berbagai keuntungan, yakni mempertahankan sifat fisik dan kimiawi tanah, memutus siklus hama, dan mengoptimalkan pendapatan petani pada daerah berpengairan terbatas.

Pengelompokkan berbagai karakter kuantitatif kedelai seperti ukuran biji dan umur masak telah disampaikan oleh Adie (2007). Umur masak kedelai di Indonesia dikelom-pokkan menjadi genjah (<80 hari), sedang (80–85 hari), dan dalam (>85 hari). Penge-lompokan ukuran biji adalah kecil (<10 g/100 biji), sedang (10–14 g/100 biji), dan besar (>14 g/100 biji).

Kedelai berumur genjah (<80 hari) dinilai ideal untuk mempertahankan daya hasil sekitar 2,0 t/ha. Upaya untuk memperoleh kedelai berdaya hasil sekitar 2,0 t/ha dengan umur masak di bawah 72 hari masih sulit (Soegito dan Adie 1993). Nilai ekonomis kedelai saat ini tidak semata-mata ditentukan oleh kemampuan produksi namun dapat dipadukan dengan karakter lain, misalnya ukuran biji, umur genjah, dan lain-lain.

Penggunaan varietas kedelai berumur genjah merupakan salah satu mekanisme peng-hindaran (escape) dalam mempertahankan potensi hasil pada saat terjadi kelangkaan air. Kedelai berumur genjah (di bawah 80 hari) selain toleran kekeringan juga dapat mening-katkan indeks pertanaman dan risiko gagal akibat serangan hama penyakit lebih rendah dibandingkan dengan kedelai berumur sedang dan dalam (Soegito dan Adie 1993). Ro-diah et al. (1993) melaporkan bahwa varietas kedelai berumur genjah dan berpotensi hasil 2,0 t/ha berperan penting digunakan pada daerah-daerah berpengairan terbatas.

Penelitian ini bertujuan untuk menilai dan mengevaluasi keragaan 30 galur harapan kedelai berumur genjah, hasil tinggi, dan berbiji besar.

(3)

BAHAN DAN METODE

Sebanyak 30 galur harapan kedelai termasuk tiga varietas pembanding (SHR-W60, Burangrang, dan Grobogan) diuji di KP Ngale, Ngawi, pada MK II (Juli–Oktober) 2011. Percobaan dilaksanakan dengan rancangan acak kelompok, diulang tiga kali. Ukuran petak adalah 2,0 m x 4,5 m, jarak tanam 40 cm x 15 cm, dua tanaman/rumpun. Pupuk Urea 50 kg, SP36 100 kg, dan KCl 75 kg/ha diberikan seluruhnya pada saat tanam. Tanam dilakukan dengan cara ditugal, 3–4 biji/lubang dan setelah umur 15 hari dilakukan penjarangan dan disisakan dua tanaman/rumpun. Benih diperlakukan dengan Marshall sebelum tanam untuk mencegah serangan hama lalat kacang. Pemeliharaan tanaman dan pengairan dilakukan secara periodik sesuai kondisi tanaman selama pertumbuhan. Pengendalian hama maupun penyakit dengan pestisida dilakukan berdasarkan kondisi di lapangan. Panen dilakukan jika 90% polong telah masak yang ditandai oleh polong ber-warna kecoklatan dan daun rontok. Tolok ukur penelitian adalah jumlah galur harapan terpilih dengan kriteria umur genjah (<80 hari), hasil tinggi (2,5 t/ha), dan biji besar (>14,00 g/100 biji). Parameter yang diamati yakni umur berbunga, umur masak, tinggi tanaman, jumlah cabang, jumlah polong isi/tanaman, jumlah polong hampa/tanaman, berat biji/tanaman, hasil biji (t/ha), dan bobot 100 biji (g).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil analisis ragam untuk karakter umur 50% berbunga, umur masak, tinggi tanaman, jumlah cabang, jumlah polong isi/tanaman, jumlah polong hampa/tanaman, berat biji/ tanaman, hasil biji, dan bobot 100 biji disajikan pada Tabel 1. Masing-masing galur yang diuji memiliki keragaman sangat nyata untuk semua karakter, baik komponen hasil maupun hasil biji. Hal ini menunjukkan bahwa semua galur memiliki sifat genetik yang berbeda.

Tabel 1. Sidik ragam komponen hasil dan hasil biji dari 30 galur/varietas kedelai di KP Ngale, Ngawi, MK II (Juli–Oktober) 2011.

Karakter Kuadrat tengah KK (%)

Ulangan Galur

Umur bunga (hari) 0,233 tn 14,607 ** 1,31 Umur masak (hari) 17,011 ** 11,217 ** 1,40 Tinggi tanaman (cm) 268,55 ** 111,53 ** 8,28 Jumlah cabang/tan 0,870 tn 1,819 ** 33,11 Jumlah polong isi/tanaman 378,36 ** 343,12 ** 20,93 Berat biji /tan (g) 4,59 tn 15,87 ** 19,25 Hasil biji (t/ha) 0,13 tn 0,63 ** 15,66 Bobot 100 biji (g) 15,41 ** 6,86 ** 10,68 Keterangan : * = nyata pada 0,05; ** = nyata pada p=0,01; tn = tidak nyata; KK = koefisien keragaman

Rentang dan rata-rata komponen hasil dan hasil biji 30 galur disajikan pada Tabel 2. Umur berbunga sangat berbeda nyata, berkisar antara 33–40 hari, rata-rata 36 hari. Umur masak berkisar antara 77–84 hari, rata-rata 80 hari. Galur yang diuji genjah (77–79 hari)

(4)

genjah (<80 hari), dan 11 galur berumur 80–84 hari. Varietas pembanding SHR-W60, Burangrang, dan Grobogan masing-masing memiliki umur masak 78, 82, dan 79 hari (Tabel 3). Tinggi tanaman berkisar antara 34–59 cm dengan rata-rata 47 cm, jumlah cabang antara 1–5 dengan rata-rata 2 cabang/tanaman. Jumlah polong isi/tanaman 22–64 polong dengan rata-rata 45 polong/tanaman.

Tabel 2. Rata-rata hasil biji dan komponen hasil 30 galur/varietas kedelai di KP Ngale, MK II 2011.

Karakter Kisaran Rata-rata

Umur bunga (hari) 33–40 36

Umur masak (hari) 77–84 80

Tinggi tanaman (cm) 34–59 47

Jumlah cabang/tanaman 1–5 2

Jumlah polong isi/tanaman 22–64 45

Berat biji /tanaman (g) 5.00–15.87 10,66

Hasil biji (t/ha) 0.94–2.99 2,54

Bobot 100 biji (g) 10.36–16.37 14,45

Berat biji/tanaman berkisar antara 5,00–15,87 g, rata-rata 10,66 g/tanaman. Hasil biji berkisar antara 0,94–2,99 t/ha, dengan rata-rata 2,54 t/ha. Terdapat 17 galur yang mem-berikan hasil >2,50 t/ha, tujuh galur setara dengan Burangrang (2,77 t/ha) dan Grobogan (2,71 t/ha), dan enam galur yang hasilnya di atas pembanding (Tabel 3). Bobot 100 biji berkisar antara 10,36–16,37 g, rata-rata 14,45 g/100 biji. Dari 27 galur terdapat 16 galur yang memiliki bobot 100 biji >14 g/100 biji, dan empat galur setara dengan pembanding Grobogan (16,37 g/100 biji).

Galur-galur yang diuji tidak ada yang berumur genjah (<80 hr) yang mampu ber-produksi hingga di atas 3,0 t/ha. Apabila penerapan batas seleksi hasil biji di atas 3,0 t/ha untuk kedelai berumur genjah, maka tidak satu pun galur kedelai yang memenuhi syarat. Wahyu et al. (2007) melaporkan bahwa hasil persilangan antara galur umur genjah × produksi tinggi belum sesuai harapan. Namun jika batas seleksi hasil diturunkan menjadi 2–3 t/ha, yang sekaligus berukuran biji besar, maka terdapat 10 galur berumur di bawah 80 hari. Sulitnya mendapatkan kedelai berdaya hasil di atas 3 t/ha dengan umur di bawah 80 hari berkaitan dengan proses fisiologis tanaman.

Beuerlein (1997) menyampaikan dugaan hubungan antara umur dengan hasil kedelai. Varietas berumur dalam akan memiliki fase vegetatif lebih panjang dibandingkan dengan kedelai berumur genjah, dan lebih banyak jumlah buku dan polong. Fase pertumbuhan tanaman kedelai berumur dalam lebih panjang, dan menjadi modal penting dalam meng-hasilkan fotosintesis bersih bagi tanaman, dan akan berakibat terhadap meningkatnya hasil biji. Menurut Klein et al. (2004), kedelai indeterminit yang berumur lebih dalam cenderung memiliki hasil lebih tinggi dibandigkan dengan kedelai determinit karena periode pembu-ngaannya yang lebih panjang.

(5)

Tabel 3. Rata-rata umur masak, hasil biji, dan bobot 100 biji 30 galur yang diuji di KP Ngale, Ngawi, MK II 2011.

Galur/varietas Umur masak (hari) Hasil biji (t/ha) Bobot 100 biji (g)

Anjasmoro/Malabar-126-6 80 2,64 10,36 Anjasmoro/Malabar-129-7 80 2,85 13,26 Anjasmoro/Malabar-131-8 79 2,43 13,73 Anjasmoro/Malabar-134-9 78 2,86 16,36 Anjasmoro/Malabar-155-11 79 2,68 14,93 Anjasmoro/Malabar-156-12 83 2,65 14,89 Anjasmoro/Malabar-157-13 80 2,00 14,73 Anjasmoro/Argomulyo-164-14 84 2,69 15,23 Anjasmoro/Argomulyo-169-15 77 2,86 16,35 Anjasmoro/Argomulyo-188-19 78 2,97 16,31 Anjasmoro/Argomulyo-196-20 84 1,64 14,53 Anjasmoro/Argomulyo-199-21 78 2,75 15,93 Anjasmoro/Argomulyo-200-22 78 2,99 16,43 Anjasmoro/Argomulyo-231-25 79 2,73 15,83 Anjasmoro/Argomulyo-232-26 79 2,75 15,33 Anjasmoro/Argomulyo-235-27 78 2,78 15,66 Anjasmoro/Argomulyo-237-28 80 2,39 14,63 Malabar/Anjasmoro-302-31 77 2,21 11,29 Malabar/Anjasmoro-340-36 77 2,35 13,39 Argomulyo/Anjasmoro-361-41 84 0,94 13,69 Argomulyo/Anjasmoro-383-42 77 2,39 13,66 Sinabung/Malabar-461-45 78 2,74 15,19 Sinabung/Malabar-465-46 80 2,43 14,79 Sinabung/Malabar-474-49 79 2,80 16,01 Sinabung/Malabar-475-50 79 2,76 13,69 Sinabung/Grobogan-486-51 81 2,77 13,83 Sinabung/Grobogan493-55 80 2,30 13,63 SHR-W60 78 2,43 10,99 Burangrang 82 2,77 12,36 Grobogan 79 2,71 16,37 Rata-rata 80 2,54 14,45

Berdasarkan kriteria seleksi umur genjah (<80 hari), daya hasil tinggi (>2,50 t/ha), dan berukuran (bobot) biji besar (>14,00 g/100 biji) maka dari 27 galur yang diuji (tidak ter-masuk varietas pembanding) terpilih 10 galur (Tabel 4).

Dari 10 galur terpilih masing-masing memiliki umur 77–79 hari, daya hasil berkisar antara 2,73–2,99 t/ha, dan ukuran biji 15,19–16,43 g/100 biji (Tabel 4). Terdapat empat galur yang memiliki umur genjah setara dengan pembanding SHR-W60 (78 hari), ukuran biji besar setara dengan pembanding Grobogan (16,37 g/100 biji), dan hasilnya lebih tinggi dari tiga varietas pembanding. Enam galur memiliki umur masak setara dengan SHR-W60 (78 hari), daya hasil setara dengan Burangrang (2,77 t/ha), dan ukuran biji besar setara dengan Grobogan (16,37 g/100 biji). Dari 10 galur terpilih diharapkan diuji lebih lanjut untuk mengetahui stabilitas hasilnya dan diharapkan terpilih 1–2 calon varietas

(6)

banyak diminati petani karena memiliki berbagai keuntungan seperti mengeliminasi penu-runan hasil akibat kekeringan dan infestasi hama serta meningkatkan indeks pertanaman.

Tabel 4, Galur terpilih berdasar hasil tinggi, umur genjah, dan ukuran biji besar dari 27 galur yang diuji di KP Ngale, Ngawi, MK II 2011.

Galur/Varietas Umur masak (hari) Hasil biji (t/ha) Bobot 100 biji (g)

Anjasmoro/Argomulyo-200-22 78 2,99 16,43 Anjasmoro/Argomulyo-188-19 78 2,97 16,31 Anjasmoro/Argomulyo-169-15 77 2,86 16,35 Anjasmoro/Malabar-134-9 78 2,86 16,36 Sinabung/Malabar-474-49 79 2,80 16,01 Anjasmoro/Argomulyo-235-27 78 2,78 15,66 Anjasmoro/Argomulyo-199-21 78 2,75 15,93 Anjasmoro/Argomulyo-232-26 79 2,75 15,33 Sinabung/Malabar-461-45 78 2,74 15,19 Anjasmoro/Argomulyo-231-25 79 2,73 15,83 Pembanding: SHR-W60 78 2,43 10,99 Burangrang 82 2,77 12,36 Grobogan 79 2,71 16,37

Penggunaan varietas berumur genjah/sedang didasarkan pada kenyataan di lapang bahwa periode tumbuh tanaman kedelai setelah tanaman utama padi dipanen umumnya tersisa waktu antara 80–85 hari. Di samping itu, pemilihan varietas harus disesuaikan dengan ketersediaan air irigasi yang terbatas dan tidak menentu, khususnya pada lahan sawah irigasi sederhana dan ½ teknis, yang menerapkan sistem gilir air setiap 7–10 hari. Seperti yang disampaikan oleh Adisarwanto et al. (1998), air irigasi seringkali tidak sesuai dengan stadia pertumbuhan kedelai. Cekaman kekeringan dapat menyebabkan produk-tivitas menjadi rendah. Kedelai unggul toleran kekeringan merupakan pilihan utama di masa mendatang.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Sifat genetik tanaman kedelai berbeda sangat nyata untuk beberapa karakter kompo-nen hasil dan hasil biji.

2. Terdapat 10 galur harapan yang memiliki umur genjah (<80 hari), daya hasil tinggi (>2,50 t/ha), dan ukuran (bobot) biji besar (>14,00 g/100 biji), empat diantaranya memiliki umur genjah setara dengan pembanding SHR-W60 (78 hari), ukuran biji besar setara dengan pembanding Grobogan (16,37 g/100 biji), dan hasil lebih tinggi dari tiga varietas pembanding.

3. Enam galur memiliki umur masak setara dengan SHR-W60 (78 hari), daya hasil setara dengan Burangrang (2,77 t/ha), dan ukuran biji besar setara dengan Grobogan (16,37 g/100 biji).

(7)

Saran

Galur-galur terpilih disarankan untuk diuji lebih lanjut potensi hasilnya pada berbagai sentra produksi kedelai di Indonesia, sehingga dapat diperoleh galur harapan yang siap diujimultilokasi pada siklus pemuliaan beikutnya.

DAFTAR PUSTAKA

Adie, M.M, 2007. Panduan pengujian individual BUSS kedelai. PVT. Jakarta. 12 p.

Adisarwanto, T., H. Kuntyastuti, dan Suhartina. 1998. Efisiensi pemupukan menggunakan uji tanah dan tanaman kedelai di beberapa jenis tanah lahan sawah. Laporan teknis 1997/1998. Balai Penelitian Kacangkacangan dan Umbi-umbian. p. 1–19.

Beuerlein, J. 1997. Soybean, Yield Enhancement of Short-Season Soybeans, Agronomic Crops Team On-Farm Research Projects 1997. Special Circular Bulletin 160–98. The Ohio State University, USA.

Bernard, R. L. and M.G. Weis. 1973. Qualitative genetics. p. 117–146. In Soybean: Improvement, Production and Uses. B.E. Caldwell (Eds). Amer. Soc. of Agron. Wisconsin. Klein, R.N., R.W. Elmore, and L.A. Nelson. 2004. Using soybean yield data to improve variety

selection. Part I. NebGuide. Univ. of Nebraska. Lincoln.

Rodiah, Soegito, dan Sumarno. 1993. Keragaan hasil galur kedelai pada dua tingkat populasi tanaman. p. 39–47 dalam Risalah seminar hasil penelitian tanaman pangan. A. Kasno dkk. (Penyunting). Balai Penelitian Tanaman Pangan. Malang.

Soegito dan M. M. Adie. 1993. Evaluasi daya hasil pendahuluan galur homosigot kedelai umur genjah. p. 48–54 dalam Risalah seminar hasil penelitian tanaman pangan tahun 1992. A. Kasno, K. Hartojo, M. Dahlan, N. Saleh, Sunardi dan A. Winarto (Penyunting). Balai Penelitian Tanaman Pangan. Malang.

Wahyu, G., M. M. Adie, Suyamto, dan Yullianida. 2007. Pembentukan populasi, penggaluran, seleksi dan uji daya hasil kedelai toleran pengisap polong, umur genjah dan berbiji besar serta kedelai hitam. Laporan Teknik RPTP Penelitian 2006. Balitkabi. Malang. 41p.

Gambar

Tabel 1.  Sidik ragam komponen hasil dan hasil biji dari 30 galur/varietas kedelai di KP Ngale,  Ngawi, MK II (Juli–Oktober) 2011
Tabel 2.  Rata-rata hasil biji dan komponen hasil 30 galur/varietas kedelai di KP Ngale, MK II 2011
Tabel 3. Rata-rata umur masak, hasil biji, dan bobot 100 biji 30 galur yang diuji di KP Ngale, Ngawi,  MK II 2011

Referensi

Dokumen terkait

Tabel 4 menunjukkan tidak adanya hubungan yang bermakna antara umur dan lama kerja perawat klinik dengan implementasi manajemen nyeri di unit rawat inap (p= 0,149).. Tabel

Pemerintah kota (pemkot) saat itu dinilai tidak mampu mengambil langkah-langkah efektif dalam mengatasi masalah ini. Para pemegang kekuasaan di tingkat kota memiliki pandangan

[r]

Sebanyak 20 galur harapan kedelai berbiji besar, daya hasil tinggi, dan umur genjah diuji daya hasil lanjut dengan empat varietas unggul sebagai pembanding (Anjasmoro, Grobogan,

Perencanaan pembelajaran yang telah dibuat oleh peserta lesson study berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang didalamnya guru secara bersama-sama

Untuk mengembangkan peran perbankan syariah dalam pembangunan nasional termasuk fasilitas perbankan syariah untuk seluruh segmen masyarakat, optimalisasi dana-dana

No, ono ˇsto ˇ cini bit opisane tehnike jest ˇ cinjenica da moˇ zemo pokazati i obrnutu tvrdnju − za dokaz Teorema 2.1.4, odnosno ekvivalentne tvrdnje (2.1), dovoljno je

(5) Untuk kepentingan pemeriksaan di pengadilan dalam perkara pidana atau perdata, atas permintaan hakim sesuai dengan Hukum Acara Pidana dan Hukum Acara Perdata,