• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kata Kunci : distribusi spasial, kelimpahan, struktur komunitas, plankton

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Kata Kunci : distribusi spasial, kelimpahan, struktur komunitas, plankton"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

vi ABSTRAK

Ni Made Dewi Damayanti.1214511006. Distribusi Spasial dan Struktur Komunitas Plankton di Daerah Teluk Penerusan, Kabupaten Buleleng. (Pembimbing : I Gede Hendrawan, S.Si, M.Si, Ph.D dan Elok Faiqoh S.Pi, M.Si) Teluk Penerusan terletak di desa Pejarakan,Kabupaten Buleleng, Bali. Aktivitas yang banyak di temukan di wilayah Teluk Penerusan yaitu aktivitas Budidaya dengan media keramba jaring apung. Banyaknya keramba jaring apung di Teluk Penerusan diduga akan memberikan pegaruh bagi kualitas perairan kondisi lingkungan di wilayah ini. Salah satu indikator kondisi lingkungan di perairan adalah Plankton. Sehingga penting untuk mengetahui sebaran dan kelimpahan plankton di daerah Teluk ini guna melihat kondisi lingkungan pada perairan di Teluk Penerusan. Tujuan penelitian ini adalah melihat distribusi spasial dan struktur komunitas plankton di perairan Teluk Penerusan. Metode yang digunakan dalam pengambilan sampel plankton di perairan adalah metode Towing. Hasil yang diperoleh dari kualitas perairan di Teluk Penerusan yaitu suhu berkisar antara 31,1 – 32, 5 C0, kedalaman berkisar 1 m – 23 m , kecerahan berkisar antara 40%-100%, kekeruhan berkisar antara 0,73 – 2,62 ntu, DO berkisar antara 6 – 8,3 mg/l, pH berkisar antara 7,17 – 8,04 , salinitas berkisar antara 31,1 – 35 ppt, nitrat berkisar antara 0,604 – 1,826 mg/l dan fosfat berkisar antara 0,098 – 0,777 mg/l. Kelompok fitoplankton yang paling banyak di temukan berasal dari kelas Bacillariophyceae dengan persentase komposisi kelimpahan jenis sebesar 77% dan kelompok zooplankton yang paling banyak di temukan berasal dari kelas Maxillopoda dengan persentase komposisi jenis sebesar 85%. Hasil distribusi spasial kelimpahan fitoplankton tersebar di tengah-tengah Teluk kearah luar Teluk sedangkan distribusi spasial kelimpahan zooplankton tersebar dari selatan Teluk kearah tengah Teluk lalu ke arah utara Teluk Penerusan. Pada nilai indeks keanekaragaman, keseragaman dan dominansi fitoplankton yaitu 1,06, 0.39 dan 0.11 sedangkan nilai indeks keanekaragaman, keseragaman dan dominansi zooplankton yaitu 0,52, 0,40 dan 0,34. Hasil dari analisis komponen utama menunjukan bahwa parameter kualitas perairan yang mempengaruhi kelimpahan fitoplankton adalah kecerahan, kekeruhan dan pH dan parameter kualitas perairan yang mempengaruhi kelimpahan zooplankton adalah oksigen terlarut (DO), suhu, salinitas, nitrat dan fosfat.

(2)

vii ABSTRACT

Ni Made Dewi Damayanti.1214511006. Spatial distribution and plankton community structure in the Penerusan Bay, Buleleng Regency. (Supervisor : I Gede Hendrawan dan Elok Faiqoh)

Penerusan bay is located in Pejarakan, Buleleng district, Bali. Activities that are found in Penerusan bay that is farming activities with media Floating net. Many of floating net in the penerusan bay allegedly will give influence for water quality and environmental conditions in the region. One indicator of environmental conditions in the water are planktons. Therefor, it is important to determine the distribution and abundance of plankton in Penerusan bay to see the environmental conditions on the waters of the Penerusan bay. Purpose of this study was to know the spasial distribution and community structure of plankton in the waters of the Penerusan bay. Methods was used in sampling plankton in these water is a Towing method (withdrawal horizontally). Results of water quality in the Penerusan bay showed the temperature ranged from 31.1 to 32.5degree Celsius, the depth ranged from 1 m - 23 m; average brightness obtained was 86%, turbidity ranged from 0.73 - 2.62 ntu, dissolved oxygen (DO) ranged from 6 to 8.3 mg/l; the degree of acidity (pH) ranged from 7.17 to 8.04; salinity ranged from 31.1 to 35 ppt; the nitrate value ranged 0.604 to 1.826 mg/l; and phosphate value ranged from 0.098 to 0.777 mg/l. The most phytoplankton groups found were class of Bacillariophyceae with the species abundance percentage 77% and the most zooplankton groups found were class of Maxillopoda with the species composition percentage of 85%. Spatial distribution of phytoplankton abundance was spread in the middle of the bay towards the outside; while the spatial distribution of zooplankton abundance was spread from the south of the bay towards the middle and to the north of Penerusan bay.Index, uniformity and dominance of phytoplankton were 1,06; 0.39; and 0.11 while the value of diversity index, uniformity and dominance zooplankton are 0.52, 0.40 and 0.34. The results of primary component analysis showed that the water quality parameters that affect the abundance of phytoplankton are the brightness, turbidity and acidity (pH) and the water quality parameters that affect the abundance of zooplankton are dissolved oxygen (DO), temperature, salinity, nitrate and phosphate.

(3)

viii RINGKASAN

Ni Made Dewi Damayanti. 1214511006. Distribusi Spasial dan Struktur

Komunitas Plankton di Teluk Penenerusan, Kabupaten Buleleng

(Pembimbing :I Gede Hendrawan, S.Si, M.Si, Ph.D dan Elok Faiqoh S.Pi, M.Si)

Plankton adalah makhluk (tumbuhan atau hewan) yang hidupnya mengapung, mengambang atau melayang di dalam air yang kemampuan renangnya sangat terbatas hingga terbawa hanyut oleh arus. Plankton di bagi menjadi dua yaitu fitoplankton dan zooplankton. Fitoplankton merupakan plankton nabati atau tumbuhan sedangkan zooplankton merupakan plankton hewani. Teluk Penerusan merupakan salah satu wilayah perairan yang terletak di Desa Pejarakan, Kecamatan Gerogak Kabupaten Buleleng, Bali. Aktifitas yang ditemui di sekitar wilayah perairan Teluk Penerusan adalah kegiatan budidaya laut dengan media keramba jaring apung. Perkembangan budidaya laut sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan perairan yang meliputi faktor fisik, kimia dan biologi. Perairan yang subur tentunya dapat mendukung keanekaragaman sumberdaya biota yang tersedia. Keberadaan plankton di suatu perairan dapat memberikan informasi mengenai kondisi suatu perairan.Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui distribusi spasial kelimpahan plankton dan struktur komunitas plankton serta mengetahui parameter kualitas perairan yang mempengaruhi kelimpahan plankton di Teluk Penerusan. Pengambilan sampel plankton dilakukan secara towing (penarikan secara horizontal) di setiap stasiun pengamatan. Pengamatan sampel plankton menggunakan Sedgwick Rafter Counting Cell yang dilakukan di Laboraturium Kelautan Fakultas Kelautan dan Perikanan, Universitas Udayana.

Hasil penelitian menunjukan nilai parameter kualitas lingkungan di daerah Teluk Penerusan. Parameter kualitas lingkungan yang diukur adalah suhu, DO, pH, salinitas, kekeruhan, kecerahan, nitrat dan fosfat. Suhu yang diperoleh berkisar antara 31,30C - 32,50C dengan rata-rata suhu 31,80C dan standard deviasi yaitu 0,37. DO berkisar antara 6,4 mg/L - 8,3 mg/L dengan rata-rata DO 7,34 dan standard deviasi yaitu 0,71. Hasil pH berkisar antara 7,71 - 8,04 dengan rata-rata pH 7,69 dan standard deviasi 0,25. Salinitas yang diperoleh berkisar 29 – 35 ppt dengan rata-rata salinitas 31,6 ppt dan standard deviasi 2,02. Kekeruhan berkisar antara 0,73 – 3,4 ntu dengan rata-rata kekeruhan 1,73 ntu dan standard deviasi 0,65. Hasil persentase kecerahan berkisar antara 40% - 100% dengan rata-rata kecerahan 88,6% dan standard deviasi 19,3. Hasil nitrat berkisar antara 0,604 mg/l – 1,826 mg/L dengan rata-rata konsentrasi nitrat 0,9 mg/L dan standard deviasi yaitu 0,26 dan nilai konsentrasi fosfat 0,098 mg/L - 0,743 mg/L dengan rata-rata konsentrasi fosfat 0,36 mg/L dan standard deviasi 0,19.

Hasil pengamatan komposisi jenis fitoplankton ditemukan sebanyak 35 genus fitoplankton terdiri dari 5 kelas yang digolongkan dalam kelas Bacillariophyceae sebanyak 25 genus, kelas Cyanophyceae sebanyak 6 genus, kelas Dinophyceae sebanyak 2 genus, kelas Haptophyceae sebanyak 1 genus dan kelas Prymnesiophyceae sebanyak 1 genus. Komposisi jenis zooplankton

(4)

ix

ditemukan sebanyak 7 genus yang berasal dari 2 kelas yaitu kelas Maxillopoda sebanyak 6 genus dan Kelas Malacostraca sebanyak 1 genus. Hasil komposisi jenis fitoplankton yang diperoleh menunjukan persentase kelas yang terbesar berasal dari kelas Bacillariophyceae dengan persentase sebesar 77%. Kelas Bacillariophyceae merupakan kelas pada fitoplankton yang memiliki sifat kosmopolit serta penyebarannya yang luas dan memiliki tingkat toleransi yang tinggi terhadap perubahan-perubahan faktor lingkungan. Keberadaan kelas Bacillariophyceae yang paling banyak ditemukan pada suatu perairan merupakan hal umum yang terjadi di perairan laut. Kelas Bacillariophcyceae mempunyai komposisi yang tinggi dibanding kelas yang lain karena dapat tumbuh dengan cepat meskipun pada kondisi nutrient dan cahaya yang rendah dan juga kelas tersebut memiliki kemampuan regenerasi dan reproduksi yang lebih besar. Genus yang jumlah individunya paling banyak ditemukan di Teluk Penerusan adalah Genus Nitzchia dengan jumlah yang ditemukan sebanyak 193 individu. Dimana diketahui genus ini memiliki kemampuan pertumbuhan yang cepat. Menurut Nybakken (1992) Genus Nitzschia memiliki kemampuan pertumbuhan yang cepat, dimana laju pembelahan maksimum sekali pembelahan dalam waktu 10-12 jam.

Hasil komposisi jenis zooplankton yang diperoleh menunjukan persentase kelas yang terbesar berasal dari kelas Maxillopoda dengan persentase 85% dan genus yang paling banyak ditemukan berasal dari genus Arcatia dengan jumlah 114 individu. Menurut Wiadnyana (1997) Kelas Maxillopoda atau kelompok copepoda memang sering mendominasi komunitas zooplankton pada berbagai perairan. Kelas Maxillopoda juga memegang peranan penting dalam rantai makanan pada suatu ekosistem perairan. Sesuai dengan penelitian yang diperoleh di daerah Teluk Penerusan diindikasikan bahwa perairan Teluk Penerusan merupakan perairan yang produktif. Fitriya dan Lukman (2011) juga menyatakan bahwa perairan yang didominansi oleh kelompok Maxillopoda (copepod) dapat mengindikasikan keadaan perairan tersebut produktif.

Hasil penelitian menunjukan setiap stasiun pengamatan memiliki kelimpahan dan struktur komunitas yang berbeda-beda. secara keseluruhan kelimpahan fitoplankton tertinggi berada pada stasiun 5 dengan jumlah kelimpahan 1.914 ind/m3 dan kelimpahan fitoplankton terendah berada pada stasiun 13 dengan jumlah kelimpahan 434 ind/m3. Rata-rata nilai kelimpahan fitoplankton adalah 1,163 ind/m3 dengan standard deviasi 520. Kelimpahan fitoplankton tertinggi berada pada stasiun 5 dan stasiun 6. Tingginya kelimpahan fitoplankton di beberapa stasiun diduga dikarenakan oleh faktor fisika-kimia di perairan. Salah satunya adalah faktor kecerahan, kekeruhan dan pH. Dilihat dari hasil kecerahan yang diperoleh di Teluk Penerusan menunjukan kecerahan yang relative tinggi untuk perairan ini sedangkan nilai kekeruhan yang rendah memberikan masukan cahaya yang tinggi ke perairan sehingga fitoplankton dapat lebih cepat melakukan proses fotosintesi. Hasil pH yang di temukan di Teluk Penerusan juga menunjukan nilai yang sesuai untuk kehidupan fitoplankton. Hal ini sesuai dengan pernyataan Odum (1998) dimana kisaran pH yang baik untuk kehidupan plankton antara 6 – 9.

Pada distribusi spasial kelimpahan fitoplankton, terlihat bahwa konsentrasi kelimpahan fitoplankton terbesar berada di tengan Teluk Penerusan kemudian penyebaran kelimpahan fitoplankton mengecil kearah timur teluk, barat teluk dan

(5)

x

selatan teluk. penyebaran kelimpahan fitoplankton terkecil berada di arah timur laut dan barat laut pada Teluk Penerusan. Sebaran spasial kelimpahan fitoplankton yang banyak ditemukan berada di dekat keramba jaring apung yang berada di bagian tengah teluk pada stasiun 5 dan 6, bagian timur teluk pada stasiun 9,10 dan 11 serta bagian selatan teluk pada stasiun 4, 7 dan 8. Diketahui bahwa keramba jaring apung dapat menyumbangkan bahan organik pada perairan. Bahan organik tersebut berupa sisa pakan buatan dan feses ikan pada keramba jaring apung. bahan organic ini diduga dimanfaatkan oleh fitoplankton untuk berkembang sehingga kelimpahan fitoplankton menjadi banyak. Diketahui bahwa Perairan yang berdekatan dengan daerah budidaya memiliki potensi menerima masukan bahan organik dari sisa-sisa pakan dan feses ikan yang lebih besar. Bahan organik ini akan di manfaatkan fitoplankton untuk berkembang biak sehingga kelimpaha fitoplankton menjadi besar.

Hasil Kelimpahan zooplankton yang diperoleh berkisar antara 217 ind/m3 - 38 ind/m3. Rata-rata nilai kelimpahan zooplankton yaitu 98 ind/m3 dengan nilai standard deviasi sebesar 55,9. Kelimpahan zooplankton terbesar berada pada stasiun 4. Stasiun lain yang memiliki kelimpahan zooplankton melebihi nilai rata-rata adalah stasiun 3, 6, dan 15. Kelimpahan zooplankton yang diperoleh diduga disebabkan oleh parameter fisika-kimia perairan dan ketersediaan makanan atau fitoplankton yang banyak. Nutrien atau zat hara merupakan zat – zat yang penting bagi kehidupan plankton. Salah satu nutrient tersebut adalah nitrat dan fosfat. Hasil nitrat dan fosfat yang diperoleh menunjukan nilai rata-rata untuk hasil nitrat yaitu 0,9 mg/L dan rata-rata fosfat 0,36 mg/L. Kandungan nitrat dan fosfat di teluk penerusan menunjukan bahwa nitrat dan fosfat baik untuk pertumbuhan fitoplankton. Fitoplankton yang tumbuh dengan baik menyebabkan ketersediaan makanan bagi zooplankton sehingga kelimpahan zooplankton menjadi banyak. Karena pada rantai makanan zooplankton berperan sebagai konsumen pertama yang memangsa produsen yaitu fitoplankton. Hubungan antara pemangsa dan yang dimangsa ini sesuai dengan theory of grazing.

Suhu juga menjadi salah satu faktor kelimpahan zooplankton banyak ditemukan di Teluk Penerusan. Hasil suhu yang diperoleh di Teluk Penerusan menunjukan nilai yang sesuai untuk kehidupan zooplankton. Pernyataan ini juga sesuai dengan pernyataan Isnansetyo & Kurniastuti (1995) yang menyatakan kisaran suhu untuk kehidupan plankton adalah 25 – 35 0C. Hasil ini juga didukung oleh hasil analisis komponen utama kelimpahan zooplankton di Teluk Penerusan. hasil analisis komponen utama menunjukan parameter fisika-kimia yang mempengaruhi kelimpahan zooplankton adalah suhu, DO, Salinitas, nitrat dan Fosfat.

Pada peta distribusi spasial kelimpahan zooplankton terlihat sebaran kelimpahan zooplankton terbesar berada pada barat daya teluk kemudian menyebar kearah tengah teluk dan terakhir kearah utara Teluk penerusan. Penyebaran diduga kelimpahan zooplankton ini berhubungan dengan sebaran kelimpahan fitoplankton. Dimana terlihat bahwa pada sebaran fitoplankton pada barat daya teluk (stasiun 4) cukup besar sehingga makanan bagi zooplankton tersedia dengan cukup, selain itu di bagian tengah teluk (stasiun 6) juga memiliki kelimpahan fitoplankton yang besar dan mencukupi kebutuhan makanan bagi zooplankton sehingga zooplankton dapat berkembang dengan baik. Peristiwa ini

(6)

xi

juga dapat disebut theory of grazing. Hal ini berdasarkan pada penemuan kuantitas zooplankton dan fitoplankton yang sama-sama melimpah di barat daya teluk (stasiun 4) , di tengah Teluk (stasiun 6) dan di utara Teluk Penerusan (staisun 15).

Indeks keanekaragaman fitoplankton berkisar antara 0,55-1,23 dengan rata-rata indeks keanekaragaman yaitu 1,06. Indeks keseragaman fitoplankton berkisar antara 0,37-0,41 dengan rata-rata indeks keseragaman yaitu 0,40 dan indeks dominansi fitoplankton berkisar antara 0,08-0,17 dengan rata-rata indeks dominansi yaitu 0,11. Struktur Komunitas fitoplangkton menunjukan bahwa nilai keanekaragaman di Teluk Penerusan menunjukan nilai keanekaragaman sedang dengan kestabilan komunitas sedang, hal ini berdasarkan metode Krebs (1998). Arti dari indeks keanekaragaman sedang yaitu keankeragaman jenis tergolong sedang (prima) dengan sebaran individu sedang dan kestabilan komunitas sedang. Nilai indeks keseragaman menunjukan nilai keseragaman yang sedang. Hal ini berdasarkan Basmi (1999) dimana jika nilai indeks keseragaman 0,4 dinyatakan bahwa keseragaman jenis di wilayah tersebut sedang. Arti dari keseragaman sedang yaitu keseragaman organisme di periran tersebut seimbang dan tidak terjadi persaingan baik makanan maupun tempat tinggal. Hasil indek dominansi menunjukan nilai dominansi rendah. Hal ini berdasarkan Ludwig dan Reynolds (1988) dimana jika nilai indeks dominansi kurang dari 0,5 dinyatakan bahwa dominansi jenis di wilayah tersebut rendah. Arti dari dominansi rendah yaitu tidak terdapat jenis fitoplankton yang mendominansi di perairan ini dan perairan ini dapat dikatakan masih baik untuk kehidupan fitoplankton. Hasil Struktur komunitas fitoplankton menunjukan bahwa perairan di Teluk Penerusan memiliki kondisi perairan stabil dan kondisi lingkungan yang baik.

Indeks keanekaragaman zooplankton yang diperoleh berkisar antara 0.28 – 0,69 dengan rata-rata indeks keanekaragaman yaitu 0,52. Indeks keseragaman yang diperoleh 0,32-0,43 dengan rata-rata indeks keseragaman yaitu 0,40 dan indeks dominansi zooplankton yang diperoleh berkisar antara 0,21-0,56 dengan rata-rata indeks dominansi yaitu 0,34. Struktur komunitas zooplankton menunjukan bahwa nilai keanekaragaman di Teluk Penerusan memiliki nilai keanekaragaman rendah dengan kestabilan komunitas rendah. Arti dari keanekragaman rendah adalah tidak banyak jenis zooplankton yang hidup diperairan tersebut, terbukti dari hasil komposisi jenis zooplankton yang hanyak menemukan 7 genus zooplankton di Teluk Penerusan. sedangkan nilai indeks keseragaman menunjukan nilai keseragaman yang sedang. Arti dari keseragaman sedang yaitu keseragaman organisme di periran tersebut seimbang dan tidak terjadi persaingan baik makanan maupun tempat tinggal dan indek dominansi menunjukan nilai yang kecil. Arti dari dominansi yang kecil yaitu tidak terdapat jenis zooplankton yang mendominsi di perairan tersebut namun jumlah individunya masih sedang atau perbedaan jumlah individunya jenis yang mendominansi tidak banyak. Dari hasil struktur komunitas zooplankton menunjukan bahwa perairan di Teluk Penerusan memiliki kondisi perairan yang cukup stabil dan kondisi lingkungan yang cukup. Terbukti dari hasil kualitas perairan , dimana suhu, DO dan salinitas yang diperoleh di Teluk Penerusan menunjukan nilai yang baik bagi kehidupan zooplankton. Konsentrasi nitrat dan fosfas diperairan juga masih sesuai dengan pertumbuhan plankton di perairan.

(7)

xii

Hasil analisis komponen utama menunjukan bahwa parameter kualitas perairan yang mempengaruhi kelimpahan fitoplankton yaitu kecerahan, kekeruhan dan derajat keasaman (pH) sedangkan parameter kualitas perairan yang mempengaruhi kelimpahan zooplankton yaitu suhu, salinitas, DO, nitrat dan fosfat. Hasil analisis komponen utama kelimpahan fitoplankton menunjukan bahwa parameter fisika – kimia yang mempengaruhi kelimpahan fitoplankton adalah kecerahan, kekeruhan dan pH. Dimana diketahui bahwa kelimpahan fitoplankton lebih berkontribusi pada faktor 2 sehingga parameter fisika-kimia yang berkontribusi pada faktor 2 yaitu kecerahna, kekeruhan dan pH. Hal ini terbukti dari nilai kekeruhan yang diperoleh kecil sehingga kecerahan perairan menjadi tinggi. Hal ini akan mempermudah fitoplankton untuk melakukan fotosintesi sehingga fitoplankton dapat tumbuh dengan baik. Sedangkan dari hasil pH yang di peroleh menunjukan nilai pH perairan yang diperoleh sesuai untuk kehidupah fitoplankton. Hasil analisis komponen utama kelimpahan zooplankton menunjukan bahwa parameter fisiska- kimia yang mempengaruhi kelimpahan zooplankton adalah suhu, DO, salinitas, nitrat dan fosfat. Dimana diketahui bahwa kelimpahan zooplankton lebih berkontribusi pada faktor 1 sehingga parameter fisika-kimia yang berkontribusi pada faktor 1 yaitu suhu, DO, salinitas, nitrat dan fosfat. Hal ini terbukti dari hasil suhu perairan yang diperoleh sesuai dengan kehidupan zooplankton. Hasil nitrat dan fosfat juga menunjukan bahwa konsentrasi nitrat dan konsentrasi fosfat yang diperoleh sesuai untuk kehidupan zooplankton. Untuk nilai DO dan Salinitas yang diperoleh sesuai dengan kehidupan zooplankton di perairan.

Kesimpulan dari penelitian ini adalah Kelimpahan Fitoplankton berkisar antara 434 ind/m3 - 1.914 ind/m3 sedangkan Kelimpahan zooplankton berkisar antara 38 ind/m3 – 217 ind/m3. Sebaran distribusi spasial kelimpahan fitoplankton berpusat di tengah-tengah Teluk Penerusan menuju ke daerah barat teluk dan Timur Teluk Penerusan, sedangkan sebaran distribusi spasial kelimpahan zooplankton tersebar di daerah barat daya Teluk Penerusan menyebar ke tengah teluk penerusan dan sampai ke mulut Teluk Penerusan di bagian Utara. Struktur komunitas fitoplankton dan zooplankton di Teluk Penerusan menyatakan bahwa perairan Teluk Penerusan memiliki kondisi perairan dalam keadaan cukup stabil dan kondisi lingkungan baik. Berdasarkan hasil analisis komponen utama yang diperoleh, parameter perairan yang mempengaruhi kelimpahan fitoplankton di Teluk Penerusan adalah parameter kecerahan, kekeruhan dan pH sedangkan parameter perairan yang mempengaruhi kelimpahan zooplankton adalah parameter DO, suhu, salinitas, nitrat dan fosfat.

(8)

xiii

MOTTO

“ Tidak Perlu Menjadi Istimewa untuk Disukai Orang lain Tapi

Jadilah Disukai Karena Kamu Istimewa untuk Mereka”

(9)

xiv

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, Ida Sang Hyang Widhi Wasa, karena atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan penelitian serta penulisan skripsi dengan judul “Distribusi Spasial dan Struktur Komunitas Plankton di Daerah Teluk Penerusan, Kabupaten Buleleng,Bali” sebagai syarat untuk memperoleh gelar sarjana Ilmu Kelautan di Fakultas Kelautan dan Perikanan Universitas Udayana.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam skripsi ini, baik dari segi penulisan maupun penyusunan kalimat. Oleh karena itu, penulis mengharapkan masukan, saran, serta kritik yang membangun guna perbaikan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Bukit Jimbaran, Januari 2017

(10)

xv

UCAPAN TERIMA KASIH

Terima kasih yang setinggi-tingginya penulis sampaikan kepada semua pihak yang telah mengarahkan, membantu, serta mendukung kegiatan penelitian dan dalam menyelesaikan penulisan skripsi sehingga dapat berjalan dengan lancar. Tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Ir. I Wayan Arthana, MS., Ph.D selaku Dekan Fakultas Kelautan dan Perikanan Universitas Udayana.

2. Bapak Dr.Eng I Dewa Nyoman Nurweda Putra,S.Si.,M.Si selaku Ketua Program Studi Ilmu Kelautan Fakultas Kelautan dan Perikanan Universitas Udayana

3. Bapak I Gede Hendrawan, S.Si.,M.Si.,Ph.D selaku pembimbing I yang telah banyak meluangkan waktu untuk memberikan arahan, masukan, serta bimbingan selama penulis melaksanan penelitian dan penulisan skripsi. 4. Ibu Elok Faiqoh, S.Pi., M.Si selaku pembimbing II yang telah banyak

meluangkan waktu untuk memberikan arahan dan bimbingan selama penulis melaksanan penelitian dan penulisan skripsi.

5. Bapak Yulianto Suteja,S.Kel.,M.Si selaku penguji I yang telah memberikan saran dan kritik baik pada saat sidang maupun proses penulisan skripsi. 6. Bapak Abd.Rahman As-Syahkur,S.P.,M.Si selaku penguji II yang telah

memberikan saran dan kritik baik pada saat sidang maupun proses penulisan skripsi.

7. Kedua orang tua, I Ketut Suartono, S.Sos dan Ni Made Nilawati Arini yang senantiasa memberikan dukungan doa, moral, material, kasih sayang serta semangat tiada henti.

8. Saudara tercinta, Putu Agus Gradian Wijaya senantiasa memberikan dukungan doa, moral dan kasih sayang serta semangat.

9. Puspita Dewanti, Rai Ayu Saraswati, Putu Setiawati, Desi Kusuma Dewi, Surya Risuana, Aditya Krisna.L, Adi Prawira, Ade Narayana, Dhananjaya, Satya Pratama, Loviasari dan Susri Rahmayanti,Terima kasih atas dukungan dan kerja samanya selama ini.

(11)

xvi

10. Seluruh kawan-kawan seperjuangan Ilmu Kelautan dan Manajemen Sumberdaya Perairan angkatan 1 atas semua waktu, pengalaman,dan kenangan selama awal sampai akhir perkuliahan.

11. Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini.

(12)

xvii

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 30 Juni 1994 di Karangasem,Bali. Penulis merupakan anak kedua dari dua bersaudara dari pasangan AyahKetut Suartono dan Ibu Ni Made Nilawati Arini. Penulis memulai pendidikan formal di SD Negeri 1 Karangasem pada tahun 2000 dan diselesaikan pada tahun 2006, kemudian melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 2 Amlapura dan lulus pada tahun 2009, kemudian melanjutkan di SMA Negeri 1 Amlapura sampai kemudian lulus pada tahun 2012. Penulis selanjutnya diterima di Program Studi Ilmu Kelautan Fakultas Kelautan dan Perikanan Universitas Udayana melalui jalur SNMPTN tahun 2012.

Selama menjadi mahasiswa, penulis pernah menjadi Asisten Dosen di beberapa mata kuliah di antaranya menjadi Asisten Dosen Biologi Laut (2013-2014), Asisten Dosen Ekologi Laut Tropis ((2013-2014), Asisten Dosen Icthiologi (2013 - 2014), Asisten Dosen Zoologi (2014),Asisten Dosen Renang (2013-2015) serta Asisten Dosen Selam (2015). Penulis juga aktif di bidang keorganisasian dan sempat menjabat sebagai Sekretaris BEM FKP UNUD periode 2013 – 2014 dan menjabat sebagai Staf KEMENLU BEM PM UNUD periode 2015. Penulis pernah mengikuti lomba marching band di Pattaya, Thailand pada tahun 2013 dalam rangka Thailand Word Music Campionship (TWMC) mewakili UKM Marching Band Universitas Udayana.

Penulis menyelesaikan rangkaian tugas akhir yaitu Praktek Kerja Lapangan di Pusat Pengembangan dan Penelitian Sumberdaya Laut dan Pesisir di Jakarta pada tahun 2015, Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa PED, Nusa Penida – Bali pada tahun 2015, serta Tugas Akhir (Skripsi) dengan judul ‘Distribusi Spasial dan Struktur Komunitas Plankton di Daerah Teluk Penerusan, Kabupaten Buleleng’ pada tahun 2016.

(13)

xviii DAFTAR ISI

Halaman

BERITA ACARA ... iii

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ... iv

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI SKRIPSI ... v

ABSTRAK ... vi

ABSTRACT ... vii

RINGKASAN ... viii

MOTTO ... xiii

KATA PENGANTAR ... xiv

UCAPAN TERIMA KASIH ... xv

RIWAYAT HIDUP ... xvii

DAFTAR ISI ... xviii

DAFTAR TABEL ... xxi

DAFTAR GAMBAR ... xxii

DAFTAR LAMPIRAN ... xxiii

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1 1.1Latar Belakang ... 1 1.2Perumusan Masalah ... 3 1.3Tujuan ... 3 1.4Manfaat ... 4 1.5Batasan Masalah ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 5

2.1 Plankton ... 5 2.2 Fitoplankton ... 6 2.2.1 Peranan Fitoplankton ... 6 2.2.2 Habitat Fitoplankton ... 6 2.2.3 Morfologi Fitoplankton ... 7 2.2.4 Jenis-Jenis Fitoplankton ... 7 2.3 Zooplankton ... 8 2.3.1 Peranana Zooplankton ... 8 2.3.2 Habitat Zooplankton ... 9 2.3.3 Jenis-Jenis Zooplankton ... 9 2.4 Struktur Komunitas ... 9

2.5 Teori Hubungan antara Fitoplankton dan Zooplankton ... 10

2.6 Parameter Kualitas Perairan ... 12

(14)

xix

2.6.2 Parameter Kimia ... 13

2.7 Sistem Informasi Geografis ... 15

2.8 Interpolasi Inverse Distance Weighting ... 18

BAB III METODOLOGI ... 20

3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian ... 20

3.2 Alat dan Bahan ... 21

3.3 Metode Pengambilan Data dan Analisis Sampel Plankton . 23 3.3.1 Pengambilan Sampel Plankton ... 23

3.3.2 Analisis Sampel Plankton di Laboraturium ... 23

3.4 Pengukuran dan Analisis Parameter Fisika-Kimia Perairan ... 24

3.5 Analisis Data ... 24

3.5.1 Kelimpahan Plankton ... 24

3.5.2 Struktur Komunitas Plankton ... 25

3.5.3 Analisis Distribusi Spasial ... 28

3.5.4 Analisis Komponen Utama ... 29

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 30

4.1 Hasil ... 30

4.1.1 Kualitas Perairan ... 30

4.1.1.1 Suhu ... 30

4.1.1.2 Oksigen Terlarut (DO) ... 31

4.1.1.3 Derajat Keasaman (pH)... 31 4.1.1.4 Salinitas ... 32 4.1.1.5 Kekeruhan ... 33 4.1.1.6 Kecerahan ... 33 4.1.1.7 Nitrat ... 34 4.1.1.8 Fosfat... 35

4.1.2 Komposisi Jenis Plankton ... 35

4.1.2.1 Komposisi Jenis Fitoplankton ... 36

4.1.2.2 Komposisi Jenis Zooplankton ... 37

4.1.3 Kelimpahan Plankton di Teluk Penerusan ... 37

4.1.3.1 Kelimpahan Fitoplankton di Teluk Penerusan ... 37

4.1.3.2 Kelimpahan Zooplankton di Teluk Penerusan ... 38

4.1.4 Distribusi Spasial Kelimpahan Plankton di Teluk Penerusan ... 39

4.1.4.1 Distribusi Spasial Fitoplankton di Teluk Penerusan 39 4.1.4.2 Distribusi Spasial Zooplankton di Teluk Penerusan 40 4.1.5 Struktur Komunitas Fitoplankton ... 41

4.1.5.1 Keanekaragaman Fitoplankton ... 41

4.1.5.2 Keseragaman Fitoplankton ... 41

4.1.5.3 Dominansi Fitoplangkton... 42

4.1.6 Struktur Komunitas Zooplankton ... 43

4.1.6.1 Keanekaragaman Zooplankton ... 43

4.1.6.2 Keseragaman Zooplankton ... 44

(15)

xx

4.1.7 Analisis Komponen Utama ... 45

4.1.7.1 Analisis Komponen Utama Kelimpahan Fitoplankton ... 46

4.1.7.2 Analisis Komponen Utama Kelimpahan Zooplankton ... 46

4.1.7.3 Analisis Komponen Utama Penyebaran Stasiun Penelitian... 47

4.2 Pembahasan ... 48

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 56

5.1 Kesimpulan ... 56

5.2 Saran ... 56

DAFTAR PUSTAKA... 58

(16)

xxi

DAFTAR TABEL

Tabel halaman 1. Alat dan bahan ... 21

(17)

xxii

DAFTAR GAMBAR

Gambar halaman 1. Peta Lokasi Penelitian dan Stasiun Pengamatan di Teluk

Penerusan ... 21 2. Pengelompokan Hasil Analisis Komponen Utama Penyebaran

3. Stasiun Berdasarkan Parameter Fisika-kimia ... 29 4. Suhu Permukaan Air Laut pada setiap Stasiun di Teluk

Penerusan ... 30 5. DO Permukaan Air Laut pada setiap Stasiun di Teluk

Penerusan ... 31 6. pH Permukaan Air laut pada setiap Stasiun di Teluk Penerusan . 31

7. Salinitas Permukaan Air Laut pada setiap Stasiun di Teluk

Penerusan ... 32 8. Kekeruhan Permukaan Air Laut pada setiap Stasiun di Teluk

Penerusan ... 33 9. Kecerahan Perairan berbanding Kedalaman Perairan pada

setiap Stasiun di Teluk Penerusan ... 34 10. Konsentrasi Nitrat dipermukaan Air laut pada setiap

Stasiun di Teluk Penerusan ... 34 11. Konsentrasi Fosfat dipermukaan Air Laut pada setiap

Stasiun di Teluk Penerusan ... 35 12. Persentase Komposisi Jenis Fitoplankton di Teluk Penerusan.... 36

13. Persentase Komposisi Jenis Zooplankton di Teluk Penerusan .... 37 14. Kelimpahan Fitoplankton pada setiap Stasiun di Teluk

Penerusan ... 38 15. Kelimpahan Zooplankton pada setiap Stasiun di Teluk

Penerusan ... 39 16. Peta Distribusi Spasial Kelimpahan Fitoplankton di Teluk

Penerusan ... 39 17. Peta Distribusi Spasial Kelimpahan Zooplankton di Teluk

Penerusan ... 40 18. Indeks Keanekaragaman Fitoplankton pada setiap

Stasiun di Teluk Penerusan ... 41 19. Indeks Keseragaman Fitoplankton pada setiap Stasiun di

Teluk Penerusan ... 42 20. Indeks Dominansi Fitoplankton pada setiap Stasiun di Teluk

Penerusan ... 42 21. Indeks Keanekaragaman Zooplankton pada setiap

Stasiun di Teluk Penerusan ... 43 22. Indeks Keseragaman Zooplankton pada setiap Stasiun di

Teluk Penerusan ... 44 23. Indeks Dominansi Zooplankton pada setiap Stasiun di Teluk

Penerusan ... 45 24. Analisis Komponen Utama Kelimpahan Fitoplankton di

Teluk Penerusan ... 46 25. Analisis Komponen Utama Kelimpahan Zooplankton

di Teluk Penerusan ... 47 26. Analisis Komponen Utama Penyebaran Stasiun Pengamatan

(18)

xxiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran halaman

1. Tabel hasil parameter kualitas perairan di Teluk Penerusan .. 62

2. Tabel Komposisi Jenis Fitoplankton di Teluk Penerusan ` .... 63

3. Tabel Komposisi Jenis Zooplankton di Teluk Penerusan ... 64

4. Tabel Kelimpahan Plankton di Teluk Penerusan ... 65

5. Tabel Struktur Komunitas Fitoplankton di Teluk Penerusan . 66 6. Tabel Struktur Komunitas Zooplankton di Teluk Penerusan . 67 7. Tabel Nilai Eigenvalue, Nilai Kumulatif dan Matrik Korelasi pada Analisis Komponen Utama Kelimpahan Fitoplankton .. 68

8. Tabel Nilai Eigenvalue, Nilai Kumulatif dan Matrik Korelasi pada Analisis Komponen Utama Kelimpahan Zooplankton .. 70

9. Gambar Alat dan Bahan Penelitian ... 72

10.Gambar Digitasi Luasan Teluk Penerusan ... 74

11.Gambar Plankton yang ditemukan di Teluk Penerusan ... 75

(19)

1

I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kekayaan sumberdaya hayati yang dimiliki Indonesia sangat beragam, salah satunya adalah plakton. Plankton adalah makluk (tumbuhan atau hewan) yang hidupnya mengapung, mengambang atau melayang di dalam air yang kemampuan renangnya sangat terbatas hingga terbawa hanyut oleh arus. Plankton berperan sebagai makanan utama untuk biota-biota kecil yang terdapat diperairan, kemudian biota-biota kecil tersebut akan di makan oleh biota yang lebih besar. Secara fungsional plankton dapat digolongkan menjadi dua yaitu fitoplankton dan zooplankton (Nontji,2008).

Fitoplankton disebut juga plankton nabati atau tumbuhan yang hidup mengapung atau melayang dalam laut. Secara ekologi, dalam suatu ekosistem fitoplankton berperan sebagai produsen primer dan awal dari rantai makan. Dalam suatu perairan, fitoplankton sering dijadikan skala ukur untuk mengetahui tingkat kesuburan di perairan tersebut (Nontji,2008).

Zooplankton disebut juga plankton hewani atau hewan yang hidupnya mengapung atau melayang dalam laut (Nontji,2008). Zooplankton merupakan konsumen pertama yang memanfaatkan produksi primer yang dihasilkan dari fitoplankton (Nybakken and Bertness, 2005). Dalam rantai makanan di ekosistem, zooplankton merupakan konsumen tingkat I, dimana secara tidak langsung berperan sebagai penghubung antara produsen primer (fitoplankton) dengan konsumen tingkat II (Handayani dan Mufti, 2005).

Teluk Penerusan merupakan wilayah perairan yang terletak di Desa Pejarakan, Kecamatan Gerogak Kabupaten Buleleng, Bali. Luas perairan Teluk Penerusan adalah 877 Ha (lampiran 1). Aktifitas yang ditemui di sekitar wilayah perairan Teluk Penerusan adalah kegiatan budidaya laut dengan media keramba jaring apung. Keramba jaring apung yang dijadikan tempat budidaya berbagai komuditi laut seperti ikan kakap, ikan kerapu , tiram mutiara dan rumput laut. Terdapat 20 buah keramba jaring apung yang masih aktif dipergunakan oleh masyarakat sebagai mata pencarian (sumber : KKP Kabupaten Buleleng). Di dekat Teluk Penerusan juga terdapat tambak - tambak dimana pengambilan air

(20)

2 dan pembuangan limbah tambak dalam satu tempat yang sama dengan jarak tertentu, selain itu sekarang ini di sebelah selatan Teluk Penerusan sedang dibangun villa sebagai tempat wisata. Kegiatan pembangunan yang dilakukan di perairan dan di darat dapat memberikan dampak negatif di suatu wilayah, khususnya terhadap kualitas lingkungan perairan di kemudian hari (Faiqoh, 2009). Pakan yang diberikan pada ikan di keramba jaring apung berupa pelet dan ikan rucah (Setiawan, 2016). Banyaknya keramba jaring apung yang mengunakan pakan buatan dalam aktivitasnya dan adanya tambak yang pembuangan limbahnya langsung ke perairan akan memberikan pengaruh pada biota laut yang terdapat di wilayah ini. Salah satu biota laut yang terdapat di wilayah ini adalah fitoplankton dan zooplankton. Fitoplankton dan zooplankton merupakan Salah satu indikator yang perlu mendapatkan perhatian dalam penyediaan makanan ikan alami dan juga dapat memantau perubahan kualitas perairan. Fitoplankton dan zooplankton memiliki peranan yang sangat penting, terhadap berbagai kondisi lingkungan di antara organisme lainnya (Mukai, 1987).

Untuk melihat penyebaran secara spasial dari fitoplankton dan zooplankton dapat digunakan analisis spasial dengan sistem informasi geografis (SIG). Analisis spasial dengan sistem informasi geografis (SIG) telah banyak dimanfaatkan untuk berbagai kajian sumberdaya perairan. Beberapa penelitian yang memanfaatkan SIG untuk kajian sumberdaya perairan yaitu penelitian mengenai hubungan antara distribusi fitoplankton dengan kualitas perairan di Selat Alas, Kabupaten Sumbawa, Nusa Tenggara Barat oleh Radiarta (2012) dan penelitian mengenai distribusi spasial dan temporal biomassa fitoplankton (klorofil-a) dan keterkaitannya dengan kesuburan perairan estuary sungai Brantas,Jawa timur oleh Arifin (2007). Kelebihan dari analisis dengan SIG adalah dapat memberikan tampilan secara utuh dalam suatu kawasan (Johnston,1998).

Kajian mengenai kelimpahan fitoplankton dengan kualitas perairan telah dilakukan di Teluk Jakarta (Yuliana dkk, 2012) pada penelitian ini Yuliana memperoleh hasil bahwa komposisi jenis fitoplankton yang terdapat di Teluk Jakarta didominansi oleh kelas Bacillariophyceae dan kualitas perairan yang diperoleh memiliki keterkaitan dengan kelimpahan fitoplankton. Penelitian lain juga dilakukan di Pulau Pramuka dan Pulau Panggang, Kepulauan Seribu

(21)

3 (Asmara, 2005), Asmara mengambil penelitian mengenai hubungan struktur komunitas plankton dengan kualitas perairan di Pulau Pramuka dan Pulau Panggang dan hasil menunjukan bahwa fitoplankton yang mendominansi berasal dari kelas Bacillariophyceae dan zooplankton yang mendominansi berasal dari kelas crustacean dan hubungan struktur komunitas plankton menunjukan korelasi yang kurang erat terhadap beberapa parameter fisika-kimia perairan di Pulau Panggang dan Pulau Pramuka. Di Bali penelitian yang telah dilakukan adalah mengenai kelimpahan plankon di Teluk Gilimanuk, Taman Nasional, Bali Barat (Thoha, 2007), hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa kelimpahan plankton yang ditemukan cukup padat dan kelas yang banyak ditemukan dari fitoplankton berasal dari kelas Bacillariophyceae dan zooplankton berasal dari ordo copepoda. Namun belum adanya kajian mengenai keterkaitan plankton secara spasial dengan kualitas perairan di Bali membuat penelitian mengenai distribusi spasial dan struktur komunitas plankton di Teluk Penerusan ini penting untuk dilakukan sehingga penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi dasar pengelolaan lingkungan untuk pemantauan kondisi perairan dan keperluan budidaya perikanan.

1.2 Perumusan Masalah

Banyaknya aktivitas di perairan dan ekosistem yang terdapat di Teluk Penerusan berpotensi untuk mempengaruhi keberadaan plankton di daerah ini. Aktivitas budidaya laut berpotensi untuk mempengaruhi kualitas lingkungan serta kelimpahan dan struktur komunitas plankton yang ada di Teluk Penerusan. Oleh karena itu rumusan masalah dari penelitian ini yaitu :

1. Bagaimana kelimpahan dan sebaran distribusi spasial plankton di Teluk Penerusan?

2. Bagaimana struktur komunitas plankton di daerah Teluk Penerusan? 3. Bagaimana kualitas perairan di Teluk Penerusan?

1.3 Tujuan

Sesuai dengan rumusan masalah diatas, tujuan dalam penelitian ini adalah : 1. Mengetahui kelimpahan dan sebaran distribusi spasial plankton di Teluk

(22)

4 2. Mengetahui struktur komunitas plankton di perairan Teluk Penerusan. 3. Mengetahui kualitas perairan yang mempengaruhi kelimpahan plankton di

Teluk Penerusan.

1.4 Manfaat

Sesuai dengan tujuan diatas, manfaat dalam penelitian ini adalah :

1. Memperoleh data awal untuk kualitas perairan, kelimpahan dan struktur komunitas plankton di daerah Teluk Penerusan serta dapat menjadi informasi dan refrensi untuk penelitian selanjutnya.

2. Memberikan informasi yang berguna bagi pihak yang membutuhkan data mengenai kondisi lingkungan dan kualitas perairan di Teluk Penerusan sehingga dapat digunakan untuk pemanfaatan dan pengelolaan daerah budidaya di perairan laut.

1.5 Batasan Masalah

Dalam menyusun penelitian ini, penyusun memberikan batasan penelitian agar penelitian lebih terarah dan sesuai dengan tujuan penelitian tersebut. Adapun batasan penelitian ini adalah :

1. Wilayah penelitian ini meliputi wilayah Teluk Penerusan.

2. Parameter yang diambil dalam penelitian ini adalah komposisi jenis, kelimpahan dan struktur komunitas plankton.

3. Parameter lingkungan yang diambil dalam penelitian ini yaitu suhu, kecerahan, kekeruhan, derajat keasaman (pH), oksigen terlarut (DO), salinitas, nitrat dan fosfat.

4. Dalam penelitian ini mengambil 17 stasiun di wilayah teluk penerusan dengan metode purposive sampling. Penentuan stasiun penelitian berada di daerah mulut teluk, di dekat Keramba jaring apung dan di dekat tambak. 5. Pengukuran parameter fisika-kimia perairan bersifat sesaat dan terbatas pada

Gambar

Gambar                                                                                                         halaman  1

Referensi

Dokumen terkait

Seluruh berkas asli yang tercantum didalam formulir isian kualifikasi yang saudara sampaikan pada paket pekerjaan tersebut di atas (Khusus Ijazah dan KTP cukup menunjukan fotocopy

SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJAIRUMAH SAKIT UIOTH DAERAH KABUPATEN DAETAH TINGKAT I I PACITAN.. DEJJGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEPALA DAERAH TINGKAT I I PACITAN

- Dengan menggunakan HP/Laptop siswa membuka google classroom yang telah dibuat walikelas pada mapel FISIKA pada bagian materi dan mempelajarinya. - Peserta didik

Turbine heat rate menunjukan perbandingan dari energi total yang digunakan untuk memutar turbin, dengan energi listrik nett yang dihasilkan oleh generator.. Turbine Heat Rate

Istilah “penelitian tindakan kelas” Dalam penelitian tindakan kelas dilaksanakan dengan dua siklus tindakan, setiap siklus terdiri dari (a) perencanaan tindakan,

Pendekatan kualitatif dengan teknik analisis deskriptif merupakan salah satu metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, dimana

Untuk mengetahui persepsi petani terhadap penggunaan mesin tetas pada pembibitan ternak ayam buras dapat diukur.. berdasarkan karakteristik teknologi atau inovasi

Hasil penelitian ini sesuai dengan model teoritis Update D&M IS Success Model yang menyatakan bahwa kualitas pelayanan yang salah satunya berisi pelayanan dalam hal