• Tidak ada hasil yang ditemukan

Interaksi Sosial Makalah Jadi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Interaksi Sosial Makalah Jadi"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

INTERAKSI SOSIAL

(ANTARA PERAWAT,PASIEN,DAN TENAGA KESEHATAN LAINNYA)

Penyusun :

Fictor Yusman Agung 1614301032 M Gigih bangsawan 1614201035

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES TANJUNG KARANG

PRODI D.IV KEPERAWATAN TANJUNG KARANG

TAHUN AKADEMIK 2016/2017

(2)

DAFTAR ISI

KATA PENGATAR ... 2

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang ... 3

1.2 Rumusan Masalah ... 4

1.3 Tujuan ... 4

1.4 Manfaat penulisan ………...4

BAB II ISI

2.1 Pengertian interaksi sosial ... 5

2.2 Bentuk bentuk interaksi sosial ... 6

2.3 Faktor faktor yang mempengaruhi

interaksi sosial ... 7

2.4 Interaksi sosial antara perawat,pasien,dan

Tenaga kesehatan lainnya ... 8

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ... 15

(3)

KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, Kami panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah-Nya kepada kami,sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang Interaksi sosial antara perawat,pasien,dan tenaga kesehatan lainnya

Makalah ini berisi sedikit pengetahuan interaksi sosial yang ada dikesehatan yang nantinya diharapkan dapat menambah pengetahuan pembaca tentang ilmu kesehatan

(Keperawatan). Mungkin di dalam makalah ini masih banyak kekurangan. Oleh sebab itu,kami mengharapkan saran dan kritiknya untuk perbaikan yang akan datang.

Bandar Lampung, april 2017

Penyusun Kelompok 4

(4)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Pembangunan di bidang kesehatan merupakan salah satu upaya Pembangunan Nasional guna tercapainya kesadaran, kemauan dan kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap

manusia. Masalah kesehatan adalah masalah yang kompleks dari berbagai promblematika kesehatan yang timbul dari lingkungan fisik maupun lingkungan sosial, baik yang bersifat alamiah maupun hasil rekayasa (engineering) manusia yang memberi pengaruh pada aspek sosial, ekonomi, maupun perilaku masyarakat untuk hidup sehat.

Dalam peningkatan pelayanan serta penanganan pasien secara efektif, sebagai organisasi yang kompleks rumah sakit harus memperhatikan interaksi-interaksi diantara petugas

kesehatan seperti dokter, perawat dan tenaga medis lainnya seperti apoteker. Interaksi adalah hubungan timbal balik baik orang perorang maupun kelompok-kelompok melalui proses komunikasi yang membawa pada proses kerjasama. Interaksi adalah merupakan kunci dari segalanya. Baik dokter, perawat maupun pasien harus mampu membina komunikasi yang baik. Komunikasi adalah pemberian/penyampaian pesan atau informasi dari

seseorang/kelompok kepada orang yang dituju. Disatu sisi interaksi sosial dapat bersifat asosiatif yang membawa pada proses kerjasama, akomodasi, asimilasi dan akulturasi. Namun di sisi lain interaksi sosial juga dapat bersifat disasosiatif yang membawa pada persaingan, pertentangan/pertikaian hingga memuncak jadi konflik.

Petugas kesehtan atau lebih khusus disebut dengan dokter dan perawat, menjadi tokoh kunci dalam proses pengobatan atau penyembuhan penyakit. Bagi masyarakat awam seorang dokter dianggap sebagai ahli pengobatan yang memiliki pengetahuan dan keterampilan untuk menyembuhkan penyakit pasiennya. Seorang dokter diharapkan mampu membangun

kerjasama dan interaksi atau komunikasi dengan perawat berhubung dengan pelayanan kesehatan yang akan diberikan kepada pasien. Sebaliknya, perawat juga harus membangun interaksi atau komunikasi dengan dokter. Selain itu, dokter juga dituntut untuk membangun interaksi atau komunikasi dengan pasien atau keluarga, dan sebaliknya pasien pun harus membangun interaksi yang baik dengan dokter. Begitupula perawat dengan pasien, perawat harus mampu membangun komunikasi dengan pasien/keluarga. Dan sebaliknya

pasien/keluarga pun diharapkan mampu membangun komunikasi dengan perawat sebagai pengasuhnya.

Namun di sisi lain seringkali terjadi interaksi yang tidak seimbang antara dokter, perawat maupun pasien. Ketidakseimbangan interaksi ini dapat disebabkan hubungan yang tidak sehat baik dokter dengan perawat, perawat dengan pasien maupun dokter dengan pasien. Hubungan yang tidak sehat yang dimaksud adalah terkadang dokter memberikan teguran atau perintah

(5)

kepada perawat tetapi perawat justru menilai perintah atau teguran itu dari sisi negatif sehingga menimbulkan bentuk interaksi disasosiatif dan menyebabkan hubungan kerjasama antar keduanya tidak berjalan dengan baik.

Selain itu antara dokter dan pasien juga terjadi ketidakseimbangan interaksi dimana pasien hanya menunggu informasi dari dokter dan bersifat pasif. Disatu pihak dokter sudah memberikan nasehat dan berusaha membangun interaksi tetapi pasien tetap pasif dengan alasan kurang pengetahuan dan bahasa/kata-kata dokter yang kurang dipahami. Sementara dipihak lain pasien berusaha membangun komunikasi yang baik, tapi dokter kurang memperhatikan kesehatan pasien. Begitupula interaksi yang tidak seimbang terjadi antara perawat dan pasien dimana terkadang pasien tidak mematuhi nasehat yang diberikan oleh perawat kepadanya. Sebaliknya perawat kurang ramah dan sopan terhadap pasien bahkan sering memarahi pasien dan bahkan bersikap tidak adil (pilih kasih) terhadap pasien.

1.2 RUMUSAN MASALAH

1.Apa pengertian interaksi sosial 2.Apa bentuk bentuk interaksi sosial

3.Apa saja faktor faktor yang mempengaruhi interaksi sosial

4.Bagaimana cara interaksi sosial antara perawat,pasien,dan tenaga kesehatan lainnya

1.3 TUJUAN PENULISAN

1.Untuk mengetahui pengertian dari interaksi sosial 2.untuk mengetahui bentuk bentuk interaksi sosial

3.untuk mengetahui faktor faktor yang mempengaruhi interaksi sosial

4.untuk mengetahui cara berinteraksi sosial antara perawat,pasien,dan tenaga kesehatan lainnya

1.4 MANFAAT PENULISAN

Agar pembaca dapat memahami tentang interaksi sosial,dan pembaca menjadi tahu bagaimana cara berinteraksi antara perawat dengan perawat,perawat dengan dokter,dan perawat dengan tenaga kesehatan lainnya

(6)

BAB II

ISI

2.1 PENGERTIAN INTERAKSI SOSIAL

Interaksi sosial pada dasarnya merupakan siklus perkembangan dari struktur sosial yang merupakan aspek dinamis dalam kehidupan masyakarat. Soekanto (2006), mengatakan bahwa interaksi sosial merupakan hubungan-hubungan sosial yang dinamis yang menyangkut antara orang perorangan, antara orang dengan kelompok dan kelompok dengan kelompok. Namun dipihak lain Roucek dan Warren (dalam Syani, 1994), menyatakan bahwa interaksi sosial adalah suatu proses melalui tindakan balasan tiap-tiap kelompok berturut-turut menjadi unsur penggerak bagi tindak balas dari kelompok yang lain.

Berdasarkan pengertian tersebut diatas dapat diartikan bahwa interaksi adalah suatu hubungan pengaruh-mempengaruhi yang secara timbal balik antara individu dengan individu, individu dengan kelompok dan kelompok dengan kelompok dalam mencapai tujuan bersama. Hal ini sejalan dengan L. Bonner dalam bukunya Sosial Psichology mengemukakan bahwa interaksi sosial adalah suatu hubungan antara dua individu yang satu mempengaruhi, mengubah atau memperbaiki kelakuan individu lainnya atau sebaliknya (Ahmadi, 2003). Lebih tegas lagi Soekanto (2006), mengatakan bahwa di dalam interaksi tidak mungkin terjadi apabila tidak memenuhi dua syarat yaitu kontak sosial dan komunikasi.

Selanjutnya, Soekanto (2006), mengatakan bahwa kontak sosial meliputi kontak sosial primer dan sekunder. Kontak sosial primer merupakan kontak dalam bentuk tatap muka, bertemu, jabat tangan, bercakap-cakap antara pihak yang melakukan kontak sosial.

Sedangkan kontak sosial sekunder merupakan kontak sosial tidak langsung dimana melalui perantara, misalnya melaui telpon, radio, surat dan sebagainya. sedangkan komunikasi adalah proses penyampaian pesan. Menurut Lasswell (Effendy, 1986), mengatakan bahwa

komunikasi adalah Proses penyampaian suatu pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberitahu dan mengubah sikap. Komunikasi adalah kegiatan pengoperan lambang-lambang yang mengandung arti atau makna yang perlu dipahami oleh pihak-pihak yang terlibat dalam proses komunikasi.

Dalam pelayanan kesehatan berlangsung, kontak sosialpun juga berlangsung antara perawat sebagai pemberi asuhan perawatan kesehatan dengan pasien sebagai individu yang memerlukan perawatan kesehatan atau dengan dokter dan pasien ataupun juga dokter dengan perawat dan sebaliknya.

Selain berwujud asosiatif, interaksi sosial juga dapat berwujud disasosiatif yang merubah integritas menjadi perceraian atau perpisahan karenan perselisihan atau

pertentangan (konflik). Konflik adalah interaksi yang antagonistis, mencakup tingkah laku lahiriah yang tampak jelas, mulai dari bentuk-bentuk perlawanan halus, terkontrol,

tersembunyi, tidak langsung, sampai pada bentuk perlawanan terbuka, kekerasan, perjuangan yang tidak terkontrol, benturan laten, pemogokan, huru-hara, perang dan lain-lain (Kartono, 1992).

(7)

2.2 BENTUK BENTUK INTERAKSI SOSIAL

Interaksi Sosial Asosiatif

-> adalah bentuk interaksi sosial yang menghasilkan kerja sama. Pembagiannya : a

1. Kerja sama (cooperation)

-> bentuk utama dari proses interaksi sosial karena pada dasarnya interaksi sosial yang dilakukan oleh seseorang bertujuan untuk memenuhi kepentingan atau kebutuhan bersama. 4 macam kerjasama :

- Kerja sama spontan (spontaneous cooperation) -> kerjasama yang timbul secara spontan. - Kerja sama langsung (directed cooperation)

-> kerjasama karena adanya perintah atasan/penguasa.

- Kerja sama kontrak (contractual cooperation)

-> kerjasama yang berlangsung atas dasar ketentuan tertentu yang disetujui dalam jangka waktu tertentu.

- Kerja sama tradisional (traditional cooperation)

-> kerjasama karena sistem tradisi yang kondusif.

2. Akomodasi (accomodation)

-> proses penyesuaian sosial dalam interaksi antarindividu dan antarkelompok untuk meredakan pertentangan.

Tujuan akomodasi :

- mengurangi perbedaan pandangan, pertentangan politik, atau permusuhan antarsuku atau antarnegara.

- mencegah terjadinya ledakan konflik yang mengarah pada benturan fisik.

- mengupayakan terjadinya akomodasi di antara masyarakat yang dipisahkan oleh sistem kelas atau kasta.

- mengupayakan terjadinya proses pembauran atau asimilasi di antara kelompok kesukuan atau ras.

3. Asimilasi (assimilation)

-> proses ke arah peleburan kebudayaan sehingga masing-masing pihak merasakan adanya kebudayaan tunggal sebagai milik bersama.

4. Akulturasi (acculturation)

-> proses sosial yang timbul akibat suatu kebudayaan menerima unsur-unsur dari suatu kebudayaan asing tanpa menyebabkan hilangnya kepribadian kebudayaan sendiri.

Interaksi Sosial Disosiatif

-> adalah bentuk interaksi sosial yang menghasilkan perpecahan. Pembagiannya :

1. Persaingan (competition)

-> perjuangan yang dilakukan perorangan atau kelompok sosial tertentu agar memperoleh kemenangan atau hasil secara kompetitif, tanpa menimbulkan ancaman atau benturan fisik.

(8)

2. Kontraversi

-> bentuk proses sosial yang berada di antara persaingan dan pertentangan atau konflik. Bentuk-bentuk kontraversi :

- kontraversi umum : penolakan, keengganan, pengacauan rencana, & kekerasan. - kontraversi sederhana : memaki, mencerca, memfitnah, & menyangkal pihak lain.

- kontraversi intensif : penghasutan, penyebaran desas-desus, & mengecewakan pihak lain. - kontraversi rahasia : mengumumkan rahasia pihak lain & berkhianat.

- kontraversi taktis : intimidasi, provokasi, & membingungkan pihak lawan.

3. Pertentangan / Konflik Sosial

-> proses sosial antarperorangan atau kelompok masyarakat tertentu akibat adanya perbedaan paham dan kepentingan yang sangat mendasar sehingga menimbulkan adanya semacam jurang pemisah diantara mereka.

2.3 FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INTERAKSI SOSIAL

Interaksi sosial sebagai aksi dan reaksi yang timbal balik dipengaruhi oleh faktor-faktor yang berada diluar individu. Hal ini memang tidak bisa dilepaskan dari faktor-faktor yang menjadi dasar terbentuknya proses interaksi sosial. Menurut Soekanto (2006) bahwa ada empat faktor yaitu:

a. Imitasi

Imitasi dapat medorong seseorang untuk mematuhi kaidah-kaidah dan nilai-nilai yang berlaku. Namun, di sisi lain imitasi dapat bersifat negatif apabila hal yang ditiru merupakan tindakan-tindakan menyimpang. Yang ditiru dalam imitasi berupa sikap, tindakan, tingkah laku dan sebagainya.

b. Sugesti

yaitu pemberian pengaruh atau pandangan dari suatu pihak kepada pihak lain. Sugesti akan berhasil apabila yang memberi pandangan adalah orang berwibawa atau yang berkuasa. c. Identifikasi

yaitu kecenderungan dalam diri seseorang untuk menjadi sama dengan orang lain. Orang yang menjadi sasaran identifikasi dinamakan idola. Identifikasi merupakan bentuk lanjut dari proses sugesti yang pengaruhnya sangat kuat.

d. Simpati

yaitu suatu proses dimana seseorang merasa tertarik dengan orang lain. Rasa tertarik ini didasari atau didorong keinginan-keinginan untuk memahami orang lain, memahami perasaannya ataupun bekerja sama dengannya.

e. Empati

empati adalah keadaan mental yang membuat seseorang merasa atau mengindentifikasi dirinya dalam keadaan perasaan atau pikiran yang sama dengan orang atau kelompok lain. Misalnya, jika melihat seseorang mengalami kecelakaan dan luka berat. kita berempati seolah-olah juga ikut merasakan sakit orang tersebut. Dengan kata lain, kita memposisikan diri kita pada orang lain

(9)

2.4 INTERAKSI SOSIAL ANTARA PERAWAT,PASIEN DAN TENAGA KESEHATAN LAINNYA

Perawat menjalankan peran yang membutuhkan interaksi dengan berbagai anggota tim pelayanan kesehatan. Unsur yang membentuk hubungan perawat klien juga dapat diterapkan dalam hubungan sejawat, yang berfokus pada pembentukan lingkungan kerja yang sehat dan mencapai tujuan tatanan klinis. Komunikasi ini berfokus pada pembentukan tim, fasilitasi proses kelompok, kolaborasi, konsultasi, delegasi, supervisi, kepemimpinan, dan manajemen. Dibutuhkan banyak keterampilan komunikasi, termasuk berbicara dalam presentasi, persuasi, pemecahan masalah kelompok, pemberian tinjauan performa, dan penulisan laporan. Didalam lingkungan kerja, perawat dan tim kesehatan membutuhkan interaksi sosial dan terapeutik untuk membangun kepercayaan dan meperkuat hubungan. Semua orang memilki kebutuhan interpribadi akan penerimaan, keterlibatan, identitas, privasi, kekuatan dan kontrol, serta perhatian. Perawat membutuhkan persahabatan, dukungan, bimbingan, dan dorongan dari pihak lain untuk mengatasi tekanan akibat stress pekerjaan dan harus dapat menerapkan komunikasi yang baik dengan klien, sejawat dan rekan kerja. (Potter & Perry, 2009).

Agar efektif sebagai profesional keperawatan, itu tidak cukup untuk sangat berkomitmen untuk klien. Pada akhirnya, iklim perusahaan tempat kerja akan memiliki efek pada hubungan yang terjadi antara perawat dan klien pribadi. Kegagalan dalam komunikasi antara penyedia layanan kesehatan adalah salah satu faktor yang paling umum. Komitmen untuk kolaborasi dalam hubungan kerja dengan para profesional lain membantu mempertahankan kualitas tinggi dari perawatan klien. Keberhasilan kelompok bergantung pada hubungan baik diantara tim, terutama pemimpin tim dengan anggota tim yang lain. Untuk mendorong terjadinya komunikasi, pemimpin tim harus selalu mengamati prinsip komunikasi menurut WHO, 1999 :

· Seluruh anggota tim harus bebas mengemukakan dan menjelaskan pandangan mereka dan harus didorong untuk bertindak seperti itu.

· Sebuah pesan atau komunikasi, baik lisan maupun tertulis harus dinyatakan dengan jelas dan dalam bahasa atau ungkapan yang dapat dimengerti

· Komunikasi mempunyai 2 unsur yaitu mengirim dan menerima, bila pesan yang dikirim tidak diterima komunikasi tidak berjalan. Dengan demikian pemimpin tim harus selalu meggunakan suatu cara untuk memeriksa apakah efek yang diharapkan terjadi.

· Perselisihan atau pertentangan adalah normal dalam hubungan antar manusia, hal ini sudah diatur sedemikian sehingga dapat mencapai hasil yang konstruktif.

Pengaturan ruangan untuk membantu komunikasi cobalah dengan mengatur ruangan, kantor kelas dan ruangan kelompok, pendidikan lainnya sehingga komunikasi dapat berjalan dengan efektif. Diagram dibawah menunjukkan pengaturan komunikasi dengan 1 pemimpin dan 4 anggota. (WHO, 1999. )

(10)

Selalu ingat bahwa :

· Dalam satu kelompok yang terdiri dari tidak lebih enam atau tujuh orang, semua orang dapat ikut serta dalam diskusi. Dengan demikian, sebuah kelompok besar lebih baik dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil.

· Meja dapat dihalangi komunikasi karena permukaan atau bentuknya, atau cara benda tersebut ditempatkan. Bila tidak diperlukan maka disingkirkan. Hindarkan meja berbentuk huruf U

Pengaturan tempat duduk harus mencerminkan tujuan atau maksud pertemuan atau kelompok. Gunakan pengaturan tersebut untuk mempermudah komunikasi, bila hal ini penting untuk maksud dan tujuan tersebut. Sesuaikan pengaturan tempat duduk ini dengan tujuan, bukan tujuan menyesuaikan dengan pengaturan tempat duduk.

1. Komunikasi antara perawat-dokter

Hubungan perawat-dokter adalah satu bentuk hubungan interaksi yang telah cukup lama dikenal ketika memberikan bantuan kepada pasien. Perawat bekerja sama dangan dokter dalam berbagai bentuk. Perawat mungkin bekerja di lingkungan di mana kebanyakan asuhan keperawatan bergantung pada instruksi medis. Perawat diruang perawatan intensif dapat mengikuti standar prosedur yang telah ditetapkan yang mengizinkan perawat bertindak lebih mandiri.

Perawat dapat bekerja dalam bentuk kolaborasi dengan dokter.Contoh : Ketika perawat menyiapkan pasien yang baru saja didiagnosa diabetes pulang kerumah, perawat dan dokter bersama-sama mengajarkan klien dan keluarga begaimana perawatan diabetes di rumah.Selain itu komunikasi antara perawat dengan dokter dapat terbentuk saat visit dokter terhadap pasien, disitu peran perawat adalah memberikan data pasien meliputi TTV, anamnesa, serta keluhan-keluhan dari pasien,dan data penunjang seperti hasil laboraturium sehingga dokter dapat mendiagnosa secara pasti mengenai penyakit pasien.Pada saat perawat berkomunikasi dengan dokter pastilah menggunakan istilah-istilah medis, disinilah perawat dituntut untuk belajar istilah-istilah medis sehingga tidak terjadi kebingungan saat

(11)

berkomunikasi dan komunikasi dapat berjalan dengan baik serta mencapai tujuan yang diinginkan.

Komunikasi antara perawat dengan dokter dapat berjalan dengan baik apabila dari kedua pihak dapat saling berkolaborasi dan bukan hanya menjalankan tugas secara individu, perawat dan dokter sendiri adalah kesatuan tenaga medis yang tidak bisa dipisahkan. Dokter membutuhkan bantuan perawat dalam memberikan data-data asuhan keperawatan, dan perawat sendiri membutuhkan bantuan dokter untuk mendiagnosa secara pasti penyakit pasien serta memberikan penanganan lebih lanjut kepada pasien. Semua itu dapat terwujud dwngan baik berawal dari komunikasi yang baik pula antara perawat dengan dokter.

Tips untuk permintaan kejelasan kepada dokter:

1. Mengidentifikasi semua nama (Sebutkan nama dokter, sebutkan nama dan posisi, mengidentifikasi klien dan diagnosis klien atau orang-orang lain yang terlibat dalam masalah dengan nama.

2. Meringkas masalah (data faktual singkat tentang masalah), 3. Menyatakan tujuan ,

4. Menyarankan solusi pemecahan masalah yang relevan sesuai dengan praktek klinik, 5. Menulis kesimpulan (menjelaskan siapa yang akan bertanggung jawab untuk pelaksanaan, mengklarifikasi informasi terutama jika ini percakapan telepon, menentukan kerangka waktu pelaksanaan). (Arnold & Boogs, 2007).

2. Komunikasi antara Perawat dengan Perawat

Dalam memberikan pelayanan keperawatan pada klien komunikasi antar tenaga kesehatan terutama sesama perawat sangatlah penting. Kesinambungan informasi tentang klien dan rencana tindakan yang telah, sedang dan akan dilakukan perawat dapat tersampaikan apabila hubungan atau komunikasi antar perawat berjalan dengan baik.Hubungan perawat dengan perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan dapat diklasifikasikan menjadi hubungan profesional, hubungan struktural dan hubungan intrapersonal.

Hubungan profesional antara perawat dengan perawat merupakan hubungan yang terjadi karena adanya hubungan kerja dan tanggung jawab yang sama dalam memberikan pelayanan keperawatan.Hubungan sturktural merupakan hubungan yang terjadi berdasarkan jabatan atau struktur masing- masing perawat dalam menjalankan tugas berdasarkan wewenang dan tanggungjawabnya dalam memberikan pelayanan keperawatan.

Laporan perawat pelaksana tentang kondisi klien kepada perawat primer, laporan perawat primer atau ketua tim kepada kepala ruang tentang perkembangan kondisi klien, dan supervisi yang dilakukan kepala ruang kepada perawat pelaksana merupakan contoh hubungan struktural.Hubungan interpersonal perawat dengan perawat merupakan hubungan yang lazim dan terjadi secara alamiah. Umumnya, isi komunikasi dalam hubungan ini adalah hal- hal yang tidak terkait dengan pekerjaan dan tidak membawa pengaruh dalam pelaksanaan tugas dan wewenangnya.

3. Komunikasi antara perawat dengan Ahli terapi.

Ahli terapi respiratorik ditugaskan untuk memberikan pengobatan yang dirancang untuk peningkatan fungsi ventilasi atau oksigenasi klien.Perawat bekerja dengan pemberi terapi respiratorik dalam bentuk kolaborasi. Asuhan dimulai oleh ahli terapi (fisioterapis) lalu dilanjutrkan dengan dievaluasi oleh perawat. Perawat dan fisioterapis menilai kemajuan klien secara bersama-sama dan mengembangkan tujuan dan rencana pulang yang melibatkan klien

(12)

dan keluarga. Selain itu, perawat merujuk klien ke fisioterapis untuk perawatan lebih jauh. Contoh : Perawat merawat seseorang yang mengalamai penyakit paru berat dan merujuk klien tersebut pada ahli terapis respiratorik untuk belajar latihan untuk menguatkaan otot-otot lengan atas, untuk belajar bagaimana menghemat energi dalam melakukan aktivitas sehari-hari, dan belajar teknik untuk mempertahankan bersihan jalan nafas.

4. Komunikasi antara Perawat dengan Ahli Farmasi

Seorang ahli farmasi adalah seorang profesional yang mendapat izin untuk merumuskan dan mendistribusikan obat-obatan. Ahli farmasi dapat bekerja hanya di ruang farmasi atau mungkin juga terlibat dalam konferensi perawatan klien atau dalam pengembangan sistem pemberian obat. Perawat memiliki peran yang utama dalam meningkatkan dan mempertahankan dengan mendorong klien untuk proaktif jika membutuhkan pengobatan. Dengan demikian, perawat membantu klien membangun pengertian yang benar dan jelas tentang pengobatan, mengkonsultasikan setiap obat yang dipesankan, dan turut bertanggung jawab dalam pengambilan keputusan tentang pengobatan bersama tenaga kesehatan lainnya. Perawat harus selalu mengetahui kerja, efek yang dituju, dosis yang tepat dan efek smaping dari semua obat-obatan yang diberikan. Bila informasi ini tidak tersedia dalam buku referensi standar seperti buku-teks atau formula rumah sakit, maka perawat harus berkonsultasi pada ahli farmasi.

Saat komunikasi terjadi maka ahli farmasi memberikan informasi tentang obat-obatan mana yang sesuai dan dapat dicampur atau yang dapat diberikan secara bersamaan. Kesalahan pemberian dosis obat dapat dihindari bila baik perawat dan apoteker sama-sama mengetahui dosis yang diberikan. Perawat dapat melakukan pengecekkan ulang dengan tim medis bila terdapat keraguan dengan kesesuaian dosis obat. Selain itu, ahli farmasi dapat menyampaikan pada perawat tentang obat yang dijual bebas yang bila dicampur dengan obat-obatan yang diresepkan dapat berinteraksi merugikan, sehingga informasinini dapat dimasukkan dalam rencana persiapan pulang. Seorang ahli farmasi adalah seorang profesional yang mendapat izin untuk merumuskan dan mendistribusikan obat-obatan. Ahli farmasi dapat bekerja hanya di ruang farmasi atau mungkin juga terlibat dalam konferensi perawatan klien atau dalam pengembangan sistem pemberian obat.

5. Komunikasi antara Perawat dengan Ahli Gizi.

Kesehatan dan gizi merupakan faktor penting karena secara langsung berpengaruh terhadap kualitas sumber daya manusia (SDM). Pelayanan gizi di RS merupakan hak setiap orang dan memerlukan pedoman agar tercapai pelayanan yang bermutu. Agar pemenuhan gizi pasien dapat sesuai dengan yang diharapkan maka perawat harus mengkonsultasikan kepada ahli gizi tentang – obatan yang digunakan pasien, jika perawat tidak mengkonunikasikannya maka dapat terjadi pemilihan makanan oleh ahli gizi yang bisa saja menghambat absorbsi dari obat tersebut. Jadi diperlukanlah komunikasi dua arah yang baik antara kedua belah pihak.

6. Komunikasi antara Perawat dan pasien

Perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan dan pasien sebagai yang membutuhkan perawatan hendaknya keduanya saling membangun komunikasi dengan baik. Salah satu penyebab ketidakpuasan pasien dalam proses keperawatan adalah tidak adanya komunikasi diantara keduanya baik perawat maupun pasien, sikap dan perilaku perawat yang tidak sopan dan ramah, perawat bersikap arogan, sehingga membuat pasien menjadi kesal, bingung dengan perawatannya dan bahkan kecewa dengan sikap para perawat ditambah lagi dengan

(13)

kata-kata yang pakai perawat yang tidak dipahami oleh pasien yang kurang berpengetahuan sehingga bisa membuat pasien bartambah bingung.

Hal ini dapat memicu timbulya konflik antara perawat dengan pasien, keluarga dan masyarakat. Dimana pasien sebagai yang awam tidak mampu menginterpretasikan kata-kata perawat apalagi jika perawatnya mengunakan bahasa-bahasa yang sulit dimengerti oleh pasien (Friedson, 1970). Interaksi antar perawat sangat penting dalam proses pelayanan kesehatan dimana sangat membantu pasien dalam penyembuhannya.

Dalam memberikan asuhan keperawatan seorang perawat harus memperhatikan kode etiknya sebagai perawat sehingga diharapkan mampu memberikan asuhan keperawatan kesehatan sesuai standar profesinya. Kode etik perawat adalah pedoman perawat dalam menjalankan tugasnya sebagai perawat. Hubungan pasien dan perawat adalah suatu proses dinamis yang meliputi usaha kolaborasi perawat dan pasienuntuk mengatasi masalah dan untuk meningkatkan kesehatan dan kemampuan beradaptasi (Potter & Perry, 2005). Perawat menggunakan komunikasi interpersonal untuk mengembangkan hunbungan dengan pasien yang dapat meningkatkan pemahaman mereka sebagai manusia seutuhnya. Menurut Sobur (2004) komunikasi interpersonal adalah komunikasi tatap muka antara dua orang atau lebih. Komunikasi interpersonal dipercaya sebagai bentuk komunikasi yang efektif dalam hal upaya mengubah sikap, pendapat atau perilaku seseorang, karena sifatnya yang dialogis, berupa percakapan.

7. Komunikasi terkait kasus pemicu

Fokus dalam segmen model komunikasi kesehatan dapat melukiskan hubungan interpersonal dalam tim kesehatan. Northouse (1998) mengungkapkan ada 3 area permasalahan yang dimiliki dalam hubungan interprofesional yaitu:

1) Stres Peranan (Role Stress)

2) Rendahnya pemahaman interpersonal (lack of interpersonal understanding) 3) Otonomi yang keras (autonomy struggle)

Bertemu dengan orang sakit setiap hari merupakan tugas yang tidak mudah. Pekerjaan profesional kesehatan secara konstan menempatkan mereka dalam kontak dengan pasien yang sedang bergelut dengan kondisi kritis dalam hidupnya dan mereka sedang mencoba mengatasi emosi atau penyakit yang serius. Sumber masalah role stress yang dialami para professional kesehatan berhubungan dengan penyelesaian peran professional itu sendiri. Jenis role stress dibagi dua jenis yaitu role conflict dan role overload. Kasus role conflict dapat ditunjukan salah satunya dengan reality shock.

Kramer (1974) dalam teorinya tentang Reality Shock menjelaskan bahwa stress dapat disebabkan oleh adanya kesenjangan atau perbedaan antara lingkungan pendidikan dengan pelayanan. Hal itu biasanya dialami oleh lulusan perawat baru. Perawat Yanti sebagai perawat baru yang bekerja di sebuah Rumah Sakit merasakan bahwa pendidikan yang ia tempuh selama ini ternyata belum cukup untuk mempersiapkan dirinya dalam lingkungan kerja. Perawat Yanti akhirnya mengalami reality shock yang menyebabkan terhambatnya komunikasi terapeutik antara perawat dan klien. Karena baru pertama masuk dunia kerja, perawat Yanti juga merasakan kesulitan berkomunikasi dengan tim kesehatan lain, apalagi untuk berbicara di depan suatu forum tim kesehatan. Hubungan interpersonal antara perawat dan profesi lain pun harus terpelihara dengan baik. Hubungan tersebut dapat diwujudkan dengan meningkatkan pemahaman interpersonal mengenai peran masing-masing individu atau profesi.

(14)

Perawat Yanti harus paham benar tentang perannya sebagai perawat dan berusaha tidak memasuki batas wilayah peran profesi lainnya sehingga tidak memicu konflik internal tim kesehatan. Kolaborasi antara perawat Yanti dengan perawat atau tim kesehatan lain dapat terwujud jika hubungan interpersonal perawat Yanti berjalan dengan baik. Area-area rentang konflik seperti yang digambarkan di atas merupakan hal yang perlu diwaspadai, terutama dalam menjalin kolaborasi antar anggota tim kesehatan atau interprofesional. Untuk mempertahankan hubungan yang harmonis serta mengurangi beban stress di lingkungan kerja, akhirnya para professional kesehatan membuat jadwal pertemuan rutin yang digunakan sebagai sarana sharing atau berdiskusi tentang masalah-masalah yang ada di lingkungan kerja. Pertemuan tersebut antara lain rapat rutin tim kesehatan dan case conference.

Rapat Tim Kesehatan

Rapat tim kesehatan adalah media komunikasi antara tim kesehatan (rapat multidisiplin) untuk membahas manajerial ruang untuk membicarakan hal-hal yang terkait dengan manajerial.Tujuan rapat tim keehatan yaitu menyamakan persepsi terhadap informasi yang didapat dari masalah yang ditemukan (khususnya masalah manajerial), meningkatkan kesinambungan pemberian pelayanan kesehatan, mengurangi kesalahan informasi, dan meningkatkan koordinasi antara anggota tim kesehatan.

Case conference

Konferensi kasus meliputi pertemuan-pertemuan yang dijadwalkan secara rutin (Regularly Scheduled Series or Conferences). Pertemuan tersebut dilaksanakan harian, mingguan, atau bulanan untuk diskusi tentang masalah-masalah manajemen pasien spesifik untuk meningkatkan perawatan pasien dalam sebuah institusi. Case conference adalah diskusi kelompok tim kesehatan tentang kasus asuhan keperawatan klien atau keluarga. Setiap tim kesehatan memiliki jadwal case conference masing-masing dan biasanya diadakan dua kali tiap bulannya. Peserta case conference melibatkan tim kesehatan yang terkait seperti perawat, dokter, atau anggota profesi lainnya jika diperlukan. Waktu pertemuan dua kali dalam sebulan atau disesuaikan dengan kondisi atau tingkat urgensi kasus, dan lamnya pertemuan tentatif.

Tujuan diadakannya case conference yaitu mengenal kasus dan permasalahannya, mendiskusikan kasus untuk mencari alternatif penyelesaian masalah asuhan keperawatan, meningkatkan koordinasi dalam rencana pemberian asuhan keperawatan, dan meningkatkan pengetahuan dan wawasan dalam mengangani kasus.Case conference juga digunakan untuk mengembalikan konflik dalam kolaborasi (Arnold & Boggs, 2007), yaitu dengan cara mengutarakan inisiatif untuk mendiskusikan masalah, menggunakan keterampilan mendengar aktif, menyediakan dokumentasi data yang relevan terhadap isu, mengajukan resolusi, menciptakan iklim dimana para pertisipan memandang negosiasi sebagai sebuah usaha kolaborasi, membuat ringkasan yang jelas terhadap hasil feedback, merekam semua keputusan dalam sebuah catatan. Kegiatan case conference ini harus melalui tahap persiapan sebelumnya. Perawat Dewi dapat memilih salah satu topik yang akan disampaikan dalam case conference.

Topik tersebut meliputi kasus pasien baru, kasus pasien yang tidak ada perkembangan, kasus pasien pulang, kasus pasien yang meninggal, dan kasus pasien dengan masalah yang jarang ditemukan. Pemilihan topik dapat dilakukan dengan mengkaji terlebih dahulu data-data pasien yang selama ini dipegang oleh perawat Yanti. Dengan data-data-data-data tersebut, perawat Yanti dapat membuat suatu analisa permasalahan yang akan disampaikan saat case conference.

(15)

Case conference sebagai salah satu kegiatan penting dalam proses kolaborasi antara tim kesehatan. Kolaborasi merupakan proses kompleks yang membutuhkan sharing pengetahuan yang direncanakan dan menjadi tanggung jawab bersama untuk merawat pasien. Kolaborasi dalam case conference ini meliputi suatu pertukaran pandangan atau ide yang memberikan perspektif kepada seluruh kolaborator tentang suatu permasalahan dalam asuhan keperawatan. Efektifitas hubungan kolaborasi profesional membutuhkan mutual respek baik setuju atau ketidaksetujuan yang dicapai dalam interaksi tersebut. Partnership kolaborasi merupakan usaha yang baik sebab dapat menghasilkan outcome yang lebih baik bagi pasien. Menangani masalah-masalah staf perawat

Langkah-langkah dalam pemecahan masalah antar kelompok petugas kesehatan : Mengatur pelaksanaan untuk komunikasi kolaboratif, melakukan pertemuan untuk menyatukan perspektif kelompok, mengidentifikasi masalah utama, memiliki tujuan yang jelas dan relevan, saling menghormati dan menghargai nilai-nilai dan martabat semua pihak, anggota kelompok dapat bersikap tegas tapi tidak manipulatif, bersikap objektif, mendiskusikan solusi dengan mengidentifikasi manfaat/kekurangan dari solusi, menghargai alternatif solusi demi kepentingan klien, menghincari situasi konflik, menghindari emosi, memutuskan untuk mengimplementasikan solusi terbaik, menentukan orang yang bertanggung jawab untuk implementasi, membangun garis waktu dan metode evaluasi.(Armold & Boogs, 2007).

Komunikasi interpersonal ditempat kerja yang multikultural meliputi verbal, nonverbal, dan mendengar. Komuikasi nonverbal meliputi pengaturan ruang, lingkungan, penampilan, kontak mata, postur tubuh, gerak, ekspresi, waktu dan isayarat suara. Komunikasi verbal dengan prilaku asertif, sedangkat komunikasi diam dengan menjadi pendengar yang baik dengan menyadari pengalaman, sikap yang mepengaruhi dalam mempresepsikan pesan. Hambatan lain dalam berkomuniksi dengan Tim Kesehatan Lain meliputi: menjadi emosional daripada berfokus pada masalah, menyalahkan orang lain, tertutup dan tidak menghargai serta memahami perspektif orang lain. ( Arnold & Boggs, 2007).

(16)

BAB III

KESIMPULAN

Interaksi sosial merupakan hubungan-hubungan sosial yang dinamis yang menyangkut antara orang perorangan, antara orang dengan kelompok dan kelompok dengan kelompok.

Bentuk bentuk interkasi sosial terbagi menjadi 2 yaitu

Interaksi Sosial Asosiatif (terbagi menjadi 4) Kerja sama,akomudasi,asinilasi,dan kulturisasi

Interaksi Sosial Disosiatif (terbagi menjadi 3) Persaingan,kontroversi,pertentangan/konflik sosial Interaksi sosial dibidang kesehatan terdiri dari

 Perawat dengan perawat

 Perawat dengan dokter

 Perawat dengan pasien

 Perawat dengan ahli farmasi

 Perawat dengan ahli gizi

 Perawat dengan ahli terapi

(17)

DAFTAR PUSAKA

http://khusnialinurse.blogspot.co.id/2014/06/interaksi-sosial-dan-interaksi-perawat.html http://khusnialinurse.blogspot.co.id/2014/06/interaksi-sosial-dan-interaksi-perawat.htm http://kalangkangmencrang.blogspot.co.id/2015/02/komunikasi-dengan-tim-kesehatan-lain.html http://kumapel.blogspot.co.id/2013/02/bentuk-bentuk-interaksi-sosial.html http://kakakpintar.com/pengertian-dan-bentuk-bentuk-interaksi-sosial-lengkap/ http://www.satujam.com/interaksi-sosial/ http://www.artikelsiana.com/2014/11/faktor-faktor-memengaruhi-interaksi-sosial.html

Referensi

Dokumen terkait

laboratorium darah didapatkan kadar glukosa darah sewaktu 212 mg/dl. Faktor resiko yang dipikirkan menjadi penyebab terjadinya Diabetes Melitus tipe II pada pasien ini

Dari Jabir ra berkata: Rasulullah saw bersabda: Barangsiapa yang khawatir bahwa dirinya tidak bangn pada waktu malam hari maka hendaklah dia menunaikan shalat

Risiko Likuiditas adalah risiko dimana suatu entitas menghadapi kesulitan dalam memenuhi kewajiban terkait dengan liabilitas keuangannya yang diselesaikan dengan

Seiring dengan kecanggihan teknologi yang akan diterapkan dalam tekhnik informasi dan keterlibatan profesi dalam memasuki paradigma baru namun tetap saja sistem rekam medis

I PRODUK 1 Bangunan 1 Tersedia suatu bangunan hotel dengan papan nama dan fasilitas parkir yang baik dan terawat 2 Area Penerima Tamu 2 Tersedia area penerima tamu

5 Kolom ini (4) hanya diisi apabila apabila stimulus diberikan pihak lain atau bayi/anak menunjukkan suatu perilaku yang diharapkan muncul tanpa adanya stimulus dari observer. Hal

In order to evaluate the ASR possibility of aggregate in concrete mixture and suppressing effect of ASR by SCMs, ultra accelerated concrete prism tests CPT were carried out at 60 ° C

Dari pernyataan tersebut di atas yang menunjukkan terjadinya interaksi sosial adalah ..... Seorang anak, melanjutkan pendidikan tinggi di kota lain sehingga harus