• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kerangka Acuan Kegiatan Gizi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Kerangka Acuan Kegiatan Gizi"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

KERANGKA ACUAN KEGIATAN TENTANG GIZI

A. Pendahuluan

Gambaran keadaan gizi masyarakat di Indonesia sampai saat ini belum memuaskan. Pada tahun 2000 diperkirakan ada 25% anak Indonesia yang mengalami gizi kurang, 7 % diantaranya gizi buruk, dan sekitar 50% Bumil menderita anemia gizi.

Masalah gizi disebabkan oleh banyak factor yang saling terkait. Secara langsung keadaan gizi dipengaruhi oleh kecukupan asupan makanan dan keadaan kesehatan individu. Kedua factor tersebut selain dipengaruhi oleh masalah ekonomi dan pelayanan kesehatan, juga dipengaruhi oleh pola asuh anak yang tidak memadai. Oleh karena itu masalah gizi harus dipecahkan melalui pendekatan keluarga dan pendekatan terpadu, tidak hanya dari masalah kesehatan saja, melainkan harus melibatkan sektor lain yang terkait.

Untuk menanggulangi masalah tersebut, di dalam Undang - Undang No. 25 tahun 2000 tentang Program Pemberdayaan Nasional ( Propenas ) dan didalam Visi Indonesia Sehat 2010, ditetapkan bahwa 80 % keluarga di Indonesia menjadi keluarga mandiri sadar gizi ( Kadarzi ), karena keluarga mempunyai nilai yang amat strategis dan menjadi inti dalam pembangunan seluruh masyarakat serta menjadi tumpuan dalam pembangunan manusiai seutuhnya.

Kadarzi adalah keluarga yang seluruh anggota keluarganya melakukan perilaku gizi seimbang, mampu mengenali masalah kesehatan dan gizi bagi setiap anggota keluarganya dan mampu mengambil langkah – langkah untuk mengatasi masalah gizi yang dijumpai oleh anggota keluarganya. Untuk mencapai Kadarzi diperlukan serangkaian kegiatan pemberdayaan diberbagai tingkatan mulai dari keluarga, masyarakat, dan petugas yang diarahkan untuk meningkatkan kepedulian terhadap perbaikan gizi masyarakat melalui gerakan nasional.

Secara umum di Indonesia terdapat dua masalah gizi utama, yaitu kurang gizi mikro dan kurang gizi makro. Kurang gizi makro pada umumnya disebabkan oleh kekurangan asupan energi dan protein dibanding kebutuhannya yang menyebabkan gangguan kesehatan, sedangkan kurang gizi mikro disebabkan kekurangan zat gizi mikro. Gizi buruk adalah bentuk terparah dari proses terjdinya kekurangan gizi menahun. Anak balita sehat atau kurang gizi secara sederhana dapat diketahui dengan membandingkan antara berat badan menurut umurnya dengan rujukan (standar) yang telah ditetapkan. Apabila berat badan menurut umur sesuai dengan standar, anak disebut gizi baik. Kalau sedikit dibawah standar disebut gizi kurang. Apabila jauh dibawah standar disebut gizi buruk. B. Latar Belakang

Pada umumnya masyarakat telah memiliki pengetahuan dasar mengenai gizi. Namun demikian, sikap dan ketrampilan serta kemauan untuk bertindak memperbaiki gizi keluarga masih rendah. Sebagian masyarakat menganggap asupan makanannya selama ini cukup memadai karena tidak ada dampak buruk yang mereka rasakan. Sebagian masyarakat juga mengetahui bahwa ada jenis makanan yang lebih berkualitas,

(2)

namun mereka tidak ada kemauan dan tidak mempunyai keterampilan untuk penyiapannya.

Masalah lain yang menghambat penerapan perilaku KADARZI adalah adanya kepercayaan, adat kebiasaan dan mitos negatif pada keluarga. Sebagai contoh masih banyak keluarga yang mempunyai anggapan negatif dan pantangan terhadap beberapa jenis makanan yang justru sangat bermanfaat bagi asupan gizi. Oleh sebab itu untuk membantu mencukupi kebutuhan gizi masyarakat tentang anak balita, pemerintah mengembangkan program Pemberian Makanan Tambahan (PMT).

Pemberian Makanan Tambahan (PMT) adalah kegiatan pemberian makanan kepada balita dalam bentuk kudapan yang aman dan bermutu beserta kegiatan pendukung lainnya dengan memperhatikan aspek mutu dan keamanan pangan. Serta mengandung nilai gizi yang sesuai dengan kebutuhan sasaran.Pemberian Makanan Tambahan (PMT) ada dua macam yaitu Pemberian Makanan Tambahan (PMT) pemulihan dan Pemberian Makanan Tambahan (PMT) penyuluhan. Memiliki tujuan yang sama yaitu untuk memenuhi kebutuhan zat gizi yang dibutuhkan oleh balita.

Makanan tambahan pemulihan dapat berupa pabrikan dan lokal. PMT pemulihan pabrikan merupakan yaitu makanan pendamping ASI dalam bentuk biskuit yang mengandung 10 vitamin dan 7 mineral. Biskuit hanya untuk anak usia 12 – 24 bulan melalui pengadaan Departemen Bina Gizi Masyarakat Depkes RI, dengan nilai gizi : energi total 180 kkal, lemak 6 gram, protein 3 gr. Jumlah persajinya mengandung 29 gr karbohidrat total, 2 gr serat pangan, 8 gr gula dan 120 mg natrium.

Sedangkan PMT pemulihan berbasis bahan makanan lokal ada dua jenis yanitu berupa Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) untuk bayi dan anak usia 6 – 23 bulan ) dan makanan tambahan untuk pemulihan anak balita 24-59 bulan berupa makanan keluarga.

C. Tujuan Umum dan Tujuan Khusus

1). Pendataan Kadarzi a. Tujuan Umum

Tercapainya keadaan gizi yang optimal untuk seluruh anggota keluarga. b. Tujuan Khusus

a). Meningkatnya pengetahuan dan perilaku anggota keluarga dalam mengatasi masalah gizi.

b). Meningkatnya kepedulian masyarakat dalam menanggulangi masalah gizi keluarga.

c). Meningkatnya kemampuan dan ketrampilan petugas dalam memberdayakan masyarakat/keluarga dalam mencegah dan mengatasi masalah gizi.

2). Pelacakan Gizi Kurang a. Tujuan Umum

(3)

b. Tujuan Khusus

a). Menemukan bayi/balita yang status gizi kurang b). Sasaran mengetahui status gizi (gizi kurang)

c). Mampu memberikan penanganan lebih lanjut untuk mencapai status gizi baik. 3). PMT Pemulihan Gizi Kurang

a. Tujuan Umum

Untuk memenuhi kebutuhan zat gizi yang dibutuhkan oleh balita. b. Tujuan Khusus

Untuk memberikan makanan tinggi energi, tinggi protein, dan cukup vitamin mineral secara bertahap, guna mencapai status gizi yang optimal pada balita di wilayah kerja Puskesmas Tentang.

D. Kegiatan Pokok dan Rincian Kegiatan 1). Pendataan Kadarzi

Kegiatan Pokok

Pendataan Keluarga Sadar Gizi (KADARZI). Rincian Kegiatan :

a). Koordinasi dengan Bidan Desa/Kader Posyandu tentang kegiatan pendataan KADARZI.

b). Petugas Gizi Puskesmas melakukan kunjungan rumah ke sasaran untuk pendataan KADARZI.

c). Mencatat data responden (Nama KK, alamat).

d). Mencatat hasil wawancara sesuai dengan kuesioner pendataan KADARZI. e). Merekap hasil pendataan.

2). Pelacakan Gizi Kurang

a). Bidan dan kader melakukan pelacakan gizi kurang saat balita hadir di posyandu. b). Penyuluhan kesehatan kepada individu pada saat pelacakan gizi kurang di rumah c). Pendidikan kesehatan tentang PHBS, MP ASI sesuai umur, KADARZI, kepada

kelompok pada saat pelacakan gizi kurang di posyandu. d). Konseling konseling tentang pemanfaatan pekarangan e). Konseling tentang gizi seimbang

f). Pengukuran berat badan balita gizi kurang 3). PMT Pemulihan Gizi Kurang

a). Petugas dan kader melakukan kunjungan rumah pada balita yang gizi kurang dengan melakukan pengukuran antropometri sebelum memberikan intervensi b). Melakukan wawancara dan pengamatan tentang pemberian PMT pemulihan pada

ibu balita

c). Konseling tentang PHBS

d). Konseling tentang MP ASI sesuai umur e). Konseling tentang KADARZI

f). Konseling konseling tentang pemanfaatan pekarangan g). Konseling tentang gizi seimbang

(4)

h). Pengukuran berat badan balita gizi kurang untuk mengetahui tingkat perkembangan berat badan selama mendapat PMT.

E. Cara Melaksanakan Kegiatan 1). Pendataan Kadarzi

a). Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara tatap muka oleh Tenaga Pelaksana Gizi Puskesmas. Dilakukan di rumah responden dengan menggunakan kuesioner pendataan kadarzi.

b). Responden yang diwawancarai adalah ibu rumah tangga atau anggota keluarga lainnya yang dianggap paling mengetahui keadaan rumah tangga serta perilaku gizi anggota keluarga.

c). Data yang dikumpulkan adalah data Indikator kadarzi yang digunakan untuk menilai perubahan perilaku gizi anggota keluarga, antara lain :

a. Kebiasaan makan beraneka ragam makanan.

b. Kebiasaan memantau pertumbuhan berat badan bayi dan balita. c. Kebiasaan mengkonsumsi garam beryodium.

d. Kebiasaan memberikan ASI eksklusif. e. Kebiasaan memberikan suplemen gizi. 2). Pelacakan Gizi Kurang

Bidan/petugas gizi dapat melakukan penilaian status gizi secara langsung maupun secara tidak langsung, yaitu:

a). Penilaian status gizi secara langsung:

a. Melakukan pengukuran secara antropometri ; Umur, berat badan, tinggi badan, lingkar lengan atas, lingkar kepala, lingkar dada, lingkar panggul dan tebal

lemak dibawah kulit. Pengukuran antropometri digunakan untuk melihat ketidakseimbangan asupan protein dan energi yang terlihat pada pola pertumbuhan fisik dan proporsi jaringan tubuh, seperti lemak, otot dan jumlah air dalam tubuh.

b. Pemeriksaan secara klinis ; Metode ini didasarkan atas perubahan-perubahan yang terjadi dan dihubungkan dengan ketidakcukupan zat gizi, yaitu dapat terlihat pada jaringan epitel seperti kulit, mata, rambut dan mukosa oral atau pada organ-organ yang dekat dengan permukaan tubuh seperti kelejar tiroid. Sehingga terdeteksi secara cepat tanda-tanda klinis umum dari kekurangan salah satu atau lebih zat gizi.

c. Pemeriksaan secara biokimia ; Pemeriksaan specimen yang diuji secara laboratoris yang dilakukan pada berbagai macam jaringan tubuh : darah, urine, tinja dan juga jaringan tubuh seperti hati dan otot. Pemeriksaan ini digunakan untuk suatu peringatan bahwa kemungkinan akan terjadi keadaan malnutrisi yang lebih parah lagi. Banyak gejala klinis yang kurang spesifik, maka penentuan kimia faal dapat lebuh banyak menolong untuk menentukan kekurangan gizi yang lebih spesifik.

(5)

d. Pemeriksaan biofisik; metode penentuan status gizi dengan melihat kemampuan fungsi (khususnya jaringan) dan melihat perubahan struktur dari jaringan. Seperti kejadian buta senja epidemic. Cara yang digunakan adalah tes adaptasi gelap.

b). Penilaian status gizi secara tidak langsung:

a. Survei konsumsi makanan ; dengan melihat jumlah dan jenis zat gizi yang dikonsumsi.

b. Pengukuran statistik vital ; dengan menganalisis data beberapa statistic kesehatan seperti angka kematian berdasarkan umur, angka kesakitan dan kematian akibat penyebab tertentu dan data lain yang berhubungan dengan gizi.

c. Faktor ekologi ; sebagai haisl interaksi beberapa factor fisik, biologis dan lingkungan buadaya. Jumlah makanan yang tersedia sangat tergantung dari keadaan ekologi seperti iklim, tanag, irigasi, dll.

3). PMT Pemulihan Gizi Kurang

a). Petugas gizi Puskesmas mengirimkan data balita gizi kurang setelah dilakukan validasi terlebih dahulu ke Dinas Kesehatan Kabupaten Manggarai Barat.

b). Data balita gizi kurang yang masuk ke Dinas Kesehatan Kabupaten Manggarai Barat dilakukan validasi ulang.

c). Jika data balita gizi kurang sudah valid dan benar maka akan diusulkan untuk mendapatkan PMT Pemulihan.

d). Dilakukan crosscek antara data balita gizi kurang dengan ketersediaan PMT pemulihan yang ada, kemudian dilakukan prioritas bagi balita penerima PMT. e). Setelah itu dibuat surat alokasi tiap puskesmas, dan puskesmas mengambil bahan

PMT pemulihan ke Dinas Kesehatan sesuai alokasi.

f). Puskesmas memberikan bahan PMT Pemulihan kepada sasaran/orang tua balita sesuai alokasi balita terpilih.

g). Petugas gizi puskesmas memberikan kepada balita terpilih setiap 1 bulan selama 90 hari sambil ditimbang berat badan dan diukur tinggi/panjang badannya, daya terima dan permasalahan yang ada.

h). Petugas gizi puskesmas mengisi kartu monitoring PMT pemulihan sesuai dengan kondisi balita. Kartu monitoring dibuat rangkap 3, dimana satu diberikan pada ibu balita terpilih, satu untuk Kader Posyandu satu lagi untuk arsip.

i). Petugas di desa melaporkan hasil perkembangan status gizi balita penerima PMT ke Puksesmas setiap bulan.

j). Puskesmas merekap hasil perkembangan status gizi balita penerima PMT Pemulihan dan melaporkan dalam bentuk laporan tiap/per nama ke Dinas Kesehatan setiap bulan.

k). Dinas kesehatan melakukan rekapitulasi dan melakukan analisa tingkat

keberhasilan pelaksanaan PMT Pemulihan tiap puskesmas ataupun tingkat kabupaten.

(6)

l). Dari hasil analisa tersebut Dinas Kesehatan membuat umpan balik ke Puskesmas Tentang tentang tingkat keberhasilan pelaksanaan PMT pemulihan.

F. Sasaran

1). Pendataan Kadarzi

a). Seluruh kepala keluarga dan anggota keluarga pada setiap wilayah harus mempunyai kesempatan yang sama untuk terpilih sebagai sampel. b). Bayi/balita

c). Ibu hamil

d). Balita gizi kurang, gizi buruk dan BGM. 2). Pelacakan Gizi Kurang

Keluarga dan bayi/balita di wilayah kerja Puskesmas Tentang 3). PMT Pemulihan Gizi Kurang

Balita gizi kurang di wilayah kerja Puskesmas Tentang. G. Jadwal Pelaksananaan Kegiatan

1). Pendataan Kadarzi

Pelaksanaan kegiatan dilakukan oleh Petugas di jejaring dibantu dengan Kader Posyandu. Kegiatan ini dilaksanakan di 15 desa. Pengumpulan data dilaksanakan pada bulan Mei 2017.

2). Pelacakan Gizi Kurang

Saat kegiatan posyandu setiap bulan di wilayah kerja Puskesmas Tentang. 3). PMT Pemulihan Gizi Kurang

Pemberian PMT pemulihan gizi kurang dilakukan pada bulan Juli, Agustus, September di wilayah kerja Puskesmas Tentang.

H. Evaluasi Pelaksanaan Kegiatan dan Pelaporan 1). Pendataan Kadarzi

Pendataan Keluarga merupakan kegiatan yang sangat penting dalam rangka memperoleh data mengenai kondisi keluarga di suatu wilayah, yang terdiri dari 5 indikator kadarzi. Hasil Pendataan Keluarga menjadi basis dalam perencanaan kegiatan di lapangan maupun dalam penyusunan program di tingkat Puskesmas/ kabupaten.

Masih ada masyarakat yang belum melakukan perubahan perilaku menuju keluarga sadar gizi. Dalam hal ini indikator pemantauan pertumbuhan dan pemberian ASI Eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan.

2). Pelacakan Gizi Kurang

 Sasaran terlayani dengan baik

 Sasaran memahami dan mampu menjelaskan konsep kekurangan gizi 3). PMT Pemulihan Gizi Kurang

(7)

I. Pencatatan, Pelaporan dan Evaluasi Kegiatan 1). Pendataan Kadarzi

Pencatatan pelaporan dan evaluasi hasil pendataan kadarzi direkap serta dievaluasi dari masing-masing desa dan dilaporkan ke Dinas Kesehatan Kabupaten Manggarai Barat serta di analisa sesuai dengan indikator kadarzi, yang selanjutnya dapat ditindak lanjuti sebagai usulan program gizi untuk tahun yang akan datang, agar selalu memberikan KIE tentang manfaat dari kadarzi.

2). Pelacakan Gizi Kurang

Pencatatan dilaksanakan sesuai dengan format laporan bulanan. 3). PMT Pemulihan Gizi Kurang

Pencatatn dan pelaporan dilaksanakan setelah selesai pemberian PMT pemulihan.

Mengetahui Tentang, 08 Februari 2017 Kepala Puskesmas Tentang Pelaksana Gizi

Jakobus Nentu Magdalena Lojam

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan Tabel 7, balita gizi buruk dan gizi kurang yang memiliki berat badan lahir rendah memiliki porsi makan PMT dengan kategori sedikit dan sedang pada sebelum kegiatan

Antropometri adalah metode yang digunakan dalam system pemilihan status gizi balita, dimana indek dari pengukuran antropometri sendiri adalah Berat Badan/Umur, Tinggi

Selain itu status gizi pada balita dapat diketahui dengan cara mencocokkan umur anak (dalam bulan) dengan berat badan standar tabel WHO-NCHS, bila berat badannya kurang,

Pada balita gizi kurang yang sering menampakkan permasalahan adalah berat badan yang tidak sesuai dengan usia yang hanya berkisar antara 60-80% dari berat ideal.. Berat badan

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI BALITA DENGAN STATUS.. GIZI BALITA BERDASARKAN BERAT BADAN

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan berat badan balita gizi kurang sebelum dan sesudah pemberian konseling pada ibu balita di Posyandu Nagrog Desa

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui Pengaruh Kelas Gizi terhadap Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Ibu balita, dan Berat Badan Balita dalam Penanganan Masalah

KERANGKA ACUAN KEGIATAN K.A.K PENYULUHAN GIZI DINAS KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG UPTD PUSKESMAS NGUNUT TAHUN 2018... PEMERINTAH KABUPATEN TULUNGAGUNG DINAS KESEHATAN UPTD