Lingkungan Pengendapan
Laut
Oleh :
Nur Ryshalti Pratama Disa Bambelia Utami
Ade Triyunita
Gerson Yosef Tapang Dai Bianda Daniel Bahana Rinaldi Ikram Alif N Muklis Habib Bey Anural Irvan Rahmawan
FACIES
Fasies merupakan suatu tubuh batuan yang
memiliki kombinasi karakteristik yang khas
dilihat dari litologi, struktur sedimen dan struktur
biologi memperlihatkan aspek fasies yang
berbeda dari tubuh batuan yang yang ada di
bawah, atas dan di sekelilingnya.
Menurut Silley (1985), Facies sedimen adalah
suatu satuan batuan yang dapat dikenali dan
dibedakan dengan satuan batuan yang lain atas
dasar geometri, litologi, struktur sedimen, fosil,
dan pola arus purbanya
HUBUNGAN FACIES, PROSES
SEDIMENTASI DAN LINGKUNGAN
PENGENDAPAN
Fasies merupakan suatu satuan batuan yang dapat dikenali
dan dibedakan dengan satuan batuan yang lain atas dasar geometri, litologi, struktur sedimen, fosil, dan pola arus purbanya. Dan fasies merupakan produk dari lingkungan pengendapan dan proses sedimentasi
Tiap lingkungan sedimen memiliki karakteristik akibat
parameter fisika, kimia, dan biologi dalam fungsinya untuk menghasilkan suatu badan karakteristik sedimen oleh
tekstur khusus, struktur, dan sifat komposisi. Hal tersebut biasa disebut sebagai fasies. Istilah fasies sendiri akan
mengarah kepada perbedaan unit stratigrafi akibat
pengaruh litologi, struktur, dan karakteristik organik yang terdeteksi di lapangan. Fasies sedimen merupakan suatu unit batuan yang memperlihatkan suatu pengendapan pada lingkungan.
LINGKUNGAN PENGENDAPAN
Lingkungan pengendapan adalah tempat
mengendapnya material sedimen beserta kondisi
fisik, kimia, dan biologi yang mencirikan
terjadinya mekanisme pengendapan tertentu
(Gould, 1972).
Interpretasi lingkungan pengendapan dapat
ditentukan dari struktur sedimen yang terbentuk.
Struktur sedimen tersebut digunakan secara
meluas dalam memecahkan beberapa macam
masalah geologi, karena struktur ini terbentuk
pada tempat dan waktu pengendapan, sehingga
struktur ini merupakan kriteria yang sangat
berguna untuk interpretasi lingkungan
pengendapan
Lingkungan pengendapan laut adalah
lingkungan pengendapan yang berlokasi di
daerah laut atau samudera
Bagian-bagian laut :
Secara sistematis, subklasifikasi lingkungan
pengendapan laut dibedakan berdasarkan
morfologi dasar laut, yaitu :
1. Paparan benua (continental shelf)
2. Terumbu (reef)
3. Lembah dasar laut (continental slope &
continental rise)
4. Dasar samudera (oceanic basin/abyssal plain)
Lingkungan Pengendapan Laut
Laut dangkal
(Shallow Marine)
Siliklastik
Karbonat Terumbu
Laut Dalam (Deep
Marine)
Continental Slope
and Rise
Oceanic basins
Lingkungan Pengendapan Laut
Dangkal (shallow marine)
1. Paparan benua (continental shelf)
Continental shelf merupakan lingkungan terbuka terhadap
pengaruh gelombang maupun pasang surut serta memiliki permukaan yang relatif datar (slope < 10 derajad), dangkal (kurang dari 200m).
1. Aktivitas gelombang (inner, middle, and outer shelf) 2. Input aliran sungai
3. Organisme terumbu 4. Evaporasi
5. Glasiasi
6. Volkanisme
• Lingkungan Laut Dangkal Siliklastik
Lingkungan ini dicirikan dengan adanya
pengendapan detritus pada kedalaman
sedang (10-200m), atau dekat dengan
daratan, dipengaruhi pasangsurut,
gelombang, angin atau badai yang
mendominasi gaya gerak sedimen.
Sedimen yang terendapkan termasuk berasal
dari estuarin, dataran pasangsurut, endapan
badai, pulau penghalang, dan garis pinggir
pantai (Satyana, 2005).
2. Terumbu (reef)
Reef adalah lingkungan dengan fertilitas
organisme yang sangat tinggi pada
lingkungan laut.
Lingkungan reef dapat dibedakan
berdasarkan genetiknya menjadi :
1.
Forereef
2.Reef crest
3.Backreef
• Lingkungan Laut Dangkal Karbonat
Lingkungan ini dicirikan dengan pengendapan
karbonat yang dipengaruhi oleh proses biokimia
pada laut dangkal (<100m). Wilayah dengan
sedimentasi kabonat dikenal dengan karbonat
platform. Platform terdapat pada wilayah di
paparan daratan yang terbentang digaris pantai
sampai pada wilayah epikontinental laut
Endapan karbonat pada daerah ini dicirikan dengan
adanya break slope pada daerah tepi paparan,
terdapatnya terumbu dan sand body karbonat.
Kompleks terumbu pada fasies ini terbagi menjadi :
Fasies terumbu muka (fore reef), inti terumbu (reef
core) dan terumbu belakang (back reef)
Menurut link tahun 1950 fasies ini dibagi menjadi ;
a. Fasies Terumbu Belakang
Fasies ini terdiri dari perselingan antara batugamping
dan dolomit, red beds, endapan evaporit, pasir serpih
dsb
b. Fasies Terumbu Inti
Fasies ini mempunyai terumbu yang masif dan
berongga, dengan dolomit dan batugamping yang lapuk
berwarna merah kelabu sampai putih dan sering
terdapat indikasi adanya hidrokarbon.
c. Fasies Terumbu Muka
Fasies ini terdiri dari perselingan antara batugamping
dan pasir, warna cokelat, mengandung minyak bumi
MODEL TERUMBU KARBONAT
Penampang melintang kompleks terumbu yang menggambarkan perbedaan zona dan batuan penyusun setiap zona menurut James N.P,1983
Lingkungan Pengendapan Laut
Dalam (deep marine)
3. Lembah dasar laut (Continental Slope
and rise)
•Continental slope merupakan lembah yang
menghubungkan continental crust dengan
oceanic crust namun masih dianggap sebagai
bagian dari continental crust, bermula dari
continental break hingga mencapai oceanic
basin sebagai continental rise.
Ujung dari continental slope dengan
topografi kembali landai menjelang
oceanic basin tempat sedimen dari
turbidity currrent terendapkan disebut
continental rise.
Sedimentasi yang terus menerus pada
continental rise dapat membentuk
submarine fan.
Perpindahan material sedimen tersuspensi
di bawah laut karena pengaruh gravitasi
ini disebut turbidity current.
ARUS TURBIDIT
(TURBIDITY CURRENT)
Arus turbidit merupakan campuran sedimen
dan air, namun memiliki densitas (masa
jenis) yang lebih rendah dibandingkan
dengan aliran debris dan memiliki angka
Reynolds yang lebih tinggi. Percampuran
sedimen dan air ini bergerak dengan
pengaruh gravitasi yang tinggi pada media
yang lebih rendah masa jenisnya, baik pada
air laut dan air tawar. Arus turbidit bergerak
pada kemiringan tertentu sehingga terdapat
energi potensial yang mendukung pergerakan
fluida.
Karakter endapan turbidit, antara lain :
sortasi yang buruk
komponen sedimen sangat beragam dan saling bercampur sedimen berukuran mud hingga gravel
struktur sedimen pada bagian bawah graded bedding
(upper flow regime) dan semakin ke atas memiliki karakter sedimentasi normal dengan struktur sedimen yang sangat beragam. Misalnya : plane paralel lamination, tool marks,
ripple, wavy or convolute laminae, bioturbation diikuti
penurunan rezim aliran (Bouma, 1964).
karakteristik internal dari endapan turbidit
menunjukkan pola gradasi yang tidak sederhana, pola tekstur serta struktur sedimen yang terdapat pada endapan turbidit pertamakali ditulis oleh (Bouma,
1962) sehingga kemudian disebut sebagai sekuen Bouma
SEKUEN BOUMA
Suatu endapan turbidit dapat mengandung 5 divisi
pada skema Bouma (’a’ – ’e’), meskipun dilapangan tidak selalu ditemukan kesemua divisi tersebut
Gambar. Sekuen Bouma yang Tampak Pada Endapan Tubidit Batupasir (Ta-Te) di North Island, Selandia Baru
Divisi-divisi tersebut antara lain :
1. Divisi ‘a’ (Ta)
Terdapat pada bagian terbawah dari sekuen Bouma, terdiri dari batupasir yang terpilah
buruk , tidak berstruktur. Terbentuk pada aliran yang semakin melemah dan pada zona
yang lapisannya hampir terendapkan seluruhnya, konsentrasi tinggi dan turbulensi
berkurang. Pemilahannya sedikit dan tidak terdapat struktur sedimen pada divisi ini.
2. Divisi ‘b’ (Tb)
Pada lapisan ini terdapat laminasi dari batupasir, ukuran butir lebih halus daripada lapisan
di divisi ‘a’ dan material sedimennya terpilah lebih baik. Struktur sedimen pararel laminasi
yang ada terbentuk melalui pemisahan butiran pada proses transportasi rezim aliran atas.
3. Divisi ‘c’ (Tc)
Terdapat lapisan batupasir silang-siur yang berbutir sedang sampai halus, terdapat juga
laminasi ripple, divisi ini terbentuk dibagian tengah dari sekuen Bouma. Struktur sedimen ripple yang berbutir
halus-sedang ini terbentuk pada kecepatan menengah dan mewakili penurunan kecepatan aliran jika dibandingkan dengan divisi ‘b’ dibawahnya.
4. Divisi ‘d’ (Td)
Batupasir halus dan lanau pada lapisan ini merupakan hasil dari arus turbidit yang semakin melambat. Laminasi
horizontal terbentuk ketika terjadi pemisahan butiran halus, namun laminasi pada divisi ini lebih sulit ditentukan dibandingkan laminasi di divisi ‘b’.
5. Divisi ‘e’ (Te)
Divisi ini merupakan bagian teratas dari endapan turbidit sekuen Bouma, terdiri dari sedimen berbutir halus baik lanau maupun lempung. Material tersebut
terendapkan melalui proses suspensi material seiring dengan berhentinya arus turbidit
4. Dasar samudra (oceanic basins atau
abyssal plain)
Abysal plain/oceanic basin adalah
permukaan dari oceanic crust yang datar
akibat deposisi sedimen yang
terus-menerus menutupi relief dasar laut.
Terbentuk biogenic sedimentary structures
seperti trail, burrow, boring akibat
aktivitas organisme benthic (organisme
yang hidup di dasar laut).
Tabel karakter sedimen pada subklasifikasi
lingkungan pengendapan laut
REEF CONTINENTAL SHELF CONTINENTAL SLOPE AND RISE ABYSSAL PLAIN
Rock Type Fossiliferous limestone Sandstone, shale, siltstone, fossiliferous limestone, oolitic limestone
Litharenite, siltstone, and shale (or limestone)
Shale, chert, micrite, chalk, diatomite
Composition Carbonate Terrigenous or carbonate Terrigenous or carbonate Terrigenous or carbonate
Color Gray to white Gray to brown Gray, green, brown Black, white red
Grain Size Variable, frameworks, few to no grains
Clay to sand Clay to sand Clay
Sorting - Poor to good Poor Good
Inorganic Sedimentary Structures
- Lamination, cross-bedding Graded bedding, cross-bedding, lamination, flute marks, tool marks (turbidites)
Lamination
Organic or Biogenic Sedimentary Structures
- Trails, burrows Trails, burrows Trails, burrows
Fossils Corals, marine shells Marine shells Marine shells, rare plant fragments Marine shells (mostly microscopic)