PRINSIP DASAR
PRINSIP DASAR
APLIKASI HACCP
APLIKASI HACCP
Direktorat Inspeksi dan Sertifikasi Pangan – BPOM RI
SISTEM HACCP
SISTEM HACCP
HACCP:
Hazard Analysis Critical Control Point
(Analisa Bahaya dan Pengendalian
Titik Kritis)
Sistem pencegahan untuk keamanan
GMP
SSOP
HACCP
Manajemen Keamanan
Manajemen Mutu
HUBUNGAN GMP, SSOP DAN
HUBUNGAN GMP, SSOP DAN
MANAJEMEN MUTU/KEAMANAN
MANAJEMEN MUTU/KEAMANAN
PANGAN
PANGAN
Penerapan Sanitasi /Higiene
Direktorat Inspeksi dan Sertifikasi Pangan – BPOM RI
SISTEM HACCP
SISTEM HACCP
•
Bukan sistem zero-risk atau tanpa resiko
•
Dirancang untuk meminimumkan resiko
bahaya kemanan pangan
•
Suatu alat manajemen untuk memproteksi
rantai suplai pangan dan proses produksi dari
kontaminasi bahaya mikrobiologis, kimia dan
fisik
SISTEM HACCP
SISTEM HACCP
•
HACCP merupakan:
Pendekatan sistematik
Proaktif
Usaha dari suatu tim
Teknik common sense
Sistem hidup dan dinamik
•
HACCP bukan merupakan:
Pekerjaan diatas kertas
Direktorat Inspeksi dan Sertifikasi Pangan – BPOM RI
SEJARAH SISTEM HACCP
SEJARAH SISTEM HACCP
•
1960: Pillsbury Co., NASA dan US Army Lab.
Natick: tujuan utama mengembangkan
makanan yang aman bagi astronot
•
1971: Pemaparan pertama pada masyarakat
USA
•
1973: Peraturan Federal US: HACCP untuk
makanan kaleng berasam rendah
•
1970 - 1980: diadopsi secara luas oleh industri
makanan
SEJARAH SISTEM HACCP
SEJARAH SISTEM HACCP
•
Rekomendasi US National Academy of
Sceinces:
1985 : HACCP dalam industri pangan diperluas
1986-1987: HACCP dalam inspeksi daging dan
ternak
1987: membentuk NACMCF (Nat. Advisory
Committee on Microbiological Crietria for
Foods): pengembangan 3 prinsip menjadi 7
prinsip
Direktorat Inspeksi dan Sertifikasi Pangan – BPOM RI
MENGAPA HACCP DIGUNAKAN???
MENGAPA HACCP DIGUNAKAN???
•
Manajemen keamanan pangan
•
Terjadi insiden keracunan melalui makanan
•
Keterbatasan inspeksi dan pengujian:
Inspeksi di jalur akhir tidak dapat memberi jaminan
Terdapat penundaan antara sampling dan hasil uji
Uji kimia dan mikrobiologi bersifat merusak produk
dan tergantung dari metode analitik dan sampling
Petugas inspeksi fisik dapat terganggu
konsentrasinya
Cacat karena bakteri patogen tidak terlihat
•
Tuntutan dari luar: pemerintah, pelanggan,
media, standard international
STANDARD SISTEM HACCP
STANDARD SISTEM HACCP
•
Codex Alimentarius
•
SQF 2000: Safe Quality Food 2000
•
EQCI: European Quality
Certification Institute
•
SNI 01-4852-1998
Direktorat Inspeksi dan Sertifikasi Pangan – BPOM RI
PENERAPAN SISTEM HACCP
PENERAPAN SISTEM HACCP
•
Codex Guidelines:
TAHAP-TAHAP APLIKASI HACCP (PEDOMAN
TAHAP-TAHAP APLIKASI HACCP (PEDOMAN
CODEX)
CODEX)
1. Menyusun TIM HACCP 2. Deskripsikan produk 3. Identifikasi Penggunaan yang ditujukan 4. Buat Diagram Alir 5. Verifikasi DiagramAlir di tempat
6. Daftarkan semua Bahaya Potensial
Lakukan Analisis Bahaya
7. Tentukan CCPs 8. Tetapkan Batas Kritis
Untuk Setiap CCP 9. Tetapkan Sistem Monitoring untuk setiap
CCP 10 . Tetapkan tindakan koreksi untuk penyimpangan yang mungkin terjadi 11. Tetapkan produser Verifikasi 12. Tetapkan Prinsip 2 Prinsip 3 Prinsip 4 Prinsip 5 Prinsip 6
Multidisiplin
Melibatkan personalia dari bagian produksi, sanitasi,
QA, laboratorium dan teknik; personalia yang terlibat
sehari-hari dalam aktivitas produksi
Idealnya Tim tidak lebih banyak dari 6
MENYUSUN TIM HACCP
MENYUSUN TIM HACCP
HACCP Langkah 1
HACCP Langkah 1
Personalia yang akan terlibat/bertanggung
jawab dalam:
Identifikasi bahaya
Penentuan TKK
Memonitor TKK
Memverifikasi operasi pada TKK
Melakukan
pengujian
sampel
dan
melakukan
prosedur verifikasi
Kom
po
sis
i Ti
m
Keahlian yang diperlukan:
Keahlian yang diperlukan:
Personalia yang terlibat harus memiliki
pengetahuan:
Teknologi dan peralatan yang digunakan
Aspek praktis dalam pengolahan pangan
Aliran proses produksi
Aspek terapan dari ilmu mikrobiologi
Prinsip-prinsip dan aplikasi HACCP
Ahli Mikrobiologi
Supervisor Proses
Ahli Teknik/Rekayasa
Manajer Quality Assurance
Manajer Produksi
Contoh Susunan
Tim
Direktorat Inspeksi dan Sertifikasi Pangan – BPOM RI
DESKRIPSI PRODUK
DESKRIPSI PRODUK
Nama produk
Komposisi
Karakteristik produk jadi
Metode pengolahan
Metode pengawetan
Pengemas primer
Pengemas untuk transportasi
Kondisi penyimpanan
Metode distribusi
Umur Simpan
Pelabelan khusus
Petunjuk penggunaan
HACCP Langkah 2
HACCP Langkah 2
Bahan Baku
Urutkan semua bahan yang digunakan:
Bahan baku
ingredien,
Bahan penolong/BTM
pengemas
Deskripsi produk dan
bahan baku yang terpisah
harus dibuat untuk setiap
produk pangan
Direktorat Inspeksi dan Sertifikasi Pangan – BPOM RI
IDENTIFIKASI PENGGUNA PRODUK
IDENTIFIKASI PENGGUNA PRODUK
HACCP Langkah 3
HACCP Langkah 3
Lima kelompok populasi yang peka
Manula
Bayi
Wanita Hamil
Orang sakit
Orang dengan daya tahan terbatas
MENYUSUN DIAGRAM ALIR
MENYUSUN DIAGRAM ALIR
HACCP Langkah 4
HACCP Langkah 4
Diagram alir harus menggambarkan:
Semua bahan-bahan yang digunakan termasuk
bahan mentah, pengemas, air dan bahan kimia
Urutan proses (termasuk penambahan bahan baku)
Waktu/suhu semua bahan baku, produk intermediat
dan produk akhir termasuk potensi penundaan
Rincian seluruh kegiatan proses termasuk inspeksi,
transportasi, penyimpanan dan penundaan proses
Kondisi aliran likuid dan solid
Keluaran dari proses seperti
limbah
pengemasan,
bahan baku, product-in-progress, produk rework dan
produk ditolak
Direktorat Inspeksi dan Sertifikasi Pangan – BPOM RI
VERIFIKASI DIAGRAM ALIR DI TEMPAT
VERIFIKASI DIAGRAM ALIR DI TEMPAT
HACCP Langkah 5
HACCP Langkah 5
Validasi diagram alir proses:
Mengamati aliran proses
Kegiatan sampel
Wawancara
Operasi rutin/non-rutin
Semua tim HACCP harus terlibat
dalam verifikasi diagram alir
Mengevaluasi secara spesifik bahaya pada
produk, bahan mentah/ inggridien/bahan
tambahan dan langkah proses untuk
menentukan kategori risiko atau
signifikansi bahaya-bahaya tersebut.
Persiapkan
• Daftar bahan mentah/inggridien/bahan
tambahan makanan yang digunakan
• Diagram alir produk yang teliti dan telah
diverifikasi
• Deskripsi produk yang menyangkut kelompok
ANALISIS BAHAYA DAN PENETAPAN RESIKO
ANALISIS BAHAYA DAN PENETAPAN RESIKO
HACCP Langkah 6 Prinsip 1
Direktorat Inspeksi dan Sertifikasi Pangan – BPOM RI
ANALISIS BAHAYA DAN PENETAPAN RESIKO
ANALISIS BAHAYA DAN PENETAPAN RESIKO
HACCP Langkah 6 Prinsip 1
HACCP Langkah 6 Prinsip 1
Analisis bahaya terdiri
dari:
Identifikasi bahaya
Penentuan kepentingan
bahaya (kategori resiko
atau signifikansi bahaya)
Identifikasi tindakan
Bahaya untuk setiap pabrik dapat berbeda
walapun produknya sama karena terdapat
perbedaan pada:
Sumber bahan baku dan ingredien
Formulasi
Peralatan yang digunakan
Proses dan metode persiapan
Lama proses
Kondisi penyimpanan
Setiap pabrik harus melakukan
analisis bahaya yang terpisah
ANALISIS BAHAYA DAN PENETAPAN RESIKO
ANALISIS BAHAYA DAN PENETAPAN RESIKO
HACCP Langkah 6 Prinsip 1
Direktorat Inspeksi dan Sertifikasi Pangan – BPOM RI
Identifikasi bahaya pada bahan mentah
Dapatkah mikroba patogen, toksin, bahaya kimia atau fisik
berada pada bahan mentah?
Apakah pengawet digunakan ? Apakah berbahaya?
Apakah ingredien berbahaya digunakan berlebihan?
Adakah ingredien yang dihilangkan yang dapat
menyebabkan pertumbuhan mikroorganisme patogen?
Apakah asam yang digunakan atau pH produk akhir
berpengaruh terhadap pertumbuhan mikroorganisme
Apakah aw produk akhir mempengaruhi pertumbuhan
mikroorganisme
Apakah pendinginan diperlukan untuk menjaga kualitas
produk selama penyimpanan atau distribusi
Prinsip 1.
Identifikasi bahaya pada tahapan proses
• Dapatkah kontaminan masuk ke dalam
produk selama proses?
Pertimbangkan : higiene personal,
kontaminasi pada peralatan atau bahan,
kontaminasi silang dll
• Dapatkah mikroorganisme yang dicurigai
tumbuh dan berkembang biak selama
proses pengolahan?
Pertrimbangkan : suhu dan waktu
Prinsip 1.
Identifikasi Tindakan Pencegahan
Identifikasi Tindakan Pencegahan
• Faktor-faktor, tindakan dan kegiatan yang
dapat digunakan untuk mengendalikan
bahaya keamanan pangan yang
teridentifikasi
• Tindakan pencegahan dapat menghilangkan
atau mengurangi bahaya sampai tingkat
yang dapat diterima
• Lebih dari satu tindakan pencegahan
mungkin diperlukan untuk satu bahaya tetapi
satu tindakan pencegahan mungkin dapat
mengurangi atau menghilangkan lebih dari
satu bahaya
PRINSIP 1.
IDENTIFIKASI BAHAYA
IDENTIFIKASI BAHAYA
Bahaya terdiri dari:
Biologis/Mikrobiologis
Kimia
Direktorat Inspeksi dan Sertifikasi Pangan – BPOM RI
BAHAYA BIOLOGIS
BAHAYA BIOLOGIS
Bakteri
Kapang
•Virus
•Parasit
•Alga
– Aspergillus
– Fusarium
– Penicillum
Mikotoksin
BAHAYA KIMIA
BAHAYA KIMIA
• Residu desinfektan dan detergen
• Pestisida
• Allergen
• Logam berat
• Nitrit, nitrat dan n-nitroso compounds
•Pollychlorinated biphenyls (pcbs)
•Bahan pengemas
•Residu antibiotik hormon
•Bahan additives
•Filotoksin dan toksin mikroba
•Zootoksin
BAHAYA FISIK
BAHAYA FISIK
• Pecahan gelas
• Potongan kayu
• Kerikil
• Logam
• Serangga
• Bahan insulasi
• Potongan tulang
• Plastik
• Perhiasan
Menentukan Kategori Risiko atau Signifikansi Bahaya
PRINSIP 1.
ANALISIS BAHAYA DAN PENETAPAN RISIKO
• Dilakukan untuk menetapkan apakah suatu bahaya
benar-benar berisiko sehingga berpotensi menjadi
CCP
• Berbagai pendekatan telah diformulasikan, misalnya
dengan menggunakan
Tabel Kategori Risiko : umumnya untuk bahan baku,
bahan tambahan, kemasan, produk
Tabel Signifikansi Bahaya : untuk bahan baku, bahan
tambahan, kemasan, produk dan tahapan proses
PENENTUAN KEPENTINGAN BAHAYA
PENENTUAN KEPENTINGAN BAHAYA
• Risiko: peluang kemungkinan suatu
bahaya akan terjadi
• Risiko: tinggi, sedang dan rendah
• Tingkat keseriusan atau beratnya
(severity) efek bahaya
• Berat bahaya: tinggi, sedang dan
rendah
KATEGORI RISIKO
Inggridien atau
Karakteristik Bahaya
Kategori
Produk Pangan
(A,B,C,D,E,F)
Risiko
Z
A+ *)
VI
Y
Lima + (B s/d F)
V
X
Empat + (B s/d F)
IV
*) Kategori spesial
W
Tiga + (B s/d F)
III
V
Dua + (B s/d F)
II
U
Satu + (B s/d F)
I
T
Tidak ada +
O
Bahaya A: Produk-produk pangan yang tidak steril dan dibuat
untuk konsumsi kelompok beresiko (bayi, lansia,
immunocompromised)
Bahaya B:
Produk mengandung inggridien yang “sensitif”
Bahaya C:
Proses tidak memiliki tahap pengolahan yang
terkendali yang secara efektif membunuh mikroba
berbahaya
Bahaya D: Produk mungkin mengalami rekontaminasi
setelah pengolahan sebelum pengemasan
Bahaya E:
Ada potensi terjadinya kesalahan penanganan
selama distribusi atau oleh konsumen yang
menyebabkan produk berbahaya
Bahaya F: Tidak ada tahap pemanasan akhir setelah
pengemasan atau di tangan konsumen atau tidak
ada tahap pemanasan akhir atau tahap pemusnahan
mikroba setelah pengemasan (untuk bahan baku)
sebelum memasuki pabrik pengolahan pangan
Karakteristik Bahaya Mikrobiologi
Bahaya A:
Produk-produk pangan yang tidak steril dan
dibuat untuk konsumsi kelompok beresiko (bayi,
lansia, immuno-compromised)
Bahaya B:
Produk mengandung inggridien yang “sensitif”
Bahaya C:
Proses tidak memiliki tahap pengolahan yang
terkendali yang secara efektif mencegah,
memusnahkan, atau menghilangkan bahan kimia
atau fisik yang berbahaya
Bahaya D: Produk mungkin mengalami rekontaminasi
setelah pengolahan sebelum pengemasan
Bahaya E:
Ada potensi terjadinya kontaminasi oleh bahaya
kimia atau fisik selama distribusi
Bahaya F:
Tidak ada cara apapun yang dapat dilakukan
Direktorat Inspeksi dan Sertifikasi Pangan – BPOM RI
T
in
g
k
a
t
R
e
s
ik
o
b
a
h
a
y
a
Tingkat Keakutan bahaya
Resiko tinggi (1.000) Keakutan rendah (10) R*K = (10.000) R*K = (10.000) Resiko tinggi (1.000) Resiko tinggi (1.000) Keakutan sedang Keakutan sedang (100) (100) R*K = (100.000) R*K = (100.000) Resiko tinggi (1.000) Resiko tinggi (1.000) Keakutan tinggi (1.000) Keakutan tinggi (1.000) R*K = 1.000.000 R*K = 1.000.000 Resiko Sedang Resiko Sedang (100) (100) Keakutan rendah Keakutan rendah (10) (10) R*K = 1.000 R*K = 1.000 Resiko Sedang (100) Resiko Sedang (100) Keakutan sedang Keakutan sedang (100) (100) R*K = 10.000 R*K = 10.000 Resiko Sedang (100) Resiko Sedang (100) Keakutan tinggi (1.000) Keakutan tinggi (1.000) R*K = 100.000 R*K = 100.000 Resiko Rendah Resiko Rendah (10) (10) Keakutan rendah Keakutan rendah (10) (10) R*K = 100 R*K = 100 Resiko Rendah (10) Resiko Rendah (10) Keakutan sedang Keakutan sedang (100) (100) R*K = 1.000 R*K = 1.000 Resiko Rendah (10) Resiko Rendah (10) Keakutan tinggi (1.000) Keakutan tinggi (1.000) R*K = 10.000 R*K = 10.000
SIGNIFIKANSI BAHAYA
Keparahan/Severity :
Kemungkina
n Terjadi/
Reasonably
likely to
occur
Ll
Ml
Hl
Lm
Mm
Hm*
Lh
Mh*
Hh*
l
m
h
L M H
*Bahaya signifikan
L= Low
M= Medium
Penggolongan Mikroba Patogen
Berdasarkan Tingkat Bahayanya
Penggolongan
Organisme
Sangat berbahaya
Clostridium botulinum tipe A, B, E dan F;
Shigella dysenteriae; Salmonella typhi, paratyphi
A, B;
Virus hepatitis; Brucella abortus, B. suis; Vibrio
cholerae O1; Vibrio vulnificus; Tacnia solium;
Trichinella spiralis
Bahaya sedang,
Listeria monocytogenes; Salmonella sp.; Shigella
sp.;
penyebaran cepat
Escherichia coli enterovirulen; Streptococcus
pyogenes;
Rotavirus; Grup virus Norwalk; Entamoeba
histolytica;
Diphyllobothrium latum; Ascaris lumbricoides ;
Cryptosporidium parvum
Bahaya sedang,
Bacillus cereus; Campylobacter jejuni;
Clostridium
penyebaran terbatas perfringens; Staphylococcus aureus; Vibrio
cholerae
non-O1; Vibrio parahaemolyticus; Yersinia
Produk-produk kategori I (Resiko Tinggi)
I Produk-produk yang mengandung ikan, telur, sayur, serelia dan/atau
berkomposisi susu yang perlu direfrigrasi
II Daging segar, ikan mentah dan produk-produk olahan susu
III Produk-produk dengan nilai pH 4,6 atau lebih yang disterilisasi dalam
wadah yang ditutup secara hermetis Produk-produk kategori II (resiko sedang)
I Produk-produk kering atau beku yang mengandung ikan, daging,
telur, sayuran atau serelia atau yang berkomposisi/penggantinya dan produk lain yang tidak termasuk dalam regulasi hygiene
pangan.
II Sandwich dan kue pie daging untuk konsumsi segar.
III Produk-produk berbasis lemak misalnya coklat, margarin, spreads,
mayones dan dressing.
Produk-produk kategori III (resiko rendah)
I Produk asam (nilai pH<4,6) seperti acar, buah-buahan, konsentrat
buah, sari buah dan minuman asam.
II Sayuran mentah yang tidak diolah dan tidak dikemas.
IDENTIFIKASI TINDAKAN PENCEGAHAN
IDENTIFIKASI TINDAKAN PENCEGAHAN
•Faktor-faktor, tindakan dan kegiatan yang dapat
digunakan untuk mengontrol bahaya keamanan
pangan yang teridentifikasi
•Tindakan pencegahan dapat menghilangkan atau
mengurangi bahaya sampai tingkat yang dapat
diterima
•Lebih dari satu tindakan pencegahan mungkin
diperlukan untuk satu bahaya atau satu tindakan
pencegahan dapat mengurangi atau
Contoh prosedur pengendalian
bahaya mikrobiologis
Pemanasan:
sterilisasi/pasteurisasi
Pengeringan/penurunan aw
Pengasaman
Pendinginan
Penambahan bahan pengawet
Fermentasi
Pengemasan: MAP, CAS
PRINSIP 1.
Direktorat Inspeksi dan Sertifikasi Pangan – BPOM RI
Prosedur pengendalian bahaya kimia
Bahan kimia alami
Garansi dari supplair
Bahan kimia yang
sengaja
ditambahkan
Spesifikasi bahan mentah dan
ingredien yang rinci, garansi dari
supplaier
Bahan kimia yang
tidak diperkenankan
Identifikasi semua bahan tambahan
pangan, cek apakah bahan
Prosedur pengendalian bahaya fisik
Benda asing pada
bahan mentah
Gunakan spesifikasi bahan, garansi
dari supplaier, lakukan inspeksi
pada kedatangan
Benda asing pada
bahan pengemas,
bahan pembersih
Gunakan spesifikasi bahan, garansi
dari suplaier, lakukan inspeksi pada
kedatangan
Benda asing yang
masuk ke dalam
pengolahan
Pengujian visual terhadap produk
akhir, pemeliharaan peralatan
dengan benar, pemeriksaan
peralatan secara reguler
Direktorat Inspeksi dan Sertifikasi Pangan – BPOM RI
PENETAPAN TITIK KENDALI KRITIS
PENETAPAN TITIK KENDALI KRITIS
(TKK/CCP)
(TKK/CCP)
HACCP Langkah 7 Prinsip 2
HACCP Langkah 7 Prinsip 2
CCP/TKK:
Critical Control Point = Titik Kendali kritis
Suatu titik, tahap atau prosedur dimana
pengendalian dapat diterapkan dan
bahaya keamanan pangan dapat dicegah,
dihilangkan atau dikurangi sampai tingkat
yang dapat diterima
Dapat berupa: bahan mentah (produksi
dan penanganan),
lokasi/kondisi/lingkungan, praktek kerja
dan prosedur/tahap proses
PENETAPAN TITIK KENDALI KRITIS
PENETAPAN TITIK KENDALI KRITIS
(CCP)
(CCP)
Untuk setiap bahaya signifikan yang
diidentifikasi harus ada satu atau lebih CCP
untuk mengendalikan bahaya
Suatu CCP dapat digunakan untuk
mengendalikan lebih dari satu bahaya atau
lebih dari satu CCP mungkin diperlukan
Direktorat Inspeksi dan Sertifikasi Pangan – BPOM RI
PENETAPAN TITIK KENDALI KRITIS
PENETAPAN TITIK KENDALI KRITIS
(CCP)
(CCP)
CCP Decision Tree:
Urutan pertanyaan yang logis untuk ditanyakan pada
setiap bahaya pada setiap tahap proses
Raw Material Decision Tree:
Mengidentifikasi:
Bahan mentah sensitif yang memerlukan
pengendalian seperti segregasi, penanganan,
penyimpanan dan pengolahan khusus
Risiko kontaminasi silang
Formulation/Composition Decision Tree:
Identifikasi jika formulasi/komposisi adonan penting
untuk mencegah terjadinya peningkatan bahaya
TKK atau TK
PERTANYAAN :
Bila tidak terkendali, apakah mungkin akan
terjadi resiko kesehatan ?
YA
TIDAK
TITIK KENDALI KRITIS
(TKK/CCP)
TITIK KENDALI
(TK/CP)
P1
Adakah bahaya yang berkaitan dengan bahan mentah ini
Apakah anda atau konsumen akan menghilangkan bahaya dari
produk ?
Apakah ada resiko kontaminasi silang terhadap fasilitas atau
produk lain yang tidak akan dapat dikendalikan ?
P2
P3
Ya
Tidak
Ya
Tidak
Ya
Tidak
Lanjutkan
*
Bahan mentah peka
diperlukan pengendalian ketat CCP**
Bahan mentah peka
diperlukan pengendalian ketat
CCP**
Lanjutkan
*
PROSEDUR/TAHAP PROSES
PROSEDUR/TAHAP PROSES
• Penerimaan/Penanganan bahan
• Formulasi/komposisi
• Pengolahan
• Pengemasan
• Distribusi/transportasi
• Penjualan
• Konsumsi
Apakah formulasi/komposisi adonan/
campuran penting untuk mencegah
terjadinya peningkatan bahaya ?
YA
TIDAK
CCP
BUKAN CCP
CONTOH :
Jika pH adonan dapat menghambat mikroorganisme
Formulasi (pH adonan)
CCP
Jika a
adonan dapat menghambat mikroorganisme
Prinsip 2. Menetapkan CCP pada Tahapan proses
Untuk setiap tahapan proses :
P1 : Apakah proses ini mengandung bahaya yang signifikan?
YA TIDAK
P2: apakah ada tindakan pencegahan untuk
bahaya yang diidentifikasi?
P4: Apakah mungkin terjadi bahaya atau kontaminasi sehingga bahaya meningkat sampai tingkat yang tidak aman? YA TIDA K YA TIDAK YA
P3: apakah tahapan proses ini dimaksudkan untuk mengurangi bahaya
TIDAK
CCP
Modifikasi tahapan
P5: Apakah terdapat tahapan proses berikutnya yang dapat menghilangkan bahaya?
YA TIDAK CCP
Apakah pengendalian
pada tahap ini penting untuk keamanan pangan YA TIDAK Bukan CCP Bukan CCP Bukan CCP Bukan CCP
PENETAPAN BATAS KRITIS
PENETAPAN BATAS KRITIS
HACCP Langkah 8 Prinsip 3
HACCP Langkah 8 Prinsip 3
Batas kritis:
Menunjukkan perbedaan antara produk
yang aman dan tidak aman
Toleransi absolut untuk keamanan pangan
Lingkup pengendalian untuk menjamin CCP
efektif mengendalikan bahaya
Dilakukan terhadap seluruh CCP
Dilakukan terhadap seluruh CCP
Harus dapat dijustifikasi
Harus dapat dijustifikasi
Harus divalidasi
Harus divalidasi
Direktorat Inspeksi dan Sertifikasi Pangan – BPOM RI
PENETAPAN BATAS KRITIS
PENETAPAN BATAS KRITIS
Tiga jenis batas kritis
Tiga jenis batas kritis
Batas Fisik: suhu, waktu, ukuran
Batas Fisik: suhu, waktu, ukuran
ayakan, tidak ada logam
ayakan, tidak ada logam
Batas Kimia: pH, garam, aw,
Batas Kimia: pH, garam, aw,
tidak ada mikotoksin
tidak ada mikotoksin
Batas Mikrobiologis:
Batas Mikrobiologis:
tidak digunakan
tidak digunakan
perlu waktu
perlu waktu
biaya mahal
biaya mahal
pengukuran fisik dan kimia bisa
pengukuran fisik dan kimia bisa
digunakan sebagai pengukuran
digunakan sebagai pengukuran
kontrol mikrobiologis
SUMBER INFORMASI UNTUK BATAS KRITIS
SUMBER INFORMASI UNTUK BATAS KRITIS
Data yang dipublikasi
Saran ahli
Data Percobaan
Petunjuk peraturan
Model matematika
Direktorat Inspeksi dan Sertifikasi Pangan – BPOM RI
Contoh Batas Kritis
BahayaBahaya CCPCCP Batas KritisBatas Kritis Bakteri patogen tidak
Bakteri patogen tidak berspora
berspora PasteurisasiPasteurisasi 72 C min. 15 mnt72 C min. 15 mnt Potongan metal
Potongan metal Metal detektorMetal detektor Potongan metal > 0.5 Potongan metal > 0.5 mm
mm Bakteri patogen
Bakteri patogen Pengeringan dengan Pengeringan dengan oven
oven Aw<mengontrol Awmengontrol <0.85 untuk 0.85 untuk pertumbuhan pertumbuhan Nitrit berlebihan
Nitrit berlebihan Ruang kuringRuang kuring Maks. 200 ppm sodium Maks. 200 ppm sodium nitrit pada produk akhir nitrit pada produk akhir Bakteri patogen
Bakteri patogen Tahap pengasamanTahap pengasaman Maks. pH 4.6 untuk Maks. pH 4.6 untuk mengontrol mengontrol pertumbuhan C. pertumbuhan C. botulinum dalam botulinum dalam makanan asam makanan asam Allergen
Allergen PelabelanPelabelan Label harus ada dan Label harus ada dan menyebut ingredien menyebut ingredien yang benar
yang benar Histamin
Histamin PenerimaanPenerimaan Maks. 25 ppm mis. Maks. 25 ppm mis. Dalam tuna
MONITORING BATAS KRITIS
MONITORING BATAS KRITIS
Monitoring: urutan pengamatan dan
pengukuran yang direncanakan untuk
mengkaji apakah titik kritis terkendali
Tujuan pemantauan:
Mengukur kinerja operasi sistem pada CCP
Menentukan kapan kinerja kehilangan
pengendalian
Menetapkan rekaman yang mencerminkan
kinerja sistem
Mencakup:
What, Where, How, When,Who
HACCP Langkah 9 Prinsip 4
Direktorat Inspeksi dan Sertifikasi Pangan – BPOM RI
MONITORING BATAS KRITIS
MONITORING BATAS KRITIS
Yang akan dimonitor:
Suhu dan waktu pH
Aw
Yang melakukan monitoring:
terlatih dan berpengalaman, tidak bias dan mempunyai
keterampilan, mempunyai akses pada CCP
Operator proses, oprator mesin, supervisor
Monitoring dilakukan:
minimal pada CCP
Cara monitoring:
Pengamatan (sensori), pengukuran
Alat: termometer, timbangan, pH meter, Aw meter
Dua jenis monitoring: on-line monitoring dan off-line system
Frekuensi pemantauan:
Continuous: pengukuran waktu dan suhu pada retort,
pengecekan dengan metal detektor
Non-continuous
What?
Who?
How?
When?
Where?
PENETAPAN TINDAKAN KOREKSI
PENETAPAN TINDAKAN KOREKSI
Tindakan yang dilakukan jika hasil pemantauan
terhadap titik kritis menunjukkan terjadi
penyimpangan
Tindakan koreksi harus memuat:
Tindakan segera
Penyelesaian produk yang diproduksi saat
kendali hilang
Investigasi penyebab kehilangan kendali
Penanggungjawab untuk membuat keputusan
Prosedur pengontrolan penyimpangan:
Identifikasi penyebab penyimpangan
Isolasi produk yang dicurigai
Evaluasi terhadap produk yang dicurigai.
HACCP Langkah 10 Prinsip 5
Verifikasi:
Metode, prosedur dan
pengujian-pengujian untuk menilai apakah
“Rencana HACCP” pada suatu
unit usaha sudah valid dan sesuai
dengan persyaratan
PENETAPAN PROSEDUR VERIFIKASI
PENETAPAN PROSEDUR VERIFIKASI
HACCP Langkah 11 Prinsip 6
HACCP Langkah 11 Prinsip 6
Verifikasi harus
menjelaskan apa yang
akan diverifikasi dan
siapa yang bertanggung
jawab untuk pekerjaan itu
• Kegiatan verifikasi:
• Validasi Rencana
HACCP
• Review Hasil
Pemantauan
• Pengujian Produk
• Audit
PENETAPAN PENYIMPANAN CATATAN
PENETAPAN PENYIMPANAN CATATAN
DAN DOKUMENTASI
DAN DOKUMENTASI
HACCP Langkah 12 Prinsip 7
HACCP Langkah 12 Prinsip 7
CATATAN HACCP:
• Bukti keamanan produk
• Jaminan pemenuhan
peraturan
• Dokumentasi data-data
pengukuran
CATATAN/REKAMAN HACCP
CATATAN/REKAMAN HACCP
• Rencana HACCP dan Semua Rekaman
Penunjang
• Rekaman Monitoring
• Rekaman Tindakan Koreksi
• Rekaman Verifikasi
HACCP/LN-2004
CONTOH APLIKASI HACCP:
CONTOH APLIKASI HACCP:
Asinan Dalam Kemasan
Langkah 1 : Menyusun Tim
Langkah 1 : Menyusun Tim
Nama
Keahlian/Jabatan
Posisi dalam
Tim
Anny
Teknol. Pangan/Mgr.QA
Ketua
Budi
Teknik/Mgr.Produksi
Anggota
Cici
Mikrobiologi/Mgr.QC
Anggota
Denny
Sanitasi/Supervisor sanitasi
Anggota
Langkah 2 : Identifikasi Produk
Langkah 2 : Identifikasi Produk
• Nama produk
• Komposisi
• Karakteristik produk jadi
• Metode pengolahan
• Metode pengawetan
• Pengemas primer
• Pengemas untuk
transportasi
• Kondisi penyimpanan
• Metode distribusi
• Umur Simpan
• Pelabelan khusus
: Asinan Bogor Dalam
Kemasan
: Buah, larutan gula berbumbu
: Potongan buah dalam
larutan asam, pH 4.2
: pasteurisasi,
: pasteurisasi
: cup Polyethylene
: karton
: Suhu kamar atau 4
oC
: Dalam truk biasa
: 3 minggu pada suhu kamar,
6 bulan pada suhu 4 C
Langkah 3 : Identifikasi Penggunaan Produk
Langkah 3 : Identifikasi Penggunaan Produk
• Nama produk
• Cara konsumsi
• Konsumen
: Asinan Bogor
: Langsung dikonsumsi
: Remaja dan dewasa
Buah-Buahan
Dikupas
Diiris
Masukkan ke Cup
Penutupan
Pemanasan
Air
Gula
merah
Garam,
cabe,
Bumbu
Asam
asetat/cuka
Cairkan/
dipanaska
n
Dihancurkan
Pengaturan
keasaman
pH 3.7
Pendinginan
Bahan Baku Bahaya Jenis B/K/F Bahaya Nama Produk : Asinan
Bogor
Buah segar B Salmonella dan patogen
enterik lainnya
Kapang (mikotoksin)
K Residu pestisida
Gula merah F potongan lidi
Air B Salmonella dan patogen
enterik lainnya
K Residu sanitaiser
Wadah PET K Bahan kimia yang lepas
Prinsip 1 : Analisis Bahaya
Prinsip 1 : Analisis Bahaya
Bahan Baku Bahaya Jenis Cara Pencegahan B/K/F Bahaya
Nama Produk : Asinan Bogor
Buah-buahan B Salmonella dan patogen Cara pemanenan dan
enterik lainnya penanganan yang baik
Kapang (mikotoksin)
K Residu pestisida Cara penanaman yang
baik
Gula F Potongan lidi Penyaringan larutan gula
Air B Salmonella dan patogen SSOP
enterik lainnya
K Residu sanitaiser SSOP
Wadah PET K Bahan kimia yang lepas Penggunaan pengemas
Prinsip 1 : Analisis Bahaya
Prinsip 1 : Analisis Bahaya
Nama Produk : Asinan Bogor
Prinsip 1 : Analisis Bahaya
Prinsip 1 : Analisis Bahaya
Lembar Kerja HACCP 1C1:
Penetapan Kategori Risiko pada Bahan Baku : bahaya (mikro)biologi
Kategori Risiko II II II Produk : Asinan Bogor Bahan Baku: Buah Segar Air Bahaya A -B + -C -+ + D -E -F + + +
Nama Produk : Asinan Bogor
Prinsip 1 : Analisis Bahaya
Prinsip 1 : Analisis Bahaya
Lembar Kerja HACCP 1C2:
Penetapan Kategori Risiko pada Bahan Baku : bahaya kimia
Produk : Asinan Bogor Bahan Baku: Buah Air Kemasan Bahaya Kategori Risiko II II II II A -B -+ C + + + -D -E -F + + + +
Nama Produk : Asinan Bogor
Prinsip 1 : Analisis Bahaya
Prinsip 1 : Analisis Bahaya
Lembar Kerja HACCP 1C3:
Penetapan Kategori Risiko pada Bahan Baku : bahaya fisik
Produk : Asinan Bogor Bahan Baku: Buah Gula Kemasan PET Bahaya Kategori Risiko II II II II A -B -C + + + + D -E -F + + + +
Bahan Baku Bahaya Penyebab Peluang Keparahan Signifikansi/ Cara Pencegahan B/K/F Bahaya Pertimbangan
Nama Produk : Asinan Bogor
Buah-buahan B Kontaminasi bakteri patogen
Kapang (mikotoksin) K Residu pestisida Gula F Potongan lidi
Air B Kontaminasi bakteri patogen
K Residu sanitaiser Bumbu segar B Kontaminsai bakteri
patogen Kapang (mikototksin) K residu pestisida L h TS Cara pemanenan dan penanganan yg baik M h S Jaminan suplaier M h S Jaminan suplaier M h S SSOP M h S SSOP L h TS Cara pemanenan dan penanganan yg baik
Prinsip 1 : Analisis Bahaya
Prinsip 1 : Analisis Bahaya
Lembar Kerja HACCP 1D:
Tahap Proses Bahaya Penyebab B/K/F Bahaya Nama Produk : Asinan Bogor
Prinsip 1 : Analisis Bahaya
Prinsip 1 : Analisis Bahaya
Lembar Kerja HACCP 1A2: Identifikasi Bahaya pada Tahap Proses
Penerimaan Buah B Kontaminasi bakteri
patogen
Pengupasan B Kontaminasi bakteri
dari dan pengirisan pekerja
Irisan yang terlalu
besar menyebabkan
kurang pemanasan dan pH
buah tidak
mencapai 4.5
Penghancuran B Kontaminasi bakteri
dari
Bumbu pekerja
Penyaringan F Saringan berkarat
lartutan gula bumbu
Tahap Proses Bahaya Penyebab B/K/F Bahaya Nama Produk : Asinan Bogor
Prinsip 1 : Analisis Bahaya
Prinsip 1 : Analisis Bahaya
Lembar Kerja HACCP 1A2: Identifikasi Bahaya pada Tahap Proses
Pengaturan pH B Pengasaman yg
kurang menyebabkan pH
produk
akhir di atas 4.7 dan bakteri
pembentuk spora
tumbuh
Pengisian B Isi yang
terlalu penuh dapat
menyebabkan kurang
pemanasan dan menyebabkan
pertumbuhan bakteri
Penutupan B Penutupan yang
tidak benar dapat
menyebabkan kebocoran
Tahap Proses Bahaya Penyebab Cara Pencegahan B/K/F Bahaya
Nama Produk : Asinan Bogor
Prinsip 1 : Analisis Bahaya
Prinsip 1 : Analisis Bahaya
Lembar Kerja HACCP 1B2: Identifikasi Cara Pencegahan pada Tahap Proses
Jaminan dari suplaier SSOP
Ukuran irisan tebal 2 mm, l Lebar 4 cm, panjang 6 cm
SSOP SSOP
Penerimaan Buah B Kontaminasi bakteri
patogen
Pengupasan B Kontaminasi bakteri
dari dan pengirisan pekerja
Irisan yang terlalu
besar menyebabkan
kurang pemanasan dan pH
buah tidak
mencapai 4.5
Penghancuran B Kontaminasi bakteri
dari
Bumbu pekerja
Penyaringan F Saringan berkarat
lartutan gula bumbu
Tahap Proses Bahaya Penyebab Cara Pencegahan B/K/F Bahaya
Nama Produk : Asinan Bogor
Prinsip 1 : Analisis Bahaya
Prinsip 1 : Analisis Bahaya
Lembar Kerja HACCP 1B2: Identifikasi Cara Pencegahan pada Tahap Proses
pH larutan 3.7
Pengisian jumlah buah dan larutan yang tepat
Penutupan yang benar
Suhu dan waktu pemanasan
Pengaturan pH B Pengasaman yg
kurang menyebabkan pH
produk
akhir di atas 4.7 dan bakteri
pembentuk spora
tumbuh
Pengisian B Isi yang
terlalu penuh dapat
menyebabkan kurang
pemanasan, kebocoran
dan
menyebabkan
pertumbuhan bakteri
Penutupan B Penutupan yang
tidak benar dan tutup
Nama Produk : Asinan Bogor
Prinsip 2 : Penetapan CCP
Prinsip 2 : Penetapan CCP
Lembar Kerja HACCP 2A : Penetapan CCP pada Bahan Baku
Bahan Baku
Bahaya
P1
P2
P3
CCP?
Buah segar Gula B K F Y Y Y Y T Y T -T Bukan CCP CCP Bukan CCP
Nama Produk : Asinan Bogor
Prinsip 2 : Penetapan CCP
Prinsip 2 : Penetapan CCP
Lembar Kerja HACCP 2A : Penetapan CCP pada Bahan Baku
Bahan Baku
Bahaya
P1
P2
P3
CCP?
Bumbu segar Air B K B Y Y Y Y T Y T -T Bukan CCP CCP Bukan CCP
Nama Produk : Asinan Bogor
Prinsip 2 : Penetapan CCP
Prinsip 2 : Penetapan CCP
Lembar Kerja HACCP 2B : Penetapan CCP pada Tahap Proses
Tahap ProsesBahaya
P1
P2
P3 P4 P5
CCP?
Penerimaan Buah Segar Pengirisan Pengaturan keasaman Pengisian Penutupan Pemanasan B K B B B B B Y Y Y Y Y Y Y T Y T Y Y Y Y Y -Y -Bukan CCP CCP Bukan CCP CCP CCP CCP CCP Y Y Y Y Y Y Y Y -Y-Nama Produk : Asinan Bogor
Prinsip 3: Penetapan CL
Prinsip 3: Penetapan CL
Lembar Kerja HACCP 3 : Penetapan CL
Bahan Baku/ CCP CL Tahap Proses No Penerimaan Buah segar Pengaturan keasaman Pengisian Penutupan Pemanasan 1 (K) 2 (B) 3 (B) 4 (B) 5 (B) Residu pestisida=0 pH laruan 3.7 Berat kemasan terisi 225 g Tidak ada kebocoran Suhu 72 C,
Nama Produk : Asinan Bogor
Prinsip 4: Penetapan Prosedur Pemantauan
Prinsip 4: Penetapan Prosedur Pemantauan
Lembar Kerja HACCP 4 : Penetapan Prosedur Pemantauan
Pemantauan
Apa Bagaimana Dimana Siapa Kapan
Residu Pestisida pada CoA pH larutan gula dan bumbu Berat Bahan dalam kemasan Kebocora n tutup Suhu dan waktu Bahan Baku/ CCP CL Tahap Proses No Membaca CoA Mengukur pH Menimban g kemasan yang terisi Pengamata n Mengukur suhu dan waktu pemanasa n Ruang penerimaa n Ruang pembuatan larutan Ruang pengisian Ruang pengisian Ruang pasteurisas i Petugas penerimaa n Petugas pencampur gula dan bumbu Petugas pengisian Petugas penutup Operator pasteuriser Setiap penerimaa n Setiap batch Setiap batch Setiap batch Setiap bacth Penerimaan Buah segar Pengaturan keasaman Pengisian Penutupan Pemanasan 1 (K) 2 (B) 3 (B) 4 (B) 5 (B) Residu pestisida= 0 pH larutan 3.7 Berat kemasan 225 g Tidak ada kebocoran Suhu 72oC, 15 menit
Nama Produk : Asinan Bogor
Prinsip 5: Penetapan Tindakan Koreksi
Prinsip 5: Penetapan Tindakan Koreksi
Lembar Kerja HACCP 5 : Penetapan Tindakan koreksi
Pemantauan
Apa Bagaimana Dimana Siapa Kapan
Residu Pestisida pada CoA pH larutan gula dan bumbu Berat Bahan dalam kemasan Kebocora n tutup Bahan Baku/ CCP CL Tahap Proses No Membaca CoA Mengukur pH Menimban g kemasan yang terisi Pengamata n Ruang penerimaa n Ruang pembuatan larutan Ruang pengisian Ruang pengisian Petugas penerimaa n Petugas pencampur gula dan bumbu Petugas pengisian Petugas penutup Setiap penerimaa n Setiap batch Setiap batch Setiap batch Penerimaan Buah segar Pengaturan keasaman Pengisian Penutupan Pemanasan 1 (K) 2 (B) 3 (B) 4 (B) 5 (B) Residu pestisida= 0 pH larutan 3.7 Berat kemasan 225 g Tidak ada kebocoran Tindakan Koreksi Tolak bahan, Lapor ke manajer gudang Lakukan penyesuaian Lapor ke manajer gudang Lakukan penyesuaian Lapor mngr QA Stop proses, lakukan pemeriksaan mesin pernutup,
Nama Produk : Asinan Bogor
Prinsip 6: Penetapan Prosedur Verifikasi
Prinsip 6: Penetapan Prosedur Verifikasi
Lembar Kerja HACCP 6 : Penetapan prosedur verifikasi
Pemantauan
Apa Bagaimana Dimana Siapa Kapan Residu Pestisida pada CoA pH larutan gula dan bumbu Berat Bahan dalam kemasan Kebocoran tutup Suhu dan waktu Bahan Baku/ CCP CL Tahap Proses No Membaca CoA Mengukur pH Menimbang kemasan yang terisi Pengamatan Mengukur suhu dan waktu pemanasan Ruang penerimaan Ruang pembuatan larutan Ruang pengisian Ruang pengisian Ruang pasteurisasi Petugas penerimaan Petugas pencampur gula dan bumbu Petugas pengisian Petugas penutup Operator pasteuriser Setiap penerimaan Setiap batch Setiap batch Setiap batch Setiap bacth Penerimaan Buah segar Pengaturan keasaman Pengisian Penutupan Pemanasan 1 (K) 2 (B) 3 (B) 4 (B) 5 (B) Residu pestisida=0 pH larutan 3.7 Berat kemasan 225 g Tidak ada kebocoran Suhu 72oC, 15 menit Tindakan Koreksi Tolak bahan, Lapor ke manajer gudang Lakukan penyesuaian Lapor ke manajer gudang Lakukan penyesuaian Lapor mngr QA Stop proses, lakukan pemeriksaan mesin pernutup, Lapor QA manager Stop proses, Lapor mngr QA Verifikasi
Uji residu pestsida tiap 1 tahun
Kalibrasi pH meter Uji Mikroba produk
Uji mikrob. Produk, kalibrasi timbangan Uji mikrob. Produk, pengecekan mesin penutup Uji mikroba produk, Kalibrasi pasteuriser
Nama Produk : Asinan Bogor
Prinsip 7: Penetapan Dokumentasi dan
Prinsip 7: Penetapan Dokumentasi dan
Rekaman
Rekaman
Lembar Kerja HACCP 7 : Penetapan Dokumentasi dan rekaman
Pemantauan
Apa Bagaimana Dimana Siapa Kapan Residu Pestisida pada CoA pH larutan gula dan bumbu Berat Bahan dalam kemasan Kebocoran tutup Suhu dan Bahan Baku/ CCP CL Tahap Proses No Membaca CoA Mengukur pH Menimbang kemasan yang terisi Pengamatan Mengukur Ruang penerimaan Ruang pembuatan larutan Ruang pengisian Ruang pengisian Ruang Petugas penerimaan Petugas pencampur gula dan bumbu Petugas pengisian Petugas penutup Operator Setiap penerim aan Setiap batch Setiap batch Setiap batch Setiap Penerimaan Buah segar Pengaturan keasaman Pengisian Penutupan Pemanasan 1 (K) 2 (B) 3 (B) 4 (B) 5 (B) Residu pestisida=0 pH larutan 3.7 Berat kemasan 225 g Tidak ada kebocoran Suhu 72oC, Tindakan Koreksi Tolak bahan, Lapor ke manajer gudang Lakukan penyesuaian Lapor ke manajer gudang Lakukan penyesuaian Lapor mngr QA Stop proses, lakukan pemeriksaan mesin pernutup, Lapor QA manager Verifikasi Uji residu pestsida tiap 1 tahun Kalibrasi pH meter Uji Mikroba produk Uji mikrob. Produk, kalibrasi timbangan Uji mikrob. Produk, pengecekan mesin penutup Uji mikroba Dokumen-tasi Buku log penerimaan, Buku log pengukuran pH Dok kalibarsi pH meter Buku log pengukuran berat Buku log penutupan