• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II URAIAN TEORITIS. Istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris communication berasal dari

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II URAIAN TEORITIS. Istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris communication berasal dari"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

URAIAN TEORITIS

II. 1 Komunikasi

II. 1. 1 Pengertian Komunikasi

Istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris communication berasal dari kata Latin communication, dan bersumber dari kata communis yang berarti sama. Sama disini maksudnya adalah sama makna. Jadi komunikasi dapat terjadi apabila kesamaan makna mengenai suatu pesan yang disampaikan oleh komunikator dan diterima oleh komunikan (Effendy, 2006 : 9).

Komunikasi adalah proses penyampaian informasi-informasi, pesan-pesan, gagasan-gagasan atau pengertian-pengertian, dengan menggunakan lambing-lambang yang mengandung arti atau makna, baik secara verbal maupun non-verbal dari seseorang atau sekelompok orang kepada seseorang atau sekelompok orang lainnya dengan tujuan untuk mencapai saling pengertian dan/atau kesepakatan bersama (Rudy, 2005: 1).

Di antara para ahli sosiologi, ahli psikologi, ahli politik di Amerika Serikat, yang menaruh minat pada perkembangan komunikasi adalah Carl I. Hovland. Menurut Carl.Hovland, ilmu komunikasi adalah upaya yang sistematis untuk merumuskan secara tegas asas-asas penyampaian informasi serta pembentukan pendapat dan sikap.

Definisi Hovland di atas menunjukkan bahwa yang dijadikan objek studi ilmu komunikasi bukan saja penyampaian informasi, melainkan juga pembentukan pendapat umum (public opinion) dan sikap publik (public attitude) yang dalam kehidupan sosial dan kehidupan politik memainkan peranan yang

(2)

amat penting. Bahkan dalam definisinya secara khusus mengenai pengertian komunikasinya sendiri, Hovland mengatakan bahwa komunikasi adalah proses mengubah perilaku orang lain (communication is the process to modify the behavior of other individuals) (Effendy, 2006 : 10).

Akan tetapi, seseorang akan dapat mengubah sikap, pendapat, atau perilaku orang lain apabila komunikasinya itu memang komunikatif seperti diuraikan di atas. Untuk memahami pengertian komunikasi sehingga dapat dilancarkan secara efektif, para peminat komunikasi sering kali mengutip paradigma yang dikemukakan oleh Harold Lasswell dalam karyanya, The Structure and Function of Communiaction in Society, Lasswell mengatakan bahwa cara yang baik untuk menjelaskan komunikasi ialah menjawab pertanyaan sebagai berikut:

Who says what in which channel to whom with what effect ?

Paradigma Lasswell di atas menunjukkan bahwa komunikasi meliputi lima unsur sebagai jawaban dari pertanyaan yang diajukan yakni:

a. Komunikator

Komunikator adalah seseorang atau sekelompok orang yang merupakan tempat asal pesan, sumber berita, informasi, atau yang disampaikan atau bisa kita sebut sebagai orang atau pihak yang mengirim/menyampaikan berita.

b. Pesan

Pesan adalah pesan-pesan, informasi, atau pengertian dari komunikator yang penyampaiannya disampaikan kepada komunikan melalui penggunaan bahasa atau lambang-lambang.

c. Saluran atau Media Komunikasi

Saluran atau media komunikasi adalah sarana tempat berlalunya simbol-simbol/lambang-lambang yang mengandung makna berupa pesan/pengertian.

(3)

d. Komunikan

Komunikan adalah seseorang atau sekelompok orang sebagai subjek yang dituju oleh komunikator pengirim/penyampaian pesan), yang menerima pesan-pesan (berita, informasi, pengertian) berupa lambang-lambang yang mengandung arti atau makna.

e. Efek

Efek adalah hasil penerimaan pesan/informasi oleh komunikan, pengaruh atau kesan yang timbul setelah komunikan menerima pesan (Rudy, 2005: 4).

II.1.2 Tujuan Komunikasi

Kegiatan komunikasi ini lazimnya dilakukan dengan tiga tujuan, yaitu: a. Untuk mengetahui sesuatu

b. Untuk memberitahu sesuatu, dan

c. Untuk mempengaruhi atau mengarahkan orang lain agar berbuat sesuatu

Secara keseluruhan atau garis besarnya, tujuan komunikasi adalah untuk tercapainya saling pengertian (mutual understanding), pemahaman bersama (common understanding), atau kesepakatan timbal balik (mutual agreement). Dengan demikian, tingkat keberhasilan (pencapaian tujuan) komunikasi dapat dilihat atau dinilai dari dimana atau sejauh mana saling pengertian dan kesepakatan dapat tercapai oleh pihak-pihak yang melakukan komunikasi itu (Rudy, 2005: 2).

II.1.3 Proses Komunikasi

Proses komunikasi adalah rangkaian kejadian/peristiwa atau perbuatan melakukan hubungan, kontak, interaksi satu sama lain (pada umumnya di antara makhluk hidup, walau lebih jauh dalam era cyber technology ini telah pula dimungkinkan komunikasi dengan komputer dan robot) berupa penyampaian dan penerimaan lambang-lambang yang mengandung arti atau makna. Proses komunikasi yang baik adalah apabila hubungan/interaksi dalam rangka penyampaian pesan/informasi/berita/ pengertian yang dilakukan tertuju kepada

(4)

penerima pesan/informasi itu, dan secara timbal-balik, disampaikan melalui saluran-saluran (media) yang cocok/tepat/sesuai dan isi pesan disusun dengan sebaik-baiknya secara jelas, tegas, pasti serta dapat dipahami oleh pihak-pihak yang terlibat dalam proses hubungan penyampaian dan penerimaan pesan itu (Rudy, 2005: 2).

II.1.4 Hambatan Komunikasi

Tidaklah mudah untuk melakukan komunikasi secara efektif. Bahkan beberapa ahli komunikasi menyatakan bahwa tidak mungkinkah seseorang melakukan komunikasi yang sebenar-benarnya efektif. Ada banyak hambatan yang bisa merusak komunikasi. Berikut ini adalah beberapa hal yang merupakan hambatan komunikasi yang harus menjadi perhatian bagi komunikator kalau ingin komunikasinya sukses.

1. Gangguan. Ada dua jenis gangguan terhadap jalannya komunikasi yang menurut sifatnya dapat diklasifikasi sebagai gangguan mekanik dan gangguan semantik.

2. Kepentingan. Interest atau kepentingan akan membuat seseorang selektif dalam menanggapi atau menghayati suatu pesan.

3. Motivasi Terpendam. Motivation atau motivasi akan mendorong seseorang berbuat sesuatu yang sesuai benar dengan keinginan, kebutuhan dan kekurangannya. Keinginan, kebutuhan, dan kekurangan seseorang berbeda dengan orang lainnya, dari waktu dan dari tempat ke tempat, sehingga karenanya motivasi itu berbeda dalam intensitasnya. Demikianlah pula intensitas tanggapan seseorang terhadap suatu komunikasinya.

(5)

4. Prasangka. Prejudice atau prasangka merupakan salah satu rintangan atau hambatan berat bagi suatu kegiatan komunikasi oleh karena orang yang mempunyai prasangka belum apa-apa sudah bersikap curiga dan menentang komunikator yang hendak melancarkan komunikasi. Dalam prasangka, emosi memaksa kita untuk menarik kesimpulan atas dasar syakwasangka tanpa menggunakan pikiran yang rasional (Effendy, 2003: 45-49)

II.1.5 Bentuk, Ruang Lingkup dan Jenis Komunikasi

Ilmu komunikasi merupakan ilmu yang mempelajari, menelaah dan meneliti kegiatan-kegiatan komunikasi manusia yang luas ruang lingkup (scope)-nya dan ba(scope)-nyak dimensi(scope)-nya. Berikut ini adalah penjenisan komunikasi berdasarkan konteksnya.

1. Bidang Komunikasi

Yang dimaksud dengan bidang di sini adalah bidang kehidupan manusia, di mana di antara jenis kehidupan yang satu dengan jenis kehidupan yang lain terdapat perbedaan yang khas; dan kekhasan ini menyangkut pula proses komunikasi. Berdasarkan bidangnya komunikasi meliputi jenis-jenis sebagai berikut:

a. Komunikasi sosial (social communication)

b. Komunikasi organisasional/manajemen (organizational/management communication)

c. Komunikasi bisnis (business communication) d. Komunikasi politik (political communication)

e. Komunikasi internasional (international communication) f. Komunikasi antarbudaya (intercultural communication) g. Komunikasi pembangunan (development communication) h. Komunikasi tradisional (traditional communication)

(6)

2. Sifat Komunikasi

Ditinjau dari sifatnya komunikasi diklasifikasi sebagai berikut: a. Komunikasi verbal (verbal communication)

1. Komunikasi lisan (oral communication) 2. Komunikasi tulisan (written communication) b. Komunikasi niverbal (nonverbal communication)

1. Komunikasi kial (gestural/body communication) 2. Komunikasi gambar (pictorial communication) 3. Lain-lain.

c. Komunikasi tatap muka (face-to-face communication) d. Komunikasi bermedia (mediated communication) 3. Tatanan Komunikasi

Yang dimaksud dengan tatanan komunikasi adalah proses komunikasi ditinjau dari jumlah komunikan. Berdasarkan situasi komunikan, maka klasifikasi menjadi bentuk-bentuk sebagai berikut:

a. Komunikasi pribadi (personal communication) b. Komunikasi massa (mass communication) c. Komunikasi kelompok (group communication) 4. Teknik Komunikasi

Istilah teknik berasal dari bahasa Yunani “technikos” yang berarti keterampilan atau keperigelan. Berdasarkan keterampilan berkomunikasi yang dilakukan komunikator, teknik komunikasi diklasifikasikan menjadi:

a. Komunikasi informative (informative communication) b. Komunikasi persuasive (persuasive communication) c. Komunikasi pervasive (pervasive communication) d. Komunikasi koersif (coersive communication) e. Komunikasi instruktif (instructive communication) f. Komunikasi manusiawi (human communication) II.1.6 Metode Komunikasi

Istilah metode atau dalam Bahasa Inggris “method” berasal dari bahasa Yunani “methodos” yang berarti rangkaian yang sistematis dan yang merujuk

(7)

kepada tata cara yang sudah dibina berdasarkan rencana yang pasti, mapan dan logis.

Atas dasar pengertian di atas metode komunikasi meliputi kegiatan-kegiatan yang terorganisir sebagai berikut:

a. Jurnalisme/Jurnalistik (journalism) b. Hubungan masyarakat (public relation) c. Periklanan (advertising)

d. Propaganda

e. Perang urat syarat (psychological warfare) f. Perpustakaan (library)

g. Lain-lain (Effendy, 2003: 52-56)

II.2 Komunikasi Massa

II.2.1 Pengertian Komunikasi Massa

“Hidup ini dikendalikan media massa”. Kalimat itu tidak dapat kita pungkiri jika kita amati animo individu atau masyarakat terhadap berbagai program komunikasi melalui media massa seperti surat kabar, majalah, radio, televisi, dan film (Ardianto, 2007: xiii). Komunikasi massa, seperti bentuk komunikasi lainnya (komunikasi antarpesona, komunikasi kelompok atau komunikasi organisasi), yang memiliki sedikitnya enam unsur, yakni komunikator (penyampai pesan), pesan, media, komunikan (penerima pesan), efek, dan umpan balik (Ardianto, 2007: 2)

Komunikasi massa diadopsi dari istilah Bahasa Inggris, mass communication, kependekan dari mass media communication (komunikasi media massa). Artinya, komunikasi yang menggunakan media massa. Istilah mass communications atau communications diartikan sebagai salurannya, yaitu mass media (media massa) kependekan dari media of mass communication.

(8)

Pada dasarnya komunikasi massa adalah komunikasi melalui media massa (media cetak dan elektronik). Sebab, pada awal perkembangannya, komunikasi massa berasal dari pengembangan kata media of mass communication (media komunikasi massa). Media massa apa? Media massa (atau saluran) yang dihasilkan oleh teknologi modern (Nurudin, 2007: 3-4)

Definisi komunikasi massa yang paling sederhana dikemukakan oleh Bittner (Rakhmat, dalam Ardianto, 2007: 3), yakni: komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang (mass communication is messages communicated through a mass medium to a large number of people). Dari definisi tersebut dapat diketahui bahwa komunikasi massa itu harus menggunakan media massa. Jadi sekalipun komunikasi itu disampaikan kepada khalayak yang banyak, seperti rapat akbar di lapangan luas yang dihadiri oleh ribuan, bahkan puluhan ribu orang, jika tidak menggunakan media massa, maka itu bukan komunikasi massa. Media komunikasi yang termasuk media massa adalah radio siaran, dan televisi- keduanya dikenal sebagai media elektronik; surat kabar dan majalah- keduanya disebut dengan media cetak; serta media film. (Ardianto, 2007: 3)

Definisi komunikasi massa yang lebih rinci dikemukakan oleh ahli komunikasi yang lain, yaitu Gerbner. Menurut Gerbner (1967) “Mass communication is the tehnologically and institutionally based production and distribution of the most broadly shared continous flow of messages in industrial societies” (Komunikasi massa adalah produksi dan distribusi yang berlandaskan teknologi lembaga dari arus pesan yang kontiniu serta paling luas dimiliki orang dalam masyarakat industri (Rakhmat, dalam Ardianto, 2007: 3).

(9)

Dari definisi Gerbner tergambar bahwa komunikasi massa itu menghasilkan suatu produk berupa pesan-pesan komunikasi. Produk tersebut disebarkan, didistribusikan kepada khalayak luas secara terus menerus dalam jarak waktu yang tetap, misalnya harian, mingguan, dwimingguan atau bulanan. Proses memproduksi pesan tidak dapat dilakukan oleh perorangan, melainkan harus oleh lembaga, dan membutuhkan suatu teknologi tertentu, sehingga komunikasi massa akan banyak dilakukan oleh masyarakat industri (Ardianto, 2007: 3)

Ini berarti proses yang terjadi antara media massa cetak (yakni majalah dinding) dengan pembacanya (yakni siswa) adalah suatu proses komunikasi massa.

II.2.2 Fungsi Komunikasi Massa a. Pengawasan (surveillance)

Fungsi pertama komunikasi massa menurut Joseph R. Dominick ternyata sama dengan fungsi yang pertama juga berdasarkan pendapat Harold Lasswell. Akan tetapi, Dominick memberikan penjelasan yang agak luas. Dikatakannya bahwa surveillance mengacu kepada yang kita kenal sebagai peranan berita dan informasi dari media massa. Media mengambil tempat para pengawal yang pekerjaannya mengadakan pengawasan. Orang-orang media itu, yakni para wartawan surat kabar dan majalah, reporter radio dan televisi, koresponden kan-tor berita, dan lain-lain berada di mana-mana di seluruh dunia, mengumpulkan informasi buat kita yang tidak bisa kita peroleh. Informasi itu disampaikan kepada organisasi-organisasi media massa yang dengan jaringan luas dan alat-alat yang canggih disebarkannya ke seluruh jagatraya.

Fungsi pengawasan dapat dibagi menjadi dua jenis:

1. Pengawasan peringatan (warning or beware surveillance)

Pengawasan jenis ini terjadi jika media menyampaikan informasi kepada kita mengenai ancaman topan, letusan gunung api, kondisi ekonomi yang mengalami depresi, meningkatnya inflasi, atau serangan militer. Peringatan ini dapat diinformasikan segera dan serentak (program televisi diinterupsi untuk memberitakan peringatan bahaya tornado), dapat pula diinformasikan ancaman dalam jangka waktu lama atau ancaman kronis (berita surat kabar atau majalah secara bersambung mengenai polusi udara atau

(10)

masalah pengangguran. Akan tetapi, memang banyak informasi yang tidak merupakan ancaman yang perlu diketahui oleh rakyat. Jenis kedua ini berkaitan dengan penyebaran informasi yang berguna bagi kehidupan sehari-hari. Berita tentang film yang dipertunjukkan di bioskop setempat, harga barang kebutuhan di pasar, produk-produk baru dan lain-lain adalah contoh-contoh pengawasan instrumental. Yang juga perlu dicatat ialah bahwa tidak semua contoh pengawasan instrumental seperti disebutkan di atas terjadi yang kemudian dijadikan berita.

2. Pengawasan instrumental (istrumental surveillance)

publikasi Skala kecil dan yang lebih spesifik seperti majalah-majalah atau jurnal-jurnal pengetahuan atau keterampilan juga melakukan tugas pengawasan. Bahkan fungsi pengawasan dapat dijumpai pula pada isi media yang dimaksudkan untuk menghibur.

b. Interpretasi (interpretation)

Yang erat sekali kaitannya dengan fungsi pengawasan adalah fungsi interpretasi. Media massa tidak hanya menyajikan fakta dan data, tetapi juga informasi beserta interpretasi mengenai suatu peristiwa tertentu. Contoh yang paling nyata dari fungsi ini adalah tajuk rencana surat kabar dan komentar radio atau televisi siaran. Tajuk Rencana dan komentar merupakan pemikiran para Redaktur media tersebut mengenai topik berita yang paling penting pada hari Tajuk Rencana dan komentar itu disiarkan. Fungsi interpretasi ini acap kali mendapat perhatian utama para pejabat pemerintah, tokoh politik, dan pemuka masyarakat karena sering bersifat kritik terhadap kebijaksanaan pemerintah.

c. Hubungan (linkage)

Media massa mampu menghubungkan unsur-unsur yang terdapat di dalam masyarakat yang tidak bisa dilakukan secara langsung oleh saluran perseorangan. Banyak contoh mengenai hal ini, misalnya kegiatan periklanan yangmenghubungkan kebutuhan dengan produk-produk penjual. Contoh lainnya ialah hubungan para pemuka partai politik dengan pengikut-pengikutnya ketika membaca berita surat kabar mengenai partainya yang dikagumi oleh para pengikutnya itu.

Seperti halnya dengan MacBride, Joseph R. Dominick juga menganggap sosialisasi sebagai fungsi komunikasi massa. Bagi Dominick, sosialisasi merupakan transmisi nilai-nilai (transmission of values) yang mengacu kepada cara-cara di mana seseorang mengadopsi perilaku dan nilai-nilai dari suatu kelompok.

d. Sosialisasi

Di antara jenis-jenis media massa, televisi termasuk media yang daya pervasinya paling kuat, terutama di kalangan anak-anak dan remaja. Hal ini wajar karena insan-insan yang belum berusia dewasa ini belum mempunyai daya kritik, sehingga ada kecenderungan mereka meniru perilaku orang-orang yang dilihat mereka pada layar televisi tanpa

(11)

menyadari nilai-nilai yang terkandung. e. Hiburan (entertainment)

Seperti halnya dengan MacBride, bagi Dominick pun hiburan merupakan fungsi media massa. Mengenai hal ini memang jelas tampak pada televisi, film dan rekaman suara. Media massa lainnya, seperti surat kabar dan majalah, meskipun fungsi utamanya adalah informasi dalam bentuk pemberitaan, rubrik-rubrik hiburan selalu ada, apakah itu cerita pendek, cerita panjang, atau cerita bergambar. Demikian fungsi-fungsi komunikasi massa menurut beberapa pakar kenamaan. Jelas bahwa pernyataan mengenai fungsi komunikasi massa di masyarakat akan sejajar dengan pernyataan mengenai bagaimana fungsi pada taraf individual. Apabila analisis kita alihkan dari analisis makro ke analisis mikro, maka pada taraf individual, pendekatan fungsional diberi nama umum uses-and gratifications model atau “model penggunaan dan pemuasan”. Secara sederhana model ini menyatakan bahwa khalayak memiliki kebutuhan dan dorongan yang dipuaskan dengan menggunakan media. Dewasa ini kebanyakan media massa melancarkan kegiatannya dengan model tersebut sebagai pendekatan fungsional. Dari paparan di atas, fungsi-fungsi komunikasi dan komunikasi massa yang begitu banyak itu dapat disederhanakan menjadi empat fungsi saja, yakni:

1. menyampaikan informasi (to inform) 2. mendidik (to educate)

4. mempengaruhi (to influence) (Effendy, 2006: 29-31) 3. menghibur (to entertain)

II.2.3 Ciri-ciri Komunikasi Massa

1. Komunikator dalam komunikasi massa melembaga

2. Komunikan dalam komunikasi massa bersifat heterogen

Komunikator dalam komunikasi massa bukan satu orang, tetapi kumpulan orang artinya gabungan berbagai macam unsur dan bekerja satu sama lain dalam sebuah lembaga. Lembaga yang dimaksud di sini menyerupai sebuah sistem. Sebagaimana sistem itu adalah sekelompok orang, pedoman dan media yang melakukan suatu kegiatan mengolah, menyimpan, menuangkan ide, gagasan, simbol, lambang menjadi pesan dalam membuat keputusan untuk mencapai satu kesepakatan dan saling pengertian satu sama lain dengan mengolah pesan menjadi sumber informasi.

Artinya, khalayak dengan beragam pendidikan, jenis kelamin, umur, status sosial, ekonomi, memiliki jabatan yang beragam, memiliki kepercayaan atau agama yang beragam.

(12)

a. Audience dalam komunikasi massa sangatlah heterogen, artinya mempunyai heterogenitas komposisi atau susunan.

Menurut Herbert Blumer (dalam Nurudin, 2004: 20), adapun ciri tentang karakteristik audience/komunikan sebagai berikut :

b. Berisi individu-individu yang tidak tabu atau mengenal satu sama lain. Disamping itu, antar individu itu tidak berinteraksi satu sama lain secara langsung

c. Mereka tidak mempunyai kepemimpinan atau organisasi formal. 3. Pesannya bersifat umum

4. Komunikasinya berlangsung satu arah

Pesan-pesan dalam komunikasi massa tidak ditujukan kepada satu orang atau satu kelompok masyarakat tertentu. Dengan kata lain, pesan-pesannya ditujukan pada khalayak yang plural. Sehingga pesan-pesan yang dikemukakan tidak boleh bersifat khusus.

5. Komunikasi massa menimbulkan keserempakan

Komunikasi berlangsung dari media massa ke khalayak dan tidak terjadi sebaliknya. Walaupun komunikasi terjadi dua arah, tetapi bukan kepada semua khalayak. Misalnya telepon interaktif yang dilakukan oleh penyiar dan khalayak.

6. Komunikasi massa mengandalkan peralatan teknis

Adanya keserempakan dalam proses penyebaran pesan-pesan kepada khalayak. Serempak berarti khalayak bisa menikmati media massa tersebut hampir bersamaan.

7. Komunikasi massa dikontrol oleh Gatekeeper

Media massa sebagai alat utama dalam menyampaikan pesan kepada khalayaknya sangat membutuhkan bantuan peralatan teknis. Peralatan teknis yang dimaksud misalnya pemancar untuk media elektronik.

Gatekeeper atau yang sering disebut penapis informasi/palang pintu/penjaga gawang adalah orang yang sangat berperan dalam penyampaian informasi melalui media massa. (Effendy, 2006:21-26)

II.2.4 Efek Komunikasi Massa

Efek dari pesan yang disebarkan oleh komunikator melalui media massa timbul pada komunikan sebagai sasaran komunikasi. Oleh karena itu efek melekat pada khalayak sebagai akibat dari perubahan psikologis. Yang diklasifikasikan sebagai efek kognitif (cognitive effect), efek afektif (affective effect) dan efek konatif yang sering disebut efek behavioral (behavioral effect).

(13)

1. Efek Kognitif

Efek kognitif berhubungan dengan pikiran atau penalaran, sehingga khalayak yang semula tidak tahu, yang tadinya tidak mengerti, yang tadinya bingung menjadi merasa jelas. Contoh, pesan komunikasi melalui media massa yang menimbulkan efek kognitif antara lain berita, tajuk rencana, artikel, acara penerangan, acara pendidikan dan sebagainya.

2. Efek Afektif

Efek afektif berkaitan dengan perasaan. Akibat dari membaca surat kabar atau majalah, mendengarkan radio, menonton acara televisi atau film bioskop, timbul perasaan tertentu pada khalayak. Perasaan akibat terpaan media massa itu bisa bermacam-macam, senang sehingga mencucurkan air mata, takut sampai merinding, dan lain-lain perasaan yang hanya bergejolak dalam hati, misalnya: perasaan marah, benci, kesal, kecewa, penasaran, sayang, gemes, sinis, kecut dan sebagainya. 3. Efek Konatif

Efek konatif bersangkutan dengan niat, tekad, upaya, usaha yang cenderung menjadi suatu kegiatan atau tindakan. Karena berbentuk perilaku, maka sebagaimana disinggung di atas efek konatif sering disebut juga efek behavioral. Efek konatif tidak langsung timbul sebagai akibat terpaan media messa, melainkan didahului oleh efek kognitif dan/atau efek afektif. Dengan lain perkataan, timbulnya efek konatif setelah muncul kognitif dan efek afektif (Effendy, 2003: 318-319).

(14)

II. 3 Teori AIDDA

Dalam strategi komunikasi peranan komunikator sangat penting. Strategi komunikasi harus luwes sedemikan rupa sehingga komunikator sebagai pelaksana dapat segera mengadakan perubahan apabila ada suatu faktor yang mempengaruhi. Suatu pengaruh yang menghambat komunikasi bisa datang sewaktu-waktu, lebih-lebih jika komunikasi dilangsungkan melalui media massa. Faktor-faktor yang berpengaruh bisa terdapat pada komponen media atau komponen komunikan, sehingga efek yang diharapkan tak kunjung tercapai.

Para ahli komunikasi cenderung untuk sama-sama berpendapat bahwa dalam melancarkan komunikasi lebih baik mempergunakan pendekatan dalam melancarkan komunikasi lebih baik mempergunakan pendekatan apa yang disebut A-A Procudure atau from Attention to Action Procedure.

A-A Procedure ini sebenarnya penyederhanaan dari suatu proses yang disingkat AIDDA. Lengkapnya adalah sebagai berikut:

A = Attention (Perhatian) I = Interest (Minat) D = Desire (Hasrat) D = Decision (Keputusan) A = Action (Kegiatan)

Proses pentahapan komunikasi ini mengandung maksud bahwa komunikasi hendaknya dimulai dengan membangkitkan perhatian. Dalam hubungan ini komunikator harus menimbulkan daya tarik. Pada dirinya harus terdapat faktor daya tarik komunikator (source atrractiveness), yang juga pernah disinggung di depan.

(15)

Seorang komunikator akan mempunyai kemampuan untuk melakukan perubahan sikap, pendapat dan tingkah laku komunikasi melalui mekanisme daya tarik jika pihak komunikan merasa bahwa komunikator ikut serta dengannya; dengan lain perkataan pihak komunikan merasa adanya kesamaan antara komunikator dengannya, sehingga dengan demikian komunikan bersedia untuk taat pada pesan yang dikomunikasikan oleh komunikator. Sikap komunikator yang berusaha menyamakan diri dengan komunikan ini akan menimbulkan simpati komunikan pada komunikator.

Satu hal yang perlu diperhatikan dalam membangkitkan perhatian ini ialah dihindarkannya kemunculan himbauan (appeal) yang negatif. Himbauan yang negatif bukan attention arousing, melainkan anxiety arousing, menumbuhkan kegelisahan. William J. McGuare, seorang ahli komunikasi kenamaan menegaskan dalam karyanya “Persuasion” bahwa “anxiety arousing communication“ menimbulkan efek ganda. Di satu pihak ia membangkitkan rasa takut akan bahaya sehingga mempertinggi motivasi untuk melakukan tindakan preventif. Di lain pihak rasa takut tersebut flight to fight yang dalam kasus komunikasi dapat berbentuk permusuhan pada komunikator atau tidak menaruh perhatian sama sekali.

Dimulainya komunikasi dengan membangkitkan perhatian akan merupakan awal suksesnya komunikasi. Apabila perhatian komunikan telah terbangkitkan, hendaknya disusul dengan upaya menumbuhkan minat (interest), yang merupakan derajat yang lebih tinggi dari perhatian. Minat adalah kelanjutan dari perhatian yang merupakan titik tolak bagi timbulnya hasrat (desire) untuk melakukan suatu kegiatan yang diharapkan komunikator. Hanya ada hasrat saja

(16)

pada diri komunikan, bagi komunikator belum berarti apa-apa, sebab harus dilanjutkan dengan datangnya keputusan (decission), yakni keputusan untuk melakukan kegiatan (action) sebagaimana diharapkan komunikator (Effendy, 2003: 303-305).

Tabel 2

Deskripsi model AIDDA tentang Majalah Dinding

A Attention (perhatian) Kehadiran Majalah Dinding mampu menarik perhatian para siswa.

I Interest (minat) Ketertarikan mulai timbul pada diri siswa terhadap majalah dinding. Dalam hal ini disebabkan oleh dimensi-dimensi penting yang dalam majalah dinding. Dimensi-dimensi tersebut dapat ditimbulkan dengan rubrik-rubrik yang menarik.

D Desire (hasrat) Hasrat/kemauan para siswa untuk ikut serta dalam pembuatan majalah dinding yang diinginkan.

D Decision (keputusan) Setelah timbulnya hasrat pada diri siswa, maka akan menghantarkannya kepada suatu keputusan, yakni keputusan untuk melakukan kegiatan mading.

A Action (tindakan) Tindakan para siswa yang telah ikut serta dalam pembuatan mading, dan secara terus-menerus ingin berbagi dalam mading.

(17)

II. 4 Majalah Dinding sebagai Salah Satu Media Massa Cetak II. 4.1 Pengertian Majalah Dinding

Majalah dinding atau yang biasa diakronimkan menjadi mading adalah salah satu jenis media komunikasi massa tulis yang paling sederhana. Disebut majalah dinding karena prinsip dasar majalah terasa dominan di dalamnya, sementara itu penyajiannya biasanya dipampang pada dinding atau yang sejenisnya.

Prinsip majalah tercermin lewat penyajiannya, baik yang berwujud tulisan, gambar, atau kombinasi dari keduanya. Dengan prinsip dasar bentuk kolom-kolom, bermacam-macam hasil karya, seperti lukisan, vinyet, teka-teki silang, karikatur, cerita bergambar, dan sejenisnya disusun secara variatif. Semua materi itu disusun secara harmonis sehingga keseluruhan perwajahan mading tampak menarik.

Bentuk fisik mading biasanya berwujud lembaran tripleks, karton, atau bahan lain dengan ukuran yang beraneka ragam. Ukuran yang tergolong relatif besar adalah 120 cm x 240 cm, sedang yang lebih kecil lagi disesuaikan dengan situasi dan kondisinya. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia majalah dinding atau lebih dikenal dengan mading adalah suatu media yang berperan sebagai sarana/tempat informasi tentang ilmu pengetahuan dari berbagai sumber yang isinya sangat beragam, dan merupakan hasil kreativitas dari siswa, buah pemikiran guru maupun karya-karya kreatif dan informasi lainnya. Kreativitas merupakan kemampuan untuk mencipta, daya cipta.

Media massa cetak merupakan salah satu alat yang digunakan dalam penyampaian pesan dari sumber kepada khalayak (penerima) oleh sebab

(18)

itu agar pesan yang disampaikan oleh media massa cetak dapat diterima secara efektif oleh khalayaknya maka media massa cetak harus memiliki daya tarik (www.google.com).

Boove (dalam Liliweri, 1992: 75) mengemukakan media massa cetak yang baik harus memiliki daya tarik, antara lain:

1. Daya tarik pesan, meliputi isi pesan, tata bahasa, gaya penulisan dan aktualitas berita.

2. Daya tarik fisik, meliputi gambar (kualitas gambar/foto dan kualitas kertas), tata letak, tata warna (teknik pewarnaan dan kualitas warna).

3. Daya tarik kuantitas, meliputi frekuensi terbitnya media massa cetak tersebut

II. 4.2 Manfaat Majalah Dinding

Mading memiliki banyak manfaat, beberapa di antaranya adalah sebagai berikut:

1. Media Komunikasi

Mading adalah media komunikasi termurah untuk menciptakan komunikasi antarpihak dalam lingkup tertentu. Mading yang dipasang di balai RW, halaman kantor desa, gereja, masjid, sekolah atau di fakultas tertentu membuktikan bahwa pemasangan dengan cara itu membuat komunikasi dapat dijalin dengan praktis. Dikatakan paling praktis mengingat bahan dan volume tulisan dapat diatur secara elastis, disesuaikan dengan tema dan keperluan yang aktual.

(19)

2. Wadah Kreativitas

Pada umumnya kegiatan anak muda tidak pernah sepi dari kreativitas, misalnya olahraga, olah seni, keterampilan, permainan, dan tidak ketinggalan pula aktivitas ekspresi tulis. Lewat karya tulis akan tersalurkan dua macam manfaat yang bersifat timbal balik. Dari sisi Penulis, majalah dinding adalah tempat untuk mencurahkan bermacam ide. Beragam gagasan, pikiran, daya cipta, bahkan fantasi yang mengiringi perkembangan jiwanya perlu penyaluran dan media untuk menuangkannya. Maka tepatlah apabila mading digunakan sebagai wadah curahan kreativitas kawula muda karena didukung oleh sifatnya yang mudah dilaksanakan dengan biaya yang murah.

Dari sisi lain, pembaca akan mendapatkan penyaluran yang berkaitan dengan keinginan, cita-cita, kecintaan, kerinduan, keprihatinan dan berbagai pikiran lain yang tidak dapat disalurkannya sendiri. Dengan membaca tulisan-tulisan teman atau orang lain, terlepaslah ia dari berbagai gejolak yang ada dalam dirinya. Mading dapat menjadi tuangan aspirasi diri bagi pembaca yang telah dituliskan orang lain dan menjadi sarana bersama penulisnya untuk berpendapat tentang sesuatu, berkeinginan, berkomentar, berolok-olok, mengkritik serta masih banyak lagi yang lain.

Sebagai anak muda yang peka terhadap sekelilingnya, dengan melihat fakta bahwa dalam hidup ini selalu saja timbul persoalan, maka mading akan menjadi dorongan untuk melahirkan tulisan guna melepaskan atau menumpahkan segala macam gagasan dan pikirannya.

(20)

3. Menanamkan Kebiasaan Membaca

Dunia akan menjadi luas bila kita senang membaca. Untuk itu, kegemaran membaca harus ditanamkan. Dalam hal ini, mading punya andil yang besar. Mading dapat tampil setiap saat tanpa dihadang oleh sejumlah kesulitan. Mading dapat diterbitkan oleh siapa saja dalam jangka waktu yang relatif bebas tergantung animo pembaca. Kalau pembacanya menghendaki, mading dapat ditampilkan setiap hari dengan materi tulisan yang bersifat aktual sesuai lingkungan. Apabila minat baca dan atensi menulis masyarakat sedang-sedang saja, mading dapat diganti tiap bulan atau tiap-tiap minggu.

4. Pengisi Waktu

Banyak kawula muda tidak dapat mengisi waktu luangnya dengan baik. Kelebihan energinya dibuang percuma. Dengan mengobrol ditepi jalan, merokok, minum, membentuk "geng", mencoret-coretkan identitas "kelompoknya" dengan cat semprot (baca:pilok) di sembarang tempat dan masih banyak lagi yang lain. Semua itu sebenarnya dapat ditangguhkan dengan membaca mading, kemudian aktif menulis. Apabila kelebihan tenaga yang diboroskan itu digunakan untuk menulis dalam lembaran mading, tentu akan banyak bermanfaat bagi perkembangan dan pertumbuhan jiwanya. Di samping itu, tentu juga bermanfaat bagi pihak lain.

5. Melatih Kecerdasan Berpikir

Membaca mading akan membangkitkan gairah untuk mencari bacaan lain lewat "umpan" yang disajikan dalam mading. Sangat mungkin sajian-sajian mading itu belum sepenuhnya memenuhi selera pembacanya. Hal ini akan

(21)

menjadikan mading berperan sebagai perangsang bagi pembacanya untuk mencari bahan bacaan lain yang lebih lengkap.

Kebiasaan membaca akan menambah pengetahuan pembaca dalam berbagai bidang. Semakin banyak membaca, pengetahuan siapa pun akan bertambah.

Secara tidak langsung hal itu akan menjadi pendorong bertambahnya kecerdasan. Dengan demikian, jelas bahwa mading menjadi "terminal awal" yang dapat menjembatani lahirnya pengetahuan, ketangkasan berpikir, dan terbentuknya kecerdasan.

6. Melatih Berorganisasi

Menghadirkan selembar mading berarti mengorganisasikan sekelompok orang. Mading menuntun semua yang terlibat di dalamnya untuk berorganisasi. Mading adalah perwujudan kerja tim atau kerja kelompok yang perlu saling mematuhi kesepakatan, aturan yang telah ditetapkan, kedisiplinan diri dan kesungguhan bekerja. Dengan menyiapkan mading, secara otomatis siapa saja akan menghayati arti organisasi dan langsung terkait dengan aktivitas di dalamnya.

Mading akan membiasakan para penyelenggaranya menyiapkan perencanaan- perencanaan yang matang dalam tubuh organisasi sekelompok orang yang menjalin kerjasama antarbagian. Lewat kondisi yang demikian, maka secara langsung atau tidak mading menempatkan kekompakan kerja sebagai modal dasar setiap tumbuhnya organisasi.

(22)

7. Mendorong Latihan Menulis

Berdasarkan pengalaman, banyak penulis yang menggunakan media mading sebagai wahana berlatih. Berawal dari senang menulis hal-hal yang sederhana, tidak mustahil seseorang menjadi terbuka wawasannya untuk lebih mengembangkan kesenangannya dalam bidang kepenulisan secara lebih profesional (www.google.com)

II. 5 Tindakan Berkreasi II.5.1 Tindakan

II.5.1.1 Definisi Penelitian Tindakan

Untuk membantu memperoleh pemahaman menyeluruh tentang hakikat penelitian tindakan, dibawah ini disajikan sejumlah definisi yang diterjemahkan dari berbagai sumber.

a. Penelitian tindakan merupakan pengumpulam informasi yang sistematik yang dirancang untuk menghasilkan perubahan sosial ( Bodgan dan Biklen dalam Suwarsih, 2009: 9)

b. Penelitian tindakan merupakan penerapan penemuan fakta pemecahan dalam situasi sosial dengan pandangan untuk meningkatkan kualitas tindakan yang dilakukan didalamnya, yang melibatkan kolaborasi dan kerjasama para peneliti, praktisi dan orang awam (Bodgan dan Biklen dalam Suwarsih, 2009: 9).

II. 5.1.2 Tujuan dan Fungsi Penelitian Tindakan

Penelitian tindakan lebih ditujukan untuk memperoleh pengetahuan untuk situasi atau sasaran khusus daripada pengetahuan yang secara ilmiah tergeneralisasi. Semua penelitian tindakan memiliki dua tujuan utama, yakni

(23)

untuk meningkatkan dan melibatkan. Penelitian tindakan bertujuan untuk mencapai tiga hal berikut:

a. peningkatan praktik

b. peningkatan (atau pengembangan profesional) pemahaman praktik oleh praktisinya, dan

c. peningkatan situasi tempat pelaksanaan praktik (Grundy dan Kemmis dalam Suwarsih, 2009: 24-25)

Dengan kata lain, tujuan utama penelitian jenis ini adalah untuk mengubah perilaku penelitinya, perilaku orang lain, dan/atau mengubah kerangka kerja organisasi atau struktur lain, yang pada gilirannya menghasilkan perubahan pada perilaku peneliti-penelitinya dan/atau perilaku orang lain.

Penelitian tindakan berfungsi sebagai alat untuk meningkatkan kualitas pelaksanaan kerja. Di sekolah dan ruangan kelas, misalnya, penelitian tindakan dapat memiliki lima kategori fungsi sebagai berikut:

a. sebagai alat untuk mengatasi masalah-masalah yang didiagnosis dalam situasi spesifik atau untuk meningkatkan keadaan tertentu dengan cara tertentu;

b. sebagai alat pelatihan dalam jabatan, membekali guru dengan keterampilan dan metode baru dan mendorong timbulnya kesadaran diri;

c. sebagai alat untuk memasukkan pendekatan tambahan atau inovatif terhadap pengajaran dan pembelajaran ke dalam sistem yang dalam keadaan normal menghambat inovasi dan perubahan;

d. sebagai alat untuk meningkatkan komunikasi yang biasanya buruk antara guru dan peneliti;

e. sebagai alat untuk menyediakan alternative bagi pendekatan yang subjektif, impresionistik terhadap pemecahan masalah kelas (Suwarsih, 2009: 26).

(24)

II. 5.1.3 Ciri-ciri Penelitian Tindakan

Secara umum penelitian tindakan memiliki ciri-cirsebagai berikut (Cohen dan Manion, 1980; Burns, 1999):

1) Situasional, konteksual, berskala kecil, praktis, terlokalisasi dan secara langsung gayut (relevan) dengan situasi nyata dalam dunia kerja. 2) Memberikan kerangka kerja yang teratur kepada pemecahan masalah

praktis.

3) Fleksibel dan adaptif, dan oleh karenanya memungkinkan adanya perubahan selama masa percobahan dan pengabaian pengontrolan karena lebih menekankan sifat tanggap dan pengujicobaan dan pembaharuan di tempat kejadian/pelaksanaan.

4) Partisipatori karena peneliti dan/atau anggota tim peneliti sendiri ambil bagian secara langsung atau tidak langsung dalam melaksanakan praktik dengan cara tertentu.

5) Self-evaluative, yaitu modifikasi secara kontinyu yang dievaluasi dalam situasi yang ada, yang tujuan akhirnya adalah untuk meningkatkan praktik dengan cara tertentu.

6) Perubahan dalam praktik didasari pengumpulan informasi atau data yang memberikan dorongan untuk terjadinya perubahan.

7) Secara ilmiah kurang ketat karena kesahihan internal dan eksternalnya lemah meskipun diupayakan untuk dilakukan secara sistematis.

II.5.1.4 Perbedaan Penelitian Tindakan dengan Penelitian lainnya a. penelitian tindakan berbasis praktisi

b. penelitian tindakan difokuskan pada pembelajaran

c. penelitian tindakan melingkupi praktik profesional yang bagus, dan melampauinya.

d. Penelitian tindakan dapat mengarah pasa peningkatan pribadi dan sosial e. Penelitian tindakan responsive terhadap situasi-situasi sosial

f. Penelitian tindakan menuntut pertanyaan tingkat tinggi g. Penelitian tindakan secara disadari bersifat politis

h. Fokus penelitian tindakan ada perubahan dan diri adalah fokus perubahan i. Praktisi bertanggung jawab atas tindakannya sendiri

j. Penelitian tindakan menekankan nilai-nilai sebagai dasar praktik (Suwarsih, 2009: 18).

II.5.2 Berkreasi

II.5.2.1 Pengertian Berkreasi

Berkreasi yaitu menghasilkan sesuatu sebagai hasil buah pikiran; mencipta. Berkreasi adalah membuat sesuatu yang belum ada sebelumnya menjadi ada. Prinsip dasar dari berkreasi adalah memberi nilai tambah pada

(25)

benda-benda, cara kerja, cara hidup dan lain sebagainya agar senantiasa muncul ide-ide baru yang lebih baik daripada ide yang sudah ada sebelumnya.

Berdasarkan pengertian tentang tindakan dan berkreasi tersebut di atas dapat diambil kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan tindakan berkreasi dalam penelitian ini adalah suatu sikap yang muncul akibat adanya penelitian yang dapat menimbulkan hasrat dan keinginan individu untuk menghasilkan sesuatu sebagai hasil dari buah pikirannya

Referensi

Dokumen terkait

Skripsi dengan judul “Jenis-jenis Krustasea (Subkelas Malacostraca) di Hutan Mangrove Daerah Pesiisr Tanjung Api-api Sumatera Selatan dan Sumbangannya pada Pembelajaran

Steven Sutcliffe dalam analisanya mengenai sebab-sebab kemunculan aliran kepercayaan New Age Movement (NAM) atau GZB ini menyatakan bahwa individu-individu di masa antara

Tujuan dari penelitian ini adalah mengukur acoustic backscattering strength dasar perairan pada berbagai tipe substrat di perairan Selat Gaspar dan sekitarnya...

dengan menggunakan 30 dari 40 peserta latihan dari ektrakurikuler bolavoli SMK Negeri 6 Malang. Pada pengembangan model latihan block bolavoli ini data diperoleh dari

Secara umum,alat penukar kalor adalah alat yang memindahkan panas diantara dua fluida yang memiliki temperatur yang berbeda tanpa mencampurkan kedua fluida tersebut

Harapan antara pegawai dan perusahaan atau organisasi berkaitan dengan hubungan kerja yang mereka jalani dan hal ini berlangsung sejak pegawai tersebut memilih untuk menjadi

(7) Jika permohonan diajukan oleh warga negara asing anak eks WNI dan warga negara asing yang orang tua kandungnya WNI, penyampaian permohonan sebagaimana dimaksud

Pandangan filosofis tentang hakikat sekolah itu sendiri dan hakikat masyarakat, dan bagaimana hubungan antara keduanya. a) Sekolah adalah bagian yang integral