BAB III
WATER TO WATER HEAT EXCHANGER BENCH
3.1 Dasar Teori
3.1.1 Mekanisme Perpindahan Panas
Energi panas dapat ditransfer dari satu sistem ke sistem yang lain, sebagai hasil dari perbedaan temperatur. Sedangkan analisis termodinamika hanya mengangkat hasil dari perpindahan panas sebagai sistem yang mengalami proses dari satu keadaan setimbang yang lain. Jadi ilmu yang berhubungan dengan penentuan tingkat perpindahan energi adalah perindahan panas. Adapun transfer energi panas selalu terjadi dari medium suhu yang lebih tinggi ke suhu yang lebih rendah, dan perpindahan panas berhenti ketika dua medium mencapai suhu yang sama.
Proses perpindahan panas dapat berpindah dengan tiga cara, yaitu kondusi, konveksi dan radiasi. Semua cara dari perpindahan panas memerlukan adanya perbedaan suhu, dan semua cara berasal dari medium suhu yang lebih tinggi ke suhu yang lebih rendah. Di bawah ini kita memberikan gambaran singkat dari setiap cara.
3.1.2 Konduksi 3.1.2.1 Konduksi
Konduksi adalah perpindahan energi dari partikel yang lebih energik dari suatu zat dengan yang kurang energik yang berdekatan sebagai akibat dari interaksi antara partikel. Konduksi dapat terjadi pada zat padat, cair dan gas. Pada gas dan cair, konduksi ini disebabkan oleh tabrakan dan pembauran dari gerakan molekul selama gerakan acak mereka.
Pada benda padat, gerakan ini disebabkan akibat kombinasi getaran dari molekul di dalam kisi dan berpindahnya energi yang disebabkan oleh elektron bebas. Laju konduksi panas melalui media tergantung pada geometri dari medium, ketebalan, dan bahan dari medium, serta beda suhu di medium terdebut.
Pada penjelasan berikut, dapat dilihat proses perpindahan panas melalui dinding yang tebalnya Δx=L dan luasnya A, seperti pada gambar berikut :
Gambar 3.1 Perpindahan Panas Konduksi Melalui Dinding Sumber: Cengel. (2003:21)
Perbedaan temperatur pada dinding adalah ΔT= T2-T1. Percobaan dapat
menghasilkan laju dari perpindahan panas Q melalui dinding dua kali lipat ketika perbedaan suhu di seluruh dinding atau area A normal terhadap arah perpindahan panas dua kali lipat, tapi dibelah duaketika ketebalan dinding L dua kali lipat. Dengan demikian kita menyimpulkan bahwa lajukonduksi panas melalui lapisan dinding sebanding dengan perbedaan suhu di seluruh lapisandan area perpindahan panas, namun berbanding terbalik dengan ketebalan lapisan, sehingga dapat dirumuskan dengan:
Laju Konduksi=(Luas )(gradient temperatur ) Ketebalan Atau, Qkonduksi=kA T 2−T 1 △ x =−kA △ T △ x
Dimana konstanta k adalah konduktivitas termal material, yang merupakan ukuran kemampuan suatu material untuk menghantarkan panas. Jika Δx = 0, persamaan di atas tereduksi menjadi bentuk diferensial
Qkonduksi = −kAdT dx
Tanda negatif di dalam rumus memastikan bahwa perpindahan panas dalam arah x positif adalah jumlah yang positif.
Konveksi adalah proses transport energi dengan kerja gabungan dari konduksi panas, penyimpanan dan gerakan mencampur. Konveksi sangat penting sebagai mekanisme perpindahan energi antara permukaan benda padat dan cairan atau gas.
Perpindahan energi dengan cara konveksi dari suatu permukaan yang suhunya di atas suhu fluida sekitarnya berlangsung dalam beberapa tahap. Pertama, panas akan mengalir dengan cara konduksi dari permukaan ke partikel-partikel fluida yang berbatasan. Energi yang berpindah dengan cara demikian akan menaikkan suhu dan energi dalam partikel-partikel fluida ini. Kemudian partikel-partikel fluida tersebut akan bergerak ke daerah yang bersuhurendah didalam fluida di mana mereka akan bercampur dengan, dan memindahkan sebagian energinya kepada, partikel-partikel fluida lainnya. Dalam hal ini alirannya adalah aliran fluida maupun energi. Energi sebenarnya disimpan di dalam partikel fluida dan diangkut sebagai akibat gerakan massa partikel-partikel tersebut.
Mekanisme ini untuk operasinya tidak tergantung hanya pada beda suhu dan oleh karena itu tidak secara tepat memenuhi definisi perpindahan panas. Tetapi hasil bersihnya adalah angkutan energi, dankarena terjadinya dalam arah gradien suhu, maka juga digolongkan dalam suatu cara perpindahan panas dan ditunjuk dengan sebutan aliran panas dengan cara konveksi.
Laju perpindahan panas dengan cara konveksi antara suatu permukaan dan suatu fluida dapat dihitung dengan hubungan
Di mana :
q = laju perpindahan panas dengan cara konveksi, (Watt) As = luas perpindahan panas, (m²)
Ts = Temperarur permukaan benda padat, (ºK) T∞ = Temperatur fluida mengalir, (ºK)
h = koefisien perpindahan panas konveksi, (W/m²ºK)
Perpindahan panas konveksi diklasifikasikan dalam konveksi bebas (free
convection) dan konveksi paksa (forced convection) menurut cara menggerakkan
alirannya. Konveksi M alami adalah perpindahan panas yang disebabkan oleh beda suhu dan beda rapat saja dan tidak ada tenaga dari luar yang mendorongnya. Konveksi
alamiah dapat terjadi karena ada arus yang mengalir akibat gaya apung, sedangkan gaya apung terjadi karena ada perbedaan densitas fluida tanpa dipengaruhi gaya dari luar sistem. Perbedaan densitas fluida terjadi karena adanya gradien suhu pada fluida.
Konveksi paksa adalah perpindahan panas aliran gas atau cairan yang disebabkan adanya tenaga dari luar. Konveksi paksa dapat pula terjadi karena arus fluida yang terjadi digerakkan oleh suatu peralatan mekanik (contoh : pompa dan pengaduk), jadi arus fluida tidak hanya tergantung pada perbedaan densitas. Contoh perpindahan panas secara konveksi paksa adalah pelat panas dihembus udara dengan kipas/blower.
Secara umum aliran fluida dapat diklasifikasikan sebagai aliran eksternal dan aliran internal.Aliran eksternal terjadi saat fluida mengenai suatu permukaan benda. Contohnya adalah aliran fluida melintasi plat atau melintang pipa. Aliran internal adalah aliran fluida yang dibatasi oleh permukaan zat padat, misalnya aliran dalam pipa/saluran.
Secara umum aliran fluida dapat diklasifikasikan sebagai aliran eksternal dan aliran internal. Aliran eksternal terjadi saat fluida mengenai suatu permukaan benda. Contohnya adalah aliran fluida melintasi plat atau melintang pipa. Aliran internal adalah aliran fluida yang dibatasi oleh permukaan zat padat, misalnya aliran dalam pipa/saluran.
Gambar 3.2 Aliran eksternal udara dan aliran internal air pada suatu pipa/saluran Sumber: Cengel. (2003:21)
3.1.2.3 Radiasi
Radiasi adalah energi yang dipancarkan oleh materi dalam bentuk gelombang elektromagnetik sebagai akibat dari perubahan konfigurasi elektronik dari atom atau molekul. Tingkat maksimum radiasi yang dapat dipancarkan permukaan pada suhu Ts
Qradiasimax=σ AsTs
4
Dimana σ = 5,67 x 10−8 W/m
2 K4 merupakan konstanta Stefann-Boltzmann.
Permukaan ideal yang memancarkan radiasi pada tingkat maksimum ini disebut benda hitam, dan radiasi yang dipancarkan oleh benda hitam disebut Radiasi benda hitam. Radiasi yang dipancarkan oleh semua permukaan nyata lebih kecil dari radiasi yang dipancarkan oleh benda hitam pada suhu yang sama, dan dinyatakan sebagai
Qradiasi=εσ AsTs
4
Dimana ε adalah emisivitas permukaan yang besarnya adalah diantara 0 ≤ ε ≤ 1.As
adalah luas permukaan dan Ts adalah temperatur absolut. 3.1.3 Konduktivitas termal
Konduktivitas termal adalah kemampuan suatu material untuk menghantarkan panas. Persamaan untuk laju perpindahan panas konduksi dalam kondisi stabil juga dapat dilihat sebagai persamaan penentu bagi konduktivitas termal. Sehingga konduktivitas termal dari material dapat didefinisikan sebagai laju perpindahan panas melalui ketebalan unit bahan per satuan luas per perbedaan suhu. Konduktivitas termal material adalah ukuran kemampuan bahan untuk menghantarkan panas. Harga tertinggi untuk konduktivitas termal menunjukkan bahwa material adalah konduktor panas yang baik, dan harga terendah untuk konduktivitas termal menunjukan bahwa material adalah bukan pengahantar panas yang baik atau disebut isolator.Konduktivitas termal beberapa bahan umum pada suhu kamar diberikan dalam table di bawah ini.
Suhu adalah ukuran energi kinetik dari partikel seperti molekul atau atom dari suatu zat.Pada cairan dan gas, energi kinetik dari partikel terjadi karena gerak translasi acak mereka serta gerakan getaran dan rotasi mereka. Ketika dua molekul yang memiliki energi kinetic yang berbeda berbenturan, bagian dari energi kinetik dari molekul lebih bertenaga ditransfer ke molekul kurang bertenaga, sama seperti ketika dua bola elastis dari massa yang sama dengan kecepatan yang berbeda berbenturan, bagian dari energi kinetik dengan bola kecepatan tinggi ditransfer ke bola yang kecepatanya lebih lambat. Makin tinggi suhu, semakin cepat molekul bergerak, semakin tinggi jumlah molekul tabrakan, dan semakin baik perpindahan panasnya.
Cp sering dijumpai dalam analisis perpindahan panas, disebut kapasitas panas material. Baik dari Cp panas spesifik dan kapasitas panas ρCp mewakili kemampuan penyimpanan panas dari suatu material. Tapi Cp mengungkapkan itu per satuan massa sedangkan ρCp mengungkapkan itu per satuan volume, dapat melihat dari satuan mereka masing-masing. Sifat bahan lain yang muncul dalam analisis konduksi panas transien adalah difusivitas termal, yang mewakili bagaimana cepat panas berdifusi melalui materi dan dirumuskan dengan
α=Panas yang diberikan
panas yang disimpan=
k
p Cp(m² /s)
Harap diingat bahwa Konduktivitas termal k merupakan seberapa baik suatu bahan menghantarkan panas, dan kapasitas panas ρCp mewakili berapa banyak menyimpan sebuah energi bahan per satuan volume. Oleh karena itu, difusivitas termal dari material dapat dipandang sebagai rasio panas yang dilakukan melalui bentuk material panas yang tersimpan per satuan volume. Bahan yang memiliki konduktivitas panas yang tinggi atau kapasitas panas yang rendah jelas akan memiliki difusivitas termal besar. Semakin besar difusivitas termal, semakin cepat penyebaran panas ke medium. Nilai diffusivitas termal yang kecil berarti panas yang sebagian besar diserap oleh material.
3.1.5 Resistansi Termal
Resistansi termal merupakan salah satu properti panas dan memiliki definisi ukuran perbedaan temperatur dari material yang tahan terhadap aliran panas. Resistansi termal sendiri berbanding terbalik dengan Konduktivitas termal. Resistansi termal memiliki satuan yaitu (m2K)/W. Aliran panas dapat dimodelkan dengan analogi rangkaian listrik di mana aliran panas diwakili oleh arus, suhu diwakili oleh tegangan, sumber panas yang diwakili oleh sumber arus konstan, resistensi termal mutlak diwakili oleh resistor dan kapasitansi termal dengan kapasitor. Diagram menunjukkan rangkaian termal setara untuk perangkat semikonduktor dengan heat sink.
3.1.6 Heat Exchanger
Heat exchanger adalah perangkat yang memfasilitasi pertukaran panas antara
dua cairan pada temperatur yang berbeda, sekaligus menjaga mereka dari pencampuran satu sama lain. Dalam radiator mobil, misalnya , panas dipindahkan dari air panas yang mengalir melalui tabung radiator ke udara mengalir melalui pelat tipis berjarak dekat
dinding luar yang melekat pada tabung . Perpindahan panas pada Heat exchanger biasanya melibatkan konveksi di setiap cairan dan konduksi melalui dinding yang memisahkan dua cairan . Dalam analisis penukar panas , akan lebih mudah untuk bekerja dengan koefisien perpindahan panas keseluruhan U yang menyumbang kontribusi dari semua efek transfer panas ini . Laju perpindahan panas antara dua cairan pada lokasi di penukar panas tergantung pada besarnya perbedaan suhu dibahwa lokasi , yang bervariasi sepanjang penukar panas . Jenis paling sederhana dari penukarpanas terdiri dari dua pipa konsentris yang berbeda diameter , seperti yang ditunjukkan pada gambar 2.3 , yang disebut double pipa panas exchanger.
Gambar 3.5 Aliran sistem heat exchanger pipa ganda Sumber: Cengel. (2003:21)
Salah satu cairan dalam penukar panas double- pipa mengalir melalui pipa yang lebih kecil, sementara cairan lainnya mengalir melalui ruang annular antara dua pipa . Dua jenis pengaturan aliran yang mungkin dalam double- pipa penukar panas yaitu dalam aliran parallel, baik cairan panas dan dingin memasuki panas penukar pada akhir yang sama dan bergerak ke arah yang sama. Dalam aliran counter, di sisi lain , cairan panas dan dingin memasuki penukar panas di seberang berakhir dan aliran dalam arah yang berlawanan . Tipe lain dari penukar panas , yang dirancang khusus untuk mewujudkan besar luas permukaan perpindahan panas per satuan volume , adalah penukar panas kompak. Panas Compact exchanger memungkinkan kita untuk mencapai kecepatan transfer panas tinggi antara dua cairan dalam volume kecil , dan mereka biasanya digunakan dalam aplikasi dengan keterbatasan yang ketat pada berat dan volume penukar panas.
Sebuah penukar panas biasanya melibatkan dua cairan mengalir dipisahkan oleh dinding yang padat.Panas pertama ditransfer dari fluida panas ke dinding oleh konveksi,
melalui dinding dengan konduksi, dan dari dinding ke fluida dingin lagi dengan konveksi. Jaringan tahan panas yang terkait dengan proses perpindahan panas ini melibatkan dua konveksi dan konduksi satu resistensi.
Gambar 3.6 Perpindahan panas pada pipa ganda Sumber: Cengel. (2003:21)
Variabel i dan o mewakili permukaan dalam dan luar dari tabung bagian dalam. Untuk heat exchanger double pipa kita memiliki Ai = πDiL dan A0 = πD0L dan
tahanan panas tabung dalam situasi ini adalah
Dimana k adalah konduktivitas termal dari material dinding dan L adalah panjang tabung. Kemudian tahan panas keseluruhan menjadi
R=Rtot+Rwall+R0= 1 h1A1+ ¿(D0l Di) 2 ΠkL + 1 h0A0
Ai adalah luas permukaan dalam dari dinding yang memisahkan dua cairan, dan Ao
adalah luas permukaan luar dinding. Dengan kata lain, Ai dan A0 adalah luas permukaan
dinding yang memisahkan dan dibasahi oleh cairan dalam dan cairan luar, masing-masing.
3.1.7 Counter-flow Heat Exchanger
Variasi suhu cairan panas dan dingin dalam heat exchanger counter-flow diberikan pada Gambar 2.5. Perhatikan bahwa cairan panas dan dingin masukkan pada ujung-ujung pipa, dan suhu keluar dingin cairan pada keadaan ini dapat melebihi suhu
keluar panas cairan.dalam kasus ini , cairan dingin akan dipanaskan sampai suhu inlet dari fluida panas . Namun, suhu outlet fluida dingin tidak pernah bisa melebihi inlet suhu dari fluida panas karena ini akan menjadi pelanggaran hukum kedua dari termodinamika . Tetapi kita dapat menunjukkan dengan mengulangi analisis atas yang juga berlaku untuk penukar counter-flow panas. Untuk inlet dan outlet suhu yang ditentukan, log rata-rata suhu perbedaan bagi penukar panas counter-flow selalu lebih besar dari itu untuk paralel -flow. Artinya, ΔT counter-flow lebih besar dari pada ΔT
paralel –flow dan dengan demikian untuk mencapai laju perpindahan panas tertentu
dalam counter-flow dibutuhkan luas penampang yang kecil .
Gambar 3.7 aliran (a) counter flow, (b) parallel flow, dan grafik temperatur in, out. Sumber: Cengel. (2003:21)
3.2 Tujuan Praktikum
Menghitung Formulasi dasar dari heat exchanger sederhana Perhitungan keseimbangan panas pada heat exchanger
Mengetahui efesiensi heat exchanger
3.3 Spesifikasi Alat
Hot water source
Head tank with square weir
Flow rate meter (rotameter) : 200 liter/jam
Termometer pada inlet & outlet : 0 – 100˚C
Electrically immersion heater : 5 kW & 3 kW
Cold water source
Head tank with square weir
Flow rate meter (rotameter) : 500 liter/jam
Termometer pada inlet & outlet : 0 – 100˚C
Heat exchanger
Double tubes water to water heat exchanger : Diameter 1’x Panjang 1000 mm
Katup pengatur aliran : katup 3 arah
Controller unit
Hot water temperature control unit
3.4 Cara Pengambilan Data
1) Set Temperatur
Atur temperatur air panas pada head tank dengan TEMP.SET pada control unit. Tunggu hingga pembacaan termometer air panas mencapai stabil.
Tabel 3.1 Kombinasi eksperimen Hot
Water
Cold Water Hot
Water
Cold Water
PARALLEL FLOW A Laminer Laminer COUNTER FLOW E Laminer Laminer
B Turbulent Laminer F Turbulent Laminer
C Laminer Turbulent G Laminer Turbulent
D Turbulent Turbulent H Turbulent Turbulent Sumber : Modul Praktikum Laboraturium Fenomena Dasar Mesin
2) Set Aliran Laminer dan Turbulen
Dengan mengatur katup no (3) dan (19) atur debit air panas dan air dingn sesuai dengan tabel berikut :
Tabel 3.2 Turbulen dan laminer
Sumber: Modul Praktikum Laboraturium Fenomena Dasar Mesin 3) Pengukuran
Ukurlah nilai T1 , T2 , t1 , t2 W dan w dan tulis data dalam lembar
pengambilan data yang telah disediakan. 4) Perhitungan
a Hitung nilai ∆ tm dengan persamaan (4) dan (5)
b Hitung nilai ( T1 + T2 )/2 kemudian tentukan nilai viskositas kinematik Vh pada tabel properti air.
c Hitung nilai qw dan Qw dengan persamaan (1)
d Hitung nilai ( t1 + t2 )/2 kemudian tentukan nilai viskositas kinematic V1 pada tabel properti air.
e Hitung nilai Re dengan persamaan (8) dan Re dengan persamaan (9)ⱳ ⱳ f Hitung nilai efesiensi dengan persamaan (7)
g Hitung nilai U dengan persamaan (6)
3.5 Hasil Pengujian T1
3.5.1 Data Hasil Pengujian
Tabel 3.3 Data Hasil Pengujian
TURBULEN LAMINER
Flow Rate Meter (Hot Water)
≤ 30 I / h ≥ 100 I / h Flow Rate Meter
(Cold Water)
INSTRU. (EQUATIO
N)
MEASUREMENTS TABLE
HIGH TEMP. WATER (HOT
WATER) LOW TEMP. WATER(COLD WATER) HIGH TEMP. WATER(HOT WATER) LOW TEMP. WATER(COLD WATER) THERMOMETE R FLOW R. METER THERMOMETE R FLOW R.
WATER KINEMATIC VISCOSITY OH WATER INLE
T OUTLET INLET OUTLET Symbols (Unit) T1(oC) T2(oC) W(kg/h) t1(o C) t2(oC) (kg/h)w (T1+T2)/2 (oC) Vh (m2/s) (t1+t2)/2 (oC) Vl(m2/s) PA R A LL E L A 76 51 20 34 40 100 63.5 5.034E-07 37 0.000000799 B 76 70 150 34 48 100 73 4.500E-07 41 8.283E-07 C 71 47 20 34 36 450 59 5.378E-07 35 0.000000853 D 73 64 150 34 38 450 68.5 4.503E-07 36 8.314E-07 C O U N T E R E 70 49 20 43 47 100 59.5 0.00000052 45 0.0000008 1 F 74 70 150 43 54 100 72 0.000000434 48.5 0.000000759 G 69 49 20 45 45 450 59 0.000000552 45 0.0000008 5 H 74 67 150 43 47 450 70.5 4.491E-07 45 0.00000083
Tabel 3.4 Data Hasil Pengujian
INSTRU. (EQUATI ON) CALCULATION (Cp, cp ≈ 1 kcal / kg.oC) LOGARITHMIC-MEAN-TEMP. DIFFERENCE HIGH TEMP. FLUID (HOT WATER) LOW TEMP. FLUID (COLD WATER) EFFICIENCY OF HEAT EXCHANGER COEFFICIENT OF EVERALL HEAT TRANS T 1-t1 T 2-t2 ∆tm (oC) Qw (kcal /h) REYNO LD'S NO. qw (kcal /h) REYNO LD'S NO PARAL LEL FLOW COUN TER FLOW q (kcal /h) PARAL LEL FLOW COUN TER FLOW PARALL EL FLOW T 1-t2 T 2-t1 COUNT ER FLOW SYMBOL S (UNIT) ∆t 1 (o C) ∆t 2 (o C)
REw - Rew - �h (%) U (kcal/m2.h.0C)
PA R A LL E L A 42 11 23.138 500 826.3806 600 949.1864 59.52 550 445.30 B 42 22 30.929 900 6933.333 1400 915.6102 14.29 1150 696.54 C 37 11 21.434 480 773.5217 900 4000.937 64.86 690 603.07 D 39 26 32.061 1350 6928.714 1800 4104.883 23.08 1575 920.26 C O U N T E R E 23 6 12.651 420 800 400 936.2963 77.78 410 607.11 F 20 27 23.325 600 7188.940 1100 999.2094 12.90 850 682.68 G 24 4 11.1622 400 753.623 0 4015.058 83.33 200 335.66 H 27 24 25.470 1050 6947.227 1800 4111.807 22.58 1425 1048.09 3.5.2 Contoh Perhitungan
Dalam contoh perhitungan kali ini, contoh data yang diambil adalah dari Instru.
A. Untuk menghitung Qw dan qw
Qw = qw
W . Cp . (T1 – T2) = w . cp . (t2 – t1) Dimana : Qw = Kalor yang dilepas ( kcal / jam)
qw = Kalor yang diterima (kcal / jam)
T1,T2= Temperatur fluida yang bertemperatur tinggi (oC)
t1,t2 = Temperatur fluida yang bertemperatur rendah (oC)
W = Laju aliran fluida bertemperatur tinggi (kg/jam) w = Laju aliran fluida bertemperatur rendah (kg/jam) Cp = Panas spesifik (kcal/ kgoC)
Dengan perhitungan Instru. Equation A Qw = W . Cp . (T1 - T2) = 20 kg/jam . 1 kcal/kgoC . (76,0 oC – 51,0 oC) = 500 kcal/jam qw = w . Cp . (t2 - t1) = 100 kg/jam . 1 kcal/kgoC . (40 oC – 34 oC) = 600 kcal/jam
Jika ditentukan rata – rata perbedaan temperatur antara kedua fluida sebagai ∆Tm, maka jumlah panas (q) :
q = A . U . ∆Tm q = (Qw + qw) / 2
Dimana : q = Jumlah panas yang ditukar (kcal/jam)
A = Area permukaan perpindahan panas (m2) dalam kasus
A=ΠdL
u = Koefisien transmisi kalor (kcal/m2jamoC)
∆Tm = Rata – rata perbedaan temperatur (oC)
Dengan perhitungan q = (Qw + qw) / 2 q = (500 + 600) / 2 q = 550 Dengan perhitungan q U = q / (A∆Tm) = 550 / (0,05338 . 23,14)
= 445,30 kcal/m2jamoC
Dimana :
A = 3,14 . 1 . 1,7 x 10-2
= 3,14 . 1 . 1,7 x 10-2
= 0,05338
B. Untuk menghitung Parallel Flow
∆Tm = [(T1 – t1) – (T2-t2)] / [ln ((T1-t1) / (T2-t2))] Dimana :
∆Tm = Rata – rata perbedaan temperatur (oC)
T = Temperatur fluida bertemperatur tinggi (oC)
t = Temperatur fluida bertemperatur rendah (oC)
Dengan perhitungan ∆Tm untuk Parallel Flow ∆Tm = (42) – (11) / [ln (42 / 11)]
= 23,14
C. Untuk menghitung ∆Tm Counter Flow
∆Tm = [(T1 – t2) – (T2-t1)] / [ln ((T1-t2) / (T2-t1))] Dimana :
∆Tm = Rata – rata perbedaan temperatur (oC)
T = Temperatur fluida bertemperatur tinggi (oC)
t = Temperatur fluida bertemperatur rendah (oC)
Dengan perhitungan
∆Tm = (23) – (6) / [ln (23/6)] = 12.651
D. Mencari nilai efisiensi heat exchanger (
�
h)Dimana :
�
h = Nilai efisiensi heat exchangerW = Laju alir fluida betemperatur tinggi (kg/jam) Cp = Panas Spesifik (kcal/kgoC)
Dengan perhitungan efisiensi heat exchanger
�
h = [(W . Cp . (T1 – T2)) / (W . Cp . (T1 – t1))]= (25/42) x 100% = 59.52 % E. Mencari Bilangan Reynold
Untuk air panas
Rew = 2,080 x 10-5 . (W / Vh)
Dimana :
Rew = Bilangan Reynold
W = Laju alir fluida bertemperatur tinggi (kg/jam)
Vh = Viskositas kinematik (m2/s) pada temperatur rata – rata air
Panas
Dengan perhitungan bilangan Reynold (Rew) Rew = 2,080 x 10-5 . (20 /5,034 x10-7)
= 826,38
Untuk air dingin :
Rew= 7,584 x 10-6 . ( W/Vi)
Dimana :
Vl = Viskositas kinematik (m2/s) pada temperatur rata – rata air dingin di
dalam tabung
Dengan perhitungan bilangan Reynold (Rew) Rew = 7,584 x 10-6 (100 / 0,799 x 10-6)
3.5.3 Grafik Dan Pembahasan
3.5.3.1 Hubungan Koefisien Perpindahan Panas Terhadap Regime Aliran Pada Variasi Arah Aliran
0.00 200.00 400.00 600.00 800.00 1000.00 1200.00 445.30 696.54 603.07 920.26 607.11 682.68 335.66 1048.09 1.00 Parallel Flow Counter Flow Parallel Flow C Parallel Flow D Counter Flow E Counter Flow F Counter Flow Counter Flow H REGIME Koefisien Aliran (kcal/m2.h.oC)
Gambar 3.6 Diagram Hubungan Koefisien Perpindahan Panas Terhadap Regime Aliran Pada Variasi Arah Aliran
Koefisien perpindahan panas dalam termodinamika dan mekanika adalah koefisien proporsionalitas antara fluks panas dan kekuatan pendorong termodinamika untuk aliran panas (yaitu , perbedaan suhu , Δt ). Diagram diatas menunjukan hubungan antara koefisiensi heat exchanger terhadap regimealiran pada variasi arah aliran. Dari diagram di atas dapat kita lihat bahwa semakin tinggi jumlah panas yang ditukar (q) dan semakin kecil nilai luas permukaan (A) serta nilai rata rata
(logaritmik) perbedaan temperatur ( Δtm ) nya maka semakin tinggi nilai
efisiensinya. Hal ini berdasarkan rumusan pada dasar teori yang mengatakan bahwa :
U= q A Δtm Dimana : A=⫪dL Keterangan: ⫪: 3.14 d: 1,7 x 10−7 (m) L: 1 (m)
Diagram di atas merupakan diagram hubungan koefisien perpindahan panas terhadap regime aliran pada variasi arah aliran. Masing – masing warna diagram tersebut menggambarkan tipe – tipe aliran dan variasinya. Pada bahasan yang pertama ini, secara teoritis didapatkan data sebagai berikut :
Grafik koefisien A Dengan Arah aliran Pararel dan Regime Aliran Hot Water
Laminer serta Cold WaterLaminer: Dari grafik ini dapat kita lihat bahwa
koefisiensi yang terjadi sebesar 445,30
Grafik koefisien B Dengan Arah aliran Pararel dan Regime Aliran Hot Water
Turbulent serta Cold WaterLaminer : Dari Grafik ini dapat kita lihat bahwa
koefisiensi yang terjadi sebesar 696,54
Grafik koefisien C Dengan Arah aliran paralel dan Regime Aliran Hot Water
Laminer serta Cold Water Turbulent: Dari grafik ini dapat kita lihat bahwa
koefisiensi yang terjadi sebesar 603,07
Grafik koefisien D Dengan Arah aliran paralel dan Regime Aliran Hot Water
Turbulent serta Cold Water Turbulent : Dari Grafik ini dapat kita lihat bahwa
koefisiensi yang terjadi sebesar 920,26
Grafik koefisien E Dengan Arah aliran Counter dan Regime Aliran Hot Water
Laminer serta Cold Water Laminer : Dari grafik ini dapat kita lihat bahwa
koefisiensi yang terjadi sebesar 607,11
Grafik koefisien F Dengan Arah aliran counter dan Regime Aliran Hot
WaterTurbulent serta Cold WaterLaminer : Dari Grafik ini dapat kita lihat
bahwa koefisiensi yang terjadi sebesar 682,68
Grafik koefisien G Dengan Arah aliran counter dan Regime Aliran Hot Water
Laminer serta Cold Water Turbulent : Dari Grafik ini dapat kita lihat bahwa
koefisiensi yang terjadi sebesar 335,66
Grafik koefisien H Dengan Arah aliran counter dan Regime Aliran Hot Water
Turbulent serta Cold Water Turbulent : Dari grafik ini dapat kita lihat bahwa
koefisiensi yang terjadi sebesar 1048,09
Pada grafik Counter Flow nilai koefisien perpindahan panas yang dihasilkan paling tinggi nilainya adalah pada saat kondisi H, dimana pada kondisi tersebut kondisi alirannya adalah Hot Water turbulen dan Cold Water Turbulent, sama seperti pada kondisi D dimana pada saat kedua jenis alirn air berbeda suhu ini sama – sama memiliki kondisi turbulent maka perpindahan panas yang terjadi juga semakin besar nilainya, yang nantinya akan mempengaruhi nilai q.
Perbedaan antara Counter Flow dan Parallel Flow dalam mempengaruhi koefisien perpindahan panas ini adalah pada perbedaan suhu yang terjadi, karena pada Counter Flow dan Parallel Flow perbedaan suhu yang terjadi cenderung berbeda. Pada Parallel Flow perpindahan panas terjadi mulai fluida masuk ke tabung terisolasi, sedangkan pada Counter Flow perpindahan panas terjadi saat air panas dan dingin bertemu dari arah yang berlawanan
Selain itu, koefisien perpindahan panas juga dipengaruhi oleh arah aliran, dimana arah aliran turbulen ( baik Hot Water maupun Cold Water) akan menghasilkan nilai Qw dan qw yang tinggi yang nantinya akan membuat nilai q juga semakin meningkat, dan membuat nilai koefisien perpindahan panas juga meningkat.
Penyimpangan terjadi pada grafik koefisien B dengan G dan grafik C dengan D. dimana nilai dari Counter Flow lebih kecil dari Parallel Flow. Hal ini disebabkan karena waktu pemanasan air tidak sesuai dengan waktu teoritisnya. Sehingga suhu yang di inginkan juga tidak tepat. Kedua, karena terdapat gelembung udara yang masuk pada pipa, sehingga menghalangi transfer panas pada pipa
3.5.3.2 Hubungan Efisiensi Perpindahan Panas Terhadap Regime Aliran Pada Variasi Arah Aliran
0.00 10.00 20.00 30.00 40.00 50.00 60.00 70.00 80.00 90.00 59.52 14.29 64.86 23.08 77.78 12.90 83.33 22.58
Parallel Flow Parallel Flow B Parallel Flow C Parallel Flow D Counter Flow Counter Flow F
Counter Flow G Counter Flow H
REGIME Efisiensi (%)
Gambar 3.7 Hubungan Efisiensi Aliran Perpindahan Panas Terhadap Regime Aliran Pada Variasi Arah Aliran
Efisiensi adalah ukuran tingkat penggunaan sumber daya dalam suatu proses. Semakin hemat/sedikit penggunaan sumber daya, maka prosesnya dikatakan semakin
efisien. Proses yang efisien ditandai dengan perbaikan proses sehingga menjadi lebih murah dan lebih cepat.
Diagram diatas menunjukan hubungan antara efisiensi heat exchanger terhadap regime aliran pada variasi arah aliran. Dari diagram dapat kita lihat bahwa semakin kecil nilai kuantitas ideal panas yang ditukar dan semakin tinggi nilai kuantitas aktual panas yang ditukar maka semakin tinggi nilai efisiensinya. Hal ini berdasarkan rumusan dasar teori yang mengatakan bahwa
η=kuantitas aktual panas yang ditukar kuantitasideal panas yang ditukar
atau
η=W Cp(T1−T2) W Cp(T1−t1)
Semakin tinggi suhu
(
T1−T2)
maka semakin tinggi nilai kuantitas aktual panas yang ditukar dan semakin kecil suhu (T1−t1) dan semakin kecil nilai kuantitasideal panas yang ditukar akan membuat efisiensinya semakin tinggi. Seperti yang ditunjukkan pada diagram laminer – turbulenyang memiliki nilai paling tinggi, dia memiliki nilai (T1−T2)
(T1−t1) yang paling besar. Selain itu tedapat juga faktor kalor alir, pada aliran air panas laminer-air dingin turbulen maka akan membuat kalor alirnya semakin tinggi, dimana semakin tinggi kalor yang diserap oleh air dingin maka semakin tinggi pula efisiensinya.
Pada diagram ini terdapat beberapa warna diagram yang menggambarkan tipe – tipe aliran dan variasinya. Pada bahasan yang pertama ini, berdasarkan hasil praktikum didapatkan data sebagai berikut :
Grafik Efisiensi A Dengan Arah aliran Pararel dan Regime Aliran Hot
Water Laminer serta Cold Water Laminer : dari grafik ini dapat kita
lihat bahwa efisiensi yang terjadi sebesar 59,52 persen
Grafik Efisiensi B Dengan Arah aliran Pararel dan Regime Aliran Hot
Water Turbulen serta Cold Water Laminer : dari Grafik ini dapat kita
lihat bahwa efisiensi yang terjadi sebesar 14,29 persen
Grafik Efisiensi C Dengan Arah aliran Pararel dan Regime Aliran Hot
Water Laminer serta Cold Water Turbulent : dari Grafik ini dapat kita
Grafik Efisiensi D Dengan Arah aliran Pararel dan Regime Aliran Hot
Water Turbulent serta Cold Water Turbulent : dari Grafik ini dapat kita
lihat bahwa efisiensi yang terjadi sebesar 23,08 persen
Grafik Efisiensi E Dengan Arah aliran Counter dan Regime Aliran Hot
Water Laminer serta Cold Water Laminer : Dari grafik ini dapat kita
lihat bahwa efisiensi yang terjadi sebesar 77,78 persen
Grafik Efisiensi F Dengan Arah aliran Counter dan Regime Aliran Hot
WaterTurbulen serta Cold WaterLaminer : dari Grafik ini dapat kita
lihat bahwa efisiensi yang terjadi sebesar 12,90 persen
Grafik Efisiensi G Dengan Arah aliran Counter dan Regime Aliran
Hot Water Laminer serta Cold Water Turbulent: dari Grafik ini dapat
kita lihat bahwa efisiensi yang terjadi sebesar 83,33 persen
Grafik Efisiensi H Dengan Arah aliran Counter dan Regime Aliran
Hot Water Turbulent serta Cold Water Turbulent : dari Grafik ini dapat
kita lihat bahwa efisiensi yang terjadi sebesar 22,58 persen
Ada beberapa faktor yang menentukan besaran nilai efisiensi pada aliran
Parallel Flow dan Counter Flow. Hal ini antara lain dipengaruhi oleh arah aliran dan Regime aliran dari Hot Water serta Cold Water.Dari data dan grafik yang telah
diambil didapatkan nilai efisiensi dari Jenis Counter Flow yang paling besar saat aliran Cold Water bersifat turbulen dan Hot Water bersifat Laminer (didapatkan hasil 83,33 %) jika dibandingkan dengan semua jenis aliran. Kemudian diikuti oleh
Counter Flow E dan terbesar ketiga adalah Parallel Flow C. Hal ini disebabkan oleh
karena Cold Water memiliki peran yang sangat penting dalam menyerap kalor dari
Hot Water , sehingga jika Cold Water diberi aliran turbulen terhadap Hot Water Laminer maka akan terjadi perpindahan kalor yang sangat besar , hal ini diakibatkan
karena pada saat Cold Water Turbulen akan terjadi perpindahan energi dan pendistribusian kalor di Cold Water secara cepat dan terdistribusi ke segala arah sehingga akan terjadi perpindahan kalor yang terus menerus dan cepat ( efek yang sama saat kita mengaduk teh panas akan lebih cepat dingin jika dibandingkan dengan dengan teh yang tidak diaduk).
Hal ini berbeda dengan Hot Water Laminer dengan Cold WaterLaminer , memang kondisi ini memiliki efisiensi yang lumayan tinggi yaitu 59,52%. Namun, dikarenakan Cold Water alirannya Laminer sehingga kalor yang diserap pada Cold
Water tidak terdistribusi dengan baik di Cold Water tersebut sehingga pelepasan
kalor tidak berjalan dengan baik , yang ditunjukkan dengan nilai efisiensi yang tidak lebih tinggi dari Hot Water Laminer dan Cold Water Turbulen.
Disisi Lain , Hot Water Turbulent dan Cold Water Turbulent sangat tidak efektif dalam pertukaran kalor, hal ini diakibatkan karena Cold Water yang memiliki peranan penting dalam penyerapan kalor tidak dapat menyerap dengan baik ( karena alirannya laminer) diperparah lagi dengan kondisi Hot Water yang turbulent sehingga kalor dari Hot Water tidak dapat diserap dengan baik oleh Cold Water Turbulent.
Penyimpangan terjadi pada grafik efisiensi B dengan G dan grafik efisiensi D dengan I. Dimana nilai dari Counter Flow lebih kecil dari Parallel Flow. Hal ini disebabkan karena waktu pemanasan air tidak sesuai dengan waktu teoritisnya. Sehingga suhu yang di inginkan juga tidak tepat. Kedua, karena terdapat gelembung udara yang masuk pada pipa, sehingga menghalangi transfer panas pada pipa tersebut.
3.6.1. Kesimpulan
1. Dalam efisiensi heat exchanger, nilai efisiensi semakin besar jika regime aliran yang digunakan adalah air dingin aliran turbulen dan air panas aliran laminer dan arah aliran yang digunakan adalah Counter Flow.
2. Nilai perpindahan panas akan semkain besar jika kedua jenis regime aliran dari air panas maupun air dingin adalah turbulen karena hal ini akan mengakibatkan kenaikan nilai q.
3.6.2. Saran
1. Sebaiknya peralatan di laboratorium dapat diperbarui atau lebih dirwat supaya tidak terjadi penyimpangan saat melakukan pengambilan data.
2. Asisten agar dapat merespon janjian dengan praktikan lebih cepat agar koordinasi untuk asisten lain nya dapat lebih pasti.