• Tidak ada hasil yang ditemukan

MENGEMBANGKAN MODEL PSIKOTERAPI TRANSPERSONAL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MENGEMBANGKAN MODEL PSIKOTERAPI TRANSPERSONAL"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

MENGEMBANGKAN MODEL PSIKOTERAPI TRANSPERSONAL

Hendro Prabowo

Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma, Jakarta ndrahu@yahoo.com

ABSTRAK

Menurut Davis (2005) psikoterapi transpersonal adalah betul-betul eklektik, penggambaran dari teknik-teknik dan pemahaman dari variasi psikologi yang luas dan sumber-sumber spiritual. Psikoterapi transpersonal berhadapan dengan permasalahan psikologis dengan cakupan yang luas dan penggunaan teknik-teknik yang luas pula, di antaranya adalah modifikasi perilaku, restrukturisasi kognitif, praktek Gestalt, psikodinamika, dream-work, terapi musik dan seni, serta meditasi. Dengan berbagai kombinasi teknik-teknik kesadaran, maka sangat berpeluang untuk dibangunnya hal-hal baru. Beberapa terapis transpersonal berikut membuktikan anggapan ini. Segall (2005) mengeksplorasi konsep dan teknik mindfulness (meditasi dari Budhisme) bagi pengembangan diri dalam psikoterapi pada konteks psikologi klinis Barat. Judith Blackstone (2006) mengembangkan teknik intersubjektif dan nondualitas (nonduality) dalam hubungan psikoterapeutik. Blackstone mengembangkan metode Proses Realisasi (Realization Process) untuk membantu klien dalam mengalami kesadaran nondual dalam seting klinis. Asha Clinton (2006) memperkenalkan metode Seemorg Matrix Work sebagai psikoterapi transpersonal energi baru. Baik secara teoritis maupun metodologis, dasar dari Seemorg adalah sintesa dari pendekatan spiritualitas Timur, psikologi Barat, dan psikoneuroimunologi. Rowan (1998, 2000) mengembangkan linking dan menggunakan meditasi, spiritual bibliotherapy, serta latihan kesadaran lainnya seperti holotropic breathwork, LSD, hipnosis, yoga, visualisasi, dan psikodrama. Berdasarkan pengalaman Penulis dalam mempraktekkan psikoterapi transpersonal, teknik-teknik kesadaran yang digunakan adalah terapi meditasi, terapi musik, visualisasi, letting go, dan spiritual bibliothetapy. Dengan menangani beragam kasus seperti diabetes melitus, obesitas, korban KDRT, psikosomatis, korban poligami, dan korban perselingkuhan; dapat dikembangkan model psikoterapi transpersonal.

Kata kunci: model psikoterapi transpersonal. PENDAHULUAN

Psikoterapis merupakan orang yang berurusan dengan perihal pengentasan terhadap penderitaan emosional. Penderitaan muncul dari kesulitan-kesulitan yang tersamar seperti stres, kecemasan, depresi, masalah perilaku, konflik interpersonal, kebingungan, dan putus asa (Germer, 2005).

Menurut Rowan (1993) serta Kasprow dan Scotton (1999) pada orang sehat perubahan kesadaran dapat melahirkan kualitas manusia tertinggi, seperti altrusime, kreativitas, intuisi,

inner voice, dan peak experience. Bagi individu

yang kurang berkembang egonya, pengalaman-pengalaman perubahan kesadarannya mirip dengan psikosis. Artinya, kondisi transpersonal kelihatan mirip dengan psikosis. Berkaitan dengan terapi, psikologi transpersonal tidak menolak terapi-terapi yang sudah ada. Tetapi menambahkannya dengan terapi yang menggunakan latihan perubahan kesadaran, seperti: hypnosis, meditasi, dan guided imagery (Rowan, 1993; Kasprow & Scotton, 1999).

Sementara menurut Davis (2005) psikoterapi transpersonal adalah betul-betul eklektik, penggambaran dari teknik-teknik dan pemahaman dari variasi psikologi yang luas dan sumber-sumber spiritual. Psikoterapi transpersonal berhadapan dengan permasalahan psikologis dengan cakupan yang luas dan

penggunaan teknik-teknik yang luas pula, di antaranya adalah modifikasi perilaku, restrukturisasi kognitif, praktek Gestalt, psikodinamika, dream-work, terapi musik dan seni, serta meditasi.

Dengan berbagai kombinasi teknik-teknik kesadaran, maka sangat berpeluang untuk dibangunnya hal-hal baru. Beberapa terapis transpersonal berikut membuktikan anggapan ini.

Segall (2005) mengeksplorasi konsep dan teknik mindfulness (meditasi dari Budhisme) bagi pengembangan diri dalam psikoterapi pada konteks psikologi klinis Barat. Judith Blackstone (2006) mengembangkan teknik intersubjektif dan nondualitas (nonduality) dalam hubungan psikoterapeutik. Blackstone mengembangkan metode Proses Realisasi (Realization Process) untuk membantu klien dalam mengalami kesadaran nondual dalam seting klinis.

Asha Clinton (2006) memperkenalkan metode Seemorg Matrix Work sebagai

psikoterapi transpersonal energi baru. Baik secara teoritis maupun metodologis, dasar dari

Seemorg adalah sintesa dari pendekatan

spiritualitas Timur, psikologi Barat, dan psikoneuroimunologi. Seemorg diperoleh dari konsepsi ketuhanan manusia yang merupakan inti dari ajaran Hinduisme, gagasan realitas

archetypal dan struktur psyche (dari psikologi

analitik), filsafat Platonik, serta aplikasi interrelasi

Mengembangkan Model Psikoterapi Transpersonal

(2)

antara semua bagian dan tingkatan manusia baik dari psikoneuroimunologi maupun Buddhisme.

Rowan (1998) mencoba mengintegrasikan konsep resonansi, experiential

listening, countertransference, menjadi satu

(being aligned), bekerja dalam hubungan yang dalam (working at relational depth), the

four-dimensional state, penyatuan hubungan I-Me

(the unifying I-Me relationship), inklusi (inclusion), membayangkan hal yang nyata (imagining the

real) dan melding merupakan fenomena linking.

Rowan (2000) juga menggunakan meditasi, spiritual bibliotherapy, serta latihan-latihan tambahan seperti holotropic breathwork, LSD, hipnosis, yoga, visualisasi, dan psikodrama.

MODEL PSIKOTERAPI TRANSPERSONAL Bersadarkan pengalaman dalam mempraktekkan psikoterapi transpersonal, dapat dikembangkan model psikoterapi transpersonal seperti pada Gambar 1.

Teknik-teknik kesadaran yang digunakan adalah terapi meditasi (tarikan nafas), terapi musik, visualisasi, letting go, dan spiritual

bibliothetapy. Dengan menangani beragam

kasus seperti diabetes melitus, obesitas, korban KDRT, psikosomatis, korban poligami, dan korban perselingkuhan; dapat disimpulkan beberapa hal, yaitu keterlibatan emosi dan perasaan serta letting go, adanya penilaian, perlu tidaknya terapi melakukan intervensi secara direktif atau tidak, dan fenomena sistem COEX. Keterlibatan emosi dan perasaan serta letting

go

Pada kasus yang melibatkan emosi berkaitan dengan perasaan-perasaan, hasrat, keinginan (will menurut Assagioli atau desire menurut Hawkins, 2005). Proses letting go dapat dilakukan melalui perasaan yang terdalam (the

deepest feeling), situasi (scene menurut Mahrer,

2002; Mahrer dalam Wedding & Corsini, 2005) dan sub kepribadian (Rueffler, 2006). Sementara pada kasus diabetes melitus dan obesitas, pengalaman perubahan kesadaran (altered state

of consciousness experience) sangat diperlukan

sebelum dilakukan visualisasi.

Istilah letting go yang paling banyak

dibahas dalam makalah ini seringkali dipertukarkan dengan release yang memiliki makna yang sama, yaitu: melepaskan.

Corey (2005) menggunakan istilah

letting go dalam pengertian melepaskan,

berkaitan dengan luka dan dendam, dan rasa bersalah, serta pola-pola yang merusak diri sendiri seperti pikiran, perasaan, dan perilaku.

Zimberoff dan Hartman (2003) menggunakan istilah letting go sebagai teknik untuk

menghadirkan kembali hal-hal yang tidak disadari agar dapat diakses. Beberapa teknik yang dapat digunakan antara lain adalah asosiasi bebas, psikodrama, mimpi, hipnosais dan breathwork.

Sementara Viscott (1996) mengartikan

letting go berkaitan dengan melepaskan emosi

namun dengan istilah release. Demikian juga dengan Pert (1997). Sementara Vaknin (2004) menggunakan istilah release dalam arti melepaskan energi.

Beberapa ahli menggunakan kedua istilah (letting go dan release) secara bergantian, seperti Bedell (2002), Brucker (2002), Dwoskin (2005) dan Shepherd (2007). Namun Dwoskin (2005) juga membuat antonim dari letting go yaitu hold on (bertahan). Menurut Fortunas (2003) mobilitas di antara dua kutub tersebut (holding on vs letting go) bersifat dialektik dan dinamis, serta berkembang melalui pertumbuhan secara spiral dan kontinyu.

Bedell (2002) menggunakan istilah

letting go berkaitan dengan melepaskan emosi

atau perasaan luka, dendam, balas dendam, kebencian, marah, serta komitmen yang salah terhadap orang lain. Brucker (2002) menggunakan istilah letting go dan release bagi metode terapi kelompok. Sementara Bedell (2002) juga menggunakan istilah release dalam arti melepaskan perilaku yang mengganggu hubungan sosial; melepaskan perasaan dengan cara memaafkan; melepaskan ingatan-ingatan yang telah dikenali, dimiliki, dan dipahami untuk mencapai kesehatan; dan melepaskan emosi yang mengurung dan menekan agar menjadi bebas.

Friedman (2002) menggunakan istilah

letting go dalam arti untuk melepaskan penilaian

dan rasa dendam terhadap diri sendiri atau orang lain. Friedman (2002), Bowman (2003) serta Lewis (2005) menambahkan bahwa cara untuk itu adalah dengan memaafkan. Sementara Shepherd (2007) menggunakan istilah letting go berkaitan dengan melepaskan emosi, perasaan, dan bayangan (shadow). Sementara istilah

release digunakan untuk melepaskan emosi,

perasaan yang kuat, dan energi.

Menurut Fortunas (2003), istilah letting

go sering digunakan dalam bahasa kontemporer,

namun sedikit yang mengetahui makna yang sebenarnya. Fortunas (2003) juga telah melakukan reviu pada literatur psikologi dan tidak menemukan teori yang signifikan berkaitan dengan konsep letting go. Ia juga menemukan bahwa istilah ini lebih banyak digunakan pada

(3)

Dapat dilakukan latihan-latihan kesadaran sesuai kebutuhan termasuk di dalamnya spiritual bibliotherapy

Latihan-latihan diulang kembali Jika kemungkinan terjadi COEX, simtom fisik, dan ketegangan Latihan-latihan diulang kembali Jika kemungkinan terjadi COEX, simtom fisik, dan ketegangan

Ya Tdk Ya Tdk

Jika terdapat penilaian dalam proses terapi

Latihan terapi musik, meditasi (tarikan nafas), visualisasi, dan letting go

Jika dapat diidentifikasikan adanya perasaan, hasrat, dan peristiwa yang mengganggu; atau sub

kepribadiannya Jika terdapat ketertutupan dalam diri

klien pada awal proses konseling

Ya Tdk

Jika dapat diidentifikasikan adanya perasaan, hasrat, dan peristiwa yang mengganggu; atau sub

kepribadiannya Ya Tdk

Latihan terapi musik, meditasi (tarikan nafas), visualisasi, dan letting go

Ya Tdk

Jika terdapat penilaian dalam proses terapi Keluar dari proses Proses dilanjutkan Tdk Ya Ya Tdk

Gambar 1. Model Psikoterapi

Diadaptasi dari: Model Akurasi Empati (Ickes & Simpson, 2004)

Mengembangkan Model Psikoterapi Transpersonal

(4)

buku-buku self-help antara lain berkaitan

dengan: emosi dan perubahan sikap, pola asuh, kehilangan dan bela sungkawa, manajemen, kreativitas, dan penyakit terminal.. Dalam buku-buku psikologi, istilah ini berkaitan dengan bidang: disability, penyakit terminal, belajar, transpersonal, psikoterapi, memaafkan, bela sungkawa, teologi sosial, pola asuh, penuaan, dan relasi. Namun yang paling utama adalah pada bidang psikoterapi.

Senada dengan Fortunas, beberapa jurnal juga menggunakan istilah letting go berkaitan dengan makna untuk: melepaskan emosi (Isaacs, 1988), kematian (Bernstein, 2001; Noppe & Noppe, 2004; Sullivan & Mason, 2006), kehilangan orang tua (Abrams, 2001; Sussilo, 2005), kehilangan anak (Karp, Holmstrom & Gray, 2004), penyakit terminal (Borbasi, Wotton, Redden & Chapman, 2005), dan terapi (Ballard, 2006).

Gow (1999) lebih lengkap dalam mengungkap letting go, meskipun masih dalam pengertian yang sama dengan release. Gow menjelaskan bahwa letting go dalam beberapa hal antara lain:

Pertama, letting go secara teknis dapat dilakukan bagi yang tidak sehat secara fisik, mengalami hambatan psikologis dan keterbatasan spiritual. Secara psikologis, letting

go dapat dilakukan untuk melepaskan baik

kekhawatiran di masa lalu maupun kecemasan di masa depan. Gow juga menambahkan bahwa

letting go dapat juga dilakukan untuk melepaskan

luka, keadaan yang menekan atau gangguan mental.

Kedua, letting go dapat dilakukan dengan memfokuskan pada masa kini. Gow juga menyarankan bahwa teknik meditasi dapat membantu seseorang dalam melakukan letting

go.

Ketiga, hal-hal yang dapat dilepaskan dengan teknik letting go antara lain adalah kata-kata, citra, emosi, atau aktivitas-aktivitas di dalam pikiran lainnya.

Dwoskin (2005) menambahkan beberapa hal yang dilepaskan dalam letting go, yaitu:

1. Perasaan, yang meliputi sembilan emosi yaitu: apatis, sedih, takut, nafsu, marah, bangga, semangat, menerima, dan ikhlas. 2. Resistensi, yaitu seperti kehilangan gairah di

tengah jalan. Dalam keadaan resistensi, seseorang:

a. merasa seperti mencoba untuk bergerak ke depan namun tiba-tiba berhenti

b. merasa ”saya harus” melakukan sesuatu

c. merasa dan berikir ”saya tidak bisa” d. ketika tidak dapat memutusan atau

tidak melakukan sesuatu, namun tetap melakukannya dan merasa kesulitan

e. seperti mendesak melawan dunia, sehingga justru akan mendesak balik 3. Perasaan dari hasrat untuk merubah

sesuatu, dimana sesuatu di sini adalah apapun dalam hidup seseorang, di dalamnya tercakup pengalaman pribadi, termasuk pengalaman masa lalu.

4. Hasrat, yang terdiri dari hasrat untuk mengatur, hasrat untuk diakui, hasrat untuk menjadi aman, hasrat untuk menjadi terpisah, dan hasrat menjadi seseorang. Adanya penilaian

Adanya penilaian pada saat latihan awal teknik-teknik kesadaran. Yang sebenarnya dibutuhkan dalam latihan meditasi atau teknik kesadaran lainnya adalah penerimaan dan bukannya penilaian atau jugment (Kabat-Zinn, 2003; Riskin, 2004; Grossman, Niemann, Schmidt & Walach, 2004; Shapiro, Astin, Bishop & Cordova, 2005; Toneatto, Vettese & Nguyen, 2007). Ada tidaknya penilaian ini akan berpengaruh pada proses terapi selanjutnya.

Cara yang dapat digunakan untuk mengatasi penilaian (atau dalam istilah Dwoskin adalah resistensi) adalah juga dengan letting go seperti disajikan terdahulu.

Perlu tidaknya terapi melakukan intervensi secara direktif atau tidak

Assagioli (dalam Kyle, 2004) membuat kontinum antara direktif dan non direktif sebagai bagian dari terapis berkaitan dengan kliennya. Menurut Rowan (1993), psikoterapi transpersonal berkaitan dengan seseorang yang ingin membuka sesuatu dalam dirinya. Teknik spiritualitas atau kesadaran juga bicara tentang seorang yang ingin membuka sesuatu dalam dirinya. Oleh karena itu kontinum direktif amat dipengaruhi oleh keterbukaan klien.

Fenomena sistem COEX

Keempat, adalah intensitas latihan teknik kesadaran yang dilakukan oleh klien berkaitan dengan proses terapinya. Dalam proses terapi yang dilakukan secara intensif adakalanya diikuti dengan pengalaman kondensasi, gejala fisik, dan ketegangan.

Fenomena sistem COEX (condensed

(5)

beragam periode kehidupan individu yang ditandai oleh adanya ”serangan emosional yang kuat” (Kjellgren & Norlander, 2001). Klien dengan pengalaman seperti ini seyogyanya diberikan penjelasan bahwa hal ini memang bisa saja terjadi dan tidak menganggap dirinya psikosis. Sementara jika muncul gejala fisik dan ketegangan, latihan-latihan teknik letting go dapat dilakukan kembali, dimana pada kasus ketegangan pendampingan selama terapi harus dilakukan.

DAFTAR PUSTAKA

Abrams, M. S. (2001). “Resilience in ambiguous loss”. American Journal of Psychotherapy, 55, 2, 283-291.

Ballard, M. (2006). “No More Letting Go: The Spirituality of Taking Action Against Alcoholism and Drug Addiction”. Library

Journal, 131, 9, 116.

Bedell, T. M. (2002). The Role of Religiosity in

Forgiveness. Graduate School of the

Ohio State University, Ohio.

Bernstein, A. (2001). “Love and death: Letting go”. Modern Psychoanalysis, 26, 2, 257-268.

Blackstone, J. (2006). “Intersubjectivity and Nonduality in the Psychotherapeutic Relationship”. The Journal of Transpersonal Psychology, 38, 1.

Boorstein, S. (2000). “Transpersonal psychotherapy”. American Journal of

Psychotherapy, 54, 3.

Borbasi, S., Wotton, K., Redden, M., & Chapman, Y. (2005). “Letting Go: a qualitative study of acute care and community nurses’ perceptions of a ‘good’ versus a ‘bad’ death”. Australian

Critical Care, 18, 3, 104-113.

Brucker, M. (2002). The Phenomena of Psychokinesis. Dalam Willem Lammers & Beate Kircher (Eds.). The Energy

Odyssey: New Directions in Energy Psychology. Ias Publications,

Bahnhofstrasse.

Clark, C. F. (2004). “R. D. Laing: What Was Therapeutic About That?” Journal of

Transpersonal Psychology, 2004; 36, 2

Clinton, A. (2006). “Seemorg Matrix Work: A New Transpersonal Psychotherapy”. The

Journal of Transpersonal Psychology,

38, 1, 95-111.

Corey, G. (2005). Theory and Practice of

Counseling and Psychotherapy.

Brooks/Cole-Thompson Learning, Belmont.

Davis, J. 13 Maret 2005. Introduction to

Transpersonal Psychology.

http://www.naropa.edu/ faculty/ johndavis/tp/tpintro1.html.

Dwoskin, H. (2005). Sedona Method: How to Get

Rid of Your Emotional Baggage and Life the Life You Want. Element, London.

Fortunas, D. (2003). The Experience of Letting

go: A Phenomenological Study.

Department of Psychology University of Pretoria, Pretoria.

Friedman, P. (2002). Integrative Healing: An Energy and Spiritual Approach. Dalam Willem Lammers & Beate Kircher (Eds.).

The Energy Odyssey: New Directions in Energy Psychology. Ias Publications,

Bahnhofstrasse:

Germer, C.K. (2005). “Mindfulness: What Is It? What Does It Matter?” Dalam Germer, C.K., Siegel, R. D. & Fulton, P.R. (2005). Mindfulness and Psychotherapy. Guilford Publication.

Gow, K. M. (1999). “Letting Go: For Physical, Emotional, and Spiritual Health”, Journal

of Religion and Health, 38, 2, 155-165.

Grossman, P., Niemann, L., Schmidt, S. & Walach, H. (2004). Mindfulness-Based Stress Reduction And Health Benefits: A Meta-Analysis Journal of Psychosomatic

Research, 57, 35-43,

Hawkins, D. R. (2005). Power vs. Force: The

Hidden Determinants of Human Behavior. Veritas Publishing, Arizona.

Ickes, W. & Simpson, J. A. (2004). Motivation Aspects of Empathic accuracy. Dalam Marilynn B. Brewer & Miles Hewstone. (Eds.). Emotion and Motivation.

Blackwell Pub, Oxford.

Isaacs, M. M. (1988). “On the Task of Letting Go: A Woman's Paradoxical Journey”.

Journal of Counseling and Development,

67, 2, 86.

Kabat-Zinn, J. (2003). “Mindfulness-Based Interventions in Context: Past, Present, and Future”. Clinical Psychology:

Science and Practice,10, 2.

Kasprow, M.C. & Scotton, B.W. (1999). “A Review of Transpersonal Theory and Its Application to the Practice of Psychotherapy”. Journal of Psychotherapy and Research, 8, 12-23.

Kjellgren, A. & Norlander, T. (2001). “Psychedelic Drugs: A Study of Drug-Induced Experiences Obtained by Illegal Drug User in Relation to Stanislav Grov’s Model of Altered State of Consciousness”. Imagination, Cognition

and Personality, 20, 1.

Mengembangkan Model Psikoterapi Transpersonal

(6)

Kyle, Z. 26 Juli 2007. An exploration of the

perception of practitioners of the strengths and limitations of psychosynthesis psychotherapy in application. Dissertation submitted for

the award of MSc Counselling and Psychotherapy.

http://two.not2.org/psychosynthesis/articl es/zk1.htm

Lewis, J. L. (2005). “Forgiveness and Psychotherapy: The Prepersonal, the Personal, and the Transpersonal”. The

Journal of Transpersonal Psychology,

37, 2, 127.

Mahrer, A. R. (2002). “In Experiential Sessions, There Is No Therapist or Client: There Is a "Teacher” and a “Practioner””.Journal

of Contemporary Psychotherapy, 32, 1.

Noppe, I. C. & Noppe, L. D. (2004). “Adolescent Experiences with Death: Letting Go of Immortality”. Journal of Mental Health

Counseling, 26, 2, 146-167.

Riskin, L. (2004). “Mindfulness Meditation: Its Nature and Outcomes”. Dalam Brad Brown (Ed). The Newsletter of the

Alternative Dispute Resolution Section of the Oregon State Bar. Lake Oswego:

Oregon State Bar, Accounting Department –ADR Section

Rowan, J. (1993). The Transpersonal:

Psychotherapy and Counseling.

Routledge, New York.

Rowan, J. (1998). “Linking: Its place in therapy”.

International Journal of Psychotherapy;

Nov 1998; 3, 3.

Rowan, J. (2000). “A Transpersonal Way of

Relating to Clients”, Journal of

Contemporary Psychotherapy, 32, 1.

Rueffler, M. (2006). Para Pemain dalam diri Kita. Fakultas Psikologi Ubaya, Surabaya. Segall, S. R. (2005). ”Mindfulness and

Self-Development In Psychotherapy”. The

Journal of Transpersonal Psychology,

37, 2, 143-144.

Shapiro, S.L., Astin. J.A., Bishop, S.R. & Cordova, M. (2005). “Mindfulness-Based Stress Reduction for Health Care Professionals: Results from a Randomized Trial”. International Journal

of Stress Management; 12, 2, 164–176.

Shepherd, P. 23 April 2007.Heart Intelligence:

Tools for Transformation.

http://www.trans4mind.com.

Toneatto, T., Vettese, L. & Nguyen, L. 20 Maret 2007. “The role of mindfulness in the cognitive-behavioural treatment of problem gambling”. Journal of Gambling

Issues. Issue 19, January 2007.

http://www.camh.net/egambling/issue19/ pdfs/toneatto.pdf.

Viscott, D. (1996). Emotional Resilience: Simple

truths for Dealing with the Unfinished Business of Your Past. Harmony Books,

New York.

W e d d i n g , D & C o r s i n i , R . J . ( e d s . ) . 2 0 0 5 . Case Studies in

Psychotherapy, Fourth Edition.

Thompson Brooks/Cole, Belmont.

Zimberoff, D. & Hartman, D. (2003). “Transpersonal Psychology in Centered Therapies”. Journal of

Gambar

Gambar 1. Model Psikoterapi

Referensi

Dokumen terkait

Aset keuangan pada awalnya diakui sebesar nilai wajarnya ditambah, dalam hal investasi yang tidak diukur pada nilai wajar melalui laba atau rugi, biaya transaksi yang

Oleh karena itu diadakan penelitian lanjutan untuk mengetahui sifat dan karakter terbaik dari serbuk kayu guna dibentuk untuk dijadikan sebagai sebuah produk

Berdasarkan analisis yang sudah penulis lakukan pada bab 3, penulis menyimpulkan bahwa dalam lagu Uzu terdapat makna tersirat yang menggambarkan konsep reinkarnasi

(1) Kepala Desa yang diberhentikan sementara sebagaimana dimaksud dalam pasal 51 ayat (1) dan Pasal 52, setelah melalui proses peradilan ternyata terbukti tidak

 Tanggapan pihak Indonesia: Beberapa proyek tidak cukup transparan dalam melakukan pengembangan proyek, dengan adanya kewajiban melakukan SDIP dan SDIR akan

Kegiatan penyusunan dokumen Laporan Kinerja Direktorat Rumah Umum dan Komersial Tahun 2017 merupakan bentuk pertanggung jawaban dari Direktorat Rumah Umum dan

Hasil dari kuisioner audit awal (yang berfokus pada domain Monitor and Evaluate) digunakan sebagai nilai pembanding dengan hasil analisa kontrol dan analisa evaluasi

Selanjutnya, mengenai representasi budaya populer dalam novel anak B- Jell Cheers karya Thalia Salsabilla ini penulis mengkaji dan mendeskripsikan bagaimana